i
PEMINJAMAN MODAL PADA LEMBAGA KREDIT
INFORMAL OLEH PEDAGANG DI PASAR UMUM
MUNTILAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh:
Antonius Eko Wahyu Nugroho NIM: 091324017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
Kupersembahkan karya ini untuk:
o
Tuhan Yesus Kristus, Bunda
Maria, dan Santo Antonius
o
Bapak
Fransiskus
Xaverius
Sukirno dan Ibu Anastasia
Tunem
o
Keluarga Besarku dan
Sahabat-sahabat semuanya
o
Keluarga Besar Pendidikan
Ekonomi 2009
o
Almamaterku
Universitas
v
Mat. 5:13-16
"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain
dibuang dan diinjak orang.
Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua
orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat
perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."
(Alexander Pope)
Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana
daripada sebelumnya.
(Albert Einstein)
viii
ABSTRAK
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMINJAMAN MODAL PADA LEMBAGA KREDIT INFORMAL OLEH
PEDAGANG DI PASAR UMUM MUNTILAN
Antonius Eko Wahyu Nugroho Universitas Sanata Dharma
2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah kebutuhan modal, intensitas informasi dari pedagang lain, jumlah pendapatan keluarga, dan pengajuan persyaratan kredit terhadap keputusan peminjaman modal pada lembaga kredit informal oleh pedagang di Pasar Umum Muntilan.
Penelitian ini adalah penelitian eksplanatif yang dilaksanakan di Pasar Umum Muntilan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014. Populasi dari penelitian ini adalah pedagang di Pasar Umum Muntilan yang pernah meminjam uang pada lembaga kredit informal (rentenir) sebanyak 312 pedagang. Sampel diambil dengan teknik Simple Random Sampling sebanyak 76 pedagang. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner. Uji instrumen berupa uji validitas dan reliabilitas digunakan pada variabel jumlah kebutuhan modal, intensitas informasi dari pedagang lain, jumlah pendapatan keluarga, pengajuan persyaratan kredit, dan keputusan peminjaman modal. Analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tidak ada pengaruh positif jumlah kebutuhan modal terhadap keputusan pedagang dalam mengambil modal di lembaga kredit informal (nilai sig. 0,532 > = 0,05), (2) tidak ada pengaruh positif intensitas informasi dari pedagang lain terhadap keputusan pedagang dalam mengambil modal di lembaga kredit informal (nilai sig. 0,534 > = 0,05), (3) ada pengaruh positif jumlah pendapatan keluarga terhadap keputusan pedagang dalam mengambil modal di lembaga kredit informal (nilai sig. 0,049 > = 0,05), (4) tidak ada pengaruh signifikan pengajuan persyaratan kredit terhadap keputusan pedagang dalam mengambil modal di lembaga kredit informal (nilai sig. 0,183 > = 0,05), (5) jumlah kebutuhan modal, intensitas peminjaman modal, jumlah pendapatan keluarga, dan pengajuan persyaratan kredit dapat menjelaskan variabel keputusan pedagang dalam mengambil modal di lembaga kredit informal sebesar 8,3% (R Square = 0,083)
ix
THE AFFECTING FACTORS IN DECISION OF CAPITAL BORROWING ON INFORMAL CREDIT INSTITUTIONS BY TRADERS IN MUNTILAN PUBLIC
MARKET
Antonius Eko Wahyu Nugroho Sanata Dharma University
2014
The purpose of this study is to find out the influence of the amount of capital needed, intensity of information from the other traders, the amount of family income, and filing requirements of credit against decision of capital borrowing on informal credit institution by traders in Muntilan public market.
This study is an explanatory study conducted in Muntilan public market from February to March 2014. The population of this study were 312 Public Market traders in Muntilan who never borrowed money on informal credit institutions as 76 traders. Samples were taken by a simple random sampling technique. Data were collected by using a questionnaire. Test instruments such as validity and reliability were used on a variable, amount of capital needed, intensity of information from the other traders, the amount of family income, filing requirements of credit, and capital lending decisions. Data were analyzed by using multiple linear regression analysis.
The result of this study indicates that: (1) there isn't any positive effect to amount of capital needed against decision of capital borrowing on informal credit institution (sign.value 0,532 > = 0,05), (2) there isn't any positive effect intensity of information from the other traders against decision of capital borrowing on informal credit institution (sign. value 0,534 > = 0,05), (3) there is positive effect to amount of family income needed against decision of capital borrowing on informal credit institution (nilai sig. 0,049 > = 0,05), (4) there isn't any positive effect filing requirements of credit against decision of capital borrowing on informal credit institution (nilai sig. 0,183 > = 0,05), (5) the amount of capital needed, intensity of information from the other traders, the amount of family income, and filing requirements of credit can explain the variables decision of capital borrowing on informal credit institution as big as 8,3% (R Square = 0,083)
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
2. Intensitas Informasi dari Pedagang Lain ... 16
3. Jumlah Pendapatan Keluarga ... 22
4. Pengajuan Persyaratan Kredit ... 27
5. Lembaga Kredit Informal ... 31
B. Hasil Penelitian yang Relevan……….. 36 C. Hipotesis dan Kerangka Berpikir ... 38
1. Hipotesis ... 38
xv
a. Deskripsi Jumlah Kebutuhan Modal... 58
b. Deskripsi Intensitas Informasi dari Pedaganga Lain . 62 c. Deskripsi Jumlah Pendapatan Keluarga ... 66
d. Deskripsi Pengajuan Persyaratan Kredit ... 70
e. Deskripsi Keputusan Pedagang ... 75
2. Uji Hipotesis ... 79
A. Gambaran Umum Objek Penelitian... 91
B. Deskripsi Responden ... 94
1. Deskripsi Data tentang Jumlah Kebutuhan Modal ... 95
2. Deskripsi Data tentang Intensitas Informasi dari Pedagang Lain ... 97
3. Deskripsi Data tentang Jumlah Pendapatan Keluarga ... 99
4. Deskripsi Data tentang Pengajuan Persyaratan Kredit ... 101
5. Deskripsi Data tentang Keputusan Pedagang ... 103
xvi
1. Pengujian Prasyarat ... 106
a. Uji Normalitas ... 106
D. Pengujian Hipotesis ... 108
E. Pengujian Asumsi Klasik ... 115
a. Uji Multikolieritas ... 115
b. Uji Heteroskedastisitas ... 117
c. Uji Autokorelasi ... 118
F. Pembahasan ... 119
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 136
A. Kesimpulan ... 136
B. Keterbatasan Penelitian... 139
C. Saran ... 140
DAFTAR PUSTAKA ... 142
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Hasil Uji Variabel Jumlah Kebutuhan Modal ... 49
Tabel III.2 Hasil Uji Variabel Intensitas Informasi dari Pedagang Lain ... 49
Tabel III.3 Hasil Uji Variabel Jumlah Pendapatan Keluarga ... 49
Tabel III.4 Hasil Uji Variabel Persyaratan Kredit ... 50
Tabel III.5 Hasil Uji Variabel Pengajuan Keputusan Pedagang... 50
Tabel III.6 Hasil Uji Reliabilitas... 52
Tabel III.7 Mean dan Standar Deviasi Variabel Jumlah Kebutuhan Modal ... 58
Tabel III.8 Interval Rata-Rata Penilaian Responden Jumlah Kebutuhan Modal……… 58
Tabel III.9 Kriteria Penilaian Responden Terhadap Jumlah Kebutuhan Modal ... 58
Tabel III.10 Mean dan Standar Deviasi Variabel Intensitas Informasi dari Pedagang Lain ... 62
Tabel III.11 Interval Rata-Rata Penilaian Responden Intensitas Informasi dari Pedagang Lain ... 62
Tabel III.12 Kriteria Penilaian Responden Terhadap Intensitas Informasi dari Pedagang Lain ... 62
Tabel III.13 Mean dan Standar Deviasi Kepemimpinan Jumlah Pendapatan Keluarga ... 66
Tabel III.14 Interval Rata-Rata Penilaian RespondenVariabel Jumlah Pendapatan Keluarga ... 67
Tabel III.15 Kriteria Penilaian Responden Terhadap Jumlah Pendapatan Keluarga ... 67
Tabel III.16 Mean dan Standar Deviasi Pengajuan Persyaratan Kredit ... 70
Tabel III.17 Interval Rata-Rata Penilaian Responden Variabel Pengajuan Persyaratan Kredit ... 71
Tabel III.18 Kriteria Penilaian Responden Terhadap Pengajuan Persyaratan Kredit ... 71
Tabel III.19 Mean dan Standar Deviasi Variabel Keputusan Pedagang ... 75
Tabel III.20 Interval Rata-Rata Penilaian Responden Keputusan Pedagang 75 Tabel III.21 Kriteria Penilaian Responden Terhadap Keputusan Pedagang 75 Tabel III.22 Uji Statistik Durbin-Watson ... 90
Tabel IV.1 Struktur Organisasi Pasar Umum Muntilan ... 93
Tabel IV.2 Distribusi Frekuensi mengenai Jumlah Kebutuhan Modal ... 95
xviii
Tabel IV.4 Distribusi Frekuensi Jumlah Pendapatan Keluarga ... 100
Tabel IV.5 Distribusi Frekuensi Pengajuan Persyaratan Kredit ... 102
Tabel IV.6 Distribusi Frekuensi Keputusan Pedagang ... 104
Tabel IV.7 Hasil Uji Normalitas ... 107
Tabel IV.8 Hasil Pengujian Hipotesis ... 108
Tabel IV.9 Model Summary ... 113
Tabel IV.10 Anova ... 114
Tabel IV.11 Hasil Uji Multikolinieritas ... 116
Tabel IV.12 Hasil Uji Heteroskedastis ... 117
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner dan Data Mentah ... 144
Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 158
Lampiran 3 Uji Prasyarat (Normalitas) ... 164
Lampiran 4 Uji Asumsi Klasik... 166
Lampiran 4 Uji Hipotesis ... 172
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan
sejahtera. Pemerintah dalam hal ini telah berupaya melakukan berbagai
pembangunan di banyak bidang. Dan pembangunan yang dilakukan
pemerintah seiring berjalannya waktu mulai membuahkan hasil yang ditandai
dengan kesejahteraan yang meningkat. Bahkan jumlah penduduk miskin pada
Maret 2013, berkurang menjadi 28,07 juta orang atau 11,37 persen jika
dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2012 sebesar 28,59
juta orang atau 11,66 persen (Badan Pusat Statistik : Maret 2013). Namun hal
tersebut masih diikuti oleh jumlah pengangguran yang masih mencapai angka
7,17juta orang dari total jumlah angkatan kerja Indonesia sebanyak 121,2 juta
orang (Badan Pusat Statistik: Februari 2013).
Pengangguran yang masih tinggi tersebut dapat berpotensi menghambat
pembangunan nasional dan justru akan mendorong meningkatnya angka
kemiskinan. Penganguran pada umumnya terjadi di perkotaan atau bahkan di
pedasaan seluruh Indonesia. Pengangguran ini terjadi karena terbatasnya
ketrampilan dan kesempatan seseorang untuk terjun di dunia kerja. Hal ini
dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan atau kurangnya informasi
pihak swasta telah berupaya untuk ikut mengurangi jumlah pengangguran
dengan ikut membuka banyak lapangan pekerjaan, tetapi jumlah lapangan kerja
tidak mencukupi untuk menyerap jumlah penganggur yang ada.
Oleh karena itu berwirausaha menjadi salah satu cara dalam upaya
mengatasi pengangguran. Wirausaha tidak hanya berskala besar, yang berskala
kecil pun sangat diperlukan kehadirannya. Mereka dapat saling menunjang
dengan wirausaha yang berskala menengah maupun yang berskala besar.
Menjadi pedagang di pasar tradisional juga merupakan salah satu bentuk
wirausaha yang dapat dijadikan sumber pendapatan. Apalagi dengan menjadi
pedagang di pasar yang notabenya adalah tempat jual beli berlangsung,
peluang untuk berwirausaha sangat terbuka.
Dalam berwirausaha terdapat dua modal yang harus dipenuhi yaitu Modal
Non Fisik yang berupa kemauan, semangat, mau mencoba, dan berani untuk
gagal. Dan modal yang kedua adalah Modal Fisik yakni modal yang berupa
uang. Kedua modal ini saling melengkapi (Royan, 2004: 24). Yang sering
menjadi masalah bagi pedagang pada umumnya adalah kurangnya modal
dalam bentuk modal fisik (uang), hal ini sangat dibutuhkan terutama untuk
mengembangkan usaha. Sedangkan, secara umum modal fisik bisa diambil dari
lembaga keuangan baik Lembaga Keuangan Bank ataupun Lembaga Keuangan
Bukan Bank. Tetapi ada juga modal yang bisa diambil dari Lembaga Kredit
Formal seperti BRI, Bukopin, Danamon, dan Koperasi Kredit. Ataupun
Lembaga Kredit Informal seperti tukang kredit keliling, jasa pelepas uang
Bagi pedagang kecil yang ada di pasar tradisional meminjam uang tentu
juga sangat dibutuhkan walaupun kadang pinjaman uang tersebut bukan
sebagai modal melainkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun yang
menjadi perbedaan dengan jenis usaha lain yang lebih besar adalah para
pedagang ini melakukan pinjaman uang dalam jumlah yang kecil. Dan
pinjaman tersebut sering dilakukan kepada jasa lembaga kredit informal.
Banyak faktor yang mempengaruhi pedagang tersebut untuk meminjam uang
di jasa lembaga kredit informal, seperti faktor lingkungan, faktor psikologi
individu, atau faktor dari jasa kredit informal tersebut.
Dalam penelitian ini penulis mengambil beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap keputusan pedagang dalam mengambil modal di lembaga kredit
informal. Faktor- faktor yang dimaksud meliputi jumlah kebutuhan modal,
intensitas informasi dari pedagang lain, jumlah pendapatan keluarga, dan
persyaratan pengajuan kredit. . Faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang
sangat mendasar dalam pengambilan keputusan dan selalu dipertimbangkan
oleh pedagang. Selain itu, faktor tersebut juga merupakan faktor pembentuk
dan penghambat dalam pengambilan keputusan .
Kebutuhan akan modal usaha guna menjalankan ataupun mengembangkan
usaha adalah salah satu faktor utama dalam suatu usaha. Begitu pula menjadi
seorang pedagang, persaingan di pasar membuat para pedagang lebih giat
untuk mencari tambahan modal untuk memperbaiki usahanya. Banyaknya
pemodal formal yang memberikan modal dengan bunga yang cukup ringan,
tertarik pada pemodal informal seperti pelepas uang (rentenir). Hal ini
dikarenakan pemodal informal tampak mempermudah dengan cara cepat dan
mudah meskipun dalam prosesnya justru nantinya akan merugikan diri sendiri.
Pengambilan modal di lembaga kredit informal (terutama jasa pelepas
uang) bagi pedagang di pasar tradisional saat ini sudah menjadi semacam
kebiasaan tersendiri. Hal ini karena kebutuhan akan dana yang mudah dan
cepat menjadi alasan bagi pedagang selain karena keinginan untuk
mengembangkan usahanya. Karena adanya kemudahan tersebut maka
selanjutnya pedagang kembali lagi memilih pinjaman modal di lembaga kredit
formal secara terus menerus. Di sisi lain adanya jasa lembaga kredit informal
tersebut tidak diatur dan diawasi dalam undang-undang niaga sehingga
keberadaannya justru semakin meningkat. Pemahaman akan agama dari para
pedagang sendiri juga masih lemah, sehingga tidak memikirkan bagaimana
baik/ buruknya terlibat dalam usaha pinjam meminjam di lembaga kredit
informal.
Pada penelitian ini penulis mengambil lokasi Pasar Umum Muntilan
sebagai tempat penelitian. Pasar Umum Muntilan adalah pasar yang terletak di
kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang yang sudah puluhan tahun berdiri
dan dijadikan pusat kegiatan ekonomi warga muntilan . Yang menarik dari
pasar ini adalah pedagang yang berjualan tidak hanya dari wilayah Muntilan
saja melainkan juga dari daerah atau kecamatan lain seperti Kecamatan Dukun,
Salam, Srumbung, Mungkid, bahkan dari daerah kabupaten Kulon Progo dan
ini adalah pasar terbesar se-Kabupaten Magelang yang hampir berfungsi
sebagai penyangga kegiatan perekonomian Kabupaten Magelang. Lokasi dan
akses menuju pasar yang mudah juga ikut membantu berkekmbangnya pasar
ini, karena pasar ini berada dipinggir jalan yang menghubungkan Yogyakarta
dan Semarang serta behadap- hadapan dengan terminal bus Drs. Prayitno
Muntilan.
Keputusan pengambilan modal oleh pedagang di pasar Umun Muntilan
pada lebaga kredit informal tidak terlepas oleh pengaruh dari adanya informasi
dari pedagang lain dan jumlah pendapatan keluarga. Pedagang lain yang ada di
pasar berfungsi sebagai pemberi informasi akan pinjaman modal kepada rekan
sesama pedagang, sehingga kebutuhan akan modal rekan pedagang tersebut
dapat segera diatasi. Tingginya tingkat kebutuhan hidup baik secara pribadi
ataupun keluarga menimbulkan dampak yang positif dalam membangun etos
kerja. Apalagi dengan jumlah penghasilan keluarga yang tetap tetapi
kebutuhan keluarga justru semakin banyak, maka pedagang perlu mencari
alternatif pinjaman untuk menutupi kebutuhan keluarga tersebut. Pengambilan
modal untuk mengembangkan usaha adalah salah satu cara agar pendapatan
semakin meningkat. Tetapi tanpa didasari dengan pengetahuan dan perhitungan
akan sumber modal yang kurang baik, maka pedagang akan semakin terlibat
dalam hutang yang dalam perputarannya justru tidak dipergunakan untuk
kepentingan usaha. Hal ini pasti akan menyebabkan kesulitan di kemudian hari.
Sehingga dalam hal ini pedagang juga harus melihat bagaimana persyaratan
mementingkan tersedianya dana secara cepat daripada mempertimbangkan
baik buruknya persyaratan kredit yang diberikan.
Dengan adanya faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi sebuah
keputusan pembelian dalam hal ini keputusan pengambilan modal, maka
konsumen akan memiliki persepsi sendiri dalam menentukan keputusan
pengambilan modal di lembaga kredit informal (pelepas uang). Dengan
melihat faktor-faktor tersebut maka menarik bagi penulis untuk mengambil
judul penelitian: “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Peminjaman
Modal Pada Lembaga Kredit Informal Oleh Pedagang di Pasar Umum
Muntilan”
B. Identifikasi Masalah
Masyarakat lebih tertarik mengambil modal dilembaga kredit informal dari
pada dilembaga kredit formal. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor,
diantaranya sebagai berikut : jumlah kebutuhan modal, intensitas informasi dari
pedagang lain, jumlah pendapatan keluarga, dan pengajuan persyaratan kredit.
C. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, maka penulis dapat merumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh signifikan jumlah kebutuhan modal terhadap
2. Apakah ada pengaruh signifikan intensitas informasi dari pedagang lain
terhadap keputusan pedagang dalam meminjam modal di lembaga kredit
informal ?
3. Apakah ada pengaruh signifikan jumlah pendapatan keluarga terhadap
keputusan pedagang dalam meminjam modal di lembaga kredit informal ?
4. Apakah ada pengaruh signifikan pengajuan persyaratan kredit terhadap
keputusan pedagang dalam meminjam modal di lembaga kredit informal ?
5. Apakah ada pengaruh signifikan jumlah kebutuhan modal, intensitas
informasi dari pedagang lain, jumlah penghasilan keluarga, dan pengajuan
persyaratan kredit terhadap keputusan pedagang dalam mengambil modal
di lembaga kredit informal ?
D. Definisi Operasional
1. Jumlah Kebutuhan Modal
Definisi operasional jumlah kebutuhan modal usaha adalah besarnya dana
yang dibutuhkan setiap bulan baik untuk memenuhi kebutuhan modal
usaha dan kebutuhan rumah tangga pedagang.
Indikator:
a. Besarnya modal usaha yang dibutuhkan pedagang setiap bulan.
2. Intensitas Informasi dari Pedagang Lain
Definisi operasional intensitas informasi dari pedagang lain adalah sesama
pedagang yang dapat dipercaya dan memberi informasi mengenai
pinjaman modal dari lembaga kredit informal.
Indikator:
a. Rekomendasi pedagang lain dalam pengambilan modal.
b. Pengaruh kelompok (paguyuban pedagang) dalam pengambilan
keputusan.
3. Jumlah Pendapatan Keluarga
Definisi operasional jumlah penghasilan keluarga adalah jumlah total
penghasilan keluarga dalam satu bulan.
Indikator:
a. Banyaknya penghasilan keluarga pedagang dalam satu bulan.
4. Pengajuan Persyaratan Kredit
Definisi operasional pengajuan persyaratan keredit adalah peryaratan yang
harus dipenuhi pedagang untuk meminjam modal di lembaga kredit
informal.
Indikator:
a. Besarnya bunga pinjaman.
b. Adanya jaminan/ agunan saat mengajukan kredit.
5. Keputusan pedagang dalam meminjam modal pada lembaga kredit
informal
Definisi operasional keputusan pedagang dalam mengambil modal pada
lembaga kredit informal adalah tindakan pedagang yang akan mengambil
modal di lembaga kredit informal setelah melalui berbagai pertimbangan.
Indikator:
a. Banyaknya jumlah pinjaman modal.
b. Frekuensi pedagang dalam meminjam modal.
E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini untuk:
1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan jumlah kebutuhan modal
terhadap keputusan pedagang dalam meminjam modal di lembaga kredit
Informal.
2. Mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan intensitas informasi dari
pedagang lain terhadap keputusan pedagang dalam meminjam modal di
lembaga kredit informal.
3. Mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan jumlah pendapatan keluarga
terhadap keputusan pedagang dalam meminjam modal di lembaga kredit
informal.
4. Mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan pengajuan persyaratan kredit
terhadap keputusan pedagang dalam meminjam modal di lembaga kredit
5. Mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan jumlah kebutuhan modal,
intensitas informasi dari pedagang lain, jumlah penghasilan keluarga, dan
pengajuan persyaratan kredit terhadap keputusan pedagang dalam
meminjam modal di lembaga kredit informal ?
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan di atas maka harapan penulis dalam penelitian ini
dapat digunakan secara teoritis dan praktis untuk:
1. Bagi Pedagang
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi pedagang
dalam memilih pemodal yang lebih baik, sehingga dalam mengambil
keputusan meminjam modal bisa lebih diperhitungkan lagi.
2. Bagi Pihak Lain
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam merintis
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Jumlah Kebutuhan Modal
a. Pengertian Modal
Pengertian modal usaha menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia dalam Listyawan Ardi Nugraha (2011:9) “modal usaha
adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang,
melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang, barang, dan
sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu
yang menambah kekayaan”. Modal dalam pengertian ini dapat
diinterpretasikan sebagai sejumlah uang yang digunakan dalam
menjalankan kegiatan-kegiatan bisnis. Banyak kalangan yang
memandang bahwa modal uang bukanlah segala-galanya dalam
sebuah bisnis. Namun perlu dipahami bahwa uang dalam sebuah
usaha sangat diperlukan. Yang menjadi persoalan di sini bukanlah
penting tidaknya modal, karena keberadaannya memang sangat
diperlukan, akan tetapi bagaimana mengelola modal secara optimal
sehingga bisnis yang dijalankan dapat berjalan lancar (Amirullah,
Menurut Bambang Riyanto (1997:19) pengertian modal usaha
sebagai ikhtisar neraca suatu perusahaan yang menggunakan modal
konkrit dan modal abstrak. Modal konkrit dimaksudkan sebagai
modal aktif sedangkan modal abstrak dimaksudkan sebagai modal
pasif.
b. Jenis-jenis Modal
1) Modal Sendiri
Menurut Mardiyatmo (2008) mengatakan bahwa modal sendiri
adalah modal yang diperleh dari pemilik usaha itu sendiri. Modal
sendiri terdiri dari tabungan, sumbangan, hibah, saudara, dan lain
sebagainya. Kelebihan modal sendiri adalah:
a) Tidak ada biaya seperti biaya bunga atau biaya administrasi
sehingga tidak menjadi beban perusahaan.
b) Tidak tergantung pada pihak lain, artinya perolehan dana
diperoleh dari setoran pemilik modal.
c) Tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan memakan
waktu yang relatif lama.
d) Tidak ada keharusan pengembalian modal, artinya modal
yang ditanamkan pemilik akan tertanam lama dan tidak ada
masalah seandainya pemilik modal mau mengalihkan ke
Sedangkan kekurangan modal sendiri adalah:
a) Jumlahnya terbatas, artinya untuk memperoleh dalam
jumlah tertentu sangat tergantung dari pemilik dan
jumlahnya relatif terbatas.
b) Perolehan modal sendiri dalam jumlah tertentu dari calon
pemilik baru (calon pemegang saham baru) sulit karena
mereka akan mempertimbangkan kinerja dan prospek
usahanya.
c) Kurang motivasi pemilik, artinya pemilik usaha yang
menggunakan modal sendiri motivasi usahanya lebih
rendah dibandingkan dengan menggunakan modal asing.
2) Modal Asing (Pinjaman)
Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang
biasanya diperoleh dari pihak luar perusahaan dan biasanya
diperoleh dari pinjaman. Keuntungan modal pinjaman adalah
jumlahnya yang tidak terbatas, artinya tersedia dalam jumlah
banyak. Di samping itu, dengan menggunakan modal pinjaman
biasanya timbul motivasi dari pihak manajemen untuk
mengerjakan usaha dengan sungguh-sungguh. Sumber dana dari
modal asing dapat diperoleh dari:
a) Pinjaman dari dunia perbankan, baik dari perbankan swasta
b) Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan
pegadaian, modal ventura, asuransi leasing, dana pensiun,
koperasi atau lembaga pembiayaan lainnnya.
c) Pinjaman dari perusahaan non keuangan.
Kelebihan modal pinjaman adalah:
a) Jumlahnya tidak terbatas, artinya perusahaan dapat
mengajukan modal pinjaman ke berbagai sumber. Selama
dana yang diajukan perusahaan layak, perolehan dana tidak
terlalu sulit. Banyak pihak berusaha menawarkan dananya
ke perusahaan yang dinilai memiliki prospek cerah.
b) Motivasi usaha tinggi. Hal ini merupakan kebalikan dari
menggunakan modal sendiri. Jika menggunakan modal
asing, motivasi pemilik untuk memajukan usaha tinggi, ini
disebabkan adanya beban bagi perusahaan untuk
mengembalikan pinjaman. Selain itu, perusahaan juga
berusaha menjaga image dan kepercayaan perusahaan yang
memberi pinjaman agar tidak tercemar.
Kekurangan modal pinjaman adalah:
a) Dikenakan berbagai biaya seperti bunga dan biaya
administrasi. Pinjaman yang diperoleh dari lembaga lain
sudah pasti disertai berbagai kewajiban untuk membayar
jasa seperti: bunga, biaya administrasi, biaya provisi dan
b) Harus dikembalikan. Modal asing wajib dikembalikan
dalam jangka waktu yang telah disepakati. Hal ini bagi
perusahaan yang sedang mengalami likuiditas merupakan
beban yang harus ditanggung.
c) Beban moral. Perusahaan yang mengalami kegagalan atau
masalah yang mengakibatkan kerugian akan berdampak
terhadap pinjaman sehingga akan menjadi beban moral atas
utang yang belum atau akan dibayar (Kasmir, 2007:91).
3) Modal Patungan
Selain modal sendiri atau pinjaman, juga bisa menggunakan
modal usaha dengan cara berbagai kepemilikan usaha dengan
orang lain. Caranya dengan menggabungkan antara modal sendiri
dengan modal satu orang teman atau beberapa orang (yang
berperan sebagai mitra usaha) (Jackie Ambadar, 2010:15). Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa modal usaha adalah
harta yang dimiliki untuk digunakan dalam menjalankan kegiata
usaha dengan tujuan memperoleh laba yang optimal sehingga
diharapkan bisa meningkatkan pendapatan pedagang kecil di
2. Intensitas Informasi Pedagang Lain
a. Pengertian Intensitas
Kata intensitas berasal dari Bahasa Inggris yaitu intense yang
berarti semangat, giat (John M. Echols, 1993: 326). Sedangkan
menutrut Nurkholif Hazim (2005: 191), bahwa: Intensitas adalah
kebulatan tenaga yang dikerahkan untuk suatu usaha. Jadi intensitas
secara sederhana dapat dirumuskan sebagai usaha yang dilakukan oleh
seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan. Perkataan
intensitas sangat erat kaitannya dengan motivasi, antara keduanya tidak
dapat dipisahkan. Intensitas merupakan realitas dari motivasi dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi,
sebab seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena
adanya motivasi
Nuraini (2011: 12) menyatakan intensitas memiliki beberapa
indikator
yaitu sebagai berikut:
1) Motivasi
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal
organisme (baik manusia maupun hewan) yang mendorongnya
untiuk melakukan sesuatu. Disini motivasi berarti pemasok daya
untuk berbuat atau bertingkah laku secara terarah. Motivasi
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik
berasal dari dalam diri individu yang dapat melakukan tindakan,
termasuk didalamnyan adalah perasaan menyukai materi dan
kebutuhannya terhadap materi tersebut. Sedangkan motivasi
ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang mendorong untuk
melakukan tindakan karena adanya rangsangan dari luar
individu.
2) Durasi kegiatan
Durasi kegiatan yaitu berapa lamanya kemampuan
penggunaan untuk melakukan kegiatan. Dari indikator ini dapat
dipahami bahwa motivasi akan terlihat dari kemampuan
seseorang menggunakan waktunya untuk melakukan kegiatan.
3) Frekuensi kegiatan
Frekuensi dapat diartikan dengan kekerapan atau
kejarangan kerapnya, frekuensi yang dimaksud adalah seringnya
kegiatan itu dilaksanakan dalam periode waktu tertentu.
Misalnya dengan seringnya siswa melakukan belajar baik
disekolah maupun diluar sekolah.
4) Presentasi
Presentasi yang dimaksud adalah gairah, keinginan atau
harapan yang keras yaitu maksud, rencana, cita-cita atau
sasaran, target dan idolanya yang hendak dicapai dengan
kegiatan yang dilakukan. Ini bisa dilihat dari keinginan yang
5) Arah sikap
Sikap sebagai suatu kesiapan pada diri seseorang untuk
bertindak secara tertentu terhadap hal-hal yang bersifat positif
ataupun negatif. Dalam bentuknya yang negatif akan terdapat
kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, bahkan
tidak menyukai objek tertentu. Sedangkan dalam bentuknya
yang positif kecendrungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, dan mengharapkan objek tertentu.
6) Minat
Minat timbul apabila individu tertarik pada sesuatu karena
sesuai dengan kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu
yang akan digeluti memiliki makna bagi dirinya.Minat ini erat
kaitannya dengan kepribadian dan selalu mengandung unsur
afektif, kognitif, dan kemauan. Ini memberikan pengertian
bahwa individu tertarik dan kecendrungan pada suatu objek
secara terus menerus, hingga pengalaman psikisnya lainnya
terabaikan.
b. Pengertian Informasi
Tidak mudah untuk mendefinisikan konsep informasi karena istilah
yang satu ini mempunyai bermacam aspek, ciri, dan manfaat yang satu
dengan yang lainnya terkadang sangat berbeda. Informasi merupakan
pengolahan (proses) menjadi bentuk yang berguna atau bermanfaat bagi
pemakainya. Informasi adalah hasil dari kegiatan pengolahan data yang
memberikan bentuk yang lebih berarti dari suatu kejadian. Kemudian
pengertian lain dari informasi adalah data berupa catatan historis yang
dicatat dan diarsipkan tanpa maksud dan segera diambil kembaliuntuk
pengambilan keputusan. Data yang telah diletakkan dalam konteks yang
lebih berarti dan berguna yang dikomunikasikan kepada penerima untuk
digunakan di dalam pembuatan keputusan.
Menurut Davis yang dikutip oleh Abdul Kadir (2003: 28)
Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang
berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan
saat ini atau saat mendatang. Informasi merupakan kumpulan data yang
diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang
menerima (Andri Kristanto, 2003: 6). Informasi adalah data yang diolah
menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang
menerimanya (Jogiyanto, 1990: 8).
Menurut Yusup (2009: 11) Ditinjau dari sudut pandang dunia
kepustakawan dan perpustakaan, informasi adalah suatu rekaman
fenomena yang diamati,atau bisa juga berupa putusan-putusan yang
dibuat seseorang. Sebuah fenomena akan menjadi informasi jika ada
yang melihatnya atau menyaksikannya atau bahkan mungkin
merekamnya.Hasil kesaksian atau rekaman dari orang yang melihat
informasi.jadi dalam hal ini informasi lebih bermakna berita.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa informasi
merupakan hasil kesaksian atau rekaman peristiwa atau data yang
berasal dari fakta yang tercatat dan selanjutnya dilakukan pengolahan
(proses) menjadi bentuk yang berguna dan berarti bagi pemakainya
yang pada akhirnya akan mempengaruhi kehidupan pemakai informasi
c. Pengertian Pedagang dan Jenis-Jenisnya
Apabila kita berbicara tentang masalah pedagang, kita akan ingat
kepada jual beli khususnya, dan pada ekonomi umumnya, karena setiap
kali kita pergi berbelanja ke pasar kita berjumpa dengan pedagang,
sebab pedagang ini adalah orang yang berjualan. Bagi kita pengertian
pedagang ini bukanlah suatu hal yang baru karena dalam perkataan
sehari-hari ataupun secara umum selalu kita artikan orang yang
berjualan. WAS. Poerwadarminta di dalam bukunya Kamus Urnurn
Bahasa Indonesia memberikan pengertian tentang pedagang yaitu orang
yang berjualan". Dan pengertian yang diberikan WJ.S. Poerwadarminta
ini maka dapat dilihat bahwa setiap orang yang pekerjaannya berjualan,
baik ia berjualan bahan-bahan pokok kebutuhan sehari-hari (primer)
maupun bahan-bahan kebutuhan tambahan (sekunder) adalah disebut
pedagang.
Jenis-jenis pedagang ini lazim dibedakan berdasarkan pada cara
menawarkan barang dagangannya masing-masing.
1) Pedagang keliling
Pedagang keliling adalah pedagang yang menawarkan
barang dagangannya dengan cara berkeliling. Berkeliling di sini
biasanya dilakukan dari RT ke RT, dari RW ke RW, dari
kampung ke kampung, atau dari desa ke desa. Barang yang
mereka tawarkan biasanya digendong, dipikul. Didorong dengan
gerobak, atau diangkut dengan sepeda atau kendaraan bermotor
yang termasuk pedagang jenis ini adalah pedagang jamu gendong,
pedagang bakso, pedagang es krim dan lain-lain.
2) Pedagang Asongan
Pedagang asongan adalah pedagang yang menawarkan
barang dagangannya dengan cara menempatkannya di kotak kecil
yang mudah dibawa dan dipindah-pindahkan. Kotak tersebut
biasanya mereka kalungkan di leher seperti tas, dan
barang-barang yang mereka tawarkan biasanya berupa rokok, korek api,
kembang gula, kertas tisu, kacang, kuaci, buah, dan
barang-barang ringan lainnya.
3) Pedagang Kaki Lima
Pedagang kaki lima adalah pedagang yang menawarkan
barang dagangannya dengan cara menggelarnya di trotoar atau di
menggunakan tikar, terpal atau semacam balai-balai.
Barang-barang yang mereka tawarkan umumnya berupa sepatu, pakaian,
makanan, buah-buahan dan lain – lain.
4) Pedagang Grosir
Grosir adalah pedagang yang dalam menawarkan barang
tidak langsung berhadapan dengan calon pembeli. Pedagang
grosir tidak langsung menawarkan barang kepada calon pembeli
sebagaimana pedagang eceran, melainkan calon pembelilah yang
mendatangi pedagang grosir.
3. Jumlah Pendapatan Keluarga
a. Pengertian Pendapatan
Meskipun tujuan pedagang yang satu dengan yang lainnya
berbeda, akan tetapi ada satu tujuan yang mungkin dimiliki oleh setiap
pedagang yaitu mencapai keuntungan maksimal sehingga pendapata
meningkat, kesejahteraanpun akan ikut meningkat juga. Dari uraian di
atas pendapatan yang diperlukan agar kegiatan usaha tetap
berlangsung merupakan tanda usahanya mengalami perkembangan.
Pengertian pendapatan usaha (operating income) menurut
Kamus Ekonomi Bisnis Perbankan (1999:310) dalam Listyawan Ardi
Nugraha (2011: 16) disamakan dengan laba usaha (operating income)
yaitu pendapatan usaha dari hasil operasi/kegiatan usaha.
yang yang diterima oleh anggota masyarakat untuk jangka waktu
tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor yang mereka sumbangkan
dalam turut serta membentuk produksi nasional.
Menurut Iskandar Putong (2002: 165) Pendapatan adalah
semua jenis pendapatan, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa
memberikan sesuatu kegiatan apa pun yang diterima oleh penduduk
suatu negara.
Sedangkan dalam pengertian makro Pendapatan diartikan
sebagai keseluruhan pengahasilan atau penerimaan yang diperoleh
para pemilik faktor produksi dalam suatu masyarakat selama kurun
waktu tertentu (Djamil Suyuti, 1989:24). Pendapatan adalah
pengahasilan yang diterima oleh seseorang dari usaha atau kegiatan
yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang dapat berupa barang
dan jasa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pedagang kecil
adalah hasil atau nilai yang diperoleh pedagang kecil di Pasar Umum
Muntilan berdasarkan jumlah penjualan dikurangi dengan jumlah
pengeluaran yang digunakan dalam kegiatan berdagang tersebut dalam
satu bulan.
b. Cara Menghitung Pendapatan
Untuk mengetahui besarnya pendapatan ada 3 pendekatan
perhitungan yaitu:
Dengan pendekatan hasil produksi, besarnya pendapatan
dapat diketahui dengan mengumpulkan data tentang hasil akhir
barang atau jasa untuk suatu periode tertentu dari suatu unit
produksi yang menghasilkan barang atau jasa.
2) Pendekatan pendapatan
Menghitung pendapatan dengan mengumpulkan data
tentang pendapatan yang diperoleh seseorang.
3) Pendekatan pengeluaran
Menghitung besarnya pendapatan dengan menjumlahkan
seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh suatu unit ekonomi
(Soediyono, 1992: 21-22).
Untuk menghitung besarnya pendapatan yang diperoleh para
pedagang, ketiga pendekatan tersebut dapat digunakan salah satu atau
juga ketiga-tiganya. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan pendapatan, yaitu untuk menghitung pendapatan
para pedagang dengan cara mengumpulkan data tentang pendapatan
yang diperoleh para pedagang.
c. Pengertian Keluarga
Keluarga menurut Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Pasal
1 Ayat 6 adalah "unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami,
istri atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan
anaknya". Keluarga merupakan institusi terkecil dalam masyarakat juga
mengembangkan potensi dan aspek sosial dan ekonomi. Keluarga
adalah suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan
perkawinan, darah dan adopsi, dan berkomunikasi satu sama lain yang
menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami dan istri, ayah dan ibu,
anak laki-laki dan perempuan, saudara laki-laki dan perempuan serta
merupakan pemeliharaan kebudayaan bersama. Setiap keluarga pasti
memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam setiap tahapan hidupnya.
Adapun tujuan dari membentuk keluarga yaitu untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi setiap anggotanya. Terdapat delapan fungsi utama
untuk mencapai tujuan keluarga menurut Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 21 Tahun 1994 yang terdiri dari fungsi keagamaan, sosial, cinta
kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi dan
pembinaan lingkungan (BKKBN 1996). Selanjutnya peran keluarga
terbagi menjadi dua, peran utama yaitu peran ekpresif dan peran
instrumental. Peran ekspresif adalah untuk memenuhi keutuhan emosi
(cinta kasih, ikatan suami-istri, dan ikatan orangtua-anak) dan
perkembangan anak yang di dalamnya meliputi moral, loyalitas, dan
sosialisasi anak. Sedangkan peran instrumental adalah peran
manajemen sumberdaya keluarga yang dimiliki (fungsi ekonomi) untuk
mencapai berbagai tujuan keluarga melalui prokreasi dan sosialisasi
anak, serta dukungan dan pengembangan anggota keluarga.
d. Fungsi Ekonomi Keluarga
21 Tahun 1994 yang terdapat dalam BKKBN (1996) adalah fungsi
ekonomi. Sebagai suatu unit ekonomi keluarga merupakan alat untuk
melakukan aktivitas agar memperoleh hasil yang diinginkan, seperti
kepuasan, tujuan, gaya hidup, standar hidup, kesejahteraan, keamanan,
kemampuan dan keterampilan untuk proses produksi dan konsumsi.
Beberapa fungsi ekonomi keluarga yaitu pengalokasian sumberdaya
untuk pelayanan kesejahteraan dengan memproduksi, mendistribusikan
dan mengonsumsi produk diantara anggota keluarga.
Keluarga perlu melakukan aktivitas ekonomi secara produktif
untuk memenuhi kebutuhannya, aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh
keluarga diantaranya:
1) Mencari pendapatan: Orang melakukan aktivitas seperti bekerja
untuk mendapatkan penghasilan berupa gaji atau upah, keuntungan
pengusaha bisnis, dan perolehan dari investasi.
2) Konsumsi: Konsumsi diartikan sebagai pemakaian atau
penghabisan barang-barang seperti komoditi dan jasa yang
bertujuan untuk memenuhi keinginan.
3) Menggunakan: Menggunakan dapat diartikan sebagai tindakan
pemakaian suatu sumber ekonomi dan non-ekonomi secara efektif
untuk mencapai tujuan tertentu.
4) Meminjam: Agar tercapainya pemenuhan kebutuhan maka keluarga
pasti pernah melakukan peminjaman atau berhutang dalam jangka
peminjamannya tersebut.
5) Menabung: Menabung merupakan aktivitas memindahkan alokasi
uang untuk masa mendatang atau penghasilan saat ini yang tidak
habis untuk dikonsumsi.
6) Investasi: Investasi merupakan kegiatan mengerahkan sumberdaya
yang ada berupa uang ataupun properti untuk memproduksi barang
dan jasa agar memperoleh keuntungan berupa bunga, uang sewa,
perolehan modal, dan pendapatan lainnya.
7) Pembayaran Pajak: Pembayaran pajak merupakan perilaku sukarela
seseorang untuk membayarkan pajak kepada pemerintah.
4. Pengajuan Persyaratan Kredit
a. Pengertian Kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti
kepercayaan, oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan.
Seseorang atau semua badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya
bahwa penerima kredit (debitur) di masa mendatang akan sanggup
memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan itu dapat berupa barang,
uang atau jasa (Thomas. S, dkk, 1998:12). Kredit yang diberikan oleh
bank dapat didefinisikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan,
yang dimaksud dengan kredit adalah sebagai berikut : “penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
Menurut Teguh Pudjo Muljono (2007) dalam bukunya berjudul
“Manajemen perkreditan bagi Bank komersiil” mendefinisikan bahwa
kredit adalah “kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau
mengadakan suatu pinjaman 9 dengan suatu janji pembayarannya akan
dilakukan pada suatu jangka waktu yang disepakati”. Dari beberapa
pengertian tentang kredit yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
antara pihak bank dengan pihak peminjam dengan suatu janji bahwa
pembayarannya akan dilunasi oleh pihak peminjam sesuai dengan jangka
waktu yang telah disepakati beserta besarnya bunga yang telah
ditetapkan.
b. Unsur-Unsur Kredit
pemberian kepercayaan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
unsur-unsur kredit adalah (Thomas. S, dkk, 1998 :14)
1) Kepercayaan yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi
yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa akan
benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di
masa yang akan datang.
2) Waktu yaitu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi
dengan kontra prestasi yang akan datang. Dalam unsur waktu ini,
terkandung pengertian nilai argo dari uang yaitu uang yang ada
sekarang lebih tinggi dari nilai uang yang akan diterima pada masa
yang akan datang.
3) Degree of Risk yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai
akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian
prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima kemudian hari.
4) Prestasi yaitu objek kredit yang tidak saja diberikan dalam bentuk
uang, tetapi juga dalam bentuk barang atau jasa.
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas kredit
adalah sebagai berikut :
1) Kepercayaan. Merupakan suatu keyakinan pemberi kredit (bank)
bahwa kredit yang diberikan berupa uang atau jasa akan benarbenar
diterima kembali di masa tertentu di masa mendatang.
masing pihak menandatangani hak dan kewajiban
masing-masing.
3) Jangka waktu. Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka
waktu tertentu yang mencakup masa pengembalian kredit yang
disepakati.
Faktor risiko dapat disebabkan oleh dua hal :
1) Faktor kerugian yang diakibatkan adanya unsur kesengajaan nasabah
untuk tidak membayar kreditnya padahal mampu.
2) Faktor kerugian yang ditimbulkan oleh unsur ketidaksengajaan
nasabah sehingga mereka tidak mampu membayar kreditnya, misalnya
akibat terjadi musibah bencana alam.
c. Manfaat Kredit
Manfaat kredit bagi pihak bank menurut Pudjo Mulyono pada
bukunya “Bank Budgeting” (1996 : 207) adalah :
1) Sebagai sumber pendapatan yang terbesar berupa bunga. Dengan
adanya pendapatan bunga ini memungkinkan setiap bank untuk dapat
mengembangkan usahanya, apabila kredit yang diberikan dapat
berjalan lancar.
2) Untuk menjaga solvabilitasnya, sebab kredit merupakan salah satu
bentuk penyaluran dana bank terbesar. Dengan demikian yang
diharapkan dari kredit yang lancar tersebut dapat dipakai sebagai
sarana untuk pembayaran kembali dana dan bunga yang dipinjamkan
3) Kredit dapat dipakai sebagai alat baik untuk memasarkan produk dan
jasa bank yang lain, bahkan saat ini suatu opini (pendapat) yang
mengatakan pemberian kredit semata-mata hanya untuk mendapatkan
bunga sudah mubadhir.
4) Dengan menyalurkan dana akan mampu mengembangkan para stafnya
untuk mengenal dunia bisnis yang lain.
5. Lembaga Kredit Informal
Lembaga keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu lembaga
keuangan formal dan lembaga keuangan informal/ Lembaga kredit Informal..
Lembaga keuangan formal adalah lembaga keuangan yang dibentuk
berdasarkan undang-undang yang keberadaannya dilindungi oleh hukum
(Teguh 1999 : 92) . Lembaga keuangan ini terdiri dari lembaga keuangan
bank (bank konvensional dan bank syariah) dan lembaga keuangan non bank
(koperasi).
Sedangkan lembaga keuangan informal merupakan lembaga keuangan
baik yang berbentuk organisasi atau individu yang biasanya terbentuk
menurut situasi, tanpa diatur oleh undang-undang dan tidak dilindungi oleh
pemerintah. (Teguh 1999 : 92). Lembaga ini cendrung bertindak menurut
aturan main mereka sendiri sehingga sering mengakibatkan kerugian di salah
satu pihak. Lembaga keuangan informal ini antara lain yang kita kenal
Fungsi lembaga keuangan menyediakan jasa sebagai perantara antara
pemilik modal dan pasar utang yang bertanggung jawab dalam penyaluran
dana dari investor kepada perusahaan yang membutuhkan dana tersebut.
Kehadiran lembaga keuangan inilah yang memfasilitasi arus peredaran uang
dalam perekonomian, dimana uang dari individu investor dikumpulkan dalam
bentuk tabungan sehingga resiko dari para investor ini beralih pada lembaga
keuangan yang kemudian menyalurkan dana tersebut dalam bentuk pinjaman
utang kepada yang membutuhkan. Ini adalah merupakan tujuan utama dari
lembaga penyimpan dana untuk menghasilkan pendapatan
Lembaga keuangan informal dengan fungsi sama-sama menyalurkan
dana kepada konsumen yang membutuhkan. Lembaga perkreditan ini
beroperasi berdampingan dengan lembaga formal. Lembaga perkreditan ini
cendrung beroperasi di wilayah pinggiran, pedesaan, atau pasar-pasar
tradisional. Disadari atau tidak lembaga ini mempunyai pengaruh positif dan
negatif bagi. Dalam kondisi terjepit banyak dari anggota masyarakat yang
jatuh dalam genggaman lintah darat atau rentenir. Target peminjam (debitur)
lembaga informal biasanya orang-orang dengan ekonomi lemah yang tinggal
di kota atau pinggiran kota, seperti buruh kecil, pegawai kecil dan perajin
kecil atau dengan istilah lain masyarakat yang kurang mampu dari segi
ekonomi.
a. Jenis Lembaga Kredit Informal
Menurut Deni Mukbar Peneliti AKATIGA, Divisi Usaha Kecil dan Studi
1) Arisan. Adalah lembaga tabungan kolektif yang diselenggarakan oleh
banyak orang, umumnya pertetanggaan. Jumlah peserta arisan pun
berbeda-beda, tergantung kelompok bersangkutan. Ada berbagai
macam bentuk arisan bergantung tujuan penampungannya, seperti
arisan uang, arisan honda (arisan untuk motor), atau arisan berbagai
bentuk barang lainnya.
2) Rentenir. Masyarakat setempat mengenal model pinjaman sejenis
rentenir sebagai `bank harian’. Istilah tersebut muncul karena pengelola pinjaman menjalankan aktivitas `dagang uang’ setiap hari.
Selain itu, ada pula yang mengenalnya sebagai `bank ucek-ucek’ , karena mereka mendatangi pengguna jasanya setiap pagi, sekitar jam
07.30 -09.00.
3) KredittBarang. Selain itu, masyarakat pun dapat memanfaatkan
sumber pinjaman berbentuk barang, dikenal dengan sebutan kreditan
barang (mindring). Tata cara peminjaman hampir sama dengan bank
harian, pemberi pinjaman barang berkeliling menagih kepada
peminjam sekaligus mencari calon peminjam lainnya. Namun ada
pula model pembayaran sekaligus, di saat selepas panen (barnen =
bayare wis panen).
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Kredit Informal
Menurut Muhammad Teguh (1999:108) dalam penelitiannya
mengenai Peranan Lembaga Kredit Informal bahwa ada 6 faktor yang
1) Adanya retristik (pembatasan) yang dibuat oleh lembaga keuangan
formal melalui peraturan-peraturan yang diterapkan oleh lembaga
tersebut.
2) Adanya keahlian tertentu dari pemberi kredit informal dalam
menanggapi kebutuhan masyarakat
3) Akibat ketidaksabaran masyarakat.
4) Keperluan-keperluan yang mendesak dari masyarakat
5) Adanya persepsi masyarakat yang lebih berorientasi pada
kebutuhan sekarang daripada dimasa datang
6) Tidak adanya alternatif lain yang dapat dimamfaatkan sebagai
sumber dana
Ada lima alasan menurut Iyuk Wahyudi kenapa rentenir sebagai
lembaga kredit informal tetap eksis sampai sekarang khususnya dikalangan
masyarakat miskin dan lemah. (Rentenir, Antara Hujatan dan Sanjungan,
Harian Kompas, Senin, 23/09/2008) yaitu:
1) Simpel, tidak birokratis dan berbelit-belit.Sangat mempertimbangkan
aspek momentum. Artinya, rentenir mampu memberikan dana
nasabahnya disaat yang tepat.
2) Pendekatan budaya setempat, artinya rentenir datang sebagai
kawan/kolega yang senyatanya.
3) Bertransaksi dengan didasari oleh saling kenal dan rasa saling
4) Pemahaman mendalam terhadap bisnis si nasabah. Artinya, si rentenir
tahu kapan waktu panennya, kapan menjual, kapan butuh uang, resiko,
bahkan hingga tingkat keuntungan yang akan diperoleh para
klien-nya.
5) Progresif dan proaktif, artinya lebih sering rentenir terjun langsung ke
lokasi usaha si calon nasabah.
c. Dampak Negatif dan Positif Rentenir
Dampak-dampak negatif dari lembaga kredit informal adalah
1) Bersifat eksploitatif karena adanya kehendak mendapatkan
keuntungan yang relatif besar dari pemberi kredit
2) Dalam kurun waktu yang relatif lama kredit ini mengurangi konsumsi
dan produksi di masa datang
3) Kredit informal banyak digunakan untuk keperluan konsumtif
sehingga mengurangi kegiatan produktif masyarakat di masa yang
akan datang.
4) Kenyamanan memiliki barang-barang konsumsi yang relatif jauh
dibawah kemampuan pendapatan menimbulkan beban dan kerugian
konsumsi bagi masyarakat di masa akan datang dan menimbulkan
tabungan yang dipaksakan.
6) Jangka waktu yang pendek dalam pelunasan hutang menyebabkan
kesulitan bagi peminjam kredit sehingga mengakibatkan perubahan
pada pendapatan, konsumsi dan sumber-sumber lain yang dibutuhkan.
Dampak positif dari lembaga kredit informal adalah :
1) Dalam kondisi mendesak , lembaga kredit dapat membantu krisis
keuangan sementara
2) Eksistensi lembaga keuangan informal dalam waktu yang relatif
singkat dapat meningkatkan konsumsi dan prestasi masyarakat
3) Membantu masyarakat dalam pengadaan input-output produksi
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis adalah milik Lubis (2005) dengan judul Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pertimbangan dan Keputusan Pengambilan
Kredit Modal Kerja Para Pedagang Pasar Besar Malang. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pedagang pasar besar
dalam pengambilan kredit kerja baik dipemodal formal ataupun
pemodal informal. Hasil penelitian yang diperoleh adalah pendapatan,
tingkat pendidikan, dan fasilitas kredit merupakan faktor-faktor yang
Sedangkan faktor yang dominan yang dipertimbangkan pedagang pasar
besar adalah pendapatan.
2. Hasil penelitian kedua yang relevan dengan penelitian yang dilakukan
penulis adalah milik Widyaningtiyas (2005) dengan judul
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pengambilan Kredit Pada Bank
Oleh Pedagang Pasar di Pasar Dinoyo. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
pengambilan kredit pada bank oleh pedagang pasar di Dinoyo. Hasil
penelitian yang diperoleh dengan menggunakan metode Chi Square
adalah performa bank dan prosedur pinjaman berpengaruh dalam
pengambilan kredit.
3. Hasil penelitian kedua yang relevan denngan penelitian yang dilakukan
penulis adalah milik Widi (2008) dengan judul Analisis Komparatif
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Kredit Non Program,
Antara Anggota KUD Dengan Anggota Non KUD. (Studi di KUD
Dewi Sri dan KPRI Tut Wuri Handayani di Kab. Tulungagung).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku anggota dan
non anggota KUD yang mempengaruhi pengambilan kredit di KUD
Dewi Sri dan KPRI Tut Wuri Handayani. Teknik analis penelitian ini
menggunakan analisis regresi linier berganda, yang menghasilkan
variabel pendapatan, pendidikan, dan jumlah anggota keluarga
KPRI Tut Wuri Handayani, jumlah keluarga dan sisa hasil usaha
berpengaruh dalam pengambilan kredit.
C. Kerangka Berpikir dan Hipotesis
1. Pengaruh jumlah kebutuhan modal terhadap keputusan peminjaman modal
pada lembaga kredit informal.
Jumlah Kebutuhan modal adalah besarnya dana yang dibutuhkan
setiap bulan baik untuk memenuhi kebutuhan modal usaha dan kebutuhan
rumah tangga pedagang sebagaimana yang dimaksud dalam tulisan ini.
Penulis menduga bahwa jumlah kebutuhan modal menjadi alasan utama
mengapa pedagang meminjam uang di lembaga kredit informal. Sehingga
jika kebutuhan akan modalnya semakin tingga dan semakin mendesak
untuk segera tersedia, maka keputusan pedagang dalam meminjam modal
di lembaga kredit informal juga semakin cepat dilakukan.
2. Pengaruh intensitas informasi dari pedagang lain terhadap keputusan
pengambilan modal pada lembaga kredit informal.
Intensitas informasi dari pedagang lain adalah banyaknya informasi
yang didapatkan dari pedagang lain mengenai pinjaman modal pada
lembaga kredit informal. Para pedagang ini selain berfungsi sebagai
penyedia informasi juga sebagai pendorong atau pengahambat dalam
keputusan peminjaman modal. Dengan semakin banyaknya informasi yang
diberikan oleh pedagang lain maka keputusan dalam peminjaman modal
pedagang lain bersifat mencegah atau memperingatkan justru akan
menghambat juga dalam pengambilan keputusan.
3. Pengaruh jumlah pendapatan keluarga terhadap keputusan pengambilan
modal pada lembaga kredit informal.
Banyaknya jumlah pendapatan keluarga juga mempengaruhi
keputusan peminjaman modal. Pendapatan keluarga terdiri dari
penghasilan masing-masing anggota keluarga. Yaitu dari pengasilan
suami, penghasilan istri, dan penghasilan anak-anak yang semua
dialokasikan untuk kebutuhan keluarga. Menurut pandangan penulis jika
pendapatan keluarga ini besar maka keeputusan pedagang saat akan
meminjam modal akan semakin kecil begitu juga sebaliknya. Sehingga
kedua hal ini saling berhubungan.
4. Pengaruh pengajuan persyaratan kredit terhadap keputusan pengambilan
modal pada lembaga kredit informal”
Pengajuan Pesyaratan kredit merupakan peryaratan yang harus
dipenuhi pedagang untuk meminjam modal di lembaga kredit informal.
Setiap pedagang tentu meliki alasan dan pertimbangan tertentu sebelum
meminajm uang. Namun dengan pengajuan persyaratan kredit yang mudah
dan cepat semakin mendorong pedagang untuk melakukan pinjaman
dijasa kredit informal. Pengajuan persyaratan kredit ini meliputi ada
tidaknya jaminan yang harus diberikan, besar bunga, dan jangka waktu
pengembalian. Hal ini mengakibatkan jumlah pinjaman tiap-tiap pedagang
karena itu akan sangat mempengaruhi keputusaan dalam pengambilan
modal pada lembaga kredit informal.
5. Pengaruh jumlah kebutuhan modal, intensitas informasi dari pedagang
lain, jumlah pendapatan keluarga, dan pengajuan persayratan kredit
terhadap keputusan peminjaman modal pada lembaga kredit informal
Keputusan pedagang di pasar umum Muntilan dalam meminjam uang
dijasa kredit informal dipengaruhi oleh seberapa besar jumlah kebutuhan
modal yang dibutuhkan para pedagang itu sendiri, kemudian adanya
pengaruh dari intensitas informasi dari pedagang lain yang mendorong
atau juga menghambat dalam pengambilan keputusan, kemudian besar
kecilnya jumlah penghasilan dalam keluarga, dan sulit atau mudahnya
pengajuan persyaratan kredit yang diberikan. Dengan jumlah kebutuhan
modal yang semakin tinggi, pengaruh intensitas informasi dari pedagang
lain yang semakin kuat, kecilnya jumlah penghasilan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan, dan semakin mudahnya pengajuan persyaratan
kredit yang diberikan maka akan semakin besar pula keputusan pedagang
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir
Keterangan :
X1 : Jumlah Kebutuhan Modal
r1 : Koefisien pengaruh antara X1 dan Y
X2 : Intensitas Informasi dari Pedagang lain
r2 : Koefisien pengaruh antara X2 dan Y
X3 : Jumlah pendapatan keluarga
r3 : Koefisien pengaruh antara X3 dan Y
X4 : Pengajuan Persyaratan Kredit
r4 : Koefisien pengaruh antara X4 dan Y
Y : Keputusan Peminjaman Modal pada Lembaga Kredit Informal
Dengan melihat dasar pemikiran diatas dan pengamatan dari
penulis maka penulis mengajukan hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Jumlah kebutuhan modal memiliki pengaruh signifikan terhadap
keputusan pedagang dalam meminjam modal di lembaga kredit
Informal.
2. Intensitas informasi dari pedagang lain memiliki pengaruh signifikan
terhadap keputusan pedagang dalam meminjam modal di lembaga
kredit Informal.
3. Jumlah pendapatan keluarga memiliki pengaruh signifikan terhadap
keputusan pedagang dalam mengambil modal di lembaga kredit
Informal.
4. Pengajuan persyaratan kredit memiliki pengaruh signifikan terhadap
keputusan pedagang dalam mengambil modal di lembaga kredit
Informal.
5. Jumlah kebutuhan modal, intensitas informasi dari pedagang lain,
jumlah penghasilan keluarga, dan pengajuan persyaratan kredit
memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pedagang dalam
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
Eksplanatif. Metode penelitian eksplanatif adalah penelitian yang menguji
hubungan dan kontribusi antar variabel yang dihipotesiskan.
B. Tempat dan waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Pasar Umum Muntilan yang terletak
di Jalan Pemuda No. 1, Kecamatan Muntilan, Kabupaten
Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Tempat tersebut dirasa sesuai
bagi penulis, karena jumlah pedagang yang menjajakan barang
dagangannya di pasar ini semakin bertambah. Selain itu
berdasarkan observasi dan pengamatan penulis, jumlah pemberi
jasa kredit informal/ rentenir juga semakin meningkat yang
dulunya hanya didominasi oleh orang-orang jawa yang tinggal di
Muntilan, namun sekarang bertambah dengan adanya rentenir dari
orang-orang Batak yang juga ikut bersaing. Kemudian penulis juga
ingin mengetahui bagaimana dampak dari keputusan pengambilan
pinjaman pada jasa kredit internal terhadap kelangsungan usaha