• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN KONSELING MENYUSUI DAN PELATIHAN FASILITATOR KONSELING MENYUSUI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN KONSELING MENYUSUI DAN PELATIHAN FASILITATOR KONSELING MENYUSUI"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

613.269 Ind p

PEDOMAN PENYELENGGARAAN

PELATIHAN KONSELING MENYUSUI

DAN

PELATIHAN FASILITATOR KONSELING MENYUSUI

DEPARTEMEN KESEHATAN RI JAKARTA

(2)

Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI 613.269

Ind Indonesia. Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.

p Pedoman penyelenggaraan pelatihan konseling

menyusui dan pelatihan fasilitator konseling menyusui. -- Jakarta: Departemen Kesehatan, 2007

(3)

KATA PENGANTAR

Air Susu Ibu (ASI) adalah anugerah Tuhan untuk bayi yang tidak dapat digantikan oleh makanan atau minuman apapun. Hanya ASI yang dapat memenuhi semua kebutuhan bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. ASI aman, bersih dan mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai macam penyakit dan infeksi. Lebih dari itu, ASI tersedia setiap saat dan gratis sehingga tidak merepotkan ibu untuk memberikannya.

Mempertimbangkan keunggulan ASI tersebut, WHO/UNICEF (2002) dalam dokumen Global Strategy for Infant and Young Child Feeding (IYCF) merekomendasikan pola pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak sampai usia 2 tahun adalah : 1) Memberi kesempatan pada bayi untuk melakukan inisiasi menyusu dini dalam 1 jam setelah lahir; 2) Menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan; 3) Mulai memberi makanan pendamping ASI yang bergizi sejak bayi berusia 6 bulan; dan 4) Meneruskan menyusui sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.

Dalam rangka mencapai derajat kesehatan anak yang optimal, semua negara di dunia diharapkan mengimplementasikan rekomendasi tersebut sesuai dengan kondisi masing-masing negara. Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan telah menindaklanjuti rekomendasi tersebut dengan menerbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor: 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia, yang menetapkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia adalah sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, dan semua tenaga kesehatan agar menginformasikanya kepada semua ibu yang baru melahirkan.

Dalam rangka meningkatkan akses ibu, keluarga dan masyarakat terhadap informasi tentang pola makan terbaik bagi bayi dan anak sampai usia 2 tahun, setiap fasilitas kesehatan yang menyediakan pelayanan kesehatan ibu dan anak seperti Rumah Sakit, Rumah Sakit Bersalin, Puskesmas dan jaringannya, bidan praktek swasta, dan sebagainya, perlu memiliki tenaga konselor menyusui yang mampu membantu ibu dan keluarganya dalam melakukan inisiasi menyusu dini dan menyusui eksklusif selama 6 bulan.

Terkait dengan maksud tersebut, Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan bermaksud menyediakan tenaga konselor menyusui melalui pelatihan konseling menyusui dan pelatihan fasilitator dengan menggunakan modul pelatihan WHO/UNICEF metode 40 jam. Sejalan dengan era desentralisasi yang memungkinkan banyak pihak melaksanakan pelatihan konseling menyusui, maka dalam rangka memperoleh standar pelatihan yang berkualitas, disusunlah Pedoman Penyelenggaran Pelatihan Konseling Menyusui dan Fasilitator Konseling Menyusui ini. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan tenaga, pikiran dan keahliannya dalam menyusun pedoman ini, saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Saya mengharapkan kritik dan saran perbaikan demi penyempurnaan pedoman ini di masa mendatang.

Jakarta, 1 November 2007 Direktur Bina Gizi Masyarakat Depkes RI,

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 2

C. Pengertian 3

BAB II MODUL PELATIHAN 4

BAB III PENYELENGGARAAN PELATIHAN KONSELING MENYUSUI 9

A. Ketentuan Peserta 9

B. Ketentuan Fasilitator 9

C. Ketentuan Master of Training (MoT) 10

D. Ketentuan Panitia Penyelenggara 11

BAB IV PENYELENGGARAAN PELATIHAN FASILITATOR KONSELING MENYUSUI 12

A. Ketentuan Peserta 12

B. Ketentuan Fasilitator Senior/Master Trainer (MT) 12

C. Ketentuan Master of Training (MoT) 13

D. Ketentuan Panitia Penyelenggara 14

BAB V PROSES PELATIHAN 15

A. Persiapan 15

B. Pelaksanaan 17

C. Evaluasi 18

BAB VI PENUTUP 19

Lampiran 1. Contoh kerangka acuan pelatihan konseling menyusui dan

pelatihan fasilitator konseling menyusui 20

Lampiran 2. Contoh jadual pelatihan pelatihan konseling menyusui

Dan pelatihan fasilitator konseling menyusui 23 Lampiran 3. Daftar ceklis kebutuhan pelaksanaan pelatihan konseling

Menyusui dan fasilitator konseling menyusui 25

Lampiran 4 panduan praktik klinik pelatihan konseling menyusui 30

Lampiran 5. Manuskrip simulasi praktik klinik 33

Lampiran 6. Alir proses pembelajaran 42

Lampiran 7. Pre dan post test pelatihan konseling menyusui 43

Lampiran 8. Cek list untuk keterampilan melatih 47

Lampiran 9. Evaluasi penyelenggaraan pelatihan 49

Lampiran 10. Evaluasi proses belajar mengajar 53

Lampiran 11. Evaluasi tahap proses pemebelajaran 54

Lampiran 12. Formulir untuk menilai dan merubah pelayanan 58

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rencana Strategis Departemen Kesehatan tahun 2005-2009 menyatakan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan, selain itu ditetapkan bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai sasaran sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), yaitu:

1. Meningkatnya umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun;

2. Menurunnya angka kematian bayi dari 35 menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup;

3. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 307 menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup; dan

4. Menurunkan prevalensi gizi kurang pada anak balita dari 25,8 menjadi 20,0%.

Upaya peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) berperan sangat besar terhadap pencapaian dua dari empat sasaran tersebut, yaitu menurunnya angka kematian bayi dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health Organization/United Nations Children’s Fund (WHO/UNICEF), pada tahun 2003 melaporkan bahwa 60% kematian balita langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh kurang gizi dan 2/3 dari kematian tersebut terkait dengan praktik pemberian makan yang kurang tepat pada bayi dan anak. Oleh karena itu penting sekali penerapan pola pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak.

Terkait dengan hal tersebut, WHO/UNICEF dalam Global Strategy on Infant and Young Child Feeding tahun 2002, merekomendasikan bahwa pola makan terbaik untuk bayi dan anak sampai usia 2 (dua) tahun adalah:

1. Inisiasi menyusu dini dalam 30 sampai 60 menit setelah bayi lahir;

2. Memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan; 3. Mulai memberikan makanan pendamping ASI sejak bayi berusia 6 bulan; 4. Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia dua tahun atau lebih.

Penelitian Gareth Jones, dkk, mengemukakan bahwa menyusui dapat mencegah 13% kematian balita (Lancet 2003:362), sedangkan Karen M. Edmond, dkk, dalam penelitian di Ghana menyatakan bahwa 16% kematian neonatus dapat dicegah bila bayi mendapat ASI pada hari pertama, dan angka tersebut meningkat menjadi 22% bila bayi melakukan inisiasi menyusu dini dalam 1 jam pertama setelah lahir (Pediatric, March 2006).

(6)

Upaya peningkatan pemberian ASI selama ini mulai memberikan hasil yang menggembirakan. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2005 dan 2006 menunjukkan telah terjadi peningkatan cakupan pemberian ASI secara eksklusif sampai 6 bulan. Jika pada tahun 2005 cakupan ASI eksklusif 6 bulan sebesar 18,1%, cakupan tersebut meningkat menjadi 21,2% pada tahun 2006. Sedangkan cakupan ASI eksklusif pada seluruh bayi dibawah 6 bulan (0–6 bulan) meningkat dari 49,0% pada tahun 2005 menjadi 58,5% pada tahun 2006. Sebagaimana diketahui, pemerintah telah menetapkan target cakupan pemberian ASI secara eksklusif pada tahun 2010 pada bayi 0-6 bulan sebesar 80%. Oleh karena itu untuk mencapai target pemberian ASI secara eksklusif, upaya peningkatan pemberian ASI eksklusif perlu dilanjutkan dan terus ditingkatkan, yaitu melalui kegiatan:

1. Memberdayakan ibu dan meningkatkan dukungan anggota keluarga agar semakin banyak bayi baru lahir yang melakukan inisiasi menyusu dini, dan semakin banyak ibu mampu menyusui dengan benar.

2. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan menyediakan tenaga konselor menyusui di sarana pelayanan kesehatan, dan revitalisasi sarana pelayanan kesehatan sayang ibu dan bayi.

3. Menciptakan lingkungan kondusif yang memungkinkan ibu tetap menyusui sebagaimana mestinya.

Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, keberadaan tenaga konselor menyusui menjadi sangat penting. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa peranan tenaga konselor menyusui sangat besar terhadap peningkatan pemberdayaan ibu, peningkatan dukungan anggota keluarga serta peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang pada gilirannya akan meningkatkan cakupan pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia. Oleh karena itu keberadaan tenaga konselor menyusui perlu dipertahankan dan ditingkatkan.

Tenaga konselor menyusui diperoleh melalui suatu proses pelatihan konseling menyusui dengan menggunakan standar kurikulum atau modul yang baku. Selama ini standar kurikulum atau modul pelatihan konseling menyusui menggunakan modul WHO/UNICEF metode 40 jam yang telah diakui secara internasional.

Seiring dengan era desentralisasi dimana setiap daerah dimungkinkan untuk melaksanakan pelatihan konseling menyusui dan bahkan pelatihan fasilitator konseling menyusui, maka untuk menjamin kualitas pelatihan yang optimal diperlukan standarisasi penyelenggaraan pelatihan, baik pelatihan konseling menyusui maupun pelatihan fasilitator konseling menyusui. Berdasarkan kepentingan tersebut maka disusun pedoman penyelenggaraan pelatihan konseling menyusui dan pelatihan fasilitator konseling menyusui.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

(7)

2. Tujuan Khusus

a. Dipahaminya tata cara penyelenggaraan pelatihan konseling menyusui dan pelatihan fasilitator konseling menyusui yang sesuai standar.

b. Terselenggaranya pelatihan konseling menyusui dan pelatihan fasilitator konseling menyusui yang sesuai standar.

c. Diperolehnya tenaga konselor menyusui dan fasilitator pelatihan konseling menyusui yang berkualitas.

C. Pengertian

1. Konseling

Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah antara konselor dan klien yang bertujuan membantu klien untuk memutuskan apa yang akan dilakukan dalam mengatasi masalah yang dialami oleh klien. Dalam komunikasi tersebut konselor bukan memberi nasihat tetapi memberikan informasi dan alternatif pemecahan masalah, selanjutnya klien memilih dan memutuskan sendiri alternatif yang terbaik untuk dirinya.

2. Konselor

Konselor adalah orang yang memberikan konseling

3. Konselor menyusui

Konselor menyusui adalah orang yang telah mengikuti pelatihan konseling menyusui dengan modul pelatihan standar WHO/UNICEF 40 jam.

4. Fasilitator

Fasilitator adalah konselor menyusui yang telah mengikuti pelatihan fasilitator selama 10 hari, yang mencakup 5 hari pertama berlatih sebagai fasilitator diantara sesama konselor menyusui, dan 5 hari berikutnya praktik menjadi fasilitator pada pelatihan konseling menyusui, dengan didampingi oleh fasilitator senior/Master Trainer (MT).

5. Fasilitator Senior/Master Trainer (MT)

Fasilitator Senior/Master Trainer adalah fasilitator yang pernah lebih dari satu kali menjadi fasilitator dalam kegiatan pelatihan fasilitator.

6. Master of Training (MoT)

Master of Training adalah fasilitator senior/master trainer (MT) yang bertanggung jawab terhadap seluruh penyelenggaraan pelatihan, mencakup perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan pelatihan konseling menyusui.

(8)

BAB II MODUL PELATIHAN

Pelatihan konseling menyusui dan pelatihan fasilitator konseling menyusui menggunakan modul WHO/UNICEF metode 40 jam, yang dilaksanakan dalam waktu 5 hari berturut-turut atau lebih dari 5 hari dengan sistem pembelajaran bertahap sesuai dengan kondisi setempat.

Modul pelatihan konseling menyusui berisi 33 sesi, sebagai berikut: Sesi 1: Mengapa Menyusui Penting

Disampaikan selama 60 menit, dilaksanakan di dalam kelas dengan cara penyampaian materi transparansi dan diskusi.

Peralatan yang digunakan adalah transparansi 1 sampai dengan 16, OHP, LCD proyektor, komputer.

Sesi 2: Situasi Lokal Menyusui

Disampaikan selama 30 menit, dilaksanakan di dalam kelas dengan cara penyampaian materi dan diskusi.

Peralatan yang digunakan adalah transparansi, OHP, kertas flipchart, spidol.

Sesi 3: Cara Kerja Menyusui

Disampaikan selama 60 menit, dilaksanakan di dalam kelas dengan cara penyampaian materi dan diskusi.

Peralatan yang digunakan adalah transparansi.

Sesi 4: Menilai Proses Menyusui

Disampaikan selama 60 menit, dilaksanakan di dalam kelas dengan cara penyampaian materi, diskusi dan simulasi.

Peralatan yang digunakan adalah transparansi, formulir/lembar bantuan penilaian, boneka, model payudara.

Sesi 5: Mengamati Proses Menyusui

Disampaikan selama 60 menit, dilaksanakan di dalam kelas dengan cara penyampaian materi, diskusi dan praktik menggunakan formulir di dalam kelas.

Peralatan yang digunakan adalah slide, formulir penilaian.

Sesi 6: Mendengarkan Dan Mempelajari

Disampaikan selama 60 menit, dilaksanakan di dalam kelas dengan cara penyampaian materi, simulasi, tanya jawab, rangkuman.

Peralatan yang digunakan adalah transparansi, papan tulis, lembar balik atau flipchart.

Sesi 7: Latihan Mendengarkan Dan Mempelajari

Disampaikan selama 60 menit, dilaksanakan di dalam kelas dengan cara berlatih ketrampilan dalam kelompok yang terdiri dari 8-10 orang dengan 2 fasilitator setiap kelompok, umpan balik fasilitator.

(9)

Sesi 8: Praktik Pelayanan Kesehatan

Disampaikan selama 90 menit, dilaksanakan di dalam kelas dengan cara penyampaian materi, tanya jawab, diskusi kelompok.

Peralatan yang digunakan adalah poster ‘Sepuluh Langkah Keberhasilan Menyusui’.

Sesi 9: Praktik Klinik I (Mendengarkan dan Mempelajari; Menilai Proses Menyusui)

Disampaikan selama 120 menit, dilaksanakan di tempat praktik (bangsal atau klinik). Peralatan yang digunakan adalah ceklis diskusi praktik klinis, 2 lembar bantuan pengamatan menyusui, 1 lembar daftar keterampilan mendengarkan dan mempelajari serta lembar cadangan.

Sesi 10: Mengatur Posisi Bayi Pada Payudara

Disampaikan selama 60 menit, dilaksanakan di dalam kelas dengan cara simulasi dalam kelompok.

Peralatan yang digunakan adalah boneka, tempat tidur atau meja, penopang kaki, bantal, kain penutup.

Sesi 11: Membangun Percaya Diri Dan Memberi Dukungan

Disampaikan selama 60 menit, dilaksanakan di dalam kelas dengan cara penyampaian materi, simulasi dan rangkuman.

Peralatan yang digunakan adalah Kartu Menuju Sehat (KMS), transparansi, OHP, lembar balik.

Sesi 12: Latihan Percaya Diri Dan Dukungan

Disampaikan selama 60 menit, dilaksanakan dengan kerja kelompok, latihan keterampilan dan keterampilan tertulis.

Peralatan yang digunakan adalah soal latihan, lembar jawaban

Sesi 13: Praktik Klinik 2 (Membangun percaya diri dan memberi dukungan; Mengatur posisi bayi pada payudara).

Disampaikan selama 120 menit, dilaksanakan dengan kerja kelompok dan latihan keterampilan.

Peralatan yang digunakan adalah daftar keterampilan percaya diri dan dukungan untuk tiap peserta dan fasilitator, lembar bantuan pengamatan menyusui, daftar keterampilan mendengar dan mempelajari, dan ceklis diskusi praktik klinik

Sesi 14: Kondisi Payudara

Disampaikan selama 60 menit dilaksanakan dengan presentasi slide, peragaan, tanya jawab dan rangkuman.

Peralatan yang digunakan adalah slide, transparansi, alat suntik, tabung suntik sekali pakai (disposible) ukuran 10 atau 20 ml.

Sesi 15: Latihan Kondisi Payudara

Disampaikan selama 30 menit dilaksanakan dengan kerja kelompok dan latihan tertulis. Peralatan yang digunakan adalah buku soal latihan 13, lembar jawaban latihan 13

Sesi 16: Menolak Menyusu

(10)

Peralatan yang digunakan adalah lembar balik atau papan tulis, lembar jawaban untuk latihan 14

Sesi 17: Mengkaji Riwayat Menyusu

Disampaikan selama 50 menit dilaksanakan di dalam kelas dengan cara kerja kelompok, simulasi, rangkuman. Peralatan yang digunakan adalah formulir kajian riwayat menyusui, KMS.

Sesi 18: Latihan Mengkaji Riwayat Menyusu

Disampaikan selama 70 menit dilaksanakan di dalam kelas dengan cara diskusi kelompok, praktik mengisi formulir kajian riwayat menyusui.

Peralatan yang digunakan adalah salinan formulir Riwayat 1-5 dan KMS

Sesi 19: Pemeriksaan Payudara

Disampaikan selama 30 menit dilaksanakan di dalam kelas dengan cara diskusi kelompok dan simulasi.

Peralatan yang digunakan adalah model payudara

Sesi 20: Memerah ASI

Disampaikan selama 70 menit dilaksanakan di dalam kelas dengan cara simulasi, demonstrasi dan rangkuman.

Peralatan yang digunakan adalah wadah untuk menampung ASI perah (misalnya cangkir, botol bekas selai), contoh pompa payudara yang terdapat di daerah setempat, botol kaca, panci untuk air panas.

Sesi 21: ASI Tidak Cukup

Disampaikan selama 70 menit dilaksanakan di dalam kelas dengan cara kerja kelompok, diskusi dan rangkuman.

Peralatan yang digunakan adalah 1-2 lembar balik dan 1 papan tulis.

Sesi 22: Menangis

Disampaikan selama 30 menit dilaksanakan di dalam kelas dengan cara kerja kelompok yang terdiri dari 8-10 orang, dengan 2 fasilitator masing-masing kelompok, diskusi dan simulasi.

Peralatan yang digunakan adalah boneka.

Sesi 23: Latihan ASI Tidak Cukup Dan Menangis

Disampaikan selama 50 menit dilaksanakan di dalam kelas dengan cara mengerjakan latihan.

Peralatan yang digunakan adalah lembar latihan dan lembar jawaban.

Sesi 24: Praktik Klinik 3

Disampaikan selama 120 menit, dilaksanakan di dalam kelas dan dibimbing oleh seorang fasilitator, kerja kelompok di bangsal atau klinik. Tiap fasilitator mengawasi 2-3 pasang peserta dalam kelompok, rangkuman.

(11)

Sesi 25: Praktik Konseling

Disampaikan selama 75 menit dilaksanakan di dalam kelas dengan cara kerja kelompok 4 - 5 orang dengan 1 fasilitator, dan praktik konseling berpasangan.

Peralatan yang digunakan adalah KMS, lembar cadangan ceklis keterampilan konseling.

Sesi 26: Bayi Berat Lahir Rendah Dan Bayi Sakit

Disampaikan selama 75 menit dilaksanakan di dalam kelas dengan cara presentasi dan latihan tertulis.

Peralatan yang digunakan adalah transparansi, cangkir kecil, sendok teh, boneka, latihan dan lembar jawaban.

Sesi 27: Meningkatkan ASI Dan Relaktasi

Disampaikan selama 60 menit dilaksanakan di dalam kelas dipimpin oleh seorang fasilitator, diskusi, simulasi, latihan tertulis.

Peralatan yang digunakan adalah transparansi, slide, projector dan layar, lembar laltihan, lembar jawaban, 1 buah pipa NGT, pita perekat, 1 buah cangkir atau wadah untuk susu, 1 buah spuit ukuran 10 - 20 ml, 1 buah alat penetes/pipet (dropper).

Sesi 28: Mempertahankan Menyusui

Disampaikan selama 60 menit dilaksanakan di dalam kelas dengan cara kerja kelompok beranggotakan 8 -10 orang dan 2 pelatih, simulasi dan latihan tertulis.

Peralatan yang digunakan adalah OHP, papan tulis, KMS.

Sesi 29: Praktik Klinik 4 (Konseling Kepada Ibu Dalam Berbagai Situasi)

Disampaikan selama 120 menit dilaksanakan di dalam kelas dipimpin oleh seorang fasilitator, praktik keterampilan konseling di bangsal atau klinik oleh setiap 2-3 pasangan yang diawasi oleh 1 orang fasilitator.

Peralatan yang digunakan adalah cadangan lembar ceklis keterampilan konseling, formulir riwayat menyusui dan lembar bantuan lembar pengamatan menyusui, 1 lembar salinan ceklis diskusi praktik klinik, formulir kemajuan praktik klinik masing-masing peserta.

Sesi 30: Merubah Pelayanan

Disampaikan selama 90 menit dilaksanakan di dalam kelas dengan cara kerja kelompok yang terdiri 4 - 5 orang dan 1 orang fasilitator sebagai nara sumber, diskusi, rangkuman. Peralatan yang digunakan adalah beberapa lembar salinan formulir untuk menilai dan merubah praktik, papan tulis atau lembar balik.

Sesi 31: Gizi, Kesehatan Dan Kesuburan Wanita

Disampaikan selama 60 menit yang diawali dengan penyajian materi dan Tanya jawab serta diskusi kelompok.

Peralatan yang digunakan adalah OHP dan panduan melakukan diskusi kelompok.

Sesi 32: Ibu Bekerja

Disampaikan selama 60 menit dilakukan di dalam ruangan dengan diskusi kelompok dan permainan peran “membantu ibu yang bekerja di luar rumah”.

(12)

Sesi 33: Promosi Susu Formula

Disampaikan selama 60 menit, dilaksanakan di dalam kelas dan memerlukan permainan peran “memilih susu formula”.

(13)

BAB III

PENYELENGGARAAN PELATIHAN KONSELING MENYUSUI

A. Ketentuan Peserta

1. Kriteria Peserta

Peserta pelatihan konseling menyusui adalah: dokter dan dokter spesialis, bidan, perawat, ahli gizi dan tenaga kesehatan lainnya dengan syarat:.

a. Ditugaskan oleh pimpinan dari tempat bekerja

b. Bersedia mengikuti seluruh proses pelatihan dari awal hingga akhir

c. Memiliki motivasi yang tinggi terhadap pencapaian keberhasilan menyusui dan yakin bahwa menyusui itu penting

d. Setelah mengikuti pelatihan, bersedia menjadi konselor menyusui.

2. Tempat Kerja Peserta

Berasal dari sarana pelayanan kesehatan, dinas kesehatan dan jaringannya serta instansi lain yang berminat.

3. Jumlah Peserta

Jumlah peserta pada setiap kelas atau angkatan adalah maksimal 20 orang.

4. Rasio Fasilitator Terhadap Peserta

Rasio fasilitator terhadap jumlah peserta adalah 1:4 sampai 5.

5. Kewajiban Peserta

a. Mentaati ketentuan dan tata tertib pelatihan

b. Aktif mengikuti semua sesi modul pelatihan, termasuk praktik klinik

c. Menyelesaikan tugas-tugas pelatihan yang diberikan oleh fasilitator, baik di kelas dan di tempat praktik klinik selama pelatihan berlangsung

d. Memberikan umpan balik dengan mengisi formulir evaluasi harian.

6. Hak Peserta

a. Memperoleh akomodasi dan konsumsi yang memadai

b. Memperoleh buku panduan peserta dan konseling kit (boneka, nasogastric tube, model payudara, spuit 5 ml, 10 ml, 20 ml, cangkir, botol tempat ASI)

c. Memperoleh sertifikat telah mengikuti pelatihan konseling menyusui

B. Ketentuan Fasilitator

1. Kriteria Fasilitator

a. Memiliki sertifikat sebagai fasilitator konseling menyusui b. Bersedia hadir pada seluruh proses pelatihan.

2. Tugas Fasilitator

a. Mempersiapkan materi yang akan disampaikan dan merancang kebutuhan untuk praktik pelatihan konseling menyusui

b. Menyampaikan materi pelatihan konseling menyusui

(14)

d. Menyiapkan dan memimpin peserta untuk praktik klinik

e. Membantu peserta yang mengalami kesulitan dalam proses pelatihan f. Membawa buku panduan fasilitator, panduan peserta dan konseling kit g. Menyiapkan dan melaksanakan evaluasi proses pembelajaran

h. Mengolah dan menganalisis hasil evaluasi proses pembelajaran

3. Hak Fasilitator

a. Memperoleh akomodasi dan konsumsi yang memadai b. Memperoleh honorarium sesuai ketentuan yang berlaku c. Memperoleh biaya transportasi sesuai ketentuan yang berlaku

C. Ketentuan Master of Training (MoT)

1. Kriteria Master of Training (MoT)

a. Berpengalaman dalam melaksanakan pelatihan konseling menyusui, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan.

b. Memiliki kemampuan dalam mengendalikan keseluruhan proses pelatihan konseling menyusui dan mampu mengatasi permasalahan yang timbul.

2. Tugas Master of Training (MoT)

a. Menyusun Kerangka Acuan Pelatihan

b. Merencanakan dan mempersiapkan pelatihan konseling menyusui (termasuk sarana, peralatan, dana).

c. Berada di tempat pelatihan minimal satu hari sebelum pelatihan.

d. Bersama fasilitator mempersiapkan materi pelatihan konseling menyusui (buku panduan peserta, fasilitator, formulir keterampilan mendengarkan dan mempelajari, formulir keterampilan percaya diri dan dukungan, ceklis keterampilan konseling, formulir untuk latihan dan praktik klinik, lembar bantuan pengamatan menyusui, formulir kajian riwayat menyusui, kartu bermain peran dan simulasi, kuesioner evaluasi)

e. Melakukan pembagian tugas dan mengarahkan fasilitator f. Menyelenggarakan pembukaan dan penutupan pelatihan

g. Menyampaikan tujuan dan ringkasan proses pelatihan serta metode yang digunakan dalam pelatihan.

h. Mengendalikan proses pelatihan sesuai jadwal

i. Memberikan materi/praktik pada sesi-sesi tertentu bila diperlukan.

j. Melakukan pertemuan fasilitator setiap hari untuk mendiskusikan sesi-sesi yang diadakan sepanjang hari, perkembangan kelompok dan individu, penampilan pelatih, dan mengatasi masalah bila ada.

k. Membuat laporan pelaksanaan pelatihan

3. Hak Master of Training (MoT)

(15)

D. Ketentuan Panitia Penyelenggara

1. Panitia berasal dari unit teknis pelaksana pengelola program

2. Perbandingan jumlah panitia penyelenggara dengan peserta 1:4 sampai5

3. Tugas panitia penyelenggara adalah membantu MoT sejak tahap persiapan sampai pelaksanaan pelatihan:

a. Menyiapkan dan mengusulkan SK panitia, peserta, fasilitator dan MoT

b. Menyiapkan dan mengirim undangan kepada pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pelatihan (peserta, fasilitator dan tempat praktik)

c. Menyiapkan akomodasi dan konsumsi peserta, fasilitator dan MoT

d. Bersama MoT menyiapkan tempat pelatihan, tempat praktik klinik, ruang dan peralatan belajar selama pelatihan berlangsung

e. Menyelenggarakan administrasi pelatihan termasuk pertanggungjawaban keuangan f. Menyiapkan sertifikat

4. Hak panitia:

(16)

BAB IV

PENYELENGGARAAN PELATIHAN FASILITATOR KONSELING MENYUSUI

A. Ketentuan Peserta

1. Kriteria Peserta

Peserta pelatihan adalah konselor menyusui, dengan syarat: a. Ditugaskan oleh pimpinan dari tempat bekerja.

b. Bersedia mengikuti seluruh proses pelatihan. c. Aktif dalam melakukan konseling menyusui.

d. Bersedia menjadi fasilitator setelah mengikuti pelatihan fasilitator konseling menyusui.

2. Tempat Kerja Peserta

Berasal dari sarana pelayanan kesehatan, dinas kesehatan dan jaringannya serta instansi lain yang berminat.

3. Jumlah Peserta

Jumlah peserta pada setiap kelas atau angkatan adalah minimal 4 orang dan maksimal 8 orang.

4. Rasio Master Trainer Terhadap Peserta

Rasio Master Trainer terhadap Peserta adalah 1:4

5. Kewajiban Peserta

a. Membawa buku panduan peserta dan konseling kit (boneka, model payudara, nasogastric tube, Spuit 5 ml, 10 ml dan 20 ml, cangkir, Botol penyimpan ASI).

b. Mentaati ketentuan dan tata tertib pelatihan

c. Aktif mengikuti semua sesi modul pelatihan, termasuk praktik klinik

d. Menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh Master Trainer (MT), baik di kelas maupun di tempat praktik klinik selama pelatihan berlangsung

e. Memberikan umpan balik setiap sesi selesai

6. Hak Peserta

a. Memperoleh buku panduan fasilitator

b. Memperoleh pelayanan akomodasi dan konsumsi yang memadai.

c. Memperoleh sertifikat telah mengikuti pelatihan fasilitator konseling menyusui. d. Memperoleh biaya transportasi sesuai ketentuan yang berlaku

B. Ketentuan Fasilitator Senior/Master Trainer (MT)

1. Kriteria Fasilitator Senior/Master Trainer (MT)

a. Mempunyai motivasi yang tinggi sebagai fasilitator b. Memiliki pengalaman dan keterampilan melatih

(17)

2. Tugas Fasilitator Senior/ Master Trainer (MT)

a. Mempersiapkan materi yang akan disampaikan dan merancang kebutuhan untuk praktik pelatihan konseling menyusui

b. Menyampaikan materi pelatihan konseling menyusui, bila dianggap perlu c. Memperhatikan dan mengamati presentasi yang dilakukan oleh peserta d. Mengingatkan ketidaksesuaian materi pelatihan dan praktik bila dianggap perlu e. Memberi umpan balik terhadap kelangsungan proses pembelajaran

f. Menyiapkan dan memimpin peserta untuk praktik klinik

g. Membantu peserta yang mengalami kesulitan dalam proses pelatihan h. Menyiapkan dan melaksanakan evaluasi proses pembelajaran i. Mengolah dan menganalisis hasil evaluasi proses pembelajaran

3. Hak Fasilitator Senior/Master Trainer (MT)

a. Memperoleh akomodasi dan konsumsi yang memadai b. Memperoleh buku panduan fasilitator.

c. Memperoleh honorarium sesuai ketentuan yang berlaku d. Memperoleh biaya transportasi sesuai ketentuan yang berlaku

C. Ketentuan Master of Training (MoT)

1. Kriteria Master of Training (MoT)

a. Seseorang yang berpengalaman dalam melaksanakan pelatihan fasilitator konseling menyusui, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan.

b. Memiliki kemampuan dalam mengendalikan keseluruhan proses pelatihan fasilitator konseling menyusui dan mampu mengatasi permasalahan yang timbul.

2. Tugas Master of Training (MoT)

a. Menyusun Kerangka Acuan Pelatihan

b. Merencanakan dan mempersiapkan pelatihan fasilitator konseling menyusui (termasuk sarana, peralatan, dana).

c. Berada di tempat pelatihan minimal satu hari sebelum pelatihan.

d. Bersama fasilitator senior/Master Trainer (MT) mempersiapkan materi pelatihan konseling menyusui (buku panduan peserta, buku panduan fasilitator, buku panduan MoT, buku slide, buku overhead, formulir keterampilan mendengarkan dan mempelajari, formulir keterampilan percaya diri dan dukungan, formulir ceklis keterampilan untuk melatih, ceklis keterampilan konseling, formulir ceklis diskusi praktik klinik, kuesioner evaluasi, lembar bantuan pengamatan menyusui, formulir kajian riwayat menyusui, Pre dan Post Test, Kartu bermain peran dan simulasi)

e. Melakukan pembagian tugas dan mengarahkan peserta f. Menyelenggarakan pembukaan dan penutupan pelatihan

g. Menyampaikan tujuan dan ringkasan proses pelatihan serta metode yang digunakan dalam pelatihan.

h. Mengingatkan peserta dan fasilitator senior/Master Trainer (MT) agar selalu mengikuti aturan selama pelaksanaan pelatihan

i. Mengendalikan proses pelatihan sesuai jadwal

(18)

3. Hak Master of Training (MoT)

a. Memperoleh akomodasi dan konsumsi yang memadai b. Memperoleh honorarium sesuai ketentuan yang berlaku c. Memperoleh biaya transportasi sesuai ketentuan yang berlaku d. Menetapkan peserta yang berhak memperoleh sertifikat

D. Ketentuan Panitia Penyelenggara

1. Kriteria panitia penyelenggara

Berasal dari unit teknis pelaksana pengelola program.

2. Jumlah panitia penyelenggara untuk setiap angkatan 3-5 orang

3. Tugas panitia penyelenggara:

a. Menyiapkan dan mengirim undangan kepada pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pelatihan (peserta, fasilitator senior/Master Trainer dan tempat praktik)

b. Menyiapkan akomodasi dan konsumsi peserta, fasilitator senior/Master Trainer (MT) dan MoT

c. Bersama MoT menyiapkan tempat pelatihan, tempat praktik klinik, ruang dan peralatan belajar selama pelatihan berlangsung

d. Menyelenggarakan administrasi pelatihan termasuk pertanggungjawaban keuangan e. Menyiapkan sertifikat sesuai ketentuan yang berlaku

5. Hak panitia penyelenggara:

(19)

BAB V

PROSES PELATIHAN

Untuk 1 angkatan pelatihan, terdapat 2 kegiatan pokok yang harus direncanakan secara mantap, yaitu kegiatan persiapan dan pelaksanaan.

A. Persiapan

1. Penetapan waktu

a. Jadwal pelatihan hendaknya ditetapkan 1 (satu) bulan sebelum pelaksanaan pelatihan b. Waktu pelatihan selama 5 hari efektif.

2. Tempat Pelatihan

a. Tempat pelatihan diupayakan dekat dengan lokasi praktik klinik

b. Pelatihan diselenggarakan dalam ruangan kelas dan praktik klinik. Dibutuhkan 2 ruang kelas, yaitu 1 ruang untuk pleno dan 1 ruang untuk pembelajaran kelompok.

c. Praktik klinik dilaksanakan di sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan persalinan dan bayi baru lahir dengan jumlah kelahiran minimal 8 bayi per hari, misalnya rumah sakit, rumah bersalin, puskesmas perawatan dan jaringannya.

3. Penetapan MoT dan Panitia Penyelenggara

a. MoT dan panitia penyelenggara yang akan terlibat dalam pelatihan ditetapkan sejak jadwal pelatihan disusun.

b. MoT dan panitia penyelenggara ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat.

4. Penetapan Fasilitator Senior/Master Trainer (MT)

a. Fasilitator senior/Master Trainer (MT) yang akan terlibat dalam pelatihan ditetapkan sejak jadwal pelatihan disusun.

b. MT ditetapkan oleh MoT

c. Undangan permintaan untuk fasilitator senior/Master Trainer (MT) dikirim paling lambat 2 minggu sebelum pelaksanaan pelatihan.

5. Penetapan Fasilitator

a. Fasilitator yang akan terlibat dalam pelatihan ditetapkan sejak jadwal pelatihan disusun b. Fasilitator ditetapkan oleh MoT

(20)

6. Penyiapan dan Pengiriman Undangan Peserta

a. Undangan untuk peserta dikirim paling lambat 2 minggu sebelum pelaksanaan pelatihan.

b. Surat undangan peserta memuat informasi tentang persyaratan peserta dan hal-hal yang harus dibawa, antara lain:

1) Surat tugas dari pimpinan

2) Pasfoto ukuran 4x6 (2 lembar) menghadap depan 3) Formulir biodata yang telah diisi

4) Surat pernyataan yang diperlukan sebagai persyaratan peserta

c. Form biodata yang sudah diisi dikembalikan ke panitia 1 minggu sebelum pelatihan dilaksanakan.

d. Terhadap calon peserta yang tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam undangan, panitia berhak menolak.

7. Penyiapan Ruangan dan Peralatan

a. Ruangan perlu disiapkan minimal 1 hari sebelum pelaksanaan pelatihan.

b. Peralatan yang diperlukan dalam proses pembelajaran, baik di kelas maupun praktik klinik disiapkan sebelum pelaksanaan pelatihan.

8. Penyiapan Lokasi Praktik Klinik

a. Surat permintaan untuk praktik klinik dikirim 2 minggu sebelum pelaksanaan praktik klinik

b. Di lokasi praktik klinik sebaiknya tersedia ruangan untuk diskusi kelompok kecil.

c. Pengecekan lokasi praktik klinik minimal 1 minggu sebelum pelaksanaan praktik. Segera atasi masalah apabila lokasi praktik klinik tidak memenuhi persyaratan.

d. Menyiapkan sarana transportasi untuk mengangkut peserta dari tempat pelatihan ke lokasi praktik klinik.

e. Menyiapkan sasaran praktik klinik, antara lain: 1) Ibu pasca persalinan normal

2) Ibu dengan persalinan operasi caesar. 3) Ibu dengan kesulitan menyusui. 4) Ibu dengan berbagai kondisi payudara. 5) Ibu dengan BBLR dan bayi kembar. 6) Ibu dengan bayi sakit.

7) Ibu kunjungan KIA dan KB

8) Ibu hamil kunjungan perawatan antenatal (ANC). 9) Ibu diruang persalinan (untuk inisiasi menyusu dini)

9. Penyiapan Formulir Evaluasi

a. Evaluasi fasilitator yang dilakukan setiap sesi. b. Evaluasi penyelenggaraan (akomodasi, dll) c. Evaluasi terhadap materi/modul pelatihan.

(21)

10. Penyiapan Sertifikat

Proses permintaan ke Pusdiklat/Dinas Kesehatan Propinsi sebagai berikut:

a. Mengajukan permohonan akreditasi dan blangko sertifikat minimal 2 minggu sebelum pelaksanaan pelatihan dengan melampirkan:

1) Kerangka acuan 2) Kurikulum pelatihan 3) Jadwal pelatihan

4) Daftar fasilitator termasuk MT dan MoT 5) Daftar Panitia (SK Panitia)

6) Form evaluasi pelatihan

7) Biodata calon peserta (dapat disusulkan)

8) Pasfoto menghadap depan ukuran 4x6 (2 lembar).

B. Pelaksanaan

1. Pembukaan

Pelatihan diupayakan dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat, dihadiri oleh undangan terkait, termasuk Pimpinan/kepala unit lokasi praktik klinik.

2. Pertemuan Fasilitator

Setiap hari di akhir proses pembelajaran, fasilitator mengadakan pertemuan untuk mengevaluasi proses pembelajaran.

3. Proses Pembelajaran

a. Proses pembelajaran diawali dengan penjelasan MoT tentang tujuan pelatihan, langkah-langkah proses pembelajaran dan metode yang digunakan termasuk praktik klinik.

b. Peserta diminta untuk mengungkapkan harapan yang ingin dicapai selama mengikuti pelatihan dan kekhawatiran terhadap hal-hal yang akan ditemui selama pelatihan secara tertulis.

c. Proses pelatihan dikelola secara team teaching.

d. Setiap hari di akhir pembelajaran, peserta diminta menuliskan materi yang belum jelas. e. Apabila suasana pembelajaran menunjukkan adanya kejenuhan, fasilitator melakukan

penyegaran suasana.

f. Proses pembelajaran dilakukan dalam beberapa kelas yaitu:

1) Kelas pleno (seluruh peserta), metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab, simulasi, diskusi kelompok.

2) Kelompok sedang (peserta dibagi dua kelas yang berjalan paralel), metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab, simulasi, diskusi kelompok, dan bermain peran.

3) Kelompok kecil (4 orang), metode yang digunakan adalah, diskusi kelompok dan bermain peran. Praktik klinik termasuk dalam kelompok ini.

(22)

C. Evaluasi

1. Evaluasi terhadap fasilitator oleh peserta, dilakukan setiap hari dengan menggunakan formulir evaluasi fasilitator.

2. Evaluasi terhadap materi/modul pelatihan oleh peserta dilakukan setiap hari, dengan menuliskan materi/modul apa yang masih belum jelas.

3. Evaluasi proses penyelenggaraan secara keseluruhan, dilakukan diakhir kegiatan pelatihan.

4. Tindak lanjut hasil evaluasi, setiap malam fasilitator mengolah hasil evaluasi dan menentukan tindak lanjut.

(23)

BAB VI PENUTUP

Keberadaan, kemampuan dan keterampilan konselor menyusui sangat menentukan keberhasilan upaya peningkatan pemberian ASI di Indonesia. Konselor menyusui diharapkan dapat membantu para ibu terutama yang mengalami kesulitan dalam menyusui agar tetap dapat menyusui sebagaimana mestinya. Konselor menyusui yang terampil dihasilkan dari suatu proses pelatihan yang berkualitas. Di era desentralisasi kemungkinan banyak daerah atau institusi menyelengarakan pelatihan konseling menyusui yang dilanjutkan dengan pelatihan fasilitator konseling menyusui. Oleh karena itu penting sekali menjaga dan mempertahankan kualitas pelatihan konseling menyusui. Pedoman penyelenggaraan pelatihan konseling menyusui ini disusun dalam rangka menjaga kualitas pelatihan agar tetap sesuai standar.

(24)

Lampiran 1: Contoh Kerangka Acuan

KERANGKA ACUAN

PELATIHAN KONSELING MENYUSUI

DAN PELATIHAN FASILITATOR KONSELING MENYUSUI

A. Latar Belakang

Menyusui eksklusif selama 6 bulan merupakan salah satu upaya yang paling strategis untuk akselerasi penurunan angka kematian bayi dan prevalensi gizi kurang. Program menyusui berkaitan juga dengan kesepakatan global antara lain, deklarasi Innocenti (Italia) tahun 1990 tentang perlindungan, promosi dan dukungan terhadap pemberian ASI.

Kebutuhan gizi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya sampai umur 6 bulan dapat dipenuhi cukup hanya dari ASI. Pemberian makanan yang bergizi dan aman untuk bayi dan anak merupakan salah satu prinsip pemenuhan hak dasar anak. Pemenuhan kebutuhan gizi bayi dan anak secara universal disadari sebagai komponen penting untuk mencapai status kesehatan yang baik sebagaimana dinyatakan pada Convention of the Rights of the child.

Peningkatan Pemberian ASI telah menjadi kesepakatan global berdasarkan hasil World Summit Conference for Children tahun 1990 tentang kesejahteraan anak di dunia, dan Deklarasi Innocenti tentang Promotion and Support of Breast Feeding tahun 1990. Menyusui eksklusif kepada bayi bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar anak sebagai hak anak tetapi juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini didukung oleh World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) yang telah menekankan pentingnya ibu menyusui secara eksklusif selama 6 bulan penuh, sebagai salah satu upaya prioritas untuk menurunkan angka kematian bayi dan meningkatkan kualitas hidup anak.

Menyadari hal tersebut, perlu upaya yang terarah sehingga peningkatan pemberian ASI dapat dilaksanakan oleh keluarga dan masyarakat. Salah satu cara adalah meningkatkan pengetahuan anggota keluarga, tenaga kesehatan dan masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI adalah melalui pelatihan konseling ASI dan pelatihan fasilitator konseling menyusui, khususnya kepada para tenaga kesehatan yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan terdepan dalam hal ini rumah sakit.

B. Tujuan

1. Umum

Tersedianya tenaga konselor menyusui/fasilitator konseling menyusui di rumah sakit dan lapangan yang dapat mendukung tercapainya target cakupan menyusui eksklusif.

2. Khusus

a. Meningkatnya pengetahuan tenaga kesehatan tentang pentingnya ASI untuk bayi dan ibu;

b. Meningkatnya pemahaman tenaga kesehatan tentang tugas konselor menyusui; c. Meningkatnya kemampuan dan keterampilan tenaga kesehatan dalam melakukan

(25)

d. Meningkatnya kemampuan dan keterampilan tenaga kesehatan dalam melakukan pelatihan konseling menyusui.

C. Proses

ƒ Pemberian materi dan simulasi praktek dilakukan di ruang kelas, sedangkan praktek klinis dilakukan di rumah sakit

ƒ Di rumah sakit, peserta pelatihan fasilitator/konselor menyusui akan langsung mempraktikkan materi yang diperoleh di dalam kelas kepada pasien yang meliputi, bagaimana cara menyusui yang baik, bagaimana mengatur posisi bayi untuk memperoleh ASI, bagaimana bonding yang baik, bagaimana menciptakan terjalinnya kasih sayang antara ibu dan anak, dll.

ƒ Praktek di RS akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan sesi yang diberikan di dalam kelas

ƒ Pasien yang menjadi sasaran mencakup bayi umur 0-6 bulan, 7-24 bulan, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Apabila ditemukan bayi dengan indikasi medis yang biasanya lahir belum cukup bulan ditangani peserta dengan didampingi fasilitator utama, bisa juga dengan pendamping/pembimbing yang memang ditugaskan oleh pimpinan institusi. Indikasi-indikasi medis tersebut antara lain, bayi yang di vacum, BBLR, bayi dengan lidah pendek (prenulum), bayi dengan hidrocephalus, bayi yang di inkubator dan bayi kembar.

ƒ Membantu ibu yang bermasalah misalnya, ibu dengan payudara bengkak, ibu dengan puting susu yang terbenam, ibu dengan payudara yang tidak bisa mengeluarkan ASI, dll.,

ƒ Pada bayi dan ibu yang bermasalah, dianjurkan bayi tetap diberi ASI yang diperah dengan menggunakan alat NGT (nasogastrotube), sementara kepada ibu tetap dianjurkan untuk konseling kepada petugas kesehatan;

ƒ Pada setiap akhir sesi, fasilitator/konselor bersama course director dan peserta mengadakan evaluasi, baik terhadap materi, fasilitator, dll. Evaluasi bisa dilakukan di rumah sakit maupun setelah kembali ke kelas;

D. Peserta

ƒ Peserta konseling menyusui adalah Tim Konseling Menyusui rumah sakit atau instansi lainnya, yaitu: dokter spesialis anak, dokter spesialis obstetri dan ginekologi dan bidan serta pengelola program menyusui Dinkes Propinsi.

ƒ Setiap angkatan peserta calon konselor berjumlah maksimal 20 orang dengan rasio fasilitator terhadap peserta adalah 1: 4-5.

ƒ Jumlah peserta pelatihan fasilitator konseling menyusui adalah 4-8 orang, dengan rasio fasilitator terhadap peserta adalah 1:4 (termasuk 1 fasilitator senior Master Trainer/MT).

ƒ Dalam prakteknya, peserta akan dibagi 2 kelompok yang dibagi pada 2 RS

ƒ Peserta akan melakukan praktek ke RS/klinik sebanyak 4 kali kunjungan dengan didampingi fasilitator.

E. Master of Training (MOT), Master Trainer (MT) dan Fasilitator

ƒ Master of Training (MOT) pada pelatihan konseling menyusui adalah pengelola program gizi dari instansi kesehatan atau fasilitator senior dari LSM peduli ASI.

(26)

F. Panitia

Panitia terdiri dari Panitia Pengarah, Panitia Pelaksana dan Instruktur atau Pendamping Praktek dari rumah sakit/klinik

G. Waktu dan Tempat

Waktu : 5 hari efektif (tidak termasuk hari perjalanan pergi dan pulang) Tempat : Hotel/Wisma/gedung Diklat (untuk sesi penyajian materi dan

Diskusi Kelompok), RS/RSB/RSIA (untuk sesi praktek klinik)

H. Biaya

Dibebankan pada DIPA RKA-KL dan sumber dana lainnya

(27)

Lampiran 2. Contoh Jadual

JADUAL PELATIHAN

PELATIHAN KONSELING MENYUSUI

DAN PELATIHAN FASILITATOR KONSELING MENYUSUI

No Waktu ( Hari/Jam)

Sesi Materi Kelas/ Kelompok Penanggung

Jawab

Registrasi (Lanjutan)

Perkenalan peserta dan fasilitator Pembukaan

Coffee Break Pengantar Pelatihan Mengapa menyusui penting Cara Kerja Menyusui Ishoma

Menilai Kegiatan Menyusui Mengamati Kegiatan Menyusui Coffee Break + Ashar

Mendengar dan Mempelajari Ishoma

Latihan Mendengar dan Mempelajari

-

Persiapan Praktik Klinik 1 Perjalanan ke tempat praktik klinik Praktik Klinik 1

Kembali dari tempat pelatihan Mengatur posisi bayi pada payudara Video Pilihan

Ishoma

Membangun percaya diri dan Memberi dukungan

Latihan membangun percaya diri dan memberi dukungan

Coffee break + Ashar Memerah ASI Ishoma

Situasi Lokal Menyusui

Kelas

Persiapan Praktik Klinik 2 Perjalanan ke tempat praktik klinik Praktik Klinik 2

Kembali dari tempat pelatihan Kondisi Payudara

Latihan Kondisi Payudara Ishoma

Menolak Menyusu

Mencatat Riwayat Menyusui Latihan Catat Riwayat Menyusui Coffee Break + Ashar

(28)

No Waktu ( Hari/Jam)

Sesi Materi Kelas/ Kelompok Penanggung

Jawab

Persiapan Praktik Klinik 3 Perjalanan ke tempat praktik klinik Praktek Klinik 3

Kembali dari tempat pelatihan ASI Tidak Cukup

Menangis Ishoma

Latihan ASI tidak cukup dan menangis Coffee Break + Ashar

Praktik Konseling -

Gizi, Kesehatan dan Kesuburan Wanita Promosi Komersial Susu Formula

Kelas

Persiapan Praktik Klinik 4 Perjalanan ke tempat praktik klinik Praktek Klinik 4

Kembali dari tempat pelatihan Ishoma

Mempertahankan menyusui Coffee Break + Ashar

Meningkatkan Produksi ASI & Relaktasi BBLR & Bayi Sakit

(29)

Lampiran 3. Daftar Ceklis Kebutuhan Pelaksanaan Pelatihan Konseling Menyusui dan Fasilitator Konseling Menyusui

A. Daftar Ceklis Materi Pelatihan Untuk Peserta Dan Fasilitator

Untuk setiap peserta dan fasilitator : Teks Pelatihan :

Buku Panduan Peserta Buku Jawaban

Ceklist :

Keterampilan Mendengarkan dan Mempelajari )Disatukan dalam satu kartu Keterampilan Percaya Diri dan Dukungan )

Ceklis Keterampilan Konseling ) Masing-masing satu kartu

Formulir :

Formulir Mengamati Menyusui (Masing-masing 4) Formulir Kajian Riwayat Menyusui (Masing-masing 4) Formulir Menilai dan Merubah Praktik

Dokumen Pelatihan :

Jadwal Pelatihan Kuesioner Evaluasi

ƒ Setiap orang mendapat satu paket buku dan ceklist, kecuali disebutkan lain.

ƒ Direkomendasikan total 20 peserta dan 5 fasilitator : 30 paket

B. Daftar Ceklis Materi Pelatihan untuk Fasilitator dan Master of Training

Untuk setiap fasilitator dan Master of Training :

Teks Pelatihan :

Panduan Fasilitator

Gambar Overhead (Flip Chart)

Kartu Cerita :

Kumpulan Riwayat-riwayat Kumpulan Cerita-cerita Konseling

Ceklis :

Ceklis diskusi praktik klinik

Dokumen Pelatihan :

Jadwal persiapan untuk fasilitator

(30)

C. Daftar Ceklis Materi Pelatihan untuk Setiap Pelatihan

Untuk setiap pelatihan Teks Pelatihan :

Dua Panduan Direktur

Alat Bantu Peraga :

Kumpulan 55 Overhead transparansi Kumpulan 55 Slide 35 mm

2 Poster mengenai ”10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui” (Jika mungkin dalam bahasa setempat)

VCD (3 buah) : Helping a mother to breastfeed ; Breast is Best ;

Hand expressing and cup feeding

Tambahan Sumber yang direkomendasikan :

Infant Feeding : The Physiological Basis, Bulletin of the World Health Organization, Supplement to volume 67, 1989 (tersedia di WHO)

Facts about infant feeding (newsletter from WHO)

(31)

D. Daftar Ceklis Perlengkapan dan Alat Tulis

Barang yang dibutuhkan Jumlah yang dibutuhkan

Proyektor

Slide Proyektor

Pengaturan blacking out

VCR dan monitor (pilihan)

1 (2 jika mungkin, satu di tiap ruangan besar) 2

1 (ruangan yang paling besar)

1

Computer

Penahan flipchart atau papan tulis hitam Bantalan flipchart

2 per kelompok dengan 8-10 peserta 8

10 (untuk fasilitator) 3

1 kardus 3 pasang 6

(32)

E. Daftar Ceklis Barang untuk Simulasi

Barang Jumlah yang dibutuhkan

Untuk beberapa sesi

Boneka bayi (buat sendiri jika perlu Model payudara)

KMS (sebagaimana digunakan di daerah setempat, jika ada) Spuit 5 ml, 10 ml dan 20 ml

Untuk Sesi 20

Contoh kontainer untuk mengumpulkan ASI (leher lebar dengan penutup, contoh botol selai)

Jika digunakan di daerah setempat : Pompa payudara

Untuk Sesi 26

Contoh cangkir yang biasanya tersedia, sekecil mungkin dan mudah dibersihkan, dapat digunakan untuk bayi dengan berat lahir rendah. Sendok teh

Untuk Sesi 27

Slang/pipa menyusui yang bagus (nasogastric) Selotip (contoh zinc oxide untuk menahan selang di payudara)

Slang yang pendek (sekitar 5 cm) untuk ditempelkan ke adaptor pada spuit

dropper untuk susu

Cangkir atau tempat susu lainnya

Untuk Sesi 33

Kaleng yang biasa digunakan untuk susu formula, susu bubuk, atau produk lain pengganti ASI, tandai dengan harga yang berlaku.

(Kaleng Kosong juga cukup. Simpanlah untuk digunakan di pelatihan lainnya).

4 4 80 KMS

2 untuk setiap ukuran

2 atau lebih

1 untuk tiap model yang digunakan

(33)

F. Daftar Ceklis Informasi Latar Belakang dan Sumber-Sumber

Untuk sesi 2

Data bayi menyusu di daerah setempat

Informasi mengenai aktivitas promosi menyusui

Untuk sesi 8

Kebijakan Rumah Sakit Sayang Bayi bila tersedia

Untuk sesi 20

Seorang ibu yang bersedia untuk memerah ASI

Untuk sesi 26

% BBLR di negara

Untuk sesi 32

Peraturan setempat mengenai hak-hak perburuhan dan persalinan Informasi mengenai fasilitas sepertitempat penitipan bayi.

Untuk Sesi 33

Status dinegara ini mengenai salinan Kode Etik Pemasaran Produk Susu Formula Dengan kode lokal bila tersedia

Contoh iklan susu formula setempat seperti di majalah

Contoh barang-barang promosi seperti kalender, poster, hadiah yang diberikan kepada petugas kesehatan.

(34)

Lampiran 4

PANDUAN PRAKTIK KLINIK PELATIHAN KONSELING MENYUSUI

A. Pendahuluan

Salah satu materi dalam pelatihan konseling menyusui adalah praktik klinik di Rumah Sakit/Rumah Sakit Bersalin. Melakukan praktik klinik di RS/RSB merupakan salah satu persyaratan yang harus dikerjakan oleh peserta, untuk mempraktikkan sesi-sesi dalam modul yang telah didapat di kelas. Disamping itu peserta juga perlu melatih kemampuan dan keterampilan konselingnya, sehingga dapat mempraktikkan kepada ibu yang membutuhkan.

Praktik juga diperlukan untuk memberikan bantuan kepada para ibu yang baru melahirkan di RS/RSB yang mempunyai masalah dengan menyusui seperti, ASI tidak keluar, bagaimana posisi menyusui yang benar, puting susu ibu terpendam serta memberikan motivasi kepada ibu agar percaya diri untuk dapat menyusui.

Praktik klinik di RS/RSB dilakukan secara bertahap sebanyak 4 (empat) kali kunjungan sesuai dengan sesi yang telah didapat di kelas.

B. Tujuan

Tujuan Umum:

Tersedianya tenaga konselormenyusui di rumah sakit dan lapangan yang dapat memberikan pelatihan konseling menyusui

Tujuan Khusus:

1. Mempraktikkan setiap sesi dalam panduan konseling menyusui dengan benar 2. Mempraktikkan kemampuan dan keterampilan konseling menyusui

3. Memahami tentang tugas-tugas sebagai konselor/fasilitator konseling menyusui

D. Peserta Pelatihan

•Dalam praktik, peserta dibagi dalam kelompok kecil (4-5 orang) didampingi 1 orang fasilitator (rasio fasilitator terhadap peserta yaitu 1:4-5).

•Pada setiap angkatan pelatihan, peserta akan melakukan praktik ke RS/RSB sebanyak 4 kali kunjungan

C. Proses

(35)

1. Praktik Klinik I:

“Mendengarkan dan mempelajari menilai proses menyusui”

Tujuannya:

Pada akhir sesi, peserta mampu:

•Mempraktikkan mendengarkan dan mempelajari •Mempraktikkan menilai proses menyusui dengan ibu dan bayi di bangsal atau klinik

Waktu: 120 menit

Peserta dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan dibimbing oleh seorang fasilitator senior.

Peralatan yang perlu dibawa, antara lain: ceklis diskusipraktik klinik, lembar bantuan pengamatan menyusui, lembar daftar keterampilan mendengarkan dan mempelajari

2. Praktik Klinik II

“Membangun percaya diri dan memberikan dukungan mengatur posisi bayi pada payudara”

Tujuannya:

Pada akhir sesi, peserta mampu:

• Berlatih membangun percaya diri dan memberikan dukungan

• Mengatur posisi bayi pada payudara bersama ibu dan bayi di bangsal atau klinik

Waktu: 120 menit

Peserta dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan dibimbing oleh seorang fasilitator senior atau berpasangan.

Peralatan yang perlu dibawa, antara lain: daftar keterampilan percaya diri dan dukungan, ceklis diskusipraktik klinik, lembar bantuan pengamatan menyusui, lembar daftar keterampilan mendengarkan dan mempelajari

3. Praktik Klinik III

Mencatat riwayat menyusui”

Tujuannya:

Pada akhir sesi, peserta mampu: •Mengkaji riwayat menyusui

•Mempraktikkan keterampilan yang diperoleh dari Praktik I dan II

•Berlatih menggunakan keterampilan-keterampilan dengan ibu-ibu dalam beberapa situasi, antara lain: pasca persalinan normal/caesar, kesulitan menyusui, berbagai kondisi payudara, bayi berat lahir rendah (BBLR) dan bayi kembar, bayi sakit, dll.

Waktu: 120 menit

(36)

Peralatan yang perlu dibawa, antara lain: formulir kajian riwayat menyusui, ceklis keterampilan konseling (rangkuman dari semua keterampilan), ceklis diskusi praktik klinik.

4. Praktik Klinik IV

Konseling kepada Ibu dalam berbagai situasi” Tujuannya:

Pada akhir sesi, peserta mampu:

• Mempraktikkan semua keterampilan dari praktik klinik I, II dan III

• Jika peserta telah menyelesaikan praktik klinik III dan IV, mereka akan bertemu dengan ibu-ibu dalam berbagai situasi sbb : pasca persalinan normal/caesar, kesulitan menyusui, berbagai kondisi payudara, bayi berat lahir rendah (BBLR) dan bayi kembar, bayi sakit, dll

Waktu: 120 menit

Peserta bekerja berpasangan dengan dibimbing oleh seorang fasilitator. Tiap fasilitator mengawasi 2-3 pasang dalam kelompoknya.

(37)

Lampiran 5. Manuskrip Simulasi Praktik Klinik

Manuskrip Praktik Klinik

A. Sesi 6

Simulasi B. Pertanyaan tertutup yang hanya dapat ibu jawab dengan ”Ya” atau ”Tidak”

PK: “Selamat pagi, Bu (nama). Saya (nama), bidan di desa. Apa (nama bayi) sehat?”

Ibu: “Ya, terima kasih.” PK: “Apa Ibu menyusuinya?” Ibu: “Ya.”

PK: “Apa ada kesulitan?” Ibu: “Tidak.”

PK: “Apa (nama bayi) sering menyusu?” Ibu: “Ya.”

Simulasi C. Pertanyaan terbuka

PK: “Selamat pagi, Bu (nama)? Saya (nama), bidan di desa. Bagaimana keadaan (nama bayi)?” Ibu: “Baik, dia kelaparan.”

PK: “Boleh saya tahu, bagaimana Ibu memberinya minum?”

Ibu: “Dia menyusu. Saya cuma memberi susu satu botol kalau sore.” PK: “Apa yang membuat Ibu memutuskan untuk memberi botol?” Ibu: “Kalau sore dia minum banyak sekali, jadi saya pikir ASI saya

kurang.”

Simulasi D. Memulai dan melanjutkan percakapan.

PK: “Selamat pagi, Bu (nama). Bagaimana perkembangan Ibu dan (nama bayi)?”

Ibu : “Oh, kami berdua baik-baik saja, terima kasih.” PK : “Berapa umur (sebut nama bayi) sekarang?” Ibu : “Hari ini umurnya dua hari.”

PK : “Makanan dan minuman apa yang Ibu berikan?” Ibu : “Ia menyusu dan minum air putih.”

(38)

Simulasi E. Menggunakan respon dan isyarat yang menunjukkan perhatian

PK: “Selamat pagi, Bu (sebutkan nama). Bagaimana menyusuinya berlangsung?” Ibu: “Selamat pagi. Rasanya baik-baik saja.”

PK: “Mmm.” (mengangguk dan tersenyum.)

Ibu: “Yah, saya agak khawatir kemarin, karena dia muntah-muntah.” PK: “Oh ya” (mengangkat alis, tampak tertarik )

Ibu: “Saya pikir jangan-jangan ada sesuatu yang saya makan, sehingga ASI saya tidak cocok buat bayi.”

PK: “Ooh!” (mengangguk dengan simpatik.)

Simulasi F. Melanjutkan pertanyaan

PK: “Selamat pagi, Bu (sebutukan nama). Apa kabar Ibu dan (sebutkan nama bayi) hari ini? Ibu: “Bayi saya ingin minum terus, dia menyusu setiap saat!”

PK: “Kira-kira seberapa sering ya Bu?” Ibu: “Kira-kira tiap setengah jam.”

PK: “Apa bayi ibu juga menyusu kalau malam?” Ibu: “Iya.”

Simulasi G. Mengatakan kembali (reflect back)

PK: “Selamat pagi, Bu (sebutkan nama). Apa kabar Ibu dan (sebutukan nama bayi) hari ini?” Ibu: “Bayi saya ingin minum terus, dia menyusu setiap saat!”

PK: “(Nama bayi) sering sekali menyusu?”

Ibu: “lya. Minggu ini dia lapar sekali. Saya pikir ASI saya kering.” PK: “Bayi ibu sepertinya lebih lapar seminggu ini, ya?”

Ibu: “Iya, dan saudara saya bilang, saya harus memberi susu botol juga.” PK: “Saudara Ibu bilang bahwa bayi ibu perlu tambahan?”

Ibu: “Iya. Susu formula mana sih yang paling bagus?”

Simulasi H. Memadukan mengatakan kembali dengan respon lainnya

PK: “Selamat pagi. Apa kabar ibu dan (sebut nama bayi) hari ini?” Ibu: “Bayi saya minumnya terlalu banyak, dia menyusu terus!” PK: “(Nama bayi) sering sekali menyusu?”

Ibu: “Iya. Minggu ini dia lapar sekali. Saya pikir ASI saya kering.” PK: Masya Allah!

Ibu: “Ya, capek deh. Saudara saya bilang, sebaiknya saya memberi susu botol supaya bisa istirahat.”

PK: “Saudara Ibu menyarankan Ibu memberi susu botol?” Ibu: “Iya – dia bilang saya konyol kalau susah payah begini.” PK: “Perasaan Ibu sendiri bagaimana?”

Ibu: “Yah, saya tidak mau memberi susu botol.”

(39)

Simulasi J. Melanjutkan pertanyaan tentang fakta

PK: “Selamat pagi, Bu (sebut nama). Apa kabar Ibu dan (sebut nama bayi) hari ini?” Ibu: “(Nama bayi) tidak mau menyusu - kelihatannya sekarang dia tidak suka

ASI saya!”

PK: “Sejak kapan dia tidak mau menyusu?” Ibu: “Baru minggu ini.”

PK: “Sekarang umurnya berapa?” Ibu: “Enam minggu.”

Simulasi K. Bersimpati

PK: “Selamat pagi, Bu (sebut nama). Apa kabar Ibu dan (sebut nama bayi)?” Ibu: “(Nama bayi) tidak mau menyusu, sepertinya sekarang dia tak suka

ASI saya

PK: “Oh! Saya mengerti perasaan Ibu. Bayi saya dulu juga tidak mau menyusu ketika saya kembali bekerja.”

Ibu: “Lalu apa yang dilakukan?”

Simulasi L. Mengatakan kembali

PK: “Selamat pagi, Bu (sebut nama). Apa kabar Ibu dan (sebut nama bayi) hari ini?” Ibu: “(Nama bayi) tidak mau menyusu, kelihatannya sekarang dia tidak

suka ASI saya!”

PK: “Dia menolak menyusu?”

Ibu: “Iya, dia hanya mengisap sekali, lalu menangis dan menghindar.”

_______________________________________________________________________________

Simulasi M. Berempati

PK: “Selamat pagi, Bu (sebut nama). Apa kabar Ibu dan (sebut nama bayi) hari ini?” Ibu: “(sebut nama bayi) tidak mau menyusu - kelihatannya sekarang dia tidak

suka ASI saya!”

PK: “Sekarang Ibu merasa bayi ibu tidak menyukai Ibu?”

Ibu: “Iya, sepertinya dia tidak begitu menyayangi saya – mulainya tiba-

tiba saja di minggu ini, setelah neneknya tinggal bersama kami. Neneknya senang sekali memberinya susu botol!”

PK: “Ibu merasa, neneknya mau menjadi satu-satunya orang yang Memberi dia minum?”

(40)

Simulasi N. Berempati terhadap perasaan positif ibu

PK: “Selamat pagi, Bu (sebut nama). Bagaimana menyusui (sebut nama bayi), Bu?” Ibu: “(Nama bayi) menyusunya baik, dan sekarang dia kelihatan puas tiap

habis menyusu.”

PK: “Ibu pasti senang ya menyusuinya lancar.”

Ibu: “Ya, saya senang sekali tidak harus memberi susu botol.” PK: “Ibu benar-benar menikmati menyusui, ya. Bagus sekali.”

Simulasi O. Menggunakan kata-kata yang menghakimi

PK: “Selamat pagi, Bu (sebutkan nama). Apa (nama bayi) menyusunya normal?” Ibu: “Yah - saya rasa begitu.”

PK: “Apa Ibu menganggap ASI cukup untuk bayi ibu?”

Ibu: “Nggak tahu, ya... Saya harap sih begitu, tapi mungkin juga tidak cukup...” (Ibu kelihatan cemas).

PK: “Apa berat badannya bertambah dengan baik bulan ini? Boleh saya lihat KMS-nya?” Ibu: “Nggak tahu, ya...”

Simulasi P. Menghindarkan kata-kata yang menghakimi

PK: “Selamat pagi, Bu (sebut nama). Bagaimana menyusui (sebut nama bayi)-nya, Bu?” Ibu: “Lancar sekali. Kami berdua menikmatinya, lho!”

PK: “Bagaimana berat badannya? Boleh saya lihat KMS-nya?”

Ibu: “Perawat bilang, bulan ini bayi bertambahnya lebih dari 1/2 kg. Saya senang sekali.”

PK: “Wah, jelas bayi mendapatkan semua ASI yang dibutuhkan ya.”

_______________________________________________________________________________

B. Sesi 11

Simulasi R: Menerima apa yang ibu RASAKAN

‘ibu’ (sambil menangis) berkata:

(41)

C. Sesi 18

Riwayat 1

Alasan kunjungan: “Saya membawa (nama bayi) untuk imunisasi. Semua baik-baik saja.”

Riwayat:

1. Saya memberi bayi formula, sekitar 3 botol sehari, dengan 2 sendok penuh susu bubuk untuk tiap botol. Bayi mengalami kesulitan menyusu waktu lahir, jadi saya memberinya botol sementara ibu mencoba menyusui. Bayi sudah menolak menyusu selama dua minggu.

2. Sekarang umurnya 6 minggu dan beratnya 2,5 kilo. Bayi lahir di RS dan beratnya 2 kilo. Buang air besarnya lunak 2-3 kali sehari.

3. Tidak ada yang membahas soal menyusui di klinik antenatal. Di RS, bayi dirawat di kamar bayi selama 6 jam. Bidan tidak membantu saya menyusui. Saya boleh pulang setelah 24 jam. Saya mulai mencoba menyusui setelah 2 hari. Ini kunjungan pertama saya ke puskesmas.

4. Umur saya 19 tahun, dan sehat. ASI ibu banyak, dan saya ingin menyusui. Tapi puting saya rata, jadi saya tidak bisa.

5. Ini bayi saya yang pertama.

6. Saya ibu rumah tangga, dan suami saya membelikan sekaleng susu formula. Saya belum berpikir soal KB. Ibu saya tinggal jauh dari sini.

_____________________________________________________________________________

Riwayat 2

Alasan kunjungan: ‘”(Nama bayi) kena diare.”

Riwayat:

1. Saya sering menyusuinya, dan bayi tidur dengan saya setiap malam. Saya memberinya bubur tepung encer dalam botol, 2-3 kali sehari. Saya mulai memberi makanan ini saat bayi berumur 6 minggu.

2. Bayi lahir di RS, dan beratnya 3 kilo. Usia 2 bulan beratnya 4,5 kilo, dan sekarang, di usia 4 bulan, beratnya 4,8 kilo. Waktu usianya 6 minggu, bayi sering menangis minta makan; makanya saya mulai mernberi bubur. Tapi sekarang bayi kurang nafsu makan, dan mencret-mencret. 3. Bayi mulai menyusu segera sejak lahir. Bidan membantu saya dan saya tidak kesulitan.

4. Umur saya 30, dan baik-baik saja. Saya mengandalkan menyusui untuk ber-KB sampai haid saya mulai lagi.

5. Saya sudah punya dua anak sebelum ini. Saya susui tanpa kesulitan.

(42)

Riwayat 3

Alasan kunjungan:”Puting saya nyeri.”

Riwayat:

1. Saya menyusui bayi saya beberapa kali sehari, kira-kira 20-30 menit tiap kalinya.

2. Bayi perempuan saya beratnya 4 kilo saat lahir. Sekarang umurnya 3 minggu dan beratnya 4,5 kilo. Bayi baik-baik saja.

3. Bayi lahir dengan operasi Cesar, dan dirawat di kamar bayi serta mendapat susu botol selama 2 hari. Mulai saat itu saya sudah mencoba menyusui, tapi bayi saya kesulitan belajar menyusu. Bidan menganjurkan susu botol, tapi saya tidak mau memberi botol. Saya berkeras menyusui sampai sekarang. Tidak ada yang menanyakan soal menyusui di klinik antenatal.

4. Saya 26 tahun, dan sehat. Saya kecewa sebab saya benar-benar ingin rnenyusui, tapi puting saya nyeri sekali sehingga saya hampir menyerah.Kadang kedua puting saya berdarah.

5. Sebelumnya saya pernah punya bayi. Saya menyusuinya, tapi ASI saya tidak cukup dan bayi tidak pernah puas. Saya menyerah setelah beberapa minggu.

6. Saya sudah bercerai, tapi ibu saya tinggal dengan saya dan membantu saya menjaga anak-anak.

Riwayat 4

Alasan kunjungan:"Saya datang untuk kontrol bayi saya yang berusia 6 minggu. Semua baik-baik saja.”

Riwayat:

1. Saya betul-betul sering menyusui bayi perempuan saya. Saya tidak memberinya yang lainnya, tapi saya membeli empeng yang saya berikan padanya kalau bayi menangis.

2. Saya tak tahu berapa berat lahirnya. Hari ini beratnya 4,9 kilo. Bayi sering menangis, dan kelihatannya tidak puas. Bayi mengeluarkan kotoran lunak beberapa kali sehari. Lainnya baik-baik saja.

3. Bayi lahir di rumah, dan mulai menyusu segera sejak lahir. Bayi diberi sedikit air pada hari-hari pertama. Ibu saya membantu saya untuk menyusui.

4. Saya 15 tahun, dan sudah berhenti sekolah. Saya kuatir menyusui akan mengubah bentuk tubuh saya. Saya ingin memberi susu botol, seperti di iklan-iklan. Saya akan beli susu, kalau saya punya uang.

5. Saya belum pernah punya bayi sebelumnya.

(43)

Riwayat 5

Alasan kunjungan:“Ada bengkak yang nyeri di payudara saya, dan saya merasa demam.”

Riwayat:

1. Saya menyusui bayi saya kapanpun saya ada di rumah, yaitu sekali di pagi hari, dua kali di sore hari, dan sekali atau dua kali di malam hari. Bayi perempuan saya menyusu 5 menit setiap kalinya. Saya terlalu sibuk untuk menyusui berlama-lama. Saat saya bekerja, pembantu saya memberinya susu formula dengan botol. Ini dimulai saat saya harus kembali bekerja kira-kira sebulan yang lalu. Sebelum itu saya hanya menyusui.

2. Bayi saya sehat. Beratnya 3,5 kilo saat lahir. Sekarang umurnya 4 bulan dan beratnya 5,9 kilo. Saya tidak tahu berapa kali dia buang air kecil - saya kan tidak di rumah.

3. Bayi lahir di rumah, dan saya langsung menyusuinya. Bidan setempat yang menolong saya. 4. Saya 27 tahun, dan sehat. Saya mengalami bengkak yang nyeri di payudara yang sebelah,

segera setelah saya kembali bekerja. Pernah di suatu akhir pekan, saya teruskan menyusui, dan payudara saya sembuh sendiri. Tapi sekarang lebih parah.

5. Saya punya anak yang lebih besar. Dulu saya susui dia selama 4 bulan, sampai ASI saya kering. Saya mulai bekerja ketika bayi berumur 2 bulan, dan memberinya susu botol waktu saya di luar rumah. Saya sangat sedih ketika harus berhenti menyusui.

6. Saya bekerja di pabrik, dan saya di luar rumah sekitar 10 jam tiap hari. Sampai di rumah saya sudah lelah. Saya punya pembantu yang mengasuh anak-anak saya. Kedua orang tua saya tinggal jauh dari sini.

D. Sesi 17

SIMULASI Y: MENGGUNAKAN FORMULIR KAJIAN RIWAYAT MENYUSUI

Keluhan Ibu G: “L minumnya benar-benar terlalu banyak”

Cerita Ibu G:

1. L berusia 3 bulan dan menyusui sekitar 10-12 kali sehari - kadang tiap 1-2 jam, kadang setelah 5-6 jam. Bayi menyusu sekitar dua kali di malam hari. Ibu G tidak memberi susu tambahan, tapi kadang memberi air putih dengan sendok.

2. Berat badan L bertambah dengan baik, dan ia sangat sehat. Ia buang air kecil 6-8 kali sehari. Grafik pertumbuhan di KMS-nya menunjukkan pertambahan berat badan.

3. L lahir di RS, dan mulai menyusu segera setelah lahir. Ia dirawat gabung, dan tidak mendapat makanan/minuman pramenyusu. Bidan telah membantu, dan tidak mengalami kesulitan apapun.

4. Umur 25 tahun, dan sehat. tidak menggunakan metode KB apapun dengan anggapan bahwa menyusui sangat menyehatkan dan ingin meneruskannya.

5. L adalah bayi pertama.

6. Tinggal di rumah, tidak bekerja di luar rumah. Ayah L bekerja sebagai staf administrasi. Ayah L berpendapat bahwa sekaranglah waktunya bayi berhenti menyusu di malam hari.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token Arends berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem

Algoritrna untuk memprediksi kristal kubus pada suatu material dapat diterapkan untuk meneliti kontaminan tak-larut yang berasal dari isolator gardu induk

UJI AKTIVITAS ANTITUMOR EKSTRAK METANOL BENALU TEH ( Scurulla atropurpurea ) PADA KULIT MENCIT ( Mus musculus ) YANG DIINDUKSI 7,12-DIMETILBENZ(α)ANTRASEN (DMBA) SECARA

dapat dibawa ikut serta hanya benih perbuatannya", janganlah terlalu terikat pada kekayaan, cepat atau lambat anda atau saya pasti hams meninggalkan dunia yang fana ini,

Berbagai kemungkinan formulasi dan implementasi strategi Formulasi Strategi Baik Buruk Baik Implementasi strategi Buruk Sukses Roulette Trouble Failure Model Implementasi

Dari seluruh kabupaten yang diamati, terdapat lima kelompok spesies yang ditanam di pekarangan dan ladang, yaitu tanaman pangan, sayuran, buah-buahan, perkebunan,

Perawatan payudara merupakan salah satu bagian penting yang harus diperhatikan sebagai persiapan untuk menyusui nantinya, hal ini dikarenakan payudara merupakan organ esensial

• “Sebuah pendekatan untuk membangun akuntabilitas yang mengacu pada keterlibatan masyarakat sipil., dalam hal ini masyarakat akar rumput dan atau organisasi masyarakat sipil