• Tidak ada hasil yang ditemukan

rssn t4t Analisis Molekuler Genom Virus Hepatitis C Kon gj u ngtivitis Vernal '/o[ume 12!,[omar l Aprit 2A12

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "rssn t4t Analisis Molekuler Genom Virus Hepatitis C Kon gj u ngtivitis Vernal '/o[ume 12!,[omar l Aprit 2A12"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

rssN

t4t2

-

1026

'/o[ume

12

!,[omar

l Aprit

2A12

lsolasi, ldentifikasi

dan Uji Resistensi

Antibiotika

Pengukuran Kadar

Fibrinogen

Sebagai

Petanda

lnflamasi

Pola

Gangguan Pendengaran

di Poliklinik

THT-KL

Gambaran

Pola

Makan

dan Status Gizi Mahasiswa

KKS

UjiAktivitas Antibakteri

Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella

Tatalaksana

Hipertensi Pulmonal

pada

Anak

Pengendalian

lnfeksi

Nosokomial

di

Ruang

ICU

Rumah

Sakit

Analisis

Molekuler

Genom

Virus

Hepatitis

C

(2)

-rssN

t4t2 -1026

re*g

ffi

Jurnal

Kedokteran

Syiah

Kuala

Volume l2 Nomor

I

April20l2

Hall-62

Daftar Isi

Petunjuk Penulisan

Artikel

Penelitian

l.

Isolasi, Identifikasi Dan

Uji

Resistensi Antibiotika

Mikroorganisme

|

-

6

dari Sputum Penderita Batuk Kronis Azwar dan Liza Salawati

2.

Pengukuran Kadar Fibrinogen Sebagai Petanda Inflamasi Sistemik pada

Pasien

7

-

15

Penyakit Paru Obstruktif Kronik

Yunita Arliny

3.

Pola Gangguan Pendengaran di Poliklinik Telinga Hidung

Tenggorok

16

-

22

Kepala Leher (THT-KL) RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Berdasarkan Audiometri

Teuku Husni dan Thursina

4.

Gambaran Pola Makan Dan Status Gizi Mahasiswa Kuliah

Klinik

Senior

23

-30

(KKS) di Bagian Obsgyn RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Husnah

5.

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kelopak Bunga

Rosella

3l

-

36

(Hibiscus sabdarilfa L.) Terhadap StreptococcLts pyogenes Secara

in

Vitro

Yoo Soo

Ji,

Nova Dian Lestari dan Tristia Rinanda

Tinjauan Kepustakaan

6.

Tatalaksana Hiperlensi Pulmonal pada

Anak

37

,46

Herlina Dimiati dan Poppy Indriasari

7

.

Pengendalian Infeksi Nosokomial di Ruang Intensive Care Unit Rumah

Sakit

47

-

52

Liza Salawati

8.

Analisis Molekuler Genom Virus Hepatitis C Serta Peranannya

dalam

53

-

51 Patogenesis Infeksi

Tristia Rinanda

9.

Konjungtivitis

Vernal

58

-

62

(3)

-Arwar dan Liza. Salawati, Isolasi, Identifikasi dan Uii Resistensi Antibiotika

ISOLASI,

IDEI\TIFIKASI

DAN UJI

RESISTENSI

ANTIBIOTIKA

MIKROORGANISME DARI

SPUTUM

PENDERITA BATUK KRONIS

Azwar

danLiza

Salawati

Abstrak. Pemeriksaan sputum secara bakteriologik sangat penting dalarn diagnosis etiologi berbagai penyakit pernafasan. Selain pemeriksaan berdasarkan wama, bau dan adanya darah,

namun

juga

terhadap

pola

perhrmbuhannya sehingga dapat mengungkapkan adanya mikroorganisme penyebab batuk kronis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis mikroorganisrne dalam spufum penderita batuk kronis dan menentukan jenis mikroorganisme resisten antibiotika.

Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan April sampai Desember 2010, di Laboratorium

Mikrobiologi Rurnah Sakit Umurn Daerah dr. Zainoel Abidin. Penelitian ini dilakukan dengan

metode pengamatan langsung terhadap hasil kultur dan identifikasi mikroorgar.risn-re yang

meliputi isolasi rnikroorganisme dan identifikasi mikroorganisrne baik secara makroskopis

maupun mikroskopis. Identifikasi mikroskopis dilakukan melalui pewaranaan Gram, pewamaan BTA dan identifikasi lanjut. Sarrpel sputum dikultur dalam media Nutrient Agar (NA), media Mac Agar Conkey (MAC), media Agar Darah (AD), media Sabouraud Dextrose

lgar

(SDA) dengan menggores (streak), lalu diinkubasi pada suhu 370c selama

24

jarn, kemudian mikroorganislte yang tumbuh dilakukan kultur sekunder untuk mendapatkan isolat

mumi, pewarnaan Gram

dan

identifikasi lanjut melalui

uji

katalase dan

uji

koagulase. Selanjutnya dilakukan uji resistensi mikroorganisme terhadap berbagai jenis antibiotika.

Hasil pemeriksaan pada 100 sampel diperoleh bahwa, 66%o merupakan BTA

(+)

dengan persentase pada pria yaitu 12,730 dan pada wanita yaittt, 27,72Yo. Dari hasil isolasi tersebut

juga diidentifikasi 33% bakteri patogen yaiat Klebsiella pneumoniae 27,5o/o, Staphylococcus aureus 22,250 , Acfuetobacter l5Yo, Pseudomonas aeroginosa 12,5oA, Streptococcus sp 10Yo,

Streptococcus viridans 5Yo, Enterobacter 2,5oh, Klebsiella ozaenae 2,5%o dan Staph1,l6g6s.rtt sp 2,5Yo. (JKS 2012; 1: 1 - 6)

Kata Kunci : Batuk kronik, BTA, resistensi

Abstract. Bacteriological examination of spntum is very important in the etiologic diagnosis of

respiratory diseases. In addition to examination by color and presence

of

blood, butal soon its

growth pattern so as to reveal the presence of microorganisrns that cause chronic cough. The

purpose of this sfudy was to determine the types to microorganisms in patients with chronic cough and sputum determine the type of antibiotic resistant microorganisrns.

The research was conducted from April to December 2010, at the Laboratory of Microbiology

Zainal Abidin Hospital. The research was carried out by the method of direct observation of

the culture and identification of microorganisms that includes microorganism isolation and

identification

of

microorganisms, both macroscopically and microscopically. Microscopic

identification was done through Gram

staining, BTA

staining and identification more

information. Spuflrrn samples was culfure Nutrient

lgar

(NA), Mac Conkey Agar (MAC),

Agar Blood (AD), Sabouraud Dextrose Agar (SDA) to (streak), and then incubated at 3J"C,

for 24 hours, then the microorganisms growing secondary cultures taken

to

obtain pure

isolates, Gram staining and identification in fonnation

by

the catalase test and coagulaselest. Test was then perfomed resistance of microorganisms to various antibiotics.

Test results on 100 samples obtained that, 660/o were sputum smear (+) with the percentage of

72.73% in men and in womenis27.72o/o. From the results of isolation were also identified

33%o of pathogenic bacteria that was 275% Klebsiella pneumoniae, StaphylococcLrs aureus

22.25yo, of Acittetobacter l5o/o, Pseudotnonas aeroginosa 12.5%, Streptococcus sp 10o/o,5o/o

Streptococcus viridans, Enterobacter 2.5 %,2.5Yo ozaenae klebsiella and Staphylococcuss sp

2,5 %. (JKS 2012; 1: 1 - 6)

Kelr p6v7t; Chronic cough, sputum smeor, resistonce Azwar adalah Do.sen Bagian llmu Kesehatan Kuala/RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh,

Liza Salawati adalah Dosen Bagian Ilntu

Universitas Syiah Kualo Bcmda Aceh

THT-KL Fakultas Kedokteran Uni,-ersitas Sviah

(4)

-JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 12 Nomor I April2012

Pendahuluan

Saluran

pernafasan merupakan

gerbang

utama tempat

mikroorganisme memasuki

tubuh dan

mengakibatkan

infeksi.

Salah

satu akibat infeksi oleh

mikroorganisme terhadap saluran pernafasan

ailalah

batuk

kronis,

yaitu

batuk yang berlangsung lebih

dari tiga minggu.2

Batuk

sebenarnya adalah suatu cara yang penting bagi tubuh

untuk

membersihkan

tenggorokan

dan

saluran

pernafasan.

Tetapi batuk

yang

berlebihan

dapat

berarti

bahwa

kita

mempunyai suatu gangguan atau penyakit.

Bakteri, virus, fungi dan parasit merupakan

mikroorganisme

penyebab

infeksil,

salah

satunya adalah

infeksi

saluran penafasan.

Banyak

infeksi

saluran

pemafasan

dan

paru-paru

diawali

dengan

batuk.2 Pemeriksaan sputum secara bakteriologik/

mikrobiologik

penting

dalam

diagnosis

etiologi

berbagai

penyakit

pernafasan.

Warna,

bau dan

adanya darah merupakan

petunjuk berharga.

Pemeriksaan

secara

mikroskopik dapat

menmgetahui organisme penyebab infeksi.3

Masalah penelitian

adalah

"Jenis

mikroorganisme

dan

mikroorganisme

yang

resisten terhadap antibiotika

dari

sputum

penderita

batuk kronis

di Laboratorium

Mikrobiologi

Rumah Sakit

Umum Daerah

Dr.

Zainoel

Abidin".

Tujuan

penelitian

adalah :

a.

Untuk

mengetahui

berbagai

jenis

mikroorganisme

dalam

sputum penderita batuk kronis.

b. Untuk

mengetahui

jenis

mikroorganisme

yang

resisten terhadap antibiotika

Manfaat

penelitian

Memberi infonnasi

tentang

pola

mikroorganisme yang menyebabkan batuk

kronis melalui

kultur

dan mengetahui jenis

mikroorganisme

resisten

terhadap

antibiotika.

Hasil

penelitian

dapat

digunakan sebagai pedoman

dalam

pengobatan,

perawatan

atau

tindakan

lainnya

terhadap

penderita

dan

sebagai

bahan masukan kepada para

klinisi

dalarn

mengambil kebijakan lebih lanjut. Metode

Penelitian

Penelitian dilaksanakan bulan

April

sampai

November

2010 di

Laboratorium

Mikrobiologi

Rumah Sakit

Umum

Daerah

dr.

Zainoel

Abidin.

Spufum

penderita

batuk

kronis

diperoleh

dari

Ruang Rawat

Inap dan Rawat Jalan Paru yang

dikirim

ke

Lab. Mikrobiologi Rumah Sakit

Umum Daerah dr. Zainoel

Abidin.

Sampel adalah penderita batuk kronis yang datang ke

Poli

Paru dan yang dirawat

di

Ruang

Paru.

Pengambilan

sampel

dilakukan

secara

nonprobability

sampling dengan

teknik

htota

sampling dengan

jumlah l00

sampel.

Sputum

ditampung/dikumpulkan

dalam

pot

dahak

yang

bermulut

lebar,

berpenampang

6

cm

atau

lebih

dengan

tutup

berulir, tidak

mudah pecah dan tidak

bocor.

Pemeriksaan sputum menggunakan

tiga

spesimen

yaitu

dahak Sewaktu Pagi Sewaktu (SPS),

yang dikumpulkan

dalam

dua

hari

kunjungan

yang

berurutan.

Spesimen

dahak

yang

baik

untuk

pemeriksaan

adalah

berwarna

kuning

kehijau-hijauan (mukopurulen),

kental, dengan volume 3-5 ml.

Penelitian

dilakukan

dengan

metode

observasi laboratorium

atau

pengamatan

langsung terhadap

hasil kultur

dan

identifikasi

mikroorganisme

dari

sputum

penderita

batuk kronis

yang

meliputi

isolasi

mikroorganisme

dan

identifikasi

mikroorganisme

melalui

pewarnaan Gram dan

identifikasi

lanjut.

Hasil

dan Pembahasan

1.

Pewarnaan

BTA

Dari

100 BP berupa sputum yang diperoleh

dari

Ruang

Rawat

Inap

dan Rawat

Jalan

yang

dikirim

ke Lab.

Mikrobiologi

Rumah

Sakit

Umum

Daerah

Dr.

Zainoel

Abidin

diperoleh

BTA

(+;

sebanyak

66

sampel

sputum

(66%),

sementara

sisanya

sebanyak

33

sampel (33%)

merupakan

(5)

-Azwar dan Liza salawati, Isolasi, Identifikasi dan

uji

Resistensi Antibiotika

Tabel 1. Hasil Pewamaan

BTA

BrA

(-)

BTA

(+)

Jumlah

Persentase

Jumlah

Persentase

34% 66%

Tabel2.

Hasil

BTA

Positif Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis

kelamin Jumlah Persentase

BTA

(+) Pria Wanita

TOTAL

48 18 66 72,730A 27,2lYo 100%

Dari

66

sampel

BTA (+)

menunjukkan bahwa persentase

BTA

positif

lebih banyak

ditemukan

pada

jenis

kelamin

pria

yaitu

l2,73yo

dibandingkan

pada

jenis

kelamin

wanita yaitu

27,27Yo

(Table

2). Hal

ini

mungkin

disebabkan

karena

pria

lebih

banyak

yang

merokok

dibandingkan

wanita, dimana merokok merupakan

faktor

resiko terinfeksi

dengan M.tnberculosis.

basil

Hasil

Pewarnaan

Gram

Dari

100 BP berupa sputum, diperoleh hasil

pewarraan

Gram

(+)

sebanyak

16

sampel

(16%).

Sementara

itu

bakteri

gram

(-)

ditemukan sebanyak

84

sampel

(54%)

(Tabel 3). Tabel 3. Hasil Pewarnaan Gram

Hasil Pewarnaan Gram Jumlah BP o//o

Gram (+) Gram (-)

TOTAL

16 84 100 r6% 84% 100%

2.

Hasil

Isolasi

Mikroorganisme

Hasil

isolasi

mikroorganisme

dari

sputum

penderita

batuk kronis yang diterima

di

Laboratorium

Mikrobiologi

Rumah

Sakit

Umum

Daerah

Dr.

Zainoel

Abidin

Banda Aceh diperlihatkan pada

Tabel4.

Tabel4.

Hasil Isolasi

Mi

isme dari Sputum Penderita Batuk Kronis

Mikroorganisme Jumlah

BP

%

Bakteri patogen

Bakteri non patogen Jamur

Bakteri patogen

*

jamur

Tidak Turnbuh Total 24 10 4 1

6l

t00 24%

t0%

4%

t%

61% 1000

Table

4 di

atas rnenunjukkan bahwa dari 100 BP berupa sputum yang diperoleh dari

Ruang Rawat

Inap

dan Rawat Jalan Paru

yang

dikirim

ke Lab.

Mikrobiologi

Rumah

Sakit Umum

Daerah

Dr.

Zatnoel

Abidin,

terisolasi bakteri patogen sebanyak

24

BP

(24%)

dan

bakteri non

patogen sebanyak

i0

BP

(I0%),

sedangkan

jamur

hanya

terisolasi

dari

4

BP

(4%),

sementara itu terisolasi

bakteri

patogen yang bercampur dengan

jamur

dari

I

BP

(1%)

dan terdapat

61 BP

(61%) yang

tidak

terdapat perrumbuhan mikroorgan i sme.

(6)

JURNAL KEDOKTEL4N SYIAH KUALA Vohtme I2 Nontor I April 2012

Tabel 5. Perbandingan isolasi mikrorganisme dari sputum

BTA

(+)

dan

BTA

(-) Sputum yang

Terisolasi

BTA

TOTAL

POSITIF

NEGATIF

JUMLAH

Bakteri patogen

Bakteri non patogen Jamur Tidak Tumbuh

TOTAL

I 4 2 s9 66

t%

4%

l%

s9% 66% 23 6 J 2 34 23% 6% 3% ao/ L ,/O 34% 24 10 5

6t

100 24% r0% 4% 6loA t00%

Bila

dilihat

jumlah

bakteri

yang terisolasi

dari

sputum dengan

BTA positif

dan

negatif maka bakteri patogen lebih banyak

terisolasi

dari

sputum

BTA

negatif

yaitu

23o/o, dari sputum

BTA positif

hanya

lo/o

yang terisolasi bakteri patogen. Sedangkan

kultur

BP yang tidak terdapat pertumbuhan dengan

BTA positif yaitu

59%

dan

BTA

negative 2oh. Jamur lebih banyak terisolasi

dari

sputurn

BTA

negatif

yaitu

3Yo

(Tabel

5 ). Hasil

ini

menunjukkan bahwa

BTA

(+) umumnya

tumbuh

murni

tanpa campuran dengan bakteri patogen

s.

Hasil

Identifikasi Bakteri

Hasil

identifikasi bakteri patogen

yang

diternukan

dari

sputum

penderita

batuk

kronis dapat

dilihat

pada

Tabel6

di bawah. Tabel 6. Hasil

ldentifikasi

Bakteri

Nama Bakteri Jumlah Isolat

Genus Mycobacterium Klebsiella pneumonia Staphylococcus aureLs Streptococus sp Steptococus

viridians

Staphylococctts sp Acinetobacter

Pse udo mo n as aero gi n osa

Enterobacter Klebsiella ozaenae

TOTAL

66

ll

9 4 2 I 6 5 1 1 106 62%

t0%

8% 4% 2% 1o,/ L/O 6% 5% 1%

t%

t00% Table 6

di

atas terlihat bahwa bakteri yang

ditemukan

dari

sputum

penderita

batuk

kronis paling banyak

adalah

dari

genus Mycob acterium 620/o, kemudian Klebs

iella

pneumoniae 10Yo, Staphylococcus aureus

8yo,

Acinetobacter

6yo,

Pseudomonas

aeroginosa

syo,

Streptococcus

sp

4yo,

Streptococctts

viridans

2Yo, Enterobacter

l%o,

Klebsiella

ozaenae

l%

dan Staphylococcus sp l%o .

Hasil

Uji

Sensitivitas

Antibiotika

Hasil

uji

sensitivitas

memperlihatkan

bahwa Klebsiella

pneumoniae memiliki

tingkat

resistensi

terbanyak

dibanding

bakteri lainnya, dengan resistensi terbanyak

terhadap

Ampicillin,

Gentamicin,

dan

Ciprofloxacin.

Klebsiella

pneurnoniae

mengalami

tingkat

sensitivitas

yang

lebih

tinggi

terhadap

MEM dan

CRO.

Sedangkan Staphylococctts

aureus

yang

merupakan bakteri dengan tingkat resistensi

tertinggi

kedua

memiliki

efektivitas

yang

baik

terhadap

CRO dan

CXM.

Tabel

tersebut

juga

memperlihatkan

bahwa

Klebsiella

pneumoniae

masih

sensitif

terhadap

CAZ

sebanyak

8

isolat

dari

9

isolat yang

diuji,

CTX

7 isolat

dari

10 isolat

uji

masih

sensitive,

CXM

6

isolat dari

9

(7)

-Arwar dan Liza Salawati, Isolasi, Identifikasi dan Uji Resistensi Antibiotika

dari 11

isolat

uji

masih

sensitive.

Staphylococcus aureus ditemukan

5

isolat

dari

8

isolat

uji

merupakan

MRSA

yaitu

sudah resisten

terhadap Oxacilline

(OX). Acinetobacter maslh sensitif terhadap

CAZ

sebanyak

2

isolat

dari

4

isolat yang diuji,

terhadap

MEM

masih sensitive sebanyak 2

isolat

dari 4 isolat yang

diuji,

Pseudomonas

aeroginosa ditemukan

3 isolat

dan

4

isolat

uji

sudah resisten terhadap

CTX

dan

2

isolat

dari

3

isolat

uji

sudah

resisten terhadap

MEM.

Kesimpulan

Dari

hasil penelitian

ini

dapat disimpulkan

bahwa:

1.

Dalam

sputum penderita

batuk

kronis

ditemukan

BTA (+)

lebih

banyak dari

BTA

(-)

yaitu

BTA

(+)

sebanyak 66Y,

dan

BTA

(-)

sebanyak 34o/o dimana

BTA

(+)

lebih banyak ditemukan pada

pria yaitu

72,73oh dibandingkan pada

yaitLr 27 ,2704.

2.

Genus

Mycobacterium

merupakan

bakteri

terbanyak

yang terisolasi

dari spufum penderita batuk kronik.

3.

Dalam

sputum penderita

batuk

kronis

ditemukan

bakteri Gram

(-)

lebih

banyak

dari

Gram

(+)

yaitu

bakteri

Gram

(-)

sebanyak 84Yo

dan

bakteri

Gram

(+)

sebanyak 160/o .

4.

Dalam

sputum penderita

batuk

kronis

dapat diisolasi bakteri patogen, bakteri

non-patogen dan

jamur yaitu

bakteri

pathogen sebanyak

24

oA, bakteri non

patogen

l0

o

, sedangkanjamur hanya

4yo,

sementara

itu

terisolasi

bakteri patogen yang bercampur dengan

jamur

lYo,

dan sputum

yang tidak

tumbuh

mikroorganisme sebany ak 6 loh.

5.

Dalam

sputum penderita

batuk

kronis yang mengandung

BTA

(+)

umumnya

tidak

ditemukan

bakteri

pathogen,

hanya 7 o/o dan sputum

BTA

(+)

yang

terisolasi

bakteri

pathogen

lain. Sementara

dari

sputum

BTA (-)

dapat

diisolasi bakteri

patogen

sebanyak 26%.

6.

Spesies

bakteri

patogen

yang

ditemukan

dalam

sputum

BTA(-)

penderita

batuk kronis paling

banyak

adalah

Klebsiella

pneumoniae 27,5oh

kemudian disusul

dengan

Staphylococcus

aLtreus

22,25Yo,

Acinetobacter

l5oA,

Pseudomonas

aeroginosa

l2,5yo,

Streptococcus sp

l0oA,

Streptococcus

viridans

5oA,

Enterobacter

2,5o

,

Klebsiella

ozaenae 2,5Yo dan Staphylococcus sp 2,5o4

7.

Klebsiella pneumoniae masih sensitive terhadap

CAZ

sebanyak 8 isolat dari 9

isolat yang

diuji, CTXT

isolat

dari

10

isolat

uji

masih

sensitive,

CXM

6

isolat

dari 9

isolat

uji

masih sensitive,

MEM

9

isolat

dari

11 isolat

uji

masih sensitive.

8.

Staphylococcus aurerzs

ditemukan

5

isolat

dari

8

isolat

uji

merupakan

MRSA yaitu

sudah resisten terhadap

OX

9.

Pseudomonas aeroginosa ditemukan 3

isolat

dari

4

isolat

uji

sudah resisten terhadap

CTX

dan 2 isolat dari 3 isolat

uji

sudah resisten terhadap

MEM.

Saran

1.

Dilakukan penelitian

lebih

lanjut

dengan

pengambilan

sputum

3

kali

(sPS).

2.

Kepada

para

klinisi

disarankan untuk

menggunakan hasil penelitian

ini

dalam

pemberian

antibiotik

secara

empiris kepada penderita

batuk

kronis

dengan

BTA

negatif.

3.

Kepada

organisasi

profesi

tekait

disarankan

untuk

memasukkan

pemeriksaan

kultur

sputum

dan

uji

sensitifitas

ke dalam

protap

pemeriksaan

sputum penderita

batuk

kronis.

Daftar

Pustaka

1.

Wash, T.Declan. 1989.

Kapita

Selekta Penyakit dan Terapi. Diterjemahkan oleh Caroline Wijaya. EGC, Jakarta.

(8)

4.

5.

JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Yolume I2 Nomor I April 2012

2.

Anonymous. 2006. Berawal

dari

batuk. http://kunci-kesehatan.Blogspot.

Com

I

Tanggal akses: 12 februari 2008.

3.

Anonimous, 2002. Batuk.

http : I I w artablo g. com/index. php ? Option:

Comnewsf-eeds&task:View&feedid:3 97

&Itemid:7.

Tanggal

akses:12 februari

2008.

Wash, T.Declan. 1989.

Kapita

Selekta Penyakit dan Terapi. Diterjernahkan oleh Caroline Wijaya. EGC, Jakarta.

Waluyo,

Lud.

2007.

Mikroorganisme. http://ummpress.Umm.ac.id/detail. php?

Id_buku_best 21.

Tanggal akses:13

februari 2008.

Ticrncy,

Lawrcnce

M.,

Stcphcn

j.

Mc Phee

dan

Maxine

A.

Papadakis. 2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Ilmu Penyakit Dalam.Edisi

l.

Terjemahan dari

Cunent Medical

Diagnosis

and

Treatment. oleh, Abdulah Gofir. Salemba Medika, Jakarta.

Anonymous,

2008.

Batuk

Pada

anak, http ://id.wikipedia. org/wiki/B ahrk.

Tanggal akses:13 Februari 2008.

Hadioetomo,

R.S.

1990.

Mikroboilogi

Dasar

Dalam

Praktek.

Teknik

dan

Prosedur

Dasar

Laboratorium.

P.T.

Gramedia, Jakarta.

Masofa. 2008. Mikloogranisme, Bakteri

dan

Virus.http://masofa.wordpress.com/

2008 I 02 I 0 5 lmiroorgani sme_bakteri_

dan_vinrs/.

Tanggal akses:

22

Februari 2008.

Gibson,

J.

M.

1996.

Mikrobiologi

dan

Patologi

Modem

Untuk

Perawat. Terjemahan

dan Modern

Microbiology

and

Pathologi

for

Nurses,

oleh

Soma Prasada. EGC, Jakarta.

Shulman,

S.T,

I.P.

Phair dan

H.

M. Sommers, 1994. Dasar Biologi dan Klinis

Penyakit

Infeksi.

Edisi

keempat.

Terjemahan

dari The

Biologic

and

Clinical Basis of Infektions Diseases, oleh Samik Wahab, Gadjah Mada Universitas

Press, Yogyakarla. 6. 7 8. 9. 10. 11. 6

Gambar

Table  4 di  atas  rnenunjukkan  bahwa  dari 100  BP  berupa  sputum  yang  diperoleh  dari Ruang Rawat  Inap  dan Rawat  Jalan  Paru yang  dikirim  ke Lab
Tabel  6. Hasil  ldentifikasi  Bakteri

Referensi

Dokumen terkait

Semasa pemain daripada pasukan lawan yang dibenarkan berada dalam kawasan itu membuat hantaran percuma, bola tidak boleh dibaling melebihi kawasan gelanggang

telur ini tidak mempunyai rongga udara di kedua kutubnya...  Keluar bersama tinja penderita, telur cacing yang telah dibuahi jka jatuh di tanah yang lembab dan

Sifat penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah bersifat deskriptif, yaitu dengan memaparkan hasil dari penelitian tentang bagaimana ketentuan

Salah satu asas penting yang wajib diperhatikan adalah bahwa hakim wajib mengadili semua bagian tuntutan dan dilarang menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak dituntut

2. Pendingin diperlukan untuk meredam suhu dan membersihkan kotoran selama proses penggerindaan pada saat putaran roda gerinda yang sangat tinggi memerlukan langkah

Ekstraksi kolagen dilakukan di Laboratorium Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Politeknik Negeri Pontianak; pembuatan nanopartikel kolagen dilakukan di Laboratorium

Pengaruh complete feed dengan kadar protein dan energi yang berbeda pada penggemukan Domba Lokal jantan secara feedlot terhadap konversi pakan.. Seminar Nasional

Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdo’a bersama V Alat/Bahan/Sumber Belajar:.. A Kerja logam,