• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kota

Kota dalam pengertian administrasi pemerintahan diartikan secara khusus, yaitu suatu bentuk pemerintah daerah yang merupakan daerah perkotaan. Wilayah kota secara administratif tidak selalu semuanya berupa daerah terbangun perkotaan (urban), tetapi umumnya juga masih mempunyai bagian wilayah yang berciri perdesaan (rural). Wilayah administratif pemerintahan kota dikelola oleh pemerintah kota yang bersifat otonom. Misalnya kota-kota ibukota kabupaten atau kota kecamatan tidak mempunyai struktur pemerintahan sendiri, tetapi merupakan bagian dari pemerintahan kabupaten (Sadyohutomo 2008).

Menurut Fandheli dan Muhammad (2009), pada saat ini hampir di setiap kota besar, telah ditemukan pulau-pulau panas (heat island) dengan suhu yang tinggi yang terdapat di beberapa bagian wilayah kota. Dampak lain akibat pembangunan adalah tata lanskap yang tidak teratur sehingga mengganggu tingkat kenyamanan seseorang yang berada di tempat itu. Keberadaan vegetasi pada Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) dapat mempengaruhi kondisi atmosfer setempat, karena vegetasi pohon mampu menurunkan suhu, menaikkan kelembaban, dan mengurangi kecepatan angin.

Keberadaan sekelompok pepohonan yang berkerapatan tinggi dapat mengkonservasi lingkungan dengan mengurangi temperatur yang tinggi di siang hari. Sementara itu, pada malam hari, pepohonan berperan sebagai penahan panas, sehingga suhu udara di bawah tajuk lebih hangat dibandingkan suhu udara di atas lahan terbuka (tanpa pohon). Daerah yang tertutup tegakan pohon akan mempunyai kelembaban yang relatif tinggi sedangkan keadaan tanahnya kering (pasir, kerikil, dan sejenisnya) cenderung untuk menimbulkan suhu yang tinggi dan kelembaban yang lebih rendah.

(2)

2.2 Ruang Terbuka Hijau

Menurut Irwan (1992), dalam rangka memenuhi kebutuhan di perkotaan terutama untuk pemukiman, seringkali lahan hijau menjadi korban, bahkan sekarang sudah meliputi daerah sekitarnya atau daerah batas kota. Sekarang banyak bekas tegalan atau kebun-kebun sudah berubah menjadi bangunan. Tambahan lagi pada umumnya pelaksanaan penghijauan di perkotaan kurang memperhatikan keanekaragaman. Sebaliknya keberadaan gas-gas seperti karbondioksida dan lainnya semakin meningkat terutama karena peningkatan kendaraan bermotor dan industri. Hasil sidang lingkungan hidup sedunia di Jepang, November 1991 menyatakan bahwa kendaraan bermotor sebagai penghasil CO2 adalah penyebab utama kenaikan suhu di dunia.

Tumbuhan hijau mengambil CO2 untuk proses fotosintesis dan

mengeluarkan C6H12O6 serta peranan O2 yang sangat dibutuhkan makhluk hidup.

Oleh karena itu, peranan tumbuhan hijau sangat diperlukan untuk menjaring CO2

dan melepas O2 kembali ke udara. Di samping itu berbagai proses metabolisme

tumbuhan hijau, dapat memberikan berbagai fungsi untuk kebutuhan makhluk hidup yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Fungsi dan peranan penghijauan perkotaan, antara lain

1. Sebagai paru-paru kota, tanaman sebagai elemen hijau, pada pertumbuhannya menghasilkan zat asam (O2) yang sangat diperlukan bagi

makhluk hidup untuk pernapasan.

2. Sebagai pengatur lingkungan (mikro), vegetasi akan menimbulkan hawa lingkungan setempat sejuk, nyaman, dan segar.

3. Pencipta lingkungan hidup (ekologis), penghijauan dapat menciptakan ruang hidup bagi makhluk hidup di alam.

4. Penyetimbangan alam (adaphis), merupakan pembentukan tempat-tempat hidup alam bagi satwa yang hidup di sekitarnya.

5. Perlindungan (protektif), terhadap kondisi fisik alami sekitarnya, (angin kencang, terik matahari, gas atau debu-debu).

6. Keindahan (estetika), dengan terdapatnya unsur-unsur penghijauan yang direncanakan secara baik dan menyeluruh menambah keindahan kota. 7. Kesehatan (hygine), misalnya untuk terapi mata.

(3)

8. Rekreasi dan pendidikan (edukatif), jalur hijau dengan aneka vegetasi mengandung nilai-nilai ilmiah.

9. Sosial politik ekonomi.

2.3 Struktur Vegetasi 2.3.1 Pohon

Pohon memiliki berbagai manfaat yaitu: pertama, pohon dapat menyediakan oksigen bagi manusia. Selain itu, pohon juga dapat menyegarkan persediaan udara kita dengan menyerap karbon dioksida yang kita hembuskan dan yang pabrik dan mesin hasilkan. Kedua, pohon dapat mengambil karbon dioksida. Ketiga, pohon dapat mereduksi polusi suara dengan berfungsi sebagai pelindung dari bising. Keempat, pohon menangkap partikel polusi udara dan menyerap sebagian, beberapa dimanfaatkan sebagai nutrisi untuk tumbuh. Kelima, pohon mengubah iklim mikro pada tapak dimana mereka tumbuh. Ketika suhu udara sebesar 29⁰C, suhu udara di atas permukaan jalan mungkin akan setinggi 42⁰C, tetapi di jalan yang banyak pohonnya, suhu udara permukaan hanya 31⁰C. Keenam, pohon mempunyai nilai estetik bagi lingkungan sekitar dan yang terakhir, pohon meningkatkan kualitas ruang terbuka hijau kota, membuatnya makin menarik bagi manusia dan membantu menciptakan komunitas yang kuat (Harman et al. 2000).

2.3.2 Semak

Semak adalah tumbuhan perdu yang mempunyai cabang kayu kecil dan rendah. Semak belukar dapat dimanfaatkan sebagai penghijauan rendah yang dapat dibentuk-bentuk dengan memotong tangkainya atau sebagai pagar hijau (Frick dan Suskiyanto 2007). Semak pada umumnya digunakan untuk menambah keindahan pada tapak karena semak memiliki bunga, warna, dan bentuk daun yang beraneka ragam. Semak digunakan untuk memperkaya struktur dari taman agar tidak terkesan monoton, selain itu semak juga dapat digunakan untuk mengalihkan angin dan berperan dalam ameliorasi iklim mikro setempat.

2.3.3 Rumput

Rumput merupakan struktur vegetasi yang biasa digunakan sebagai penutup permukaan tanah. Menurut Emmons (2000) dalam Ayuningtyas (2007), rumput

(4)

paetan memiliki daun lebar, berstolon, dan membetuk lapisan rumput yang padat. Rumput paetan sangat cocok untuk area dengan pemeliharaan minimum dan basah serta drainase buruk. Biasanya digunakan di pinggir jalan atau di daerah miring sebagai tanaman pengontrol erosi. Selain itu, penggunaan rumput pada tapak juga dimanfaatkan sebagai pereduksi suhu.

2.4 Land Cover dan Land Use

Land cover dapat didefinisikan sebagai tempat biofisik dari permukaan bumi dan dekat dengan sub permukaan, termasuk biota, tanah, topografi, permukaan air, air tanah, dan struktur buatan manusia. Dalam pengertian lain,

land cover menjelaskan campuran dari alam dan tutupan lahan buatan manusia pada permukaan bumi. Land use dapat diartikan sebagai penggunaan lahan oleh manusia. Land use melibatkan campuran dari sikap dimana atribut biofisik dari lahan dimanipulasi dan tujuan dari penggunaan dari lahan tersebut (Turner dkk 1995 dalam Weng 2010). Hubungan antara land use dan land cover tidak selalu langsung dan nyata (Weng 1999 dalam Weng 2010). Satu kelas dari land cover

dapat mendukung berbagai penggunaan, dimana satu land use bisa saja ada termasuk pengelolaan dari beberapa land cover yang berbeda (Weng 2010). Berikut beberapa land use yang dominan di perkotaan yaitu industri, perumahan, CBD, dan RTH kota.

2.4.1 Industri

Dalam buku Dirdjojuwono (2004), menurut National Industrial Zoning Comittee’s USA 1967, yang dimaksud dengan Kawasan Industri atau Industrial Estate atau sering juga disebut Industrial Park adalah sebuah kawasan industri di atas tanah yang cukup luas, yang secara administrasi dikontrol oleh seorang atau sebuah lembaga yang cocok untuk kegiatan industri karena lokasinya, topografinya, zoning yang tepat, ketersediaan semua infrastrukturnya (utilitas), dan kemudahan aksesibilitas transportasi.

Definisi lain, menurut Industrial Development Handbook dari ULI-the Urban Land Institute, Washington D.C. (1975), kawasan industri adalah suatu daerah atau kawasan yang biasanya didominasi oleh aktivitas industri. Kawasan industri biasanya mempunyai fasilitas kombinasi yang terdiri atas

(5)

peralatan-peralatan pabrik (industrial plants), penelitian dan laboraturium pengembangan, bangunan perkantoran, bank, serta prasarana lainnya seperti fasilitas sosial dan umum yang mencakup perkantoran, perumahan, sekolah, tempat ibadah, ruang terbuka dan lainnya.

Di Indonesia, kawasan industri dapat mengacu pada Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 41 Tahun 1996. Menurut Keppres tersebut, yang dimaksud dengan kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri. Dengan demikian ciri-ciri dari kawasan industri adalah

1. lahan sudah dilengkapi sarana dan prasarana,

2. ada suatu badan (manajemen) pengelola yang memiliki izin usaha kawasan industri,

3. biasanya diisi oleh industri manufaktur (pengolahan beragam jenis).

2.4.2 Perumahan

Iklim mikro adalah salah satu aspek yang harus dipertimbangkan ketika membuat solusi desain yang memperhatikan proses alam. Persaingan bagi desainer pemukiman yaitu untuk menyadari dan memahami iklim mikro yang berbeda-beda sehingga desain dapat cocok untuk iklim mikro yang ada pada tapak. Setiap tapak mempunyai ciri-ciri iklim mikronya masing-masing yang dihasilkan dari kondisi tapak secara khusus termasuk orientasi tapak, lokasi rumah, orientasi rumah, ukuran rumah, topografi, pola drainase, jumlah, dan lokasi dari tumbuhan eksisting, area, dan lokasi dari material tanah termasuk

pavement (Booth NK dan Hiss JE 2004).

2.4.3 Central Bussines District (CBD)

Pengertian dari CBD adalah penggunaan lahan yang berfungsi dalam revitalisasi pusat keramaian kota dan memandu perluasan dan pengembangannya, serta mengelola posisinya sebagai pusat perbelanjaan yang dominan. CBD juga berfungsi untuk menyediakan tempat perbelanjaan untuk memenuhi kebutuhan penduduk kota dengan menyediakan fasilitas perbelanjaan. CBD diharapkan dapat mendorong perencanaan pengembangan kawasan komersial yang berintegrasi

(6)

sehingga dapat terlihat bagus, berfungsi secara baik, dan tidak menimbulkan konflik lalu-lintas. Selain itu, CBD dapat menciptakan grup yang terdiri dari penggunaan komersial yang berhubungan atau bergantung pada lalu-lintas jalan raya (Eckbo 1964).

2.4.4 Ruang Terbuka Hijau Kota

Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut (DPU 2005).

Menurut Dahlan (2004), salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan daya dukung lingkungan hidup di perkotaan adalah dengan mencipta-wujudkan kota di dalam hutan dan taman dengan menggunakan pendekatan Ilmu Hutan Kota. Definisi Hutan Kota menurut Rapat Teknis Departemen Kehutanan Tahun 1991: “Suatu lahan bertumbuhkan pepohonan di dalam wilayah perkotaan di dalam tanah negara maupun tanah milik yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air, udara, habitat flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang solid yang merupakan ruang terbuka hijau pepohonan, serta areal tersebut ditetapkan oleh pejabat berwenang sebagai Hutan Kota.

2.5 Iklim Mikro

Iklim atau cuaca rata-rata terutama merupakan fungsi matahari. Kata “climate” berasal dari bahasa Yunani “klima”, yang berarti kemiringan bumi yang

respek terhadap matahari. Orang Yunani yakin bahwa iklim merupakan fungsi garis lintang matahari sehingga mereka membagi dunia dalam zona tropis, sejuk, dan dingin. Atmosfer adalah mesin pemanas raksasa berbahan bakar matahari. Karena atmosfir transparan terhadap energi surya, pemanasan udara terutama terjadi di permukaan bumi. Begitu udara menjadi panas, ia akan naik dan menyebabkan tekanan rendah di daratan. Sebaliknya, begitu permukaan bumi

(7)

tidak sama menerima panas, akan terjadi tekanan relatif rendah atau tinggi dibarengi hembusan angin dan konsekuensinya.

Di kota-kota besar, penggabungan semua efek struktur buatan manusia mengahasilkan perbedaan iklim yang signifikan dengan daerah pinggir kota sekelilingnya. Suhu rata-rata tahunan biasanya akan menunjukkan sekitar 1,5oF lebih hangat, sementara suhu minimum sekitar 3oF lebih tinggi. Dalam musim panas, kota-kota dapat menjadi 7oF lebih hangat dibandingkan dengan wilayah perdesaan sehingga dikenal dengan Heat Island. Namun, radiasi matahari akan lebih rendah sekitar 20 persen karena pengotoran udara dan kelembaban relatif berkurang sekitar 6 persen, sebab jumlah tanaman berkurang. Meski seluruh kecepatan angin berkurang sekitar 25 angin lebih rendah, kecepatan angin lokal yang sangat tinggi, seringkali terjadi di lorong-lorong kota (Lechner 2007).

2.5.1 Suhu Udara

Suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer. Satuan suhu yang biasa digunakan adalah derajat celcius (oC), sedangkan di Inggris dan beberapa negara lainnya dinyatakan dalam derajat fahrenheit (oF).

o

C = 5/9 (oF-32o)

o

F = 9/5 (oC)

Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu di permukaan bumi, antara lain: 1. Jumlah radiasi yang diterima per tahun, per hari, dan per musim.

2. Pengaruh daratan atau lautan.

3. Pengaruh ketinggian tempat. Tentang hal ini, Braak memberikan rumusan sebagai berikut: makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, maka suhu akan semakin rendah.

to = (26-0,61 h) oC

4. Pengaruh angin secara tidak langsung, misalnya angin yang membawa panas dari sumbernya secara horizontal.

5. Pengaruh panas laten, yaitu panas yang disimpan dalam atmosfer.

6. Penutup tanah, yaitu tanah yang ditutupi vegetasi yang mempunyai temperatur yang lebih rendah daripada tanah tanpa vegetasi.

(8)

8. Pengaruh sudut datang sinar matahari. Sinar yang tegak lurus akan membuat suhu lebih panas daripada yang datangnya miring (Kartasapoetra 2004).

2.5.2 Kelembaban Udara

Kelembaban adalah banyaknya kadar uap air yang ada di udara. Dalam kelembaban dikenal beberapa istilah seperti:

1. Kelembaban mutlak adalah massa uap air yang berada dalam satu satuan udara, yang dinyatakan dalam gram/m3.

2. Kelembaban spesifik, merupakan perbandingan massa uap air di udara dengan satuan massa udara, yang dinyatakan dalam gram/kilogram.

3. Kelembaban relatif, merupakan perbandingan jumlah uap air di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung udara pada temperatur tertentu, yang dinyatakan dalam persen. Angka kelembaban relatif dari 0-100 persen, dimana 0 persen artinya udara kering, sedangkan 100 persen artinya udara jenuh dengan uap air dimana akan terjadi titik-titik air.

Keadaan kelembaban di atas permukaan bumi berbeda-beda. Pada umumnya, kelembaban tertinggi ada di khatulistiwa sedangkan terendah pada lintang 40o. Daerah rendah ini disebut horse latitude, curah hujannya kecil. Massa udara bergerak dari maksimum ke minimum, perpindahan akan menyebabkan kekosongan di daerah maksimum.

Besarnya kelembaban suatu daerah merupakan faktor yang dapat menstimulasi curah hujan. Di Indonesia, kelembaban udara tertinggi dicapai pada musim hujan dan terendah pada musim kemarau. Besarnya kelembaban di suatu tempat pada suatu musim erat hubungannya dengan perkembangan organisme terutama jamur dari penyakit tumbuhan, misalnya penyakit blister blight. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan yang dikenal dengan exobasidium hexans, dan menyerang RH (relative humidity/kelembaban) selama 3 hari berturut-turut 85 persen. Disamping itu, RH dipengaruhi pula oleh adanya pohon pelindung, terutama apabila pohonnya rapat (Kartasapoetra 2004).

2.6 Sistem Informasi Geografis

Menurut Skidmore (2002), teknologi Geographic Information System (GIS) telah dikembangkan sebagai alat yang mengorganisasi, menyimpan, menganalisis,

(9)

dan menampilkan data spasial. Secara umum GIS atau dikenal pula dengan SIG (Sistem Informasi Geografis) merupakan sistem informasi berbasis komputer yang menggabungkan antara unsur peta (geografis) dan informasinya tentang peta tersebut (data atribut) yang dirancang untuk mendapatkan, mengolah, memanipulasi, analisa, memperagakan, dan menampilkan data spasial untuk menyelesaikan perencanaan, mengolah, dan meneliti permasalahan.

SIG membutuhkan masukan data yang bersifat spasial maupun deskriptif. Beberapa sumber data tersebut antara lain adalah:

1. Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah, dsb.). Peta analog adalah peta dalam bentuk cetakan. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi, sehingga sudah mempunyai referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata angin, dsb. Peta analog dikonversi menjadi peta digital dengan berbagai cara. Referensi spasial dari peta analog memberikan koordinat sebenarnya di permukaan bumi pada peta digital yang dihasilkan. Biasanya peta analog direpresentasikan dalam format vektor.

2. Data dari sistem Penginderaan Jauh (antara lain citra satelit, foto-udara, dsb.) Data Penginderaan Jauh dapat dikatakan sebagai sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediaanya secara berkala. Dengan adanya bermacam-macam satelit di ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita bisa menerima berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format raster.

3. Data hasil pengukuran lapangan. Contoh data hasil pengukuran lapang adalah data batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan, dsb., yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan tersendiri. Pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut.

4. Data Global Positioning System (GPS). Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG. Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor (Punthadewo dkk 2003 dalam Rustiadi dkk 2009).

Referensi

Dokumen terkait

Dari data yang terkumpul, maka didapat kesimpulan bahwa sistem pakar yang akan dirancang dapat menggunakan metode fuzzy, hal ini dikarenakan bahwa para pakar selalu

Dari hasil penelitian ini akan terlihat bagaimana mahasiswa menerapkan peraturan tata guna lahan pada hasil tugas SPA 3 sesuai ketentuan yang telah diatur dalam RTRW

Kegiatan refleksi dilakukan setelah melakukan proses belajar pembelajaran. Evaluasi dilakukan sebanyak 2 kali tiap pertemuan. Kegiatan refleksi dilakukan berdasarkan

dari Republik Indonesia dan Kementerian Pendidikan dar i Kerajaan Arab Saudi (yang untuk selanjutnya dikatakan sebaga · i " Para Pihak " ) ,

Dengan keteladanan yang dimiliki, guru diharapkan mampu mengetahui nilai-nilai karakter yang harus diajarkannya kepada peserta didik, memahami bagaimana

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Sejumlah kelompok serangga seperti kumbang (terutama kumbang pupuk), semut, kupu-kupu dan rayap memberikan respons yang khas terhadap tingkat kerusakan hutan sehingga memiliki

Hasil penelitian di kelas X MIA 2 SMA Batik 1 Surakarta menunjukkan setiap aspek keterampilan proses sains peserta didik meningkat dan miskonsepsi peserta didik pada