EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN
MENGGUNAKAN MEDIA KOMIK FISIKA POKOK
BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG PADA
SISWA KELAS VIII SMP PANCASILA CEPER
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh : G. Andi Yunanto
001424020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Do not wait
for the last judgement,
it takes place everyday
(Albert Camus, a French philosopher)
Skripsi ini hanyalah sebuah persembahan kecil untuk semua cinta dan kasih yang telah kuterima sepanjang hidup dari orang-orang terkasihku: Bapak dan Ibu tercinta, atas segala kasih sayang tak terbatas bagiku Menox, yang telah menjadi saudara
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Penulis,
ABSTRAK
Efektivitas Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan Media Komik Fisika Pokok Bahasan Getaran Dan Gelombang Pada Siswa Kelas VIII SMP Pancasila Ceper
G.Andi Yunanto: Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII di SMP Pancasila Ceper. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman belajar siswa dalam pembelajaran fisika yang menggunakan Komik fisika sebagai media pembelajaran. Disamping itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan prestasi belajar fisika siswa serta seberapa besar minat belajar fisika siswa.
` Penelitian ini adalah penelitian kualitatif-kuantitatif dan eksperimen. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas VIII yang berjumlah 4 kelas.Dari 4 kelas yang ada , diambil 2 kelas sebagai sampel penelitian secara acak yaitu kelas VIII A dan VIII B dimana masimg-masing kelas terdiri dari 30 siswa. Kedua kelas tersebut sama-sama diberi treatment pembelajaran dengan menggunakan media komik fisika. Untuk menjaring data penelitian digunakan 3 buah instrument yaitu, tes (Pre-Post) prestasi belajar fisika, kuesioner minat belajar fisika siswa dan Komik fisika.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan komik fisika sangat efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa pada konsep Getaran dan Gelombang. Dan pada hasil belajar Post-Test jumlah siswa yang lulus lebih banyak dibandingkan siswa yang tidak lulus. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar fisika dengan menggunakan media pembelajaran komik fisika. Selain itu diperoleh bahwa minat
ABSTRACT
The Effectiveness of Learning Physics Using The Medium of Physics Comics For The Subject on Recurrence and Wave As Implemented To The 8th Class Students Of SMP Pancasila Ceper On 2006/2007 Academic Period.
G.Andi Yunanto : This research is implemented on the 8th class student of
SMP Pancasila Ceper. This research aims to investigate the student level of understanding progress in learning Physics using Physics Comics as the learning medium. Besides, this research also aims to find out the level of student achievement progress and the students’ interest in studying Physics.
This is so-called qualitative-quantitative research and experiment. The
research population comes from all of the 8th classes in this school. Among the 4
classes provided, 2 classes are used as the random samples of the research i.e. the VIIIA and VIIIB class in which each consists of 30 students. Both classes are given the similar learning treatment using the Physics Comics as the medium. To gain the data, this research requires 3 instrument; first instrument is the pre-test to measure the students’ understanding on Physics, second instrument is the interest questionnaire to measure the student’ interest in studying Physics and the last is Physics Comics.
Kata Pengantar
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ‘EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMIK FISIKA POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCASILA CEPER’ ini dengan baik. Hanya dengan perlindungan dan pendampingan-Nya maka penulis dapat tetap berjuang dalam menyelesaikan
skripsi ini. Penyusunan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.
Penyusunan skripsi ini tak akan dapat terselesaikan dengan baik apabila tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi.
1. Bapak Drs. Domi Saverinus.M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing saya dengan baik dan mau menerima saya dengan segala kerendahan hati membantu saya dan membimbing saya dalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak Drs. T. Sarkim, Ed.,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs Iskandar selaku kepala sekolah SMP Pancasila yang telah membantu dalam memeberikan ijin penelitian.
4. Dosen-dosen jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam khususnya Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan bekal ilmu kepada saya.
5. Bapak Sunarjo dan bapak Sugeng sebagai staf Tata Usaha Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah
6. Kepada siswa SMP Pancasila kelas VIIIA dan VIIIB yang telah membantu dan rela sebagai subyek penelitian
7. Kepada sahabatku yang telah membantuku, Henny Cahyaningsih. Skripsi ini tidak akan bisa selesai tanpa bantuanmu. Terimakasih atas segalanya.
8. Kepada Tri Liniarti/soulmateku yang selalu mendoakan aku sehingga aku mampu melewatinya.
9. Sahabat-sahabat yang selalu memberi dukungan moral dan material kepadaku: Deni, Sari, Naning, Ketrin, Sri, Stasia, Wulan dan teman-teman seangkatanku yang selalu memberiku dukungan.
10. Kepada Om Budi yang selalu menyemangati aku untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11. Untuk semua teman-teman ku yang selalu mendukung dan membantu aku.
Semoga hasil penelitian inidapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan pembelajaran, sekalipun penulis menyadari ketidak sempurnaan skripsi ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii
HALAMAN PENGESAAN ………... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. v
ABSTRAK………... vi
ABSTRACT ………... vii
KATA PENGANTAR ………..………. viii
DAFTAR ISI ……….. x
DAFTAR TABEL ……….. ………… ……. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ………... xv
BAB I PENDAHULUAN………..….. 1
A. Latar Belakang Masalah ………...………... 1
B. Identifikasi Masalah ………... 5
C. Pembatasan Masalah ……….. 6
D. Perumusan Masalah ………... 7
E. Tujuan Penelitian ………... 7
F. Manfaat Penelitian ………. 8
BAB II DASAR TEORI ……… 9
A. Hakikat Fisika ………...……….. 9
C. Kontruktivisme ……….……….………... 15
D. Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan Media Komik Fisika …..….. ……….……….. 20
E. Konsep Getaran …….……….……….. 22
1. Pengertian Getaran ……….. 22
2. Getaran Selaras Atau Getaran Harmonik …...………. 22
3. Pengertian Simpangan, Amplitudo, Periode dan Frekuensi Getaran ..………. 23
F. Gelombang………….………... 24
1. Pengertian Gelombang ………... 24
2. Gelombang Transversal ………..……...………. 25
3. Gelombang Longitudinal …………..………. 26
4. Hubungan Antara Panjang Gelombang, Frekuensi dan Cepat Rambat Gelombang ………...………...…….. 27
5. Pemantulan gelombang……… 28
6. Kaitan Gelombang Dengan Peristiwa Alam Berikut Pemanfaatannya ………..………... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….. 31
A. PROSEDUR PENELITIAN ………...………...…………. 31
B. JENIS PENELITIAN ………...…………. 34
C. WAKTU DAN TEMPAT …………..……….. 34
D. POPULASI DAN SAMPEL …………..……….. 34
E. VARIABEL PENELITIAN ………..………... 35
F. TEHNIK PENGAMBILAN SAMPEL …...……….……… 36
H. INTRUMEN PENELITIAN ………... 37
I. METODE ANALISIS DATA ………. 41
1. Analisis Kuantitatif ………... 41
2. Analisis Kualitatif ………...……. 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ….……….. 48
A. HASIL ANALISIS DATA KUANTITATIF..…... 48
1. Hasil Belajar Siswa Pokok Bahasan Getaran dan Gelombang.. 48
2. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Yang Dicapai Dalam Pembelajaran Menggunakan Media Komik Fisika Pada Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Getaran dan Gelombang…... 51
B. HASIL ANALISIS DATA KUALITATIF...……... 54
3. Perubahan Konsep dan Peningkatan Pemahaman ………... 54
4. Kuesioner Minat.……….……… 73
BAB V PENUTUP………. 75
A. KESIMPULAN ………….……….. 75
B. SARAN ……….………... 75
DAFTAR PUSTAKA ………….………... 77
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Interval Skor ………... 39
Tabel 2. Variasi Jawaban …….………... 41
Tabel 3. PemahamanSetiapKonsep ……….. 41
Tabel 4. Kualifikasi Pemahaman setiap Konsep……….. 42
Tabel 5. Kualifikasi Pemahaman Siswa yang menjawab tidak lengkap dan salah ………. 43
Tabel 6. Kualifikasi Minat Siswa ………... 43
Tabel 7. Kualifikasi Minat Siswa ………... 44
Tabel 8. Kualifikasi Minat Siswa ………... 44
Tabel 9. Tingkat Minat Siswa ……….. 44
Tabel 10. Frekuensi dan Prosentase Hasil Pre-Test Getaran I.……... 49
Tabel 11. Frekuensi dan Prosentase Hasil Post-Test Getaran I ... 49
Tabel 12. Frekuensi dan Prosentase Hasil Pre-Test Getaran II ….. 50
Tabel 13. Frekuensi dan Prosentase Hasil Post-Test Getaran II ... 51
Tabel 14. Frekuensi dan Prosentase Hasil Pre-Test Gelombang ... 51
Tabel 15. Frekuensi dan prosentase Hasil Post-test Gelombang…….. 52
Tabel 16. Pemahaman konsep untuk pokok bahasan Getaran I ……... 55
Tabel 17. Kualifikasi Pemahaman Tiap Konsep Untuk Pokok bahasan Getaran I ……….. 56
Tabel 19. Pemahaman konsep untuk pokok bahasan Getaran II …….. 60
Tabel 20. Kualifikasi Pemahaman tiap Konsep Untuk Pokok Bahasan
Getaran II ……….. 61
Tabel 21. Kualifikasi Pemahaman konsep siswa untuk jawaban tidak
lengkap dan salah untuk pokok bahasan Getaran II………. 61
Tabel 22. Pemahaman konsep untuk pokok bahasan Gelombang …... 65
Tabel 23. Kualifikasi Pemahaman tiap konsep untuk pokok bahasan
Gelombang ………... 65
Tabel 24. Kualifikasi Pemahaman konsep siswa untuk jawaban tidak
lengkap dan salah untuk pokok bahasan Gelombang……… 66
Tabel 25. Tingkat Minat Siswa Kelas VIIIA……… 74
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin dari Kampus………... 79
Lampiran 2 Surat Keterangan telah melakukan Penelitian dari SMP Pancasila Ceper ..………. 80
Lampiran 3 Soal Pre-test I (Getaran)………. 81
Lampiran 4 Soal Pre-Test II (Getaran) ………. 82
Lampiran 5 Soal Post-Test I (Getaran) ………. 83
Lampiran 6 Soal Post-Test II (Getaran) ………... 84
Lampiran 7 Soal Pre-Test (Gelombang) ……….. 85
Lampiran 8 Soal Post-Test (Gelombang) ………. 86
Lampiran 9 Soal Kuesioner Pembelajaran ………... 87
Lampiran 10 Rencana Pembelajaran ………. 89
Lampiran 11 Komik Fisika ……….... 105
Lampiran 12 Tabel data Pre-Test dan Post-Test Siswa (Pokok Bahasan Getaran) ………... 121
Lampiran 13 Tabel data pretest dan post-test siswa (Pokok Bahasan Getaran) ………. . 124
Lampiran 14 Tabel Data Pre-Test Dan Pos-Test Siswa (Pokok Bahasan Gelombang) ……….. 127
Lampiran 16 Tabel variasi jawaban siswa dalam mengerjakan soal
post-test I (Getaran I)………...……… 131
Lampiran 17 Tabel variasi jawaban siswa dalam mengerjakan soal pre-test II (Getaran II) …..………... 132
Lampiran 18 Tabel variasi jawaban siswa dalam mengerjakan soal post-test II (Getaran II) …..……….. 134
Lampiran 19 Tabel variasi jawaban siswa dalam mengerjakan soal pre-test (Gelombang) ..………. 136
Lampiran 20 Tabel Variasi Jawaban Siswa Dalam Mengerjakan Soal Post-Test (Gelombang) …...……… 139
Lampiran 21 Uji T Untuk soal Pre-Test dan Post-test ……….. 141
Lampiran 22 Data Kuesioner ……… 144
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, bisa dikatakan bahwa kualitas pembelajaran fisika merosot
terutama di sekolah menengah. Euwe van de Berg (1991) bahwa di dalam maupun
di luar negeri pembelajaran fisika dirasa sangat mengecewakan dan para alumni
sekolah menengah seakan-akan belum pernah mempelajari fisika sebelumnya.
Banyak isu bahwa pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang kurang
diminati oleh para siswa tingkat SMP atau SMA. Salah satu penyebabnya adalah
cara penyajian materi fisika di kelas yang kurang menarik perhatian siswa. Oleh
karena itu, perlu dicari pola pembelajaran fisika yang menarik perhatian siswa dan
mempermudah pemahamannya. Selain itu, siswa dapat mempersiapkan dirinya
untuk mengembangkan kemampuannya secara mandiri.
Dalam pengajaran fisika di sekolah, aspek pemahaman suatu konsep
merupakan hal yang penting yang harus dimiliki siswa. Penggunaan alat-alat
peraga (media pembelajaran) yang tepat dalam pengajaran fisika di SMP
tampaknya tidak diragukan lagi dalam peningkatan pemahaman konsep.
Walaupun demikian, penggunaan alat peraga banyak mengalami kendala dalam
pelaksanaannya, misalnya pengadaan alat peraga atau media, waktu pengajaran
yang relatif lebih lama, memerlukan keterampilan guru dalam menggunakan alat
tersebut. Selain itu, masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah
Metode ceramah kemungkinan besar menyebabkan siswa tidak berminat
dan sukar dalam belajar fisika. Metode pembelajaran fisika dengan ceramah
seharusnya dipadukan dengan metode yang lebih meningkatkan keaktifan siswa
dalam proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu, siswa akan memperoleh
pengalaman secara langsung, serta lebih mengembangkan pemahaman siswa
dalam belajar fisika. Dengan usaha yang intensif tersebut, maka fisika akan
dipandang sebagai pelajaran yang menarik dan mudah untuk dipahami. Salah satu
cara atau alternatif untuk membuat siswa tertarik serta menyukai fisika adalah
pembelajaran fisika dengan metode model komik fisika.
Proses belajar mengajar ilmu pengetahuan alam khususnya fisika dapat
disampaikan dengan menggunakan figur - figur kartun yang hampir setiap hari
dijumpai oleh siswa, misalnya tayangan televisi. Disamping itu, figur-figur
tersebut sering dijumpai dalam cerita-cerita komik yang ada dalam lingkup
pergaulan siswa. Komik mempunyai daya tarik tersendiri bagi siswa untuk dapat
menerima dan memahami isi komik tersebut melalui gambar-gambar yang
ditonjolkan. Dalam hal ini, kita akan memadukan antara konsep - konsep fisika
dengan daya tarik komik yang berisikan gambar - gambar kartun sederhana.
Dengan demikian, kita dapat mengetahui apakah dengan media ini mempengaruhi
proses penerimaan konsep yang dituangkan melalui komik fisika ini. Media
kartun dalam bentuk komik merupakan media yang cukup unik dan dapat menarik
perhatian siswa sehingga diharapkan media ini dapat meningkatkan pemahaman
enyukai mata pelajaran ini dan dapat menghilangkan asumsi bahwa fisika adalah
pelajaran yang menyeramkan.
Menurut Hanggar Budi Prasetyo seperti yang telah dikutip oleh Rini
Rosilawati (1996: 10), kartun sebagai media pengajaran fisika adalah kartun yang
secara implisit memuat materi-materi fisika baik gambar-gambarnya saja atau
dialog - dialognya atau bahkan keduanya. Jadi kartun dalam pengajaran fisika
dapat berisi konsep fisika yang diharapkan siswa dapat mengungkapkan
pendapatnya tentang komik yang digunakan sebagai media pengajaran fisika.
Media yang dibuat dengan model komik diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman siswa karena gambar yang ditampilkan disertai unsur humor. Media
dengan model komik memungkinkan siswa untuk lebih memahami makna,
informasi atau pesan yang disampaikan dalam bentuk gambar, karena informasi
yang dibuat secara kartun dengan dialog-dialog yang berunsurkan humor dapat
menggambarkan suatu kesan tersendiri bagi siswa yang membacanya sehingga
mereka mudah mengingat apa yang telah mereka baca. Dengan menggunakan
model komik ini, maka dapat menumbuhkan sikap belajar mandiri bagi siswa
yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Di dalam pembelajaran fisika,
sebagai seorang guru tidak harus memberikan ceramah atau memberikan
catatan-catatan yang mungkin tidak begitu penting untuk siswa, kecuali siswa tersebut
tidak mempunyai buku catatan. Di dalam proses pembelajaran, kita harus mampu
membuat para siswa lebih aktif dalam proses belajar dan membuat siswa tersebut
fasilitator yang bertugas mengarahkan dan membimbing mereka dalam proses
belajar mengajar, bukan menjadi pusat dari proses itu.
Akan tetapi, bukan berarti seorang guru fisika harus menjadi seorang
pelawak di depan kelas yang terlalu sering melontarkan gurauan-gurauan dan
humor-humor. Guru harus dapat mengusahakan agar siswa mempunyai
interpretasi terhadap kartun tersebut, sehingga aktivitas yang bermakna dapat
terlihat di dalam kelas itu. Guru dapat mengundang siswa untuk memperagakan
apa yang telah mereka lihat di dalam komik, kemudian mencari kesimpulan
bersama dari konsep-konsep fisika yang ditemukan dalam komik tersebut.
Pada saat ini, buku-buku panduan fisika dari berbagai percetakan mulai
banyak beredar dan dapat dijumpai di mana-mana. Akan tetapi, seringkali
dipertanyakan apakah siswa mampu memahami informasi yang mereka dapat dari
buku-buku itu. Di sisi lain, pemerintah mengusahakan peningkatan prestasi
belajar fisika dengan menghidupkan kegiatan di sanggar-sanggar pemantapan
kerja guru. Di sanggar inilah, guru dapat memperoleh pengetahuan metode
mengajar terutama petunjuk-petunjuk untuk meningkatkan kualitas diri dan anak
didiknya.
Penelitian ini akan mengkaji efektifitas penggunaan komik yang isinya
dipadukan dengan konsep-konsep fisika dalam hubungannya dengan ketertarikan
siswa terhadap mata pelajaran fisika di sekolah didalam pokok bahasan
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang ada di atas, maka dapat diidentifikasikan
berbagai masalah sebagai berikut:
1. Pemahaman siswa dalam belajar fisika masih relatif rendah dibandingkan
dengan mata pelajaran lain. Salah satu penyebabnya adalah cara penyajian
materi yang kurang menarik bagi siswa sehingga fisika menjadi pelajaran
yang sulit dipahami oleh sebagian besar siswa. Oleh karena itu, metode
pembelajaran fisika seperti apa yang menarik dan mudah dipahami oleh
siswa?
2. Perlunya penggunaan media-media lain yang mampu menarik siswa dalam
pengajaran fisika. Namun dalam prakteknya guru masih berpedoman pada
media-media yang sudah ada, sehingga guru fisika jarang menggunakan
media lain yang mampu menarik perhatian siswa. Media seperti apa yang
dapat diusahakan oleh guru sehingga dapat membuat siswa tertarik terhadap
fisika.
3. Selama ini masih banyak guru yang hanya menggunakan metode ceramah
dalam pengajaran fisika. Padahal metode ini menyebabkan siswa kurang
aktif dalam kegiatan belajar mengajar dikelas. Akibatnya siswa kurang
memahami pelajaran fisika karena penyajiannya kurang menarik sehingga
konsep fisika yang diajarkan sulit diterima oleh siswa. Kendala-kendala apa
yang menyebabkan guru fisika lebih menggunakan metode ceramah dari
4. Pada saat ini banyak beredar buku panduan fisika dari berbagai penerbit
dengan isi yang hampir sama, apakah buku-buku tersebut dapat secara
efektif digunakan dalam proses belajar dan apakah siswa dapat memahami
informasi yang terdapat dalam buku-buku itu dengan mudah?
5. Komik fisika dapat digunakan sebagai media alternatif yang dapat
membantu guru dalam pengajaran fisika. Apakah penggunaan media komik
ini efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa?
6. Penggunaan media pengajaran fisika dengan model komik fisika
merupakan metode yang di dalamnya berisi unsur gambar kartun yang lucu
dan menonjol. Apakah media ini dapat membantu siswa untuk mencerna
konsep-konsep fisika yang terkandung di dalamnya sehingga dapat dengan
mudah memahamimya?
7. Apakah dengan komik ini, siswa dapat merasa tertarik untuk mempelajari
fisika serta mulai menyukai pelajaran ini?
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka dapat diketahui berbagi jenis masalah
yang ada dalam mempelajari fisika. Namun dalam penelitian ini, masalah-
masalah itu hanya dibatasi pada proses belajar fisika dengan metode komik fisika
yang dipakai dalam proses belajar fisika pada pokok bahasan GETARAN dan
D. Perumusan Masalah
Setelah mengidentifikasi masalah dan menentukan pembatasan masalah,
maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah konsep awal siswa tentang Getaran dan Gelombang.
2. Apakah ada miskonsepsi yang dialami oleh siswa selama proses
pembelajaran mengenai pokok bahasan Getaran dan Gelombang.
3. Apakah ada perubahan konsep yang diterima oleh siswa mengenai pokok
bahasan Getaran dan Gelombang apakah :
a) Dari kurang lengkap menjadi lebih lengkap.
b) Dari yang salah menjadi benar.
4. Apakah ada peningkatan prestasi belajar belajar yang diperoleh dari pre –
test dan post – test.
5. Bagaimana minat siswa mengenai pembelajaran fisika dengan
menggunakan metode komik fisika ini.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan bahwa tujuan
penelitian ini adalah : “Mengetahui peningkatan pemahaman belajar siswa dalam
pembelajaran fisika yang menggunakan komik fisika sebagai metode
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
menggunakan model komik fisika untuk mengajar di kelas.
2. Bagi siswa, komik fisika diharapkan dapat menjadi media pembelajaran
yang dapat mengembangkan pemahaman siswa terhadap pelajaran fisika,
sehingga dapat timbul perasaan senang pada pelajaran ini. Pada akhirnya,
siswa dapat menghilangkan perasaan takut pada pelajaran ini dan dapat
berusaha untuk meningkatkan prestasi mereka dalam pelajaran ini.
3. Bagi peneliti, dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengalaman tentang dunia pendidikan sebelum terjun secara
langsung di bidang pendidikan.
4. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
informasi dan kajian ulang sehingga terdorong untuk melakukan penelitian
BAB II
DASAR TEORI
A. Hakikat Fisika
Fisika adalah salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (Sains ).
Oleh karena itu, hakikat fisika dapat ditinjau dan di pahami melalui hakekat sains.
Beberapa saintis, antara lain Fisher, Conant, Campbell, Bube, M.T.Zen, Carin dan
Sund, dan Dawson seperti yang dikutip oleh Kartika Budi (1998:161), mencoba
mendefinisikan sains sebagai berikut.
Menurut Conant sains adalah deretan atau bangunan dari konsep dan
skema konseptual yang saling berhubungan sebagai hasil dari eksperimentasi dan
observasi, yang berguna dan bernilai untuk eksperimentasi dan observasi
selanjutnya (Kuslan dan Stone, 1978).
Menurut Fisher (1975) sains adalah bangunan pengetahuan yang diperoleh
menggunakan metode berdasarkan observasi. Menurut Campbell sains adalah
ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan praktis dan cara atau metode untuk
memperolehnya. Menurut Bube sains adalah pengetahuan tentang alam yang
diperoleh melalui interaksi dengannya.
Menurut Zen(1984), sains adalah suatu eksplorasi ke alam materi
berdasarkan observasi, dan yang mencari hubungan - hubungan alamiah yang
Menurut Carin dan Sund(1989), sains adalah suatu sistem untuk
memahami semesta melalui data yang dikumpulkan melalui observasi atau
ekperimentasi yang dikontrol.
Sedangkan menurut Dawson sains adalah aktivitas pemecahan masalah
oleh manusia yang termotivasi oleh keingintahuan akan alam disekelilingnya dan
keinginan untuk memahami, menguasai, dan mengolahnya demi memenuhi
kebutuhan.
Yang merupakan aspek penting dari sains menurut definisi - definisi diatas
adalah aspek proses, sikap sains dan produk sains. Yang merupakan proses sains
adalah eksperimen yang meliputi penemuan masalah dan perumusannya,
perumusan hipotesis, merancang percobaan, melakukan pengukuran, menganalisis
data dan menarik kesimpulan (Sund,1982). Sedangkan produk sains adalah
bangunan sistematis pengetahuan / body of knowlegne (Carin dan Sund,1989
dalam Kartika Budi, 1998) sebagai hasil dari proses yang dilakukan oleh para
saintis.
Sebagai salah satu dari produk sains yaitu fisika terdiri atas berbagai fakta,
konsep, hukum, teori, dan prinsip (Carin dan Sund,1989 dalam Kartika
Budi,1998) yang terorganisasi secara sistematis yang membentuk body of
knowlegde atau conseptual scheme. Fakta adalah sesuatu yang telah atau yang
sedang terjadi yang dapat berupa keadaan, sifat, atau peristiwa, sedangkan konsep
adalah suatu ide yang merupakan generalisasi dari berbagai peristiwa atau
dinyatakan dengan istilah atau simbol tertentu yang dapat diterima sesuai dengan
budaya setempat.
Konsep mengacu pada obyek (benda-benda), peristiwa, keadaan, sifat,
kondisi, ciri, dan atribut yang lekat dengan suatu obyek (Bred Ted,1991 dalam
Kartika Budi, 1998;162) yang pada umumnya menjadi obyek kajian dalam proses
pelajaran fisika, penelitian, dan penerapannya untuk berbagai kepentingan. Dalam
fisika dapat disebutkan sederetan panjang konsep seperti cahaya, lembab, getaran,
elektron, kecepatan relatif, waktu paruh, momentum sudut, bilangan kuantum, dan
sebagainya. Seseorang yang membangun pengetahuan atau struktur kognitif,
mencoba menangkap makna dari konsep-konsep yang dipelajarinya dengan
membangun konsepsi, yaitu gambaran dalam pikirannya atau gambaran mental,
yang merupakan jawaban atas pertanyaan; apa sebenarnya konsep itu? Oleh
karena tidak mengherankan bila ada satu konsep yang memiliki beberapa definisi,
karena definisi mengacu pada makna yang ditangkap oleh orang yang
membangun struktur kognitif, yang bergantung pada tingkat pendidikan, aspek
yang diperhatikan, dan peruntukannya. Perbedaan konsepsi itu dapat disebabkan
oleh perbedaan proses pembentukan, tingkat pendidikan, aspek yang ditonjolkan,
sudut pandang, konsep lain yang melatarbelakanginya, atau perbedaan tujuannya.
Perbedaan - perbedaan inilah yang memungkinkan munculnya apa yang disebut
dengan salah konsepsi.
Dari penjelasan tentang berbagai aspek sains diatas, maka dapat kita
satu kesatuan, dan dapat digambarkan seperti pada skema sebagai berikut (Kartika
Budi,1998):
m menghasilkan
mendorong
melandasi menumbuhkan membentuk
Skema tersebut menjelaskan bahwa proses sains yang dilandasi sikap sains
seperti perasaan ingin tau, disiplin, dan tanggung jawab akan memperoleh hasil
sains. Hasil sains yang didukung oleh sikap, misalnya menyadari keterbatasan
dalam penemuan keilmuan akan mendorong proses sains dan hasil sains yang
diperlukan dalam proses sains berikutnya untuk menghasilkan produk sains yang
baru.
B. Hakikat Pembelajaran Fisika
Proses pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses komunikasi
antara guru dengan siswa serta antar siswa dalam perubahan sikap. Menurut
Winkel,W.S. (1984:14)menyatakan bahwa belajar adalah suau proses psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungannya yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
ketrampilan dan sikap yang bersikap konstan/menetap.Penjelasan serupa juga
diberikan oleh H.C Witherington(1982:7) yang menekankan bahwa perbuatan
belajar mengandung semacam perubahan dalam diri seseorang yang melakukan
perbuatan belajar itu. Perubahan ini dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan,
PROSES SAINS HASIL SAINS
suatu kebiasaan, suatu sikap, suatu pengertian, sebagai pengetahuan dan
apresiasi(penerimaan atau pemahaman).
Obyek alam yang telah menjadi bidang telaah fisika adalah tentang zat dan
energi dalam segala bentuk manifestasinya. Fisika lahir dan berkembang dari hasil
observasi dan eksperimentasi. Suatu masalah dalam fisika yang sudah berhasil
dipecahkan akan akan menghasilkan masalah baru dan meminta dipecahkan lagi
demikian seterusnya sehingga fisika terus berkembang secara dinamis, akibatnya
konsep, prinsip maupun teori fisika juga bertambah.
Belajar fisika adalah mempelajari pengetahuan yang berupa fakta , konsep,
prinsip, hukum, dan teori fisika. Selain mendengarkan informasi dan mempelajari
fakta, belajar fisika dapat berupa mencari sendiri, merumuskan definisi sendiri,
dan merumuskan persamaan matematisnya, membuktikan sendiri keberadaanya,
dan mencoba sendiri menerapkan konsep, prinsip, hukum, dan teori yang
diperoleh untuk menyelesaikan masalah fisika.
Mengajar adalah suatu proses membantu orang lain untuk membentuk dan
membangun pengetahuannya sendiri. Mengajar bukanlah transfer pengetahuan
dari orang yang sudah tahu kepada orang yang belum tahu, melainkan membantu
seseorang agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui kegiatannya
dalam fenomena dan obyek yang ingin diketahui ( Suparno,1997:71-72). Dalam
mengajar fisika guru berperan sebagai fasilitator dan mediator yang membantu
belajar siswa. Tugas guru dalam proses ini lebih menjadi mitra siswa, dimana
proses, guru hanya sebagai fasilitator untuk membimbing siswa dalam
membangun pengetahuan secara mandiri.
Fisika merupakan disiplin ilmu yang merupakan cabang dari IPA sehingga
karakteristik fisika juga merupakan karakteristik IPA. Menurut Moh Amien
(1987:24) karakteristik IPA mempunyai 3 ciri utama yakni mempunyai proses
ilmiah, sikap ilmiah dan produk ilmiah. Hal ini berarti bahwa konsep IPA
diperoleh berdasarkan proses observasi, eksperimentasi, dan analisis yang
rasional. Konsekuensi logis dari pernyataan tersebut adalah fisika merupakan
proses dan produk yang saling berkaitan. Oleh karena itu dalam mempelajari
fisika disamping mendengarkan lewat ceramah atau membaca buku teks juga
harus disertai dengan keaktifan atau proses untuk mengalami dan menemukan
sendiri. Hidayati(1990:9) menyatakan bahwa pada hakekatnya fisika adalah ilmu
pengetahuan yang bertujuan untuk mempelajari komponen-komponen materi dan
interaksi timbal balik antara materi - materi, komponen - komponen tersebut.
Dalam mempelajari intereksi antara materi ini para ilmuan fisika mengadakan
observasi dan eksperimentasi. Ini berarti bahwa fisika memiliki aspek penting
yaitu pengetahuan yang berwujud informasi - informasi ilmiah dan metode ilmiah.
Sumadji yang dikutip oleh Albertus (1995:11) menyatakan bahwa
pendidikan fisika mempunyai kedudukan yang sangat penting, yang dapat ditinjau
dari berbagai segi, diantaranya (a) segi intelektual, yaitu melatih anak berfikir
logis dan kritis; (b) segi sikap yaitu memupuk sikap ilmiah pada anak seperti
sikap obyektif, sikap terbuka dan sebagainya; (c) segi minat, yaitu memupuk
khususnya fisika adalah menanamkan dan mengembangkan sikap kritis dan
obyektif terhadap timbulnya gejala alam serta menyusunnya dalam sruktur
pemahaman yang abstrak. Ciri pengajaran ini menunjukkan bahwa pada
penerapannya memerlukan penanganan yang cermat.
Pembelajaran meliputi dua hal utama yaitu belajar dan mengajar. Belajar
dan mengajar merupakan suatu proses yang sangat penting karena didalamnya
mengandung hubungan atau interaksi antara guru sebagai pengajar dan anak didik
sebagai subyek dan obyek dari kegiatan pembelajaran.
C. Konstruktivisme
Istilah konstruktivisme sering muncul dalam literatur miskonsepsi yang
kita jumpai, tetapi artinya berbeda-beda. Konstruktivisme dapat menunjukkan
suatu aliran dalam filsafat ilmu, suatu golongan teori belajar, sejumlah strategi
mengajar. Banyak peneliti menganggap dirinya “konstruktivis”, tetapi
pendapat-pendapat mereka mengenai proses belajar mengajar berbeda-beda.
Cukup lama diterima bahwa pengetahuan harus merupakan representasi
(ungkapan atau gambaran) kenyataan dunia yang terlepas dari pengamatan
(obyektivisme). Ilmu pengetahuan dianggap sebagai kumpulam fakta dan realita.
Namun dewasa ini, terlebih dalam bidang sains, diterima bahwa ilmu pengetahuan
tidak lepas dari subyek yang sedang belajar mengerti. Pengetahuan dianggap lebih
sebagai suatu proses pembentukan (konstruksi) yang dilakukan secara terus
menerus, akan selalu berkembang dan berubah. Konsep-konsep yang dahulu
Newton dalam ilmu fisika, ternyata harus diubah karena tidak dapat lagi
memberikan penjelasan yang memadai. Menurut Piaget (1970 ;1971) yang dkutip
oleh Paul Suparno(1997:18), sejarah revolusi sains menunjukkan perubahan
konsep - konsep pengetahuan yang penting.
Konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri
(Von Glaserveld dalam Battencourt, 1989 dan Matthews, 1994 dalam Suparno
1997: 18 ). Menurut Von Glaserveld (Suparno 1997 :18) menyatakan bahwa
pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan
bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu
merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan
seseorang. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep dan struktur
pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan (Bettencourt,1989 dalam
Suparno 1997). Maka pengetahuan bukanlah tentang dunia lepas dari pengamat
tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau
dunia sejauh dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus-menerus dengan
setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru
(Piaget, 1971). Para konstruktivis menjelaskan bahwa satu-satunya alat / sarana
yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah indranya.
Seseorang berinteraksi dengan obyek dan lingkungan dengan melihat, mendengar,
menjamah, mencium dan merasakannya. Dari indra yang dimiliki oleh manusia
tersebut seseorang mampu membangun gambaran dunianya. Misalkan, dengan
gambaran pengetahuan tentang air. Para konstuktivis percaya bahwa pengetahuan
itu ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari seorang guru kepada muridnya. Murid sendirilah
yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap
pengalaman-pengalaman mereka (Lorsbach dan Tobin, 1992 dalam Suparno,
1997 ). Tampak bawa pengetahuan labih menunjuk pada pengalaman seseorang
akan dunia daripada dunia itu sendiri. Tanpa pengalaman itu, seseorang tidak
dapat membentuk pengetahuan. Pengalaman tidak harus diartikan sebagai
pengalaman fisik, tetapi juga dapat diartikan sebagai pengalaman kognitif dan
mental.
Von Glaserveld menekankan bahwa pengetahuan itu dibentuk oleh
struktur konsepsi seseorang sewaktu dia berinteraksi dengan lingkungannya.
Pertama bila kita berbicara tentang diri kita sendiri, lingkungan menunjuk pada
keseluruhan obyek dan seluruh relasinya yang kita abstraksikan dari pengalaman.
Kedua bila kita memfokuskan diri pada sesuatu hal tertentu, lingkungan menunjuk
pada sekeliling hal itu yang telah kita isolasikan. Dalam hal ini, baik hal itu
maupun sekelilingnya merupakan lingkup pengalaman diri kita sendiri, bukan
dunia obyektif yang lepas dari pengamat(von Glaserveld, 1996 dalam Suparno,
1997: 19).
Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja dari
pikiran yang memiliki pengetahuan ke pikiran yang belum memiliki pengetahuan.
Bahkan bila seorang guru bermaksud menstranfer konsep, ide, dan pengertiannya
dikonstuksikan oleh si murid lewat pengalamannya (Glaseraveld dan Bettencourt,
1989 dalam Suparno,1997:20). Banyaknya siswa yang sudah menangkap apa
yang diajarkan oleh gurunya menunjukkan bahwa pengetahuan itu tidak begitu
saja dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan atau paling sedikit
diinterprestasikan sendiri oleh siswa. Dalam proses konstruksi ini, menurut Von
Glaserveld seperi yang dikutip oleh Suparno(1997; 20), diperlukan kemampuan
sebagai berikut : (1) kemampuan mengingat dan mengungkap kembali
pengalaman, (2) kemampuan membandingkan, mengambil keputusan mengenai
persamaan dan perbedaan, dan (3) kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman
yang satu dari pada yang lain. Kemampuan mengingat dan mengungkap kembali
pengalaman sangat penting karena pengalaman dibentuk berdasarkan interaksi
dengan pengalaman-pengalaman tersebut. Kemampuan membandingkan sangat
penting karena untuk dapat menarik sifat yang lebih umum dari
pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk dapat
membuat klarifikasi dan membangun suatu pengetahuan. Karena kadang
seseorang lebih menyukai pengalaman tertentu daripada yang lain, maka
munculah soal nilai dari pengetahuan yang kita bentuk.
Piaget (1970) seperti yang dikutip oleh Suparno (1997:20) membedakan
dua aspek berfikir dalam pembentukan pengetahuan ini: (1) aspek figuratif dan (2)
aspek operatif. Aspek berfikir figuratif adalah imajinasi keadaan sesaat dan statis.
Ini mencakup persepsi, imajinasi dan gambaran mental seseorang terhadap suatu
obyek atau fenomena. Aspek berfikir operatif lebih berkaitan dengan trasformasi
transformasi. Setiap level keadaan dapat dimengerti sebagai akibat dari
transformasi tertentu atau sebagai titik tolak bagi transformasi lain. Dengan kata
lain, aspek lebih esensial dari berfikir adalah aspek opertif. Berfikir operatif inilah
yang memungkinkan seseorang untuk mengembangkan pengetahuannya dari
suatu level tertentu ke level yang lebih tinggi. Dengan demikian timbul suatu
pertanyaan mengapa kita perlu mengkonstuksikan ilmu pengetahuan? Menurut
Shapiro (1994) seperti yang dikutip oleh Suparno ( 1997 :21), tujuan mengetahui
sesuatu bukanlah untuk menemukan realitas. Tujuannya lebih adaptif, yaitu untuk
mengorganisasikan “pengetahuan “ yang cocok dengan pengalaman hidup
manusia, sehingga dapat digunakan bila berhadapan dengan tantangan dan
pengalaman-pengalaman baru. Secara ringkas gagasan konstruktivisme mengenai
pengetahuan dapat dirangkum sebagai berikut (von Glaserveld dan Kitchener,
1987).
1. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan balaka
tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subyek.
2. Subyek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang
perlu untuk pengetahuan.
3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur
konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam
D. Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan Media Komik Fisika
Melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar yang efektif merupakan
harapan yang selalu diinginkan oleh para guru. Untuk mencapai harapan tersebut,
seorang guru harus menguasai materi pelajaran dengan baik dan dapat
menggunakan strategi yang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran kepada
siswa. Supaya dapat menyampaikan materi pelajaran tersebut dengan baik maka
guru harus menggunakan media pengajaran yang efektif dan tepat guna.
Menurut Elida (1989;12), ”Metode mengajar yang dapat menggairahkan
dan mampu meningkatkan pemahaman siswa adalah yang mengikutsertakan siswa
secara aktif dalam belajar”. Media pengajaran dapat berfungsi untuk mendorong
siswa dalam belajar dengan minat dan kegairahan yang tinggi apabila media
pengajaran itu dipilih sesuai dengan karakteristik siswa.
Menurut John D.Latuheru(1988:14)bahwa ”Media pembelajaran adalah
semua alat (bantu) atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar dan
mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan pembelajaran dari sumber
(guru maupun lain) kepada penerima (dalam hal ini anak didik atau warga
belajar)”. Lebih lanjut John mengemukakan bahwa pesan (informasi) yang
disampaikan melalui media, dalam bentuk materi pengajaran itu harus dapat
diterima oleh penerima pesan (siswa), dengan salah satu atau gabungan beberapa
alat indera mereka. Sedangkan menurut Arif S. Sadiman (1990:34), media
pengajaran adalah segala sesuatu (buku,majalah,LKS,dan lain sebagainya) yang
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan saat ini merangsang
guru fisika dalam hal penguasaan materi fisika dan cara menyajikannya. Mereka
dapat mencari metode penyajian materi yang lebih mengaktifkan dan
meningkatkan pemahaman dalam belajar siswa. Dalam proses belajar mengajar
menekankan proses belajar siswa secara mandiri dan bisa lebih aktif dalam
belajar. Peran guru disini tidak dituntut seperti pada kurikulum sebelumnya
dimana guru harus menjelaskan, memberi catatan, berceramah dan bisa dikatakan
guru lebih aktif dari pada siswa. Disini guru berperan sebagai mediator dan
fasilitator, jadi guru disini tidak harus terus-menerus menyuapi siswa dengan
materi yang tidak begitu perlu disampaikan.
Media kartun termasuk kedalam media visual dapat digunakan sebagai
alat bantu dalam pengajaran, tidak terkecuali pengajaran fisika. Kartun sebagai
alat bantu dapat disajikan kedalam buku fisika (komik fisika) karena praktis,
mudah dipahami dan cepat dikenal serta dibaca. Karena penyajiannya yang
bernuansa humor, maka gambar-gambar kartun menjadi sesuatu yang sangat
menarik dan diminati oleh anak-anak dan bahkan dewasa.
Hendro Darmojo (1993:16)menyatakan bahwa gambar yang baik untuk
buku pelajaran adalah yang dapat menyampaikan pesan atau isi dari gambar
tersebut secara efektif terhadap pembacanya. Siswa mungkin senang melihat
gambar-gambar kartun yang bagus tetapi belum tentu menangkap maksud dari
pesan dari gambar itu secara keseluruhan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
penggunaan buku fisika model kartun (komik fisika) diharapkan dapat
menumbuhkan minat siswa akan konsep-konsep fisika yang di sampaikan.
E. Konsep Getaran
Didalam penelitian ini konsep yang akan disampaikan kedalam komik
fisika adalah GETARAN dan GELOMBANG Mengapa pokok bahasan ini
disampaikan, hal ini dikarenakan oleh waktu penelitian yang bersamaan dengan
rencana pembelajaran guru mata pelajaran disekolah ini.
1. Pengertian Getaran.
Suatu benda bergerak dimana gerakan tersebut berupa gerakan bolak-balik
pada suatu garis lurus maka benda tersebut dapat dikatakan melakukan getaran.
Suatu benda yang bergetar melalui suatu kedudukan yang terletak ditengah antara
gerak bolak-baliknya, maka pada kedudukan ini benda dalam keadaan seimbang.
Sehingga, kedudukan ini disebut keadaan seimbang. Jadi getaran adalah gerak
bolak-balik melalui kedudukan yang seimbang.
2. Getaran Selaras Atau Getaran Harmonik.
Titik Keseimbangan
P O Q
Gambar diatas adalah gambar seutas tali yang digantungkan pada statif
dan pada ujung bawahnya digantungkan sebuah beban. Jika beban ditarik ke
samping kemudian dilepaskan, maka beban bergerak bolak-balikmelalui
kedudukan seimbangnya. Apabila massa tali diabaikan besar sudut simpangan
tali kecil maka ayunan pada beban disebut ayunan sederhana atau ayunan
matematis. Dari contoh diatas gerak bolak-balik pada ujung tali disebut getaran.
Karena getaran beban secara periodik maka disebut getaran selaras atau getaran
harmonik.
3. Pengertian Simpangan, Amplitudo, Periode Dan Frekuensi Getaran. Perhatikan gambar ayunan diatas. Simpangan merupakan jarak dimana suatu
beban ingin digerakkan dari kedudukan seimbang. Pada gambar tersebut
simpangannya yaitu jarak antara O ke P. Sedangkan amplitudo getaran yaitu
simpangan maksimum yang dicapai oleh suatu getaran.Yang merupakan
amplitudo dalam gambar tersebut yaitu pada saat beban di kedudukan di P dan Q.
Suatu getaran dikatakan melakukan sebuah getaran penuh apabila benda
bergerak dari satu titik dan kembali ke titik itu lagi dengan arah yang sama. Pada
gambar tersebut yang merupakan satu getaran yaitu beban bergerak dari titiok O,
gerak O-P-Q- O-P. Sedangkan waktu yang diperlukan oleh suatu benda untuk
melakukan satu getaran tersebut dinamakan dengan periode. Kemudian
banyaknya getaran tiap satu-satuan waktu disebut dengan frekuensi getaran.
Secara matematis hubungan antara periode dan frekuensi getaran dirumuskan:
f= 1/T atau T=1/f
F. GELOMBANG
1. Pengertian gelombang
Gelombang merupakan bentuk gejala alam yang sangat penting, karena
banyak gejala alam yang sesungguhnya adalah suatu bentuk gelombang. Misalnya
suara yang kita dengar dari radio, televisi yang kita tonton dan perambatan cahaya
adalah berkat dari perambatan gelombang. Banyak gejala yang berkaitan dengan
gelombang. Gelombang adalah getaran yang merambat sedangkan medium atau
zat perantaranya tetap. Peristiwa tersebut dapat diamati pada percobaaan slinki
maupun pada tali yang digetarkan dengan ujung tetap. Dapat juga kita amati pada
saat kita melemparkan batu pada permukaan air kolam akan terlihat adanya
gelombang –gelombang air yang berbentuk lingkaran. Didalam perambatannya
gelombang membawa energi. Hal ini dapat kita rasakan pada gelombang laut.
Bila kita berada dipantai kita akan merasakan adanya dorongan gelombang laut
pada kaki kita,bahkan bila gelombang cukup besar dapat menghanyutkan kita.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa gelombang adalah suatu bentuk
rambatan energi.
Gelombang dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a). Gelombang mekanik adalah gelombang yang perambatannya memerlukan
medium. Contohnya adalah gelombang bunyi yang dapat merambat pada zat
padat,cair ,maupun gas, tetapi tidak dapat merambat dalam ruang hampa
udara.Contoh yang lain adalah gelombang pada permukaan zat cair,gelombang
b). Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang tidak memerlukan
medium, gelombang ini dapat merambat pada ruang hampa. Contoh :gelombang
radio, sinar X, gelombang radar sinar Gama. Sifat-sifat gelombang
elektromagnetik:
1). Merambat tanpa zat perantara
2). Kecepatan rambat 3x 10 pangkat 8 m/ detik
3). Tidak dipengaruhi dalam medan magnet maupun medan listrik.
4). Selalu bersifat transversal.
2. Gelombang Transversal
Gelombang transversal adalah gelombang yang arah ramabatnya tegak lurus
dengan arah getarannya.Gelombang transversal berupa bukit dan lembah
gelombang, yang dapat digambarkan sebagai berikut:
b f
a b1 c d1 e f1 g h1 i
d h
Keterangan :
a). Satu gelombang terdiri dari satu lembah dan satu bukit, yaitu dari:a-b-c-d-e
b). Amplitudo : b-b1 atau d-d1 atau f-f1 atau h-h1
c). Panjang a-c-e atau panjang c-e-g disebut panjang satu gelombang dan
dilambangkan λ(lamda).
3. Gelombang Longitudinal
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya sama dengan
arah rambatnya.Untuk lebih jelasnya perhatika gambar dibawah ini:
rapatan renggangan rapatan renggangan
Sifat- sifat gelombang longitudinal, yaitu:
a.Gelombang longitudinal berupa rapatan dan renggangan.
b.Satu gelombang longitudinal terdiri dari dari satu rapatan dan satu renggangan.
c. Panjang gelombang adalah jarak antara dua rapatan atau dua renggangan yang
4.Hubungan antara panjang gelombang (λ),frekuensi (f) dan cepat rambat gelombang
a. Periode dan Frekuensi Gelombang
Banyaknya gelombang yang terjadi dalam setiap detik disebut dengan
frekuensi gelombang diberi lambang (f) yang dinyatakan dalam satuan Hertz
(Hz.Jika frekuensi gelombang 50 Hz maka gelombang yang terjadi adalah 50
gelombang setiap detik periodenya adalah 1/50 detik, sehingga hubungan antara f
dan t dapat dituliskan:
f : 1/T atau T : 1/f
b. Hubungan Antara Panjang Gelombang (λ), Frekuensi (f) Dan Cepat Rambat Gelombang
Jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu detik disebut
cepat rambat gelombang.Satuan cepat rambat gelombang adalah
m/detik.Hubungan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
v = λ x f atau λ = v/f atau f = v/λ
Keterangan:
v : cepat rambat gelombang (m/s)
λ : panjang gelombang (m)
5. Pemantulan Gelombang
Pemantulan gelombang tali pada ujung terikat gelombang datang aka
dipantulkan berlawanan fase, sehingga bukit gelombang akan dipantulkan
sebagai lembah gelombang demikian juga lembah gelombang akan dipantulkan
sebagai bukit gelombang.
Pemantulan gelombang pada tali ujung bebas merupakan kebalikan dari
pemantulan gelombang pada tali ujung terikat,gelombang datang dipantulkan
sefase, sehingga bukit gelombang tetap akan dipantulka sebagai bukit gelombang
dan lembah gelombang akan dipantulkan sebagai lembah gelombang.
Pemantulan gelombang pada permukaan air ketika mengenai dinding
penghalang serupa dengan pemantulan gelombang tali pada ujung yang
terikat,yaitu dipantulkan berlawanan fase.
6. Kaitan Gelombang Dengan Peristiwa Alam Berikut Pemanfaatannya
a. Peristiwa Kilat Atau Guntur
Kilat dan guntur terjadi pada saat bersamaan di awan.Kilat dari awan
disalurkan ke tanah atau awan lainnya oleh gelombang cahaya.sedangkan guntur
dari awan disalurkan ke tanah melalui gelombang bunyi.Kilat mengalirkan
gelombang listrik dengan kekuatan antara 10.000 hingga 40.000
amper.Gelombang itu dialirkan melalui saluran udara sempit,tetapi bisa mencapai
b. Gelombang Laut
Gelombang laut dapat dimanfaatkan karena gelombang laut menyimpan
energi. Dengan mengetahui tinggi gelombang , panjang gelombang, dan
periodenya, kita dapat menentukan besar energi yang dikandung gelombang , dan
merubahnya ke energi listrik.Lokasi potensial untuk membangun pusat
pembangkit tenaga gelombang laut adalah dilaut lepas dan di perairan
pantai.Salah satu contoh pusat pembangkit tenaga gelombang laut adalah di Bali
berukuran 1 MW.
c. Gelombang Seismik
Peristiwa alam yang juga berhubungan dengan gelombang dan sering
menimbulkan bencana adalah gempa bumi. Gempa bumi akan menimbulkan
gelombang seismik.
d. Radiasi Gelombang Elektromagnetik
Peristiwa alam yang setiap hari kita alami adalah radiasi gelombang
elektromagnetik yang dipancarkan oleh sinar matahari. Radiasi ini telah
dimanfaatkan dalam panel surya, yang mengkonversikan energi surya menjadi
menjadi energi kalor untuk memanaskan air, dan juga dimanfaatkan dalam sel
Radiasi gelombang elektromagnetik yang dikenal sebagai gelombang
micro(micro wave) dimanfaatkan untuk memasak makanan dalam kompor
microwave.
e. Gelombang Bunyi
Gelombang bunyi yang sering dimanfaatkan dalam tehnologi adalah
gelombang ultrasonik.Diantaranya adalah pada peralatan USG ( Ultrasonografi)
untuk memeriksa kanker hati dan melihat janin. Gelombang ultrasonik juga dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui kedalaman laut atau mengetahui kawanan ikan.
Keberadaan minyak bumi dalam tanah pun dapat diketahui dengan menggunakan
prinsip bahwa gelombang bunyi merambat dengan kecepatan yang berbeda saat
melalui lapisan tertentu.Para ahli biasanya mengguankan sonar untuk mangetahui
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Prosedur Penelitian.
Penelitian ini untuk mengetahui apakah metode Komik Fisika efektif
dipakai dalam kegiatan belajar mengajar pada konsep Getaran dan Gelombang di
kelas VIIIA dan VIIIB. Didalam melaksanakan penelitiananya, peneliti melalui
beberapa tahap sebagai berikut :
A.1. Ijin pada pihak Sekolah.
Sebelum melakukan kegiatan penelitian pada tanggal 25 Agustus
2006 peneliti meminta ijin pada pihak Sekolah dengan membawa
Surat Ijin Penelitian dari kampus, agar diijinkan untuk dapat
melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.
A.2. Pre-Test.
Untuk kedua kelas diberi Pre-Test dengan soal yang sama.Untuk
pokok bahasan Getaran Pre-test selalu diberikan setiap kali
pembelajaran dengan menggunakan Komik Fisika. Sedangkan pada
pokok bahasan Gelombang Pre-Test hanya diberikan sekali yaitu
pada sebelum pembelajaran Komik Fisika dimulai Hal ini
disebabkan karena keterbatasan waktu yang diberikan oleh pihak
A .3. Proses Belajar Mengajar.
Pada penelitian ini, peneliti dibantu oleh satu observer.
Observer ini bertugas untuk membantu mengarahkan siswa dalam
kelas selama proses pembelajaran berlangsung baik untuk kelas
VIIIA maupun kelas VIIIB.
Kegiatan belajar mengajar pada kelas tersebut melalui
langkah-langkah tersendiri. Langkah-langkah pembelajaran dengan
metode Komik Fisika adalah sebagai berikut :
a. Memberikan pre-test yang berhubungan dengan pokok bahasan yang akan
disampaikan
b. Membagikan / memberikan materi kepada siswa yang sudah dibuat dalam
bentuk komik fisika.
c. Memberikan waktu kepada siswa untuk membaca dan memahami isi komik
tersebut.
d. Membimbing dan mengarahkan siswa apabila menemui kesulitan disaat
proses pembelajaran berlangsung.
e. Memberikan pos-test kepada siswa untuk mengukur tingkat pemahaman
siswa dalam belajar dengan menggunakan komik fisika
Didalam pelaksanaannya ternyata waktu yang diperlukan dalam penelitian
lebih banyak dari pada desain yang telah dibuat. Untuk menyikapi hal ini, peneliti
memberikan komik kepada masing-masing siswa untuk dibawa pulang.Hal ini
diharapkan agar setiap siswa dapat mempelajarinya diluar jam pelajaran
A . 4. Post-Test dan Kuesiner Minat
Setelah proses pembelajaran usai kedua kelas tersebut diberi soal
Post-Test yang sama baik jumlah maupun bobotnya . Untuk pokok
bahasan Getaran salalu diberikan setiap kali pembelajaran dengan
menggunakan Komik Fisika tersebut usai. Sedang pada pokok
bahasan Gelombang Post-Test hanya hanya diberikan satu kali yaitu
pada akhir pembelajaran dengan Komik Fisika pokok bahasan
Gelombang selesai.
Untuk mengukur tingkat minat siswa selama mengikuti
pembelajaran fisika dengan menggunakan Komik Fisika, peneliti
memberikan kuesioner minat. Kuesiner ini berjumlah 7 yang
berisikan tentang jawaban-jawaban siswa selama mengikuti
pembelajaran ini.
A. 5. Analisis Data Penelitian.
Seletah proses pembelajaran dengan menggunakan komik Fisika ini
didapat data hasil belajar siswa dan minat belajar siswa selama
mengikuti pembelajaran ini. Data hasil belajar yaitu berupa data
Pre-Test dan data Post-Pre-Test sedangkan data minat belajar siswa berupa
jawaban-jawaban siswa dalam kuesioner minat Analisis data diolah
berdasarkan metode analisis data seperti yang tertulis pada sub bab
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen, kualitatif-kuantitatif.
Dikatakan penelitian ekperimen karena ada perlakuan terhadap subyek penelitian.
Dikatakan penelitian kuantitatif karena kesimpulan yang diambil berdasarkan
perhitungan statistika dan penelitian kualitatif karena kesimpulan mengenai
peningkatan pemahamannya disimpulkan secara kualitatif berdasarkan kualitas
jawaban subyek penelitian.
C. Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada :
Sekolah : SMP Pancasila Ceper, Klaten
Waktu : (1). 1 – 22 September 2006
(2). 22 Januari – 2 Februari 2007
Penelitian ini dilakukan 2 kali. Karena pada penelitian yang pertama
materi yang disampaikan cukup sederhana sehingga dilakukan penelitian yang
kedua dengan materi yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data
yang lebih spesifik dan lebih lengkap. Penelitian pertama yaitu pada pokok
bahasan Getaran dan penelitian yang kedua pada pokok bahasan Gelombang.
D. Populasi Dan Sampel
Penelitian ini dilakukan di SMP Pancasila Ceper Klaten. Alasan mengapa
penelitian ini dilakukan pada tempat ini adalah (1). Di SMP Pancasila ini belum
menggunakan metode Komik Fisika sebagai media pembelajaran. (2). Dekatnya
lokasi sekolah dengan tempat tinggal peneliti sehingga memudahkan peneliti
melakukan kegiatan penelitian. (3). Hubungan yang baik dengan guru mata
pelajaran di SMP ini sehingga memudahkan untuk bekerja sama.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Pancasila Ceper kelas
VIII. Sedangkan sampel dari penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII A dan
VIII B. Dimana tiap kelas jumlah siswa ada 30 siswa jadi sampel dari populasi
berjumlah 60 siswa.
E. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, ada dua variabel yang akan diteliti,yaitu sebagai
berikut:
1. Prestasi belajar siswa
Dalam penelitian ini akan diteliti tentang prestasi belajar siswa
pada konsep Getaran dan Gelombang. Peningkatan prestasi belajar
siswa dapat dilihat dari hasil Pre-test dan Post-test.
2. Peningkatan pemahaman siswa
Dalam penelitian ini juga akan diteliti tentang peningkatan
pemahaman siswa selama mengikuti pembelajaran fisika dengan
menggunakan media Komik Fisika. Peningkatan pemahaman
siswa dapat dilihat tentang bagaimana konsep awal siswa tentang
Getaran dan Gelombang, apakah ada miskonsepsi yang dialami
yang diterima oleh siswa dari kurang lengkap menjadi lebih
lengkap atau dari yang salah menjadi benar.
F. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel penelitian ditentukan tanpa menggunakan acuan
apa-apa. Karena sistem yang digunakan dalam pembagian kelas pada sekolah tersebut
adalah random maka peneliti mengasumsikan bahwa kemampuan dasar rata-rata
siswa pada sekolah itu sama.
G. Desain Pembelajaran
Sebelum melakukan penelitian sangat perlu dibuat desain penelitian.
Desain penelitian ini berisikan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
peneliti didalam melaksanakan penelitiannya agar penelitian yang dilakukan dapat
berjalan dengan baik sesuai apa yang diharapkan. Desain penelitian ini selalu
dilaksanakan setiap kali proses pembelajaran fisika dan merupakan suatu siklus.
Langkah-langkah tersebut digambarkan dalam diagram alur sebagai berikut :
Penentuan sampel
Penyusunan instrument penelitian
Proses pembelajaran Pre-test
Post-test
Data Pre-test
Data Post-test
Proses pembelajaran dalam diagram tersebut meliputi:
1. Membagikan / memberikan materi kepada siswa yang sudah dibuat dalam
bentuk komik fisika.
2. Memberikan waktu kepada siswa untuk membaca dan memahami isi
komik tersebut.
3. Membimbing dan mengarahkan siswa apabila menemui kesulitan disaat
proses pembelajaran berlangsung.
H. Instrumen Penelitian
Untuk menjaring data penelitian diperlukan 2 jenis instrumen yaitu intrument
pembelajaran dan instrument pengumpulan data.Instrument pembelajaran terdiri
dari Rencana Pembelajaran dan Komik Fisika. Sedangkan instrument
pengumpulan data terdiri dari Pre-Test,Post-Test dan kuesioner minat belajar
siswa.
1. Instrumen Pembelajaran.
Instrumen ini adalah instrumen yang digunakan peneliti dalam proses
pembelajaran di kelas baik untuk kelas VIIIA dan VIIIB. Dalam penelitian ini
instrumen tersebut adalah Rencana Pembelajaran dan Komik Fisika.
1.1 Rencana Pembelajaran
Bagian dari Rencana Pembelajaran adalah (1) identifikasi yang meliputi
mata pelajaran, satuan pendidikan, kelas dan semester, dan alokasi waktu, (2)
pembelajaran, (6) media dan sumber pembelajaran , (7) penilaian. Format silabus
yang digunakan adalah sebagai berikut, dan Rencana Pembelajaran Pokok
Bahasan Getaran dan Gelombang dapat dilihat pada lampiran.
FORMAT RENCANA PEMBELAJARAN
dibuat berdasarkan pada buku–buku materi fisika yang biasa digunakan oleh guru
sebagai buku panduan dalam mengajar dengan memadukan ilustrasi berupa
gambar kartun yang tidak berwarna disajikan dalam bentuk komik fisika namun
tetap sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan pada pertemuan tersebut.
Instumen ini tidak diuji cobakan terlebih dahulu karena alasan waktu yang yang
kurang tersedia, sehingga validitas yang bisa diukur adalah validitas isi dan
Menurut Suharsimi Arikunto (1987:61), menyatakan bahwa sebuah instrumen
bisa dikatakan memiliki validitas apabila intrumen tersebut sudah sesuai dengan
isi atau materi yang diajarkan. Sedangkan instrumen tersebut dikatakan sudah
memiliki validitas konstruksi apabila insrumen itu sudah sesuai dengan aspek
yang akan diukur. Dalam pembuatan komik fisika ini telah berpedoman pada
materi yang tertera dalam kurikulum, buku-buku panduan SMP yang digunakan
dalam proses pengajaran selama ini. Dengan demikian instrumen ini telah
memenuhi validitas isi dan kontruksi. Komik fisika yang dibuat oleh peneliti ini
dibawah bimbingan dosen permbimbing penelitian.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrument ini adalah instrumen yang digunakan peneliti untuk mengupulkan
data-data yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian yang dilaksanakan.
Dalam penelitian ini instrumen tersebut adalah soal pre-test, soal post-test dan
kuisioner sikap siswa pada metode Komik Fisika .
2.1. Pre – Test.
Pre-tes yaitu tes yang diberikan kepada siswa sebelum dimulainya proses
pembelajaran. Tujuan pre-tes ini yaitu untuk mengetahui kemampuan awal siswa
sebelum mengikuti pembelajaran fisika. Soal-soal pre-tes ini dibuat bersama
dengan guru pengampu mata pelajaran. Sebagian dari soal ini dibuat oleh peneliti
dan sebagian lagi dibuat oleh guru mata pelajaran.
Untuk menghindari kemungkinan manipulasi data dan soal yang dilakukan