• Tidak ada hasil yang ditemukan

MULYANI S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MULYANI S"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN ORANGTUA DAN KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

PADA SISWA SLB E DI SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II Pada Jurusan Magister Sains Psikologi

Oleh : MULYANI S 300 110 036

PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

(2)
(3)
(4)

iii

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis/ diterbitkan oleh orang lain kecuali, yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat di buktikan naskah publikasi ini hasil jiplakan, maka gelar dan ijazah yang saya terima dapat dicabut.

(5)

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN ORANGTUA DAN KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

PADA SISWA SLB E DI SURAKARTA Abstrak

Tujuan penelitian mengetahui: (1) hubungan antara kekerasan orangtua dan konsep diri dengan perilaku bullying pada siswa SLB E. (2) sumbangan efektif kekerasan orangtua dan konsep diri terhadap perilaku bullying pada siswa SLB E, (3) tingkat kekerasan orangtua, konsep diri dan perilaku bullying pada siswa SLB E. Subjek penelitian yaitu siswa-siswi di SLB-E Yayasan Pembinaan Anak Nakal (YPAN) Bhina Putera dan SLB-E Prayuwana sebanyak 60 orang. Pengumpulan data menggunakan skala kekerasan orangtua, konsep diri, dan skala perilaku bullying. Teknik analisis data menggunakan regresi dua prediktor. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang sangat signifikan antara kekerasan orangtua dan konsep diri dengan perilaku bullying. Artinya secara simultan (bersama-sama) kekerasan orangtua dan konsep diri berpengaruh terhadap perilaku bullying. Secara parsial diketahui ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kekerasan orangtua dengan perilaku bullying dan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan perilaku bullying. Sumbangan efektif kekerasan orangtua terhadap perilaku

bullying sebesar 38,2% sedangkan sumbangan efektif konsep diri terhadap perilaku

bullying sebesar 17,1%. Kekerasan orangtua subjek penelitian secara umum tergolong

sedang, konsep diri tergolong sedang sedangkan perilaku bullying tergolong rendah.

Kata kunci; konsep diri, kekerasan orangtua, perilaku bullying, siswa SLB E

Abstract

The aims of this research is to know: (1) correlational between parental violence and self-concept on bullying behaviors of students SLB e;(2) effective contribution of parental violence and self-concept toward bullying behaviors of students SLB E; (3) level of parental violence, self-concept, and bullying behaviors of students SLB E. The subject of this research was the students of SLB E YayasanPembinaanAnakNakal (YPAN)

BhinaPuteraand SLB E Prayuwana, consisting 60 students.The data was collected by

using the level of parental violence, self-concept, and the level of bullying behaviors. The technique of analyze the data use regression two predictions. The result of the research shows that there was correlation significantly between parental violence and self-concept on bullying behaviors. It means that parental violence and self-concept has influence toward bullying behaviors simultaneously. There are significant possitive correlation between parental violence and bullying behaviors; and significant negative correlation between self-concept and bullying behaviors. Effective contribution of parental violence toward bullying behaviors was 38,2%, while effective contribution of self-concept toward bullying behaviors was 17,1%. Generaly, parental violence’s subject of research was classified as medium, self-concept was classified as medium, while bullying behaviors are classified low.

Keywords: self-concept, parental violence, bullying behviors, Students SLB E (Emotional Disturbance Students

(6)

1. PENDAHULUAN

Pemberitaan kasus bullying ataupun kekerasan di sekolah makin sering ditemui baik melalui informasi di media cetak maupun televisi. Selain tawuran antar pelajar sebenarnya ada bentuk-bentuk perilaku agresif atau kekerasan yang mungkin sudah lama terjadi di sekolah-sekolah, namun tidak mendapat perhatian, bahkan mungkin tidak dianggap sesuatu hal yang serius. Misalnya bentuk intimidasi dari teman-teman atau pemalakan, pengucilan diri dari temannya, ejekan, olok-olok sehingga anak jadi malas pergi ke sekolah karena merasa terancam dan takut.

Pada dasarnya tidak seorangpun menginginkan terjadinya kekerasan, apalagi di lembaga pendidikan yang sepatutnya menyelesaikan masalah secara edukatif, tetapi masih dijumpai perilaku kekerasan. Ibarat gunung es, kasus kekerasan sebagian kecil hanya nampak di permukaan, masih banyak kasus kekerasan yang tidak nampak. Hasil studi Dr. Amy Huneck (dalam Yayasan Semai Jiwa Amini, 2008) mengungkapkan bahwa 10-60% siswa Indonesia melaporkan mendapat ejekan, cemohan, pengucilan, pemukulan, tendangan, ataupun dorongan, sedikitnya sekali dalam seminggu. Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Yayasan Sejiwa, yang dibuat berdasarkan pemberitaan di media massa, sejak tahun 2005 hingga 2007 korban meninggal akibat bullying telah mencapai kurang lebih 30 anak yang berusia 9 hingga 19 tahun. Penelitian yang dilakukan di tiga kota Surabaya, Yogyakarta dan Jakarta terhadap 1500 anak mengungkapkan, 70 persen menyatakan bullying terjadi di sekolah mereka.

Priyatna (2010) mengemukakan tidak ada penyebab tunggal dari bullying. Banyak faktor yang terlibat dalam hal ini, baik itu faktor pribadi anak, keluarga, lingkungan, bahkan sekolah semua turut mengambil peran. Semua faktor tersebut, baik yang bersifat individu maupun kolektif, memberi kontribusi kepada seorang anak sehingga akhirnya dia melakukan tindakan bullying. Karakteristik keluarga memberi kontribusi yang penting karena disinilah anak mulai belajar berperilaku dari interaksi yang dilakukan dengan orangtua dan saudara-saudaranya. Kebanyakan anak yang menjadi pelaku

bullying adalah anak yang kurang mendapatkan kehangatan dan kasih sayang dari

keluarganya, bahkan sebaliknya, dia hanya mendapati sosok orangtua yang hanya berfokus pada kekuasan dan dominansi. Perilaku agresif yang ditampilkan anak bukan

(7)

hanya karena selalu ditolerir oleh keluarganya, tetapi boleh jadi memang sudah merupakan cerminan dari nilai-nilai yang dianut oleh keluarganya di rumah.

Mulyadi (2008) menyatakan orang tua yang melakukan tindakan kekerasan kepada anak dengan cara memarahi atau memukul anak berdampak trauma pada jiwa anak, dan itu sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa anak kelak, selain itu juga dapat menurunkan kepercayaan diri pada anak sehingga anak lebih sering menyendiri, kegiatan sosial anak menjadi terganggu. Pendapat tersebut di atas diperkuat oleh penelitian Rigby (2003) bullying menyebabkan anak mengalami luka fisik dan psikis serta menimbulkan traumatis yang berkepanjangan pada anak dan dapat menyebabkan depresi. Anak-anak korban bullying terus memiliki ingatan bullying hingga dewasa, sehingga kemungkinan besar mereka kelak akan menindas anak-anak mereka sendiri, gagal dalam hubungan antar pribadi.

Selain faktor keluarga, konsep diri juga merupakan faktor yang dapat memicu timbulnya perilaku bullying.. Feist dan Feist (2009) mengemukakan bahwa organisme dan diri (self) adalah dua identitas yang dapat kongruen satu sama lain ataupun tidak. Inkongruensi antara konsep diri dan pengalaman organismik adalah sumber dari gangguan psikologis. Semakin besar ingkongruensi antara diri yang dirasakan (konsep diri) dengan pengalaman organismik, individu akan semakin rentan. Kaitannya dengan perilaku bullying, maka individu yang memiliki konsep diri rendah atau negatif maka memiliki potensi yang tinggi melakukan bullying dibandingkan individu yang memiliki konsep diri tinggi atau positif.

Pada penelitian Farrington (disitasi Ahmed & Braithwaite, 2004) menemukan bahwa remaja yang menjadi pelaku pembulian tidak hanya cenderung tumbuh dewasa dengan menjadi orang tua yang melakukan penganiayaan, tetapi juga memiliki anak yang memiliki kecenderungan untuk menjadi pelaku pembulian.Patterson (disitasi Georgiou, 2008) menyatakan bahwa sebenarnya perilaku pembulian dimulai dari rumah.Anak-anak belajar untuk menjadi agresif (terkait dengan perilaku pembulian) terhadap anak lainnya, terutama kepada anak yang lebih lemah dari diri mereka sendiri, dengan mengamati bagaimana interaksi anggota keluarga mereka sehari-hari.

Menurut Usman (2013) kepribadian juga menjadi penyebab terjadinya perilaku

(8)

bullying atau menjadi pelaku bullying. Hal ini mengarah pada perkembangan tingkah laku personalitas dan sosial siswa. Salah satu aspek kepribadian yaitu konsep diri.

Konsep diri yang negatif mempengaruhi munculnya tingkah laku yang berlawanan atau bertentangan terhadap norma-norma dalam masyarakat. Menurut Ormrod (2009) umumnya siswa yang memiliki konsep diri negatif akan menunjukkan perilaku yang negatif pula dalam pergaulan dan sulit untuk melakukan kontrol atau mengendalikan diri jika menghadapi suatu situasi tertentu.

Atas dasar pemikiran tersebut maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara Kekerasan orangtua dan Konsep Diri dengan Perilaku

Bullying Pada Siswa SLB E. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengambil judul

penelitian: Hubungan antara kekerasan orangtua dan konsep diri dengan perilaku bullying

pada siswa SLB E.

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitif dengan menggunakan metode survey melalui skala atau kuesioner. Variabel independent yaitu kekerasan orangtua sedangkan variabel dependent konsep diri dan perilaku bullying. Subjek penelitian yaitu siswa-siswi di Yayasan Pembinaan Anak Nakal (YPAN) Bhina Putera SLB-E dan SLB-E Prayuwana sebanyak 60 orang. Pengumpulan data menggunakan skala antara kekerasan orangtua, konsep diri, dan skala perilaku bullying. Skala perilaku bullying disusun peneliti berdasarkan pendapat Priyatna (2010) yang mengemukakan beberapa aspek bullying

yaitu fisik, verbal, sosial, cyber atau elektronik. Skala kekerasan orangtua terhadap anakpenulis susun mengacu pada pendapatSoeroso (2011) yang mengungkapkan beberapa aspek tindakan kekerasan orangtua terhadap anak yaitu .kekerasan fisik, kekerasan seksual, tindakan pengabaian atau penelantaran. Kekerasan emosional, kekerasan ekonomi. Skala konsep diri disusun oleh Hastuti (2013) berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh menurut Centi (1990, disitasi Desmita, 2010), yaitu : aspek-aspek pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan bagi diri sendiri, penilaian bagi diri sendiri. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi dua prediktor (anareg).

(9)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi r = 0,705, Fregresi =

28,096; p = 0,000 (p < 0,01). Hasil ini menunjukkan ada hubungan yang sangat signifikan hubungan antara kekerasan orangtua dan konsep diri dengan perilaku bullying. Artinya secara simultan (bersama-sama) kekerasan orangtua dan konsep diri berpengaruh terhadap dengan perilaku bullying. Dengan demikian hipotesis mayor yang diajukan dapat diterima.

Hasil analisis korelasi rx1y sebesar 0,618; p = 0,000 (p < 0,01), berarti ada

hubungan positif yang sangat signifikan antara kekerasan orangtua dengan perilaku

bullying. Semakin tinggi kekerasan orangtua, maka akan semakin tinggi perilaku

bullying. Hipotesis minor pertama yang menyatakan ada hubungan positif antara

kekerasan orangtua dengan perilaku bullying dapat diterima.

Hasil analisis korelasi rx2y sebesar -0,431; p = 0,000 (p < 0,01), berarti ada

hubungan negatif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan perilaku bullying. Semakin tinggi atau positif konsep diri, maka akan semakin rendah perilaku bullying.

Hipotesis minor kedua yang menyatakan ada hubungan negatif antara konsep diri dengan perilaku bullying dapat diterima.

Koefisien determinasi kekerasan orangtua Rsquared = 0,382; artinya sumbangan

efektif kekerasan orangtua terhadap perilaku bullying sebesar 38,2%. Koefisien determinasi variabel konsep diri sebesar Rsquared = 0,171; artinya sumbangan efektif

konsep diri terhadap perilaku bullying sebesar 17,1%. Melihat besaran korelasi dan sumbangan efektif diketahui bahwa variabel kekerasan orangtua terhaap perilaku bullying

lebih kuat dibandingkan variabel konsep diri.

Berdasarkan hasil analisis diketahui kategori kekerasan orangtua subjek penelitian secara umum tergolong sedang, nilai mean empirik sebesar 49, 95 dan mean hipotetik sebesar 57; konsep diri tergolong sedang, nilai mean empirik sebesar 60,98 dan mean hipotetik sebesar 79, serta perilaku bullyingtergolong rendah, dengan mean empirik 57,78 dan mean hipotetik 84.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kekerasan orangtua dengan perilaku bullying. Semakin tinggi persepsi terhadap kekerasan orangtua, maka akan semakin tinggi perilaku bullying. Hipotesis minor

(10)

pertama yang menyatakan ada hubungan positif antara kekerasan orangtua dengan perilaku bullying dapat diterima. Mutiara dan Juneman (2012) pada penelitiannya menyimpulkan pola asuh orangtua memang berhubungan dengan kecenderungan remaja menjadi pelaku dan/atau korban pembulian.Pola asuh otoriter yang mendidik anak dengan cara yang kasar dan menghukum, serta kurangnya kehangatan dan kelekatan anak terhadap orangtua, dan banyaknya konflik memungkinkan anak untuk bertindak serupa terhadap temannya di sekolah karena meniru apa yang dilakukan oleh orangtua kepada dirinya. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pola asuh orangtua yang otoriter memiliki prediksi terbaik untuk kecenderungan perilaku anak menjadi pelaku pembulian. Teori belajar sosial juga telah menunjukkan bahwa dalam menampilkan perilaku mendidik yang agresif dapat berfungsi sebagai model bagi anak-anaknya untuk melakukan pembulian terhadap anak lainnya.

Hasil analisis korelasi ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan perilaku bullying. Semakin tinggi atau positif konsep diri, maka akan semakin rendah perilaku bullying. Hipotesis minor kedua yang menyatakan ada hubungan negatif antara konsep diri dengan perilaku bullyingdapat diterima. Menurut Usman (2013) kepribadian juga menjadi penyebab terjadinya perilaku bullying. Kepribadian memiliki pengaruh besar pada siswa dalam melakukan perilaku bullying atau menjadi pelaku

bullying. Hal ini mengarah pada perkembangan tingkah laku personalitas dan sosial

siswa.Salah satu aspek kepribadian yaitu konsep diri. Konsep diri yang negatif mempengaruhi munculnya tingkah laku yang berlawanan atau bertentangan terhadap norma-norma dalam masyarakat. Menurut Ormrod (2009) umumnya siswa yang memiliki konsep diri negatif akan menunjukkan perilaku yang negatif pula dalam pergaulan dan sulit untuk melakukan kontrol atau mengendalikan diri jika menghadapi suatu situasi tertentu.

Feist dan Feist (2009) mengemukakan bahwa organisme dan diri (self) adalah dua identitas yang dapat kongruen satu sama lain ataupun tidak. Inkongruensi antara konsep diri dan pengalaman organismik adalah sumber dari gangguan psikologis. Semakin besar ingkongruensi antara diri yang dirasakan (konsep diri) dengan pengalaman organismik, individu akan semakin rentan. Kaitannya dengan perilaku bullying, maka individu yang

(11)

memiliki konsep diri rendah atau negatif maka memiliki potensi yang tinggi melakukan

bullying dibandingkan indvidu yang memiliki konsep diri tinggi atau positif.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka hipotesis mayor maupun hipotesis minor yang diajukan dapat diterima, artinya kekerasan orangtua dan konsep diri baik secara simultan maupun secara parsial berpengaruh terhadap perilaku bullying pada siswa SLB E.

Tujuan penelitian yang kedua yaitu mengetahui sumbangan efektif kekerasan orangtua dan konsep diri terhadap perilaku bullying pada siswa SLB E. Berdasarkan analisis diketahui koefisien determinasi kekerasan orangtua Rsquared = 0,382; artinya

sumbangan efektif kekerasan orangtua terhadap perilaku bullying sebesar 38,2%. Koefisien determinasi variabel konsep diri sebesar Rsquared = 0,171; artinya sumbangan

efektif konsep diri terhadap perilaku bullying sebesar 17,1%. Melihat besaran korelasi dan sumbangan efektif diketahui bahwa variabel kekerasan orangtua terhaap perilaku

Bullyinglebih kuat dibandingkan variabel konsep diri. Total sumbangan efektif sebesar

55,3%, artinya masih ada44,7% variabel lain yang dapat mempengaruhi perilaku

bullyingselain kekerasan orangtua dan konsep diri. Ini sesesuai dengan pendapat

Riauskina dkk (2005) bahwa perilaku bullyingdipengaruhi oleh faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor kelompok sebaya.Menurut Priyatna (2010) karakteristik korban

bullying, ditinjau dari beberapa faktor: (1) Faktor internal : memiliki temperamen

pencemas, cenderung tidak menyukai situasi sosial (social withdraw) atau memiliki karakteristik fisik khusus pada dirinya yang tidak terdapat pada anak-anak lain, seperti warna rambut atau kulit yang berbeda atau kelainan fisik lainnya. (2) Faktor eksternal : korban pada umumnya berasal dari keluarga yang overprotektif, sedang mengalami masalah keluarga yang berat, dan berasal dari strata ekonomi/kelompok sosial yang terpinggirkan atau dipandang negatif oleh lingkungan.

Adapun tujuan ketiga penelitian yaitu mengetahui tingkat persepsi terhadap kekerasan orangtua, konsep diri perilaku bullying pada siswa SLB E. Berdasarkan hasil analisis diketahui kategori kekerasan orangtua subjek penelitian secara umum tergolong sedang, nilai mean empirik sebesar 49, 95 dan mean hipotetik sebesar 57; Konsep diri tergolong sedang, nilai mean empirik sebesar 60,98 dan mean hipotetik sebesar 79, perilaku bullying tergolong rendah, dengan mean empirik 57,78 dan mean hipotetik 84

(12)

Perilaku bullying pada subjek penelitian secara umum tergolong rendah meskipun secara spesifik tetap ada yang memiliki kategori tinggi (6 orang) dan kategori sedang (13 orang) adapun yang rendah terdapat 29 orang dan sangat rendah 12 orang, mengapa terjadi kondisi seperti ini ? peneliti menggaris bawahi beberapa faktor penyebab, diantaranya;

a. Kondisi rendah menunjukkan tingkat keberhasilaan pembinaan yang dilakukan oleh pihak sekolah, hal ini sesuai dengan salah satu misi yang menyatakan bahwa pihak sekolah membekali siswa dengan berpedoman agama secara benar, sehingga siswa memiliki akhlak yang mulia serta meningkatkan dan mengembangkan potensi anak tuna laras serta mengentaskan dari sikap dan perilaku yang menyimpang dengan memberi bekal pendidikan ketrampilan.

b. Kemungkinan besar perilaku bullying yang dilakukan oleh siswa lebih banyak terjadi di luar lingkungan sekolah, misalnya lingkungan rumah dan lingkungan pergaulan, hal ini merujuk pada keterangan dari sekolah yang menyatakan bahwa berperilaku menyimpang lebih dari 45% disebabkan rumah tangga orangtua yang berantakan, 15% karena masalah ekonomi, 10% akibat pengaruh pengaruh lingkungan, dan 30% sebab yang lainnya. Ketika mereka berada di sekolah dengan pengawasan dan pembinaan yang ketat dari pihak guru maka para siswa takut untuk melakukan perilaku bullying.

Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap kekerasan orangtua, dan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan perilaku perilaku bullying, namun generalisasi dari hasil-hasil penelitian ini terbatas pada populasi tempat penelitian ini dilakukan.

Ada beberapa keterbatasan yang dapat diperhatikan dalam penelitian ini, diantaranya yaitu (1) penelitian lebih mengandalkan data-data statistik maupun dokumentasi dari sekolah dan belum menggunakan wawancara dan observasi yang mendalam terhadap perilaku bullying subjek sehingga ada kemungkinan terjadinya bias subyektivitas, misalnya ketidakjujuran subjek dalam menjawab skala penelitian. (2) masih banyak variabel-variabel lain yang belum diikutsertakan dalam penelitian meskipun secara teoretis berperngaruh, misalnya status sosial ekonomi orangtua, tingkat kecerdasan. (3) pemilihan sampel pada penelitian ini hanya menggunakan kriteria jenis

(13)

kelamin laki-laki dan usia, oleh karena itu hendaknya lebih cermat lagi dengan memperhatikan ciri-ciri lain yang belum dijadikan kriteria dalam penelitian ini seperti faktor status sosial ekonomi keluarga dan faktor lingkungan tempat tinggal.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

a. Ada hubungan yang sangat signifikan hubungan antara kekerasan orangtua dan konsep diri dengan perilaku bullying. Artinya secara simultan (bersama-sama) kekerasan orangtua dan konsep diri berpengaruh terhadap terhadap perilaku bullying. Dengan demikian hipotesis mayor yang diajukan dapat diterima.

b. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kekerasan orangtuadengan perilaku bullying.. Semakin sering kekerasan orangtua yang dilakukan pada anak, maka akan semakin meningkatkan perilaku perilaku bullying.

c. Ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan perilaku bullying. Semakin tinggi atau positif konsep diri, maka akan semakin rendah perilaku bullying.

d. Sumbangan efektif kekerasan orangtua terhadap perilaku bullying sebesar 38,2% sedangkan sumbangan efektif konsep diri terhadap perilaku bullying

sebesar 17,1%.

e. Kekerasan orangtua subjek penelitian secara umum tergolong sedang, konsep diri tergolong sedang sedangkan perilaku bullying tergolong rendah.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut ada beberapa saran yang dapat diberikan yaitu:

Bagi guru

Diharapkan dapat menghilangkan perilaku bullying yang sudah tergolong rendah, dengan tetap memberikan pembinaan secara aktif kepada siswa-siswanya, misalnya mengadakan kerjasama dengan, psikolog atau psikiater untuk tetap mengoptimalkan pembinaan yang sudah dilakukan. Selain itu pihak sekolah khususnya guru BK

(14)

seyogyanya juga melakukan home visit pada siswa yang memiliki kecenderungan

bullying tinggi, sehingga lebih mudah mengetahui permasalahan yang di alami dan

memberikan intervensi yang tepat untuk meminimalisir terjadinya perilaku bullying. Bagi orangtua

Hasil menunjukkan kekerasan orangtua subjek penelitian secara umum tergolong sedang. Dari hasil ini maka diharapkan orangtua lebih bijaksana dalam menerapkan pola asuhnya, misalnya yaitu tidak mendidik anak dengan cara otoriter, tidak menggunakan kekerasan fisik maupun verbal, seperti memukul anak, dan kata-kata kasar seperti menghujat dan memaki anak. Orangtua diharapkan, bersikap sabar menghadapi anak, memberikan perhatian, bimbingan serta pengawasan yang baik kepada anak.

Bagi Subjek Penelitian

Hasil penelitian diketahui, konsep diri masih tergolong sedang dan perilaku bullying

tergolong rendah. Oleh karena itu anak diharapkan meningkatkan konsep dirinya dengan cara menerima segala kelemahan dan kekurangan diri, misalnya kondisi fisik, pakaian dan benda-benda yang dimiliki serta selalu bersikap jujur, tanggung jawab atas kegagalan yang dialami, memiiki religiusitas, serta kesesuaian perilakunya dengan norma-norma masyarakat yang ada. Subjek juga diharapkan mengisi waktu dengan hal-hal yang lebih positif, misalnya mengikuti kegiatan orga

Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil penelitian yang berkaitan dengan menambah variabel-variabel lain seperti: tipe kepribadian, status sosial ekonomi. Disamping itu perlu juga pendekatan metode wawancara atau interview lebih mendalam untuk lebih memahami kondisi psikologis pelaku bullying secara mendalam.

PERSANTUNAN

Penulis mengucapkan terima kasih sebesarnya kepada semua pihak yang telah memberikan motivasi dan arahan kepada penulis selama melaksankan penelitian. Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

(15)

1. Ibu Dr. Sri Lestari, M.Si selaku Ketua Program Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta dan sekaligus sebagai pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan kemudahan, arahan serta masukan dalam penyusunan tesis ini.

2. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh karyawan Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3. Kepala Sekolah SLB-E Bhina Putera dan SLB-E Prayuana Surakarta yang telah memberi ijin penelitian serta siswa-siswi yang telah bersedia menjadi responden penelitian.

4. Kedua orangtua yang mendukung baik dari segi moral maupun materil kepada penulis, tidak henti-hentinya doa selalu dipanjatkan demi kesuksesan bagi penulis. 5. Anakku Alm. Asadulloh Al faruq Dzakwan dan Syafiyah Nazmina Humaira engkau

adalah permataku, harapanku yang selalu membuat semangat.

6. Keluarga besar Dinsosnakertrans Kota Surakarta yang telah memberikan waktu dan kelonggaran bagi penulis untuk menyelesaikan study.

7. Teman-teman di Pasca Sarjana UMS, yang telah memberikan dorongan, dukungan, semangat dan membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga kebaikan dan bantuan yang di berikan mendapatkan balasan yang setimpal dan berlipat ganda dari Alloh SWT. Akhirnya penulis berharap Tesis ini memberikan manfaat bagi kita semua. Amin

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, E. & Braithwaite, V. (2004). Bullying and victimization: Cause for concern for both families and schools. Social Psychology of Education, 7(1) 35-54.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik.Bandung : Remaja Rosdakarya.

Feist J. & Feist G.J. (2010). Teori Kepribadian (Theories of Personality). Buku 2. Edisi 7.(penerjemah:Smita Prathita Sjahputri) Jakarta: Salemba Humanika.

Hastuti, B.H. 2013.Pelatihan kori untuk meningkatkan kepercayaan diri remaja panti asuhan. Tesis (tidak diterbitkan) Surakarta : Fakultas Psikologi UMS

Mulyadi, S. (2008).”Budaya Sharing dalam Keluarga”.Realita. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

(16)

Priyatna, A. (2010). Let’s End Bullying. Memahami, Mencegah & Mengatasi Bullying. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Riauskina, I.I., Djuwita, R., Rochani, SS. (2005). ”Gencet-Gencetan” Di Mata Siswa/Siswi Kelas I SMA : Naskah Kognitif Tentang Arti Skenario, dan Dampak ”Gencet-Gencetan”. Jurnal Psikologi Sosial.12. (01) 1-13.

Rigby, J. (2003). Consequences of Bullying in Schools. Psychiatry. Vol 48.(9). 583-589 Soeroso M.H. (2011). Kekerasan dalam Rumah Tanga. Dalam Perspektif Yuridis –

Viktimologis. Jakarta:Sinar Grafika

Usman, I. (2013) PerilakuBullying Ditinjau Dari Peran Kelompok Teman Sebaya dan Iklim Sekolah Pada Siswa SMA Di Kota Gorontalo. Jurnal Pendidikan 5(4) 1-8

Yayasan Semai Jiwa Amini (2008). Bullying: Masalah tersembunyi dalam dunia

Pendidikan di Indonesia”. Jakarta : PT. Grasindo.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa (1) sub sektor unggulan Kabupaten Bulukumba yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan dan peternakan, (2)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PANGONAN 01 TLOGOWUNGU PATI TAHUN AJARAN

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 ini ialah clustering metagenome, dengan judul Clustering Fragmen Metagenome

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Indeks Kepuasan Masyarakat Pada Pelayanan Publik di Kecamatan Medan Johor, Medan Maimun dan Medan Polonia Kota

Dari hasil penelitian tersebut dapat dibuktikan bahwa penerapan metode Inside Outside Circle dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sains kelas V

Berdasarkan hasil penelitian ini, terbukti bahwa ekstrak daun sukun dalam pelarut etil asetat sangat baik digunakan sebagai antidiabetes karena memiliki nilai IC 50 yang

We present here the first recorded age-specific estimates of the developmental response to temperature in diapausing gypsy moth, Lymantria dispar (L.). The effect of temperature