• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan umum manajemen risiko revisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kebijakan umum manajemen risiko revisi"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN UMUM

MANAJEMEN RISIKO

(REVISI IV)

(2)
(3)
(4)
(5)

BMR-2004 (BMR Rev.4-07/2013)

-i-KATA PENGANTAR

Sehubungan dengan adanya ketentuan Bank Indonesia yang baru yaitu Peraturan Bank Indonesian No.13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 dan Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 dan Surat Edaran Bank Indonesia No 14/37/DPNP tanggal 27 Desember 2012 perihal Kewajiban Penyediaan Modal Minimum sesuai Profil Risiko dan Pemenuhan Capital Equivalency Maintained Assets (CEMA) serta perubahan terkini mengenai Risk Appetite dan Risk Tolerance Bank, maka Biro Manajemen Risiko melakukan pengkinian (revisi ke-4) Kebijakan Umum Manajemen Risiko untuk menjadi panduan bagi masing - masing unit kerja (risk owner) dan pihak-pihak yang terkait dalam melakukan proses manajemen risiko.

Hal baru dari pengkinian Kebijakan Umum Manajemen Risiko ini adalah penambahan sub bab Risk Appetite dan perubahan sub bab Risk Tolerance Bank yang menjelaskan tentang parameter / kriteria-kriteria kuantitatif (Quantitative Statement) dan pernyataan kualitatif (Qualitative Statement) ; perubahan Laporan Penerapan Manajemen Risiko (Laporan Tingkat Kesehatan Bank/RBBR, Laporan Penilaian Kecukupan Modal sesuai Profil Risiko/ICAAP) ; serta pengkinian terhadap

mengenai peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang terkait dalam penerapan manajemen risiko sesuai perubahan terkini.

Dengan pengkinian kebijakan ini diharapkan kualitas tata kelola Bank pada seluruh jenjang organisasi melalui pengelolaan risiko dapat semakin ditingkatkan.

(6)

DAFTAR ISI

BMR-2004(Rev.4-07/2013) -ii-

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian I - 1

B. Tujuan I - 1

C. Landasan Hukum I - 2

D. Pengesahan, Peninjauan dan Perubahan Kebijakan I - 3

E. Distribusi Kebijakan I - 4

F. Kode Etik dan Perilaku (Code of Conduct) I - 4

H. Pengelolaan Kebijakan I - 4

BAB II KONSEP-KONSEP MANAJEMEN RISIKO

A. Peran Manajemen Risiko II - 1

B. Proses Manajemen Risiko II - 1

C. Jenis - Jenis Risiko II - 2

1. Risiko Kredit II - 2

2. Risiko Pasar II - 2

3. Risiko Likuiditas II - 3

4. Risiko Operasional II - 3

5. Risiko Hukum II - 4

6. Risiko Stratejik II - 4

7. Risiko Kepatuhan II - 4

8. Risiko Reputasi II - 4

D. Penerapan Manajemen Risiko II - 5

BAB III FILOSOFI MANAJEMEN RISIKO, RISK APPETITE DAN RISK TOLERANCE

A. Filosofi Manajemen Risiko III - 1

1. Sudut Pandang Pemegang Saham terhadap Risiko III - 1

(7)

DAFTAR ISI

BMR-2004(Rev.4-07/2013) -iii-

3. Elemen dalam Menyusun Filisofi Risiko III - 1

4. Filosofi Risiko Disesuaikan dengan Strategi Usaha III - 2

B. Risk Appetite III - 2

C. Risk Tolerance III - 5

D. Pelanggaran Terhadap Risk Appetite dan Risk Tolerance III - 6

BAB IV MANAJEMEN RISIKO UMUM

A. Kebijakan Manajemen Risiko Umum IV - 1

1. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi IV - 1

2. Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit IV - 1

3. Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan

Pengendalian Risiko serta

Sistem Informasi Manajemen IV - 7

4. Sistem Pengendalian Intern (SPI) IV - 17

B. Kebijakan Lainnya Terkait Penerapan Manajemen Risiko IV - 20

1. Pengelolaan Risiko Produk & Aktivitas Baru dan

Transaksi Derivatif IV - 20

2. Laporan Penerapan Manajemen Risiko IV - 20

BAB V STRUKTUR ORGANISASI, PERAN DAN TANGGUNG JAWAB

MANAJEMEN RISIKO

A. Cakupan dan Tujuan V - 1

B. Struktur Organisasi V - 1

1. Struktur Organisasi Bank V - 1

2. Struktur Organisasi Biro Manajemen Risiko V - 2

3. Struktur Pelaporan Risiko V - 2

C. Peran & Tanggung Jawab Dewan Komisaris V - 3

D. Peran & Tanggung Jawab Direksi (BOD) V - 8

E. Peran & Tanggung Jawab Komite Manajemen Risiko V - 8

1. Keanggotaan Kuorum KMR V - 8

(8)

DAFTAR ISI

BMR-2004(Rev.4-07/2013) -iiii-

F. Peran & Tanggung Jawab ALCO V - 11

G. Peran & Tanggung Jawab Pemilik Risiko Secara Umum V - 12

H. Peran & Tanggung Jawab Biro Manajemen Risiko (BMR) V - 16

I. Peran & Tanggung Jawab Biro Pengawasan (SKAI) V - 21

J. Peran & Tanggung Jawab Pejabat Koordinator Risiko (KR) V - 24

K. Peran & Tanggung Jawab Pejabat Koordinator Jenis

Risiko (KJR) V - 25

L. Peran & Tanggung Jawab Corporate Banking Group (CIB),

Commercial Banking Group (CBG), Retail Banking

Group (RBG)

dan Divisi Institutional Banking & BUMN (IBD) V - 26

M. Peran & Tanggung Jawab Divisi Liquidity (DLI),

Divisi Currency Trading & Commercial (DCC)

dan Divisi Capital Market (DCM) V - 29

N. Peran & Tanggung Jawab Biro Umum & Personalia (BUP)

dan Biro Pengembangan & Pelatihan (BPE) V - 32

O. Peran & Tanggung Jawab Biro Teknologi Informasi (BTI) V - 33

P. Peran & Tanggung Jawab Biro Administrasi Keuangan (BAK) V - 34

Q. Peran & Tanggung Jawab Operations Group (OPG) V - 36

R. Peran & Tanggung Jawab Biro Hukum (BHU) V - 37

S. Peran & Tanggung Jawab Biro Kepatuhan (BCO) V - 38

T. Peran & Tanggung Jawab

Divisi Internasional Operations (DIO) V - 38

U. Peran & Tanggung Jawab Corporate Secretary (CSE) V - 41

V. Peran & Tanggung Jawab Komite Audit V - 41

W. Peran & Tanggung Jawab Komite Pemantau Risiko V - 42

X. Peran & Tanggung Jawab Komite Remunerasi & Nominasi V - 42

(9)

BAB I

– PENDAHULUAN

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) I - 1/5

A. Pengertian

Terminologi yang digunakan dalam kebijakan ini adalah sebagai berikut :

1. Bank adalah PT. Bank Pan Indonesia Tbk.

2. Dewan Komisaris adalah Dewan Komisaris PT. Bank Pan Indonesia Tbk.

3. Komite Manajemen Risiko (KMR) adalah Komite Manajemen Risiko PT. Bank Pan Indonesia Tbk.

4. Direksi adalah Direksi PT. Bank Pan Indonesia Tbk.

5. Unit Manajemen Risiko adalahBiro Manajemen Risiko (BMR) PT. Bank Pan Indonesia Tbk.

6. Risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa (events) tertentu.

Selanjutnya definisi risiko yang lebih komprehensif mempunyai

pengertian yang lebih luas dan tidak hanya mencakup berbagai risiko

keuangan saja, tetapi juga berbagai risiko yang berkaitan dengan

kegiatan operasi dan tujuan strategis Bank. Risiko meliputi

kemungkinan adanya peristiwa yang tidak pasti terjadi di masa

mendatang yang menyebabkan Bank tidak dapat mencapai tujuan

operasional dan tujuan strategisnya, serta kemungkinan mengalami

timbulnya “opportunity-cost” sebagai akibat dari hilangnya peluang

pasar.

7. Manajemen Risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan

mengendalikan Risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha Bank.

B. Tujuan

1. Menetapkan kebijakan yang komprehensif terkait dengan aspek

(10)

BAB I

– PENDAHULUAN

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) I - 2/5

2. Sebagai acuan umum untuk:

a. Penerapan manajemen risiko atas seluruh jenis risiko.

b. Manajemen dalam memahami risiko yang dihadapi Bank dan

langkah mitigasi risiko yang harus dilakukan.

c. Menetapkan tugas dan tanggung jawab yang jelas pada

masing-masing unit.

d. Menetapkan kecukupan kuantitas dan kualitas SDM untuk

mendukung penerapan Manajemen Risiko secara efektif.

e. Memastikan bahwa budaya risiko telah disosialisasikan pada setiap

jenjang organisasi.

C. Landasan Hukum

Kebijakan ini dibuat dalam rangka memenuhi :

1. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei

2003, tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum.

2. Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) No.5/21/DPNP tanggal 29

September 2003, perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank

Umum.

3. Peraturan Bank Indonesia No.8/6/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006,

tentang Penerapan Manajemen Risiko Secara Konsolidasi Bagi Bank

yang Melakukan Pengendalian Terhadap Perusahaan Anak.

4. Surat Edaran Bank Indonesia No. 8/27/DPNP tanggal 27 November

2006, perihal Prinsip Kehati - hatian dan Laporan Dalam Rangka

Penerapan Manajemen Risiko Secara Konsolidasi Bagi Bank yang

Melakukan Pengendalian Terhadap Perusahaan Anak.

5. Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) No. 9/12/DPNP tanggal 30 Mei

2007, perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank

(11)

BAB I

– PENDAHULUAN

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) I - 3/5

6. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.9/13/PBI/2007 tanggal 1

November 2007, tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum

Bank Umum Dengan Memperhitungkan Risiko Pasar.

7. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.11/25/PBI/2009 tanggal 1 Juli

2009, tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank

Umum.

8. Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) No.13/23/DPNP tanggal 25

Oktober 2011, perihal perubahan atas Surat Edaran No. 5/21/DPNP

perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum.

9. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari

2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

10. Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) No.13/24/DPNP tanggal 25

Oktober 2011 perihal Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

11. Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) No. 14/37/DPNP tanggal 27

Desember 2012, perihal Kewajiban Penyediaan Modal Minimum

sesuai Profil Risiko dan Pemenuhan Capital Equivalency Maintained

Assets (CEMA).

D. Pengesahan, Peninjauan dan Perubahan Kebijakan

Kebijakan ini adalah revisi keempat dari Kebijakan Manajemen Risiko

Umum. Seiring dengan perkembangan dunia perbankan Indonesia dan

internasional serta perubahan prosedur Bank, pengkinian secara bertahap

dari Kebijakan ini dapat dilakukan secara berkala.

1. Kebijakan atau perubahan yang dilakukan pada Kebijakan ini wajib

disetujui oleh Direksi dan disahkan oleh Komisaris.

2. Kebijakan ini wajib ditinjau ulang secara berkala sesuai ketentuan

(12)

BAB I

– PENDAHULUAN

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) I - 4/5

lingkungan usaha dan operasi, tingkat toleransi risiko dan strategi

Bank.

3. Setiap perubahan berupa penambahan atau pengurangan Kebijakan

ini dapat diajukan kepada BMR yang bertanggung jawab melakukan

revisi/kaji ulang Kebijakan ini.

E. Distribusi Kebijakan

1. Kebijakan ini wajib didistribusikan kepada Dewan Komisaris &

Direksi, Divisi, Biro dan Group.

2. Semua pejabat yang memperoleh copy Kebijakan ini tidak

diperkenankan memberikan, meminjamkan atau membuat fotocopy

baik sebagian dan atau seluruhnya untuk pihak lain.

3. Seluruh karyawan yang menerima Kebijakan ini diharuskan untuk

mempelajarinya dan memahami seluruh kebijakan yang telah

dijabarkan, serta menjamin kerahasiaan dari isi Kebijakan ini.

F. Kode Etik dan Perilaku (Code of Conduct)

Untuk mendukung penerapan kebijakan yang dijabarkan dalam Kebijakan

ini, seluruh karyawan yang relevan diharapkan untuk menjunjung tinggi

standar etika dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai

dengan standar etika dan perilaku (code of conduct) yang berlaku di PT.

Bank Panin, Tbk.

G. Pengelolaan Kebijakan

Tata Cara Mengelola Buku Kebijakan

1.1. Divisi / Biro / Group terkait menunjuk seorang pejabat / petugas

(13)

BAB I

– PENDAHULUAN

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) I - 5/5

1.2. Pengelola yang ditunjuk bertanggung jawab atas pemeliharaan,

penggunaan, pengkinian (up dating) serta penyimpanannya.

1.3. Dalam hal pengelola beralih tugas, maka pengelola Buku

Kebijakan harus diserahterimakan kepada pengelola pengganti

(14)

BAB II

– KONSEP-KONSEP MANAJEMEN RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) II - 1/5

A. Peran Manajemen Risiko

Manajemen Risiko Bank dibentuk untuk meningkatkan kualitas tata kelola

Bank melalui pengelolaan risiko atas risiko kredit, pasar (suku bunga dan

nilai tukar), likuiditas, operasional, hukum, stratejik, kepatuhan dan

reputasi yang melekat pada seluruh aktivitas fungsional Bank.

B. Proses Manajemen Risiko

Proses manajemen risiko merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri

atas :

1. Identifikasi Risiko

Risiko dan sumber-sumber risiko harus diidentifikasi, ditentukan, dan

dianalisis. Risk Appetite (selera risiko) Bank dijabarkan dan

didasarkan pada tujuan dan kompleksitas usaha Bank.

2. Pengukuran Risiko

Pengkajian terhadap dampak potensial pada kegiatan usaha dan

proses pengukuran dilakukan komprehensif dalam mencakup

seluruh sumber-sumber eksposur risiko yang signifikan. Pengkajian

dan penanganan risiko bersifat responsif terhadap kebutuhan dari

para pengguna informasi tersebut.

3. Pemantauan Risiko

Pelaporan yang disampaikan memberikan informasi yang relevan,

akurat dan tepat waktu mengenai eksposur risiko kepada

manajemen. Petugas yang memantau risiko bersikap independen

terhadap mereka yang mengambil posisi (yang dapat menimbulkan

risiko). Manajemen risiko memastikan bahwa aktivitas-aktivitas

operasional tidak menimbulkan kerugian yang dapat mengancam

(15)

BAB II

– KONSEP-KONSEP MANAJEMEN RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) II - 2/5

4. Pengendalian Risiko

Menentukan tindakan yang dapat diambil untuk menghilangkan atau

mengurangi risiko serta mengantisipasi dampak dari peristiwa yang

tidak dapat diperkirakan dan menimbulkan kerugian. Penanganan

dan pengelolaan risiko dapat meliputi berbagai strategi manajemen

risiko seperti lindung nilai eksposur risiko keuangan dengan

melakukan transaksi derivatif. Limit risiko harus sesuai dengan

kebijakan dan kewenangan yang ditetapkan Bank.

Pemilik risiko memiliki tanggung jawab utama untuk mengendalikan

dan mengelola berbagai risiko transaksi dan portfolio.

C. Jenis-Jenis Risiko

Risiko-risiko yang merupakan prioritas dalam aktivitas fungsional Bank

adalah sebagai berikut :

1. Risiko Kredit (Credit Risk)

Risiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan debitur dan /

atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank.

2. Risiko Pasar (Market Risk)

Risiko Pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening

administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara

keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk Risiko perubahan harga

option.

Risiko Pasar terbagi atas :

2.1. Risiko Suku Bunga (Interest Rate Risk)

Risiko suku bunga adalah potensi kerugian yang timbul akibat

pergerakan suku bunga di pasar yang berlawanan dengan

posisi atau transaksi Bank yang mengandung risiko suku

bunga.

(16)

BAB II

– KONSEP-KONSEP MANAJEMEN RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) II - 3/5

a. Risiko Spesifik adalah risiko perubahan harga

instrumen keuangan akibat faktor-faktor yang berkaitan

dengan penerbit instrumen keuangan,

b. Risiko Umum adalah risiko perubahan harga instrumen

keuangan akibat perubahan faktor-faktor pasar, seperti

perubahan (naik / turun) harga surat berharga akibat

kasus sub-prime mortgage.

2.2. Risiko Nilai Tukar (Foreign Exchange Risk)

Risiko Nilai Tukar (Foreign Exchange/FX Risk) adalah risiko

kerugian akibat pergerakan yang berlawanan dari nilai tukar

pada saat Bank memiliki posisi terbuka.

3. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)

Risiko Likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk

memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus

kas dan / atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan,

tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank.

Risiko likuiditas dapatdikategorikan sebagai berikut:

3.1. Risiko Likuiditas Pasar, yaitu risiko yang timbul karena Bank

tidak mampu melakukan offsetting posisi tertentu dengan harga

pasar karena kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau

terjadi gangguan di pasar (market disruption)

3.2. Risiko Likuiditas Pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena

Bank tidak mampu mencairkan asetnya atau memperoleh

pendanaan dari sumber dana lain.

4. Risiko Operasional (Operational Risk)

Risiko operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak

(17)

BAB II

– KONSEP-KONSEP MANAJEMEN RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) II - 4/5

dan / atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi

operasional Bank.

5. Risiko Hukum (Legal Risk)

Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan

aspek yuridis.

6. Risiko Stratejik (Strategic Risk)

Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan

dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan

dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

7. Risiko Kepatuhan (Compliance Risk)

Risiko Kepatuhan adalah risiko akibat Bank tidak mematuhi dan / atau

tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan

yang berlaku.

Pada prakteknya risiko kepatuhan melekat pada risiko Bank yang

terkait pada peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang

berlaku, seperti risiko kredit terkait dengan ketentuan Kewajiban

Pemenuhan Modal Minimum (KPMM), Kualitas Aktiva Produktif,

Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP), Batas Maksimum

Pemberian Kredit (BMPK), risiko pasar terkait dengan ketentuan Posisi

Devisa Neto (PDN), risiko stratejik terkait dengan ketentuan Rencana

Kerja Anggaran Tahunan (RKAT) Bank, dan risiko lain yang terkait

dengan ketentuan tertentu.

8. Risiko Reputasi (Reputation Risk)

Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan

(18)

BAB II

– KONSEP-KONSEP MANAJEMEN RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) II - 5/5

D. Penerapan Manajemen Risiko

Penerapan Manajemen Risiko paling kurang mencakup 4 (empat) yaitu:

a. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi.

b. Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit manajemen

risiko.

c. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan

pengendalian Risiko, serta sistem informasi Manajemen Risiko.

(19)

BAB III

FILOSOFI MANAJEMEN RISIKO,

RISK APPETITE DAN RISK TOLERANCE

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) III - 1/6

A. Filosofi Manajemen Risiko

1. Sudut Pandang terhadap Risiko

Filosofi Risiko dapat bervariasi mulai dari tingkat “risk averse” (tidak

mengambil risiko) ke tingkat “risk appetite dan risk tolerance” (menerima

batasan risiko tertentu), atau hal ini dapat terjadi di antara kedua tingkat

tersebut.

2. Hubungan Fokus Usaha dengan Risiko

Seringkali ada argumen mengenai apakah risiko mempengaruhi fokus usaha

atau apakah fokus usaha mempengaruhi risiko. Sebuah Bank biasanya

menyusun strategi usaha pertama kali berdasarkan analisis SWOT.

Kemudian, berdasarkan fokus usaha yang telah disetujui, jumlah risiko yang

akan diambil ditentukan. Dalam hal ini, risiko adalah sebuah hasil dari strategi

dan fokus usaha.

3. Elemen dalam Menyusun Filosofi Risiko

Direksi memahami fokus usaha dari pemegang saham Bank atau mitra

mayoritas. Hal ini harus dinyatakan dalam Laporan Tahunan Bank. Filosofi

Risiko harus disusun dengan mempertimbangkan keinginan pemegang saham

dan fokus usaha yang telah disetujui. Filosofi Risiko adalah pernyataan umum

yang menjelaskan mengenai sikap Bank terhadap risiko.

4. Filosofi Risiko Disesuaikan dengan Strategi Usaha

4.1. Filosofi Risiko harus selaras dengan fokus dan strategi usaha bank.

Sebagai contoh, bila Filosofi Risiko menyatakan bahwa “Bank ingin

mempunyai laba yang stabil dari tahun ke tahun tanpa adanya kejutan”,

namun Bank mengambil posisi nilai tukar atau suku bunga yang besar di

mana kerugian potensial dapat menghapuskan sebagian besar dari laba

Bank, maka Filosofi Risiko yang ada dapat dikatakan tidak selaras

(20)

BAB III

FILOSOFI MANAJEMEN RISIKO,

RISK APPETITE DAN RISK TOLERANCE

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) III - 2/6

4.2. Keselarasan antara Filosofi Risiko dengan strategi usaha Bank dapat

menghindari berdampak :

4.2.1. Bank dapat mengambil lebih sedikit risiko tetapi kehilangan

kesempatan; atau

4.2.2. Bank mengambil terlalu banyak risiko tetapi membahayakan

pendapatan dan kelangsungan operationalBank.

Filosofi Risiko yang telah didiskusikan dan disetujui oleh Direksi PT. Bank

Panin, Tbk adalah sebagai berikut :

TO ENHANCE STAKE HOLDER’S VALUE THROUGH EFFECTIVE

RISK MANAGEMENT AND GOOD CORPORATE GOVERNANCE

B. Risk Appetite

1. Risk appetite atau tingkat risiko yang akan diambil merupakan tingkat dan

jenis risiko yang bersedia diambil oleh Bank dalam rangka mencapai sasaran

Bank. Pendefinisian risk appetite didahului dengan terdapatnya perangkat

untuk menentukan profil risiko pada suatu Bank untuk semua kategori risiko

(risiko pasar, risiko kredit, risiko operational, risiko bisnis, risiko reputasi,

kepatuhan, dan lain-lain) yang dianggap bisa berpengaruh pada pencapaian

objektif Bank yang terangkum dalam pernyataan visi dan misi Bank yang

tercermin pada strategi bisnis, ekspektasi dari stakeholders, sifat dan

karakteristik risiko yang diambil, dan kemungkinan dari situasi risiko tertentu

lintas unit organisasi.

2. Biro Manajemen Risiko merangkum parameter / kriteria-kriteria kuantitatif

(Quantitative Statement) dan pernyataan kualitatif (Qualitative Statement)

yang dinyatakan sebagai Risk Appetite dan Risk Tolerance Bank (lihat

lampiran 1).

3. Dalam menetapkan Risk Appetite Bank menggunakan parameter /

kriteria-kriteria yang besarannya ditentukan oleh Dewan Direksi (Komite Manajemen

(21)

BAB III

FILOSOFI MANAJEMEN RISIKO,

Adanya conservation buffer pada penerapan modal Basel III. Mempertimbangkan penerapan Modal

Basel III.

Bentuk perwujudan dalam pencapaian visi dan misi Bank.

Menjaga kestabilan pertumbuhan dan kelangsungan usaha Bank tanpa mengabaikan risiko bisnis yang dihadapi.

Menjaga kestabilan likuiditas untuk kelangsungan usaha Bank secara sehat.

11 Efficiency Usaha

Target Cost / Income Ratio < x %

(22)

BAB III

FILOSOFI MANAJEMEN RISIKO,

Melakukan pengawasan terhadap indikator finansial secara komprehensif dan penetapan early warning dalam mengukur efektivitas bisnis.

Pengembangan pada sektor-sektor yang sudah menjadi expertise Bank dengan pembatasan terhadap sektor-sektor yang berisiko tinggi. Menjaga kualitas pemberian kredit UKM baik secara langsung maupun

melalui channeling.

Menjaga etika bisnis yang bersih dan sehat.

Aktivitas Operasional

Peningkatan kualitas SDM dan optimalisasi pengembangan teknologi yang berkaitan dengan aktifitas untuk meminimalisasi kesalahan operational yang berdampak kerugian pada nasabah.

Peningkatan integritas dan kesadaran SDM akan perkembangan tindak kejahatan perbankan maupun tindak pidana pencucian uang.

Berdasarkan parameter / kriteria-kriteria tersebut Dewan Direksi menetapkan

risk appetite Bank per jenis risiko dan berdasarkan risiko secara keseluruhan.

Risk appetite yang telah ditentukan Dewan Direksi harus selalu dipantau dan

jika terdapat profil risiko aktual melewati risk appetite yang telah ditetapkan,

Dewan Direksi harus mengambil tindakan-tindakan tertentu untuk membawa

profil risiko agar berada dalam risk appetite Bank.

C. Risk Tolerance

Risk tolerance atau toleransi risiko biasanya disebut juga limit toleransi, yaitu

tingkat variasi relatif kejadian risiko yang dapat diterima untuk pencapaian tujuan

stratejik Bank atau tingkat dimana kejadian risiko yang terjadi tidak akan

menggangu pencapaian tujuan Bank.

1. Toleransi risiko merupakan tingkat dan jenis risiko yang secara maksimum

ditetapkan oleh Bank sebagai penjabaran dari tingkat risiko yang akan diambil

(risk appetite) setelah mempertimbangkan strategi dan tujuan bisnis Bank

serta kemampuan Bank dalam mengambil Risiko (risk bearing capacity).

2. Toleransi risiko ditetapkan per jenis risiko dan risiko Bank secara keseluruhan

(23)

BAB III

FILOSOFI MANAJEMEN RISIKO,

RISK APPETITE DAN RISK TOLERANCE

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) III - 5/6

2.1.Melakukan pengukuran posisi berbagai parameter jenis risiko dalam

portfolio Bank saat ini (“as is” position) dan posisi proyeksi yang akan

dicapai (“to be” position) di masa depan (satu tahun ke depan), untuk

Risiko Nilai Tukar, Suku Bunga, Likuiditas, Kredit, Operational dan Risiko

Lainnya, serta Sistem Pemeringkatan Kredit internal dengan metode

quick dan dirty” untuk Risiko Kredit.

2.2. Setelah eksposur risiko nilai tukar, suku bunga, likuiditas, kredit,

operational dan risiko lainnya bagi Bank diukur dan dikuantifikasi dengan

model pengukuran dan formula tertentu, hasil akhir harus dikaji.

2.2.1. Bila Direksi menyetujui besarnya risiko yang diambil dan

direncanakan saat ini harus diaplikasikan atau diproyeksikan untuk

tahun mendatang, maka Bank dapat, menggunakan “jumlah

kerugian potensial”, dan kerugian aktual yang diderita menentukan

kerugian maksimum yang dapat diterima Bank.

2.2.2. Sebaliknya, bila model pengukuran menentukan bahwa risiko yang

ada saat ini terlalu rendah atau terlalu tinggi, besarnya risiko yang

akan diambil dapat dinaikkan atau dikurangi secara tepat dengan

mengurangi eksposur yang relevan pada risiko nilai tukar dan

obligasi, suku bunga, likuiditas, kredit dan operational. Jumlah yang

dihasilkan dapat disesuaikan menurut pendapatan atau ekuitas

Bank.

2.3. Sebagai pedoman umum, Direksi telah menetapkan batas toleransi risiko

maksimum Bank dengan parameter sebagai berikut :

No Quantitative Risk Appetite Risk Tolerance

(24)

BAB III

FILOSOFI MANAJEMEN RISIKO,

RISK APPETITE DAN RISK TOLERANCE

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) III - 6/6

No Qualitative Risk

Metric Risk Tolerance

1

Aktivitas Operasional Zero Tolerance for Fraud

2 No Breach of Delegated Authorities

Risk tolerance yang telah ditentukan Dewan Direksi selalu dipantau dan jika

terdapat parameter risk tolerance yang melewati batasan / limit yang telah

ditetapkan, Dewan Direksi harus mengambil tindakan-tindakan tertentu untuk

memperbaiki dan/atau menyesuaikan dengan kondisi terkini yang tidak

melampaui risk appetite Bank.

D. Pelanggaran Terhadap Risk Appetite dan Risk Tolerance

Jika terjadi pelanggaran terhadap Risk Appetite dan Risk Tolerance, maka

hal-hal yang harus diperhatikan adalah :

1. Memberikan laporan kepada Direksi termasuk hasil analisa terhadap

penyebab dari adanya pelampauan atau pelanggaran terhadap Risk

Appetite/Risk Tolerance.

2. BMR melakukan koordinasi untuk mengadakan rapat Komite Manajemen

Risiko (extra-ordinary) dengan mengundang Divisi/Biro/Group yang

berkepentingan terhadap indikator Risk Appetite/Risk Tolerance yang

melampaui batasan yang ditetapkan.

3. Rapat memutuskan dilakukannya action plan termasuk batas waktu yang

ditetapkan untuk mengembalikan keadaan semula.

4. Jika hal tersebut masih tidak memungkinkan, maka atas persetujuan Direksi

dan Dewan Komisaris, diadakan kaji ulang pembentukan Risk Appetite/Risk

(25)

BAB IV

– MANAJEMEN UMUM RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 1/23

A. KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO UMUM

Penerapan Manajemen Risiko secara efektif baik untuk Bank secara individual

maupun untuk Bank secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak, yang paling

kurang mencakup 4 (empat) pilar yaitu:

1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi;

2. Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit;

3. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian

Risiko serta sistem informasi Manajemen Risiko; dan

4. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh.

Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dari masing-masing pilar tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris Dan Direksi

Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab atas efektivitas penerapan

Manajemen Risiko di Bank dengan wewenang dan tanggung jawab

merujuk pada Bab V Kebijakan ini.

2. Kebijakan, Prosedur & Penetapan Limit

Dalam Penetapan Kerangka Kebijakan Manajemen Risiko Bank harus

memperhatikan faktor-faktor pendukungnya yang mencakup:

Strategi Manajemen Risiko

Kebijakan dan prosedur

Limit

(26)

BAB IV

– MANAJEMEN UMUM RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 2/23

I. Strategi Manajemen Risiko

a) Penetapan Kerangka Kebijakan Manajemen Risiko antara lain dengan

cara menyusun Strategi Manajemen Risiko, yang memastikan bahwa :

1) Bank tetap mempertahankan eksposur risiko yang sesuai dengan

kebijakan, prosedur intern Bank, peraturan perundang-undangan dan

ketentuan lain yang berlaku;

2) Bank dikelola oleh sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan,

pengalaman, dan keahlian di bidang manajemen risiko, sesuai

dengan kompleksitas dan kemampuan usaha Bank.

3) Bank merumuskan strategi manajemen risiko sesuai strategi bisnis

secara keseluruhan dengan memperhatikan tingkat risiko yang akan

diambil dan toleransi risiko.

4) Direksi mengkomunikasikan strategi manajemen risiko dimaksud

secara efektif kepada seluruh satuan kerja, manajer, dan staf yang

relevan agar dipahami secara jelas.

5) Direksi melakukan review atas strategi manajemen risiko dimaksud

secara berkala termasuk dampaknya terhadap kinerja keuangan

Bank, untuk menentukan apakah perlu dilakukan perubahan terhadap

strategi manajemen risiko Bank.

b) Strategi manajemen risiko disusun berdasarkan prinsip-prinsip umum

berikut:

1) Strategi manajemen risiko harus berorientasi jangka panjang untuk

memastikan kelangsungan usaha Bank dengan mempertimbangkan

kondisi/siklus ekonomi;

2) Strategi manajemen risiko secara komprehensif dapat mengendalikan

dan mengelola risiko Bank dan perusahaan anak; dan

3) Mencapai kecukupan permodalan yang diharapkan disertai alokasi

(27)

BAB IV

– MANAJEMEN UMUM RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 3/23

c) Strategi manajemen risiko disusun dengan mempertimbangkan

faktor-faktor berikut:

1) Perkembangan ekonomi dan industri serta dampaknya pada risiko

Bank;

2) Organisasi Bank termasuk kecukupan sumber daya manusia dan

infrastruktur pendukung;

3) Kondisi keuangan Bank termasuk kemampuan untuk menghasilkan

laba, dan kemampuan Bank mengelola risiko yang timbul sebagai

akibat perubahan faktor eksternal dan faktor internal;

4) Bauran serta diversifikasi portfolio Bank.

II. Kebijakan dan Prosedur

a) Kebijakan Manajemen Risiko merupakan arahan tertulis dalam

menerapkan Manajamen Risiko dan harus sejalan dengan visi, misi,

strategis bisnis Bank dan dalam penyusunannya harus dikoordinasikan

dengan fungsi atau unit kerja terkait.

b) Kebijakan dan prosedur harus didesain dan diimplementasikan dengan

memperhatikan karakteristik dan kompleksitas kegiatan usaha, tingkat

risiko yang akan diambil dan toleransi risiko, profil risiko serta peraturan

yang ditetapkan otoritas dan/atau praktek perbankan yang sehat.

c) Bank harus memiliki prosedur dan proses untuk menerapkan kebijakan

manajemen risiko. Prosedur dan proses tersebut dituangkan dalam

pedoman pelaksanaan yang harus direview dan dikinikan secara berkala

untuk mengakomodasikan perubahan yang terjadi.

d) Kebijakan Manajemen Risiko harus memenuhi ketentuan sebagai berikut

:

1) Penetapan risiko yang terkait dengan produk dan transaksi perbankan

yang didasarkan atas hasil analisis Bank terhadap risiko yang melekat

(28)

BAB IV

– MANAJEMEN UMUM RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 4/23

dilakukan sesuai dengan karakteristik dan kompleksitas kegiatan

usaha Bank;

2) Penetapan metode dalam melakukan identifikasi, pengukuran,

pemantauan dan pengendalian risiko serta sistem informasi

manajemen risiko dalam rangka menilai secara tepat eksposur risiko

pada setiap produk dan transaksi perbankan serta aktivitas bisnis

Bank;

3) Penetapan data yang harus dilaporkan, format laporan, dan jenis

informasi yang harus dimasukkan dalam laporan manajemen risiko

sehingga mencerminkan eksposur risiko yang menjadi pertimbangan

dalam rangka pengambilan keputusan bisnis dengan tetap

memperhatikan prinsip kehati-hatian;

4) Penetapan kewenangan dan besaran limit secara berjenjang

termasuk batasan transaksi yang memerlukan persetujuan Direksi,

serta penetapan toleransi risiko yang merupakan batasan potensi

kerugian yang mampu diserap oleh kemampuan permodalan Bank

dan sarana pemantauan terhadap perkembangan eksposur risiko

Bank;

5) Penetapan sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen

risiko guna memastikan kepatuhan terhadap ketentuan ekstern dan

intern yang berlaku, efektivitas dan efisiensi kegiatan operasional

Bank, efektivitas budaya risiko pada setiap jenjang organisasi Bank,

serta tersedianya informasi manajemen dan keuangan yang akurat,

lengkap, tepat guna, dan tepat waktu;

6) Penetapan peringkat profil risiko sebagai dasar bagi Bank untuk

menentukan langkah-langkah perbaikan terhadap produk, transaksi

perbankan, dan area aktivitas bisnis Bank tertentu dan mengevaluasi

(29)

BAB IV

– MANAJEMEN UMUM RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 5/23

7) Struktur organisasi yang secara jelas merumuskan peran dan

tanggung jawab Dewan Komisaris, Direksi, komite-komite, Satuan

Kerja Manajemen Risiko, Satuan Kerja Operasional, Satuan Kerja

Audit Intern, dan satuan kerja pendukung lainnya;

8) Kebijakan rencana kelangsungan usaha (business continuity plan

atau business continuity management) atas kemungkinan kondisi

eksternal dan internal terburuk, sehingga kelangsungan usaha Bank

dapat dipertahankan termasuk rencana pemulihan bencana (disaster

recovery plan) dan rencana kontijensi (contigency plan).

III. Limit

a) Bank harus memiliki limit risiko yang sesuai dengan tingkat risiko yang

akan diambil, toleransi risiko, dan strategi Bank secara keseluruhan

dengan memperhatikan kemampuan modal Bank untuk dapat menyerap

eksposur risiko atau kerugian yang timbul, pengalaman kerugian di masa

lalu, kemampuan sumber daya manusia, dan kepatuhan terhadap

ketentuan eksternal yang berlaku.

b) Limit harus dipahami oleh setiap pihak yang terkait dan dikomunikasikan

dengan baik termasuk apabila terjadi perubahan.

c) Prosedur dan penetapan limit risiko mencakup :

1) Akuntabilitas dan jenjang delegasi wewenang yang jelas;

2) Dokumentasi prosedur dan penetapan limit secara memadai untuk

memudahkan pelaksanaan kaji ulang dan jejak audit; dan

3) Pelaksanaan kaji ulang terhadap prosedur dan penetapan limit secara

berkala sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun atau frekuensi

yang lebih sering, sesuai dengan jenis risiko, kebutuhan dan

(30)

BAB IV

– MANAJEMEN UMUM RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 6/23

d) Dalam rangka pengendalian risiko, limit digunakan sebagai ambang

batas untuk menentukan tingkat intensitas mitigasi risiko yang akan

dilaksanakan manajemen.

e) Bank harus memiliki mekanisme persetujuan apabila terjadi pelampauan

limit.

f) Besaran limit diusulkan oleh satuan kerja operasional terkait, yang

selanjutnya direkomendasikan kepada Satuan Kerja Manajemen Risiko

untuk mendapat persetujuan Direksi atau Dewan Komisaris melalui

Komite Manajemen Risiko, atau Direksi sesuai dengan kewenangannya

masing-masing yang diatur dalam kebijakan internal Bank.

g) Limit tersebut harus direview secara berkala oleh Direksi dan/atau

Satuan Kerja Manajemen Risiko untuk menyesuaiakan terhadap

perubahan kondisi yang terjadi.

h) Penetapan limit yang didasarkan atas :

15.1 Limit secara keseluruhan;

15.2 Limit perjenis risiko, dan

15.3 Limit peraktivitas fungsional tertentu yang memiliki eksposur risiko.

IV. Risk Appetite dan Risk Tolerance

a) Tingkat risiko yang akan diambil (Risk Appetite) dan toleransi risiko (Risk

Tolerance)

1) Tingkat risiko yang akan diambil merupakan tingkat dan jenis risiko

yang bersedia diambil oleh Bank dalam rangka mencapai sasaran

Bank.

2) Toleransi risiko merupakan tingkat dan jenis risiko yang secara

(31)

BAB IV

– MANAJEMEN UMUM RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 7/23

3) Dalam menyusun kebijakan manajemen risiko, Direksi harus

memberikan arahan yang jelas mengenai tingkat risiko yang akan

diambil dan toleransi risiko Bank.

4) Tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko harus

diperhatikan dalam penyusunan kebijakan manajemen risiko,

termasuk dalam penetapan limit.

5) Dalam menetapkan toleransi risiko, Bank perlu mempertimbangkan

strategi dan tujuan bisnis Bank serta kemampuan Bank dalam

mengambil risiko (risk bearing capacity).

3. Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, Dan Pengendalian Risiko Serta Sistem Informasi Manajemen Risiko

Identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko merupakan

bagian utama dari proses penerapan manajemen risiko.

Identifikasi risiko bersifat proaktif, mencakup seluruh aktivitas Bank, dan

dilakukan dalam rangka menganalisa sumber dan probabilitas timbulnya risiko

serta konsekuensinya. Selanjutnya, Bank perlu melakukan pengukuran Risiko

sesuai dengan karakteristik dan kompleksitas kegiatan usaha, kemampuan

sistem pengumpulan data, dan tingkat risiko Bank.

Pada proses pemantauan terhadap hasil pengukuran risiko, Bank perlu

menetapkan unit yang independen dari pihak yang melakukan transaksi dalam

rangka memantau tingkat dan tren serta analisis kemungkinan perubahan risiko.

Selain itu, efektivitas proses penerapan manajemen risiko perlu disertai dengan

upaya pengendalian risiko dengan mempertimbangkan hasil pengukuran dan

pemantauan risiko. Dalam rangka mendukung proses identifikasi, pengukuran,

pemantauan, dan pengendalian risiko, Bank juga perlu mengembangkan Sistem

Informasi Manajemen yang disesuaikan dengan karakteristik, kegiatan dan

(32)

BAB IV

– MANAJEMEN UMUM RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 8/23

I. Identifikasi Risiko

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan proses identifikasi risiko antara lain :

a) Bank wajib melakukan identifikasi seluruh risiko secara berkala.

b) Bank wajib memiliki metode atau sistem untuk melakukan identifikasi

risiko pada seluruh produk dan aktivitas bisnis Bank.

c) Proses indetifikasi risiko dilakukan dengan menganalisis sumber risiko

yang paling kurang dilakukan terhadap risiko dari produk dan aktivitas

Bank serta memastikan bahwa risiko dari produk dan aktivitas baru telah

melalui proses Manajemen Risiko yang layak sebelum diperkenalkan

atau dijalankan.

II. Pengukuran Risiko

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan proses pengukuran risiko antara lain :

a) Sistem pengukuran risiko digunakan untuk mengukur eksposur risiko

bank sebagai acuan untuk melakukan pengendalian.

b) Sistem tersebut harus dapat mengukur :

1) Sensitivitas produk / aktivitas terhadap perubahan faktor-faktor

yang mempengaruhinya, baik dalam kondisi normal maupun tidak

normal;

2) Kecenderungan perubahan faktor-faktor dimaksud berdasarkan

fluktuasi perubahan yang terjadi di masa lalu dan korelasinya;

3) Faktor risiko (risk factors) secara individual;

4) Eksposur risiko secara keseluruhan (aggregate) maupun per risiko

dengan mempertimbangkan keterkaitan antar risiko; dan

5) Seluruh risiko yang melekat pada seluruh transaksi serta produk

perbankan, termasuk produk dan aktivitas baru, dan dapat

(33)

BAB IV

– MANAJEMEN UMUM RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 9/23

c) Metode pengukuran risiko dapat dilakukan secara kuantitatif maupun

kualitatif. Metode pengukuran tersebut dapat berupa metode yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam rangka penilaian risiko dan

perhitungan modal (baik berupa metode standar) atau metode internal

yang dikembangkan sendiri oleh Bank yang disesuaikan dengan

karakteristik dan kompleksitas kegiatan usaha Bank.

d) Bagi Bank yang menggunakan metode alternatif dengan metode

internal (internal model) dalam pengukuran risiko kredit, risiko pasar,

dan risiko operasional paling kurang mempertimbangkan hal-hal

sebagai berikut:

1) Persyaratan penggunaan model internal;

a. Isi dan kualitas data yang dibuat atau dipelihara harus sesuai

dengan standar umum yang berlaku sehingga memungkinkan

hasil statistik yang handal;

b. Tersedianya sistem informasi manajemen yang memungkinkan

sistem tersebut mengambil data informasi yang layak dan

akurat pada saat yang tepat;

c. Tersedianya sistem yang dapat menghasilkan data risiko pada

seluruh Bank;

d. Tersedianya dokumentasi dari sumber data yang digunakan

untuk keperluan proses pengukuran risiko;

e. Basis data dan proses penyimpanan data harus merupakan

bagian dari rancangan sistem guna mencegah terputusnya

serangkaian data statistik.

2) Apabila bank melakukan back-testing terhadap model internal

seperti Internal Credit Risk Rating Tools, Value at Risk (VaR), dan

Stress Testing untuk eksposur yang mengandung risiko tertentu,

(34)

BAB IV

– MANAJEMEN UMUM RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 10/23

dan asumsi yang disusun oleh Bank sendiri dan/atau asumsi yang

diminta oleh Bank Indonesia.

3) Dalam hal model internal tersebut diaplikasikan maka keperluan

data terkait harus disesuaikan pula dengan sistem pelaporan data

yang diwajibkan oleh Bank Indonesia.

4) Dalam rangka mengatasi kelemahan yang dapat timbul atas

penggunaan model pengukuran risiko tertentu maka Bank harus

melakukan validasi model tersebut yang dilakukan oleh pihak yang

independen (internal/eksternal) terhadap satuan kerja yang

mengaplikasikan model tersebut.

5) Validasi model merupakan suatu proses:

a. Evaluasi terhadap logika internal suatu model tertentu dengan

cara verifikasi keakurasian matematikal;

b. Membandingkan prediksi model dengan peristiwa setelah

tanggal posisi tertentu (subsequent events);

c. Membandingkan model satu dengan model lain yang ada, baik

internal maupun eksternal, apabila tersedia.

6) Validasi juga harus dilakukan terhadap model baru, baik yang

dikembangkan sendiri oleh Bank maupun yang dibeli dari vendor.

Model yang digunakan oleh Bank harus dievaluasi secara berkala

maupun sewaktu-waktu terutama dalam hal terjadi perubahan

kondisi pasar yang signifikan.

7) Proses pengukuran Risiko harus secara jelas memuat proses

validasi, frekuensi validasi, persyaratan dokumentasi data dan

informasi, persyaratan evaluasi terhadap asumsi-asumsi yang

digunakan, sebelum suatu model diaplikasikan oleh Bank.

8) Metode pengukuran risiko harus dipahami secara jelas oleh

(35)

BAB IV

– MANAJEMEN UMUM RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 11/23

treasury manager, chief dealer, Komite Manajemen Risiko (KMR),

Biro Manajemen Risiko (BMR) dan para Direktur yang terkait.

e) Pemilihan metode pengukuran disesuaikan dengan karakteristik dan

kompleksitas kegiatan usaha.

f) Sistem pengukuran Risiko harus dievaluasi dan disempurnakan

secara berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan untuk

memastikan kesesuaian asumsi, akurasi, kewajaran dan integritas

data, serta prosedur yang digunakan untuk mengukur Risiko.

g) Stress Test dilakukan untuk melengkapi sistem pengukuran Risiko

dengan cara mengestimasi potensi kerugian Bank pada kondisi pasar

yang tidak normal dengan menggunakan skenario tertentu guna

melihat sensitivitas kinerja Bank terhadap perubahan faktor Risiko

dan mengidentifikasi pengaruh yang berdampak signifikan terhadap

portofolio Bank.

h) Bank perlu melakukan stress testing secara berkala dan mereview

hasil stress testing tersebut serta mengambil langkah-langkah yang

tepat apabila perkiraan kondisi yang akan terjadi melebihi tingkat

toleransi yang dapat diterima. Hasil tersebut digunakan sebagai

masukan pada saat penetapan atau perubahan kebijakan dan limit.

i) Dalam melakukan Stress Testing Bank harus memperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

1. Sistem pengukuran risiko harus cukup fleksibel untuk memfasilitasi

berbagai macam skenario yang dijalankan. Asumsi yang

digunakan dalam Stress Testing harus secara cermat

dikembangkan untuk menguji kecenderungan kondisi portofolio

Bank. Stress Testing dilakukan berdasarkan pengalaman kerugian

terbesar yang dialami pada masa lalu (large historical market

(36)

BAB IV

– MANAJEMEN UMUM RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 12/23

2. Analisis Stress Testing harus dapat mengkuantifikasi besarnya

potensi kerugian sehingga memungkinkan Bank untuk melihat

dampak terburuk dari berbagai perubahan yang terjadi terhadap

pendapatan dan permodalan Bank. Hasil Stress Testing termasuk

penggunaan asumsi yang dilakukan oleh BMR harus disampaikan

kepada Direksi secara berkala. Minimal 1 kali setahun atau bila

dianggap perlu.

3. Harus dilakukan analisis kualitatif mengenai tindakan dan

keputusan yang akan diambil oleh Direksi atau pejabat terkait

guna mengantisipasi kemungkinan yang terburuk (worst case

scenario).

III. Pemantauan Risiko

a) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan proses

pemantauan risiko antara lain :

1) Bank harus memiliki sistem dan prosedur pemantauan yang

antara lain mencakup pemantauan terhadap besarnya eksposur

Risiko, kepatuhan limit internal dan hasil stress testing maupun

konsistensi pelaksanaan dengan kebijakan dan prosedur yang

ditetapkan.

2) Pemantauan dilakukan baik oleh unit pelaksana (risk taking unit)

maupun oleh Biro ManajemenRisiko.

3) Hasil pemantauan disajikan dalam laporan berkala yang

disampaikan kepada Manajemen dalam rangka mitigasi Risiko

dan tindakan yang diperlukan.

4) Bank harus menyiapkan suatu sistem back-up dan prosedur yang

efektif untuk mencegah terjadinya gangguan (disruptions) dalam

(37)

BAB IV

– MANAJEMEN UMUM RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 13/23

penilaian kembali secara berkala terhadap sistem back-up

tersebut.

b) Sebagai bagian dari penerapan pemantauan risiko maka limit risiko

mencakup :

1) Tersedianya limit secara individual dan keseluruhan/ konsolidasi;

2) Memperhatikan kemampuan modal Bank untuk dapat menyerap

eksposur risiko atau kerugian yang timbul, dan tinggi rendahnya

eksposur Bank;

3) Mempertimbangkan pengalaman kerugian di masa lalu dan

kemampuan sumber daya manusia; dan

4) Memastikan bahwa posisi yang melampaui limit yang telah

ditetapkan mendapat perhatian BMR, Komite Manajemen Risiko

dan Direksi.

c) Penetapan jenis limit meliputi :

1) Limit transaksi (transaction limit);

2) Limit overnight NOP;

3) Limit intraday NOP;

4) Limit mata uang (currency limit);

5) Limit eksposur (exposure limit);

6) Limit daily loss (realized);

7) Limit kerugian (stop loss limit);

8) Limit Value at Risk (VaR);

9) Limit PV01;

10) Limit nasabah dan counterparty;

(38)

BAB IV

– MANAJEMEN UMUM RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 14/23

12) Limit sektor industri/ekonomi dan wilayah (industry/economic

sector and geographic limit).

d) Penetapan batasan diajukan oleh unit yang mengambil risiko (pemilik

risiko), dianalisa, dan bila konsisten dengan Filosofi Risiko secara

keseluruhan, direkomendasikan oleh BMR untuk persetujuan Direksi

melalui Komite Manajemen Risiko, atau secara langsung kepada

Direksi menurut kewenangan yang telah ditentukan.

e) Penetapan limit dilakukan dengan tetap memperhatikan ketentuan

Bank Indonesia yang berlaku, antara lain ketentuan tentang

Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM), Batas Maksimum

Pemberian Kredit (BMPK) dan Posisi Devisa Neto (PDN).

f) Dalam hal terjadi pelampauan limit, maka Bank harus segera

melakukan penyesuaian dan mengantisipasi pelampauan tersebut

sehingga tidak mempengaruhi jumlah alokasi modal atas risiko yang

telah ditetapkan sebelumnya.

g) Setiap pelampauan limit harus dapat diidentifikasi dengan segera dan

mendapat otorisasi dari Direksi atau pejabat yang berwenang, sesuai

ketentuan dan prosedur intern Bank.

IV. Pengendalian Risiko

a) Bank harus memiliki sistem pengendalian Risiko yang memadai dengan mengacu pada kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan.

b) Proses pengendalian Risiko yang diterapkan Bank harus

disesuaikan dengan eksposur Risiko maupun tingkat Risiko yang

akan diambil dan toleransi Risiko.

c) Pengendalian Risiko dapat dilakukan oleh Bank, antara lain dengan

cara mekanisme lindung nilai, dan metode mitigasi Risiko lainnya

(39)

BAB IV

– MANAJEMEN UMUM RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 15/23

serta penambahan modal Bank untuk menyerap potensi kerugian.

V. Sistem Informasi Manajemen Risiko (SIM)

a) Sistem informasi manajemen (SIM) risiko merupakan bagian dari

sistem informasi manajemen yang harus dimiliki dan dikembangkan

sesuai dengan kebutuhan Bank, dalam rangka penerapan

manajemen risiko yang efektif.

b) Sebagai bagian dari proses Manajemen Risiko, sistem informasi

Manajemen Risiko harus mendukung pelaksanaan proses identifikasi,

pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Risiko.

c) Sistem informasi Manajemen Risiko harus dapat memastikan:

1) Tersedianya informasi yang akurat, informatif, tepat waktu dan

dapat diandalkan agar dapat digunakan Dewan Komisaris, Direksi,

dan satuan kerja yang terkait dalam penerapan Manajemen Risiko

untuk menilai, memantau, dan memitigasi Risiko yang dihadapi

Bank baik Risiko keseluruhan/komposit maupun per Risiko

dan/atau dalam rangka proses pengambilan keputusan oleh

Direksi;

2) Efektivitas penerapan manajemen risiko mencakup kebijakan,

prosedur dan penetapan limit Risiko; dan

3) Tersedianya hasil (realisasi) penerapan manajemen risiko

dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh Bank sesuai

dengan kebijakan dan strategi penerapan manajemen risiko.

d) Sebagai salah satu output sistem informasi manajemen risiko, laporan

profil risiko disusun secara berkala oleh Biro Manajemen Risiko

bersifat independen terhadap Unit / Satuan Kerja yang melakukan

kegiatan operasional. Frekuensi penyampaian laporan kepada Direksi

terkait dan Komite Manajemen Risiko harus ditingkatkan apabila

(40)

BAB IV

– MANAJEMEN UMUM RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 16/23

e) Dalam mengembangkan teknologi sistem informasi dan software

baru, Bank harus memastikan bahwa penerapan sistem informasi dan

teknologi baru tersebut tidak akan menimbulkan gangguan.

f) Apabila Bank memutuskan untuk menugaskan pihak ketiga

(outsourcing) dalam pengembangan software dan penyempurnaan

sistem, Bank harus mengkaji potensi risiko residual dari berbagai

aktivitas yang di-outsourced dan penunjukan pihak ketiga tersebut

dilakukan secara obyektif & independen. Dalam perjanjian / kontrak

outsourcing harus mencantumkan kIausul (terms and conditions)

mengenai pemeliharaan dan upgrade serta langkah antisipasi guna

mencegah gangguan yang mungkin terjadi dalam pengoperasiannya.

g) Sebelum penerapan SIM Risiko yang baru, Bank harus melakukan

pengujian untuk memastikan bahwa proses dan output yang

dihasilkan telah melalui proses pengembangan, pengujian dan

penilaian kembali secara efektif dan akurat, serta Bank harus

memastikan bahwa data historis akuntansi dan manajemen dapat

diakses oleh sistem / software baru tersebut dengan baik.

h) Dalam hal Bank mengembangkan suatu sistem / software baru,

sistem tersebut harus berfungsi dan dirancang sehingga secara

otomatis dan efektif dapat memenuhi keperluan pelaporan yang

diwajibkan oleh otoritas berwenang.

i) Bank harus menatausahakan dan mengkinikan dokumentasi sistem,

yang memuat perangkat keras (hardware), perangkat lunak

(software), data base, parameter, tahapan proses, asumsi yang

digunakan, sumber data, dan output yang dihasilkan sehingga

memudahkan pengendalian melekat (built-in controls) dan

(41)

BAB IV

– MANAJEMEN UMUM RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 17/23

j) Sistem informasi Manajemen Risiko dan informasi yang dihasilkan

harus disesuaikan dengan karakteristik dan kompleksitas kegiatan

usaha Bank serta adaptif terhadap perubahan.

k) Kecukupan cakupan informasi yang dihasilkan dari sistem informasi

Manajemen Risiko harus direview secara berkala untuk memastikan

bahwa cakupan tersebut telah memadai sesuai perkembangan tingkat

kompleksitas kegiatan usaha.

l) Sistem informasi Manajemen Risiko harus mendukung pelaksanaan

pelaporan kepada Bank Indonesia.

4. Sistem Pengendalian Intern (SPI)

Proses penerapan Manajemen Risiko yang efektif harus dilengkapi dengan

sistem pengendalian intern yang handal. Penerapan sistem pengendalian intern

secara efektif dapat membantu pengurus Bank menjaga aset Bank, menjamin

tersedianya pelaporan keuangan dan manajerial yang dapat dipercaya,

meningkatkan kepatuhan Bank terhadap ketentuan dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, serta mengurangi Risiko terjadinya kerugian,

penyimpangan dan pelanggaran aspek kehati-hatian. Terselenggaranya sistem

pengendalian intern Bank yang handal dan efektif menjadi tanggung jawab dari

seluruh satuan kerja operasional dan satuan kerja pendukung serta Satuan

Kerja Audit Intern.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan sistem pengendalian intern

antara lain adalah sebagai berikut:

1. Bank wajib melaksanakan sistem pengendalian intern secara efektif dalam

penerapan Manajemen Risiko Bank dengan mengacu pada kebijakan dan

prosedur yang telah ditetapkan. Penerapan prinsip pemisahan fungsi (four

eyes principle) harus memadai dan dilaksanakan secara konsisten.

2. Sistem pengendalian intern dalam penerapan Manajemen Risiko paling

(42)

BAB IV

– MANAJEMEN UMUM RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 18/23

a. kesesuaian antara sistem pengendalian intern dengan jenis dan tingkat

Risiko yang melekat pada kegiatan usaha Bank;

b. penetapan wewenang dan tanggung jawab untuk pemantauan

kepatuhan kebijakan, prosedur dan limit;

c. penetapan jalur pelaporan dan pemisahan fungsi yang jelas dari satuan

kerja operasional kepada satuan kerja yang melaksanakan fungsi

pengendalian;

d. struktur organisasi yang menggambarkan secara jelas tugas dan

tanggung jawab masing-masing unit dan individu;

e. pelaporan keuangan dan kegiatan operasional yang akurat dan tepat

waktu;

f. kecukupan prosedur untuk memastikan kepatuhan Bank terhadap

ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku;

g. kaji ulang yang efektif, independen, dan obyektif terhadap kebijakan,

kerangka dan prosedur operasional Bank;

h. pengujian dan kaji ulang yang memadai terhadap sistem informasi

manajemen;

i. dokumentasi secara lengkap dan memadai terhadap cakupan,

prosedur-prosedur operasional, temuan audit, serta tanggapan

pengurus Bank berdasarkan hasil audit;

j. verifikasi dan kaji ulang secara berkala dan berkesinambungan

terhadap penanganan kelemahan-kelemahan Bank yang bersifat

material dan tindakan pengurus Bank untuk memperbaiki

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.

3. Pelaksanaan kaji ulang terhadap penerapan Manajemen Risiko paling

kurang sebagai berikut :

a. Kaji ulang dan evaluasi dilakukan secara berkala, paling kurang setiap

tahun oleh Biro Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Audit Intern

(43)

BAB IV

– MANAJEMEN UMUM RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 19/23

b. cakupan kaji ulang dan evaluasi dapat ditingkatkan

frekuensi/intensitasnya, berdasarkan perkembangan eksposur Risiko

Bank, perubahan pasar, metode pengukuran, dan pengelolaan Risiko;

c. khusus untuk kaji ulang dan evaluasi terhadap pengukuran Risiko oleh

BMR, paling kurang mencakup:

1) kesesuaian kerangka Manajemen Risiko, yang meliputi kebijakan,

struktur organisasi, alokasi sumber daya, desain proses Manajemen

Risiko, sistem informasi, dan pelaporan Risiko Bank dengan

kebutuhan bisnis Bank, serta perkembangan peraturan dan praktek

terbaik (best practice) terkait Manajemen Risiko;

2) metode, asumsi, dan variabel yang digunakan untuk mengukur

Risiko dan menetapkan limit eksposur Risiko;

3) perbandingan antara hasil dari metode pengukuran Risiko yang

menggunakan simulasi atau proyeksi di masa datang dengan hasil

aktual;

4) perbandingan antara asumsi yang digunakan dalam metode

dimaksud dengan kondisi yang sebenarnya/aktual;

5) perbandingan antara limit yang ditetapkan dengan eksposur yang

sebenarnya/aktual;

6) penentuan kesesuaian antara pengukuran dan limit eksposur Risiko

dengan kinerja di masa lalu dan posisi permodalan Bank saat ini.

d. Kaji ulang oleh pihak independen baik SKAI antara lain mencakup:

1) keandalan kerangka Manajemen Risiko, yang mencakup kebijakan,

struktur organisasi, alokasi sumber daya, desain proses Manajemen

Risiko, sistem informasi, dan pelaporan Risiko Bank;

2) penerapan Manajemen Risiko oleh unit bisnis/aktivitas pendukung,

termasuk kaji ulang terhadap pelaksanaan pemantauan oleh SKMR.

4. Hasil penilaian kaji ulang oleh SKMR disampaikan kepada Dewan

Komisaris, Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), Direktur Kepatuhan, Komite

Audit (apabila ada), dan Direksi terkait lainnya sebagai masukan dalam

(44)

BAB IV

– MANAJEMEN UMUM RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 20/23

5. Perbaikan atas hasil temuan audit intern maupun ekstern harus dipantau

oleh SKAI. Temuan audit yang belum ditindaklanjuti harus diinformasikan

oleh SKAI kepada Direksi untuk diambil langkah-langkah yang diperlukan.

6. Tingkat responsif Bank terhadap kelemahan dan/atau penyimpangan yang

terjadi terhadap ketentuan internal dan eksternal yang berlaku.

Pelaksanaan pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko

berpedoman pada KebijakanSistem Pengendalian Intern (SPI) yang berlaku.

II. KEBIJAKAN LAINNYA TERKAIT PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

A. Pengelolaan Risiko Produk & Aktivitas Baru dan Transaksi Derivatif 1. Pengelolaan Risiko Produk dan Aktivitas Baru

Pelaksanaan pengelolaan risiko produk dan aktivitas baru berpedoman pada

Kebijakan & Prosedur Manajemen Risiko Untuk Produk / Aktivitas Baru yang

berlaku.

2. Penerapan Manajemen Risiko Transaksi Derivatif

Pelaksanaan pengelolaan risiko transaksi devivatif berpedoman pada

Pedoman Pelaksanaan Transaksi Derivatif yang berlaku.

B. Laporan Penerapan Manajemen Risiko 1. Laporan Profil Risiko

a) Bank wajib menyampaikan laporan profil Risiko kepada Bank Indonesia

secara triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni, September dan

Desember, yang disajikan secara komparatif dengan posisi triwulan

sebelumnya selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja setelah akhir

(45)

BAB IV

– MANAJEMEN UMUM RISIKO

BMR-2004 (Rev.4-07/2013) IV - 21/23

Catatan : Untuk pengukuran Profil Risiko saat ini, Bank menggunakan

data rata-rata dua bulan pertama dalam triwulan berjalan.

b) Laporan profil risiko yang disampaikan oleh Satuan Kerja Manajemen

Risiko kepada Bank Indonesia wajib memuat substansi yang sama

dengan laporan profil risiko yang disampaikan oleh Satuan Kerja Biro

Manajemen Risiko kepada Presiden Direktur dan Komite Manajemen

Risiko.

2. Laporan Tingkat Kesehatan Bank (Risk Base Bank Rating / RBBR)

a) Bank wajib menyampaikan Laporan Tingkat Kesehatan Bank Berbasis

Risiko (Risk Base Bank Rating / RBBR) kepada Bank Indonesia secara

semesteran untuk posisi bulan Juni dan Desember.

b) Untuk pelaporan ini Biro Manajemen Risiko wajib menyediakan

Laporan Profil Risiko yang sesuai dengan periode Laporan Tingkat

Kesehatan Bank Berbasis Risiko (Risk Base Bank Rating / RBBR).

3. Laporan Penilaian Kecukupan Modal sesuai Profil Risiko (Internal Capital Adequacy Assessment Process / ICAAP)

a) Bank wajib menyampaikan Laporan Penilaian Kecukupan Modal Sesuai

Profil Risiko (Internal Capital Adequacy Assessment Process / ICAAP)

kepada Bank Indonesia secara semesteran untuk posisi bulan Juni dan

Desember.

b) Untuk pelaporan ini Biro Manajemen Risiko wajib menyediakan

Laporan Profil Risiko yang sesuai dengan periode Laporan Laporan

Penilaian Kecukupan Modal Sesuai Profil Risiko (Internal Capital

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengujian dan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko Perbankan, Dan Penerapan Audit Internal Terhadap Kebijakan

Value at Risk (VaR) mempunyai banyak aplikasi, seperti dalam manajemen risiko, untuk mengevaluasi percapaian dalam pengambilan keputusan yang menyangkut risiko dan untuk

Sasaran utama dari implementasi manajemen risiko adalah melindungi bank terhadap kerugian yang mungkin timbul serta menjaga tingkat risiko agar sesuai dengan keinginan besar

Agar penerapan manajemen risiko dapat berjalan dengan efektif dan optimal, Bank Mantap telah memiliki Komite Manajemen Risiko yang berfungsi untuk membahas permasalahan

Pelaksanaan Workshop Manajemen Risiko di tingkat Departemen Operasi Risk Management Workshop at the Operating Department level. Pelaksanaan Workshop Manajemen Risiko di tingkat

Penciptaan Budaya Peduli Risiko ( Risk Awareness ) Untuk Mendukung Implementasi Manajemen Risiko Sektor Publik. Perancangan Penerapan Manajemen Risiko. Implementasi

Sejalan dengan industri best practices dan penerapan kerangka kerja manajemen risiko berdasarkan Basel, Danamon telah membentuk fungsi Integrated Risk, yang menggabungkan

Penerapan manajemen risiko (Risk Management) bertujuan untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh suatu risiko bank.. Dalam rangka penerapan manajemen risiko bagi