• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan kemampuan hitung dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Klaten tahun ajaran 2014 2015 pada materi bangun ruang sisi lengkung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan kemampuan hitung dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Klaten tahun ajaran 2014 2015 pada materi bangun ruang sisi lengkung"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEMAMPUAN HITUNG DAN INTERAKSI SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX A

SMP NEGERI 3 KLATEN TAHUN AJARAN 2014/2015 PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Ardi Widyatmaka

101414059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

HUBUNGAN KEMAMPUAN HITUNG DAN INTERAKSI SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX A

SMP NEGERI 3 KLATEN TAHUN AJARAN 2014/2015 PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Ardi Widyatmaka

101414059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu

(1 PETRUS 5:7)

Dengan berkat Tuhan yang melimpah, saya persembahkan skripsi ini untuk :

Bapak, Ibu, Lintang yang selalu memberikan semangat dan doa yang tidak pernah putus.

Fransisca Natalia yang selalu memberikan bantuan, doa, dan semangat untuk menyelesaikan tugas akhir Sahabatku (Titok, Indi, Nael, Tyas, Cicil) yang selalu memberi saran dan solusi ketika menemukan kesulitan Dan semua teman-teman yang tidak bisa aku sebutkan satu per satu.

(6)
(7)

vi ABSTRAK

Ardi Widyatmaka. 2014. Pengaruh Kemampuan Hitung dan Interaksi Sosial Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IX A SMP Negeri 3 Klaten Tahun Ajaran 2014/2015 Pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmi Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) hubungan antara kemampuan hitung dengan prestasi belajar matematika (2) hubungan antara interaksi sosial dengan prestasi belajar matematika (3) hubungan antara kemampuan hitung dan interaksi sosial dengan prestasi belajar matematika. Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian deskriptif-korelasional.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Klaten semester gasal Tahun Ajaran 2014/2015. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX A dengan jumlah siswa 32. Metode pengumpulan data menggunakan tes untuk kemampuan hitung dan prestasi belajar sedangkan metode observasi dan angket untuk mengukur interaksi sosial. Penelitian ini menggunakan jenis data interval dan pengolahan data secara statistik deskriptif dengan koefisien korelasi sederhana dan koefisien korelasi ganda.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1) terdapat hubungan yang positif antara kemampuan hitung dengan prestasi belajar matematika, besar pengaruh kemampuan hitung cukup besar yaitu sebesar 51,7% (2) terdapat hubungan positif antara interaksi sosial dengan prestasi belajar matematika, besar pengaruh interaksi sosial dengan prestasi belajar adalah kecil yaitu 5,2% (3) terdapat hubungan positif antara kemampuan hitung dan interaksi sosial secara bersama-sama dengan prestasi belajar matematika, besar pengaruh kemampuan hitung dan interaksi sosial dengan prestasi belajar matematika cukup besar yaitu 55,06%.

(8)

vii ABSTRACT

Ardi Widyatmaka. 2014. The Relation of Counting Ability and Social Interaction to Students’ Mathematics Achievement of IX A Students of SMPN 3 Klaten on Sub Topic Geometrical Curved Sides. A Thesis. Mathematics Education Study Program. Department of Mathematics Education and Science. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research is aimed to know (1) the relation between counting ability and students’ mathematics achievement (2) the relation between social interaction and students’ mathematics achievement (3) the relation between counting ability and social interaction with students’ mathematics achievement. This research is a descriptive – correlational research.

This research is conducted in SMP N 3 Klaten in odd semester academic year 2014/ 2015. The population of this research is IX A Students which has 32 students. The data gathering methods is using test for counting ability and also study achievement, and the observation methods is using questionnaire and observation to measure social interaction. This research is using data interval and descriptive statistics data processing with double simple coefficient correlation.

The result of this research can be concluded that (1) there is a positive correlation between counting ability and students’ mathematics achievement, and the number of effect is quite strong which is 51,7 % (2) There is a positive relation between social

interaction and students’ mathematics achievement, and te number of social interaction

and students’ mathematics achievement is low which is 5.2 % (3) there is a positive relation between counting ability and social interaction together with students’ mathematics achievement, and the number of the effect from counting ability and social interaction with students’ mathematics achievement is quite strong, which is 55.06 %.

(9)
(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus karena atas berkat dan karuniaNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

Banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyusunan

skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis, antara lain :

1. Bapak Dominikus Arif B. P. S.Si., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran, serta telah memberikan kritik dan

saran yang membangun bagi penulis dalam penyusunan skripsi.

2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak/ibu dosen selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan

kepada penulis untuk menyempurnakan skripsi ini.

4. Segenap dosen Pendidikan Matamatika yang penuh kesabaran mendidik,

membimbing, dan berbagi pengalaman kepada penulis selama kuliah.

5. Segenap staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, yang telah membantu pembuatan surat ijin yang

(11)
(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACK ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……….... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN………... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian... 5

F. Batasan Istilah ... 5

(13)

xii

H. Sistematika Penulisan... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Belajar dan Pembelajaran ... 9

B. Intelegensi ... 11

C. Intelegensi Ganda ... 12

D. Intelegensi Matematis Logis ... 13

E. Interaksi Sosial ... 16

1. Pengertian Interaksi Sosial ... 16

2. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial... 17

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial... 21

4. Bantuk-bentuk Interaksi Sosial ... 22

F. Pengertian Prestasi Belajar ... 24

G. Prestasi Belajar Matematika ... 26

H. Kerangka Berpikir ... 29

I. Bangun Ruang Sisi Lengkung... 30

J. Hipotesis Penelitian... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

A. Jenis Penelitian ... 41

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 41

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

C. Perumusan Variabel ... 42

1. Variabel Bebas ... 42

2. Variabel Terikat ... 42

D. Bentuk Data dan Metode Pengumpulan Data ... 42

1. Bentuk Data ... 42

2. Metode Pengumpulan Data ... 42

E. Instrumen Penelitian ... 44

1. Lembar Observasi ... 44

(14)

xiii

3. Tes Prestasi Belajar ... 46

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 47

1. Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 47

2. Reliabilitas Instrumen... 49

G. Teknik Analisis Data ... 50

1. Gambaran Umum Variabel Penelitian ... 50

2. Korelasi Sederhana ... 50

3. Koefisien Korelasi Ganda ... 52

BAB IV ANALISI DATA DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 53

B. Deskripsi Data ... 53

1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 54

2. Pelaksanaan Penelitian ... 56

C. Data Penelitian ... 65

1. Hasil Observasi ... 65

2. Hasil Tes Kemampuan Hitung, Kuesioner, dan Prestasi ... 67

D. Analisa Data ... 69

1. Gambaran Umum Variabel Penelitian ... 69

2. Korelasi Sederhana ... 71

3. Korelasi Ganda ... 75

E. Pembahasan ... 77

1. Hubungan Kemampuan Hitung dengan Prestasi Belajar ... 77

2. Hubungan Interaksi Sosial dengan Prestasi Belajar ... 77

3. Hubungan Kemampuan Hitung dan Interaksi dengan Prestasi Belajar ... 79

4. Hasil Wawancara ... 80

F. Keterbatasan Penelitian ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 83

A. Kesimpulan ... 83

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Observasi... 46

Table 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Sikap terhadap Interaksi Sosial ... 47

Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Siswa ... 48

Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes Aritmatika ... 49

Tabel 3.5 Kriteria Interpretasi Tingkat Validitas ... 51

Tabel 3.6 Kriteria Interpretasi Tingkat Reliabilitas ... 51

Tabel 4.1 Penolong Koefisien Korelasi ... 56

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Validitas ... 57

Tabel 4.3 Hasil Observasi Interaksi Sosial ... 59

Tabel 4.4 Aktivitas Interaksi Sosial yang Sering dilakukan Siswa ... 60

Tabel 4.5 Hasil Observasi Interaksi Sosial ... 62

Tabel 4.6 Aktivitas Interaksi Sosial yang Sering dilakukan Siswa... 63

Tabel 4.7 Hasil Observasi Interaksi Sosial ... 65

Tabel 4.8 Aktivitas Interaksi Sosial yang Sering dilakukan Siswa... 67

Tabel 4.9 Perbandingan Interaksi Sosial pada Setiap Pertemuan ... 68

Tabel 4.10 Data Tes Kemampuan Hitung, Interaksi Sosial dan Tes Prestasi Belajar ... 70

Tabel 4.11 Statistik Deskriptif ... 71

Tabel 4.12 Perhitungan Nilai Korelasi Kemampuan Hitung dan Prestasi Belajar ... 74

(16)

xv

Tabel 4.14 Perhitungan Nilai Korelasi Kemampuan Hitung dan

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bidang Tabung ... 30

Gambar 2.2 Unsur-unsur Tabung ... 31

Gambar 2.3 Bidang Singgung pada Bidang Tabung ... 31

Gambar 2.4 Tabung ... 33

Gambar 2.5 Luas Permukaan Tabung ... 33

Gambar 2.6 Unsur-unsur Kerucut ... 34

Gambar 2.7 Jaring-jaring Kerucut ... 35

Gambar 2.8 Volume Kerucut ... 36

Gambar 2.9 Bola ... 37

Gambar 2.10 Luas Permukaan Bola ... 37

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A

A.1 Daftar Nama Siswa ... 89

A.2 Silabus... 90

A.3 RPP………... 95

A.4 Soal Prestasi Belajar ... 103

A.5 Kunci Jawaban Soal Prestasi Belajar... 104

A.6 Lembar Observasi Interaksi Sosial ... 106

A.7 Kuesioner Interaksi Sosial ... 107

Lampiran B B.1 Tabel Penolong Validitas dan Reliabilitas ... 110

B.2 Perhitungan Validitas Prestasi Belajar... 112

B.3 Perhitungan Reliabilitas………... 115

B.4 Hasil Uji Tes Kemampuan Hitung... 116

B.5 Lembar Observasi Pertemuan 1 ... 117

B.6 Lembar Observasi Pertemuan 2 ... 121

B.7 Lembar Observasi Pertemuan 3 ... 125

B.8 Kuesioner Interaksi Sosial Kelas IX A ... 129

B.9 Hasil Ulangan Bangun Ruang Sisi Lengkung Kelas IX A ... 138

B.10 Daftar Nilai Prestasi Belajar Kelas IX A………... 144

B.11 Perhitungan Hasil Kuesioner Siswa ... 145

(19)

xviii Lampiran C

C.1 Foto Kegiatan Pembelajaran ... 152

(20)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi

berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan

memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa

dalam membangun watak bangsa (Doni Koesoema, 2010). Salah satu

indikator keberhasilan dari proses pendidikan adalah melalui kualitas dari

prestasi belajar siswa serta kemampuan siswa untuk terus bereksistensi dalam

lingkungannya. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses

pendidikan formal di sekolah. Proses belajar mengajar dalam pelajaran

matematika mengharuskan siswa memiliki kemampuan dalam berhitung.

Kemampuan hitung ini akan memudahkan siswa mempelajari materi lanjutan

pada pelajaran matematika yang hampir keseluruhan materinya berkenaan

dengan operasi hitung dasar.

Selain kemampuan hitung ada kemampuan lain yang harus dimiliki

siswa yaitu berupa interaksi sosial yang berkaitan dengan hubungan interaktif

antara siswa dengan guru, dan antara siswa dengan siswa terjadi dalam kondisi

belajar mengajar. Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack

(Gerungan, 2009) interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara

(21)

dengan kelompok. Interaksi sosial merupakan proses komunikasi diantara

orang-orang untuk saling mempengaruhi perasaan, pikiran, dan tindakan.

Menurut Bonner (Gerungan, 2009) interaksi sosial akan berlangsung apabila

seorang individu melakukan tindakan dan dari tindakan tersebut menimbulkan

reaksi individu yang lain. Interaksi sosial ini terjadi ketika guru dan siswa atau

siswa dengan siswa saling berdiskusi dan melakukan tanya jawab (Gerungan,

2009).

Hal-hal yang membuat pembelajaran matematika berhasil adalah siswa

mempunyai kemampuan hitung yang baik dan adanya interaksi sosial yang

baik antara guru dengan siswa dan juga siswa dengan siswa (Doni Koesoema,

2010). Dari uraian di atas terlihat bahwa kemampuan hitung merupakan dasar

bagi siswa untuk mempelajari materi matematika dan interaksi sosial

menunjukkan siswa perlu dilibatkan dalam menyelesaikan masalah-masalah

yang berhubungan dengan pembelajaran dalam suasana kerjasama dan

menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki

siswa. Hubungan yang baik didalam kelas baik antara guru dengan siswa

maupun siswa dengan siswa sangat penting untuk mendukung prestasi belajar.

Sikap interaksi sosial yang tinggi yang dimiliki seorang siswa, terhadap guru

ataupun siswa lainnya, membuat mereka dapat saling membantu dan memberi

dukungan dalam menghadapi kesulitan belajar untuk mencapai suatu prestasi

yang maksimal.

Namun realita yang penulis temukan dari observasi dan wawancara

(22)

dalam melakukan operasi hitung di soal matematika, terutama ketika siswa

menemukan soal-soal seperti perkalian dan pembagian bilangan desimal,

bilangan rasional dan bilangan irasional. Siswa juga lebih bergantung kepada

alat bantu hitung (kalkulator) ketika menemukan angka yang rumit. Penulis

melihat bahwa interaksi sosial yang terjadi di SMP Negeri 3 Klaten terutama

di kelas IX A sudah cukup baik. Siswa kelas IX A tidak malu untuk

berinteraksi dengan guru ataupun dengan siswa lainnya. Siswa yang tidak

mengerti tentang pelajaran matematika tidak malu untuk bertanya kepada guru

ataupun siswa lainnya. Siswa juga tidak malu untuk mengemukakan pendapat

didepan kelas ataupun waktu diskusi kelompok.

Berdasarkan hal tersebut penulis ingin melakukan penelitian mengenai

adakah pengaruh kemampuan hitung dan interaksi sosial terhadap prestasi

belajar matematika. Oleh karena itu, penelitian yang akan penulis lakukan

berjudul “Hubungan Kemampuan Hitung dan Interaksi Sosial terhadap

Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IX A SMP Negeri 3 Klaten Tahun

Ajaran 2014/2015 pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disusun diatas maka dapat

ditarik beberapa permasalahan yang timbul, antara lain:

1. Kurangnya keinginan siswa dalam menyelesaikan soal hitungan desimal,

(23)

2. Ketergantungan siswa terhadap alat bantu hitung seperti kalkulator bila

siswa menemui kesulitan dalam menghitung.

3. Siswa kurang cekatan dalam melakukan operasi hitung.

4. Kurangnya perhatian siswa terhadap guru yang sedang mengajar.

5. Kurangnya inisiatif siswa untuk bertanya kepada guru ketika mengalami

kesulitan.

6. Kurangnya keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat atau

mengerjakan soal di depan kelas

7. Kurangnya fokus siswa ketika diskusi kelompok

C. Pembatasan masalah

1. Interaksi sosial dibatasi pada interaksi antar guru bidang studi matematika

dengan siswa, interaksi antara siswa dengan siswa dalam lingkungan

sekolah atau dalam suasana edukatif/belajar.

2. Kemampuan hitung dibatasi pada kemampuan hitung pada penjumlahan,

pengurangan, perkalian, pembagian, akar, dan kuadrat.

3. Prestasi belajar matematika diambil dari nilai ulangan harian siswa.

4. Materi dibatasi pada bangun ruang sisi lengkung.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka

(24)

1. Adakah hubungan antara kemampuan hitung siswa dengan prestasi belajar

matematika siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Klaten?

2. Adakah hubungan antara interaksi sosial dengan prestasi belajar

matematika siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Klaten?

3. Adakah hubungan secara bersama antara kemampuan hitung dan interaksi

sosial siswa terhadap prestasi belajar matematika kelas IX A SMP Negeri

3 Klaten?

E. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini

mempunyai tujuan untuk:

1. Mengetahui hubungan antara kemampuan hitung terhadap prestasi belajar

siswa di sekolah.

2. Mengetahui hubungan antara interaksi sosial siswa terhadap prestasi

belajar di sekolah.

3. Mengetahui hubungan antara kemampuan hitung dan interaksi sosial siswa

terhadap prestasi belajar siswa disekolah.

F. Batasan Istilah 1. Hubungan

Hubungan adalah kesinambungan antara beberapa variabel bebas

(25)

2. Kemampuan Hitung

Kemampuan hitung adalah kemampuan untuk menalar dan

mengoperasikan bilangan-bilangan dengan cepat dan tepat.

3. Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih

individu manusia dimana individu yang satu dengan yang lain saling

mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki tingkah laku individu

tersebut.

4. Prestasi Belajar Matematika

Prestasi belajar matematika merupakan ukuran keberhasilan

kegiatan belajar siswa dalam menguasai materi pelajaran matematika

selama periode tertentu.

5. Bangun Ruang Sisi Lengkung

Bangun ruang sisi lengkung adalah bangun ruang yang dibatasi

oleh sisi lengkung.

G. Manfaat

Setelah mengetahui hasil tentang pengaruh ketrampilan hitung dan

interaksi sosial terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas, maka

penulisan ini diharapkan mempunyai manfaat bagi :

1. Peneliti

Sebagai calon guru, penulis perlu mengetahui kemampuan siswa

(26)

peningkatan prestasi belajar matematika melalui proses pembelajaran yang

tepat dan sesuai untuk siswa.

2. Guru

Dengan penelitian ini, guru dapat mengetahui bentuk-bentuk

interaksi yang terjadi dalam pembelajaran sehingga bisa digunakan

sebagai salah satu informasi dalam pemakaian suatu metode dalam

pembelajaran yang sesuai dengan materi agar siswa mendapat prestasi

belajar yang optimal.

H. Sitematika Penulisan

Bagian awal skripsi terdiri atas halaman judul, halaman persetujuan,

halaman pengesahan, halaman persembahan, pernyataan keaslian karya,

abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar

lampiran.

Pada bagian isi skripsi dibagi menjadi lima bab yang terdiri dari

pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, analisis data dan pembahasan,

serta kesimpulan dan saran.

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan istilah, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II berisi tentang landasan teori yang

digunakan sebagai dasar penulisan yang meliputi belajar dan pembelajaran,

intelegensi, intelegensi ganda, intelegensi matematis logis, kemampuan

(27)

Sedangkan Bab III berisi tentang uraian metode penelitian yang

meliputi jenis penelitian, populasi penelitian, perumusan variabel, bentuk data

dan metode pengumpulan data, instrumen penelitian, uji validitas dan

reliabilitas, teknik analisis data.

Bab IV berupa deskripsi lokasi penelitian, deskripsi data, data

penelitian, analisis data, pembahasan, dan keterbatasan penelitian. Sedangkan

(28)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan upaya sadar atau upaya yang disengaja untuk

mendapat kepandaian. Banyak definisi belajar yang dikemukakan oleh para

ahli. Menurut Cronbach (Sardiman, 2011: 20), belajar adalah suatu aktivitas

yang ditunjukkan oleh perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman. L.Bigge (Sardiman, 2011: 20) menyatakan bahwa belajar adalah

perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan

secara genetis. Perubahan terjadi pada pemahaman, perilaku, persepsi,

motivasi, atau campuran dari semuanya secara sistematis sebagai akibat

pengalaman dalam situasi tertentu. Perubahan perilaku ini didapatkan melalui

latihan atau pengalaman, yang dikemukakan oleh Whittaker Sardiman, (2011:

20). Menurut Sartain dkk (Sardiman, 2011: 20), belajar dapat didefinisikan

sebagai suatu hasil perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman. Perubahan

ini antara lain ialah cara merespon suatu hasil sinyal, cara menguasai, suatu

ketrampilan dan mengembangkan sikap terhadap suatu objek.

Dari pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan suatu proses atau usaha dari seseorang untuk menuju ke arah yang

lebih baik sebagai suatu bentuk perubahan perilaku dirinya, atau suatu proses

yang dialami oleh individu dalam pengalamannya yang menghasilkan

(29)

adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang disebebkan

oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, ketrampilan, atau

sikapnya.

Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru

dan peserta didik dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada.

Baik potensi yang bersumber dari dalam diri peserta didik itu sendiri, seperti

minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki. Termasuk gaya belajar

maupun potensi yang ada di luar peserta didik seperti lingkungan, sarana, dan

sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu

Pembelajaran berarti proses, cara, dan perbuatan mempelajari menurut

Agus Suprijono, dalam bukunya Cooperative Learning. Guru menyediakan

fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya. Subyek

pembelajaran adalah peserta didik, jadi pembelajaran berpusat pada peserta

didik. Sehingga pembelajaran dapat diartikan sebagai dialog interaktif antara

guru dan peserta didik.

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi (hubungan timbal balik)

antara guru dengan peserta didik. Dalam proses tersebut, guru memberikan

bimbingan dan menyediakan berbagai kesempatan yang mendorong peserta

didik belajar, untuk memperoleh pengalaman sesuai dengan tujuan

pembelajaran. Tercapainya pembelajaran ditandai oleh tingkat penguasaan,

kemampuan dan pembentukan kepribadian.

Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah

(30)

behavioristik. Aliran behavioristik menekankan pada terbentuknya perilaku

yang tampak sebagai hasil belajar. Aplikasi teori behavioristik tergantung dari

beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat materi pembelajaran, karakter

peserta didik, media, dan fasilitas yang tersedia. Di dalam teori behavioristik

tujuan pembelajaran ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan

belajar merupakan bentuk aktivitas yang menuntut peserta didik untuk

mengungkap kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk

laporan, kuis atau tes.

Dari pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dengan sengaja

dengan menciptakan berbagai kondisi tertentu yang diarahkan untuk mencapai

arahan tertentu.

B. Intelegensi

Intelegensi adalah kemampuan untuk memecahkan persoalan dan

menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam

situasi yang nyata (Suparno, 2003: 17). Solso (Suharman, 2005: 346)

mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan memperoleh dan menggali

pengetahuan, menggunakan pengetahuan untuk memahami konsep-konsep

konkret dan abstrak, dan menghubungkan diantara objek-objek dan

gagasan-gagasan, menggunakan pengetahuan dengan cara yang lebh berguna atau

(31)

C. Intelegensi Ganda

Intelegensi ganda adalah sembilan kecerdasan yang ditemukan dalam

diri seseorang, dimana kesembilan intelegensi itu berperan dalam keberhasilan

seseorang (Suparno, 2003: 5)

Dalam penelitiannya Gardner memasukkan sembilan intelegensi yang

diterima oleh masyarakat (Suparno, 2003: 24-44) yaitu :

1. Intelegensi Linguistik (Linguistic Intelligence) adalah kemampuan untuk

menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral

maupun secara tertulis.

2. Intelegensi Matematis-Logis (Logical-Mathematical Intelligence) adalah

kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika

secara efektif, kepekaan terhadap pola logika, abstraksi, kategorisasi dan

perhitungan.

3. Intelegensi Ruang-Visual (Spatial Intelligence) adalah kemampuan untuk

menangkap dunia ruang visual secara tepat dan mudaj membayangkan

benda dalam dimensi tiga.

4. Intelegensi Kinestetik-badani (Bodily-kinesthetic Intelligence) adalah

kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan

gagasan atau perasaan.

5. Intelegensi Musikal (Musical Intelligence) adalah kemampuan untuk

mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk music

(32)

6. Intelegensi Interpersonal (Interpersonal Intelligence) adalah kemampuan

untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intens, motivasi,

watak, dan temperamen orang lain.

7. Intelegensi Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence) adalah kemampuan

yang berkaitan dengan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara

adaptif berdasar pada pengenalan diri itu.

8. Intelegensi Lingkungan/natural (Naturalis Intelligence) adalah

kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik,

dapat membuat distingsi konsekuensial lain dalam alam natural,

kemampuan untuk memahami dan menikmati alam, dan menggunakan

kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani, dan

mengembangkan pengetahuan akan alam.

9. Inteligensi Eksistensial (Existensial Intelligence) adalah kemampuan

seseorang menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau

keberadaan manusia.

D. Intelegensi Matematis-Logis

Kecerdasan logis matematis adalah kemampuan seseorang untuk

menangani bilangan dan perhitungan, pola dan pemikiran logis dan ilmiah.

Kecerdasan ini juga mencakup kemampuan untuk mengolah angka,

(33)

Menurut Gardner (Suparno, 2003) logis matematis mempunyai ciri-ciri

antara lain :

1. Menghitung problem aritmatika dengan cepat

2. Menikmati penggunaan bahasa komputer atau program logika

3. Suka menanyakan pertanyaan logis

4. Menjelaskan masalah secara logis

5. Merancang eksperimen untuk menguji hal – hal yang tidak dimengerti

6. Mudah memahami sebab akibat

Kekurangan kecerdasan logis matematis mengakibatkan sejumlah

besar problema individu dan budaya. Tanpa kepekaan terhadap bilangan,

seseorang kemungkinan besar tertipu oleh harapan – harapan tidak realistis

akan memenangkan sebuah undian atau membuat keputusan keuangan yang

keliru, dia juga cenderung gagal dalam berbagai tugas yang memerlukan

matematika praktis.

Menurut Gardner (Suparno, 2003) ada kaitan antara kecerdasan

matematik dan kecerdasan linguistik. Pada kemampuan matematika, anak

menganalisa atau menjabarkan alasan logis, serta kemampuan mengkonstruksi

solusi dari persoalan yang timbul. Kecerdasan linguistik diperlukan untuk

mengurutkan dan menjabarkannya dalam bentuk bahasa.

Ciri-ciri siswa dengan kecerdasan Logika-Matematika di antaranya :

1. Biasanya mempunyai kemampuan yang baik dalam bidang matematika

(34)

2. Mereka menggunakan penalaran dan logika serta angka angka dengan

baik.

3. Mereka berpikir secara konseptual dalam kerangka pola pola angka dan

mampu membuat hubungan hubungan antara berbagai ragam informasi

yang didapat.

4. Mereka selalu ada rasa ingin tahu tentang dunia di sekeliling mereka dan

selalu menanyakan banyak hal serta mau mengerjakan eksperimentasi.

5. Selalu mempermasalahkan dan menanyakan kejadian-kejadian yang ada,

sehingga tak jarang mereka agak tak disukai atau membosankan karena

terlalu banyak bertanya.

Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat belajar

khas jika dibandingkan dengan ilmu yang lain. Kegiatan pembelajaran

matematika sebaiknya tidak disamakan begitu saja dengan ilmu yang lain,

karena setiap siswa yang belajar matematika itu berbeda-beda

kemampuannya. Maka kegiatan pembelajaran matematika haruslah diatur

sekaligus memperhatikan kemampuan siswa. Salah satu aspek dalam

matematika adalah berhitung. Berhitung pada matematika terdapat dihampir

sebagian besar cabang matematika seperti aljabar, geometri, dan statistika.

Menurut Aisyah, dkk (2007: 5-6) kemampuan hitung mengungkapkan

bagaimana seseorang memahami ide-ide yang diekspresikan dalam bentuk

angka-angka dan bagaimana jenisnya seseorang dapat berpikir serta menalar

(35)

penting dalam kehidupan sehari-hari, dapat dikatakan bahwa dalam semua

aktivitas kehidupan manusia memerlukan kemampuan hitung.

Menurut Slameto (2007: 14) kemampuan numerik mencakup

kemampuan standar tantang bilangan, kemampuan hitung yang mengandung

penalaran dan keterampilan aljabar. Kemampuan mengoperasikan bilangan

meliputi operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Kemampuan hitung dalam penilitian ini mengenai kemampuan

numerik siswa, karena numerik adalah kemampuan hitung menghitung dengan

bilangan-bilangan. Kemampuan ini dapat menunjang cara berpikir yang cepat,

tepat dan cermat yang sangat mendukung ketrampilan siswa dalam memahami

simbol-simbol dalam matematika. Jadi kemampuan hitung adalah kemampuan

untuk menalar dan mengoperasikan bilangan-bilangan dengan cepat dan tepat.

E. Interaksi Sosial

1. Pengertian Interaksi Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia pasti akan membutuhkan orang

lain untuk bisa berkembang, saling membutuhkan, dan saling

mempengaruhi. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara

individu dengan individu, individu dengan kelompok dan antara kelompok

dengan kelompok. Interaksi sosial merupakan proses komunikasi diantara

(36)

Interaksi sosial akan berlangsung apabila seorang individu melakukan

tindakan dan menimbulkan reaksi individu yang lain.

Menurut H. Bonner (Gerungan, 2009: 62), interaksi sosial adalah

suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, di mana kelakuan

individu yang satu mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki kelakuan

individu yang lain atau sebaliknya. Interaksi sosial merupakan hubungan

yang tersusun dalam bentuk tindakan berdasarkan norma dan nilai sosial

yang berlaku dalam masyarakat. Apabila sesuai dengan norma dan nilai

sosial tersebut, interaksi sosial akan berjalan dengan baik. Begitu pula

sebaliknya, apabila interaksi sosial yang dilakukan kurang atau tidak

sesuai dengan norma dan nilai dalam masyarakat, interaksi yang terjadi

tidak akan berlangsung dengan baik (Sitorus, dalam Khairulmaddy 2008)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial

adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia dimana

individu yang satu dengan yang lain saling mempengaruhi, mengubah, dan

memperbaiki tingkah laku individu tersebut.

2. Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Terjadinya interaksi sosial sebagaimana yang dimaksud, karena

adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak

dalam suatu hubungan sosial. Menurut Rouceck dan Warren (Gerungan,

2009) interaksi adalah satu masalah pokok karena merupakan dasar segala

(37)

kelompok dipengaruhi tingkah laku reaktif pihak lain. Dengan demikian,

interaksi mempengaruhi tingkah laku orang lain melalui kontak. Kontak

ini mungkin berlangsung melalui obrolan, pendengaran, melakukan

gerakan pada beberapa bagian badan, melihat dan lain-lain lagi, atau

secara tidak langsung melalui tulisan, atau dengan cara berhubungan dari

jauh.

Dalam proses sosial, baru dapat dikatakan terjadi interaksi sosial,

apabila telah memenuhi persyaratan sebagai aspek kehidupan bersama,

yaitu kontak sosial dan komunikasi sosial (Gerungan, 2009).

a. Kontak sosial

Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih,

melalui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan

masing-masing dalam masyarakat. Kontak sosial dapat terjadi secara

langsung ataupun tidak langsung antara satu pihak dengan pihak yang

lainnya. Kontak sosial tidak langsung adalah kontak sosial yang

menggunakan alat sebagai perantara; misalnya ; melalui telepon, radio,

surat, dan lain-lain. Sedangkan kontak sosial secara langsung, adalah

kontak sosial melalui suatu pertemuan dengan bertatap muka dan

berdialog diantara kedua belah pihak tersebut. Hal yang paling penting

dalam interaksi sosial tesebut adalah saling mengerti antara kedua

belah pihak, sedangkan kontak fisik bukan lagi merupakan syarat

utama dalam kontak sosial, oleh karena hubungan demikian belum

(38)

semata-mata oleh karena adanya aksi belaka, akan tetapi harus memenuhi

syarat pokok kontak sosial, yaitu reaksi (tanggapan) dari pihak lain

sebagai lawan kontak sosial.

Dalam kontak sosial, dapat terjadi hubungan yang positif dan

hubungan negatif. Kontak sosial positif terjadi karena hubungan antara

kedua belah pihak terdapat saling pengertian, disamping

menguntungkan masing-masing pihak tersebut, sehingga biasanya

hubungan dapat berlangsung lama, atau mungkin dapat berulang dan

mengarah kepada suatu kerja sama. Sedangkan kontak negatif terjadi

karena hubungan antara kedua belah pihak tidak melahirkan sikap

saling pengertian, mungkin merugikan masing-masing kedua belah

pihak atau salah satu pihak, sehingga mengakibatkan suatu

pertentangan atau perselisihan. Dalam pengertian yang sama, Soedjono

membedakan kontak sosial menjadi dua macam, yaitu kontak sosial

primer dan skunder. Kontak sosial primer adalah kontak sosial dalam

bentuk tatap muka, bertemu, jabatan tangan, berkomuniasi antara

pihak-pihak yang melakukan kontak sosial. Kontak sosial sekunder

adalah kontak yang tidak langsung, yaitu suatu kontak sosial yang

membutuhkan perantara. Hal ini sama halnya dengan hubungan secara

tidak langsung, misalnya; melalui telepon, radio, surat, dan lain-lain.

b. Komunikasi sosial

Komunikasi sosial adalah syarat pokok lain daripada proses

(39)

pandangan antara orang yang berinteraksi terhadap sesuatu. Menurut

Soerdjono Soekanto, komunikasi sosial adalah bahwa seseorang

memberikan pengertian pada perilaku orang lain, seperti pembicaraan,

gerak fisik, perasaan, sikap, yang ingin disampaikan oleh seseorang,

kemudian orang tersebut memberikan reaksi terhadap perasaan yang

ingin disampaikan oleh orang tersebut. Dengan adanya komunikasi,

maka sikap dan perasaan disatu pihak orang atau sekelompok orang

dapat diketahui dan dipahami oleh pihak orang atau sekelompok

lainnya. Hal ini berarti, apabila suatu hubungan sosial tidak terjadi

komunikasi atau saling mengetahui dan tidak saling memahami

maksud masing-masing pihak, maka dalam keadaan demikian tidak

terjadi kontak sosial. Dalam komunikasi sosial masing-masing orang

yang sedang berhubungan, misalnya jabatan tangan dapat diartikan

sebagai kesopanan, persahabatan, kerinduan, sikap kebanggaan dan

lain-lain.

Menurut Soekanto (2001: 75) lebih memfokuskan, komunikasi

adalah pengertian seseorang terhadap kelakuan orang lain baik berupa

pembicaraan, gerak-gerik badan maupun sikap guna menyampaikan

pesan yang diinginkannya. Orang tersebut kemudian memberi reaksi

(40)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

Menurut Soetarno (1989: 21-24) mengemukakan bahwa ada

beberapa faktor yang mempengaruhi interaksi sosial yaitu:

a. Imitasi

Dalam kehidupan sehari-hari imitasi berarti peniruan. Imitasi

terbagi menjadi dua, yaitu imitasi positif dan imitasi negatif. Imitasi

positif berarti peniruan perilaku terhadap tokoh atau figur yang

bersifat baik. Sedangkan imitasi negatif berarti peniruan perilaku

terhadap tokoh atau figur yang bersifat tidak baik. Imitasi negatif dapat

menghambat.

Imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi

kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Namun demikian, imitasi mungkin

pula mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negatif misalnya yang

ditiru adalah tindakan-tindakan yang menyimpang. Selain itu, imitasi

juga dapat melemahkan atau mematikan pengembangan daya kreasi

seseorang.

b. Sugesti

Sugesti dapat dirumuskan sebagai suatu proses di mana seorang

individu menerima suatu cara pengelihatan atau pedoman-pedoman

tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. (Gerungan,

(41)

c. Identifikasi

Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi

identik (sama) dengan orang lain (Gerungan, 2009: 72). Pada awalnya,

anak mengidentifikasi dirinya dengan orang tuanya, tetapi lambat laun,

setelah ia berkembang di sekolah menjadi seorang remaja, tempat

identifikasi dapat beralih dari orang tuanya ke orang-orang yang

dianggapnya terhormat atau bernilai tinggi, misalnya guru. Identifikasi

dilakukan orang kepada orang lain yang dianggapnya ideal dalam

suatu segi, untuk memperoleh sistem norma, sikap, dan nilai yang

dianggapnya ideal, dan masih merupakan kekurangan pada dirinya.

d. Simpati

Simpati adalah perasaan tertarik orang yang satu terhadap yang

lain (Gerungan, 2009: 75-76). Simpati hanya dapat berkembang dalam

suatu kerja sama antar dua atau lebih orang, yang menjamin

terdapatnya saling mengerti. Justru karena adanya simpati itu dapat

diperoleh saling mengerti yang mendalam. Jadi faktor simpati dan

hubungan kerjasama yang erat itu saling melengkapi yang satu dengan

yang lainnya. Tujuan simpati baru terlaksana apabila terdapat

(42)

4. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Beberapa bentuk interaksi sosial yang terjadi (Gerungan, 2009) adalah:

a. Kerjasama

Kerjasama disini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama

antara seseorang atau kelompok dalam mencapai satu tujuan yang

sama.

b. Akomodasi

Akomodasi menunjuk pada usaha manusia untuk meredakan

suatu pertentangan, yaitu usaha untuk mencapai kestabilan. Menurut

Gillin, akomodasi sama artinya dengan pengertian adaptasi. Dari

pengertian ini, dimaksudkan bahwa pada awalnya orang saling

bertentangan menyesuaikan diri untuk mengatasi ketegangan.

c. Asimilasi

Asimilasi merupakan suatu proses yang ditandai dengan

adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat

antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia. Proses

asimilasi dapat dengan mudah terjadi melalui beberapa cara, antara

lain dengan sikap toleransi, sikap saling menghargai orang lain dan

kebudayaannya, sikap terbuka dari penguasa, dan lain-lain.

Ketiga proses ini merupakan proses asosiatif yang terjadi apabila

seseorang atau sekelompok orang melakukan suatu interaksi sosial yang

memiliki kesamaan pandangan dan tindakan sehingga mengarah kepada

(43)

F. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar dipandang sebagai perwujudan nilai-nilai yang

diperoleh siswa melalui proses belajar dalam kurun waktu tertentu. Dalam hal

ini prestasi belajar merupakan penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam

mengikuti program belajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah

ditetapkan. Prestasi belajar mencerminkan keberhasilan proses belajar yang

dikembangkan. Artinya bahwa siswa telah mampu menguasai materi pelajaran

yang dijelaskan oleh guru selama proses belajar berlangsung sehingga siswa

dapat meningkatkan prestasi belajar mereka.

Menurut Catharina (2006: 84), prestasi belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajaran setelah mengalami aktivitas belajar.

Tidak semua perubahan tingkah laku dapat diartikan sebagai hasil belajar. Ada

beberapa persyaratan, sehingga suatu proses perubahan tingkah laku baru

dapat diartikan sebagai hasil belajar. Persyaratan itu adalah bahwa hasil

belajar itu merupakan pencapaian dari suatu tujuan belajar. Hasil belajar itu

merupakan usaha dari kegiatan yang disadari, belajar itu sendiri merupakan

proses latihan yang berfungsi efektif untuk jangka waktu tertentu dan hasil

belajar itu perlu.

Sistem pendidikan nasional menggunakan klasifikasi hasil belajar

(44)

1. Aspek kognitif

Aspek kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan,

kemampuan dan kemahiran intelektual. Aspek kognitif memiliki enam

jenjang tujuan belajar, yaitu:

a. Mengingat: meningkatkan ingatan atas materi yang disajikan dalam

bentuk yang sama seperti yang diajarkan.

b. Mengerti: mampu membangun arti dari pesan pembelajaran, termasuk

komunikasi lisan, tulisan maupun grafis.

c. Memakai: menggunakan prosedur untuk mengerjakan latihan maupun

memecahkan masalah.

d. Menganalisis: memecah bahan-bahan ke dalam unsur-unsur pokok dan

menentukkan bagaimana bagian-bagian saling terhubung satu sama

lain.

e. Menilai: membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar

tertentu.

f. Mencipta: membuat suatu produk yang baru dengan mengatur kembali

unsur-unsur ke dalam suatu pola.

2. Aspek afektif

Aspek afektif merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan

(45)

3. Aspek psikomotorik

Prestasi belajar dalam aspek psikomotorik menunjukkan adanya

kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan saraf, manipulasi objek

dan koordinasi saraf.

Dalam penelitian ini, prestasi belajar yang diukur adalah indikator

prestasi belajar pada aspek kognitif. Prestasi belajar aspek ini dapat dilihat

dari hasil tes yang diberikan di akhir pembelajaran. Dari hasil tes tersebut

akan diketahui sejauh mana peserta didik menguasi materi pembelajaran

yang telah diajarkan

G. Prestasi Belajar Matematika

Hasil belajar matematika merupakan hasil yang telah dicapai oleh

siswa setelah melakukan kegiatan belajar matematika. Hasil ini dapat dilihat

dari evaluasi yang merupakan nilai yang menunjukkan keberhasilan siswa

dalam memahami matematika dan materi di dalamnya.

Setiap siswa memiliki hasil belajar yang berbeda antara satu siswa

dengan siswa lainnya. Perbedaan tingkat hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran matematika ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut

Wina Sanjaya (2008: 15), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

adalah guru, siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta lingkungan.

1. Faktor Guru

Keberhasilan suatu sistem pembelajaran, guru merupakan

(46)

yang secara langsung berhadapan dengan siswa. Dalam pembelajaran guru

bisa berperan sebagai perencana (planer) atau desainer (designer)

pembelajaran, sebagai implementator dan atau mungkin keduanya.

Sebagai perencana guru dituntut untuk memahami secara benar kurikulum

yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas dan sumber daya yang ada,

sehingga semua dijadikan komponen-komponen dalam menyusun rencana

dan desain pembelajaran.

Dalam melaksanakan perannya sebagai implementator rencana dan

desain pembelajaran guru bukanlah hanya berperan sebagai model atau

teladan bagi siswa yang diajarkannya akan tetapi juga sebagai pengelola

pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian efektivitas proses

keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas

atau kemampuan guru.

2. Faktor Siswa

Siswa memiliki kemampuan yang unik dan berkembang sesuai

dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah

perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama

perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama.

Proses pembelajaran dapat dipengaruhi perkembangan anak, disamping

karateristik lain yang melekat pada diri anak.

Sikap dan penampilan siswa dalam pembelajaran juga merupakan

aspek lain yang dapat mempengaruhi sistem pembelajaran. Adakalanya

(47)

sedikit juga ditemukan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dalam

belajar. Semua itu akan mempengaruhi proses pembelajaran di dalam

kelas. Sebab, bagaimanapun faktor siswa dan guru merupakan faktor yang

sangat menentukan dalam interaksi pembelajaran.

3. Faktor Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung

terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran,

alat-alat pembelajaran, perlengkapan sekolah, sedangkan prasarana adalah

segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan

proses pembelajaran. Kelangkapan sarana dan prasarana akan membantu

guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran, dengan demikian

sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat

mempengaruhi proses pembelajaran.

4. Faktor Lingkungan

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang

mempengaruhi proses pembelajaran yaitu faktor organisasi kelas dan

faktor iklim sosial-psikologis. Faktor organisasi kelas yang di dalamnya

meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang

dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu

besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok

belajar yang besar dalam satu kelas berkecenderungan:

a. Sumber daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan jumlah

(48)

b. Kelompok belajar akan kurang mampu memanfaatkan dan

menggunakan semua sumber daya yang ada.

c. Kepuasan belajar setiap siswa akan cendurung menurun. Hal ini

disebabkan kelompok besar yang terlalu banyak akan mendapatkan

pelayanan terbatas dari guru.

d. Perbedaan individu antar anggota akan semakin nampak, sehingga

akan semakin sukar mencapai kesepakatan.

e. Anggota kelompok yang teralu banyak berkecenderungan akan

semakin banyak siswa yang terpaksa menunggu untuk sama-sama

maju mempelajari materi pelajaran baru

f. Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin

banyaknya siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap

kegiatan kelompok.

Berdasarkan uraian di tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar matematika merupakan ukuran keberhasilan kegiatan

belajar siswa dalam menguasai materi pelajaran matematika selama

periode tertentu.

H. Bangun Ruang Sisi Lengkung 1. Tabung

Dalam mendefinisikan tabung, dapat menggunakan pengertian

bidang tabung. Bidang tabung adalah himpunan semua garis p yang

(49)

terhadap s. Dalam hubungan ini s disebut sumbu bidang tabung, p

disebut garis pelukis dan r adalah jari-jari bidang tabung.

Gambar 2.1. Bidang Tabung

Dari definisi bidang tabung maka tabung dapat didefinisikan

sebagai bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah bidang tabung dan

dua buah datar yang masing-masing tegak lurus pada sumbu bidang

tabung. Tabung juga dapat dipikirkan sebagai sebuah prisma beraturan

yang banyaknya sisi digandakan terus menerus sehingga menjadi tak

terhingga banyaknya.

Unsur-unsur tabung adalah mempunyai 3 sisi yaitu sisi atas, sisi

bawah dan sisi lengkung/sisi tegak (yang selanjutnya disebut selimut

tabung). Sisi alas dan sisi atas (tutup) berbentuk lingkaran yang

kongruen (sama bentuk dan ukurannya). Tabung mempunyai 2 rusuk

yang masing-masing berbentuk lingkaran. Tabung tidak mempunyai

(50)

Gambar 2.2. Unsur-unsur Tabung

Jarak antara bidang atas dan bidang bawah tabung disebut

tinggi tabung.

Gambar 2.3. Bidang Singgung pada Bidang Tabung

Pada gambar 2.3, A merupakan pusat lingkaran alas dari

tabung. Dibuat garis singgung pada p pada alas tabung itu dengan D

sebagai titik singgung. Dibuat garis pelukis DE, maka bidang yang

melalui P dan DE disebut bidang singgung pada bidang tabung. Jika

dalam bidang singgung pada bidang tabung itu dilukis garis g yang

(51)

garis pelukis DE di sebuah titik P yang merupakan titik persekutuan

dari garis g dan bidang tabung. Dalam hal ini maka garis g dikatakan

menyinggung bidang tabung di titik P. Garis g juga merupakan garis

yang menyilang sumbu tabung pada jarak tetap, yaitu r.

Karena bidang singgung L melalui garis pelukis yang letaknya

selalu sejajar dengan sumbu tabung s, maka akibatnya bahwa setiap

bidang singgung pada bidang tabung letaknya pasti sejajar dengan

sumbu tabung s.

Dari pernyataan di atas dapatlah disimpulkan bahwa semua

garis yang menyilang sebuah garis s dengan jarak tetap (r) terletak

pada sebuah bidang yang menyinggung bidang tabung dengan s

sebagai sumbu dan r sebagai jari-jarinya. Setiap bidang yang sejajar

dengan sebuah garis s dan mempunyai jarak tetap (r) terhadap s,

menyinggung bidang tabung dengan s sebagai sumbu dan r sebagai

jari-jarinya.

Untuk menentukan volume tabung, maka lihat tabung sebagai

bangun yang terjadi dari sebuah prisma beraturan yang banyaknya sisi

tak terhingga, sehingga keliling dari luas bidang alasnya sangat

mendekati keliling dan luas sebuah lingkaran, sedangkan tinggi prisma

itu menjadi tinggi dari tabung tersebut.

Dengan kata lain, volume sebuah silinder sama dengan limit

(52)

berhingga. Dimana r adalah jari-jari bidang alas tabung (bidang alas

berupa lingkaran) dan t adalah tinggi tabung.

Gambar 2.4. Tabung

Luas permukaan tabung dapat dilihat dari jaring-jaring tabung

yang terdiri dari sebuah daerah persegi panjang dan dua daerah

lingkaran yang kongruen.Daerah persegi panjang itu panjangnya sama

dengan keliling lingkaran alas/atas dari tabung, sedang lebarnya

sama dengan tinggi tabung. Luas persegi panjang ini disebut luas

bidang lengkung tabung. Jika r jari-jari tabung dan t adalah tinggi

tabung, maka:

Gambar 2.5. Luas Permukaan Tabung

Volume Tabung = Volume Prisma = Luas Alas x Tinggi = (r2) x (t)

(53)

Luas Bidang Lengkung Tabung = Luas Persegi Panjang

= p x l

= Keliling lingkaran x tinggi tabung

= (2pr) x (t)

= 2 p r t

Luas Seluruh Permukaan Tabung = Luas Seluruh Bidang Sisi Tabung = Luas Bidang Lengkung Tabung +

2 Luas Alas (Lingkaran)

= 2prt + 2 (pr2)

= 2 p r (r + t)

2. Kerucut

Kerucut merupakan bangun ruang yang alasnya berupa

lingkaran dan selimutnya berupa juring lingkaran. Pada gambar 2.6,

tinggi kerucut (t) adalah jarak antara pusat lingkaran (O) dengan

puncak lingkaran (T), s adalah garis pelukis atau garis gambar yang

terdapat pada selimut kerucut. Sedangkan jari-jari alasnya adalah r.

Garis tinggi kerucut selalu tegak lurus dengan diameter alas kerucut

(AB).

(54)

Pada gambar 2.7, hubungan antara jari-jari alas kerucut (r),

tinggi kerucut (t), dan garis pelukis (s) dapat ditunjukkan oleh

Teorema Pythagoras : s2 = r2 + t2 atau r2 = s2 - t2 atau t2 = s2 - r2

Gambar 2.7. Jaring-jaring Kerucut

Pada gambar 2.7, jaring-jaringnya berupa juring dengan

jari-jari s dan panjang busur AB yang juga keliling alas kerucutnya,

sehingga panjang busur AB = 2r.

Luas juring lingkaran ditentukan dengan perbandingan:

(55)

Luas Juring AOB =  r s

Jadi: luas selimut kerucut =  rs atau luas selimut kerucut = 21d

Karena alasnya berbentuk lingkaran dengan jari-jari r, maka luasnya =

2 r

 , sehingga luas permukaan kerucut dirumuskan:

Luas permukaan kerucut = luas alas + luas selimut = r2+  r s

Luas permukaan kerucut =  r(rs)

Untuk menentukan volume kerucut, perhatikan ilustrasi

percobaan berikut:

Jika kerucut dan tabung berikut memiliki alas dan tinggi yang sama,

kemudian kita mengisi air ke tabung dengan menggunakan wadah

berupa kerucut tersebut secara penuh maka air yang akan terisi adalah

sepertiga tabung

Gambar 2.8. Volume Kerucut jadi volume kerucut dirumuskan sebagai:

Volume kerucut = volumetabung

3 1

(56)

dengan r = jari-jari alas, t = tinggi kerucut, dan s = garis pelukis

7 22 

 atau  3,14

3. Bola

Bola adalah bangun ruang dimensi tiga yang dibentuk oleh tak

hingga lingkaran berjari-jari sama panjang dan berpusat pada satu titik

yang sama. Bola dapat dibentuk dari bangun setengah lingkaran yang

diputar sejauh 360 derajat pada garis tengahnya.

Gambar 2.9. Bola

Luas permukaan bola dapat ditentukan dengan menggunakan

sebuah percobaan yang telah dilakukan oleh Archimedes, yaitu :

sebuah bola menempati sebuah tabung yang diameter dan tinggi

tabung sama tepat dengan diameter bola, maka luas bola itu sama

dengan luas selimut tabung.

(57)

Luas selimut tabung = 2 r.t= 2r.2r = 4 r 2

Luas permukaan bola = 4r2 atau L = d2

Sama halnya dengan menentukan volume kerucut, volume bola dapat dilakukan dengan percobaan: terdapat sebuah bola dengan jari-jari r dan sebuah tabung dengan jari-jari-jari-jari r dan tinggi 2r, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.11. Jika bola tersebut dibelah menjadi belahan bola yang sama dan masing-masing diisi penuh dengan air, kemudian dituangkan ke dalam tabung, maka akan diperoleh air 32 bagian dari volume tabung.

Gambar 2.11. Volume Bola diperoleh:

Volume bola = 32volumetabung

= 32( r2 t)

= 32(r22r)

Volume bola = 3 3 4r

(58)

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan mengenai bangun

ruang sisi lengkung yang meliputi tabung, kerucut, dan bola maka

dapat disimpulkan bangun ruang sisi lengkung adalah bangun ruang

yang dibatasi oleh sisi lengkung.

I. Hubungan

Hubungan dalam istilah adalah kesinambungan antara dua variabel

atau lebih, Husaini (2008: 197). Hubungan antara dua variabel atau lebih

di dalam teknik korelasi bukanlah dalam arti sebab akibat (timbal balik),

melainkan hanya merupakan hubungan searah saja. Hubungan sebab

akibat, misalnya: kemiskinan dengan kebodohan. Untuk jelasnya,

hubungan sebab akibat dapat diuraikan sebagai berikut: orang yang bodoh

menyebabkan miskin, sebaliknya orang yang miskin dapat menyebabkan

dirinya bodoh. Jadi tidak begitu jelas mana yang menjadi penyebab dan

mana yang menjadi akibat.

Keadaan ini berbeda dengan hubungan searah (linier) di dalam

analisis korelasi. Dalam korelasi hanya dikenal hubungan searah (bukan

timbal balik), misalnya: tinggi badan menyebabkan berat badannya

bertambah, tetapi berat badan bertambah belum tentu menyebabkan tinggi

badannya bertambah. Data penyebab atau mempengaruhi disebut variabel

bebas dan data akibat atau yang dipengaruhi disebut variabel terikat. Jadi

berdasarkan uraian tersebut hubungan adalah kesinambungan searah

(59)

J. Kerangka Berpikir

Berdasarkan Landasan Teori di atas secara teoritis dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara kemampuan hitung

dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar matematika.

Kemampuan hitung adalah bagian dari intelegensi logis-matematis

yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk menangani bilangan dan

perhitungan, pola dan pemikiran logis dan ilmiah. Kecerdasan ini juga

mencakup kemampuan untuk mengolah angka, matematika, dan juga

hal-hal lain yang berhubungan dengan angka.

Prestasi belajar siswa di sekolah ditentukan oleh banyak faktor.

Dari sekian banyak faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar

matematika pada penelitian ini dibatasi pada interaksi sosial. Interaksi

sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu,

individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok.

Interaksi sosial merupakan proses komunikasi diantara orang-orang untuk

saling mempengaruhi perasaan, pikiran, dan tindakan. Interaksi sosial akan

berlangsung apabila seorang individu melakukan tindakan dan

menimbulkan reaksi individu yang lain.

Dari uraian tersebut maka kemampuan hitung dan interaksi sosial

(60)

K. Hipotesis

Berdasarkan urain teoritis di atas dan kerangka berpikir

sebelumnya maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. : Kemampuan hitung yang dimiliki oleh siswa tidak mempengaruhi

prestasi belajar dalam materi bangun ruang sisi lengkung.

: Kemampuan hitung yang dimiliki siswa mempengaruhi prestasi

belajar dalam bangun ruang sisi lengkung.

2. : Interaksi sosial yang dimiliki oleh siswa tidak mempengaruhi

prestasi belajar dalam materi bangun ruang sisi lengkung.

: Interaksi sosial yang dimiliki siswa mempengaruhi prestasi

belajar dalam bangun ruang sisi lengkung.

3. : Kemampuan hitung dan interaksi sosial yang dimiliki oleh siswa

tidak mempengaruhi prestasi belajar dalam materi bangun ruang

sisi lengkung.

: Kemampuan hitung dan interaksi sosial yang dimiliki siswa

(61)

42 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian korelasi. Penelitian

korelasi bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila

ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan

tersebut (Arikunto, 2006: 270) dan bentuk data dalam penelitian ini adalah

data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka (Sugiyono, 2009: 23)

B. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi penelitian

ini adalah seluruh siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Klaten tahun ajaran

2014/2015.

1. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 3 Klaten tahun ajaran 2014/2015

b. Waktu

Penelitian dilaksanakan semester gasal tahun ajaran

(62)

C. Perumusan Variabel

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik

perhatian dari suatu penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang

digunakan yaitu:

1. Variabel Bebas/Penyebab (Independent Variabel)

Variabel bebas atau penyebab adalah variabel yang

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan/timbulnya variabel

terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kemampuan hitung

dan interaksi sosial.

2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau

menjadi akibat dari variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian

ini adalah prestasi belajar siswa kelas IX SMP Negeri 3 Klaten dalam

pembelajaran matematika.

D. Bentuk Data

1. Data kemampuan hitung

Kemampuan hitung siswa didapat dari tes yang dilakukan

penulis dengan bantuan dari P2TKP di kelas IX A.

2. Data interaksi sosial

Interaksi sosial didapat dari observasi secara langsung di kelas

(63)

data observasi dan kuesioner maka dilakukan wawancara dengan

beberapa siswa.

3. Data prestasi belajar siswa

Data prestasi belajar siswa diperoleh dari ulangan harian siswa

dengan materi bangun ruang sisi lengkung

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan dalam

penelitian untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang

berhubungan dengan penelitian untuk memperoleh data (Arikunto,

2012: 89). Metode yang digunakan adalah metode tes, angket dan

dokumentasi.

a. Metode Tes

Tes adalah kumpulan pertanyaan atau latihan yang

digunakan untuk mengukur ketrampilan, intelegensi, pengetahuan,

kemampuan, atau bakat yang dimiliki individu (Suharsimi

Arikunto, 2012: 123). Dengan tes kemampuan hitung, peneliti

ingin mengukur ketrampilan dan pengetahuan siswa setelah

mengikuti proses pembelajaran.

b. Metode Angket

Metode angket adalah sejumlah pernyataan yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan

(64)

tertulis (Suharsini Arikunto, 2012: 128). Jenis angket yang

digunakan adalah angket tertutup, yaitu angket yang memberi

pernyataan sekaligus disertai alternatif jawaban yang sudah

tersedia (Suharto, 2003: 129). Pada penelitian ini, angket

digunakan untuk mengungkap data sikap terhadap interaksi sosial

dalam pembelajaran matematika.

c. Metode Observasi

Menurut Sugiyono (2009: 310), observasi adalah dasar

semua ilmu pengetahuan berbentuk data faktual mengenai dunia

kenyataan. Observasi digunakan untuk mengetahui interaksi sosial

dalam pembelajaran matematika di kelas

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen dibagi menjadi tiga, yaitu

instrumen untuk mengungkap interaksi sosial dalam pembelajaran

matematika dikelas, mengukur sikap terhadap interaksi sosial dalam

pembelajaran matematika dan instrumen untuk mengukur prestasi belajar

siswa.

1. Lembar Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui interaksi sosial yang

terjadi dalam pembelajaran matematika di kelas. Lembar observasi

siswa ini memuat syarat-syarat terjadinya interaksi sosial dan faktor

Gambar

Gambar 2.1. Bidang Tabung
Gambar 2.2. Unsur-unsur Tabung
Gambar 2.4. Tabung
Gambar 2.6. Unsur-unsur Kerucut
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Lisa Marlina, M.Si., selaku dosen wali saya yang telah banyak mengarahkan dan membimbing saya dalam penyelesaian studi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN ANGGARAN 2012. Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset

yang terdapat dalam kearifan Dale Esa sebagai modal sosial masyarakat di desa Bokonusan. Dalam penelitian ini peneliti menulis dari semua data yang berhasil di

Harimau!, maka hasil yang diperoleh menunjukan bahwa penggalan adegan video klip ini menerangkan tentang dampak dari kerusakan hutan Indonesia yang disebabkan

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

The results of the research shows that: first, the implementation of compulsory licence is in accordance with the international human right law: second, the

judul tugas akhir Perancangan Struktur Gedung Kuliah Bersama Fakultas Teknik. Universitas Indonesia belum pernah