BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengembangan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat (Two-Tier Multiple Choice) Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Reproduksi
Pengembangan tes dimaksudkan untuk memperoleh tes yang valid, sehingga hasil belajar atau prestasi belajar yang dicapai oleh masing-masing individu peserta tes setelah mengikuti proses belajar mengajar. Adapun tes yang digunakan bisa berupa tes diagnostik dimana tes tersebut bisa digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik. Tes diagnostik pada dasarnya sama dengan tes yang lain, yang membedakan hanyalah pada tes diagnostik setiap butir soal hendaknya mengukur atau menyatakan hal yang spesifik, agar kesulitan yang dicari mudah di identifikasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Nasution (2001 : 23) menyatakan bahwa materi yang ditanyakan dalam tes diagnostik difokuskan pada bahan – bahan atau materi – materi tertentu yang biasanya sukar dipahami siswa.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa tes objektif pilihan ganda dua tingkat (Two – Tier Multiple Choice). Pada tes ini terdiri atas dua pilihan jawaban yang benar. Tingkat pertama berisi tentang pertanyaan mengenai konsep yang diujikan sedangkan tingkat kedua berisi alasan untuk setiap jawaban pada pertanyaan di tingkat pertama sebagai bentuk tes diagnosa. Dengan menggunakan instrumen ini kemungkinan siswa menebak jawaban benar dapat diperkecil menjadi 4% (Tuysuz, 2009 dalam Septiana dkk, 2014).
Peneliti menggunakan pengembangan tes pilihan ganda dua tingkat (two - tier multiple choice) dimasudkan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa terhadap suatu materi pembelajaran. Alasan mengapa dikembangkannya tes pilihan ganda dua tingkat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh pemahaman konsep siswa, hal ini ditandai dengan adanya jawaban berupa alasan mengapa siswa memilih jawaban yang tertera pada tingkat pertama. Berbeda halnya dengan pilihan ga
nda biasa yang hanya dapat menilai konten pengetahuan tanpa mempertimbangkan alasan dari pilihannya tersebut.
Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat (two-tier multiple choice) untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada pokok bahasan sistem reproduksi.
Dibawah ini adalah hasil penelitian mengenai pengembangan tes soal – soal pilihan
ganda dua tingkat (two-tier multiple choice) yang dibuat oleh penulis, yaitu sebagai berikut :
1. Mendefinisikan Konten
Pertama dalam pengembangan tes pengembangan tes soal – soal pilihan ganda dua tingkat (two-tier multiple choice) yaitu memilih pokok bahasan pembelajaran yang akan diteliti. Dalam pengembangan ini, peneliti memilih pokok bahasan sistem reproduksi manusia sebagai pokok bahasan yang akan diteliti. Alasannya adalah sebagian besar siswa merasa mudah memahami pokok bahasan sistem reproduksi manusia, namun kenyataannya banyak siswa yang mengalami miskonsepsi pada pokok bahasan tersebut.
Peneliti membuat beberapa pernyataan proposional yang berisi tentang pokok bahasan sistem reproduksi, yang akan dikembangkan menjadi peta konsep dan analisis konsep. Pembuatan peta konsep untuk mengetahui subkonsep yang diajarkan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Menurut Nurhasanah (2014: 63) peta konsep menentukan subkonsep apa yang harus dibuat analisis konsepnya. Apabila dalam mendefinisikan subkonsep kurang tepat, maka miskonsepsi dapat terjadi. Oleh karena itu, peneliti mendefinisikan subkonsep pokok bahasan sistem reproduksi manusia dengan menggunakan kamus Biologi dan beberapa sumber buku Biologi seperti Campbel dan buku-buku SMA kelas XI.
2. Memperoleh Informasi tentang Miskonsepsi
Peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa guru dan beberapa siswa disekolah untu memperoleh informasi tentang miskonsepsi yang berkaitan dengan tema pilihan ganda dua tingkat (two tier multiple choice) yang dapat mendeteksi miskonsepsi siswa. Wawancara dilakukan terhadap beberapa guru Biologi dan siswa SMA kelas XI IPA yang menyatakan bahwa materi sistem reproduksi cukup mudah dipahami, namun pada saat diadakan evaluasi siswa mengalami miskonsepsi salah satunya pada bagian organ reproduksi, siklus menstruasi, dll.
Menurut David Hammer, 1996 (dalam Tayubi, 2005) mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu konsepsi atau struktur kognitif yang melekat dengan kuat dan stabil dibenak siswa yang sebenarnya menyimpang dari konsepsi yang dikemukakan para ahli, yang dapat menyesatkan para siswa dalam memahami fenomena alamiah dan melakukan eksplanasi ilmiah.
Adapun metode yang akan digunakan peneliti untuk mengidentifikasi miskonsepsi yaitu dengan menggunakan Matriks Analisis Konsep (MAK) dan CRI (Certainty of Response Index). MAK bersumber dari pengembangan analisis konsep yang selanjutnya dikembangkan menjadi rancangan soal dengan ketentuan tiap jawaban diberi makna diantaranya miskonsepsi, paham konsep, dan tidak paham konsep. Sedangkan CRI merupakan teknik untuk mengidentifikasi miskonsepsi seseorang dengan cara mengukur tingkat keyakinan atau kepastian seseorang dalam menjawab setiap pertanyaan.
3. Mengembangkan Tes Soal – Soal Pilihan Ganda Dua Tingkat
Pembuatan soal – soal pilihan ganda dua tingkat (two tier multiple choice) yang dikembangkan oleh peneliti meliputi: membuat kisi-kisi soal, membuat soal, validasi ahli, revisi, validasi empiris, hingga dihasilkan produk soal.
Pembuatan kisi-kisi soal bertujuan agar soal yang dibuat tidak menyimpang dari materi yang disajikan. Menurut Arifin (2013: 93) kisi-kisi soal adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagi topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan tertentu. Kisi-kisi soal berfungsi sebagai pedoman untuk menulis soal atau merakit soal menjadi perangkat tes.
Kisi-kisi soal yang dikembangkan oleh peneliti terdiri atas beberapa indikator dalam satu KD (Kompetensi Dasar). Indikator yang dibuat mengacu kepada KD untuk mendeteksi miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Kemudian kisi – kisi tersebut dikembangkan menjadi soal.
Validasi dilakukan kualitas soal yang akan dikembangkan. Adapun validasi yang dilakukan yaitu dari segi validasi ahli dan validasi empiris. Dimana, Validitas ahli dilakukan untuk mengetahui kualitas soal yang akan dikembangkan secara konten, konstruksi, dan bahasa. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan validasi ahli kepada 2 dosen dan 1 guru yang ahli dalam konten, konstruksi, dan bahasa.
Untuk validasi konten divalidasi oleh Ibu Megayani, M.Pd, sedangkan validasi konstruksi divalidasi oleh Nenah, M.Pd, adapun validasi bahasa divalidasi oleh ibu Rita Riyanti, S.Pd.
Validitas empiris dilakukan untuk mengetahui kualitas soal yang dikembangkan melalui kriteria validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, tingkat pengecoh (distractor), faktor tebakan, bias tes dan ketidakwajaran skor. Validitas empiris ini dilakukan setelah soal yang dibuat divalidasi oleh ahli konten, konstruksi, dan bahasa. Validitas empiris dilakukan dari tiga kali
pengembangan soal yaitu uji coba terbatas, uji coba lapangan 1, dan uji coba lapangan 2 sehingga diperoleh produk soal.
B. Analisis Validitas Logis Pengembangan Tes Soal-Soal Pilihan Ganda Dua Tingkat (Two Tier Multiple Choice) untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa pada Konsep Bahasan Sistem Reproduksi Manusia
Dalam Pengembangan soal-soal pilihan ganda dua tingkat (two tier multiple choice) untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada konsep bahasan sistem reproduksi manusia yang dikembangkan oleh penulis dianalisis secara logis dan empiris.
Penyusunan draf soal yang telah dibuat sebelum diberikan kepada siswa dianalisis secara logis oleh para ahli agar soal yang akan dikembangkan benar-benar layak untuk diuji cobakan ke siswa.
Analisis logis ini merupakan hasil penelaahan para ahli dan penilaian terhadap draf soal yang dibuat penulis. Dalam penelitian ini, terdapat tiga para ahli yang menelaah dan menilai soal yang telah dibuat oleh penulis. Ketiganya yaitu Ibu Megayani, M.Pd sebagai ahli konten, Ibu Nenah, M.Pd sebagai ahli konstruksi, dan Ibu Rita Riyanti, S.Pd sebagai ahli bahasa.
Pengembangan soal-soal pilihan ganda dua tingkat (two tier multiple choice) untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada konsep bahasan sistem reproduksi manusia adapun hasilnya, yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.1 Rekapiulasi hasil Validitas Konten Draf Soal A
No. Soal Validasi Catatan /
Komentar
Soal Revisi 2 Alat kelamin pria bagian dalam yaitu
testis berfungsi dalam pembentukan sperma. Letak testis menggantung dan terbungkus kantong yang disebut skrotum. Untuk produksi sperma yang lebih baik.
Mengapa testis terbungkus skrotum … A. Adanya skrotum dapat
mempengaruhi luas letak testis B. Adanya skrotum membuat testis
terlindungi
C. Adanya skrotum membuat aliran darah ke testis lebih lancar D. Testis membutuhkan temperature
khusus dalam membentuk sperma E. Testis membutuhkan suhu yang hangat untuk pembentukan sperma
Alasan :
1. Skrotum dapat mengatur suhu testis menjadi lebih hangat dengan menurunkan posisi testis
Penulisan nama
”Kantong”
yang benar
“Kantung”
Alat kelamin pria bagian dalam yaitu testis berfungsi dalam pembentukan sperma. Letak testis menggantung dan terbungkus kantung yang disebut skrotum. Untuk produksi sperma yang lebih baik.
Mengapa testis terbungkus skrotum … A. Adanya skrotum dapat
mempengaruhi luas letak testis B. Adanya skrotum membuat testis
terlindungi
C. Adanya skrotum membuat aliran darah ke testis lebih lancer
D. Testis membutuhkan temperature khusus dalam membentuk sperma E. Testis membutuhkan suhu yang
hangat untuk pembentukan sperma Alasan :
1. Skrotum dapat mengatur suhu testis menjadi lebih hangat dengan menurunkan posisi testis
2. Skrotum dapat mengatur suhu testis
2. Skrotum dapat mengatur suhu testis dengan mensuplai darah yang mengalir ke testis lebih banyak
3. Skrotum dapat mengatur pembentukan sperma dengan memperluas bidang skrotum terhadap testis
4. Skrotum dapat mengatur suhu testisdengan memperbesar bentuk ketika suhu tidak sesuai
5. Skrotum dapat mengatur suhu testis dengan mengkerut ketika dingin dan mengendur ketika panas untuk menstabilkan suhu
dengan mensuplai darah yang mengalir ke testis lebih banyak 3. Skrotum dapat mengatur
pembentukan sperma dengan memperluas bidang skrotum terhadap testis
4. Skrotum dapat mengatur suhu testisdengan memperbesar bentuk ketika suhu tidak sesuai
5. Skrotum dapat mengatur suhu testis dengan mengkerut ketika dingin dan mengendur ketika panas untuk menstabilkan suhu
3 Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang memiliki pH rendah yaitu 4,5 atau kurang. jika pH vagina lebih tinggi maka wanita tersebut akan mudah terkena penyakit.
Dari penyataan di atas, mengapa hal tersebut bisa terjadi ...
A. Keseimbangan normal organisme dalam vagina bisa terganggu B. Bakteri pathogen pada vagina
tidak dapat berkembang biak C. Tumbuhnya jamur yang dapat
menjaga keseimbangan vagina D. Meningkatnya metabolisme
organisme dalam vagina
E. Terganggunya proses pembentukan hormon dalam vagian
Alasan :
1. pH yang tinggi membuat keadaan vagina lebih basah dan membuat organisme dalam vagina tidak dapat tumbuh
2. pH yang tinggi membuat keadaan vagina lebih kering dan membuat organisme dalam vagina dapat tumbuh pesat
3. Organisme dalam vagina
mengalami penurunan
metabilisme yang membuat keseimbangan terjaga
4. Bakteri dan jamur baik yang dapat tumbuh dan berkembang dalam vagina menjadi terhambat yang membuat peradangan pada vagina
5. Bakteri parasit dalam vagina tertekan perkembangannya
sehingga menghambat
pembentukan jamur pathogen
Penulisan kata”di atas”
yang benar
“diatas”
Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang memiliki pH rendah yaitu 4,5 atau kurang. jika pH vagina lebih tinggi maka wanita tersebut akan mudah terkena penyakit.
Dari penyataan diatas, mengapa hal tersebut bisa terjadi ...
A. Keseimbangan normal organisme dalam vagina bisa terganggu B. Bakteri pathogen pada vagina tidak
dapat berkembang biak
C. Tumbuhnya jamur yang dapat menjaga keseimbangan vagina D. Meningkatnya metabolisme
organisme dalam vagina
E. Terganggunya proses pembentukan hormon dalam vagian
Alasan :
1. pH yang tinggi membuat keadaan vagina lebih basah dan membuat organisme dalam vagina tidak dapat tumbuh
2. pH yang tinggi membuat keadaan vagina lebih kering dan membuat organisme dalam vagina dapat tumbuh pesat
3. Organisme dalam vagina mengalami penurunan metabilisme yang membuat keseimbangan terjaga
4. Bakteri dan jamur baik yang dapat tumbuh dan berkembang dalam vagina menjadi terhambat yang membuat peradangan pada vagina 6. Bakteri parasit dalam vagina
tertekan perkembangannya
sehingga menghambat
pembentukan jamur pathogen
Tabel 4.2 Rekapiulasi hasil Validitas Konten Draf Soal B
No. Soal Validasi Catatan /
Komentar
Soal Revisi 18 Ovulasi dipengaruhi oleh Fsh karena
hormone ini merangsang…
A. Pematangan folikel B. Folikel melepaskan ovum C. Pelepasan estrogen
D. Pembentukan kopus luteum E. Pelepasan progestoren Alasan :
1. Siap untuk dilepaskan untuk dibuahi di ovarium
2. Siap untuk dilepaskan dari ovarium menuju dinding rahim 3. Siap untuk dilepaskan dari
ovarium menuju tuba fallopi 4. Siap untuk dilepaskan dari
ovarium menuju uterus
5. Siap untuk dilepaskan dari ovarium menuju vagina
Penulisan kata
“Fsh” yang benar harus ditambahkan
“FSH”
Ovulasi dipengaruhi oleh FSH karena hormone ini merangsang…
A. Pematangan folikel B. Folikel melepaskan ovum C. Pelepasan estrogen
D. Pembentukan kopus luteum E. Pelepasan progestoren
Alasan :
1. Siap untuk dilepaskan untuk dibuahi di ovarium
2. Siap untuk dilepaskan dari ovarium menuju dinding rahim
3. Siap untuk dilepaskan dari ovarium menuju tuba fallopi
4. Siap untuk dilepaskan dari ovarium menuju uterus
5. Siap untuk dilepaskan dari ovarium menuju vagina
Tabel 4.3 Rekapiulasi hasil Validitas Konstruk Draf Soal A
No. Soal Validasi Catatan /
Komentar
Soal Revisi 1 Untuk soal no 1-3 perhatikan gambar
berikut !
Yang merupakan organ genitalia internal pada pria ditunjukkan oleh nomor …
A. 1,2, 3,4,8 B. 1,6,8,10,11 C. 1,2,3,5,7 D. 7,8,9,10,11 E. 1,2,3,8,6 Alasan :
1. Vesikula-seminalis, saluran ejakulator, bulbo-uretralis, epididimis, penis
2. Vesikula-seminalis, saluran ejakulator, bulbo-uretralis, testis, skrotum
3. Vesikula-seminalis, saluran ejakulator, kelenjar bulbo- uretralis, vas deferens, testis 4. Saluran ejakulator, kelenjar
bulbo-uretralis, vas deferens,
Penulisan pilihan jawaban tingkat pertama harus berurutan mulai dari angka terkecil sampai angka terbesar “
A. 1,2, 3,4,8 B. 1,6,8,10,11 C. 1,2,3,5,7 D. 7,8,9,10,11 E. 1,2,3,8,6 “ Yang benar “
A. 1,2, 3,4,8 B. 1,2,3,5,7 C. 1,2,3,8,6 D. 1,6,8,10,11 E. 7,8,9,10,11
“
Untuk soal no 1-3 perhatikan gambar berikut !
Yang merupakan organ genitalia internal pada pria ditunjukkan oleh nomor …
A. 1,2, 3,4,8 B. 1,2,3,5,7 C. 1,2,3,8,6 D. 1,6,8,10,11 E. 7,8,9,10,11 Alasan :
1. Vesikula-seminalis, saluran ejakulator, bulbo-uretralis, epididimis, penis
2. Vesikula-seminalis, saluran ejakulator, bulbo-uretralis, testis, skrotum
3. Vesikula-seminalis, saluran ejakulator, kelenjar bulbo-uretralis, vas deferens, testis
4. Saluran ejakulator, kelenjar bulbo- uretralis, vas deferens, testis, 11 1
10
8
3
7 5
6
2 9
4
11 1 10
8 3
7 5
6
2 9
4
testis, Vesikula-seminalis
5. Saluran ejakulator, vas deferens, testis, Vesikula-seminalis, kelenjar bulbo-uretralis
Vesikula-seminalis
5. Saluran ejakulator, vas deferens, testis, Vesikula-seminalis, kelenjar bulbo-uretralis
34 Perhatikan pernyataan berikut : 1) Relaksin 3) Oksitosin 2) Progesteron 4) Prolaktin Hormone yang berperan dalam proses kelahiran adalah …
A. 1 dan 2 B. 2 dan 3 C. 1 dan 3 D. 2 dan 4 E. 3 dan 4 Alasan :
1. Hormone yang berfungsi mempengaruhi kelenjar hifopisa dan mempengaruhi kontraksi dinding rahim
2. Hormone yang berfungsi mempengaruhi peregangan otot pada simfisis pubis dan mempengaruhi kontraksi dinding rahim
3. Hormone yang berfungsi mempengaruhi kelenjar hifopisa dan menghambat hormone estrogen
4. Hormone yang berfungsi mempengaruhi peregangan otot dan menghambat hormone estrogen
5. Hormone yang berfungsi mempengaruhi kelenjar hifopisa dan mempengaruhi peregangan otot
Penulisan pilihan jawaban tingkat pertama harus berurutan mulai dari angka terkecil sampai angka terbesar : A. 1 dan 2 B. 2 dan 3 C. 1 dan 3 D. 2 dan 4 E. 3 dan 4 Yang benar : A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 2 dan 3 D. 2 dan 4 E. 3 dan 4
Perhatikan pernyataan berikut : 1) Relaksin 3) Oksitosin 2) Progesteron 4) Prolaktin Hormone yang berperan dalam proses kelahiran adalah …
A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 2 dan 3 D. 2 dan 4 E. 3 dan 4 Alasan :
1. Hormone yang berfungsi mempengaruhi kelenjar hifopisa dan mempengaruhi kontraksi dinding rahim
2. Hormone yang berfungsi mempengaruhi peregangan otot pada simfisis pubis dan mempengaruhi kontraksi dinding rahim
3. Hormone yang berfungsi mempengaruhi kelenjar hifopisa dan menghambat hormone estrogen 4. Hormone yang berfungsi mempengaruhi peregangan otot dan menghambat hormone estrogen 5. Hormone yang berfungsi mempengaruhi kelenjar hifopisa dan mempengaruhi peregangan otot
Tabel 4.4 Rekapiulasi hasil Validitas Konstruk Draf Soal B
No. Soal Validasi Catatan /
Komentar
Soal Revisi 8 Perhatikan tabel di bawah ini !
Proses dalam Sistem Reproduksi Manusia
I. Spermatogenesis IV. Ejakulasi II. Menstruasi V. Ovulasi III. Fertilisasi
Berdasarkan tabel di atas, proses yang terjadi pada sistem reproduksi pria adalah…
A. I dan II B. II dan III C. I dan IV D. I dan V E. IV dan V Alasan :
1. Spermatogenesis dan ejakulasi termasuk proses yang terjadi dalam sistem reproduksi pria
Penulisan pilihan jawaban tingkat pertama harus berurutan mulai dari angka terkecil sampai angka terbesar :
A. I dan II B. II dan III C. I dan IV D. I dan V E. IV dan V yang benar : A. I dan II B. I dan IV C. I dan V
Perhatikan tabel di bawah ini ! Proses dalam Sistem Reproduksi Manusia II. Spermatogenesis IV. Ejakulasi IV. Menstruasi V. Ovulasi V. Fertilisasi
Berdasarkan tabel di atas, proses yang terjadi pada sistem reproduksi pria adalah…
A. I dan II B. I dan IV C. I dan V D. II dan III E. IV dan V Alasan :
1. Spermatogenesis dan ejakulasi termasuk proses yang terjadi dalam sistem reproduksi pria
2. Menstruasi, fertilisasi dan ovulasi termasuk proses yang terjadi pada sistem reproduksi wanita
3. Spermatogenesis, Menstruasi, fertilisasi dan ovulasi termasuk proses yang terjadi pada sistem reproduksi pria wanita
4. Spermatogenesis, fertilisasi dan ovulasi termasuk proses yang terjadi pada sistem reproduksi pria
5. Ejakulasi dan ovulasi termasuk proses yang terjadi dalam sistem reproduksi pria
D. II dan III E. IV dan V
2. Menstruasi, fertilisasi dan ovulasi termasuk proses yang terjadi pada sistem reproduksi wanita
3. Spermatogenesis, Menstruasi, fertilisasi dan ovulasi termasuk proses yang terjadi pada sistem reproduksi pria wanita
4. Spermatogenesis, fertilisasi dan ovulasi termasuk proses yang terjadi pada sistem reproduksi pria 5. Ejakulasi dan ovulasi termasuk
proses yang terjadi dalam sistem reproduksi pria
44 Perhatikan pernyataan dibawah ini;
1) Menghambat pertumbuhan bakteri pathogen
2) Memudahkan terjadinya pengendapan protein susu 3) Memudahkan penyerapan
berbagai jenis mineral (kalsium,fosfor, dll)
4) Kadar lemak lebih tinggi dari pada protein
5) Resiko alergi untuk bayi sangat besar
Di astas pernyataan yang benar tentang khasiat ASI sebagai makanan untuk bayi adalah…
A. 1, 4 dan 5 B. 1, 3 dan 4 C. 2, 3 dan 4 D. 1,2, dan 3 E. 3,4, dan 5 Alasan :
1. ASI mengandung kolostrum yang memiliki berbagai fungsi kesehatan untuk bayi
2. ASI lebih manis rasanya dari pada susu formula sehingga baik untuk kesehatan bayi
3. ASI lebih kental dari pada susu formula sehingga baik untuk kesehatan
4. ASI mengandung vitamin yang membantu pertumbuhan bayi 5. ASI warnanya lebih putih dari
pada susu formula sehingga baik bayi
Penulisan pilihan jawaban tingkat pertama harus berurutan mulai dari angka terkecil sampai angka terbesar :
A. 1, 4 dan 5 B. 1, 3 dan 4 C. 2, 3 dan 4 D. 1, 2 dan 3 E. 3, 4 dan 5 yang benar : A. 1, 2 dan 3 B. 1, 3 dan 4 C. 1, 4 dan 5 D. 2, 3 dan 4 E. 3, 4 dan 5
Perhatikan pernyataan dibawah ini;
1) Menghambat pertumbuhan bakteri pathogen
2) Memudahkan terjadinya pengendapan protein susu
3) Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral (kalsium,fosfor, dll) 4) Kadar lemak lebih tinggi dari pada
protein
5) Resiko alergi untuk bayi sangat besar
Di astas pernyataan yang benar tentang khasiat ASI sebagai makanan untuk bayi adalah…
A. 1, 2 dan 3 B. 1, 3 dan 4 C. 1, 4 dan 5 D. 2, 3 dan 4 E. 3, 4 dan 5 Alasan :
1. ASI mengandung kolostrum yang memiliki berbagai fungsi kesehatan untuk bayi
2. ASI lebih manis rasanya dari pada susu formula sehingga baik untuk kesehatan bayi
3. ASI lebih kental dari pada susu formula sehingga baik untuk kesehatan
4. ASI mengandung vitamin yang membantu pertumbuhan bayi 5. ASI warnanya lebih putih dari pada
susu formula sehingga baik bayi
Tabel 4.5 Rekapiulasi hasil Validitas Bahasa Draf Soal A
No. Soal Validasi Catatan /
Komentar
Soal Revisi 21 Sabila mulai menstruasi pada
tanggal 12 januari masa menstrasinya hanya 4 hari.
Kapankah sabila mengalami ovulasi?
A. 16 januari
Penulisan soal setelah kata tanggal 12 sebaiknya menggunakan tanda baca
Sabila mulai menstruasi pada tanggal 12, januari masa menstrasinya hanya 4 hari. Kapankah sabila mengalami ovulasi?
A. 16 januari B. 26 januari
B. 26 januari C. 30 januari D. 10 februari E. 16 februari Alasan :
1. Terjadi 4 hari setelah hari pertama siklus menstruasi 2. Terjadi 10 hari setelah hari
pertama siklus menstruasi 3. Terjadi 16 hari setelah hari
pertama siklus menstruasi atau 14 hari sebelum siklus haid di bulan berikutnya
4. Terjadi 10 hari setelah hari pertama siklus menstruasi atau 8 hari sebelum siklus haid di bulan berikutnya
5. Terjadi 8 hari setelah hari pertama siklus menstruasi atau 8 hari sebelum siklus haid di bulan berikutnya
koma (,) : Sabila mulai menstruasi pada tanggal 12 januari masa menstrasinya hanya 4 hari.
Kapankah sabila mengalami ovulasi?
Yang benar : Sabila mulai menstruasi pada tanggal 12, januari masa menstrasinya hanya 4 hari.
Kapankah sabila mengalami ovulasi?
C. 30 januari D. 10 februari E. 16 februari Alasan :
1. Terjadi 4 hari setelah hari pertama siklus menstruasi
2. Terjadi 10 hari setelah hari pertama siklus menstruasi
3. Terjadi 16 hari setelah hari pertama siklus menstruasi atau 14 hari sebelum siklus haid di bulan berikutnya
4. Terjadi 10 hari setelah hari pertama siklus menstruasi atau 8 hari sebelum siklus haid di bulan berikutnya
5. Terjadi 8 hari setelah hari pertama siklus menstruasi atau 8 hari sebelum siklus haid di bulan berikutnya
Tabel 4.6 Rekapiulasi hasil Validitas Bahasa Draf Soal B
No. Soal Validasi Catatan /
Komentar
Soal Revisi 11 Perhatikan penyataan berikut
1) Oogonium 4) Oosit primer 2) Ootid 5) Ovum 3) Oosit sekunder
Urutan proses Oogenesis yang benar adalah…
A. 1,2,3,4,5 B. 1,2,5,4,3 C. 1,3,4,2,5 D. 2,5,3,4,1 E. 4,3,2,1,5 Alasan :
1. Terjadi pada manusia 2. Terjadi pada hewan 3. Terjadi pada pria 4. Terjadi pada wanita
5. Terjadi pada pria dan wanita
Penulisan soal setelah kata berikut
sebaiknya menggunakan seru (!) :
“Perhatikan pernyataan berikut“
Yang benar :
“Perhatikan pernyataan berikut !“
Perhatikan penyataan berikut ! 1) Oogonium 4) Oosit primer 2) Ootid 5) Ovum 3) Oosit sekunder
Urutan proses Oogenesis yang benar adalah…
A. 1,2,3,4,5 B. 1,2,5,4,3 C. 1,3,4,2,5 D. 2,5,3,4,1 E. 4,3,2,1,5 Alasan :
1. Terjadi pada manusia 2. Terjadi pada hewan 3. Terjadi pada pria 4. Terjadi pada wanita
5. Terjadi pada pria dan wanita 23 Berikut ini diagram menstruasi :
Dari skema siklus menstruasi diatas bagaimana keadaan hormone pada fase poliferase ?
A. Progesterone meningkat FSH meningkat
B. Progesterone menurun FSH meningkat
C. Estrogen meningkat LH menurun
Penulisan soal setelah kata diatas
menggunakan tanda baca koma (,) :
“Dari skema siklus
menstruasi diatas “ Yang benar :
“Dari skema siklus
menstruasi diatas, “
Berikut ini diagram menstruasi :
Dari skema siklus menstruasi diatas, bagaimana keadaan hormone pada fase poliferase ?
A. Progesterone meningkat FSH meningkat
B. Progesterone menurun FSH meningkat
C. Estrogen meningkat LH menurun
D. Estrogen menurun LH menurun E. Estrogen menurun LH meningkat Alasan :
1. Meningkatnya progesterone memacu kelenjar hihofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovum 2. Menurunnya progesterone
memacu kelenjar hihofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovum 3. Menurunnya LH memacu
kelenjar hihofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovarium
4. Meningkatnya progesterone memacu kelenjar hihofisis untuk mensekresikan LH dan merangsang folikel dalam ovum 5. Meningkatnya estrogen memacu
kelenjar hihofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovum
D. Estrogen menurun LH menurun E. Estrogen menurun LH meningkat Alasan :
1. Meningkatnya progesterone memacu kelenjar hihofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovum 2. Menurunnya progesterone memacu
kelenjar hihofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovum 3. Menurunnya LH memacu kelenjar
hihofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovarium
4. Meningkatnya progesterone memacu kelenjar hihofisis untuk mensekresikan LH dan merangsang folikel dalam ovum
5. Meningkatnya estrogen memacu kelenjar hihofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovum
C. Analisis Validitas Empiris Pengembangan Tes Soal-Soal Pilihan Ganda Dua Tingkat (Two Tier Multiple Choice) untuk Mendeteksi Miskonsepsi Siswa pada Konsep Bahasan Sistem Reproduksi Manusia
Validitas empiris bertujuan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan setiap soal yang digunakan (Arifin, 2013: 101-102). Sedangkan menurut Sugiyono (2010: 414) mengatakan validitas empiris dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi efektifitas suatu produk soal yang dikembangkan. Untuk mengetahui validitas empiris dari soal yang dibuat, peneliti mengembangkannya pada tiga sekolah SMA/MA dan satu universitas Kota Cirebon.
Soal-soal pilihan ganda dua tingkat (two - tier multiple choice) yang telah direvisi menurut saran para ahli, kemudian diujicobakan. Dalam penelitian ini, uji coba yang dilakukan sebanyak tiga kali yaitu uji coba terbatas dan uji coba lapangan skala luas berupa uji coba lapangan 1 dan uji coba lapangan 2. Uji coba yang dilakukan ini bertujuan untuk memperoleh soal yang baik dilihat dari krietria validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, distractor (tingkat pengecoh), faktor tebakan, bias tes, dan ketidakwajaran skor .
1. Uji Coba Terbatas
Uji coba terbatas ini dilakukan pada tanggal 29 Februari 2016 dan 02 Maret 2016. Subjek dalam uji coba terbatas ini adalah siswa SMAN Darma Kab. Kuningan
kelas XII IPA 2 yang berjumlah 20 siswa. Selain itu uji coba terbatas juga dilakukan terhadap mahasiswa semester IV jurusan Biologi IAIN Syekh Nurjati Cirebon sebanyak 20 mahasiswa.
Uji coba yang dilakukan terdiri atas 100 soal yang terbagi ke dalam dua paket soal yaitu draf soal A terdiri atas 50 soal dan draf soal B terdiri atas 50 soal. Berikut ini komposisi soal uji coba terbatas pada draf soal A ditinjau dari segi materi dan jenjang kognitif :
Tabel 4.7 Komposisi Soal Ditinjau dari Segi Materi Draf Soal A Uji Coba Terbatas
No Label Konsep Jumlah
Soal
% Jumlah Soal
1 Struktur, dan Fungsi Reproduksi pada Manusia 6 12%
2 Pembentukan Sel Gamet Jantan dan Sel Gamet Betina 9 20%
3 Ovulasi dan Faktor yang Mempengaruhinya 6 12%
4
Menstruasi pada Wanita dan Faktor – faktor yang
Mempengaruhinya 6 12%
5 Alat-Alat Kontrasepsi Pada Pria Dan Wanita 5 10%
6 Fertilisasi, Kehamilan dan Persalinan 7 14%
7 ASI dan kesehatan reproduksi 5 10%
8 Kelainan/Penyakit pada Sistem Reproduksi Manusia 6 10%
Jumlah 50 100%
Berdasarkan tabel di atas, draf soal A memiliki 8 label konsep yang dijadikan dalam pembuatan soal dengan materi paling banyak tentang proses pembentukam sel gamet jantan dan sel gamet betina yang jumlah persentasenya 20%. Sedangkan materi paling sedikit yaitu tentang alat kontrasepsi, ASI dan kelainan sistem reproduksi dengan prosentase 10%. Materi tentang pembentukan sel gamet jantan dan sel gamet betina dipilih paling banyak dikarenakan adanya pernyataan miskonsepsi pada diri siswa menurut pendapat para guru Biologi dan siswa saat dilakukan wawancara secara tidak langsung. Adapun dari segi jenjang kognitif, soal yang dibuat terdiri atas C1, C2, C3, C4, C5, dan C6. Berikut ini tabel yang menjelaskan tentang komposisi soal berdasarkan jenjang kognitif :
Tabel 4.8 Komposisi Soal Ditinjau dari Segi Jenjang Kognitif Draf Soal A Uji Coba Terbatas
No Label Konsep Jumlah Jenjang % Jumlah Jenjang
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C1 C2 C3 C4 C5 C6 1 Struktur, dan Fungsi
Reproduksi pada Manusia 0 1 2 2 1 0 0% 2% 4% 4% 2% 0%
2
Pembentukan Sel Gamet Jantan dan Sel Gamet Betina
2 1 3 2 0 1
4% 2% 6% 2% 0% 2%
3 Ovulasi dan Faktor yang
Mempengaruhinya 0 1 2 0 2 1 0% 2% 4% 0% 4% 2%
4
Menstruasi pada Wanita dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya
1 1 1 0 2 1
2% 2% 2% 0% 4% 2%
5 Alat-Alat Kontrasepsi
Pada Pria Dan Wanita 2 3 0 0 0 0 4% 6% 0% 0% 0% 0%
6 Fertilisasi, Kehamilan
dan Persalinan 0 0 1 2 2 2 0% 0% 2% 4% 4% 4%
7 ASI dan kesehatan
reproduksi 0 0 3 2 0 0 0% 0% 6% 4% 0% 0%
8
Kelainan/Penyakit pada Sistem Reproduksi Manusia
0 1 0 5 0 0
0% 2% 0% 10% 0% 0%
Jumlah 5 8 12 12 8 5 10% 16% 24% 24% 16% 10%
Berdasarkan table di atas, draf soal A memiliki 8 label konsep yang dikelompokkan ke dalam beberapa jenjang kognitif dari C1 – C6. Draf soal A memiliki jumlah jenjang C3 dan C4 yang paling banyak dibandingkan dengan jumlah jenjang C yang lainnya yaitu sebanyak 24% dengan jumlah masing – masing 12 soal. Jenjang kognitif C3 dan C4 dipilih paling banyak dikarenakan menurut para guru Biologi pada jenjang pengetahuan siswa perlu banyak diberikan soal yang mengarah pada hal – hal seperti menganalisis, menginterprestasikan,dan sebagainya, agar guru dapat mengetahui sejauh mana siswa tersebut memahami materi yang telah diajarkan. Sedangkan, jumlah jenjang kognitif yang paling sedikit ialah C1 dan C6 sebanyak 10% dengan jumlah 5 soal. Untuk C2 dan C5 berjumlah 7 soal dengan presentase 14%.
Draf soal B terdiri atas 50 soal. Berikut ini komposisi soal uji coba terbatas pada draf soal B ditinjau dari segi materi dan jenjang kognitif :
Tabel 4.9 Komposisi Soal Ditinjau dari Segi Materi Draf Soal B Uji Coba Terbatas
No Label Konsep Jumlah % Jumlah
Soal Soal
1 Struktur, dan Fungsi Reproduksi pada Manusia 6 12%
2 Pembentukan Sel Gamet Jantan dan Sel Gamet Betina 9 24%
3 Ovulasi dan Faktor yang Mempengaruhinya 6 12%
4 Menstruasi pada Wanita dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya 6 12%
5 Alat-Alat Kontrasepsi Pada Pria Dan Wanita 5 10%
6 Fertilisasi, Kehamilan dan Persalinan 6 12%
7 ASI 5 10%
8 Kelainan/Penyakit pada Sistem Reproduksi Manusia 6 10%
Jumlah 50 100%
Berdasarkan tabel di atas, draf soal B memiliki jumlah label yang sama dengan draf soal A yaitu 8 label konsep yang dijadikan untuk pembuatan soal dengan materi yang paling banyak tentang pembentukan sel gamet jantan dan sel gamet betina dengan presentase 20%. Sedangkan materi paling sedikit yaitu tentang alat kontrasepsI dan ASI dengan presentase 10%. Berdasarkan segi jenjang kognitif, soal yang dibuat terdiri atas C1, C2, C3, C4, C5, dan C6. Berikut ini tabel yang menjelaskan tentang komposisi soal berdasarkan jenjang kognitif :
Tabel 4.10 Komposisi Soal Ditinjau dari Segi Jenjang Kognitif Draf Soal B Uji Coba Terbatas
No Label Konsep Jumlah Jenjang % Jumlah Jenjang
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C1 C2 C3 C4 C5 C6 1 Struktur, dan Fungsi
Reproduksi pada Manusia 0 4 2 0 0 0 0% 8% 4% 0% 0% 0%
2
Pembentukan Sel Gamet Jantan dan Sel Gamet Betina
1 0 4 3 0 1
2% 0% 8% 6% 0% 2%
3 Ovulasi dan Faktor yang
Mempengaruhinya 2 1 1 1 1 4% 2% 2% 0% 2% 2%
4
Menstruasi pada Wanita dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya
1 0 1 1 1 2
2% 0% 2% 2% 2% 4%
5 Alat-Alat Kontrasepsi
Pada Pria Dan Wanita 1 2 1 1 0 0 2% 4% 2% 2% 0% 0%
6 Fertilisasi, Kehamilan
dan Persalinan 0 0 0 3 4 0 0% 0% 0% 6% 8% 0%
7 ASI dan kesehatan
reproduksi 0 0 4 1 0 0 0% 0% 8% 2% 0% 0%
8
Kelainan/Penyakit pada Sistem Reproduksi Manusia
0 1 0 3 1 1
0% 2% 0% 6% 2% 2%
Jumlah 5 8 12 12 8 5 10% 16% 24% 24% 16% 10%
Berdasarkan tabel di atas, draf soal B memiliki 8 label konsep yang dikelompokkan ke dalam beberapa jenjang kognitif dari C1 – C6. Draf soal B memiliki jumlah jenjang C3 dan C4 yang paling banyak dibandingkan dengan jumlah jenjang C yang lainnya yaitu sebanyak 24% dengan jumlah masing – masing 11 soal. Sedangkan, jumlah jenjang kognitif yang Lainnya ialah C1 dan C6 sebanyak 10% dengan jumlah 6 soal. Untuk C2 dan C5 berjumlah 8 soal dengan presentase 14%.
Apabila draf soal A dan soal B digabungkan, berdasarkan jumlah materi soal dapat dilihat komposisi soal uji coba terbatas melalui diagram dibawah ini :
Gambar 4.1 Komposisi Soal Berdasarkan Materi Soal Uji Coba Terbatas Berdasarkan diagram batang di atas, soal yang dibuat seimbang antara draf soal A dengan draf soal B. Tujuannya agar soal yang dikembangkan dapat lebih mudah dalam mendeteksi miskonsepsi ditinjau dari jumlah materi yang disajikan.
Soal yang bermaterikan menstruasi memiliki presentase paling banyak pada draf soal A dan draf soal B dibandingkan dengan soal yang lainnya. Sedangkan materi tentang ASI dan kelainan sistem reproduksi memiliki presentase yang paling rendah. Adapun draf soal A dan soal B berdasarkan jenjang kognitif dapat dilihat komposisi soal uji coba terbatas melalui diagram berikut :
Gambar 4.2 Komposisi Soal Berdasarkan Materi Soal Uji Coba Terbatas
Berdasarkan diagram batang di atas, soal dengan jenjang kognitif C1 – C6 memiliki jumlah yang seimbang dengan tujuan agar soal yang dikembangkan dapat lebih mudah dalam mendeteksi miskonsepsi ditinjau dari segi jumlah jenjang dan jumlah materi yang disajikan. Soal dengan jenjang C3 – C4 memiliki presentase yang lebih tinggi dibandingkan jenjang yang lainnya, sedangkan jenjang C1 dan C6 memiliki presentase yang sangat rendah. Jenjang C3 dan C4 dipilih paling banyak
dikarenakan penulis ingin mendeteksi miskonsepsi siswa dengan jenjang kognitif seimbang.
Soal yang telah dibuat kemudian diujicobakan dalam lingkup uji coba terbatas. Hasil uji coba terbatas ini, dianalisis secara manual dengan menggunakan softwere Anates dan microsoft excel untuk mengetahui karakteristik tiap butir soal meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, keberfungsian pengecoh, faktor tebakan, bias tes, dan ketidakwajaran skor.
a. Validitas
Hasil angka korelasi dari 50 soal draf A yang telah diujicobakan pada 20 subjek menghasilkan koefesien korelasi sebesar 0,49. Angka tersebut menunjukkan bahwa korelasi sedang. Hal ini sejalan dengan Arikunto (2012:
85) yang menyatakan bahwa apabila koefesien korelasi berada pada rentang 0,40 – 0,60 menunjukkan validitas sedang. Dengan demikian, tes layak untuk diujicobakan pada tahap selanjutnya. Begitupun dengan hasil angka korelasi dari 50 soal draf B yang telah diujicobakan pada 20 subjek menghasilkan koefesien korelasi sebesar 0,48. Angka tersebut menunjukkan bahwa korelasi sedang. Dengan demikian, tes layak untuk dilanjutkan pada tahap uji coba selanjutnya.
Persamaan validitas dari draf soal A dengan draf soal B dapat dilukiskan melalui diagram berikut ini :
Gambar 4.3 Validitas pada Uji Coba Terbatas
Berdasarkan diagram di atas, validitas pada draf soal A memiliki nilai yang hampir sama dengan validitas pada draf soal B. Hal ini menunjukkan draf soal A dan draf soal B memiliki validitas dengan kategori sedang.
b. Reabilitas
Reabilitas bertujuan untuk mengetahui tingkat ketepatan dan keajegan skor tes. Hal ini sejalan dengan Purwanto (2009 : 139) menyatakan bahwa, suatu tes atau alat evaluasi dikatakan andal atau reliability jika ia dapat dipercaya, konsisten atau stabil dan produktif.
Berdasarkan hasil tes dari draf soal A yang berjumlah 50 soal menghasilkan reliabilitas sebesar 0,85. Angka tersebut menunjukkan bahwa tes yang dilakukan memiliki reliabilitas yang sangat tinggi. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Sukardi (2010: 43) yang menyatakan bahwa rentang derajat korelasi antara 0,8 – 1,00 termasuk kriteria reliabilitas tinggi. Dengan demikian, tes layak untuk dilanjutkan pada uji coba selanjutnya. Sama halnya dengan hasil tes draf soal B yang berjumlah 50 soal menghasilkan reliabilitas sebesar 0,90. Angka tersebut menunjukkan bahwa tes yang dilakukan memiliki reliabilitas yang sangat tinggi pula. Dengan demikian, tes layak untuk dilanjutkan pada tahap uji coba selanjutnya.
Gambar 4.4 Reliabilitas pada Uji Coba Terbatas
Berdasarkan diagram di atas, reliabilitas pada draf soal A memiliki nilai yang sedikit rendah dibandingkan reliabilitas pada draf soal B. namun hal ini, menunjukkan draf soal A dan B memiliki reliabilitas dengan kategori tinggi.
Dengan demikian, apabila validitas tinggi maka reliabilitas akan tinggi pula sebaliknya apabila validitasnya rendah maka reliabitas yang dihasilkan akan rendah pula.
c. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Soal dikatakan memiliki indeks kesukaran baik jika soal tersebut tidak terlalu mudah dan terlalu sukar artinya jika suatu soal memiliki
tingkat kesukaran seimbang (proposional) maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik (Arifin : 2012 : 266).
Adapun hasil rekapitulasi analisis tingkat kesukaran soal tahap uji coba terbatas dan persentasi dari masing – masing kategori tingkat kesukaran yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.11 Rekapitulasi Analisis Tingkat Kesukaran Draf Soal A Uji Coba Terbatas
Analisis Tingkat Kesukaran
Kategori Jumlah Keterangan /Nomor soal Mudah 1 10
Sedang 44
1,2,3,4,5,6,9,10,11,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22 ,23,24,25,26,28,29,30,31,32,33,34,35,36,38,39,40 ,41,42,43,44,45,46,47,48,49,50
Sukar 5 7,8,12,27,37
Jika digambarkan dengan diagram pie yaitu sebagai berikut :
Gambar 4.5 Indeks Kesukaran Draf Soal A pada Uji Coba Terbatas
Dilihat dari gambar 4.6 menunjukkan bahwa soal lebih banyak menunjukkan bahwa berkategori sedang dengan persentase 88%, selanjutnya berkategori sukar dengan persentase 10%, dan yang berkategori mudah dengan persentase 2% . Hal ini menunjukkan keberagaman produk soal jadi ini terbilang baik, karena jenisnya yang beragam. Tingginya nilai tingkat kesukaran dengan kategori sedang ini dikarenakan kelompok atas dan kelompok bawah mampu menjawabnya dengan benar.
Di bawah ini adalah beberapa contoh soal yang dikategorikan mudah, sedang, dan sukar. Soal yang dikategorikan mudah terdapat pada nomor 10 dengan indeks kesukaran sebesar 0,75. Hal ini terjadi karena dari 20 siswa
yang menjawab soal dengan benar sebanyak 15 siswa sedangkan yang menjawab salah sebanyak 5 siswa. Berikut ini soal nomor 10 :
Perhatikan gambar berikut !
Gambar diatas menunjukkan proses … A. Spermatogenesis
B. Oogenesis C. Meiosis D. Fertilisasi E. Oosit Alasan :
1. Proses pembentukan sperma 2. Proses pembelahan spermatozoa 3. Proses pembelahan biner
4. Proses pembelahan secara spontan
5. Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa
Soal yang dikategorikan sedang terdapat pada nomor 26 dengan persentase kesukaran sebesar 0,50. Hal ini terjadi karena dari 20 siswa yang menjawab soal dengan benar sebanyak 10 siswa dan yang menjawab soal dengan salah sebanyak 10 siswa. Berikut ini soal nomor 26 :
Nisa mulai menstruasi tanggal 8 juni, masa menstruasinya hanya 7 hari. Kapankah rima menstruasi kembali ?
A. 26 juni B. 01 juni C. 06 juli D. 10 juli E. 16 juli Alasan :
1. Terjadi 16 hari setelah hari pertama siklus menstruasi atau 14 hari sebelum siklus menstruasi di bulan berikutnya
2. Terjadi 20 hari setelah hari pertama siklus menstruasi atau 18 hari sebelum siklus menstruasi di bulan berikutnya
3. Terjadi 28 hari setelah hari pertama siklus menstruasi atau 26 hari sebelum siklus menstruasi di bulan berikutnya
4. Terjadi 18 hari setelah hari pertama siklus menstruasi atau 16 hari sebelum siklus menstruasi di bulan berikutnya
5. Terjadi 30 hari setelah hari pertama siklus menstruasi atau 32 hari sebelum siklus menstruasi di bulan berikutnya
Soal yang dikategorikan sukar salah satunya terdapat pada nomor 7 dengan indeks kesukaran sebesar 0,20. Hal ini terjadi karena dari 20 siswa
yang menjawab soal dengan benar sebanyak 4 siswa dan yang menjawab soal dengan salah sebanyak 16 siswa. Berikut ini soal nomor 7 :
Perhatikan gambar berikut !
Pada proses spermatogenesis, sel yang memiliki kromosom haploid (n) adalah … 1. Spermatogonium dan spermatid
2. Spermatosit sekunder dan spermatid 3. Spermatogonium dan spermatosit
4. Spermatosit primer dan spermatosit sekunder 5. Spermatosit primer dan spermatid
Alasan :
1. Ketika sel mengalami pembelahan ganda maka menghasilkan satu sel anakan yang disebut haploid (n)
2. Ketika sel mengalami pembelahan meiosis maka menghasilkan satu sel anakan yang disebut haploid (n)
3. Ketika sel mengalami pembelahan mitosis maka menghasilkan satu sel anakan yang disebut haploid (n)
4. Ketika sel mengalami pembelahan meiosis maka menghasilkan dua sel anakan yang disebut haploid (n)
5. Ketika sel mengalami pembelahan biner maka menghasilkan satu sel anakan yang disebut haploid (n)
Berbeda dengan hasil tes draf soal A, pada darf soal B yang terdiri dari 50 soal setelah dianalisis dapat diketahui tingkat kesukaran pada draf soal B setelah direkapitulasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.12 Rekapitulasi Analisis Tingkat Kesukaran Draf Soal B Tahap Uji Coba Terbatas
Analisis Tingkat Kesukaran
Kategori Jumlah Keterangan /Nomor soal Mudah 3 3,4,6
Sedang 46
1,2,5,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22, 23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,37,38,3 9,40,41,42,43,44,45,47,48,49,50
Sukar 1 46
Jika digambarkan dengan diagram pie yaitu sebagai berikut :
Gambar 4.6 Indeks Kesukaran Draf Soal B pada Uji Coba Terbatas
Dilihat dari gambar 4.7 menunjukkan bahwa soal lebih banyak menunjukkan bahwa berkategori sedang dengan persentase 92%, selanjutnya berkategori mudah dengan persentase 2%, dan yang berkategori sukar dengan persentase 6%. Hal ini menunjukkan keberagaman produk soal jadi ini terbilang baik, karena jenisnya yang beragam. Tingginya nilai tingkat kesukaran dengan kategori sedang ini dikarenakan kelompok atas dan kelompok bawah mampu menjawabnya dengan benar.
Di bawah ini adalah beberapa contoh soal yang dikategorikan mudah, sedang, dan sukar. Soal yang dikategorikan mudah terdapat pada nomor 3 dengan indeks kesukaran sebesar 0,75. Hal ini terjadi karena dari 20 siswa yang menjawab soal dengan benar sebanyak 15 siswa sedangkan yang menjawab salah sebanyak 5 siswa. Berikut ini soal nomor 3 :
Gambar yang di tunjukan oleh nomor 3 adalah…
A. Tuba fallopi B. Ovarium C. Uterus D. Vagina E. Servix Alasan :
1. Organ yang melindungi janin 2. Organ tempat tumbuhnya janin 3. Organ yang menghasilkan sel telur 4. Organ atau saluran keluarnya sel telur 5. Organ tempat terjadinya pembuahan