• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMIK FISIKA POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCASILA CEPER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMIK FISIKA POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCASILA CEPER"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN

MENGGUNAKAN MEDIA KOMIK FISIKA POKOK

BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG PADA

SISWA KELAS VIII SMP PANCASILA CEPER

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh : G. Andi Yunanto

001424020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)
(4)

Do not wait

for the last judgement,

it takes place everyday

(Albert Camus, a French philosopher)

Skripsi ini hanyalah sebuah persembahan kecil untuk semua cinta dan kasih yang telah kuterima sepanjang hidup dari orang-orang terkasihku: Bapak dan Ibu tercinta, atas segala kasih sayang tak terbatas bagiku Menox, yang telah menjadi saudara

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Penulis,

(6)

ABSTRAK

Efektivitas Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan Media Komik Fisika Pokok Bahasan Getaran Dan Gelombang Pada Siswa Kelas VIII SMP Pancasila Ceper

G.Andi Yunanto: Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII di SMP Pancasila Ceper. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman belajar siswa dalam pembelajaran fisika yang menggunakan Komik fisika sebagai media pembelajaran. Disamping itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan prestasi belajar fisika siswa serta seberapa besar minat belajar fisika siswa.

` Penelitian ini adalah penelitian kualitatif-kuantitatif dan eksperimen. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas VIII yang berjumlah 4 kelas.Dari 4 kelas yang ada , diambil 2 kelas sebagai sampel penelitian secara acak yaitu kelas VIII A dan VIII B dimana masimg-masing kelas terdiri dari 30 siswa. Kedua kelas tersebut sama-sama diberi treatment pembelajaran dengan menggunakan media komik fisika. Untuk menjaring data penelitian digunakan 3 buah instrument yaitu, tes (Pre-Post) prestasi belajar fisika, kuesioner minat belajar fisika siswa dan Komik fisika.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan komik fisika sangat efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa pada konsep Getaran dan Gelombang. Dan pada hasil belajar Post-Test jumlah siswa yang lulus lebih banyak dibandingkan siswa yang tidak lulus. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar fisika dengan menggunakan media pembelajaran komik fisika. Selain itu diperoleh bahwa minat

(7)

ABSTRACT

The Effectiveness of Learning Physics Using The Medium of Physics Comics For The Subject on Recurrence and Wave As Implemented To The 8th Class Students Of SMP Pancasila Ceper On 2006/2007 Academic Period.

G.Andi Yunanto : This research is implemented on the 8th class student of

SMP Pancasila Ceper. This research aims to investigate the student level of understanding progress in learning Physics using Physics Comics as the learning medium. Besides, this research also aims to find out the level of student achievement progress and the students’ interest in studying Physics.

This is so-called qualitative-quantitative research and experiment. The

research population comes from all of the 8th classes in this school. Among the 4

classes provided, 2 classes are used as the random samples of the research i.e. the VIIIA and VIIIB class in which each consists of 30 students. Both classes are given the similar learning treatment using the Physics Comics as the medium. To gain the data, this research requires 3 instrument; first instrument is the pre-test to measure the students’ understanding on Physics, second instrument is the interest questionnaire to measure the student’ interest in studying Physics and the last is Physics Comics.

(8)

Kata Pengantar

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ‘EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMIK FISIKA POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCASILA CEPER’ ini dengan baik. Hanya dengan perlindungan dan pendampingan-Nya maka penulis dapat tetap berjuang dalam menyelesaikan

skripsi ini. Penyusunan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.

Penyusunan skripsi ini tak akan dapat terselesaikan dengan baik apabila tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi.

1. Bapak Drs. Domi Saverinus.M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing saya dengan baik dan mau menerima saya dengan segala kerendahan hati membantu saya dan membimbing saya dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Drs. T. Sarkim, Ed.,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs Iskandar selaku kepala sekolah SMP Pancasila yang telah membantu dalam memeberikan ijin penelitian.

4. Dosen-dosen jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam khususnya Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan bekal ilmu kepada saya.

5. Bapak Sunarjo dan bapak Sugeng sebagai staf Tata Usaha Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah

(9)

6. Kepada siswa SMP Pancasila kelas VIIIA dan VIIIB yang telah membantu dan rela sebagai subyek penelitian

7. Kepada sahabatku yang telah membantuku, Henny Cahyaningsih. Skripsi ini tidak akan bisa selesai tanpa bantuanmu. Terimakasih atas segalanya.

8. Kepada Tri Liniarti/soulmateku yang selalu mendoakan aku sehingga aku mampu melewatinya.

9. Sahabat-sahabat yang selalu memberi dukungan moral dan material kepadaku: Deni, Sari, Naning, Ketrin, Sri, Stasia, Wulan dan teman-teman seangkatanku yang selalu memberiku dukungan.

10. Kepada Om Budi yang selalu menyemangati aku untuk

menyelesaikan skripsi ini.

11. Untuk semua teman-teman ku yang selalu mendukung dan membantu aku.

Semoga hasil penelitian inidapat memberikan sumbangan bagi

pengembangan pembelajaran, sekalipun penulis menyadari ketidak sempurnaan skripsi ini.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii

HALAMAN PENGESAAN ………... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. v

ABSTRAK………... vi

ABSTRACT ………... vii

KATA PENGANTAR ………..………. viii

DAFTAR ISI ……….. x

DAFTAR TABEL ……….. ………… ……. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………... xv

BAB I PENDAHULUAN………..….. 1

A. Latar Belakang Masalah ………...………... 1

B. Identifikasi Masalah ………... 5

C. Pembatasan Masalah ……….. 6

D. Perumusan Masalah ………... 7

E. Tujuan Penelitian ………... 7

F. Manfaat Penelitian ………. 8

BAB II DASAR TEORI ……… 9

A. Hakikat Fisika ………...……….. 9

(11)

C. Kontruktivisme ……….……….………... 15

D. Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan Media Komik Fisika …..….. ……….……….. 20

E. Konsep Getaran …….……….……….. 22

1. Pengertian Getaran ……….. 22

2. Getaran Selaras Atau Getaran Harmonik …...………. 22

3. Pengertian Simpangan, Amplitudo, Periode dan Frekuensi Getaran ..………. 23

F. Gelombang………….………... 24

1. Pengertian Gelombang ………... 24

2. Gelombang Transversal ………..……...………. 25

3. Gelombang Longitudinal …………..………. 26

4. Hubungan Antara Panjang Gelombang, Frekuensi dan Cepat Rambat Gelombang ………...………...…….. 27

5. Pemantulan gelombang……… 28

6. Kaitan Gelombang Dengan Peristiwa Alam Berikut Pemanfaatannya ………..………... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….. 31

A. PROSEDUR PENELITIAN ………...………...…………. 31

B. JENIS PENELITIAN ………...…………. 34

C. WAKTU DAN TEMPAT …………..……….. 34

D. POPULASI DAN SAMPEL …………..……….. 34

E. VARIABEL PENELITIAN ………..………... 35

F. TEHNIK PENGAMBILAN SAMPEL …...……….……… 36

(12)

H. INTRUMEN PENELITIAN ………... 37

I. METODE ANALISIS DATA ………. 41

1. Analisis Kuantitatif ………... 41

2. Analisis Kualitatif ………...……. 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ….……….. 48

A. HASIL ANALISIS DATA KUANTITATIF..…... 48

1. Hasil Belajar Siswa Pokok Bahasan Getaran dan Gelombang.. 48

2. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Yang Dicapai Dalam Pembelajaran Menggunakan Media Komik Fisika Pada Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Getaran dan Gelombang…... 51

B. HASIL ANALISIS DATA KUALITATIF...……... 54

3. Perubahan Konsep dan Peningkatan Pemahaman ………... 54

4. Kuesioner Minat.……….……… 73

BAB V PENUTUP………. 75

A. KESIMPULAN ………….……….. 75

B. SARAN ……….………... 75

DAFTAR PUSTAKA ………….………... 77

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Interval Skor ………... 39

Tabel 2. Variasi Jawaban …….………... 41

Tabel 3. PemahamanSetiapKonsep ……….. 41

Tabel 4. Kualifikasi Pemahaman setiap Konsep……….. 42

Tabel 5. Kualifikasi Pemahaman Siswa yang menjawab tidak lengkap dan salah ………. 43

Tabel 6. Kualifikasi Minat Siswa ………... 43

Tabel 7. Kualifikasi Minat Siswa ………... 44

Tabel 8. Kualifikasi Minat Siswa ………... 44

Tabel 9. Tingkat Minat Siswa ……….. 44

Tabel 10. Frekuensi dan Prosentase Hasil Pre-Test Getaran I.……... 49

Tabel 11. Frekuensi dan Prosentase Hasil Post-Test Getaran I ... 49

Tabel 12. Frekuensi dan Prosentase Hasil Pre-Test Getaran II ….. 50

Tabel 13. Frekuensi dan Prosentase Hasil Post-Test Getaran II ... 51

Tabel 14. Frekuensi dan Prosentase Hasil Pre-Test Gelombang ... 51

Tabel 15. Frekuensi dan prosentase Hasil Post-test Gelombang…….. 52

Tabel 16. Pemahaman konsep untuk pokok bahasan Getaran I ……... 55

Tabel 17. Kualifikasi Pemahaman Tiap Konsep Untuk Pokok bahasan Getaran I ……….. 56

(14)

Tabel 19. Pemahaman konsep untuk pokok bahasan Getaran II …….. 60

Tabel 20. Kualifikasi Pemahaman tiap Konsep Untuk Pokok Bahasan

Getaran II ……….. 61

Tabel 21. Kualifikasi Pemahaman konsep siswa untuk jawaban tidak

lengkap dan salah untuk pokok bahasan Getaran II………. 61

Tabel 22. Pemahaman konsep untuk pokok bahasan Gelombang …... 65

Tabel 23. Kualifikasi Pemahaman tiap konsep untuk pokok bahasan

Gelombang ………... 65

Tabel 24. Kualifikasi Pemahaman konsep siswa untuk jawaban tidak

lengkap dan salah untuk pokok bahasan Gelombang……… 66

Tabel 25. Tingkat Minat Siswa Kelas VIIIA……… 74

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin dari Kampus………... 79

Lampiran 2 Surat Keterangan telah melakukan Penelitian dari SMP Pancasila Ceper ..………. 80

Lampiran 3 Soal Pre-test I (Getaran)………. 81

Lampiran 4 Soal Pre-Test II (Getaran) ………. 82

Lampiran 5 Soal Post-Test I (Getaran) ………. 83

Lampiran 6 Soal Post-Test II (Getaran) ………... 84

Lampiran 7 Soal Pre-Test (Gelombang) ……….. 85

Lampiran 8 Soal Post-Test (Gelombang) ………. 86

Lampiran 9 Soal Kuesioner Pembelajaran ………... 87

Lampiran 10 Rencana Pembelajaran ………. 89

Lampiran 11 Komik Fisika ……….... 105

Lampiran 12 Tabel data Pre-Test dan Post-Test Siswa (Pokok Bahasan Getaran) ………... 121

Lampiran 13 Tabel data pretest dan post-test siswa (Pokok Bahasan Getaran) ………. . 124

Lampiran 14 Tabel Data Pre-Test Dan Pos-Test Siswa (Pokok Bahasan Gelombang) ……….. 127

(16)

Lampiran 16 Tabel variasi jawaban siswa dalam mengerjakan soal

post-test I (Getaran I)………...……… 131

Lampiran 17 Tabel variasi jawaban siswa dalam mengerjakan soal pre-test II (Getaran II) …..………... 132

Lampiran 18 Tabel variasi jawaban siswa dalam mengerjakan soal post-test II (Getaran II) …..……….. 134

Lampiran 19 Tabel variasi jawaban siswa dalam mengerjakan soal pre-test (Gelombang) ..………. 136

Lampiran 20 Tabel Variasi Jawaban Siswa Dalam Mengerjakan Soal Post-Test (Gelombang) …...……… 139

Lampiran 21 Uji T Untuk soal Pre-Test dan Post-test ……….. 141

Lampiran 22 Data Kuesioner ……… 144

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, bisa dikatakan bahwa kualitas pembelajaran fisika merosot

terutama di sekolah menengah. Euwe van de Berg (1991) bahwa di dalam maupun

di luar negeri pembelajaran fisika dirasa sangat mengecewakan dan para alumni

sekolah menengah seakan-akan belum pernah mempelajari fisika sebelumnya.

Banyak isu bahwa pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang kurang

diminati oleh para siswa tingkat SMP atau SMA. Salah satu penyebabnya adalah

cara penyajian materi fisika di kelas yang kurang menarik perhatian siswa. Oleh

karena itu, perlu dicari pola pembelajaran fisika yang menarik perhatian siswa dan

mempermudah pemahamannya. Selain itu, siswa dapat mempersiapkan dirinya

untuk mengembangkan kemampuannya secara mandiri.

Dalam pengajaran fisika di sekolah, aspek pemahaman suatu konsep

merupakan hal yang penting yang harus dimiliki siswa. Penggunaan alat-alat

peraga (media pembelajaran) yang tepat dalam pengajaran fisika di SMP

tampaknya tidak diragukan lagi dalam peningkatan pemahaman konsep.

Walaupun demikian, penggunaan alat peraga banyak mengalami kendala dalam

pelaksanaannya, misalnya pengadaan alat peraga atau media, waktu pengajaran

yang relatif lebih lama, memerlukan keterampilan guru dalam menggunakan alat

tersebut. Selain itu, masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah

(18)

Metode ceramah kemungkinan besar menyebabkan siswa tidak berminat

dan sukar dalam belajar fisika. Metode pembelajaran fisika dengan ceramah

seharusnya dipadukan dengan metode yang lebih meningkatkan keaktifan siswa

dalam proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu, siswa akan memperoleh

pengalaman secara langsung, serta lebih mengembangkan pemahaman siswa

dalam belajar fisika. Dengan usaha yang intensif tersebut, maka fisika akan

dipandang sebagai pelajaran yang menarik dan mudah untuk dipahami. Salah satu

cara atau alternatif untuk membuat siswa tertarik serta menyukai fisika adalah

pembelajaran fisika dengan metode model komik fisika.

Proses belajar mengajar ilmu pengetahuan alam khususnya fisika dapat

disampaikan dengan menggunakan figur - figur kartun yang hampir setiap hari

dijumpai oleh siswa, misalnya tayangan televisi. Disamping itu, figur-figur

tersebut sering dijumpai dalam cerita-cerita komik yang ada dalam lingkup

pergaulan siswa. Komik mempunyai daya tarik tersendiri bagi siswa untuk dapat

menerima dan memahami isi komik tersebut melalui gambar-gambar yang

ditonjolkan. Dalam hal ini, kita akan memadukan antara konsep - konsep fisika

dengan daya tarik komik yang berisikan gambar - gambar kartun sederhana.

Dengan demikian, kita dapat mengetahui apakah dengan media ini mempengaruhi

proses penerimaan konsep yang dituangkan melalui komik fisika ini. Media

kartun dalam bentuk komik merupakan media yang cukup unik dan dapat menarik

perhatian siswa sehingga diharapkan media ini dapat meningkatkan pemahaman

(19)

enyukai mata pelajaran ini dan dapat menghilangkan asumsi bahwa fisika adalah

pelajaran yang menyeramkan.

Menurut Hanggar Budi Prasetyo seperti yang telah dikutip oleh Rini

Rosilawati (1996: 10), kartun sebagai media pengajaran fisika adalah kartun yang

secara implisit memuat materi-materi fisika baik gambar-gambarnya saja atau

dialog - dialognya atau bahkan keduanya. Jadi kartun dalam pengajaran fisika

dapat berisi konsep fisika yang diharapkan siswa dapat mengungkapkan

pendapatnya tentang komik yang digunakan sebagai media pengajaran fisika.

Media yang dibuat dengan model komik diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman siswa karena gambar yang ditampilkan disertai unsur humor. Media

dengan model komik memungkinkan siswa untuk lebih memahami makna,

informasi atau pesan yang disampaikan dalam bentuk gambar, karena informasi

yang dibuat secara kartun dengan dialog-dialog yang berunsurkan humor dapat

menggambarkan suatu kesan tersendiri bagi siswa yang membacanya sehingga

mereka mudah mengingat apa yang telah mereka baca. Dengan menggunakan

model komik ini, maka dapat menumbuhkan sikap belajar mandiri bagi siswa

yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Di dalam pembelajaran fisika,

sebagai seorang guru tidak harus memberikan ceramah atau memberikan

catatan-catatan yang mungkin tidak begitu penting untuk siswa, kecuali siswa tersebut

tidak mempunyai buku catatan. Di dalam proses pembelajaran, kita harus mampu

membuat para siswa lebih aktif dalam proses belajar dan membuat siswa tersebut

(20)

fasilitator yang bertugas mengarahkan dan membimbing mereka dalam proses

belajar mengajar, bukan menjadi pusat dari proses itu.

Akan tetapi, bukan berarti seorang guru fisika harus menjadi seorang

pelawak di depan kelas yang terlalu sering melontarkan gurauan-gurauan dan

humor-humor. Guru harus dapat mengusahakan agar siswa mempunyai

interpretasi terhadap kartun tersebut, sehingga aktivitas yang bermakna dapat

terlihat di dalam kelas itu. Guru dapat mengundang siswa untuk memperagakan

apa yang telah mereka lihat di dalam komik, kemudian mencari kesimpulan

bersama dari konsep-konsep fisika yang ditemukan dalam komik tersebut.

Pada saat ini, buku-buku panduan fisika dari berbagai percetakan mulai

banyak beredar dan dapat dijumpai di mana-mana. Akan tetapi, seringkali

dipertanyakan apakah siswa mampu memahami informasi yang mereka dapat dari

buku-buku itu. Di sisi lain, pemerintah mengusahakan peningkatan prestasi

belajar fisika dengan menghidupkan kegiatan di sanggar-sanggar pemantapan

kerja guru. Di sanggar inilah, guru dapat memperoleh pengetahuan metode

mengajar terutama petunjuk-petunjuk untuk meningkatkan kualitas diri dan anak

didiknya.

Penelitian ini akan mengkaji efektifitas penggunaan komik yang isinya

dipadukan dengan konsep-konsep fisika dalam hubungannya dengan ketertarikan

siswa terhadap mata pelajaran fisika di sekolah didalam pokok bahasan

(21)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang ada di atas, maka dapat diidentifikasikan

berbagai masalah sebagai berikut:

1. Pemahaman siswa dalam belajar fisika masih relatif rendah dibandingkan

dengan mata pelajaran lain. Salah satu penyebabnya adalah cara penyajian

materi yang kurang menarik bagi siswa sehingga fisika menjadi pelajaran

yang sulit dipahami oleh sebagian besar siswa. Oleh karena itu, metode

pembelajaran fisika seperti apa yang menarik dan mudah dipahami oleh

siswa?

2. Perlunya penggunaan media-media lain yang mampu menarik siswa dalam

pengajaran fisika. Namun dalam prakteknya guru masih berpedoman pada

media-media yang sudah ada, sehingga guru fisika jarang menggunakan

media lain yang mampu menarik perhatian siswa. Media seperti apa yang

dapat diusahakan oleh guru sehingga dapat membuat siswa tertarik terhadap

fisika.

3. Selama ini masih banyak guru yang hanya menggunakan metode ceramah

dalam pengajaran fisika. Padahal metode ini menyebabkan siswa kurang

aktif dalam kegiatan belajar mengajar dikelas. Akibatnya siswa kurang

memahami pelajaran fisika karena penyajiannya kurang menarik sehingga

konsep fisika yang diajarkan sulit diterima oleh siswa. Kendala-kendala apa

yang menyebabkan guru fisika lebih menggunakan metode ceramah dari

(22)

4. Pada saat ini banyak beredar buku panduan fisika dari berbagai penerbit

dengan isi yang hampir sama, apakah buku-buku tersebut dapat secara

efektif digunakan dalam proses belajar dan apakah siswa dapat memahami

informasi yang terdapat dalam buku-buku itu dengan mudah?

5. Komik fisika dapat digunakan sebagai media alternatif yang dapat

membantu guru dalam pengajaran fisika. Apakah penggunaan media komik

ini efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa?

6. Penggunaan media pengajaran fisika dengan model komik fisika

merupakan metode yang di dalamnya berisi unsur gambar kartun yang lucu

dan menonjol. Apakah media ini dapat membantu siswa untuk mencerna

konsep-konsep fisika yang terkandung di dalamnya sehingga dapat dengan

mudah memahamimya?

7. Apakah dengan komik ini, siswa dapat merasa tertarik untuk mempelajari

fisika serta mulai menyukai pelajaran ini?

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, maka dapat diketahui berbagi jenis masalah

yang ada dalam mempelajari fisika. Namun dalam penelitian ini, masalah-

masalah itu hanya dibatasi pada proses belajar fisika dengan metode komik fisika

yang dipakai dalam proses belajar fisika pada pokok bahasan GETARAN dan

(23)

D. Perumusan Masalah

Setelah mengidentifikasi masalah dan menentukan pembatasan masalah,

maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah konsep awal siswa tentang Getaran dan Gelombang.

2. Apakah ada miskonsepsi yang dialami oleh siswa selama proses

pembelajaran mengenai pokok bahasan Getaran dan Gelombang.

3. Apakah ada perubahan konsep yang diterima oleh siswa mengenai pokok

bahasan Getaran dan Gelombang apakah :

a) Dari kurang lengkap menjadi lebih lengkap.

b) Dari yang salah menjadi benar.

4. Apakah ada peningkatan prestasi belajar belajar yang diperoleh dari pre –

test dan post – test.

5. Bagaimana minat siswa mengenai pembelajaran fisika dengan

menggunakan metode komik fisika ini.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan bahwa tujuan

penelitian ini adalah : “Mengetahui peningkatan pemahaman belajar siswa dalam

pembelajaran fisika yang menggunakan komik fisika sebagai metode

(24)

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk

menggunakan model komik fisika untuk mengajar di kelas.

2. Bagi siswa, komik fisika diharapkan dapat menjadi media pembelajaran

yang dapat mengembangkan pemahaman siswa terhadap pelajaran fisika,

sehingga dapat timbul perasaan senang pada pelajaran ini. Pada akhirnya,

siswa dapat menghilangkan perasaan takut pada pelajaran ini dan dapat

berusaha untuk meningkatkan prestasi mereka dalam pelajaran ini.

3. Bagi peneliti, dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat

menambah pengalaman tentang dunia pendidikan sebelum terjun secara

langsung di bidang pendidikan.

4. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

informasi dan kajian ulang sehingga terdorong untuk melakukan penelitian

(25)

BAB II

DASAR TEORI

A. Hakikat Fisika

Fisika adalah salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (Sains ).

Oleh karena itu, hakikat fisika dapat ditinjau dan di pahami melalui hakekat sains.

Beberapa saintis, antara lain Fisher, Conant, Campbell, Bube, M.T.Zen, Carin dan

Sund, dan Dawson seperti yang dikutip oleh Kartika Budi (1998:161), mencoba

mendefinisikan sains sebagai berikut.

Menurut Conant sains adalah deretan atau bangunan dari konsep dan

skema konseptual yang saling berhubungan sebagai hasil dari eksperimentasi dan

observasi, yang berguna dan bernilai untuk eksperimentasi dan observasi

selanjutnya (Kuslan dan Stone, 1978).

Menurut Fisher (1975) sains adalah bangunan pengetahuan yang diperoleh

menggunakan metode berdasarkan observasi. Menurut Campbell sains adalah

ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan praktis dan cara atau metode untuk

memperolehnya. Menurut Bube sains adalah pengetahuan tentang alam yang

diperoleh melalui interaksi dengannya.

Menurut Zen(1984), sains adalah suatu eksplorasi ke alam materi

berdasarkan observasi, dan yang mencari hubungan - hubungan alamiah yang

(26)

Menurut Carin dan Sund(1989), sains adalah suatu sistem untuk

memahami semesta melalui data yang dikumpulkan melalui observasi atau

ekperimentasi yang dikontrol.

Sedangkan menurut Dawson sains adalah aktivitas pemecahan masalah

oleh manusia yang termotivasi oleh keingintahuan akan alam disekelilingnya dan

keinginan untuk memahami, menguasai, dan mengolahnya demi memenuhi

kebutuhan.

Yang merupakan aspek penting dari sains menurut definisi - definisi diatas

adalah aspek proses, sikap sains dan produk sains. Yang merupakan proses sains

adalah eksperimen yang meliputi penemuan masalah dan perumusannya,

perumusan hipotesis, merancang percobaan, melakukan pengukuran, menganalisis

data dan menarik kesimpulan (Sund,1982). Sedangkan produk sains adalah

bangunan sistematis pengetahuan / body of knowlegne (Carin dan Sund,1989

dalam Kartika Budi, 1998) sebagai hasil dari proses yang dilakukan oleh para

saintis.

Sebagai salah satu dari produk sains yaitu fisika terdiri atas berbagai fakta,

konsep, hukum, teori, dan prinsip (Carin dan Sund,1989 dalam Kartika

Budi,1998) yang terorganisasi secara sistematis yang membentuk body of

knowlegde atau conseptual scheme. Fakta adalah sesuatu yang telah atau yang

sedang terjadi yang dapat berupa keadaan, sifat, atau peristiwa, sedangkan konsep

adalah suatu ide yang merupakan generalisasi dari berbagai peristiwa atau

(27)

dinyatakan dengan istilah atau simbol tertentu yang dapat diterima sesuai dengan

budaya setempat.

Konsep mengacu pada obyek (benda-benda), peristiwa, keadaan, sifat,

kondisi, ciri, dan atribut yang lekat dengan suatu obyek (Bred Ted,1991 dalam

Kartika Budi, 1998;162) yang pada umumnya menjadi obyek kajian dalam proses

pelajaran fisika, penelitian, dan penerapannya untuk berbagai kepentingan. Dalam

fisika dapat disebutkan sederetan panjang konsep seperti cahaya, lembab, getaran,

elektron, kecepatan relatif, waktu paruh, momentum sudut, bilangan kuantum, dan

sebagainya. Seseorang yang membangun pengetahuan atau struktur kognitif,

mencoba menangkap makna dari konsep-konsep yang dipelajarinya dengan

membangun konsepsi, yaitu gambaran dalam pikirannya atau gambaran mental,

yang merupakan jawaban atas pertanyaan; apa sebenarnya konsep itu? Oleh

karena tidak mengherankan bila ada satu konsep yang memiliki beberapa definisi,

karena definisi mengacu pada makna yang ditangkap oleh orang yang

membangun struktur kognitif, yang bergantung pada tingkat pendidikan, aspek

yang diperhatikan, dan peruntukannya. Perbedaan konsepsi itu dapat disebabkan

oleh perbedaan proses pembentukan, tingkat pendidikan, aspek yang ditonjolkan,

sudut pandang, konsep lain yang melatarbelakanginya, atau perbedaan tujuannya.

Perbedaan - perbedaan inilah yang memungkinkan munculnya apa yang disebut

dengan salah konsepsi.

Dari penjelasan tentang berbagai aspek sains diatas, maka dapat kita

(28)

satu kesatuan, dan dapat digambarkan seperti pada skema sebagai berikut (Kartika

Budi,1998):

m menghasilkan

mendorong

melandasi menumbuhkan membentuk

Skema tersebut menjelaskan bahwa proses sains yang dilandasi sikap sains

seperti perasaan ingin tau, disiplin, dan tanggung jawab akan memperoleh hasil

sains. Hasil sains yang didukung oleh sikap, misalnya menyadari keterbatasan

dalam penemuan keilmuan akan mendorong proses sains dan hasil sains yang

diperlukan dalam proses sains berikutnya untuk menghasilkan produk sains yang

baru.

B. Hakikat Pembelajaran Fisika

Proses pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses komunikasi

antara guru dengan siswa serta antar siswa dalam perubahan sikap. Menurut

Winkel,W.S. (1984:14)menyatakan bahwa belajar adalah suau proses psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungannya yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

ketrampilan dan sikap yang bersikap konstan/menetap.Penjelasan serupa juga

diberikan oleh H.C Witherington(1982:7) yang menekankan bahwa perbuatan

belajar mengandung semacam perubahan dalam diri seseorang yang melakukan

perbuatan belajar itu. Perubahan ini dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan,

PROSES SAINS HASIL SAINS

(29)

suatu kebiasaan, suatu sikap, suatu pengertian, sebagai pengetahuan dan

apresiasi(penerimaan atau pemahaman).

Obyek alam yang telah menjadi bidang telaah fisika adalah tentang zat dan

energi dalam segala bentuk manifestasinya. Fisika lahir dan berkembang dari hasil

observasi dan eksperimentasi. Suatu masalah dalam fisika yang sudah berhasil

dipecahkan akan akan menghasilkan masalah baru dan meminta dipecahkan lagi

demikian seterusnya sehingga fisika terus berkembang secara dinamis, akibatnya

konsep, prinsip maupun teori fisika juga bertambah.

Belajar fisika adalah mempelajari pengetahuan yang berupa fakta , konsep,

prinsip, hukum, dan teori fisika. Selain mendengarkan informasi dan mempelajari

fakta, belajar fisika dapat berupa mencari sendiri, merumuskan definisi sendiri,

dan merumuskan persamaan matematisnya, membuktikan sendiri keberadaanya,

dan mencoba sendiri menerapkan konsep, prinsip, hukum, dan teori yang

diperoleh untuk menyelesaikan masalah fisika.

Mengajar adalah suatu proses membantu orang lain untuk membentuk dan

membangun pengetahuannya sendiri. Mengajar bukanlah transfer pengetahuan

dari orang yang sudah tahu kepada orang yang belum tahu, melainkan membantu

seseorang agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui kegiatannya

dalam fenomena dan obyek yang ingin diketahui ( Suparno,1997:71-72). Dalam

mengajar fisika guru berperan sebagai fasilitator dan mediator yang membantu

belajar siswa. Tugas guru dalam proses ini lebih menjadi mitra siswa, dimana

(30)

proses, guru hanya sebagai fasilitator untuk membimbing siswa dalam

membangun pengetahuan secara mandiri.

Fisika merupakan disiplin ilmu yang merupakan cabang dari IPA sehingga

karakteristik fisika juga merupakan karakteristik IPA. Menurut Moh Amien

(1987:24) karakteristik IPA mempunyai 3 ciri utama yakni mempunyai proses

ilmiah, sikap ilmiah dan produk ilmiah. Hal ini berarti bahwa konsep IPA

diperoleh berdasarkan proses observasi, eksperimentasi, dan analisis yang

rasional. Konsekuensi logis dari pernyataan tersebut adalah fisika merupakan

proses dan produk yang saling berkaitan. Oleh karena itu dalam mempelajari

fisika disamping mendengarkan lewat ceramah atau membaca buku teks juga

harus disertai dengan keaktifan atau proses untuk mengalami dan menemukan

sendiri. Hidayati(1990:9) menyatakan bahwa pada hakekatnya fisika adalah ilmu

pengetahuan yang bertujuan untuk mempelajari komponen-komponen materi dan

interaksi timbal balik antara materi - materi, komponen - komponen tersebut.

Dalam mempelajari intereksi antara materi ini para ilmuan fisika mengadakan

observasi dan eksperimentasi. Ini berarti bahwa fisika memiliki aspek penting

yaitu pengetahuan yang berwujud informasi - informasi ilmiah dan metode ilmiah.

Sumadji yang dikutip oleh Albertus (1995:11) menyatakan bahwa

pendidikan fisika mempunyai kedudukan yang sangat penting, yang dapat ditinjau

dari berbagai segi, diantaranya (a) segi intelektual, yaitu melatih anak berfikir

logis dan kritis; (b) segi sikap yaitu memupuk sikap ilmiah pada anak seperti

sikap obyektif, sikap terbuka dan sebagainya; (c) segi minat, yaitu memupuk

(31)

khususnya fisika adalah menanamkan dan mengembangkan sikap kritis dan

obyektif terhadap timbulnya gejala alam serta menyusunnya dalam sruktur

pemahaman yang abstrak. Ciri pengajaran ini menunjukkan bahwa pada

penerapannya memerlukan penanganan yang cermat.

Pembelajaran meliputi dua hal utama yaitu belajar dan mengajar. Belajar

dan mengajar merupakan suatu proses yang sangat penting karena didalamnya

mengandung hubungan atau interaksi antara guru sebagai pengajar dan anak didik

sebagai subyek dan obyek dari kegiatan pembelajaran.

C. Konstruktivisme

Istilah konstruktivisme sering muncul dalam literatur miskonsepsi yang

kita jumpai, tetapi artinya berbeda-beda. Konstruktivisme dapat menunjukkan

suatu aliran dalam filsafat ilmu, suatu golongan teori belajar, sejumlah strategi

mengajar. Banyak peneliti menganggap dirinya “konstruktivis”, tetapi

pendapat-pendapat mereka mengenai proses belajar mengajar berbeda-beda.

Cukup lama diterima bahwa pengetahuan harus merupakan representasi

(ungkapan atau gambaran) kenyataan dunia yang terlepas dari pengamatan

(obyektivisme). Ilmu pengetahuan dianggap sebagai kumpulam fakta dan realita.

Namun dewasa ini, terlebih dalam bidang sains, diterima bahwa ilmu pengetahuan

tidak lepas dari subyek yang sedang belajar mengerti. Pengetahuan dianggap lebih

sebagai suatu proses pembentukan (konstruksi) yang dilakukan secara terus

menerus, akan selalu berkembang dan berubah. Konsep-konsep yang dahulu

(32)

Newton dalam ilmu fisika, ternyata harus diubah karena tidak dapat lagi

memberikan penjelasan yang memadai. Menurut Piaget (1970 ;1971) yang dkutip

oleh Paul Suparno(1997:18), sejarah revolusi sains menunjukkan perubahan

konsep - konsep pengetahuan yang penting.

Konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang

menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri

(Von Glaserveld dalam Battencourt, 1989 dan Matthews, 1994 dalam Suparno

1997: 18 ). Menurut Von Glaserveld (Suparno 1997 :18) menyatakan bahwa

pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan

bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu

merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan

seseorang. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep dan struktur

pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan (Bettencourt,1989 dalam

Suparno 1997). Maka pengetahuan bukanlah tentang dunia lepas dari pengamat

tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau

dunia sejauh dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus-menerus dengan

setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru

(Piaget, 1971). Para konstruktivis menjelaskan bahwa satu-satunya alat / sarana

yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah indranya.

Seseorang berinteraksi dengan obyek dan lingkungan dengan melihat, mendengar,

menjamah, mencium dan merasakannya. Dari indra yang dimiliki oleh manusia

tersebut seseorang mampu membangun gambaran dunianya. Misalkan, dengan

(33)

gambaran pengetahuan tentang air. Para konstuktivis percaya bahwa pengetahuan

itu ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat

dipindahkan begitu saja dari seorang guru kepada muridnya. Murid sendirilah

yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap

pengalaman-pengalaman mereka (Lorsbach dan Tobin, 1992 dalam Suparno,

1997 ). Tampak bawa pengetahuan labih menunjuk pada pengalaman seseorang

akan dunia daripada dunia itu sendiri. Tanpa pengalaman itu, seseorang tidak

dapat membentuk pengetahuan. Pengalaman tidak harus diartikan sebagai

pengalaman fisik, tetapi juga dapat diartikan sebagai pengalaman kognitif dan

mental.

Von Glaserveld menekankan bahwa pengetahuan itu dibentuk oleh

struktur konsepsi seseorang sewaktu dia berinteraksi dengan lingkungannya.

Pertama bila kita berbicara tentang diri kita sendiri, lingkungan menunjuk pada

keseluruhan obyek dan seluruh relasinya yang kita abstraksikan dari pengalaman.

Kedua bila kita memfokuskan diri pada sesuatu hal tertentu, lingkungan menunjuk

pada sekeliling hal itu yang telah kita isolasikan. Dalam hal ini, baik hal itu

maupun sekelilingnya merupakan lingkup pengalaman diri kita sendiri, bukan

dunia obyektif yang lepas dari pengamat(von Glaserveld, 1996 dalam Suparno,

1997: 19).

Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja dari

pikiran yang memiliki pengetahuan ke pikiran yang belum memiliki pengetahuan.

Bahkan bila seorang guru bermaksud menstranfer konsep, ide, dan pengertiannya

(34)

dikonstuksikan oleh si murid lewat pengalamannya (Glaseraveld dan Bettencourt,

1989 dalam Suparno,1997:20). Banyaknya siswa yang sudah menangkap apa

yang diajarkan oleh gurunya menunjukkan bahwa pengetahuan itu tidak begitu

saja dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan atau paling sedikit

diinterprestasikan sendiri oleh siswa. Dalam proses konstruksi ini, menurut Von

Glaserveld seperi yang dikutip oleh Suparno(1997; 20), diperlukan kemampuan

sebagai berikut : (1) kemampuan mengingat dan mengungkap kembali

pengalaman, (2) kemampuan membandingkan, mengambil keputusan mengenai

persamaan dan perbedaan, dan (3) kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman

yang satu dari pada yang lain. Kemampuan mengingat dan mengungkap kembali

pengalaman sangat penting karena pengalaman dibentuk berdasarkan interaksi

dengan pengalaman-pengalaman tersebut. Kemampuan membandingkan sangat

penting karena untuk dapat menarik sifat yang lebih umum dari

pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk dapat

membuat klarifikasi dan membangun suatu pengetahuan. Karena kadang

seseorang lebih menyukai pengalaman tertentu daripada yang lain, maka

munculah soal nilai dari pengetahuan yang kita bentuk.

Piaget (1970) seperti yang dikutip oleh Suparno (1997:20) membedakan

dua aspek berfikir dalam pembentukan pengetahuan ini: (1) aspek figuratif dan (2)

aspek operatif. Aspek berfikir figuratif adalah imajinasi keadaan sesaat dan statis.

Ini mencakup persepsi, imajinasi dan gambaran mental seseorang terhadap suatu

obyek atau fenomena. Aspek berfikir operatif lebih berkaitan dengan trasformasi

(35)

transformasi. Setiap level keadaan dapat dimengerti sebagai akibat dari

transformasi tertentu atau sebagai titik tolak bagi transformasi lain. Dengan kata

lain, aspek lebih esensial dari berfikir adalah aspek opertif. Berfikir operatif inilah

yang memungkinkan seseorang untuk mengembangkan pengetahuannya dari

suatu level tertentu ke level yang lebih tinggi. Dengan demikian timbul suatu

pertanyaan mengapa kita perlu mengkonstuksikan ilmu pengetahuan? Menurut

Shapiro (1994) seperti yang dikutip oleh Suparno ( 1997 :21), tujuan mengetahui

sesuatu bukanlah untuk menemukan realitas. Tujuannya lebih adaptif, yaitu untuk

mengorganisasikan “pengetahuan “ yang cocok dengan pengalaman hidup

manusia, sehingga dapat digunakan bila berhadapan dengan tantangan dan

pengalaman-pengalaman baru. Secara ringkas gagasan konstruktivisme mengenai

pengetahuan dapat dirangkum sebagai berikut (von Glaserveld dan Kitchener,

1987).

1. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan balaka

tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subyek.

2. Subyek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang

perlu untuk pengetahuan.

3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur

konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam

(36)

D. Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan Media Komik Fisika

Melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar yang efektif merupakan

harapan yang selalu diinginkan oleh para guru. Untuk mencapai harapan tersebut,

seorang guru harus menguasai materi pelajaran dengan baik dan dapat

menggunakan strategi yang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran kepada

siswa. Supaya dapat menyampaikan materi pelajaran tersebut dengan baik maka

guru harus menggunakan media pengajaran yang efektif dan tepat guna.

Menurut Elida (1989;12), ”Metode mengajar yang dapat menggairahkan

dan mampu meningkatkan pemahaman siswa adalah yang mengikutsertakan siswa

secara aktif dalam belajar”. Media pengajaran dapat berfungsi untuk mendorong

siswa dalam belajar dengan minat dan kegairahan yang tinggi apabila media

pengajaran itu dipilih sesuai dengan karakteristik siswa.

Menurut John D.Latuheru(1988:14)bahwa ”Media pembelajaran adalah

semua alat (bantu) atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar dan

mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan pembelajaran dari sumber

(guru maupun lain) kepada penerima (dalam hal ini anak didik atau warga

belajar)”. Lebih lanjut John mengemukakan bahwa pesan (informasi) yang

disampaikan melalui media, dalam bentuk materi pengajaran itu harus dapat

diterima oleh penerima pesan (siswa), dengan salah satu atau gabungan beberapa

alat indera mereka. Sedangkan menurut Arif S. Sadiman (1990:34), media

pengajaran adalah segala sesuatu (buku,majalah,LKS,dan lain sebagainya) yang

(37)

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa

sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan saat ini merangsang

guru fisika dalam hal penguasaan materi fisika dan cara menyajikannya. Mereka

dapat mencari metode penyajian materi yang lebih mengaktifkan dan

meningkatkan pemahaman dalam belajar siswa. Dalam proses belajar mengajar

menekankan proses belajar siswa secara mandiri dan bisa lebih aktif dalam

belajar. Peran guru disini tidak dituntut seperti pada kurikulum sebelumnya

dimana guru harus menjelaskan, memberi catatan, berceramah dan bisa dikatakan

guru lebih aktif dari pada siswa. Disini guru berperan sebagai mediator dan

fasilitator, jadi guru disini tidak harus terus-menerus menyuapi siswa dengan

materi yang tidak begitu perlu disampaikan.

Media kartun termasuk kedalam media visual dapat digunakan sebagai

alat bantu dalam pengajaran, tidak terkecuali pengajaran fisika. Kartun sebagai

alat bantu dapat disajikan kedalam buku fisika (komik fisika) karena praktis,

mudah dipahami dan cepat dikenal serta dibaca. Karena penyajiannya yang

bernuansa humor, maka gambar-gambar kartun menjadi sesuatu yang sangat

menarik dan diminati oleh anak-anak dan bahkan dewasa.

Hendro Darmojo (1993:16)menyatakan bahwa gambar yang baik untuk

buku pelajaran adalah yang dapat menyampaikan pesan atau isi dari gambar

tersebut secara efektif terhadap pembacanya. Siswa mungkin senang melihat

gambar-gambar kartun yang bagus tetapi belum tentu menangkap maksud dari

(38)

pesan dari gambar itu secara keseluruhan. Hal tersebut menunjukkan bahwa

penggunaan buku fisika model kartun (komik fisika) diharapkan dapat

menumbuhkan minat siswa akan konsep-konsep fisika yang di sampaikan.

E. Konsep Getaran

Didalam penelitian ini konsep yang akan disampaikan kedalam komik

fisika adalah GETARAN dan GELOMBANG Mengapa pokok bahasan ini

disampaikan, hal ini dikarenakan oleh waktu penelitian yang bersamaan dengan

rencana pembelajaran guru mata pelajaran disekolah ini.

1. Pengertian Getaran.

Suatu benda bergerak dimana gerakan tersebut berupa gerakan bolak-balik

pada suatu garis lurus maka benda tersebut dapat dikatakan melakukan getaran.

Suatu benda yang bergetar melalui suatu kedudukan yang terletak ditengah antara

gerak bolak-baliknya, maka pada kedudukan ini benda dalam keadaan seimbang.

Sehingga, kedudukan ini disebut keadaan seimbang. Jadi getaran adalah gerak

bolak-balik melalui kedudukan yang seimbang.

2. Getaran Selaras Atau Getaran Harmonik.

Titik Keseimbangan

P O Q

(39)

Gambar diatas adalah gambar seutas tali yang digantungkan pada statif

dan pada ujung bawahnya digantungkan sebuah beban. Jika beban ditarik ke

samping kemudian dilepaskan, maka beban bergerak bolak-balikmelalui

kedudukan seimbangnya. Apabila massa tali diabaikan besar sudut simpangan

tali kecil maka ayunan pada beban disebut ayunan sederhana atau ayunan

matematis. Dari contoh diatas gerak bolak-balik pada ujung tali disebut getaran.

Karena getaran beban secara periodik maka disebut getaran selaras atau getaran

harmonik.

3. Pengertian Simpangan, Amplitudo, Periode Dan Frekuensi Getaran. Perhatikan gambar ayunan diatas. Simpangan merupakan jarak dimana suatu

beban ingin digerakkan dari kedudukan seimbang. Pada gambar tersebut

simpangannya yaitu jarak antara O ke P. Sedangkan amplitudo getaran yaitu

simpangan maksimum yang dicapai oleh suatu getaran.Yang merupakan

amplitudo dalam gambar tersebut yaitu pada saat beban di kedudukan di P dan Q.

Suatu getaran dikatakan melakukan sebuah getaran penuh apabila benda

bergerak dari satu titik dan kembali ke titik itu lagi dengan arah yang sama. Pada

gambar tersebut yang merupakan satu getaran yaitu beban bergerak dari titiok O,

gerak O-P-Q- O-P. Sedangkan waktu yang diperlukan oleh suatu benda untuk

melakukan satu getaran tersebut dinamakan dengan periode. Kemudian

banyaknya getaran tiap satu-satuan waktu disebut dengan frekuensi getaran.

Secara matematis hubungan antara periode dan frekuensi getaran dirumuskan:

f= 1/T atau T=1/f

(40)

F. GELOMBANG

1. Pengertian gelombang

Gelombang merupakan bentuk gejala alam yang sangat penting, karena

banyak gejala alam yang sesungguhnya adalah suatu bentuk gelombang. Misalnya

suara yang kita dengar dari radio, televisi yang kita tonton dan perambatan cahaya

adalah berkat dari perambatan gelombang. Banyak gejala yang berkaitan dengan

gelombang. Gelombang adalah getaran yang merambat sedangkan medium atau

zat perantaranya tetap. Peristiwa tersebut dapat diamati pada percobaaan slinki

maupun pada tali yang digetarkan dengan ujung tetap. Dapat juga kita amati pada

saat kita melemparkan batu pada permukaan air kolam akan terlihat adanya

gelombang –gelombang air yang berbentuk lingkaran. Didalam perambatannya

gelombang membawa energi. Hal ini dapat kita rasakan pada gelombang laut.

Bila kita berada dipantai kita akan merasakan adanya dorongan gelombang laut

pada kaki kita,bahkan bila gelombang cukup besar dapat menghanyutkan kita.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa gelombang adalah suatu bentuk

rambatan energi.

Gelombang dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

a). Gelombang mekanik adalah gelombang yang perambatannya memerlukan

medium. Contohnya adalah gelombang bunyi yang dapat merambat pada zat

padat,cair ,maupun gas, tetapi tidak dapat merambat dalam ruang hampa

udara.Contoh yang lain adalah gelombang pada permukaan zat cair,gelombang

(41)

b). Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang tidak memerlukan

medium, gelombang ini dapat merambat pada ruang hampa. Contoh :gelombang

radio, sinar X, gelombang radar sinar Gama. Sifat-sifat gelombang

elektromagnetik:

1). Merambat tanpa zat perantara

2). Kecepatan rambat 3x 10 pangkat 8 m/ detik

3). Tidak dipengaruhi dalam medan magnet maupun medan listrik.

4). Selalu bersifat transversal.

2. Gelombang Transversal

Gelombang transversal adalah gelombang yang arah ramabatnya tegak lurus

dengan arah getarannya.Gelombang transversal berupa bukit dan lembah

gelombang, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

b f

a b1 c d1 e f1 g h1 i

d h

Keterangan :

a). Satu gelombang terdiri dari satu lembah dan satu bukit, yaitu dari:a-b-c-d-e

(42)

b). Amplitudo : b-b1 atau d-d1 atau f-f1 atau h-h1

c). Panjang a-c-e atau panjang c-e-g disebut panjang satu gelombang dan

dilambangkan λ(lamda).

3. Gelombang Longitudinal

Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya sama dengan

arah rambatnya.Untuk lebih jelasnya perhatika gambar dibawah ini:

rapatan renggangan rapatan renggangan

Sifat- sifat gelombang longitudinal, yaitu:

a.Gelombang longitudinal berupa rapatan dan renggangan.

b.Satu gelombang longitudinal terdiri dari dari satu rapatan dan satu renggangan.

c. Panjang gelombang adalah jarak antara dua rapatan atau dua renggangan yang

(43)

4.Hubungan antara panjang gelombang (λ),frekuensi (f) dan cepat rambat gelombang

a. Periode dan Frekuensi Gelombang

Banyaknya gelombang yang terjadi dalam setiap detik disebut dengan

frekuensi gelombang diberi lambang (f) yang dinyatakan dalam satuan Hertz

(Hz.Jika frekuensi gelombang 50 Hz maka gelombang yang terjadi adalah 50

gelombang setiap detik periodenya adalah 1/50 detik, sehingga hubungan antara f

dan t dapat dituliskan:

f : 1/T atau T : 1/f

b. Hubungan Antara Panjang Gelombang (λ), Frekuensi (f) Dan Cepat Rambat Gelombang

Jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu detik disebut

cepat rambat gelombang.Satuan cepat rambat gelombang adalah

m/detik.Hubungan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

v = λ x f atau λ = v/f atau f = v/λ

Keterangan:

v : cepat rambat gelombang (m/s)

λ : panjang gelombang (m)

(44)

5. Pemantulan Gelombang

Pemantulan gelombang tali pada ujung terikat gelombang datang aka

dipantulkan berlawanan fase, sehingga bukit gelombang akan dipantulkan

sebagai lembah gelombang demikian juga lembah gelombang akan dipantulkan

sebagai bukit gelombang.

Pemantulan gelombang pada tali ujung bebas merupakan kebalikan dari

pemantulan gelombang pada tali ujung terikat,gelombang datang dipantulkan

sefase, sehingga bukit gelombang tetap akan dipantulka sebagai bukit gelombang

dan lembah gelombang akan dipantulkan sebagai lembah gelombang.

Pemantulan gelombang pada permukaan air ketika mengenai dinding

penghalang serupa dengan pemantulan gelombang tali pada ujung yang

terikat,yaitu dipantulkan berlawanan fase.

6. Kaitan Gelombang Dengan Peristiwa Alam Berikut Pemanfaatannya

a. Peristiwa Kilat Atau Guntur

Kilat dan guntur terjadi pada saat bersamaan di awan.Kilat dari awan

disalurkan ke tanah atau awan lainnya oleh gelombang cahaya.sedangkan guntur

dari awan disalurkan ke tanah melalui gelombang bunyi.Kilat mengalirkan

gelombang listrik dengan kekuatan antara 10.000 hingga 40.000

amper.Gelombang itu dialirkan melalui saluran udara sempit,tetapi bisa mencapai

(45)

b. Gelombang Laut

Gelombang laut dapat dimanfaatkan karena gelombang laut menyimpan

energi. Dengan mengetahui tinggi gelombang , panjang gelombang, dan

periodenya, kita dapat menentukan besar energi yang dikandung gelombang , dan

merubahnya ke energi listrik.Lokasi potensial untuk membangun pusat

pembangkit tenaga gelombang laut adalah dilaut lepas dan di perairan

pantai.Salah satu contoh pusat pembangkit tenaga gelombang laut adalah di Bali

berukuran 1 MW.

c. Gelombang Seismik

Peristiwa alam yang juga berhubungan dengan gelombang dan sering

menimbulkan bencana adalah gempa bumi. Gempa bumi akan menimbulkan

gelombang seismik.

d. Radiasi Gelombang Elektromagnetik

Peristiwa alam yang setiap hari kita alami adalah radiasi gelombang

elektromagnetik yang dipancarkan oleh sinar matahari. Radiasi ini telah

dimanfaatkan dalam panel surya, yang mengkonversikan energi surya menjadi

menjadi energi kalor untuk memanaskan air, dan juga dimanfaatkan dalam sel

(46)

Radiasi gelombang elektromagnetik yang dikenal sebagai gelombang

micro(micro wave) dimanfaatkan untuk memasak makanan dalam kompor

microwave.

e. Gelombang Bunyi

Gelombang bunyi yang sering dimanfaatkan dalam tehnologi adalah

gelombang ultrasonik.Diantaranya adalah pada peralatan USG ( Ultrasonografi)

untuk memeriksa kanker hati dan melihat janin. Gelombang ultrasonik juga dapat

dimanfaatkan untuk mengetahui kedalaman laut atau mengetahui kawanan ikan.

Keberadaan minyak bumi dalam tanah pun dapat diketahui dengan menggunakan

prinsip bahwa gelombang bunyi merambat dengan kecepatan yang berbeda saat

melalui lapisan tertentu.Para ahli biasanya mengguankan sonar untuk mangetahui

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Prosedur Penelitian.

Penelitian ini untuk mengetahui apakah metode Komik Fisika efektif

dipakai dalam kegiatan belajar mengajar pada konsep Getaran dan Gelombang di

kelas VIIIA dan VIIIB. Didalam melaksanakan penelitiananya, peneliti melalui

beberapa tahap sebagai berikut :

A.1. Ijin pada pihak Sekolah.

Sebelum melakukan kegiatan penelitian pada tanggal 25 Agustus

2006 peneliti meminta ijin pada pihak Sekolah dengan membawa

Surat Ijin Penelitian dari kampus, agar diijinkan untuk dapat

melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

A.2. Pre-Test.

Untuk kedua kelas diberi Pre-Test dengan soal yang sama.Untuk

pokok bahasan Getaran Pre-test selalu diberikan setiap kali

pembelajaran dengan menggunakan Komik Fisika. Sedangkan pada

pokok bahasan Gelombang Pre-Test hanya diberikan sekali yaitu

pada sebelum pembelajaran Komik Fisika dimulai Hal ini

disebabkan karena keterbatasan waktu yang diberikan oleh pihak

(48)

A .3. Proses Belajar Mengajar.

Pada penelitian ini, peneliti dibantu oleh satu observer.

Observer ini bertugas untuk membantu mengarahkan siswa dalam

kelas selama proses pembelajaran berlangsung baik untuk kelas

VIIIA maupun kelas VIIIB.

Kegiatan belajar mengajar pada kelas tersebut melalui

langkah-langkah tersendiri. Langkah-langkah pembelajaran dengan

metode Komik Fisika adalah sebagai berikut :

a. Memberikan pre-test yang berhubungan dengan pokok bahasan yang akan

disampaikan

b. Membagikan / memberikan materi kepada siswa yang sudah dibuat dalam

bentuk komik fisika.

c. Memberikan waktu kepada siswa untuk membaca dan memahami isi komik

tersebut.

d. Membimbing dan mengarahkan siswa apabila menemui kesulitan disaat

proses pembelajaran berlangsung.

e. Memberikan pos-test kepada siswa untuk mengukur tingkat pemahaman

siswa dalam belajar dengan menggunakan komik fisika

Didalam pelaksanaannya ternyata waktu yang diperlukan dalam penelitian

lebih banyak dari pada desain yang telah dibuat. Untuk menyikapi hal ini, peneliti

memberikan komik kepada masing-masing siswa untuk dibawa pulang.Hal ini

diharapkan agar setiap siswa dapat mempelajarinya diluar jam pelajaran

(49)

A . 4. Post-Test dan Kuesiner Minat

Setelah proses pembelajaran usai kedua kelas tersebut diberi soal

Post-Test yang sama baik jumlah maupun bobotnya . Untuk pokok

bahasan Getaran salalu diberikan setiap kali pembelajaran dengan

menggunakan Komik Fisika tersebut usai. Sedang pada pokok

bahasan Gelombang Post-Test hanya hanya diberikan satu kali yaitu

pada akhir pembelajaran dengan Komik Fisika pokok bahasan

Gelombang selesai.

Untuk mengukur tingkat minat siswa selama mengikuti

pembelajaran fisika dengan menggunakan Komik Fisika, peneliti

memberikan kuesioner minat. Kuesiner ini berjumlah 7 yang

berisikan tentang jawaban-jawaban siswa selama mengikuti

pembelajaran ini.

A. 5. Analisis Data Penelitian.

Seletah proses pembelajaran dengan menggunakan komik Fisika ini

didapat data hasil belajar siswa dan minat belajar siswa selama

mengikuti pembelajaran ini. Data hasil belajar yaitu berupa data

Pre-Test dan data Post-Pre-Test sedangkan data minat belajar siswa berupa

jawaban-jawaban siswa dalam kuesioner minat Analisis data diolah

berdasarkan metode analisis data seperti yang tertulis pada sub bab

(50)

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen, kualitatif-kuantitatif.

Dikatakan penelitian ekperimen karena ada perlakuan terhadap subyek penelitian.

Dikatakan penelitian kuantitatif karena kesimpulan yang diambil berdasarkan

perhitungan statistika dan penelitian kualitatif karena kesimpulan mengenai

peningkatan pemahamannya disimpulkan secara kualitatif berdasarkan kualitas

jawaban subyek penelitian.

C. Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada :

Sekolah : SMP Pancasila Ceper, Klaten

Waktu : (1). 1 – 22 September 2006

(2). 22 Januari – 2 Februari 2007

Penelitian ini dilakukan 2 kali. Karena pada penelitian yang pertama

materi yang disampaikan cukup sederhana sehingga dilakukan penelitian yang

kedua dengan materi yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data

yang lebih spesifik dan lebih lengkap. Penelitian pertama yaitu pada pokok

bahasan Getaran dan penelitian yang kedua pada pokok bahasan Gelombang.

D. Populasi Dan Sampel

Penelitian ini dilakukan di SMP Pancasila Ceper Klaten. Alasan mengapa

penelitian ini dilakukan pada tempat ini adalah (1). Di SMP Pancasila ini belum

(51)

menggunakan metode Komik Fisika sebagai media pembelajaran. (2). Dekatnya

lokasi sekolah dengan tempat tinggal peneliti sehingga memudahkan peneliti

melakukan kegiatan penelitian. (3). Hubungan yang baik dengan guru mata

pelajaran di SMP ini sehingga memudahkan untuk bekerja sama.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Pancasila Ceper kelas

VIII. Sedangkan sampel dari penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII A dan

VIII B. Dimana tiap kelas jumlah siswa ada 30 siswa jadi sampel dari populasi

berjumlah 60 siswa.

E. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, ada dua variabel yang akan diteliti,yaitu sebagai

berikut:

1. Prestasi belajar siswa

Dalam penelitian ini akan diteliti tentang prestasi belajar siswa

pada konsep Getaran dan Gelombang. Peningkatan prestasi belajar

siswa dapat dilihat dari hasil Pre-test dan Post-test.

2. Peningkatan pemahaman siswa

Dalam penelitian ini juga akan diteliti tentang peningkatan

pemahaman siswa selama mengikuti pembelajaran fisika dengan

menggunakan media Komik Fisika. Peningkatan pemahaman

siswa dapat dilihat tentang bagaimana konsep awal siswa tentang

Getaran dan Gelombang, apakah ada miskonsepsi yang dialami

(52)

yang diterima oleh siswa dari kurang lengkap menjadi lebih

lengkap atau dari yang salah menjadi benar.

F. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel penelitian ditentukan tanpa menggunakan acuan

apa-apa. Karena sistem yang digunakan dalam pembagian kelas pada sekolah tersebut

adalah random maka peneliti mengasumsikan bahwa kemampuan dasar rata-rata

siswa pada sekolah itu sama.

G. Desain Pembelajaran

Sebelum melakukan penelitian sangat perlu dibuat desain penelitian.

Desain penelitian ini berisikan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh

peneliti didalam melaksanakan penelitiannya agar penelitian yang dilakukan dapat

berjalan dengan baik sesuai apa yang diharapkan. Desain penelitian ini selalu

dilaksanakan setiap kali proses pembelajaran fisika dan merupakan suatu siklus.

Langkah-langkah tersebut digambarkan dalam diagram alur sebagai berikut :

Penentuan sampel

Penyusunan instrument penelitian

Proses pembelajaran Pre-test

Post-test

Data Pre-test

Data Post-test

(53)

Proses pembelajaran dalam diagram tersebut meliputi:

1. Membagikan / memberikan materi kepada siswa yang sudah dibuat dalam

bentuk komik fisika.

2. Memberikan waktu kepada siswa untuk membaca dan memahami isi

komik tersebut.

3. Membimbing dan mengarahkan siswa apabila menemui kesulitan disaat

proses pembelajaran berlangsung.

H. Instrumen Penelitian

Untuk menjaring data penelitian diperlukan 2 jenis instrumen yaitu intrument

pembelajaran dan instrument pengumpulan data.Instrument pembelajaran terdiri

dari Rencana Pembelajaran dan Komik Fisika. Sedangkan instrument

pengumpulan data terdiri dari Pre-Test,Post-Test dan kuesioner minat belajar

siswa.

1. Instrumen Pembelajaran.

Instrumen ini adalah instrumen yang digunakan peneliti dalam proses

pembelajaran di kelas baik untuk kelas VIIIA dan VIIIB. Dalam penelitian ini

instrumen tersebut adalah Rencana Pembelajaran dan Komik Fisika.

1.1 Rencana Pembelajaran

Bagian dari Rencana Pembelajaran adalah (1) identifikasi yang meliputi

mata pelajaran, satuan pendidikan, kelas dan semester, dan alokasi waktu, (2)

(54)

pembelajaran, (6) media dan sumber pembelajaran , (7) penilaian. Format silabus

yang digunakan adalah sebagai berikut, dan Rencana Pembelajaran Pokok

Bahasan Getaran dan Gelombang dapat dilihat pada lampiran.

FORMAT RENCANA PEMBELAJARAN

dibuat berdasarkan pada buku–buku materi fisika yang biasa digunakan oleh guru

sebagai buku panduan dalam mengajar dengan memadukan ilustrasi berupa

gambar kartun yang tidak berwarna disajikan dalam bentuk komik fisika namun

tetap sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan pada pertemuan tersebut.

Instumen ini tidak diuji cobakan terlebih dahulu karena alasan waktu yang yang

kurang tersedia, sehingga validitas yang bisa diukur adalah validitas isi dan

(55)

Menurut Suharsimi Arikunto (1987:61), menyatakan bahwa sebuah instrumen

bisa dikatakan memiliki validitas apabila intrumen tersebut sudah sesuai dengan

isi atau materi yang diajarkan. Sedangkan instrumen tersebut dikatakan sudah

memiliki validitas konstruksi apabila insrumen itu sudah sesuai dengan aspek

yang akan diukur. Dalam pembuatan komik fisika ini telah berpedoman pada

materi yang tertera dalam kurikulum, buku-buku panduan SMP yang digunakan

dalam proses pengajaran selama ini. Dengan demikian instrumen ini telah

memenuhi validitas isi dan kontruksi. Komik fisika yang dibuat oleh peneliti ini

dibawah bimbingan dosen permbimbing penelitian.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrument ini adalah instrumen yang digunakan peneliti untuk mengupulkan

data-data yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian yang dilaksanakan.

Dalam penelitian ini instrumen tersebut adalah soal pre-test, soal post-test dan

kuisioner sikap siswa pada metode Komik Fisika .

2.1. Pre – Test.

Pre-tes yaitu tes yang diberikan kepada siswa sebelum dimulainya proses

pembelajaran. Tujuan pre-tes ini yaitu untuk mengetahui kemampuan awal siswa

sebelum mengikuti pembelajaran fisika. Soal-soal pre-tes ini dibuat bersama

dengan guru pengampu mata pelajaran. Sebagian dari soal ini dibuat oleh peneliti

dan sebagian lagi dibuat oleh guru mata pelajaran.

Untuk menghindari kemungkinan manipulasi data dan soal yang dilakukan

Gambar

Tabel 19.Pemahaman konsep untuk pokok bahasan Getaran II ……..     60
Tabel data Pre-Test dan Post-Test Siswa (Pokok Bahasan
Tabel variasi jawaban siswa dalam mengerjakan soal
gambar kartun yang tidak berwarna disajikan dalam bentuk komik fisika namun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian Putz-Bankuti et al ini yaitu terdapat hubungan signifikan dari 25(OH)D dengan derajat disfungsi hati dan memberi kesan bahwa rendahnya kadar

Proses Kejadian yang dapat menyebabkan resiko pada mutu produk Kondisi kejadian yang dapat menyebabkan keparahan pada kualitas, keamanan, S Tingkat kemungkinan (probabilitas)

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Karena, selain untuk melakukan penindakan terhadap pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai, kegiatan patroli laut juga memiliki fungsi pencegahan terhadap terjadinya pelanggaran

Pendaftar hanya dapat melamar satu jenis formasi yang kosong pada satu instansi (pelaksanaan tes tertulis serempak se Jawa Tengah). Panitia tidak akan memproses berkas

Terbukti dari perbedaan jenjang-jenjang pendidikan antara Indonesia dan Singapura yaitu, perbedaan yang cukup jauh dalam jenjang pendidikan dasar negara Singapura hanya 6

Sebelum, sambil menunggu giliran pemeriksaan atau setelah pemeriksaan selesai petugas pelaksanaan Posbindu PTM melakukan penyuluhan kelompok termasuk rokok, IVA, dan CBE

memiliki badan-badan perwakilan, dengan tujuan untuk mengatur partisipasi warga.. daerah dimulai pada tahun 2003 oleh pemerintahan konstitusional Timor Leste