Hubungan Antara Jarak Sumber Pencemar Dengan Kandungan Bakteri
Coliform
Pada Air Sumur Gali Di Desa Kapitu Kecamatan Amurang Barat Kabupaten
Minahasa Selatan.
Novel H. Tendean*, Jootje M. L. Umboh *, Audy.Wuntu *
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
Abstrak
Kualitas air Sumur Galimerupakan pokok kebutuhan sehari-hari oleh setiap masyarakat yang ada di desa pedalaman dan memiliki resiko pencemaran yang disebabkan oleh limbah rumah tangga/industri, sampah, tinja dan kandang ternak. Di desa Kapitu masyarakat sering menggunakan air sumur gali untuk keperluan rumah tangga dan beberapa kebutuhan pokok lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Amurang Barat pada bulan Januari – desember 2012 banyak masyarakat yang berobat dengan gangguan diare yang merupakan gejala umum yang diduga ada hubungannya dengan paparan bakteri Coliform yang disebabkan oleh resiko pencemaran limbah rumah tangga/industri, sampah, tinja, dan kandang ternak. Tujuan penelitian iniadalah untuk mengetahui hubungan antara jarak sumber pencemar dengan kandungan bakteri Coliform pada air sumur gali di desa Kapitu Kecamatan Amurang Barat Kabupaten Minahasa selatan
Penelitian ini merupakan studi observasional dengan pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel 35 sumur gali dengan sumber pencemar secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya, dengan diuji menggunakan chi square dengan CI 95% dan α = 0,05.
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jarak sumber pencemar terhadap angka bakteri Coliform sebesar 0,000. Nilai probabilitas (pvalue) 0,000 < 0,05 (tingkat kesalahan).
Saran yang diberikan adalah Sebaiknya perlu memperhitungkan sumur gali dengan jarak sumber pencemar sesuai dengan syarat-syarat kesehatan.
Kata Kunci:Sumber Pencemar, Bakteri Coliform, Sumur Gali.
Abstract
Well water quality Digs Up to constitute requirement subject everyday by each society that is at back country village and have sacrilege jeopardy that because of family waste / industry, waste, excrement and breed den. At Kapitu village society frequenting to utilize well water digs up to family need and some another subject requirement. Base acquired data from Society health center at West Amurang on month of January – December 2012 a lot of society that gets doctor with invasive common symptomatic diarrhoea one is predicted there is relationship it with bacteria presentation Coliform one that because of waste sacrilege jeopardy family / industry, waste, excrement, and breed den.
To the effect are subject to be know relationship among contaminate source distance with obstetric bacteria Coliform on well water digs up at Kapitu village West Amurang District South MinahasaRegency.
This research constitutes study observational with approaching cross sectional study . Total sample 35 well dig up with contaminate source descriptive with account frequency distribution and its proportion, by tested utilizes chi square with CI 95% and α = 0,05.
Research points out that exists relationship among contaminatesource distance to bacteria number Coliform as big as 0,000. Probability point(p value) 0,000< 0,05 (zoom glosses over).
Tips is given is advisable need to take into account dig well with contaminate source distance accords by condition of health
PENDAHULUAN
Standar kualitas air di Indonesia telah
ditetapkan melalui Peraturan Menteri
Kesehatan RI nomor
416/menkes/per/IX/1990 tentang
syarat-syarat kualitas dan pengawasan kualitas air bersih. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa air bersih dan air minum harus memenuhi syarat kesehatan, baik syarat fisika, kimia, dan syarat radioaktiv, dan syarat bakteriologis (Mulia, 2005).
Kualitas air sumur gali dapat tercemar yang disebabkan oleh bermacam- macam faktor, diantaranya oleh limbah rumah tangga,/industri, sampah, tinja dan oleh karena pembuatan jamban yang kurang baik/tidak memenuhi kaidah teknis dan terbuka. Sumur gali yang sudah digunakan dalam waktu relatif lama lebih besar
kemungkinan mengalami pencemaran,
karena selain bertambahnya sumber
pencemar juga lebih mudahnya sumber
pencemar merembes kedalam sumur
mengikuti aliran air tanah yang berbentuk memusat ke arah sumur.
Masyarakar Desa Kapitu merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Amurang Barat Kabupaten Minahasa Selatan dengan jumlah penduduk 2023 jiwa atau 411 KK. Sumber air bersih yang digunakan oleh sebagian besar penduduk adalah sumur gali yaitu 290 buah. Penggunaan sumber air yang
tidak memenuhi persyaratan dapat
menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat berupa penyakit menular, maupun tidak menular.
Penyakit menular umumnya
disebabkan oleh makhluk hidup sedangkan penyakit tidak menular umumnya-disebabkan oleh makhluk hidup (Mulia, 2005). Penyakit menular bukan disebabkan oleh air secara langsung disebut penyakit bawaan air (water borne disease). Diare merupakan salah satu penyakit yang tergolong penyakit bawaan air. Berdasarkan data sekunder dari Puskesmas Amurang Barat pada bulan Januari-Desember 2012, pada Kecamatan Amurang Barat terdapat kasus diare. Kasus diare ini termasuk peringkat ke 4 dalam 10 penyakit menonjol tercatat pada Puskesmas Amurang Barat dan berdasarkan data yang ada di Puskesmas Amurang Barat desa Kapitu merupakan tingkat kunjungan tertinggi terhadap diare.
Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengetahui hubungan antara jarak sumber pencemar dengan kandungan bakteri Coliform pada air sumur gali di Desa Kapitu Kecamatan Amurang Barat Kabupaten Minahasa Selatan
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian ini mengunakan studi observasional penelitian dengan pendekatan
cross sectional study, yaitu suatu rancangan penelitian yang mempelajari jarak sumber
pencemar dengan kandungan bakteri
coliform pada air sumur gali di Desa Kapitu
Kecamatan Amurang Barat Kabupaten
Minahasa Selatan.
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2013 – Desember 2013 dan di seminarkan Februari 2015
Yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah semua sumur gali yang ada di Desa Kapitu yang berjumlah 290 buah sumur gali yang diperuntukan sebagai sumber air bersih. (Profil Desa Kapitu, 2012).
Yang menjadi sampel adalah sumur gali yang memenuhi kriteria dengan jumlah sampel ditetapkan sebesar 35 sumur gali.
Pengambilan sampel dilakukanoleh peneliti
sendiri dengan seorang teknisi dari
Laboratorium Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Kelas I Manado (BTKL & P2M). Pada pemeriksaan sampel kualitas air secara baketriologis dilakukan di Laboratorium
Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pemberantasan Penyakit Menular Kelas I Manado (BTKL & P2M).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Kapitu Kecamatan Amurang Barat
Kabupaten Minahasa Selatan jumlah
responden yang adalah sebesar 35 orang, merupakan anggota dewasa yang dianggap
dapat mewakili keluarga dan dapat
memberikan informasi tentang keberadaan sumur gali yang digunakan.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) klarifikasi menurut umur bahwa umur 15 – 64 tahun termasuk produktif dimana umur
manusia yang dianggap memiliki
kemampuan secara optimal untuk bekerja dan
terjadinya perubahan perilaku. Apabila
ditinjau dari umur, maka penelitian ini
menunjukan bahwa responden yang sebagian besar berumur antara 17 – 31 tahun yaitu sebesar 28,5 % (10 orang), 32 – 45 tahun yaitu sebesar 48,5 % (17 orang), 46 – 59 tahun yaitu sebesar 17,1% (6 orang), dan berumur diantara 60 – 72 tahun sebanyak 5,7% (2 orang).
Berdasarkan tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah SD yakni 13 orang (37,1%), SMP sebanyak 11 orang (31,4%), SMA/SMK sebanyak 10 orang (28,5%), dan tidak sekolah sebanyak 1 orang
(2,8%). Sedangkan berdasarkan jenis
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (IRT) yaitu 17 orang (48,5%), wiraswasta/swasta sebanyak 8 orang (22,8%), tukang dan petani sebanyak 4 orang (11,4%), Guru sebanyak 1 orang (2,8%), dan yang tidak memiliki pekerjaan sebanyak 1 orang(2,8%). Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh poluakan (2010), diperoleh hasil penelitian pekerjaan responden yang paling dominan berprofesi sebagai ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 32 orang (39%), PNS sebanyak 1 orang (1%), pedagang sebanyak 3 orang (4%), dan wiraswasta 6 orang (7%). Berdasarkan studi yang dilakukan UNICEF dan Bank Dunia tentang proyek-proyek air minum dan penyehatan lingkungan di
Indonesia, peranan perempuan untuk
memenuhi kebutuhan air minum dan
penyehatan lingkungan untuk kepentingan sehari-hari sangat dominan (Anonimous, 2003).
Tabel 1. Karakteristik Responden Pengguna Sumur Gali
Karakteristik Responden Pengguna Sumur Gali n(35) %
Kelompok Umur (Tahun) 17-31 32-45 46-59 60-72 10 17 6 2 28,5 48,5 17,1 5,7 Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA/SMK 1 13 11 10 2,8 37,1 31,4 28,5 Jenis Pekerjaan Tidak Ada
Ibu Rumah Tangga (IRT) Tukang Petani Wiraswasta/swasta Guru 1 17 4 4 8 1 2,8 48,5 11,4 11,4 22,8 2,8
Pada Tabel 1, menunjukan bahwa
responden berdasarkan rekapitulasi
sesuai dengan kelompok umur 17-31 yakni 10 orang (28,5%), pada kelompok umur 32-45 terdapat 17 orang (48,5%), pada kelompok umur 60-72 berjumlah 2
orang (5,7%). Jumlah responden
berdasarkan tingkat pendidikan yakni Tidak Sekolah berjumlah 1 orang (2,8%), SD 12 orang (34,2%), SMP 11 orang (31,4%), dan tamat SMA/SMK 10
orang (28,5%). Jumlah responden
berdasarkan jenis pekerjaan, paling dominana berprofesi Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 17 orang (48,5%), Wiraswasta/Swasta sebanyak 8 orang (22,8%), petani sebanyak 4 orang (11,4%), tukang sebanyak 4 orang (11,4%), Guru sebanyak 1 orang (2,8%), dan tidak ada pekerjaan sebanyak 1 orang (2,8%).
Tabel 2. Distribusi Jarak Sumur Dengan Sumber Pencemar Di Desa Kapitu Kabupaten Minahasa Selatan 2013
Kategori Jarak Sumur Dengan Sumber Pencemar n %
Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat
15 20
42,8 57,1
Jumlah 35 100
Pada Tabel di atas dapat dilihat bahwa 42,8% (15 buah sumur gali) yang memiliki jarak sumber pencemar kurang dari 11 meter dan 57,1% (20 buah sumur
gali) yang memiliki jarak sumber pencemar lebih 11 meter.
Tabel 3. Hubungan Antara Jarak Sumur Dengan Sumber Pencemar Terhadap Angka Bakteri Coliform
Jarak Sumber
Pencemar ρvalue
Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Total
N % N % Memenuhi Syarat 13 86,7 2 13,3 15 0,000 Tidak Memenuhi syarat 2 10 18 90 20 Total 15 42,9 20 57,1 35
Berdasarkan hasil analisis chi square menunjukan hasil bahwa nilai probabilitas (p value) antara jarak sumber pencemar dengan angka bakteri
coliform sebesar 0,000. Nilai probabilitas (p value) 0,000 < 0,05
(tingkat kesalahan) maka dapat
dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara jarak sumber pencemar terhadap angka bakteri coliform.
Berdasarkan hasil uji statistic
dengan menggunakan uji chi square
diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05) hasil
ini menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara jarak
sumur dengan sumber pencemar
terhadap angka bakteri coliform di Desa Kapitu Kecamatan Amurang Barat Kabupaten Minahasa selatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa 57,1%
jarak sumber pencemar dengan sumur
gali tidak memenuhi syarat atau
memiliki jarak ≤ 11 meter dan 42,9% jarak sumber pencemar dengan sumur gali memenuhi syarat atau memiliki jarak >11 meter dan angka bakteri coliform menunjukan bahwa 35 sumur gali yang dijadikan sampel 57,1% sumur memiliki kandungan coliform yang tidak memenuhi syarat, dan 42,9% sumur
memiliki kandungan coliform yang
memenuhi syarat. Hal ini menunjukan bahwa semakin dekat jarak sumur dengan sumber pencemar semakin tinggi angka bakteri coliform.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Boekoesoe (2010) tentang jarak sumber pencemar pada sumur gali di desa Sosial
Kecamatan Paguyaman Kabupaten
Boalemo didapati bahwa 30 sampel sumur gali telah positif terkontaminasi bakteri Coliform.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Ning Sri Utami, Chatarima M, Danang E (2012) Yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara status pencemaran air sumur yang diperoleh dari variasi
jarak sumber pencemar bakteri
Coliform.
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Rambi di Kelurahan Paniki Bawah Kecamatan
Mapanget Kota Manado, yang
menyimpulkan bahwa jarak sumur gali
dengan sumber pencemar terhadap
angka bakteri Coliform memiliki
hubungan yang bermakna. Hasil
penelitian yang dilakukan di Kelurahan Paniki Bawah menunjukan bahwa jarak sumur dengan sumber pencemar yang tidak memenuhi syarat kurang dari 11
meter sebesar 77,8% mendukung
tingginya angka bakteri Coliform pada sumber air bersih dalam hal ini sumur gali (Rambi,2008).
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa :
1. Angka bakteri coliform pada air
sumur gali di Desa Kapitu
Kecamatan Amurang Barat yaitu lebih dari 1600 koloni/100 ml air atau melebihi batas maksimum yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 416/ MENKES/PER/ IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih. (<50 koloni/100 ml air).
2. Terdapat hubungan antara jarak
sumur dengan sumber pencemar terhadap angka bakteri coliform pada air sumur gali yaitu (p value) 0,000 < 0,05 (tingkat kesalahan) sebanyak 57,1% atau 20 sumur gali tidak memenuhi syarat.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas hal-hal yang dapat disarankan yakni :
1. Perlu memperhitungkan sumur gali
dengan jarak sumber pencemar sesuai dengan syarat-syarat keshatan.
2. Bagi masyarakat yang
mengkonsumsi air sumur gali sebagai air minum untuk memasak air sampai mendidih agar bakteri dan kuman-kuman patogen bisa mati, sehingga
aman untuk dikonsumsi serta
memperhatikan kondisi sanitasi
lingkungan kita sendiri.
3. Bagi pemerintah dalam hal ini
petugas sanitasi puskesmas untuk perlu dilakukan pengawsan dan sosialisasi serta penyuluhan kepada masyarakat pengguna sumur gali secara terus menerus mengenai perlindungan kualitas air seperti
dengan pemberian desinfektan
(kaporit) dan perbaikan sanitasi lingkungan serta pola hidup bersih dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Marsono. 2010. Ilmu Kesehatan
Masyarakat Dalam Konteks Kesehetan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan
Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Mulia R. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogjakarta: Graha Ilmu.
Waluyo L. 2005. Mikrobiologi
Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Kesehatan RI. 1990.
Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.461/MENKES/PER/IX/1990 Tetang Syarat Dan Pengawasan KualitasAir Bersih. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Soemirat JS. 1994. Kesehatan
Lingkungan. Jurusan Tekni Lingkungan. Institut Teknologi Bandung.
Fardiaz S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogjakarta: Penerbit Kanisius. Notoadmodjo S. 2003. Ilmu Kesehatan
Masyarakat.Prinsip Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Boekoesoe L. 2010. Tingkat Kualitas Bakteriologis Pada Air Bersih di Desa Sosial Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo.Jurnal Inovasi, Volume 7, No 4, Desember 2010.
Kecamatan Amurang Barat, 2012. Profil Desa Kapitu Tahun 2012, Kabupaten Minahasa Selatan.
Notoadmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit PT. Rineka Cipta: Jakarta.
PKM Amurang Barat, 2012, Profil
Puskesmas Amurang Barat
2012. Kabupaten Minahasa
Selatan.
Riduwan dan Akdon. 2010. Rumusdan
Data dalam Aplikasi Statistika. Penerbit Alfabeta: Bandung. Poluakan, ES. 2010. Gambaran Perilaku
Pengguna, Kondisi Fisik & Kualitas Bakteriologi Air Sumur Gali Di Desa Tumpaan Satu Kecamatan Tumpaan. Skripsi
tidak diterbitkan. Manado;
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi. Rahayu Sri Pujiati. 2010. Pengaruh
Jarak Sumur Gali dengan Septic Tank Terhadap Kandungan Bakteri Coliform Pada Air Sumur Gali Di Kelurahan Citrodiwangsa, Kecamatan Lumajang, Kabupaten Lumajang. Jurnal KESMAS (online) Vol 6, No 1, Maret 2010.