i
KELAS III MI TARBIYATUL AULAD JATIJAJAR,
BERGAS, KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan(S.Pd.)
Oleh:
MUCHID 11513087
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
iii
KELAS III MI TARBIYATUL AULAD JATIJAJAR,
BERGAS, KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan(S.Pd.)
Oleh:
MUCHID 11513087
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
viii
ِمْلِعْلاِب ِهْيَلَعَف
.
“Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah
ia memiliki ilmunya, dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di
akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula, dan barangsiapa yang
menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula”.
(HR. Bukhari dan Muslim)
ix
menjalankan amanat dari Allah SWT, yaitu dengan tulus dan ikhlas
membesarkan, mendidik, membimbingku dengancinta dan kasih sayang.
Beliau yang tak pernah lelah dan tak pernah berhenti memberikan semangat,
motivasi, serta do’a untuk menggapai harapan dan cita-cita yang indah untuk
anaknya.
2. Kakakku tersayang (Mahmud), dia yang selalu mendukung dalam
setiaplangkah yang ku tempuh dengan berharap yang terbaik untuk adiknya.
3. Keluarga dan sahabat-sahabatku yang selalu memberikan motivasi,
bimbingan, nasihat, dan dukungan untuk keberhasilanku, agar nanti dapat
berbuat yang lebih baik dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
4. Almamaterku “INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA”,
tempatku menimba ilmu sebagai bekal masa depanku.
Terima kasih untuk doa, kasih sayang, dukungan dan semua yang telah di berikan
x
Segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikanskripsi dengan judul“Peningkatan Prestasi Belajar Matematika
Materi Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Melalui Strategi
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Siswa Kelas III MI Tarbiyatul
Aulad Jatijajar, Bergas, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018ini”
sebagai tugas dan syarat yang wajib yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar
kesarjanaan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) IAIN Salatiga.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
kita, Nabi akhir zaman yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalah
Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu
keislamansehingga dapat menjadi bekal hidup kita di dunia dan akhirat
kelak.Suatu kebanggaan tersendiri skripsi ini dapat terselesaikan dengan cukup
baik. Bagi penulis, penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan.
Penulis menyadari banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan
skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun
akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak yang
membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih setulusnya kepada semua pihak yang telah
xi
Ibtidaiyah (PGMI) yang telah memberikan saran yang membangun kepada
penulis.
4. Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik
yang senantiasa memberi semangat dan bimbingannya pada penulis.
5. Ibu Dra. Siti Farikhah, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
memotivasi, memberikan arahan, bimbingan serta keikhlasan untuk
membantu sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian
akademik, staf perpustakaan maupun keluarga besar civitas akademik IAIN
Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis.
7. IbuSri Hidayati, S.Pd.I, selaku Kepala MI Tarbiyatul Aulad JatijajarBergas
Kabupaten Semarang yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk
melakukan penelitian di madrasah yang beliau pimpin.
8. Ibu Muji Rahayu, S.Psi, selaku guru mata pelajaran matematika di MI
Tarbiyatul Aulad Jatijajar yang berkenan menjadi kolaborator penelitian,
serta seluruh siswa kelas III yang telah berkenan untuk menjadi subjek
penelitian.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
xii
Penulis dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya
penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca
pada umumnya.
Jatijajar, 04 September 2017
xiii
Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Melalui Strategi Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Siswa Kelas III MI Tarbiyatul Aulad Jatijajar, Bergas, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra. Siti Farikhah, M.Pd.
Kata Kunci: Prestasi Belajar, Matematika, Strategi Pembelajaran Problem Based Learning.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan strategi Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas III MI Tarbiyatul Aulad JatijajarBergas Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017. Subyek dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran matematika dan siswa kelas III MI Tarbiyatul Aulad Jatijajar yang terdiri dari 14 siswa yaitu 8 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus yang setiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan yang masing-masing terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi dan refleksi. PTK ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu observasi dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan yaitu dengan cara membandingkan pencapaian nilai prestasi belajar tiap siklus dengan menghitungkriteria ketuntasan siswa secara klasikal.
xiv
HALAMAN JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
DEKLARASI ... vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ix
KATA PENGANTAR ... xii
ABSTRAK ... xiii
DAFTAR ISI ... xvi
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
xv
2. Pengertian Prestasi Belajar ...
3. Macam-macam Prestasi Belajar ...
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ...
5. Hakikat Pembelajaran ...
6. Pengertian Matematika ...
7. Pembelajaran Matematika ...
8. Kinerja Mengajar Guru ...
9. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 22
B. Strategi Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... 1. Pengertian Strategi Pembelajaran ...
2. Pengertian Pembelajaran PBL ...
3. Ciri-ciri PBL ...
4. Tahap-tahap Strategi PBL ...
5. Peran Guru dalam Strategi PBL ...
C. Kaitan Strategi PBL dengan Pembelajaran Matematika ... 41
D. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ... 43
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ... 51 A. Deskripsi Kondisi Pra Siklus ...
1. Gambaran Umum Madrasah ... 51
xvi
1.Perencanaan Tindakan ...
2. Pelaksanaan Tindakan ...
3. Pengamatan atau Observasi ...
4. Refleksi ... 55
56
58
62
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ...
1.Perencanaan Tindakan ...
2. Pelaksanaan Tindakan ...
3. Pengamatan atau Observasi ...
4. Refleksi ...
A. Deskripsi Per-Siklus ... 1. Deskripsi Pra-Siklus ... 2. Deskripsi Siklus I ... 3. Rekapitulasi Pra Siklus, Siklus I, Siklus II ... 77
xvii
Tabel 2.2 Tahapan Pembelajaran Strategi PBL menurut Mohamad ... 39
Tabel 3.1 Data PTK MI Tarbiyatul Aulad ... 52
Tabel 3.2 Data Siswa MI Tarbiyatul Aulad ... 52
Tabel 3.3 Data Nilai Harian Matematika Pra Siklus ... 53
Tabel 3.4 Data Siwa Kelas III MI Tarbiyatul Aulad ... 54
Tabel 3.5 Lembar Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus I ... 59
Tabel 3.6 Lembar Hasil Pengamatan Keaktivan Siswa Siklus I ... 60
Tabel 3.7 Perolehan Nilai Siklus I ... 62
Tabel 3.8 Lembar Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus II ... 68
Tabel 3.9 Lembar Hasil Pengamatan Keaktivan Siswa Siklus II ... 70
Tabel 3.10 Perolehan Nilai Siklus II ... 71
Tabel 4.1 Data Nilai Harian Matematika Pra Siklus ... 74
Tabel 4.2 Perolehan Nilai Siklus I ... 75
Tabel 4.3 Perolehan Nilai Siklus II ... 76
Tabel 4.4 Hasil Rekapitulasi Nilai Siswa Per Siklus ... 77
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus I ... 79
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Keaktivan Siswa Siklus I ... 82
Tabel 4.7 Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 85
Tabel 4.8 Mean Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 85
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus II ... 86
Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Keaktivan Siswa Siklus II ... 89
Tabel 4.11 Frekuensi Prestasi BelajarSiswa Siklus II ... 91
Tabel 4.12 Mean Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 92
Tabel 4.13 Rekapitulasi Rekapitulasi Peningkatan Prestasi Belajar ... 96
xviii
Lampiran 3 Documentasi ... 110
Lampiran 4 Lembar Soal Evaluasi Siklus I ... 118
Lampiran 5 Lembar Soal Evaluasi Siklus II ... 119
Lampiran 6 Daftar Nilai Siklus I ... 120
Lampiran 7 Daftar Nilai Siklus II ... 121
Lampiran 8 Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus I ... 122
Lampiran 9 Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II ... 124
Lampiran 10 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 126
Lampiran 11 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II ... 128
Lampiran 12 Jawaban Soal Evaluasi Siklus I ... 130
Lampiran 13 Jawaban Soal Evaluasi Siklus II ... 131
Lampiran 14 Prestasi Belajar Siswa Nilai Tertinggi danTerendah ... 132
Lampiran 15 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 138
Lampiran 16 Surat Bukti Penelitian ... 139
Lampiran 17 Lembar Konsultasi Skripsi ... 140
Lampiran 18 Daftar Nilai SKK... 141
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia di dunia ini sangat membutuhkan pendidikan.
Standarisasi dan profesionalisme pendidikan yang sedang dilakukan dewasa
ini menuntut pemahaman berbagai pihak terhadap perubahan yang terjadi
dalam berbagai komponen sistem pendidikan. Dalam implementasi
kurikulum di sekolah, guru dituntut untuk senantiasa belajar dan
mendapatkan informasi baru tentang pembelajaran dan peningkatan mutu
pendidikan pada umumnya.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) terdapat standar kompetensi
lulusan (SKL) yang digunakan sebagai penilaian penentuan kelulusan peserta
didik, yang meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran, serta
mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Salah satu mata pelajaran yang sering membebani siswa dalam
menentukan kelulusan adalah matematika. Russeffendi (dalam Eni
Titikusumawati, 2014: 4) mengatakan bahwa matematika lebih menekankan
kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil
eksperimen atau hasil observasi. Matematika terbentuk karena pikiran-pikiran
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan
kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja,
serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Kebutuhan akan aplikasi matematika saat ini dan masa depan tidak
hanya untuk keperluan sehari-hari, tetapi terutama dalam dunia kerja, dan
untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
matematika sebagai ilmu dasar perlu dikuasai dengan baik oleh siswa,
terutama sejak usia sekolah dasar (Susanto, 2013: 185).
Lemahnya tingkat berfikir siswa menjadi masalah bagi para pendidik.
Oleh karena itu guru dituntut harus mampu merancang dan melaksanakan
program belajar dengan tepat agar siswa mendapat pengetahuan secara utuh
sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Bermakna berarti bahwa siswa
dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman
langsung dan nyata.
Tanggung jawab guru ialah merencanakan dan membantu siswa
melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang diinginkan. Guru harus membimbing murid agar mereka
memperoleh ketrampilan-ketrampilan, pemahaman, perkembangan berbagai
kemampuan, kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan perkembangan sikap yang
serasi. Oleh karena itu hendaknya guru diberikan kebebasan dalam
melakukan sistem pembelajaran yang akan digunakan guna menciptakan
menghilangkan rasa jenuh dan kebosanan siswa ketika proses belajar
mengajar dilakukan.
Berdasarkan informasi di MI Tarbiyatul Aulad Jatijajar Bergas
Kabupaten Semarang, prestasi belajar siswa kelas III pada mata pelajaran
matematika belum seperti yang diharapkan. Kenyataan menunjukkan masih
rendahnya tingkat penguasaan terhadap materi matematika yang diajarkan.
Prestasi belajar yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku individu yang
diperoleh setelah siswa menyelesaikan program pembelajarannya melalui
interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar (Rusmono,
2012: 10). Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain: siswa itu
sendiri, kesiapan fasilitas pembelajaran, strategi dan model pembelajaran
yang digunakan oleh guru kelas. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan
prestasi belajar siswa rendah dapat diidentifikasikan antara lain sebagai
berikut: Model pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik dan tidak
sesuai dengan kondisi siswa, matematika dianggap pelajaran yang sulit dan
membosankan, pembelajaran yang berlangsung kurang melibatkan siswa atau
guru lebih aktif dari pada siswa, guru tidak mempersiapkan alat peraga yang
mendukung untuk menjelaskan materi yang akan diajarkan, media yang
digunakan guru kurang bervariatif, dan pembelajaran tidak dikaitkan dengan
situasi alami siswa.
Hal-hal tersebut diatas berdampak pada kurangnya kemampuan siswa
dalam memahami konsep mata pelajaran matematika. Berdasarkan
Jatijajar, Bergas, Kabupaten Semarang, dapat dilihat data hasil ulangan harian
siswa pada mata pelajaran matematika semester gasal Tahun Pelajaran
2017/2018 yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum mencapai
nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah. Dari 14
siswa hanya 6 siswa (42,86%) yang mendapat nilai di atas KKM, sedangkan
sisanya sebanyak 9 siswa (57,14%) nilainya masih belum mencapai KKM
yaitu dibawah 65. Apabila hal ini dibiarkan terus-menerus, maka siswa akan
mengalami kesulitan di dalam menerima materi selanjutnya.
Dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, maka dalam pembelajaran
harus menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan anak. Strategi adalah pendekatan umum mengajar yang berlaku
dalam berbagai bidang materi dan digunakan untuk memenuhi berbagai
tujuan pembelajaran (Paul Eggen dan Don Kauchak, 2012: 6). Sebagai
contoh, strategi pembelajaran problem based learning (PBL), menawarkan
kebebasan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan untuk terlibat
dalam proses penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi
permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk
pemecahan masalah (Rusmono, 2012: 74).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika
khususnya penjumlahan dan pengurangan pada kelas III MI Tarbiyatul Aulad
Jatijajar, Bergas, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2017/2018 masih
rendah. Sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk meningkatkan prestasi
hal ini dapat digunakan strategi pembelajaran dengan problem based learning
(PBL) atau strategi pembelajaran berbasis masalah.
Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi
Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Melalui Strategi
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Siswa Kelas III MI
Tarbiyatul Aulad Jatijajar, Bergas, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
2017/2018”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut : Apakah penerapan strategi pembelajaran problem
based learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi
operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas III
MI Tarbiyatul Aulad Jatijajar, Bergas, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran
2017/2018?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah: Meningkatkan prestasi belajar
matematika materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan
melalui strategi pembelajaran problem based learning (PBL) pada siswa
kelas III MI Tarbiyatul Aulad Jatijajar, Bergas, Kabupaten Semarang, Tahun
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Edi Prayitno (2010: 35) mengartikan hipotesis tindakan sebagai
tindakan yang akan dilaksanakan guna memecahkan masalah yang diteliti
dan adanya upaya melakukan peningkatan perbaikan. Ini berarti, hipotesis
tindakan merupakan pernyataan sementara peneliti berdasar kajian
pustaka bahwa jika dilakukan tindakan ini maka diyakini akan mengatasi
masalah itu. Pernyataan yang dituangkan harus tegas dan diyakini
kebenarannya.
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini, peneliti mengambil
hipotesis bahwa “penerapan strategi pembelajaran problem based
learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi
operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas
III MI Tarbiyatul Aulad Jatijajar, Bergas, Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2017/2018”.
2. Indikator Keberhasilan
Pembelajaran matematika melalui strategi problem based learning
(PBL) dikatakan berhasil jika indikator yang telah ditetapkan dapat
tercapai. Adapun indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
a. Adanya peningkatan prestasi belajar siswa pada pembelajaran
matematika melalui strategi PBL secara berkelanjutan mulai dari
b. Prestasi belajar siswa pada pembelajaran matematika melalui strategi
PBL dapat mencapai kriteria ketuntasan belajar klasikal minimal 85%
dan ketuntasan individual minimal ≥ 65.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
banyak pihak. Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh peneliti antara lain
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Pembelajaran melalui strategi PBL diharapkan mampu
memberikan wawasan dalam bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan,
serta sebagai bahan masukkan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran
selanjutnya yang berkaitan dengan pembelajaran matematika.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Melalui penerapan strategi pembelajaran PBL ini diharapkan
mampu meningkatkan ketrampilan guru dalam mengajar dengan
menggunakan pembelajaran yang inovatif. Selain itu, dari hasil
penelitian ini diharapkan dapat menanamkan kreativitas guru dalam
menciptakan pembelajaran aktif inovatif kreatif efektif dan
menyenangkan (PAIKEM).
b. Bagi Siswa
Manfaat penerapan model PBL bagi siswa adalah diharapkan
meningkat. Sehingga nilai siswa pada mata pelajaran matematika
dapat mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
sebanyak 85% dari total seluruh siswa.
c. Bagi Lembaga
Hasil penelitian dengan penerapan strategi pembelajaran PBL
ini diharapkan mampu memotivasi guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran yang lebih menarik. Sehingga dapat dijadikan sebagai
acuan dalam melakukan inovasi pembelajaran guna mengoptimalkan
ketercapaian tujuan dalam proses pembelajaran dan dapat
memperbaiki mutu pendidikan.
d. Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman sebagai bekal menjadi pendidik dalam
menerapkan strategi pembelajaran yang mampu meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar siswa sehingga dapat menjadi guru yang
profesional dan memenuhi kriteria standar pendidik dan tenaga
kependidikan.
e. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan rujukan dan sumber inspirasi dalam
mengembangkan penelitian baru yang relevan di masa yang akan
F. Definisi Operasional
1. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang
dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam
periode tertentu (Fathurrohman, 2012: 139). Sedangkan menurut Tohirin
dalam sumber yang sama mengatakan bahwa prestasi belajar adalah apa
yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar.
2. Matematika
Susanto (2013: 183-184) mengatakan matematika merupakan salah
satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari
sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di
taman kanak-kanak secara informal. Matematika memiliki bahasa dan
aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis,
dan struktur atau keterkaitan antarkonsep yang kuat.
Menurut Subarinah (dalam Rosma Hartiny Sam’s, 2010: 29)
matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang
abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti bahwa belajar
matematika pada hakikatnya adalah belajar konsep, strukturnya, dan
mencari hubungan antar konsep dan strukturnya.
Russeffendi (dalam Eni Titikusumawati, 2014: 4) mengatakan
bahwa matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio
observasi. Matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang
berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.
3. Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan
Sebelum mempelajari materi tentang penjumlahan dan
pengurangan bilangan tiga angka, maka siswa harus mengenal tentang
nilai tempat bilangan tiga angka terlebih dahulu. Bilangan tiga angka
memiliki tiga nilai tempat bilangan. Nilai tempat bilangannya adalah
ratusan, puluhan dan satuan (Suharyanto, 2009: 12).
Pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada kelas 3
MI/SD, diajarkan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai tiga
nilai tempat, yaitu ratusan, puluhan dan satuan. Menurut Y. Putri (2009:
8-27) ada banyak cara dalam menyelesaikan penjumlahan dan
pengurangan bilangan sampai tiga nilai tempat. Diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Operasi Penjumlahan, dapat dilakukan dengan menjumlahkan tanpa
teknik menyimpan, menjumlahkan dengan satu kali teknik
menyimpan dan menjumlahkan dengan teknik dua kali menyimpan.
b. Operasi Pengurangan, dapat dilakukan dengan mengurangkan tanpa
teknik meminjam, mengurangkan dengan satu kali teknik meminjam
dan mengurangkan dengan teknik dua kali meminjam.
4. Strategi Problem Based Learning (PBL)
Pembelajaran berbasis masalah dikenal dengan Problem Based
mana siswa mengelaborasikan pemecahan masalah dengan pengalaman
sehari-hari (en.wikipedia.org).
HS Barrows (dalam Supinah, 2008: 18) menyatakan bahwa proses
pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang
didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi
dan integrasi pengetahuan baru. Sementara itu Satyasa (dalam Supinah,
2008: 18) mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu
pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa
dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open
ended melalui stimulus dalam belajar.
Barr dan Tagg (dalam Miftahul Huda, 2013: 271) menambahi
bahwa PBL merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigma
pengajaran menuju paradigma pembelajaran. Jadi fokusnya adalah pada
pembelajaran siswa dan bukan pada pengajaran guru.
Dari berbagai pengertian PBL diatas, penulis menyimpulkan
bahwa PBL adalah pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah
kepada siswa di mana masalah tersebut dialami atau merupakan
pengalaman sehari-hari siswa, yang kemudian siswa diharuskan untuk
mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan
data tersebut untuk pemecahan masalah. Secara garis besar PBL terdiri
dari kegiatan menyajikan kepada siswa suatu situasi masalah yang
autentik dan bermakna serta memberikan kemudahan kepada mereka
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Menurut Arikunto (2014: 58) PTK adalah penelitian tindakan
yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di
kelasnya. Basrowi (2008: 28) merumuskan PTK sebagai penelitian
tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan
kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2014:
16-19) meliputi empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
Bagan 1.1 Alur Langkah-langkah PTK Menurut Arikunto (2014: 16)
Penelitian tindakan kelas memiliki tahapan kegiatan yang terdiri
dari dua siklus atau lebih tergantung dalam implementasinya. Setiap siklus
dirancang dengan melalui tahapan: perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi.
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi awal, disusun perencanaan tentang
tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian. Secara rinci
perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap yang
diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perlu
disadari bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat
berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada (Sukajati, 2008: 17). Perencanaan
Siklus 1 Pelaksanaan
Refleksi
Observasi
Perencanaan
Refleksi Siklus 2 Pelaksanaan
Observasi
b. Pelaksanaan
Tindakan PTK mencakup prosedur dan tindakan yang akan
dilakukan, serta proses perbaikan yang akan dilakukan (Mulyasa,
2011: 71). Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan
peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang
dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan.
c. Observasi
Dalam kegiatan ini peneliti mengamati guru maupun siswa
yang bertujuan untuk memperoleh data hasil kinerja guru dan
keaktifan siswa pada saat pembelajaran. Peneliti juga mengamati
bagaimana dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan
terhadap siswa.
d. Refleksi
Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan
mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap
informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan
lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada
dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan
yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang sangat
penting dari PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil
yang terjadi, yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang
2. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di MI Tarbiyatul Aulad Jatijajar,
Bergas, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Pelajaran
2017/2018 bulan Juli sampai dengan Agustus 2017, dengan rincian
sebagai berikut:
Tabel 1.1 Waktu Penelitian
No Waktu Uraian Kegiatan
1 28 Juli 2017 Permintaan izin penelitian di MI Tarbiyatul Aulad Jatijajar
2 31 Juli 2017 Pelaksanaan observasi (pra siklus) 3 10 Agustus 2017 Pelaksanaan tindakan (siklus I) 4 16 Agustus 2017 Pelaksanaan tindakan (siklus II)
5 Bulan Agustus sampai
selesai Penyusunan laporan penelitian
c. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III MI Tarbiyatul Aulad
Jatijajar Bergas Kabupaten Semarang berjumlah 14 anak terdiri dari 8
siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Sebagian besar mereka berasal
dari masyarakat ekonomi menengah, yang rata-rata pekerjaan orang
tuanya sebagai petani dan buruh pabrik. Siswa kelas III MI Tarbiyatul
Aulad tergolong siswa yang ceria, selalu bersemangat dalam mengikuti
Penelitian ini dikhususkan pada mata pelajaran matematika materi
operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan
menggunakan strategi pembelajaran PBL.
3. Langkah Penelitian
Pelaksanaan PTK ini meliputi empat tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan secara
berkesinambungan dan dapat berlangsung dalam beberapa siklus sesuai
hasil yang diharapkan peneliti. Penelitian ini dikatakan selesai apabila
indikator keberhasilan yang telah dirumuskan telah tercapai. Adapun
penjelasan tiap-tiap tahap adalah sebagai berikut:
a.Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), mempersiapkan instrumen untuk mengetahui
prestasi belajar siswa berupa tes tertulis, serta mempersiapkan lembar
observasi siswa dan guru.
b.Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini, guru melaksanakan proses pembelajaran dengan
menggunakan strategi pembelajaran PBL. Guru juga harus
menciptakan suasana kelas yang kondusif, sehingga pelaksanaan
pembelajaran berjalan dengan baik.
c.Observasi
Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap guru
yang diamati adalah bagaimana respon dan tanggapan siswa terhadap
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dan hasil yang dicapai.
d.Refleksi
Tahap refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi
terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan.
Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan
hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul
perlu dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan
teori atau hasil penelitian yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi
yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam.
Pada tahap ini digunakan untuk mengetahui apakah tindakan yang
sudah dilakukan telah mencapai tujuan yang diharapkan atau belum
serta jadi bahan acuan untuk merancang perencanaan berikutnya untuk
memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada siklus sebelumnya.
4. Instrumen Penelitian
Edi Prayitno (2010: 42) mengatakan instrumen penelitian sebagai
alat pengumpul data memiliki peran yang sangat penting dalam proses
penelitian. Penarikan kesimpulan penelitian ditentukan oleh data yang
terjaring melalui instrumen penelitian. Bentuk instrumen penelitian yang
harus dibuat ditentukan oleh jenis teknik pengambilan datanya. Oleh
karena itu, teknik pengambilan data yang dipilih harus dapat mencapai
Bentuk instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah sebagai
berikut:
a. Lembar Pengamatan, lembar pengamatan dalam penelitian ini
digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan keterampilan guru
dalam pembelajaran matematika menggunakan strategi PBL selama
pelaksanaan tindakan saat penelitian berlangsung.
b. Tes/evaluasi, digunakan untuk mengukur prestasi belajar matematika
siswa pada materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan
bilangan.
5. Pengumpulan Data
a. Teknik Observasi
Observasi dilakukan untuk mengambil data melalui pengamatan
terhadap perubahan perilaku siswa pada proses belajar mengajar yang
terjadi selama proses penelitian. Observasi atau pengamatan yaitu
pelaksanaan pengamatan oleh pengamat yang dilakukan secara teliti
dan melakukan pencatatan secara sistematis. Observasi dalam
penelitian ini digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan
keterampilan guru dalam pembelajaran matematika menggunakan
strategi PBL selama pelaksanaan tindakan dalam penelitian
berlangsung.
b. Teknik wawancara
Wawancara adalah suatu proses tanya jawab lisan untuk
Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data secara lisan dari
sumber data atau subjek penelitian secara langsung (Mulyasa 2011:
69). Melalui wawancara ini guru akan mendapatkan informasi tentang
permasalahan dalam pembelajaran.
c. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang
jumlah guru dan siswa, sarana dan prasarana, alat atau media yang
digunakan dan lain sebagainya yang dianggap perlu dan penting
dalam penelitian ini.
6. Analisis Data
Untuk menganalisis data, peneliti melihat data yang diperoleh dari
tiap-tiap siklus. Disamping melihat presentase ketuntasan belajar siswa
secara klasikal, peneliti juga melihat hasil dalam proses pembelajaran.
Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dianalisis
dengan analisis deskriptif kualitatif. Dengan cara diorganisasikan,
diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek yang menjadi fokus analisis
menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.
Sedangkan data yang diperoleh dari hasil tes dianalisis
menggunakan analisis statistik sederhana yaitu teknik analisis data
kuantitatif. Dengan mencari presentase ketuntasan belajar klasikal dan
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
P : Jumlah nilai dalam presentase
F : Jumlah siswa yang telah tuntas belajar
N : Jumlah seluruh siswa (Djamarah, 2000: 226)
Hasil perhitungan presentase ketuntasan belajar secara klasikal
kemudian dikonsultasikan dengan kategori tingkat keberhasilan belajar
klasikal siswa dibawah ini.
Dalam penelitian ini, jika siswa mampu mencapai ketuntasan
belajar klasikal minimum yaitu 85% (Trianto, 2012: 241) dengan nilai
minimal 65, maka dikatakan tuntas belajarnya dan peneliti menganggap
bahwa penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
pada kelas III MI Tarbiyatul Aulad Jatijajar, Bergas, Kabupaten
Semarang, berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran matematika.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi maupun uraian
penyajian data penelitian ini, maka penulis memaparkan sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan
metode penelitian, dan sistematika penulisan. Metode penelitian
mencakup rancangan penelitian, lokasi, waktu dan subyek
penelitian, langkah-langkah penelitian, instrument penelitian,
teknik pengumpulan data, dan analisis data.
BAB II : Kajian Pustaka
Dalam bab ini berisi uraian tentang definisi prestasi belajar,
matematika, strategi pembelajaran Problem Based Learning
(PBL), dan kaitan pembelajaran matematika dengan PBL.
BAB III: Pelaksanaan Penelitian
Dalam bab ini berisi tentang profil sekolah, deskripsi
pelaksanaan penelitian pra siklus meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan atau pengumpulan data dan refleksi.
Deskripsi pelaksanaan siklus I dan pelaksanaan siklus II.
BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini berisi tentang uraian hasil deskripsi persiklus
yang membahas mengenai data hasil pengamatan atau
wawancara, refleksi keberhasilan ataupun kegagalan dan berisi
pembahasan.
BAB V : Penutup
22 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi belajar Matematika
1. Hakikat Belajar
Banyak ahli yang merumuskan pengertian belajar. Slameto (dalam
Inggridwati Kurnia dkk, 2008: 3) merumuskan belajar sebagai suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan
tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya. Sementara itu, Winkel dalam sumber
yang sama mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental
pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu
dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan yang relatif
menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Susanto (2013: 4) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas
yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk
memperoleh suatu konsep, pemahaman atau pengetahuan baru sehingga
memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap
baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.
Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford (dalam Nabisi
Lapono, 2008: 14) menyebut belajar sebagai kegiatan pemrosesan
informasi, membuat penalaran, mengembangkan pemahaman dan
23
Sementara itu Nyimas Aisyah dkk mengartikan belajar sebagai
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang
(Nyimas Aisyah dkk, 2008: 18).
Baharuddin (2008: 14-15) mengemukakan definisi belajar dari dari
ahli psikolgi dan ahli pendidikan. Ahli psikologi memandang belajar
sebagai perubahan yang dapat dilihat dan tidak peduli apakah prestasi
belajar tersebut menghambat atau tidak menghambat proses adaptasi
seseorang terhadap kebutuhan dengan masyarakat dan lingkungannya.
Sedangkan para ahli pendidikan memandang bahwa belajar adalah proses
perubahan manusia ke arah yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya
maupun orang lain.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar yang bertujuan untuk
mengembangkan pemahaman dan meningkatkan penguasaan
keterampilan dalam proses pembelajaran yang ditandai dengan perubahan
perilaku manusia baik berupa hasil pemikiran siswa maupun pengalaman
siswa.
2. Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.
Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi. Menurut kamus
besar bahasa Indonesia prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang
Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang
dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam
periode tertentu (Fathurrohman, 2012: 139). Selanjutnya menurut Tohirin
dalam sumber yang sama, prestasi belajar adalah apa yang dicapai oleh
siswa setelah melakukan kegiatan belajar.
Banyak ahli juga mendefinisikan prestasi belajar sama dengan hasil
belajar. Rosma Hartiny Sam’s (2010: 33) menjelaskan bahwa hasil belajar
pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan
perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh.
Dalam hal ini, Gagne dan Briggs (dalam Rosma Hartiny Sam’s, 2010: 33)
mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh
seseorang sesudah mengikuti proses belajar.
Pendapat lain mengatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku individu yang diperoleh setelah siswa menyelesaikan
program pembelajarannya melalui interaksi dengan berbagai sumber
belajar dan lingkungan belajar (Rusmono, 2012: 10).
Sementara itu Susanto (2013: 5) memaknai hasil belajar sebagai
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah penilaian kemampuan yang diperoleh seseorang baik yang
sudah dicapai dari kegiatan belajar, kemudian ditandai dengan skala nilai
berupa angka, huruf, kata atau simbol.
3. Macam-macam Prestasi belajar
Prestasi belajar bergantung pada apa yang telah dipelajari,
bagaimana bahan pelajaran itu dipelajari, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar (termasuk kemampuan intelijensi dan
bakat). Karena faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar tidak
pernah sama, maka prestasi belajar tiap-tiap orang akan selalu berbeda
(Rusyan, 1989: 60). Susanto (2013: 6) membagi prestasi belajar meliputi
pemahaman konsep (aspek kognitif), sikap (aspek afektif), dan
ketrampilan proses (aspek psikomotor).
a. Pemahaman Konsep
Pemahaman menurut Bloom (dalam Susanto, 2013: 6) diartikan
sebagai kemampuan menyerap arti dari materi atau bahan yang
dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar
siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang
diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat
memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang
dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi
langsung yang ia lakukan.
b. Keterampilan Proses
Usman dan Setiawati (dalam Susanto, 2013: 9) mengemukakan
pada pembangunan kemampuan mental, fisik dan sosial yang
mendasar sebagai gerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri
individu siswa.
c. Sikap
Menurut Sardiman (dalam Susanto, 2013: 11) sikap merupakan
kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola
dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa
individu-individu maupun objek-objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan,
perilaku, atau tindakan seseorang.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi belajar
Wasliman (dalam Susanto, 2013: 12) berpendapat bahwa prestasi
belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara
berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor
eksternal. (1) Faktor internal; merupakan faktor yang bersumber dari
dalam diri peserta didik, yang memengaruhi kemampuan belajarnya.
Faktor internal meliputi: kecerdasan, minat, bakat, perhatian, motivasi
belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan
kesehatan. (2) Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar diri peserta
didik yang memengaruhi prestasi belajar yaitu keluarga, sekolah dan
masyarakat.
Secara umum Lilik Sriyanti (2011: 23-25) menjabarkan bahwa
keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor
individu yang berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar dan (2)
faktor sosial yaitu faktor-faktor diluar individu yang berupa
manusia.Sementara itu faktor internal juga terdiri dari dua faktor, yaitu:
(1) faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang ada pada diri individu dan
(2) faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri individu.
5. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional No.20 Tahun 2003, diartikan sebagai proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Susanto (2013: 18) menyebutkan bahwa pembelajaran merupakan
perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Dengan kata lain
pembelajaran adalah penyerdehanaan dari kata belajar dan mengajar
(BM), proses belajar mengajar (PBM), atau kegiatan belajar mengajar.
Sementara itu M. Jauhar Sidiq mendefinisikan pembelajaran sebagai
suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk
membelajarkan siswa yang belajar (M. Jauhar Sidiq, 2008: 9).
Menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru
membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan
lingkungan atau stimulus (Hamdani, 2011: 23). Aliran kognitif, menurut
Darsono (dalam Hamdani, 2011: 23) mendefinisikan pembelajaran
sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir
agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari. Adapun
mendeskripsikan pembelajaran sebagai memberikan kebebasan kepada
siswa untuk memilih bahan pelajaran dengan cara mempelajarinya sesuai
dengan minat dan kemampuannya.
Dari beberapa pengertian pembelajaran diatas, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang
diinginkan melalui proses transfer ilmu dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang
sedang dipelajari melalui kegiatan belajar mengajar.
6. Pengertian Matematika
Susanto (2013: 183-184) mengatakan matematika merupakan salah
satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari
sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di
taman kanak-kanak secara informal. Matematika memiliki bahasa dan
aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis,
dan struktur atau keterkaitan antarkonsep yang kuat.
Johnson dan Rising (dalam A. Ismunamto, 2011: 2) mengartikan
bahwa (1) matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan
pembuktian yang logis, (2) matematika adalah ilmu tentang pola,
keteraturan pola atau ide, (3) matematika adalah suatu seni, keindahannya
terdapat pada keteraturan dan keharmonisannya, (4) matematika adalah
bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat,
jelas, dan akurat, diwujudkan dalam simbol, lebih berupa bahasa simbol
Menurut Subarinah (dalam Rosma Hartiny Sam’s, 2010: 29)
matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang
abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti bahwa belajar
matematika pada hakikatnya adalah belajar konsep, strukturnya, dan
mencari hubungan antar konsep dan strukturnya.
Russeffendi (dalam Eni Titikusumawati, 2014: 4) mengatakan
bahwa matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio
(penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil
observasi. Matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang
berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang
abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya dengan menggunakan
bahasa istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat,
diwujudkan dalam simbol.
7. Pembelajaran Matematika
Susanto (2013: 186-187) mengartikan pembelajaran matematika
sebagai suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan
Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar
yang mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan yaitu belajar
dan mengajar. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi
suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara siswa dengan guru, antara
siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan lingkungan disaat
pembelajaran matematika sedang berlangsung.
Dengan demikian, diketahui bahwa proses pembelajaran
matematika bukan sekedar transfer ilmu dari guru ke siswa, melainkan
suatu proses kegiatan, yaitu terjadi interaksi antara guru dengan siswa
serta antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan lingkungannya.
Selain itu juga dapat dipahami bahwa pembelajaran matematika bukan
hanya sebagai transfer of knowledge, yang mengandung makna bahwa
siswa merupakan objek dari belajar, namun hendaknya siswa menjadi
subjek dalam belajar.
8. Kinerja Mengajar Guru
Kinerja menurut Departemen Pendidikan Nasional (dalam Susanto
2013: 29) diartikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan, program, atau kebijaksanaan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi.
Sementara itu, Susanto (2013: 29) sendiri mendefinisikan kinerja
mengajar guru sebagai seperangkat perilaku nyata yang ditunjukan guru
mencakup kegiatannya merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, dan mengadakan penilaian terhadap pembelajaran tersebut.
Rusman (2014: 50) berpendapat bahwa kinerja dapat diartikan
sebagai prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau unjuk kerja. Berkaitan
dengan hal tersebut, perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam
proses pembelajaran yang meliputi merancang, melaksanakan, dan
menilai prestasi belajar. Standar kompetensi guru secara utuh
dikembangkan dari empat kompetensi dasar yakni kompetensi pedagogik,
sosial, keperibadian, dan profesional.
Hradesky (dalam Susanto, 2013: 31) mengemukakan bahwa kinerja
guru dapat dikategorikan sebagai unjuk kerja yang dicapai, berupa
prestasi (kualitas individual) yang diperhatikan (tampilan atau unjuk
kerja) di bidang yang menjadi tanggung jawab (tugas fungsional) dalam
bentuk kemampuan kerja.
Guru merupakan profesi professional dimana mereka dituntut agar
berupaya semaksimal mungkin dalam menjalankan profesinya, sehingga
baginya tugas mengajar adalah sebagai tugas mulia yang akan
diembannya dengan sepenuh hati, tidak setengah-setengah. Untuk itu,
guru hendaknya bisa terus meningkatkan kinerjanya yang menjadi modal
bagi keberhasilan pendidikan.
Berdasarkan pengertian kinerja guru para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa kinerja guru merupakan unjuk kerja yang dicapai,
atau unjuk kerja) di bidang yang menjadi tanggung jawab (tugas
fungsional) dalam bentuk kemampuan kerja.
9. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar
siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu juga,
dengan pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan penataran
nalar dalam penerapan matematika. Depdiknas (dalam Susanto 2013:
189) menjabarkan tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar
secara khusus, yaitu:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang strategi matematika, menyelesaikan strategi, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap mengharagi penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika
tersebut, seorang guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi
pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan,
dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian siswa dapat
membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses
belajar dan mengkonstruksikannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu
B. Strategi Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) 1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Hamdani (2011: 19) mengartikan strategi sebagai suatu susunan,
pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai suatu tujuan dengan
menggunakan tenaga, waktu serta kemudahan secara optimal. Apabila
dihubungkan dengan proses belajar mengajar, strategi menurut Gerlach
dan Ely (dalam Hamdani, 2011: 19) adalah cara yang dipilih untuk
menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu,
yang meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan
pengalaman belajar kepada siswa.
Aqib (2013: 70) mengatakan bahwa strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang
pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan
memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi
pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya
di akhir kegiatan belajar. Aqib juga mendefinisikan strategi pembelajaran
sebagai cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih
kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran.
Hamzah (2015: 5-6) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang
pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran, sehingga akan
memudahkan peserta didik mencapai tujuan yang dikuasai di akhir
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran adalah cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh
seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam
lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup, dan urutan
kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar sehingga akan
memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi
pembelajaran kepada siswa yang pada akhirnya tujuan pembelajaran
dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.
2. Pengertian Pembelajaran PBL
Pembelajaran berbasis masalah dikenal dengan Problem Based
Learning (PBL) adalah strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa di
mana siswa mengelaborasikan pemecahan masalah dengan pengalaman
sehari-hari (en.wikipedia.org). Arends (dalam Supinah 2010: 17)
mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan strategi
pembelajaran yang bertujuan merangsang terjadinya proses berpikir
tingkat tinggi dalam situasi yang berorientasi masalah.
Panen (dalam Rusmono, 2012: 74) mengatakan bahwa dalam
strategi pembelajaran dengan PBL, siswa diharapkan untuk terlibat dalam
proses penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi
permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut
untuk pemecahan masalah.
HS Barrows (dalam Supinah, 2008: 18) menyatakan bahwa proses
didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi
dan integrasi pengetahuan baru. Sementara itu Satyasa (dalam Supinah,
2008: 18) mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu
pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa
dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open
ended melalui stimulus dalam belajar.
Barr dan Tagg (dalam Miftahul Huda, 2013: 271) menambahi
bahwa PBL merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigma
pengajaran menuju paradigma pembelajaran. Jadi fokusnya adalah pada
pembelajaran siswa dan bukan pada pengajaran guru.
Dari berbagai pengertian PBL diatas, penulis menyimpulkan bahwa
PBL adalah pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah
kepada siswa di mana masalah tersebut dialami atau merupakan
pengalaman sehari-hari siswa, yang kemudian siswa diharuskan untuk
mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan
data tersebut untuk pemecahan masalah. Secara garis besar PBL terdiri
dari kegiatan menyajikan kepada siswa suatu situasi masalah yang
autentik dan bermakna serta memberikan kemudahan kepada mereka
untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
3. Ciri-ciri PBL
Ciri-ciri PBL menurut Baron (dalam Rusmono, 2012: 74) adalah
dipusatkan pada penyelesaian masalah, (3) tujuan pembelajaran
ditentukan oleh siswa, dan (4) guru berperan sebagai fasilitator.
Sementara itu menurut Krajcik et.al, dan Slavin et.al, yang dikutip
Wardhani (dalam Supinah, 2008: 20), ciri-ciri khusus dari PBL adalah
sebagai berikut.
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pertanyaan dan masalah yang diajukan pada awal kegiatan pembelajaran adalah yang secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Masalah yang diangkat hendaknya dipilih yang benar-benar nyata sehingga dalam pemecahannya siswa dapat meninjaunya dari banyak mata pelajaran. c. Penyelidikan autentik. Penyelidikan autentik, berarti siswa dituntut
untuk menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Metode yang digunakan tergantung pada masalah yang dipelajari.
d. Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya. Siswa dituntut untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak. Artefak yang dihasilkan antara lain dapat berupa transkrip debat, laporan, strategi fisik, video, program komputer. Siswa juga dituntut untuk menjelaskan bentuk penyelesaian masalah yang ditemukan. Penjelasan antara lain dapat dilakukan dengan presentasi, simulasi, peragaan.
4. Tahap-tahap Strategi PBL
Sebagai strategi pembelajaran, Arends yang dikutip Wardhani
(dalam Supinah, 2008: 21) mengemukakan ada lima tahap pembelajaran
pada PBL. Lima tahap ini sering dinamai tahap interaktif, yang sering
juga sering disebut sintaks dari PBL. Lama waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tiap tahapan pembelajaran tergantung pada jangkauan
Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran dengan strategi PBL Tahap Kegiatan Tingkah Laku guru
1 Orientasi siswa pada situasi masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang dibutuhkan untuk menyelesaiakan tugas, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pelaksanaan tugas, misalnya berupa laporan, video, dan strategi serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya 5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka tempuh atau gunakan
Menurut Fogarty, yang dikutip Satyasa (dalam Supinah, 2008:
21-23) proses pembelajaran dengan pendekatan PBL dijalankan dengan 8
langkah, seperti berikut.
a. Menemukan masalah
Siswa diberikan masalah yang tidak terdefinisikan secara jelas (ill-defined) yang diangkat dari konteks kehidupan sehari-hari. Pernyataan permasalahan diungkapkan dengan kalimat-kalimat yang pendek dan memberikan sedikit faktafakta di seputar konteks permasalahan. Pernyataan permasalahan diupayakan memberikan peluang pada siswa untuk melakukan penyelidikan. Siswa menggunakan kecerdasan inter dan intra-personal untuk saling memahami dan saling berbagi pengetahuan antar anggota kelompok terkait dengan permasalahan yang dikaji.
b. Mendefinisikan masalah
intra-personal dan kemampuan awal yang dimiliki dalam memahami dan mendefinisikan masalah.
c. Mengumpulkan fakta-fakta
Siswa membuka kembali pengalaman yang sudah diperolehnya dan pengetahuan awal untuk mengumpulkan fakta-fakta. Siswa melibatkan kecerdasan majemuk yang dimiliki untuk mencari informasi yang berhubungan dengan permasalahan. Pada tahap ini, siswa mengorganisasikan informasi-informasi dengan menggunakan istilah “apa yang diketahui (know)”, “apa yang dibutuhkan (need to know)”, dan “apa yang dilakukan (need to do)” untuk menganalisis permasalahan dan fakta-fakta yang berhubungan dengan permasalahan.
d. Menyusun dugaan sementara
Siswa menyusun jawaban-jawaban sementara terhadap permasalahan dengan melibatkan kecerdasan logic-mathematical. Siswa juga melibatkan kecerdasan interpersonal yang dimilikinya untuk mengungkapkan apa yang dipikirkannya, membuat hubungan-hubungan, jawaban dugaannya, dan penalaran mereka dengan langkah-langkah yang logis.
e. Menyelidiki
Siswa melakukan penyelidikan terhadap data-data dan informasi yang diperolehnya berorientasi pada permasalahan. Siswa melibatkan kecerdasan majemuk yang dimilikinya dalam memahami dan memaknai informasi dan faktafakta yang ditemukannya. Guru membuat struktur belajar yang memungkinkan siswa dapat menggunakan berbagai cara untuk mengetahui dan memahami (multiple ways of knowing and understanding) dunia mereka.
f. Menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan
Siswa menyempurnakan kembali perumusan masalah dengan merefleksikannya melalui gambaran nyata yang mereka pahami. Siswa melibatkan kecerdasan verbal-linguistic memperbaiki pernyataan rumusan masalah sedapat mungkin menggunakan kata yang lebih tepat. Perumusan ulang permasalahan lebih memfokuskan penyelidikan, dan menunjukkan secara jelas fakta-fakta dan informasi yang perlu dicari, serta memberikan tujuan yang jelas dalam menganalisis data.
h. Menguji solusi permasalahan
Siswa menguji alternatif pemecahan yang sesuai dengan permasalahan aktual melalui diskusi secara komprehensip antar anggota kelompok untuk memperoleh hasil pemecahan terbaik. Siswa menggunakan kecerdasan majemuk untuk menguji alternatif pemecahan masalah dengan membuat sketsa, menulis, debat, membuat plot untuk mengungkapkan ide-ide yang dimilikinya dalam menguji alternatif pemecahan.
Sementara itu tidak jauh berbeda dengan pendapat Arends,
Mohamad (dalam Rusmono, 2012: 81) merumuskan ada lima tahap dalam
pembelajaran PBL yaitu sebagai berikut.
Tabel 2.2 Tahapan Pembelajaran dengan Strategi PBL Tahap Pembelajaran Perilaku Guru
Tahap 1:
Mengorganisasikan siswa kepada masalah
Guru menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran mendeskripsikan
kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri.
Tahap 2:
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa menentukan dan mengatur tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah itu.
Tahap 3:
Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan, dan solusi.
Tahap 4:
Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya serta pameran
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai laporan, rekaman, video, dan strategi, serta membantu mereka berbagi karya mereka.
Tahap 5:
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa melakukan refleksi atas penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.
Dalam pembelajaran menggunakan strategi PBL, bagian yang
paling penting adalah dari segi proses bukan hanya sekedar prestasi