• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKAMATERI OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS III MI TARBIYATUL AULAD JATIJAJAR, BERGAS, KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 201

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKAMATERI OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS III MI TARBIYATUL AULAD JATIJAJAR, BERGAS, KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 201"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

i

KELAS III MI TARBIYATUL AULAD JATIJAJAR,

BERGAS, KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan(S.Pd.)

Oleh:

MUCHID 11513087

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)

iii

KELAS III MI TARBIYATUL AULAD JATIJAJAR,

BERGAS, KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan(S.Pd.)

Oleh:

MUCHID 11513087

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

viii

ِمْلِعْلاِب ِهْيَلَعَف

.

“Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah

ia memiliki ilmunya, dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di

akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula, dan barangsiapa yang

menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula”.

(HR. Bukhari dan Muslim)

(9)

ix

menjalankan amanat dari Allah SWT, yaitu dengan tulus dan ikhlas

membesarkan, mendidik, membimbingku dengancinta dan kasih sayang.

Beliau yang tak pernah lelah dan tak pernah berhenti memberikan semangat,

motivasi, serta do’a untuk menggapai harapan dan cita-cita yang indah untuk

anaknya.

2. Kakakku tersayang (Mahmud), dia yang selalu mendukung dalam

setiaplangkah yang ku tempuh dengan berharap yang terbaik untuk adiknya.

3. Keluarga dan sahabat-sahabatku yang selalu memberikan motivasi,

bimbingan, nasihat, dan dukungan untuk keberhasilanku, agar nanti dapat

berbuat yang lebih baik dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

4. Almamaterku “INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA”,

tempatku menimba ilmu sebagai bekal masa depanku.

Terima kasih untuk doa, kasih sayang, dukungan dan semua yang telah di berikan

(10)

x

Segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikanskripsi dengan judul“Peningkatan Prestasi Belajar Matematika

Materi Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Melalui Strategi

Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Siswa Kelas III MI Tarbiyatul

Aulad Jatijajar, Bergas, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018ini”

sebagai tugas dan syarat yang wajib yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar

kesarjanaan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) IAIN Salatiga.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan

kita, Nabi akhir zaman yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalah

Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu

keislamansehingga dapat menjadi bekal hidup kita di dunia dan akhirat

kelak.Suatu kebanggaan tersendiri skripsi ini dapat terselesaikan dengan cukup

baik. Bagi penulis, penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan.

Penulis menyadari banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan

skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun

akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak yang

membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis

menyampaikan ucapan terima kasih setulusnya kepada semua pihak yang telah

(11)

xi

Ibtidaiyah (PGMI) yang telah memberikan saran yang membangun kepada

penulis.

4. Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik

yang senantiasa memberi semangat dan bimbingannya pada penulis.

5. Ibu Dra. Siti Farikhah, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah

memotivasi, memberikan arahan, bimbingan serta keikhlasan untuk

membantu sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian

akademik, staf perpustakaan maupun keluarga besar civitas akademik IAIN

Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis.

7. IbuSri Hidayati, S.Pd.I, selaku Kepala MI Tarbiyatul Aulad JatijajarBergas

Kabupaten Semarang yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk

melakukan penelitian di madrasah yang beliau pimpin.

8. Ibu Muji Rahayu, S.Psi, selaku guru mata pelajaran matematika di MI

Tarbiyatul Aulad Jatijajar yang berkenan menjadi kolaborator penelitian,

serta seluruh siswa kelas III yang telah berkenan untuk menjadi subjek

penelitian.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

(12)

xii

Penulis dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya

penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca

pada umumnya.

Jatijajar, 04 September 2017

(13)

xiii

Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Melalui Strategi Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Siswa Kelas III MI Tarbiyatul Aulad Jatijajar, Bergas, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra. Siti Farikhah, M.Pd.

Kata Kunci: Prestasi Belajar, Matematika, Strategi Pembelajaran Problem Based Learning.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan strategi Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas III MI Tarbiyatul Aulad JatijajarBergas Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017. Subyek dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran matematika dan siswa kelas III MI Tarbiyatul Aulad Jatijajar yang terdiri dari 14 siswa yaitu 8 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus yang setiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan yang masing-masing terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi dan refleksi. PTK ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu observasi dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan yaitu dengan cara membandingkan pencapaian nilai prestasi belajar tiap siklus dengan menghitungkriteria ketuntasan siswa secara klasikal.

(14)

xiv

HALAMAN JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

DEKLARASI ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... xii

ABSTRAK ... xiii

DAFTAR ISI ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

(15)

xv

2. Pengertian Prestasi Belajar ...

3. Macam-macam Prestasi Belajar ...

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ...

5. Hakikat Pembelajaran ...

6. Pengertian Matematika ...

7. Pembelajaran Matematika ...

8. Kinerja Mengajar Guru ...

9. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 22

B. Strategi Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... 1. Pengertian Strategi Pembelajaran ...

2. Pengertian Pembelajaran PBL ...

3. Ciri-ciri PBL ...

4. Tahap-tahap Strategi PBL ...

5. Peran Guru dalam Strategi PBL ...

C. Kaitan Strategi PBL dengan Pembelajaran Matematika ... 41

D. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ... 43

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ... 51 A. Deskripsi Kondisi Pra Siklus ...

1. Gambaran Umum Madrasah ... 51

(16)

xvi

1.Perencanaan Tindakan ...

2. Pelaksanaan Tindakan ...

3. Pengamatan atau Observasi ...

4. Refleksi ... 55

56

58

62

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ...

1.Perencanaan Tindakan ...

2. Pelaksanaan Tindakan ...

3. Pengamatan atau Observasi ...

4. Refleksi ...

A. Deskripsi Per-Siklus ... 1. Deskripsi Pra-Siklus ... 2. Deskripsi Siklus I ... 3. Rekapitulasi Pra Siklus, Siklus I, Siklus II ... 77

(17)

xvii

Tabel 2.2 Tahapan Pembelajaran Strategi PBL menurut Mohamad ... 39

Tabel 3.1 Data PTK MI Tarbiyatul Aulad ... 52

Tabel 3.2 Data Siswa MI Tarbiyatul Aulad ... 52

Tabel 3.3 Data Nilai Harian Matematika Pra Siklus ... 53

Tabel 3.4 Data Siwa Kelas III MI Tarbiyatul Aulad ... 54

Tabel 3.5 Lembar Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus I ... 59

Tabel 3.6 Lembar Hasil Pengamatan Keaktivan Siswa Siklus I ... 60

Tabel 3.7 Perolehan Nilai Siklus I ... 62

Tabel 3.8 Lembar Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus II ... 68

Tabel 3.9 Lembar Hasil Pengamatan Keaktivan Siswa Siklus II ... 70

Tabel 3.10 Perolehan Nilai Siklus II ... 71

Tabel 4.1 Data Nilai Harian Matematika Pra Siklus ... 74

Tabel 4.2 Perolehan Nilai Siklus I ... 75

Tabel 4.3 Perolehan Nilai Siklus II ... 76

Tabel 4.4 Hasil Rekapitulasi Nilai Siswa Per Siklus ... 77

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus I ... 79

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Keaktivan Siswa Siklus I ... 82

Tabel 4.7 Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 85

Tabel 4.8 Mean Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 85

Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus II ... 86

Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Keaktivan Siswa Siklus II ... 89

Tabel 4.11 Frekuensi Prestasi BelajarSiswa Siklus II ... 91

Tabel 4.12 Mean Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 92

Tabel 4.13 Rekapitulasi Rekapitulasi Peningkatan Prestasi Belajar ... 96

(18)

xviii

Lampiran 3 Documentasi ... 110

Lampiran 4 Lembar Soal Evaluasi Siklus I ... 118

Lampiran 5 Lembar Soal Evaluasi Siklus II ... 119

Lampiran 6 Daftar Nilai Siklus I ... 120

Lampiran 7 Daftar Nilai Siklus II ... 121

Lampiran 8 Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus I ... 122

Lampiran 9 Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II ... 124

Lampiran 10 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 126

Lampiran 11 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II ... 128

Lampiran 12 Jawaban Soal Evaluasi Siklus I ... 130

Lampiran 13 Jawaban Soal Evaluasi Siklus II ... 131

Lampiran 14 Prestasi Belajar Siswa Nilai Tertinggi danTerendah ... 132

Lampiran 15 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 138

Lampiran 16 Surat Bukti Penelitian ... 139

Lampiran 17 Lembar Konsultasi Skripsi ... 140

Lampiran 18 Daftar Nilai SKK... 141

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia di dunia ini sangat membutuhkan pendidikan.

Standarisasi dan profesionalisme pendidikan yang sedang dilakukan dewasa

ini menuntut pemahaman berbagai pihak terhadap perubahan yang terjadi

dalam berbagai komponen sistem pendidikan. Dalam implementasi

kurikulum di sekolah, guru dituntut untuk senantiasa belajar dan

mendapatkan informasi baru tentang pembelajaran dan peningkatan mutu

pendidikan pada umumnya.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) terdapat standar kompetensi

lulusan (SKL) yang digunakan sebagai penilaian penentuan kelulusan peserta

didik, yang meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran, serta

mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Salah satu mata pelajaran yang sering membebani siswa dalam

menentukan kelulusan adalah matematika. Russeffendi (dalam Eni

Titikusumawati, 2014: 4) mengatakan bahwa matematika lebih menekankan

kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil

eksperimen atau hasil observasi. Matematika terbentuk karena pikiran-pikiran

(20)

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan

kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja,

serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Kebutuhan akan aplikasi matematika saat ini dan masa depan tidak

hanya untuk keperluan sehari-hari, tetapi terutama dalam dunia kerja, dan

untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,

matematika sebagai ilmu dasar perlu dikuasai dengan baik oleh siswa,

terutama sejak usia sekolah dasar (Susanto, 2013: 185).

Lemahnya tingkat berfikir siswa menjadi masalah bagi para pendidik.

Oleh karena itu guru dituntut harus mampu merancang dan melaksanakan

program belajar dengan tepat agar siswa mendapat pengetahuan secara utuh

sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Bermakna berarti bahwa siswa

dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman

langsung dan nyata.

Tanggung jawab guru ialah merencanakan dan membantu siswa

melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan

perkembangan yang diinginkan. Guru harus membimbing murid agar mereka

memperoleh ketrampilan-ketrampilan, pemahaman, perkembangan berbagai

kemampuan, kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan perkembangan sikap yang

serasi. Oleh karena itu hendaknya guru diberikan kebebasan dalam

melakukan sistem pembelajaran yang akan digunakan guna menciptakan

(21)

menghilangkan rasa jenuh dan kebosanan siswa ketika proses belajar

mengajar dilakukan.

Berdasarkan informasi di MI Tarbiyatul Aulad Jatijajar Bergas

Kabupaten Semarang, prestasi belajar siswa kelas III pada mata pelajaran

matematika belum seperti yang diharapkan. Kenyataan menunjukkan masih

rendahnya tingkat penguasaan terhadap materi matematika yang diajarkan.

Prestasi belajar yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku individu yang

diperoleh setelah siswa menyelesaikan program pembelajarannya melalui

interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar (Rusmono,

2012: 10). Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain: siswa itu

sendiri, kesiapan fasilitas pembelajaran, strategi dan model pembelajaran

yang digunakan oleh guru kelas. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan

prestasi belajar siswa rendah dapat diidentifikasikan antara lain sebagai

berikut: Model pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik dan tidak

sesuai dengan kondisi siswa, matematika dianggap pelajaran yang sulit dan

membosankan, pembelajaran yang berlangsung kurang melibatkan siswa atau

guru lebih aktif dari pada siswa, guru tidak mempersiapkan alat peraga yang

mendukung untuk menjelaskan materi yang akan diajarkan, media yang

digunakan guru kurang bervariatif, dan pembelajaran tidak dikaitkan dengan

situasi alami siswa.

Hal-hal tersebut diatas berdampak pada kurangnya kemampuan siswa

dalam memahami konsep mata pelajaran matematika. Berdasarkan

(22)

Jatijajar, Bergas, Kabupaten Semarang, dapat dilihat data hasil ulangan harian

siswa pada mata pelajaran matematika semester gasal Tahun Pelajaran

2017/2018 yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum mencapai

nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah. Dari 14

siswa hanya 6 siswa (42,86%) yang mendapat nilai di atas KKM, sedangkan

sisanya sebanyak 9 siswa (57,14%) nilainya masih belum mencapai KKM

yaitu dibawah 65. Apabila hal ini dibiarkan terus-menerus, maka siswa akan

mengalami kesulitan di dalam menerima materi selanjutnya.

Dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, maka dalam pembelajaran

harus menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan

kebutuhan anak. Strategi adalah pendekatan umum mengajar yang berlaku

dalam berbagai bidang materi dan digunakan untuk memenuhi berbagai

tujuan pembelajaran (Paul Eggen dan Don Kauchak, 2012: 6). Sebagai

contoh, strategi pembelajaran problem based learning (PBL), menawarkan

kebebasan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan untuk terlibat

dalam proses penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi

permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk

pemecahan masalah (Rusmono, 2012: 74).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika

khususnya penjumlahan dan pengurangan pada kelas III MI Tarbiyatul Aulad

Jatijajar, Bergas, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2017/2018 masih

rendah. Sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk meningkatkan prestasi

(23)

hal ini dapat digunakan strategi pembelajaran dengan problem based learning

(PBL) atau strategi pembelajaran berbasis masalah.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi

Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Melalui Strategi

Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Siswa Kelas III MI

Tarbiyatul Aulad Jatijajar, Bergas, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

2017/2018”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut : Apakah penerapan strategi pembelajaran problem

based learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi

operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas III

MI Tarbiyatul Aulad Jatijajar, Bergas, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran

2017/2018?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah: Meningkatkan prestasi belajar

matematika materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan

melalui strategi pembelajaran problem based learning (PBL) pada siswa

kelas III MI Tarbiyatul Aulad Jatijajar, Bergas, Kabupaten Semarang, Tahun

(24)

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Edi Prayitno (2010: 35) mengartikan hipotesis tindakan sebagai

tindakan yang akan dilaksanakan guna memecahkan masalah yang diteliti

dan adanya upaya melakukan peningkatan perbaikan. Ini berarti, hipotesis

tindakan merupakan pernyataan sementara peneliti berdasar kajian

pustaka bahwa jika dilakukan tindakan ini maka diyakini akan mengatasi

masalah itu. Pernyataan yang dituangkan harus tegas dan diyakini

kebenarannya.

Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini, peneliti mengambil

hipotesis bahwa “penerapan strategi pembelajaran problem based

learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi

operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas

III MI Tarbiyatul Aulad Jatijajar, Bergas, Kabupaten Semarang Tahun

Pelajaran 2017/2018”.

2. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran matematika melalui strategi problem based learning

(PBL) dikatakan berhasil jika indikator yang telah ditetapkan dapat

tercapai. Adapun indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti

adalah sebagai berikut:

a. Adanya peningkatan prestasi belajar siswa pada pembelajaran

matematika melalui strategi PBL secara berkelanjutan mulai dari

(25)

b. Prestasi belajar siswa pada pembelajaran matematika melalui strategi

PBL dapat mencapai kriteria ketuntasan belajar klasikal minimal 85%

dan ketuntasan individual minimal ≥ 65.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

banyak pihak. Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh peneliti antara lain

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Pembelajaran melalui strategi PBL diharapkan mampu

memberikan wawasan dalam bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan,

serta sebagai bahan masukkan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran

selanjutnya yang berkaitan dengan pembelajaran matematika.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Melalui penerapan strategi pembelajaran PBL ini diharapkan

mampu meningkatkan ketrampilan guru dalam mengajar dengan

menggunakan pembelajaran yang inovatif. Selain itu, dari hasil

penelitian ini diharapkan dapat menanamkan kreativitas guru dalam

menciptakan pembelajaran aktif inovatif kreatif efektif dan

menyenangkan (PAIKEM).

b. Bagi Siswa

Manfaat penerapan model PBL bagi siswa adalah diharapkan

(26)

meningkat. Sehingga nilai siswa pada mata pelajaran matematika

dapat mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

sebanyak 85% dari total seluruh siswa.

c. Bagi Lembaga

Hasil penelitian dengan penerapan strategi pembelajaran PBL

ini diharapkan mampu memotivasi guru untuk melaksanakan proses

pembelajaran yang lebih menarik. Sehingga dapat dijadikan sebagai

acuan dalam melakukan inovasi pembelajaran guna mengoptimalkan

ketercapaian tujuan dalam proses pembelajaran dan dapat

memperbaiki mutu pendidikan.

d. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman sebagai bekal menjadi pendidik dalam

menerapkan strategi pembelajaran yang mampu meningkatkan

motivasi dan prestasi belajar siswa sehingga dapat menjadi guru yang

profesional dan memenuhi kriteria standar pendidik dan tenaga

kependidikan.

e. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan rujukan dan sumber inspirasi dalam

mengembangkan penelitian baru yang relevan di masa yang akan

(27)

F. Definisi Operasional

1. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang

dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang

dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam

periode tertentu (Fathurrohman, 2012: 139). Sedangkan menurut Tohirin

dalam sumber yang sama mengatakan bahwa prestasi belajar adalah apa

yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar.

2. Matematika

Susanto (2013: 183-184) mengatakan matematika merupakan salah

satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari

sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di

taman kanak-kanak secara informal. Matematika memiliki bahasa dan

aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis,

dan struktur atau keterkaitan antarkonsep yang kuat.

Menurut Subarinah (dalam Rosma Hartiny Sam’s, 2010: 29)

matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang

abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti bahwa belajar

matematika pada hakikatnya adalah belajar konsep, strukturnya, dan

mencari hubungan antar konsep dan strukturnya.

Russeffendi (dalam Eni Titikusumawati, 2014: 4) mengatakan

bahwa matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio

(28)

observasi. Matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang

berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.

3. Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan

Sebelum mempelajari materi tentang penjumlahan dan

pengurangan bilangan tiga angka, maka siswa harus mengenal tentang

nilai tempat bilangan tiga angka terlebih dahulu. Bilangan tiga angka

memiliki tiga nilai tempat bilangan. Nilai tempat bilangannya adalah

ratusan, puluhan dan satuan (Suharyanto, 2009: 12).

Pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada kelas 3

MI/SD, diajarkan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai tiga

nilai tempat, yaitu ratusan, puluhan dan satuan. Menurut Y. Putri (2009:

8-27) ada banyak cara dalam menyelesaikan penjumlahan dan

pengurangan bilangan sampai tiga nilai tempat. Diantaranya adalah

sebagai berikut:

a. Operasi Penjumlahan, dapat dilakukan dengan menjumlahkan tanpa

teknik menyimpan, menjumlahkan dengan satu kali teknik

menyimpan dan menjumlahkan dengan teknik dua kali menyimpan.

b. Operasi Pengurangan, dapat dilakukan dengan mengurangkan tanpa

teknik meminjam, mengurangkan dengan satu kali teknik meminjam

dan mengurangkan dengan teknik dua kali meminjam.

4. Strategi Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah dikenal dengan Problem Based

(29)

mana siswa mengelaborasikan pemecahan masalah dengan pengalaman

sehari-hari (en.wikipedia.org).

HS Barrows (dalam Supinah, 2008: 18) menyatakan bahwa proses

pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang

didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi

dan integrasi pengetahuan baru. Sementara itu Satyasa (dalam Supinah,

2008: 18) mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu

pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa

dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open

ended melalui stimulus dalam belajar.

Barr dan Tagg (dalam Miftahul Huda, 2013: 271) menambahi

bahwa PBL merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigma

pengajaran menuju paradigma pembelajaran. Jadi fokusnya adalah pada

pembelajaran siswa dan bukan pada pengajaran guru.

Dari berbagai pengertian PBL diatas, penulis menyimpulkan

bahwa PBL adalah pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah

kepada siswa di mana masalah tersebut dialami atau merupakan

pengalaman sehari-hari siswa, yang kemudian siswa diharuskan untuk

mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan

data tersebut untuk pemecahan masalah. Secara garis besar PBL terdiri

dari kegiatan menyajikan kepada siswa suatu situasi masalah yang

autentik dan bermakna serta memberikan kemudahan kepada mereka

(30)

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Menurut Arikunto (2014: 58) PTK adalah penelitian tindakan

yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di

kelasnya. Basrowi (2008: 28) merumuskan PTK sebagai penelitian

tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan

kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas

pembelajaran.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2014:

16-19) meliputi empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan

(31)

Bagan 1.1 Alur Langkah-langkah PTK Menurut Arikunto (2014: 16)

Penelitian tindakan kelas memiliki tahapan kegiatan yang terdiri

dari dua siklus atau lebih tergantung dalam implementasinya. Setiap siklus

dirancang dengan melalui tahapan: perencanaan, pelaksanaan, observasi,

dan refleksi.

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi awal, disusun perencanaan tentang

tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian. Secara rinci

perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk

memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap yang

diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perlu

disadari bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat

berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada (Sukajati, 2008: 17). Perencanaan

Siklus 1 Pelaksanaan

Refleksi

Observasi

Perencanaan

Refleksi Siklus 2 Pelaksanaan

Observasi

(32)

b. Pelaksanaan

Tindakan PTK mencakup prosedur dan tindakan yang akan

dilakukan, serta proses perbaikan yang akan dilakukan (Mulyasa,

2011: 71). Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan

peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang

dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan.

c. Observasi

Dalam kegiatan ini peneliti mengamati guru maupun siswa

yang bertujuan untuk memperoleh data hasil kinerja guru dan

keaktifan siswa pada saat pembelajaran. Peneliti juga mengamati

bagaimana dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan

terhadap siswa.

d. Refleksi

Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan

mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap

informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan

lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada

dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan

yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang sangat

penting dari PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil

yang terjadi, yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang

(33)

2. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di MI Tarbiyatul Aulad Jatijajar,

Bergas, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Pelajaran

2017/2018 bulan Juli sampai dengan Agustus 2017, dengan rincian

sebagai berikut:

Tabel 1.1 Waktu Penelitian

No Waktu Uraian Kegiatan

1 28 Juli 2017 Permintaan izin penelitian di MI Tarbiyatul Aulad Jatijajar

2 31 Juli 2017 Pelaksanaan observasi (pra siklus) 3 10 Agustus 2017 Pelaksanaan tindakan (siklus I) 4 16 Agustus 2017 Pelaksanaan tindakan (siklus II)

5 Bulan Agustus sampai

selesai Penyusunan laporan penelitian

c. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III MI Tarbiyatul Aulad

Jatijajar Bergas Kabupaten Semarang berjumlah 14 anak terdiri dari 8

siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Sebagian besar mereka berasal

dari masyarakat ekonomi menengah, yang rata-rata pekerjaan orang

tuanya sebagai petani dan buruh pabrik. Siswa kelas III MI Tarbiyatul

Aulad tergolong siswa yang ceria, selalu bersemangat dalam mengikuti

(34)

Penelitian ini dikhususkan pada mata pelajaran matematika materi

operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan

menggunakan strategi pembelajaran PBL.

3. Langkah Penelitian

Pelaksanaan PTK ini meliputi empat tahap yaitu perencanaan,

pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan secara

berkesinambungan dan dapat berlangsung dalam beberapa siklus sesuai

hasil yang diharapkan peneliti. Penelitian ini dikatakan selesai apabila

indikator keberhasilan yang telah dirumuskan telah tercapai. Adapun

penjelasan tiap-tiap tahap adalah sebagai berikut:

a.Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), mempersiapkan instrumen untuk mengetahui

prestasi belajar siswa berupa tes tertulis, serta mempersiapkan lembar

observasi siswa dan guru.

b.Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini, guru melaksanakan proses pembelajaran dengan

menggunakan strategi pembelajaran PBL. Guru juga harus

menciptakan suasana kelas yang kondusif, sehingga pelaksanaan

pembelajaran berjalan dengan baik.

c.Observasi

Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap guru

(35)

yang diamati adalah bagaimana respon dan tanggapan siswa terhadap

pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Kegiatan ini bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dan hasil yang dicapai.

d.Refleksi

Tahap refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi

terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan.

Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan

hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul

perlu dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan

teori atau hasil penelitian yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi

yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam.

Pada tahap ini digunakan untuk mengetahui apakah tindakan yang

sudah dilakukan telah mencapai tujuan yang diharapkan atau belum

serta jadi bahan acuan untuk merancang perencanaan berikutnya untuk

memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada siklus sebelumnya.

4. Instrumen Penelitian

Edi Prayitno (2010: 42) mengatakan instrumen penelitian sebagai

alat pengumpul data memiliki peran yang sangat penting dalam proses

penelitian. Penarikan kesimpulan penelitian ditentukan oleh data yang

terjaring melalui instrumen penelitian. Bentuk instrumen penelitian yang

harus dibuat ditentukan oleh jenis teknik pengambilan datanya. Oleh

karena itu, teknik pengambilan data yang dipilih harus dapat mencapai

(36)

Bentuk instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah sebagai

berikut:

a. Lembar Pengamatan, lembar pengamatan dalam penelitian ini

digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan keterampilan guru

dalam pembelajaran matematika menggunakan strategi PBL selama

pelaksanaan tindakan saat penelitian berlangsung.

b. Tes/evaluasi, digunakan untuk mengukur prestasi belajar matematika

siswa pada materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan

bilangan.

5. Pengumpulan Data

a. Teknik Observasi

Observasi dilakukan untuk mengambil data melalui pengamatan

terhadap perubahan perilaku siswa pada proses belajar mengajar yang

terjadi selama proses penelitian. Observasi atau pengamatan yaitu

pelaksanaan pengamatan oleh pengamat yang dilakukan secara teliti

dan melakukan pencatatan secara sistematis. Observasi dalam

penelitian ini digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan

keterampilan guru dalam pembelajaran matematika menggunakan

strategi PBL selama pelaksanaan tindakan dalam penelitian

berlangsung.

b. Teknik wawancara

Wawancara adalah suatu proses tanya jawab lisan untuk

(37)

Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data secara lisan dari

sumber data atau subjek penelitian secara langsung (Mulyasa 2011:

69). Melalui wawancara ini guru akan mendapatkan informasi tentang

permasalahan dalam pembelajaran.

c. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang

jumlah guru dan siswa, sarana dan prasarana, alat atau media yang

digunakan dan lain sebagainya yang dianggap perlu dan penting

dalam penelitian ini.

6. Analisis Data

Untuk menganalisis data, peneliti melihat data yang diperoleh dari

tiap-tiap siklus. Disamping melihat presentase ketuntasan belajar siswa

secara klasikal, peneliti juga melihat hasil dalam proses pembelajaran.

Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dianalisis

dengan analisis deskriptif kualitatif. Dengan cara diorganisasikan,

diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek yang menjadi fokus analisis

menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.

Sedangkan data yang diperoleh dari hasil tes dianalisis

menggunakan analisis statistik sederhana yaitu teknik analisis data

kuantitatif. Dengan mencari presentase ketuntasan belajar klasikal dan

dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

(38)

Keterangan:

P : Jumlah nilai dalam presentase

F : Jumlah siswa yang telah tuntas belajar

N : Jumlah seluruh siswa (Djamarah, 2000: 226)

Hasil perhitungan presentase ketuntasan belajar secara klasikal

kemudian dikonsultasikan dengan kategori tingkat keberhasilan belajar

klasikal siswa dibawah ini.

Dalam penelitian ini, jika siswa mampu mencapai ketuntasan

belajar klasikal minimum yaitu 85% (Trianto, 2012: 241) dengan nilai

minimal 65, maka dikatakan tuntas belajarnya dan peneliti menganggap

bahwa penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

pada kelas III MI Tarbiyatul Aulad Jatijajar, Bergas, Kabupaten

Semarang, berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa dalam

pembelajaran matematika.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi maupun uraian

penyajian data penelitian ini, maka penulis memaparkan sistematika

penulisan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan

(39)

metode penelitian, dan sistematika penulisan. Metode penelitian

mencakup rancangan penelitian, lokasi, waktu dan subyek

penelitian, langkah-langkah penelitian, instrument penelitian,

teknik pengumpulan data, dan analisis data.

BAB II : Kajian Pustaka

Dalam bab ini berisi uraian tentang definisi prestasi belajar,

matematika, strategi pembelajaran Problem Based Learning

(PBL), dan kaitan pembelajaran matematika dengan PBL.

BAB III: Pelaksanaan Penelitian

Dalam bab ini berisi tentang profil sekolah, deskripsi

pelaksanaan penelitian pra siklus meliputi perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan atau pengumpulan data dan refleksi.

Deskripsi pelaksanaan siklus I dan pelaksanaan siklus II.

BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini berisi tentang uraian hasil deskripsi persiklus

yang membahas mengenai data hasil pengamatan atau

wawancara, refleksi keberhasilan ataupun kegagalan dan berisi

pembahasan.

BAB V : Penutup

(40)

22 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi belajar Matematika

1. Hakikat Belajar

Banyak ahli yang merumuskan pengertian belajar. Slameto (dalam

Inggridwati Kurnia dkk, 2008: 3) merumuskan belajar sebagai suatu

proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan

tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam

interaksi dengan lingkungannya. Sementara itu, Winkel dalam sumber

yang sama mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental

pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu

dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan yang relatif

menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Susanto (2013: 4) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas

yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk

memperoleh suatu konsep, pemahaman atau pengetahuan baru sehingga

memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap

baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.

Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford (dalam Nabisi

Lapono, 2008: 14) menyebut belajar sebagai kegiatan pemrosesan

informasi, membuat penalaran, mengembangkan pemahaman dan

(41)

23

Sementara itu Nyimas Aisyah dkk mengartikan belajar sebagai

suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang

(Nyimas Aisyah dkk, 2008: 18).

Baharuddin (2008: 14-15) mengemukakan definisi belajar dari dari

ahli psikolgi dan ahli pendidikan. Ahli psikologi memandang belajar

sebagai perubahan yang dapat dilihat dan tidak peduli apakah prestasi

belajar tersebut menghambat atau tidak menghambat proses adaptasi

seseorang terhadap kebutuhan dengan masyarakat dan lingkungannya.

Sedangkan para ahli pendidikan memandang bahwa belajar adalah proses

perubahan manusia ke arah yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya

maupun orang lain.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar yang bertujuan untuk

mengembangkan pemahaman dan meningkatkan penguasaan

keterampilan dalam proses pembelajaran yang ditandai dengan perubahan

perilaku manusia baik berupa hasil pemikiran siswa maupun pengalaman

siswa.

2. Pengertian Prestasi Belajar

Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.

Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi. Menurut kamus

besar bahasa Indonesia prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang

(42)

Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang

dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang

dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam

periode tertentu (Fathurrohman, 2012: 139). Selanjutnya menurut Tohirin

dalam sumber yang sama, prestasi belajar adalah apa yang dicapai oleh

siswa setelah melakukan kegiatan belajar.

Banyak ahli juga mendefinisikan prestasi belajar sama dengan hasil

belajar. Rosma Hartiny Sam’s (2010: 33) menjelaskan bahwa hasil belajar

pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan

perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh.

Dalam hal ini, Gagne dan Briggs (dalam Rosma Hartiny Sam’s, 2010: 33)

mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh

seseorang sesudah mengikuti proses belajar.

Pendapat lain mengatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan

tingkah laku individu yang diperoleh setelah siswa menyelesaikan

program pembelajarannya melalui interaksi dengan berbagai sumber

belajar dan lingkungan belajar (Rusmono, 2012: 10).

Sementara itu Susanto (2013: 5) memaknai hasil belajar sebagai

perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut

aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah penilaian kemampuan yang diperoleh seseorang baik yang

(43)

sudah dicapai dari kegiatan belajar, kemudian ditandai dengan skala nilai

berupa angka, huruf, kata atau simbol.

3. Macam-macam Prestasi belajar

Prestasi belajar bergantung pada apa yang telah dipelajari,

bagaimana bahan pelajaran itu dipelajari, dan faktor-faktor yang

mempengaruhi proses belajar (termasuk kemampuan intelijensi dan

bakat). Karena faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar tidak

pernah sama, maka prestasi belajar tiap-tiap orang akan selalu berbeda

(Rusyan, 1989: 60). Susanto (2013: 6) membagi prestasi belajar meliputi

pemahaman konsep (aspek kognitif), sikap (aspek afektif), dan

ketrampilan proses (aspek psikomotor).

a. Pemahaman Konsep

Pemahaman menurut Bloom (dalam Susanto, 2013: 6) diartikan

sebagai kemampuan menyerap arti dari materi atau bahan yang

dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar

siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang

diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat

memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang

dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi

langsung yang ia lakukan.

b. Keterampilan Proses

Usman dan Setiawati (dalam Susanto, 2013: 9) mengemukakan

(44)

pada pembangunan kemampuan mental, fisik dan sosial yang

mendasar sebagai gerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri

individu siswa.

c. Sikap

Menurut Sardiman (dalam Susanto, 2013: 11) sikap merupakan

kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola

dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa

individu-individu maupun objek-objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan,

perilaku, atau tindakan seseorang.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi belajar

Wasliman (dalam Susanto, 2013: 12) berpendapat bahwa prestasi

belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara

berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor

eksternal. (1) Faktor internal; merupakan faktor yang bersumber dari

dalam diri peserta didik, yang memengaruhi kemampuan belajarnya.

Faktor internal meliputi: kecerdasan, minat, bakat, perhatian, motivasi

belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan

kesehatan. (2) Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar diri peserta

didik yang memengaruhi prestasi belajar yaitu keluarga, sekolah dan

masyarakat.

Secara umum Lilik Sriyanti (2011: 23-25) menjabarkan bahwa

keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor

(45)

individu yang berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar dan (2)

faktor sosial yaitu faktor-faktor diluar individu yang berupa

manusia.Sementara itu faktor internal juga terdiri dari dua faktor, yaitu:

(1) faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang ada pada diri individu dan

(2) faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri individu.

5. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional No.20 Tahun 2003, diartikan sebagai proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Susanto (2013: 18) menyebutkan bahwa pembelajaran merupakan

perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Dengan kata lain

pembelajaran adalah penyerdehanaan dari kata belajar dan mengajar

(BM), proses belajar mengajar (PBM), atau kegiatan belajar mengajar.

Sementara itu M. Jauhar Sidiq mendefinisikan pembelajaran sebagai

suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk

membelajarkan siswa yang belajar (M. Jauhar Sidiq, 2008: 9).

Menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru

membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan

lingkungan atau stimulus (Hamdani, 2011: 23). Aliran kognitif, menurut

Darsono (dalam Hamdani, 2011: 23) mendefinisikan pembelajaran

sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir

agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari. Adapun

(46)

mendeskripsikan pembelajaran sebagai memberikan kebebasan kepada

siswa untuk memilih bahan pelajaran dengan cara mempelajarinya sesuai

dengan minat dan kemampuannya.

Dari beberapa pengertian pembelajaran diatas, dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang

diinginkan melalui proses transfer ilmu dengan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang

sedang dipelajari melalui kegiatan belajar mengajar.

6. Pengertian Matematika

Susanto (2013: 183-184) mengatakan matematika merupakan salah

satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari

sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di

taman kanak-kanak secara informal. Matematika memiliki bahasa dan

aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis,

dan struktur atau keterkaitan antarkonsep yang kuat.

Johnson dan Rising (dalam A. Ismunamto, 2011: 2) mengartikan

bahwa (1) matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan

pembuktian yang logis, (2) matematika adalah ilmu tentang pola,

keteraturan pola atau ide, (3) matematika adalah suatu seni, keindahannya

terdapat pada keteraturan dan keharmonisannya, (4) matematika adalah

bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat,

jelas, dan akurat, diwujudkan dalam simbol, lebih berupa bahasa simbol

(47)

Menurut Subarinah (dalam Rosma Hartiny Sam’s, 2010: 29)

matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang

abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti bahwa belajar

matematika pada hakikatnya adalah belajar konsep, strukturnya, dan

mencari hubungan antar konsep dan strukturnya.

Russeffendi (dalam Eni Titikusumawati, 2014: 4) mengatakan

bahwa matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio

(penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil

observasi. Matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang

berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang

abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya dengan menggunakan

bahasa istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat,

diwujudkan dalam simbol.

7. Pembelajaran Matematika

Susanto (2013: 186-187) mengartikan pembelajaran matematika

sebagai suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk

mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan

mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan

(48)

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar

yang mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan yaitu belajar

dan mengajar. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi

suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara siswa dengan guru, antara

siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan lingkungan disaat

pembelajaran matematika sedang berlangsung.

Dengan demikian, diketahui bahwa proses pembelajaran

matematika bukan sekedar transfer ilmu dari guru ke siswa, melainkan

suatu proses kegiatan, yaitu terjadi interaksi antara guru dengan siswa

serta antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan lingkungannya.

Selain itu juga dapat dipahami bahwa pembelajaran matematika bukan

hanya sebagai transfer of knowledge, yang mengandung makna bahwa

siswa merupakan objek dari belajar, namun hendaknya siswa menjadi

subjek dalam belajar.

8. Kinerja Mengajar Guru

Kinerja menurut Departemen Pendidikan Nasional (dalam Susanto

2013: 29) diartikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan, program, atau kebijaksanaan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi.

Sementara itu, Susanto (2013: 29) sendiri mendefinisikan kinerja

mengajar guru sebagai seperangkat perilaku nyata yang ditunjukan guru

(49)

mencakup kegiatannya merencanakan pembelajaran, melaksanakan

pembelajaran, dan mengadakan penilaian terhadap pembelajaran tersebut.

Rusman (2014: 50) berpendapat bahwa kinerja dapat diartikan

sebagai prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau unjuk kerja. Berkaitan

dengan hal tersebut, perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam

proses pembelajaran yang meliputi merancang, melaksanakan, dan

menilai prestasi belajar. Standar kompetensi guru secara utuh

dikembangkan dari empat kompetensi dasar yakni kompetensi pedagogik,

sosial, keperibadian, dan profesional.

Hradesky (dalam Susanto, 2013: 31) mengemukakan bahwa kinerja

guru dapat dikategorikan sebagai unjuk kerja yang dicapai, berupa

prestasi (kualitas individual) yang diperhatikan (tampilan atau unjuk

kerja) di bidang yang menjadi tanggung jawab (tugas fungsional) dalam

bentuk kemampuan kerja.

Guru merupakan profesi professional dimana mereka dituntut agar

berupaya semaksimal mungkin dalam menjalankan profesinya, sehingga

baginya tugas mengajar adalah sebagai tugas mulia yang akan

diembannya dengan sepenuh hati, tidak setengah-setengah. Untuk itu,

guru hendaknya bisa terus meningkatkan kinerjanya yang menjadi modal

bagi keberhasilan pendidikan.

Berdasarkan pengertian kinerja guru para ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa kinerja guru merupakan unjuk kerja yang dicapai,

(50)

atau unjuk kerja) di bidang yang menjadi tanggung jawab (tugas

fungsional) dalam bentuk kemampuan kerja.

9. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar

siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu juga,

dengan pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan penataran

nalar dalam penerapan matematika. Depdiknas (dalam Susanto 2013:

189) menjabarkan tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar

secara khusus, yaitu:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang strategi matematika, menyelesaikan strategi, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap mengharagi penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika

tersebut, seorang guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi

pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan,

dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian siswa dapat

membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses

belajar dan mengkonstruksikannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu

(51)

B. Strategi Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) 1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Hamdani (2011: 19) mengartikan strategi sebagai suatu susunan,

pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai suatu tujuan dengan

menggunakan tenaga, waktu serta kemudahan secara optimal. Apabila

dihubungkan dengan proses belajar mengajar, strategi menurut Gerlach

dan Ely (dalam Hamdani, 2011: 19) adalah cara yang dipilih untuk

menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu,

yang meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan

pengalaman belajar kepada siswa.

Aqib (2013: 70) mengatakan bahwa strategi pembelajaran

merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang

pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan

memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi

pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya

di akhir kegiatan belajar. Aqib juga mendefinisikan strategi pembelajaran

sebagai cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih

kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran.

Hamzah (2015: 5-6) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran

merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang

pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran, sehingga akan

memudahkan peserta didik mencapai tujuan yang dikuasai di akhir

(52)

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran adalah cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh

seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam

lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup, dan urutan

kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar sehingga akan

memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi

pembelajaran kepada siswa yang pada akhirnya tujuan pembelajaran

dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.

2. Pengertian Pembelajaran PBL

Pembelajaran berbasis masalah dikenal dengan Problem Based

Learning (PBL) adalah strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa di

mana siswa mengelaborasikan pemecahan masalah dengan pengalaman

sehari-hari (en.wikipedia.org). Arends (dalam Supinah 2010: 17)

mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan strategi

pembelajaran yang bertujuan merangsang terjadinya proses berpikir

tingkat tinggi dalam situasi yang berorientasi masalah.

Panen (dalam Rusmono, 2012: 74) mengatakan bahwa dalam

strategi pembelajaran dengan PBL, siswa diharapkan untuk terlibat dalam

proses penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi

permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut

untuk pemecahan masalah.

HS Barrows (dalam Supinah, 2008: 18) menyatakan bahwa proses

(53)

didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi

dan integrasi pengetahuan baru. Sementara itu Satyasa (dalam Supinah,

2008: 18) mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu

pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa

dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open

ended melalui stimulus dalam belajar.

Barr dan Tagg (dalam Miftahul Huda, 2013: 271) menambahi

bahwa PBL merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigma

pengajaran menuju paradigma pembelajaran. Jadi fokusnya adalah pada

pembelajaran siswa dan bukan pada pengajaran guru.

Dari berbagai pengertian PBL diatas, penulis menyimpulkan bahwa

PBL adalah pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah

kepada siswa di mana masalah tersebut dialami atau merupakan

pengalaman sehari-hari siswa, yang kemudian siswa diharuskan untuk

mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan

data tersebut untuk pemecahan masalah. Secara garis besar PBL terdiri

dari kegiatan menyajikan kepada siswa suatu situasi masalah yang

autentik dan bermakna serta memberikan kemudahan kepada mereka

untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.

3. Ciri-ciri PBL

Ciri-ciri PBL menurut Baron (dalam Rusmono, 2012: 74) adalah

(54)

dipusatkan pada penyelesaian masalah, (3) tujuan pembelajaran

ditentukan oleh siswa, dan (4) guru berperan sebagai fasilitator.

Sementara itu menurut Krajcik et.al, dan Slavin et.al, yang dikutip

Wardhani (dalam Supinah, 2008: 20), ciri-ciri khusus dari PBL adalah

sebagai berikut.

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pertanyaan dan masalah yang diajukan pada awal kegiatan pembelajaran adalah yang secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa.

b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Masalah yang diangkat hendaknya dipilih yang benar-benar nyata sehingga dalam pemecahannya siswa dapat meninjaunya dari banyak mata pelajaran. c. Penyelidikan autentik. Penyelidikan autentik, berarti siswa dituntut

untuk menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Metode yang digunakan tergantung pada masalah yang dipelajari.

d. Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya. Siswa dituntut untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak. Artefak yang dihasilkan antara lain dapat berupa transkrip debat, laporan, strategi fisik, video, program komputer. Siswa juga dituntut untuk menjelaskan bentuk penyelesaian masalah yang ditemukan. Penjelasan antara lain dapat dilakukan dengan presentasi, simulasi, peragaan.

4. Tahap-tahap Strategi PBL

Sebagai strategi pembelajaran, Arends yang dikutip Wardhani

(dalam Supinah, 2008: 21) mengemukakan ada lima tahap pembelajaran

pada PBL. Lima tahap ini sering dinamai tahap interaktif, yang sering

juga sering disebut sintaks dari PBL. Lama waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan tiap tahapan pembelajaran tergantung pada jangkauan

(55)

Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran dengan strategi PBL Tahap Kegiatan Tingkah Laku guru

1 Orientasi siswa pada situasi masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang dibutuhkan untuk menyelesaiakan tugas, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang

Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pelaksanaan tugas, misalnya berupa laporan, video, dan strategi serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya 5 Menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka tempuh atau gunakan

Menurut Fogarty, yang dikutip Satyasa (dalam Supinah, 2008:

21-23) proses pembelajaran dengan pendekatan PBL dijalankan dengan 8

langkah, seperti berikut.

a. Menemukan masalah

Siswa diberikan masalah yang tidak terdefinisikan secara jelas (ill-defined) yang diangkat dari konteks kehidupan sehari-hari. Pernyataan permasalahan diungkapkan dengan kalimat-kalimat yang pendek dan memberikan sedikit faktafakta di seputar konteks permasalahan. Pernyataan permasalahan diupayakan memberikan peluang pada siswa untuk melakukan penyelidikan. Siswa menggunakan kecerdasan inter dan intra-personal untuk saling memahami dan saling berbagi pengetahuan antar anggota kelompok terkait dengan permasalahan yang dikaji.

b. Mendefinisikan masalah

(56)

intra-personal dan kemampuan awal yang dimiliki dalam memahami dan mendefinisikan masalah.

c. Mengumpulkan fakta-fakta

Siswa membuka kembali pengalaman yang sudah diperolehnya dan pengetahuan awal untuk mengumpulkan fakta-fakta. Siswa melibatkan kecerdasan majemuk yang dimiliki untuk mencari informasi yang berhubungan dengan permasalahan. Pada tahap ini, siswa mengorganisasikan informasi-informasi dengan menggunakan istilah “apa yang diketahui (know)”, “apa yang dibutuhkan (need to know)”, dan “apa yang dilakukan (need to do)” untuk menganalisis permasalahan dan fakta-fakta yang berhubungan dengan permasalahan.

d. Menyusun dugaan sementara

Siswa menyusun jawaban-jawaban sementara terhadap permasalahan dengan melibatkan kecerdasan logic-mathematical. Siswa juga melibatkan kecerdasan interpersonal yang dimilikinya untuk mengungkapkan apa yang dipikirkannya, membuat hubungan-hubungan, jawaban dugaannya, dan penalaran mereka dengan langkah-langkah yang logis.

e. Menyelidiki

Siswa melakukan penyelidikan terhadap data-data dan informasi yang diperolehnya berorientasi pada permasalahan. Siswa melibatkan kecerdasan majemuk yang dimilikinya dalam memahami dan memaknai informasi dan faktafakta yang ditemukannya. Guru membuat struktur belajar yang memungkinkan siswa dapat menggunakan berbagai cara untuk mengetahui dan memahami (multiple ways of knowing and understanding) dunia mereka.

f. Menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan

Siswa menyempurnakan kembali perumusan masalah dengan merefleksikannya melalui gambaran nyata yang mereka pahami. Siswa melibatkan kecerdasan verbal-linguistic memperbaiki pernyataan rumusan masalah sedapat mungkin menggunakan kata yang lebih tepat. Perumusan ulang permasalahan lebih memfokuskan penyelidikan, dan menunjukkan secara jelas fakta-fakta dan informasi yang perlu dicari, serta memberikan tujuan yang jelas dalam menganalisis data.

(57)

h. Menguji solusi permasalahan

Siswa menguji alternatif pemecahan yang sesuai dengan permasalahan aktual melalui diskusi secara komprehensip antar anggota kelompok untuk memperoleh hasil pemecahan terbaik. Siswa menggunakan kecerdasan majemuk untuk menguji alternatif pemecahan masalah dengan membuat sketsa, menulis, debat, membuat plot untuk mengungkapkan ide-ide yang dimilikinya dalam menguji alternatif pemecahan.

Sementara itu tidak jauh berbeda dengan pendapat Arends,

Mohamad (dalam Rusmono, 2012: 81) merumuskan ada lima tahap dalam

pembelajaran PBL yaitu sebagai berikut.

Tabel 2.2 Tahapan Pembelajaran dengan Strategi PBL Tahap Pembelajaran Perilaku Guru

Tahap 1:

Mengorganisasikan siswa kepada masalah

Guru menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran mendeskripsikan

kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri.

Tahap 2:

Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa menentukan dan mengatur tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah itu.

Tahap 3:

Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok

Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan, dan solusi.

Tahap 4:

Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya serta pameran

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai laporan, rekaman, video, dan strategi, serta membantu mereka berbagi karya mereka.

Tahap 5:

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa melakukan refleksi atas penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.

Dalam pembelajaran menggunakan strategi PBL, bagian yang

paling penting adalah dari segi proses bukan hanya sekedar prestasi

Gambar

Tabel 1.1 Waktu Penelitian
Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran dengan strategi PBL
Tabel 2.2 Tahapan Pembelajaran dengan Strategi PBL
Tabel 3.2 Data Siswa MI Tarbiyatul Aulad
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penulis melakukan analisa produk yang lebih banyak diproduksi dalam perusahaan tersebut dengan menggunakan klasifikasi ABC, kemudian melakukan peramalan terhadap data hisotri

Pada akhir PLPG dilakukan uji kompetensi yang meliputi uji tulis dan uji kinerja (ujian praktik). Ujian tulis bertujuan untuk mengungkap kompetensi profesional dan

sebuah gelombang yang aktif diakibtkan alat musik, hal ini dapat dilihat bahwa untuk lagu jenis dangdut, pop/rock dan reggae memiliki kemiripan yang cukup dekat, hal

Dalam penelitian ini hasil analisis regresi linier berganda (linier multipleregresion yang terdapat dalam lampiran dapat diketahui bahwa koefisien determinasi

Pada pekerjaan di bidang jasa konstruksi penggunaan jenis kontraktor akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan atau jalanya suatu pekerjaan di bidang jasa konstruksi,

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Nomor : 386/ POKJA 3 ULP/ BMP/ III/ 2013 Tanggal : 15 Maret 2013, dengan ini diumumkan bahwa pemenang pada Paket Pekerjaan tersebut diatas,

Jadi sebagai sebuah bangunan, Raha Bulelenga adalah penamsilan martabat satu, dua, dan tiga yang hanya dapat ditembus dengan cara mencapai tingkatan hati terdalam

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji secara empiris mengenai praktik perataan laba dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada perusahaan manufaktur yang