• Tidak ada hasil yang ditemukan

STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MONITORING TINGKAT KEKERINGAN DAN

KEBASAHAN DI PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

OKTOBER, NOPEMBER DAN DESEMBER 2012

STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG

Jl. Raya Kodam Bintaro No.82 Jakarta Selatan 12070

BMKG

(2)

BMKG BMKG

TIM PENYUSUN

Pengarah

: Dr. Widada Sulistya DEA

Dra.

Nurhaya , M.Sc

Penanggung Jawab

: Ir. ZS Handayani, MM

Ketua

: Triyogo Amberkahi, ST

Wakil Ketua

: Tina Kun Anggraeni, S.Kom

Sekretaris :

Tri

Nurmaya , S.Si

Anggota :

1.

RR

Kus ta Yus na, S.Si

2.

Santoso,

S.Si

3. Yanuar Henry Pribadi, M.Si

4. Darman Mardanis, SE

5.

Kusairi,

S.Si

6.

Yuningsih,

Ah.MG

7. Tonny Satria Wijaya Kusuma, S.kom

8.

Diny

Fitriani

9.

Mikhson

(3)

KATA PENGANTAR

KEPALA UNIT PELAYANAN TEKNIS STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG

Puji dan syukur Kami ucapkan atas Rahmat dan Karunia Nya, Buku Peta Kekeringan Propinsi

Banten dan DKI Jakarta ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku ini memuat informasi hasil

Analisis Tingkat Kekeringan Propinsi Banten dan DKI Jakarta. Informasi ini merupakan hasil kegiatan Stasiun Klimatologi Pondok Betung tahun anggaran 2012.

Analisis kekeringan ini memberikan gambaran mengenai tingkat kekeringan berdasarkan nilai curah hujan dengan menggunakan metode Standardized Precipitation Index (SPI). Hasil analisis ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam memonitor kejadian kekeringan meteorologis yang terjadi di Propinsi Banten dan DKI Jakarta. Sehingga diharapkan, melalui buku informasi ini pengguna (user) dapat mengetahui indikator tingkat defisit air serta dapat mengetahui kejadian penyimpangan curah hujan diatas normalnya di wilayah.

Kami ucapkan terima kasih atas kerjasama semua pihak terutama kepada seluruh staf Stasiun Klimatologi Pondok Betung yang telah bekerja keras dalam penyelesaian kegiatan ini.

Semoga buku ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam kegiatan di berbagai bidang khususnya di bidang pertanian.

Terima Kasih.

Tangerang, Januari 2013 Kepala Stasiun Klimatologi Pondok Betung

Ir ZS Handayani MM NIP. 195710191979102001 g, Januari oggggi PoP ndok BBBBetung Ir ZS HaHaHaHandndn ayani MM 957101919791020

(4)

BMKG BMKG

DAFTAR ISI

Halaman

TIM PENYUSUN ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR TABEL ...iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ...iv

PENGERTIAN ...1

KEKERINGAN... 1

JENIS-JENIS KEKERINGAN ... 1

STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX (SPI) ... 2

I. RINGKASAN ... 4

II. ANALISIS INDEKS KEKERINGAN OKTOBER 2012 ... 4

LAMPIRAN ...14

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Tingkat Kekeringan berdasarkan Metode SPI ...6

Tabel 2. Tingkat Kebasahan berdasarkan Metode SPI ...6

Tabel 3. Peringatan Kekeringan Januari 2013 ...7

(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II.1. Peta Monitoring Tingkat Kekeringan dan Kebasahan di Propinsi Banten dan DKI Jakarta Oktober, Nopember - Desember 2012 ...5 Gambar II.2. Peta Monitoring Tingkat Kekeringan dan Kebasahan di Propinsi DKI Jakarta

Oktober, Nopember - Desember 2012 ...9 Gambar II.3. Peta Monitoring Tingkat Kekeringan dan Kebasahan di Kabupaten Tangerang

Oktober, Nopember - Desember 2012 ...10 Gambar II.4. Peta Monitoring Tingkat Kekeringan dan Kebasahan di Kabupaten Serang

Oktober, Nopember - Desember 2012 ...11 Gambar II.5. Peta Monitoring Tingkat Kekeringan dan Kebasahan di Kabupaten Pandeglang

Oktober, Nopember - Desember 2012 ...12 Gambar II.6. Peta Monitoring Tingkat Kekeringan dan Kebasahan di Kabupaten Lebak

Oktober, Nopember - Desember 2012 ...13

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Curah Hujan dan Indeks SPI Tiga Bulanan di Beberapa Tempat di Propinsi Banten dan DKI Jakarta ...14

(6)

BMKG BMKG

PENGERTIAN

KEKERINGAN

Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana alam yang terjadi secara perlahan (slow-onset disaster), berdampak sangat luas, dan bersifat lintas sektor (ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain). Kekeringan merupakan fenomena alam yang dak dapat dielakkan dan merupakan variasi normal dari cuaca yang perlu dipahami.Variasi alam dapat terjadi dalam hitungan hari, minggu, bulan, tahun, bahkan abad. Dengan melakukan penelusuran data cuaca dalam waktu yang panjang, akan dapat dijumpai variasi cuaca yang beragam, misalnya: bulan bulan kering, tahun tahun kering, dan dekade basah-dekade kering.

Berkurangnya curah hujan biasanya ditandai dengan berkurangnya air dalam tanah sehingga pertanian merupakan sektor pertama yang akan terpengaruh. Cukup sulit untuk mengetahui kapan kekeringan akan dimulai atau berakhir, dan kriteria apa yang digunakan untuk menentukannya. Apakah kekeringan itu berakhir ditandai dengan faktor-faktor meteorologi dan klimatologi atau ditandai dengan berkurangnya dampak nega f yang dialami oleh manusia dan lingkungannya.

JENIS-JENIS KEKERINGAN

Kekeringan Meteorologis

A.

Kekeringan ini berkaitan dengan ngkat curah hujan yang terjadi berada dibawah kondisi normalnya pada suatu musim. Perhitungan ngkat kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama terjadinya kondisi kekeringan. Intensitas kekeringan berdasarkan defi nisi meteorologis adalah sebagai berikut:

kering: apabila curah hujan antara 70% - 85% dari kondisi normal (curah hujan dibawah normal) 1.

sangat kering : apabila curah hujan antara 50% - 70% dari kondisi normal (curah hujan jauh 2.

dibawah normal)

Amat sangat kering : apabila curah hujan < 50% dari kondisi normal (curah hujan amat jauh 3.

dibawah normal)

Kekeringan Pertanian

B.

Kekeringan ini berhubungan dengan berkurangnya kandungan air dalam tanah (lengas tanah) sehingga dak mampu lagi memenuhi kebutuhan air bagi tanaman pada suatu periode tertentu. Kekeringan per-tanian ini terjadi setelah terjadinya gejala kekeringan meteorologis. Intensitas kekeringan berdasarkan defi nisi pertanian adalah sebagai berikut :

(7)

Kering : apabila ¼ daun kering dimulai pada bagian ujung daun (terkena ringan s/d sedang) 1.

Sangat kering : apabila 1/4 - 2/3 daun kering dimulai pada bagian ujung daun (terkena berat) 2.

Amat sangat kering : apabila seluruh daun kering (terkena puso) 3.

Kekeringan Hidrologis

A.

Kekeringan ini terjadi berhubungan dengan berkurangnya pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan hidrologis diukur dari ke nggian muka air sungai, waduk, danau dan air tanah. Ada jarak waktu antara berkurangnya curah hujan dengan berkurangnya ke nggian muka air sungai, danau dan air tanah, sehingga kekeringan hidrologis bukan merupakan gejala awal terjadinya kekeringan. Intensitas kekeringan berdasarkan defi nisi hidrologis adalah sebagai berikut :

kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran dibawah periode 5 tahunan 1.

sangat kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran jauh dibawah periode 25 2.

tahunan

Amat sangat kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran amat jauh dibawah 3.

periode 50 tahunan

Kekeringan Sosial Ekonomi

B.

Kekeringan ini terjadi berhubungan dengan berkurangnya pasokan komodi yang bernilai ekonomi dari kebutuhan normal sebagai akibat dari dari terjadinya kekeringan meteorologis, pertanian dan hidrologis.

STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX (SPI)

Standardized PrecipitaƟ on Index (SPI) adalah indeks yang digunakan untuk menentukan penyimpangan

curah hujan terhadap normalnya dalam susatu periode waktu yang panjang (bulanan, dua bulanan, ga bulanan dst). Nilai SPI dihitung menggunakan metode sta s c probabilitas distribusi gamma.

Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh SPI adalah : SPI dapat dihitung untuk skala waktu yang berbeda •

Dapat memberikan peringatan dini kekeringan •

Dapat membantu menilai ngkat keparahan kekeringan •

SPI lebih sederhana daripada Palmer Drought Severity Index •

(8)

BMKG BMKG

Berdasarkan nilai SPI, ditentukan kategori ngkat kekeringan dan kebasahan sebagai berikut: Tingkat Kekeringan

a)

Sangat Kering : Jika nilai SPI ≤ -2,00 dengan probabilitas 2,3% 1.

Kering : Jika nilai SPI – 1,50 s/d -1,99 dengan probabilitas 4,4% 2.

Agak Kering : Jika nilai SPI -1,00 s/d -1,49 dengan probabilitas 9,2% 3.

Normal : Jika nilai SPI -0,99 s/d 0,99 dengan probabilitas 68,2% b)

Tingkat Kebasahan c)

Sangat Basah : Jika nilai SPI ≥ 2,00 dengan probabilitas 2,3% 1.

Basah : Jika nilai SPI 1,50 s/d 0,99 dengan probabilitas 4,4% 2.

Agak Basah : Jika nilai SPI 1,00 s/d 1,49 dengan probabilitas 9,2 3.

Curah Hujan Tiga Bulanan adalah jumlah curah hujan selama ga bulan, yang digunakan sebagai dasar

(9)

I.

RINGKASAN

- Analisis tingkat kekeringan dan kebasahan dengan menggunakan Index SPI, untuk akumulasi curah hujan tiga bulan yaitu periode Oktober, Nopember – Desember 2012. - Secara umum tingkat kekeringan dengan periode tersebut berada pada nilai Normal,

Agak Kering, Agak Basah, dan Basah.

- Monitoring tingkat kekeringan sebagian besar wilayah DKI Jakarta dan Propinsi Banten mengalami tingkat kekeringan dengan tingkatan normal.

- Tingkat kekeringan dengan tingkatan agak kering, terjadi di sebagian kecil wilayah Kab Serang bagian Timur Laut. Sebagian kecil wilayah Kab Lebak bagian Utara.

-

Tingkat kekeringan dengan tingkatan agak basah, terjadi di sebagian kecil wilayah DKI Jakarta Pusat bagian Tengah dan Barat. Sebagian kecil wilayah Kab Tangerang bagian Selatan dan Barat. Sebagian kecil wilayah Kab Serang bagian Barat Daya. Sebagian kecil wilayah Kab Lebak bagian Tengah, Barat dan Utara.

-

Monitoring dengan tingkat kekeringan basah, terjadi di sebagian kecil wilayah Kab Tangerang bagian Selatan.

II. ANALISIS INDEKS KEKERINGAN DESEMBER 2012

Berdasarkan pengamatan curah hujan pada bulan Oktober, Nopember – Desember 2012 di seluruh Propinsi Banten dan DKI Jakarta, disampaikan analisis tingkat kekeringan dan Kebasahan periode tiga bulanan Oktober, Nopember – Desember 2012 ditampilkan pada tabel 1 dan tabel 2, sedangkan peta Monitoring Tingkat Kekeringan dan Kebasahan di Propinsi Banten dan DKI Jakarta periode tersebut dapat dilihat pada Gambar II.1

Suatu wilayah diperingatkan akan mengalami kekeringan jika di wilayah tersebut pada bulan berikutnya turun hujan dengan jumlah kurang dari hujan minimum (batas jumlah curah hujan yang harus dicapai oleh suatu wilayah untuk dinyatakan mengalami kekeringan). Wilayah-wilayah yang diperingatkan mengalami kekeringan pada bulan Januari 2013 disajikan pada tabel 3.

(10)

BMKG

(11)

Tabel 1. Monitoring Tingkat Kekeringan berdasarkan Metode SPI

DAERAH

TINGKAT KEKERINGAN SANGAT

KERING KERING AGAK KERING NORMAL

Jakarta Sebagian besar

wilayah DKI Jakarta

Tangerang

Sebagian besar wilayah Kab Tangerang

Serang

Sebagian kecil wilayah Kab Serang bagian Timur Laut

Sebagian besar wilayah Kab Serang

Pandeglang

Sebagian besar wilayah Kab Pandeglang

Lebak

Sebagian kecil wilayah Kab Lebak bagian Utara

Sebagian besar wilayah Kab Lebak

Tabel 2. Monitoring Tingkat Kebasahan berdasarkan Metode SPI

DAERAH

TINGKAT KEBASAHAN

SANGAT BASAH BASAH AGAK BASAH

Jakarta

Sebagian kecil wilayah DKI Jakarta Pusat bagian Tengah dan Barat Tangerang Sebagian kecil wilayah Kab Tangerang bagian Selatan

Sebagian kecil wilayah Kab Tangerang bagian Selatan dan Barat

Serang

Sebagian kecil wilayah Kab Serang bagian Barat Daya

Pandeglang

Lebak

Sebagian kecil wilayah Kab Lebak bagian Tengah, Barat dan Utara

(12)

BMKG BMKG

Suatu wilayah diperingatkan akan mengalami kekeringan jika di wilayah tersebut pada bulan berikutnya turun hujan dengan jumlah kurang dari hujan minimum, yaitu batas jumlah CURAH

HUJAN MINIMUM yang harus dicapai oleh suatu wilayah untuk dinyatakan TIDAK mengalami

kekeringan. Daerah-daerah yang diperingatkan mengalami kekeringan pada bulan Januari 2013 disajikan pada table berikut:

Tabel 3. Peringatan Kekeringan Meteorologis Januari 2013

Jika jumlah curah hujan bulan Januari 2013 pada wilayah-wilayah yang diperingatkan mengalami kekeringan (Tabel 3) kurang dari hujan minimumnya, maka wilayah tersebut akan mengalami kekeringan.

(13)

Tabel 4. Evaluasi Peringatan Kekeringan Meteorologis Desember 2012

Keterangan : *) data belum masuk

Berdasarkan tabel.4 evaluasi peringatan kekeringan meteorologis bulan Desember 2012

yang berisikan jumlah hujan minimum dan jumlah curah hujan pada bulan Desember

2012 di wilayah Banten dan DKI Jakarta, disampaikan bahwa terjadi peringatan

kekeringan karena jumlah curah hujan bulan Desember 2012 lebih kecil dari jumlah

hujan minimum.

(14)

BMKG

(15)
(16)

BMKG

(17)
(18)

BMKG

(19)

LAMPIRAN

Lampiran 1.

DATA CURAH HUJAN DAN INDEKS SPI TIGA BULANAN DI BEBERAPA TEMPAT DI PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

(20)

BMKG BMKG

(21)

Gambar

Gambar  II.1
Tabel 1. Monitoring Tingkat Kekeringan berdasarkan Metode SPI
Tabel 3. Peringatan Kekeringan Meteorologis Januari 2013
Tabel 4. Evaluasi Peringatan Kekeringan Meteorologis Desember 2012
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berda sa rkan pra kiraan anomali curah h ujan wilayah I ndonesia, pada um um nya bulan m aret sampai M ei masih m emiliki anomali yang po sitif, sedang kan pada bulan

Intensitas curah hujan harian menunjukkan curah hujan tidak terlalu signifikan masih &lt; 80 mm/hari, tetapi apabila dilihat berdasarkan intensitas jam-jam an yang di olah

Berdasarkan gambar distribusi curah hujan tanggal 20 dan 24 Nopember 2014 diwilayah Jabodetabek diatas dapat terlihat pada tanggal umumnya curah hujan kategori

Demikianlah laporan analisis kejadian banjir di wilayah Propinsi Banten ini kami buat berdasarkan data-data sebaran curah hujan dan analisis dinamika atmosfer yang terjadi

Distribusi curah hujan Dasarian I Pebruari 2015 terlihat pada gambar 10 curah hujan kategori Sangat Tinggi (&gt;300 mm) mendominasi wilayah Tangerang bagian Utara, DKI

Kejadian banjir di wilayah DKI Jakarta tanggal 20-21 Maret 2015 merupakan akibat adanya peningkatan curah hujan yang terjadi pada tanggal tersebut, Curah Hujan yang

Prediksi suhu permukaan laut Indonesia mulai bulan Agustus 2012, umumnya berada pada kondisi hangat pada wilayah pasifik tengah hingga bulan Januari 2013. Khusus wilayah

Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada bulan April 2012 merupakan musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau di