• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN DALAM BERBELANJA DI PASAR MODERN DAN PASAR TRADISIONAL DI KOTA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN DALAM BERBELANJA DI PASAR MODERN DAN PASAR TRADISIONAL DI KOTA MEDAN"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

1 SKRIPSI

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN DALAM BERBELANJA DI PASAR MODERN DAN PASAR

TRADISIONAL DI KOTA MEDAN

OLEH

RATIH AFRIYANTI 140501105

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

2

(3)

3

(4)

4

(5)

5 ABSTRAK

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN DALAM BERBELANJA DI PASAR MODERN DAN PASAR TRADISIONAL DI KOTA MEDAN

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh dari harga barang, umur dan pendapatan terhadap preferensi konsumen dalam berbelanja ke pasar modern dan tradisional. Preferensi konsumen tersebut dinilai dari bagaimana minat, keinginan, atau selera konsumen dalam menentukan pilihannya untuk berbelanja di pasar modern atau di pasar tradisional.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif deskriptif. Dengan menggunakan metode perbandingan tetap atau constant comparative method. Pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara serta data sekunder yang diperoleh melalui Badan Pusat Statistik Kota Medan, Dinas Perdagangan Kota Medan, dan Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan. Dan sampel yang digunakan adalah sebanyak 100 orang dan diambil secara purposive sampling dan Quota Sampling. Purposive Sampling adalah teknik sampling yang menggunakan kriteria yang telah dipilih oleh peneliti dalam memilih sampel. Kriteria pemilihan sampel adalah kriteria inklusi. Kriteria inklusi merupakan kriteria sampel yang diinginkan peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Dan kriteria inklusi yang dipakai antara lain : 1) Masyarakat berusia produktif yaitu 15-64 tahun; 2) Pernah berbelanja di pasar modern dan pasar tradisional dan 3) Bisa menulis dan membaca.

Berdasarkan hasil kuesioner dari 100 responden yang diteliti dapat disimpulkan bahwa variabel Harga Produk (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap Preferensi Konsumen (Y), variabel Umur (X2) berpengaruh signifikan terhadap Preferensi Konsumen (Y) dan variabel Pendapatan (X3) berpengaruh signifikan terhadap Preferensi Konsumen (Y).

Kata Kunci : Preferensi Konsumen, Harga Produk, Umur, Pendapatan.

(6)

6 ABSTRACT

ANALYSIS OF CONSUMER PREFERENCES IN SHOPPING IN MODERN MARKETS AND TRADITIONAL MARKETS IN CITY OF MEDAN

This study aims to explain the effect of the price of goods, age and income on consumer preferences in shopping at modern and traditional markets.

Consumer preferences are judged by how the interests, desires, or tastes of consumers in determining their choice to shop in modern markets or in traditional markets.

This type of research used in this research is descriptive qualitative method. By using the method of fixed comparison or constant comparative method. Checking the validity of the data used is source triangulation. Sources of data in this study are primary data obtained through questionnaires and interviews as well as secondary data obtained through the Medan City Statistics Agency, Medan City Trade Office, and Medan City Market Regional Company.

And the samples used were 100 people and taken by purposive sampling and Quota Sampling. Purposive Sampling is a sampling technique that uses criteria that have been selected by researchers in selecting samples. The sample selection criteria are inclusion criteria. Inclusion criteria are sample criteria that researchers want based on the research objectives. And the inclusion criteria that are used include: 1) Productive age community that is 15-64 years; 2) Have shopped at modern markets and traditional markets and 3) Can write and read.

Based on the results of the questionnaire from 100 respondents studied it can be concluded that the Product Price variable (X1) does not have a significant effect on Consumer Preferences (Y), the Age variable (X2) has a significant effect on Consumer Preferences (Y) and the Income variable (X3) has a significant effect on Consumer Preferences (Y).

Keywords: Consumer Preferences, Product Price, Age, Income.

(7)

7

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis telah mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Preferensi Konsumen Dalam Berbelanja Di Pasar Modern Dan Pasar Tradisional Di Kota Medan”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, terutama kepada kedua orangtua yang tersayang Ayahanda Bambang dan Ibunda Sri Susi Indrani yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan selama proses perkuliahan dan pengerjaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

• Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

• Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP., selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Sumatera Utara

• Ibu Inggrita Gusti Sari Nst, SE, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

• Bapak Prof. Dr. Lic. Rer. Reg. Sirojuzilam, S.E., selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis mulai dari awal hingga selesainya skripsi ini.

• Ibu Dra. Raina Linda Sari, M. Si., selaku DosenPenguji I yang telah membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.

• Ibu Inggrita Gusti Sari NST, SE, M. Si., selaku Dosen Penguji II yang membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.

• Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan ilmu dan perhatiannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

• Keluarga besar Papa dan Mama yang telah memberikan petuah, semangat dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

• Abang-abang dan Kakak-kakak ipar penulis, Bagus Indra Praja, Aria Gustiawan S.S, Waldira Mextriono, Ifnu Azhar, Fitri Wahyuni, Uli Aulia dan Lely Wasliaty, yang telah memberikan semangat dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(8)

8

• Kepada Sahabat-sahabat saya selama berada di Departemen Ekonomi Pembangunan yaitu Rais aHarahap, Ranika Siagian, Rika Nurfadilla, Anfrischa Chrisyofi, Septri Sitepu dan Hasbi Wing penulis ucapkan terima kasih karena selalu mendukung dan memberikan kritik serta sarannya juga selalu membantu proses penyusunan skripsi ini.

• Kepada Sahabat-sahabat terbaik yaituVandira Lubis, DwiApriani, Nia Alfina, Fallah Adiba, Vania Risha, Anggun Miyanti, Hadella Syahri, Dewi Septiani, Dwi Ambar, Melisa Natasya, Pusvita, Reni Novianita, Nadya Qadriani, Nabila Fani, Yesindi, Rezuana, Fathurrachman, Ibnu Husyairi, Aditya Pramana, Azimi dan Fakhrul Azmi, saya ucapkan terima kasih untuk pertemanan yang penuh suka dan duka. Serta, selalu mendukung dan memberikan kritik serta sarannya juga selalu membantu proses penyusunan skripsi ini. Semangat kembali untuk kalian yang sedang menyusun skripsi, perkuliahan, dan pekerjaannya.

• Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman EP FEB USU’14 yang telah mendukung dan memberikan kritik dan sarannya selama pengerjaan skripsi ini dan semangat kembali dalam menyelesaikan tugas akhir dan pekerjaannya.

• Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, sangat baik jika ada kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi pengembangan ilmu.

Medan, Juli 2019 Penulis

Ratih Afriyanti NIM 140501105

(9)

9 DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN • Latar Belakang Masalah ... 1

• Perumusan Masalah ... 9

• Tujuan Penelitian ... 9

• Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA • Pemahaman Terhadap Pasar ... 11

• Pengertian Pasar ... 11

• Fungsi Pasar ... 13

• Jenis-jenis Pasar ... 19

• Pengertian Pasar Modern dan Pasar Tradisional ... 22

• Pasar Modern ... 22

2.2.2 Pasar Tradisional ... 26

Persaingan Pasar Tradisional dan Pasar Modern 29

Teori Preferensi ... 32

2.4.1 Teori Permintaan Terhadap Preferensi ... 37

2.4.2 Hubungan Teoritis Antar Variabel Penelitian.. 40

Penelitian Terdahulu ... 41

Kerangka Konseptual ... 43

Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 45

3.2 Lokasi Penelitian ... 45

3.3 Batasan Operasional ... 45

3.4 Definisi Operasional ... 46

Populasi dan Sampel ... 48

Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 51

Teknik Pengumpulan Data ... 52

Metode Analisis Data ... 53

(10)

10

• Reduksi Data ... 54

• Penyajian Data ... 55

• Penarikan Kesimpulan/Verifikasi ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN • Gambaran Umum ... 58

4.1.1 Sejarah Singkat Kota Medan ... 59

• Keadaan Geografis Kota Medan ... 61

• Hasil dan Pembahasan Data Penelitian ... 65

4.2.1 Hasil Data Penelitian ... 65

4.2.2 Pembahasan Berdasarkan Variabel Penelitian 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 73

Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN

(11)

11

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 1.1 Banyaknya Pasar Tradisional Dirinci Menurut Sarana Tempat

Berjualan Tahun 2010-2015 menurut Kecamatan di Kota Medan . 2

1.2 Potensi Pasar Yang Buka (Aktif) Keadaan Sampai Bulan Juni 2018 ... ... 3

1.3 Jumlah Swalayan/Minimarket Dan Plaza/Mall Di Kota Medan Berdasarkan Kecamatan ... ... 5

2.1 Penelitian Terdahulu ... 41

3.1 Daftar Populasi ... 49

4.1 Batas Wilayah Kota Medan ... 59

4.2 Jumlah Kelurahan di Kota Medan... 61

4.3 Responden Berdasarkan Kelompok Umur ... 62

4.4 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 62

4.5 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 63

4.6 Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 64

4.7 Responden Berdasarkan Pendapatan Per Bulan ... 65

4.8 Responden Berdasarkan Pengeluaran Berbelanja Per Bulan ... 66

4.9 Responden Bedasarkan Harga Produk dalam setiap berbelanja di Pasar ... 67

4.10 Responden dalam Berbelanja di Pasar Modern Per Bulan... 67

4.11 Frekuensi Responden dalam Berbelanja di Pasar Tradisional Per Bulan ... 68

(12)

12 DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual ... 43

(13)

13

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1. KUESIONER

2. DATA RESPONDEN

(14)

14 BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pada saat ini, perkembangan globalisasi pada masyarakat telah membawa banyak perubahan. Diantaranya perubahan terhadap pola kehidupan dan kebutuhan masyarakat. Untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakatmaka muncullah berbagai fasilitas perbelanjaan seperti mall, hypermart, minimarket, supermarket, dan lain-lain yang menjadi pusat perbelanjaan. Kebanyakan dari usaha ini diambil alih oleh swasta. Pemerintah juga memiliki usaha-usaha di bidang perkantoran, pertokoan dan lainnya.

Kemajuan tempat berbelanja yang ada di Indonesia diakibatkan karena adanya perkembangan usaha manufaktur serta peluang pasar yang cukup terbuka yang disebabkan oleh adanya dampak dari lajunya kondisi ekonomi masyarakat.

Kota Medan menjadi salah satu sasaran yang dijadikan para pebisnis lokal maupun asing untuk mendirikan usahanya, terbukti kini telah banyak pasar modern yang menjamur dimana-mana. Perkembangan pasar modern di kota Medan seakan seperti jamur yang tumbuh di musim penghujan. Kondisi tersebut lambat laun akan menjatuhkan pasar tradisional yang di dalamnya didominasi masyarakat kecil.

Pasar tradisional selalu menjadi indikator nasional dalam memelihara stabilitas harga pangan untuk sembilan kebutuhan pokok. Kelangkaan dan lonjakan harga beras di pasar misalnya, menyebabkan pemerintah kalang-kabut dan dapat menjadi salah satu ukuran kinerja para menteri bidang ekonomi. Pasar

(15)

15

tradisional di seluruh Indonesia masih merupakan wadah utama penjualan produk- produk berskala ekonomi rakyat terutama bagi : petani, nelayan, pengrajin dan home industry. Pasar Tradisional sebagai salah satu pasar ritel adalah simbol perekonomian rakyat. Nilai utilitas atau nilai guna pasar tradisional sangat urgen bagi masyarakat bawah, karena terdapat puluhan ribu rakyat kecil (pedagang) yang menggantungkan hidup atau sumber penghidupan mereka di pasar tradisional.

Tabel 1.1 Banyaknya Pasar Tradisional Dirinci Menurut Sarana Tempat Berjualan Tahun 2010-2015 menurut Kecamatan di Kota

Medan NO Tahun/Kecamatan Banyak

Pasar

Sarana

Informal

Kios Stan Toko

1 Medan Tuntungan 1 693 244 0 16

2 Medan Johor 2 585 415 0 52

3 Medan Amplas 0 0 0 0 0

4 Medan Denai 0 0 0 0 0

5 Medan Area 5 1321 370 0 167

6 Medan Kota 9 3415 1327 4 386

7 Medan Maimun 1 18 44 0 0

8 Medan Polonia 1 0 0 0 36

9 Medan Baru 3 253 169 41 64

10 Medan Selayang 0 0 0 0 0

11 Medan Sunggal 2 195 403 0 243

12 Medan Helvetia 2 601 832 0 33

13 Medan Petisah 3 2128 485 0 112

14 Medan Barat 5 243 704 9 62

15 Medan Timur 4 235 801 0 76

16 Medan Perjuangan 3 584 373 0 11

17 Medan Tembung 2 0 0 0 154

18 Medan Deli 0 0 0 0 0

19 Medan Labuhan 4 258 497 12 179

20 Medan Marelan 1 0 0 0 130

21 Medan Belawan 4 557 331 0 0

Kota Medan

(16)

16

2015 52 11086 6995 66 1721

2014 53 10462 7421 63 2198

2013 53 10462 7421 63 2198

2012 55 10497 7540 63 2324

2011 55 10497 7540 63 2324

2010 56 8416 8848 68 3439

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan

Pasar tradisional merupakan tulang punggung perekonomian yang tak bisa dibiarkan tergerus oleh pasar moderen yang semakin menjamur, karena pasar ini melibatkan jutaan pedagang yang relatif berskala kecil. Menurut Dharma (2005), Direktur Eksekutif Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (DPP APPSI) bahwa APPSI mempunyai anggota 24.000 pasar, yang mencakup 12,60 juta pedagang tersebar di 26 provinsi. Pasar tersebut bervariasi, dari yang kecil, terdiri dari sekitar 200-500 pedagang, hingga yang besar seperti Tanah Abang dan Senen, yang memiliki anggota 10.000 sampai 20.000 pedagang (Republika, 2005).

Tabel 1.2 POTENSI PASAR YANG BUKA(AKTIF) KEADAAN SAMPAI BULAN JUNI 2018

NO PASAR KELAS

PASAR KIOSK TOKO STAND/

MEJA INFORMAL JUMLAH

CABANG I

1 PUSAT PASAR I-A 2612 4 418 30 3034

2 HALAT II 114 288 402

3 BAKTI II 234 264 36 498

4 SUKA RAMAI I 40 72 112

5 TITI KUNING II 123 46 169

6 KEMIRI II 14 142 18 156

7

KAMPUNG

BARU II 12 33 45

8 TIMAH III 143 48 191

9 SAMBU III 26 62 88

10 PENAMPUNGAN IV 0

11 SAMBAS I 201 211 412

12 PANDU BARU II 95 95

JUMLAH CAB I 3614 4 1584 5202

(17)

17

CABANG II 0

1 PETISAH I-A 1307 295 66 1602

2

INDUK

TUNTUNGAN I 756 756

3 MERANTI BARU II 24 165 189

4

PETISAH LT 1

THP 1 I-A 447 22 469

5 SEI SIKAMBING II 507 219 726

6 MUARA TAKUS II 23 19 90 10 132

7 IKAN LAMA III 43 43

8 DESA LALANG II REVITALISASI 0

9 SUNGGAL II 41 28 69

10 PADANG BULAN II 180 21 74 4 275

11 SIMALINGKAR II 449 161 610

12 KWALA BEKALA II 229 96 325

13 HELVETIA II 160 286 446

JUMLAH CAB II 4166 62 1414 80 5642

PAGARUYUNG DIAMBIL ALIH PEMKO AGUSTUS 2011 0

CABANG III 0

1 AKSARA I KEBAKARAN TANGGAL 12 JULI 2016 0

2 SENTOSA BARU II 44 70 15 114

3 GLUGUR KOTA II 7 128 135

4 PENDIDIKAN II 107 250 357

5 MEDAN DELI II 121 9 179 309

6 TITI PAPAN II 69 12 240 19 321

7 LABUHAN III 136 180 316

8 PAUS BELAWAN III 40 135 175

9 JAWA BELAWAN II 211 54 265

10

KAPUAS

BELAWAN II 31 31

11

PISANG

BELAWAN III 11 11

JUMLAH CAB III 766 21 1247 34 2034

JUMLAH CAB I-

III 8546 87 4245 198 12878

Sumber : PD Pasar Kota Medan, 2018

Booming pasar modern di era tahun 90-an telah menyedot perhatian para konsumen Indonesia. Agresifitas pasar modern untuk memperluas pangsa pasar telah menimbulkan kekhawatiran dalam dunia ritel nasional terutama dipihak pasar tradisional. Dalam beberapa tahun saja, gerai-gerai pasar moderen di Indonesia sampai akhir 2002 telah mencapai sebanyak 2.408 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia, berupa Minimarket sebanyak 972 gerai, Supermarket

(18)

18

sebanyak 683 gerai, Departemen Store sebanyak 376 gerai dan Hypermarket sebanyak 17 gerai (Visdatin, 2003).

Tabel 1.3 JUMLAH SWALAYAN/MINIMARKET DAN PLAZA/MALL DI KOTA MEDAN BERDASARKAN KECAMATAN

NO Kecamatan Swalayan/Minimarket Plaza/Mall

1 Medan Tuntungan 35 0

2 Medan Johor 47 0

3 Medan Amplas 5 0

4 Medan Denai 3 0

5 Medan Area 25 2

6 Medan Kota 32 7

7 Medan Maimun 10 3

8 Medan Polonia 17 1

9 Medan Baru 27 5

10 Medan Selayang 47 1

11 Medan Sunggal 28 5

12 Medan Helvetia 31 1

13 Medan Petisah 0 5

14 Medan Barat 19 0

15 Medan Timur 11 1

16 Medan Perjuangan 11 0

17 Medan Tembung 6 1

18 Medan Deli 12 0

19 Medan Labuhan 8 0

20 Medan Marelan 9 2

21 Medan Belawan 8 0

JUMLAH 391 34

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2017

Pergeseran dominasi dalam ritel nasional memang telah nampak ketika arus globalisasi tak bisa lagi dibendung apalagi dilarang. Hingga tahun 2013 pangsa pasar tradisional terus mengalami penurunan, sebagian besar pangsa pasarnya telah beralih ke pasar moderen. Bila pada tahun 2002 misalnya, dominasi penjualan di segmen pasar tradisional mencapai 75 persen maka pada tahun 2003 turun menjadi hanya 70 persen (Republika, 2005). Berdasarkan penelitian Nielsen

(19)

19

(2007), hypermarket, supermarket, hingga minimarket, setiap tahunnya tumbuh 31,40%, dengan penetrasi sampai ke daerah kecil dilain pihak, pertumbuhan pasar tradisional minus 8 persen .

Pesatnya pembangunan pasar modern dirasakan oleh banyak pihak berdampak terhadap keberadaan pasar tradisional. Di satu sisi, pasar modern dikelola secara profesional dengan fasilitas yang serba lengkap. Di sisi lain, pasar tradisional masih berkutat dengan permasalahan klasik seputar pengelolaan yang kurang profesional dan ketidaknyamanan berbelanja. Pasar modern dan tradisional bersaing dalam pasar yang sama, yaitu pasar ritel. Hampir semua produk yang dijual di pasar tradisional seluruhnya dapat ditemui di pasar modern, khususnya hipermarket. Semenjak kehadiran hipermarket, pasar tradisional disinyalir merasakan penurunan pendapatan dan keuntungan yang drastis (Kompas 2006).

Perkembangan ini mengakibatkan perubahan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat, terutama yang ada di kota-kota besar, dimana salah satu perubahan itu adalah tempat belanja masyarakat. Memilih tempat berbelanja adalah proses interakasi antara strategi pemasaran, karakteristik individu, dan para pembeli. Konsumen akan memilah – milah atau membandingkan karakteristik tempat berbelanja yang dirasa masuk dalam kriteria.

Konsumen tidak akan melakukan proses ini sebelum mengunjungi tempat berbelanja tersebut secara langsung, maka pengalaman yang akan memberikan kesan positif pada konsumen sehingga konsumen akan mengunjungi lagi tempat berbelanja tersebut tanpa di evaluasi lagi. Pasar tradisional dahulu merupakan

(20)

20

tempat utama yang dituju oleh konsumen untuk berbelanja, tetapi karena adanya perkembangan dari waktu kewaktu, bermunculannya pasar-pasar modern atau swalayan atau dikenal dengan supermarket cukup merugikan sedikit pendapatan pedagang pasar tradisional.

Selain itu harga beli juga bisa ditekan karena keunggulan membeli dalam jumlah besar, dan biaya stok yang minimum dengan bantuan teknologi informasi.

Keberadaan pasar modern terus menggeser peran pasar tradisional. Sebagian masyarakat, khususnya di perkotaan, dalam memenuhi kebutuhan hidupnya lebih memilih pasar modern. Fenomena berubahnya pilihan konsumen dari pasar tradisional yang bau, kumuh, kotor, becek dengan harga yang tidak pasti kepada pasar modern yang bersih, nyaman dengan harga yang pasti. Walau bagaimanapun pasar tradisional merupakan simbolisasi dari kemandirian ekonomi rakyat.

Namun setiap konsumen pasti mempunyai preferensi. Faktor preferensi ini akan mengarahkan konsumen dalam pembelian barang kebutuhannya di pasar.

Jadi apa yang dibeli konsumen di pasar merupakan petunjuk atas susunan preferensinya. Dengan kata lain permintaan konsumen di pasar merupakan preferensi nyata baginya. Istilah preferensi digunakan untuk mengganti kata preference dengan arti yang sama atau minat terhadap sesuatu. Preferensi merupakan suatu sifat atau keinginan untuk memilih. Preferensi konsumen dalam berbelanja dapat didekati melalui indikator frekuensi belanja ke pasar tradisional maupun pasar modern.

(21)

21

Berkembang pesatnya pasar modern dibanding pasar tradisional di kota- kota besar menyebabkan munculnya berbagai persepsi masyarakat dalam memilih tempat belanja. Adapun faktor yang mempengaruhi persepsi dan perilaku masyarakat sebagai konsumen terdiri dari faktor ekonomi, faktor produk, psikologi dan situasional. Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang didalamnya terdapat faktor pendapatan dan faktor harga.

Dimana kebanyakan konsumen berpenghasilan tetap, setidaknya dalam jangka pendek. Jika konsumen mengurangi biaya pada suatu bidang, maka mereka dapat menambah di bidang lain ( Basu Swasta, 1989). Selain itu, jika pendapatan konsumen semakin tinggi maka menunjukkan prospek daya beli yang baik. Faktor dari pribadi sesorang yang mempengaruhi perilaku konsumen atau pembeli terdiri dari tingkat umur, pendapatan, pendidikan, pekerjaan (profesi), pengeluaran belanja, kepribadian dan sikap terhadap resiko, keadaan ekonomi, cara hidup, kepribadian dan konsep diri sendiri yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri.

Banyaknya faktor yang mempengaruhi masyarakat menyebabkan perbedaan pola perilaku konsumen dalam menentukan preferensi belanjanya.

Kajian/study tentang preferensi konsumen ini dapat dilihat melalui indikator frekuensi kunjungan berbelanja ke pasar baik pasar tradisional maupun modern.

Kota Medan kini menjadi salah satu sasaran empuk bagi para pebisnis lokal maupun asing.

(22)

22

Berdasarkan uraian di atas maka penulis memilih dan tertarik untuk mengangkat masalah mengenai “Analisis Preferensi Konsumen Dalam Berbelanja Di Pasar Modern Dan Pasar Tradisional Di Kota Medan “

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

• Apakah Harga Produk mempengaruhi Preferensi Konsumen dalam berbelanja di Pasar Modern dan Pasar Tradisional?

• Apakah Umur mempengaruhi Preferensi Konsumen dalam berbelanja di Pasar Modern dan Pasar Tradisional?

• Apakah Pendapatan mempengaruhi Preferensi Konsumen dalam berbelanja di Pasar Modern dan Pasar Tradisional?

1.3. Tujuan Masalah

• Untuk mengetahui apakah Harga Produk mempengaruhi Preferensi Konsumen dalam berbelanja di Pasar Modern dan Pasar Tradisional.

• Untuk mengetahui apakah Umur mempengaruhi Preferensi Konsumen dalam berbelanja di Pasar Modern dan Pasar Tradisional.

• Untuk mengetahui apakah Pendapatan mempengaruhi Preferensi Konsumen dalam berbelanja di Pasar Modern dan Pasar Tradisional.

1.4. Manfaat Penelitian

Secara garis besar, manfaat yang diharapkan dalam penelitian iniadalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

(23)

23

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sarana untuk memperluas wawasan dan pengembangan pengetahuan mengenai pengaruh keberadaan pasar modern terhadap keberlangsungan pasar tradisional.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

b. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi atau bahan acuan bagi pihak yang ingin mengembangkan penelitian ini.

c. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan menjadi refrensi agar masyarakat lebih bijaksana dalam memilih untuk berbelanja. Karena, pasar tradisional tidak akan bertahan jika masyarakat tidak mendukung keberadaannya dengan cara berbelanja dipasar tradisional tersebut.

d. Bagi pemerintah

Melalui penelitian ini diharapkan pemerintah dapat terus melestarikan dan mengembangkan keberadaan pasar tradisional agar tetap bertahan dimasamodern saat ini dan di masa yang akan datang.

(24)

24 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemahaman Terhadap Pasar

Pengertian Pasar

Menurut Permendag No. 53 Tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern,menyatakan definisi pasar yaitu area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasartradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya.

Pasar adalah sebuah proses yang melaluinya para pembeli dan penjual berinteraksi untuk menentukan harga dan melakukan pertukaran barang dan jasa.

(Gregory, 2013).

Menurut Wikipedia, pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa, dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian. Ini adalah pengaturan yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk item pertukaran.

Persaingan sangat penting dalam pasar, dan memisahkan pasar dari perdagangan. Dua orang mungkin melakukan perdagangan, tetapi dibutuhkan setidaknya tiga orang untuk memiliki pasar, sehingga ada persaingan pada setidaknya satu dari dua belah pihak. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis, lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang

(25)

25

dan jasa yang diperdagangkan. Beberapa contoh termasuk pasar petani lokal yang diadakan di alun-alun kota atau tempat parkir, pusat perbelanjaan dan pusat perbelanjaan, mata uang internasional dan pasar komoditas, hukum menciptakan pasar seperti untuk izin polusi, dan pasar ilegal seperti pasar untuk obat-obatan terlarang.

Dalam ilmu ekonomi arus utama, konsep pasar adalah setiap struktur yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk menukar jenis barang, jasa dan informasi. Pertukaran barang atau jasa untuk uang disebut dengan transaksi. Pasar terdiri dari semua pembeli dan penjual yang baik yang memengaruhi harganya.

Pengaruh ini merupakan studi utama ekonomi dan telah melahirkan beberapa teori dan model tentang kekuatan pasar dasar penawaran dan permintaan. Ada dua peran di pasar, pembeli dan penjual.

Pasar memfasilitasi perdagangan dan memungkinkan distribusi dan alokasi sumber daya dalam masyarakat. Pasar mengizinkan semua item yang diperdagangkan untuk dievaluasi dan harga. Sebuah pasar muncul lebih atau kurang spontan atau sengaja dibangun oleh interaksi manusia untuk memungkinkan pertukaran hak (kepemilikan) jasa dan barang. Secara historis, pasar berasal di pasar fisik yang sering akan berkembang menjadi atau dari - komunitas kecil, kota dan kota.

2.1.2 Fungsi Pasar

Fungsi pasar ialah sebagai tempat atau wadah terkait pelayanan bagi masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu (Darwis, 1984) :

(26)

26

Pasar memiliki fungsi tersendiri dalam memenuhi kebutuhan masyarakat berikut ini merupakan penjelasan beberapa fungsi pasar bagi masyarakat adalah sebagai berikut :

1. Aktivitas Ekonomi

Geertz (1973:31) menyatakan bahwa pasar sebagai pranata ekonomi dan sekaliguscara hidup, suatu gaya umum dari kegiatan ekonomi mencapai segala aspek yang membahas mengenai pasar sebagai tempat jalinan hubungan penjual dan pembeli dalam melaksanakan transaksi tukar-menukar, baik pada suatu tempat maupun dalam suatu keadaan yang lain.

Pasar memiliki beberapaaspek perdagangan didalamnya, agar dapat dikatakan sebagai sebuah pasar yang merupakan pranata penting dalam kegiatan ekonomi dan kehidupan masyarakat, yaitu adanya tempat untuk berlangsungnya transaksi jual beli atau tukar-menukar barang yang telah diatur dan terorganisasi, aspek-aspek perdagangan antara lain memiliki lokasi atau tempat, terdapat ketentuan pajak (retribusi) bagi pedagang, terdapat berbagai jenis barang dagangan, adanya proses produksi dan distribusi, adanya jaringan transportasi dan adanya alat tukar (uang). Demikian pula dengan fungsi Pasar yang erat kaitannya dengan aspek perdagangan yang didalamnya terdapat transaksi jual beli dan tawar-menawar antara pedagang dan pembeli.

2. Aktivitas Sosial Budaya

Selain memiliki fungsi dalam bidang ekonomi, pasar juga pasar juga berperan dalam bidang sosial-budaya yaitu sebagai tempat aktivitas sosial, pasar merupakan suatu wadah yang di dalamnya terjadi interaksi, komunikasi,

(27)

27

informasi, tempat keramaian dan hiburan. Pasar merupakan juga kawasan sosial bagi masyarakat yang berasal dari daerah yang berbeda, yang dipertemukan di dalam pasar dan melakukan interaksi yang menimbulkan suatu kebudayaan.

Kunjungan masyarakat yang berbeda etnis dalam Pasar menimbulkan terjadinya percampuran kebudayaan.

Perubahan tersebut dapat dilihat dalam bahasa, cara berpakaian dan sebagainya. Misalnya dalam bahasa, pengunjung yang berasal dari masyarakat Pribumi terpengaruh untuk menggunakan bahasa Mandarin meskipun tidak begitu dimengerti, contohnya dalam gaya bahasa untuk menyebutkan panggilan bagi orang-orang Tionghoa,abang menjadi koko, kakak menjadi cici dan lain-lain.

Demikian pula halnya dengan pedagang Tionghoa yang melayani pembeli yang berasal dari masyarakat Pribumi akan menggunakan bahasa Indonesia yang betujuan agar pedagang dan pembeli saling mengerti satu sama lain.

Setiap masyarakat selama hidupnya, pasti mengalami perubahan- perubahan. Perubahan-perubahan didalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, pola perilaku organisasi, susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya.

Menurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto (1982:269) yang menyatakan perubahan-perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis maupun kebudayaan materiil, komposisi penduduk, dan ideologi dalam masyarakat tersebut.

(28)

28

Hal ini sejalan dengan pendapat Soemardjan dalam Soekanto (1982:269) yang menyatakan bahwa perubahan-perubahan sosial adalah segala perubahan- perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistim sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap- sikap dan pola-pola perikelakuan di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Begitupula dengan keberadaan pasar ini maka secara langsung terdapat perubahan-perubahan sosial yang terjadi di dalamnya baik secara cepat maupun lambat.

3. Tempat Mendapatkan Kebutuhan

Dengan adanya pasar sebagai sarana dalam pemenuhan kebutuhan manusia, baik kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan pendukung (sekunder). Oleh sebab itu masyarakat yang ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dapat mendapatkan kebutuhan tersebut melalui keberadaan pasar. Segala sesuatu yang dibutuhkan masyarakat dengan mudah dapat ditemukan dalam pasar yang telah menyediakan segalanya, terutama peralatan-peralatan rumah tangga dan kebutuhan yang penting bagi kelangsungan hidup masyarakat sehari-hari.

Sehingga pasar berfungsi sebagai tempat untuk mendapatkan kebutuhan hidup sehari-hari.

4. Sebagai Tempat Bergaul dan Bertukar Informasi

Dalam fungsi ini Pasar bukan hanya dijadikan sebagai tempat jual beli bagi masyarakat tetapi juga menjadi tempat bergaul dan bertukar informasi bagi sesama pedagang maupun pedagang dengan pembeli. Dipasar dapat ditemukan

(29)

29

kelompok atau suatu organisasi yang dibentuk oleh para pedagang yang terkadang juga melibatkan para pembeli. Selain itu diantara pedagang yang mempunyai hubungan yang erat seperti keluarga.Yang mana telah terjalin rasa persaudaraan yang kuat diantara kalangan pedagang-pedagang yang lain. Tetapi dalam berebut pelanggan atau pembeli mereka tetap bersaing walaupun persaingan ini berjalan dengan sengit.

5. Sebagai Tempat Rekreasi

Pasar juga merupakan sebagai salah satu tempat rekreasi yang paling sering dikunjungi oleh masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan banyaknya kegiatan yang dapat dijumpai dipasar seperti:melihat barang-barang yang sedang trend (baru), melihat atraksi lokal, menghibur diri dengan keunikan yang ada pada pasar tersebut dan lain-lain. Inilah yang menyebabkan mengapa masyarakat pada umumnya lebih memilih menghabiskan waktu senggang (libur) untuk pergi kepasar.

Segala sesuatu yang ada di bumi ini, semuanya memiliki fungsinya masing-masing. Demikian halnya dengan pasar yang memiliki fungsinya sendiri, baik fungsi bagi masyarakat sekitar maupun bagi pemerintah daerah dimana pasar tersebut didirikan. Sama seperti Pasar tradisional yang berada di Kota Medan, pasar memiliki fungsinya sendiri yaitu bagi masyarakat berfungsi sebagai tempat yang menyediakan segala kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat. Dan bagi pemerintah kota Medan sendiri, Pasar tradisional dapat menjadi sumber pendapatan daerah dari sektor ekonomi.

(30)

30 2.1.3 Jenis-jenis Pasar

Pasar dapat dikategorikan dalam beberapa jenis,yaitu menurut keluasan distribusi, bentuk kegiatan, jenis barang yang dijual, hari, bentuk dan strukturnya.

a. Jenis Pasar Menurut Keluasan Distribusinya 1. Pasar Daerah

Pasar Daerah membeli dan menjual produk dalam satu daerah produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar daerah melayani permintaan dan penawaran dalam satu daerah.

2. Pasar Lokal

Pasar lokal adalah pasar yang membeli dan menjual produk dalam satu kota tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar lokal melayani permintaan dan penawaran dalam satu kota.

3. Pasar Nasional

Pasar nasional adalah pasar yang membeli dan menjual produk dalam satu negara tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar nasional melayani permintaan dan penjualan dari dalam negeri.

4. Pasar Internasional

Pasar internasional adalah pasar yang membeli dan menjual produk dari beberapa negara. Bisa juga dikatakan luas jangkauannya di seluruh dunia.

Contoh pasar tersebut adalah pasar kopi di Santos, Brazil.

(31)

31 b. Jenis Pasar Menurut Bentuk Kegiatan 1. Pasar Konkret

Pasar Konkret adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli yang dilakukan secara langsung. Misalnya ada los-los, toko-toko dan lain-lain.

Di pasar konkret, produk yang dijual dan dibeli juga dapat dilihat dengan kasat mata. Konsumen dan produsen juga dapat dengan mudah dibedakan. Contohnya adalah: pasar sayuran, pasar daging, pasar tradisional, dan lain sebagainya.

2. Pasar Abstrak

Pasar Abstrak adalah pasar yang lokasinya tidak dapat dilihat dengan kasat mata. Konsumen dan produsen tidak bertemu secara langsung. Biasanya dapat melalui internet, pemesanan telepon dan lain-lain. Barang yang diperjual belikan tidak dapat dilihat dengan kasat mata, tetapi pada umumnya melalui brosur, rekomendasi dan lain-lain. Kita juga tidak dapat melihat konsumen dan produsen bersamaan, atau bisa dikatakan sulit membedakan produsen dan konsumen sekaligus. Contoh : Pasar Modal, Bursa Saham, Telemarket, dan lain-lain

c. Jenis Pasar Menurut Jenis Barangnya 1. Pasar Barang Konsumsi

Pasar barang konsumsi adalah pasar yang menjual barang-barang yang dapat langsung dipakai untuk kebutuhan rumah tangga. Misalnya, pasar yang memperjualbelikan beras, ikan, sayur-sayuran, buah-buahan, alat-alat rumah tangga, pakaian, dan lain sebagainya.

(32)

32 2. Pasar Barang Produksi

Pasar barang produksi adalah pasar yang memperjualbelikan faktor-faktor produksi. Dalam pasar ini diperjualbelikan sumber daya produksi. Misalnya, pasar mesin-mesin, pasar tenaga kerja, dan pasar uang.

d. Jenis pasar menurut harinya 1. Pasar Harian

Pasar harian adalah pasar yang kegiatan jual belinya dilakukan tiap hari.

Pasar harian ini umumnya terdapat di desa dan kota.

2. Pasar Mingguan

Pasar mingguan adalah pasar yang kegiatan jual belinya hanya satu kali dalam seminggu. Pasar mingguan ini terdapat di daerah-daerah pedesaan.

Misalnya pasar pagi yang diadakan setiap hari Minggu pagi saat acara carfreeday 3. Pasar Bulanan

Pasar bulanan adalah pasar yang kegiatan jual belinya dilakukan setiap sebulan sekali.

4. Pasar Tahunan

Pasar tahunan adalah pasar yang kegiatan jual belinya dilakukan setiap setahun sekali. Misalnya Pekan Raya Jakarta.

e. Jenis Pasar Menurut Bentuk dan Strukturnya 1. Pasar Persaingan Sempurna

Dalam pasar persaingan sempurna terdapat banyak penjual atau pembeli yang sama-sama telah mengetahui keadaan pasar. Barang yang diperjualbelikan dalam pasar persaingan sempurna homogen (sejenis). Selain itu, baik penjual

(33)

33

ataupun pembeli tidak bebas menentukan harga, karena harga ditentukan oleh kekuatan pasar. Pasar persaingan sempurna adalah keadaan dimana penjual dan pembeli tidak dapat mempengaruhi harga. Harga yang telah terbentuk merupakan hasil dari mekanisme pasar berdasarkan jumlah permintaan dan penawaran.

2. .Pasar Persaingan Tidak Sempurna

Dalam 1pasar persaingan tidak sempurna, para penjual maupun pembeli mempunyai kebebasan dalam menentukan harga dan jumlah barang yang akan diperjualbelikan. Dalam hal ini berarti pembeli dan penjual dapat memengaruhi harga. Jenis dan kualitas barang yang diperdagangkan pada pasar ini bersifat heterogen. Pasar persaingan tidak sempurna dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :

1. Pasar Monopoli Dan Monopsoni

Pasar monopoli adalah pasar yang hanya terdapat satu penjual untuk suatu jenis barang tertentu. Pasar monopsoni adalah pasar yang dikuasai oleh seorang pembeli untuk suatu jenis barang dan jasa,dan juga bersifat mendunia. Output yang dihasilkan tidak mempunyai substitusi.

2. Pasar Persaingan Monopolistik

Dalam pasar monopolistik terdapat banyak penjual dan pembeli. Penjual bisa melakukan monopoli karena keistimewaan produk masing-masing. Pembeli bebas menentukan pilihannya dalam berbelanja. Jadi, pasar ini ada unsur persaingan dan monopoli.

(34)

34 3. Pasar Oligopoli Dan Oligopsoni

Pasar oligopoli adalah pasar yang hanya ada beberapa penjual. Istilah beberapa penjual ini jumlah penjual tidak terlalu banyak sehingga pengaruh penjual sangat kecil, dan tidak ada penjual yang berkuasa segala-galanya.

Adapun oligopsoni merupakan jenis pasar yang hanya ada beberapa pembeli.

2.2 Pengertian Pasar Modern dan Pasar Tradisional 2.2.1 Pasar Modern

Pasar modern adalah pasar yang bersifat modern dimana barang diperjual belikan dengan harga pas dan dengan layanan sendiri. Tempat berlangsungnya pasar ini adalah di mall dan tempat-tempat modern lainnya. Barang yang dijual memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang rijek/tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak (Suryadarma. 2007).

Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti (tercantum harga sebelum dan setelah dikenakan pajak). Pasar modern atau disebut juga gerai modern mulai beroperasi awal 1960-an di Jakarta. Arti modern disini adalah penataan barang menurut keperluan yang sama dikelompokkan dibagian yang sama yang dapat silihat dan diambil langsung oleh pembeli, penggunaan alat pendingin udara, dan adanya pramuniaga professional.

Modernisasi bertambah meluas pada dasawarsa 1970-an. Supermarket mulai

(35)

35

diperkenalkan pada dasawarsa ini. Konsep one-stop shopping mulai dikenal pada tahun 1980-an. Kemudian konsep one-stop shopping ini mulai digantikan oleh istilah pusat belanja. Banyak orang yang mulai beralih ke gerai modern seperti pusat belanja ini untuk berbelanja (Ekapribadi. W, 2007).

Pemerintah menggunakan istilah pasar modern dengan toko modern sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan No.

53/MDAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, mendefinisikan toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan. Perbedaan karakteristik minimarket, supermarket, hypermarket, departement store dan perkulakan menurut Peraturan Menteri Perdagangan No. 53/MDAG/PER/12/2008 dibedakan berdasarkan batasan luas lantainya yaitu memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Minimarket

Terjadi pertumbuhan sebanyak 1.800 buah selama kurun waktu sepuluh tahun sampai tahun 2002. Luas ruang minimarket adalah antara 50m2 sampai dengan 200m2 .

2. Convenience Store

Convenience Store mirip minimarket dalam hal produk yang dijual, tetapi berbeda dalam hal harga, jam buka, luas ruang, dan lokasi. Convenience store ada yang buka 24 jam dengan luas lantai kurang dari 350 meter persegi dan berlokasi di tempat yang strategis. Gerai ini memiliki variasi dan jenis produk yang terbatas.

(36)

36

Convinience store biasanya didefinisikan sebagai pasar swalayan mini yang menjual hanya lini terbatas dari berbagai produk kebutuhan seharihari yang perputarannya relatif tinggi. Convinience store ditujukan kepada konsumen yang membutuhkan pembelian dengan cepat tanpa harus mengeluarkan upaya yang besar dalam mencari produk-produk yang diinginkannya. Produk-produk yang dijual biasanya ditetapkan dengan harga yang lebih tinggi dari pada di Supermarket.

3. Specialty Store

Sebagian masyarakat lebih menyukai belanja di toko dimana pilihan produk tersedia lengkap sehingga tidak harus mencari lagi di toko lain.

Keragaman produk disertai harga yang bervariasi dari yang terjangkau hingga yang premium membuat Specialty store unggul.

4. Factory Outlet

Factory Outlet adalah istilah yang digunakan untuk toko pakaian yang menjual pakaian jadi dengan brand/merk yang terkenal dan merupakan (kebanyakan) pakaian sisa ekspor dengan kualitas yang berbeda-beda.

5. Distro atau distribution outlet

Distro adalah distribution store/toko distribusi. Yang bisa diartikan sebagai toko yang khusus mendistribusikan produk dari mereka sendiri.

6. Supermarket

Supermarket kecil mempunyai luas ruang antara 300m2 sampai 1.100m2 , sedangkan supermarket besar mempunyai luas ruang antara 1.100m2 sampai 2.300m2 .

(37)

37

7. Department Store atau toserba (toko serba ada)

Gerai jenis ini mempunyai ukuran luas ruang yang beraneka, mulai dari beberapa ratus m2 hingga 2.000-3.000m2 . Department store merupakan jenis ritel yang menjual variasi produk yang luas dan berbagai jenis produk dengan menggunakan beberapa staf, seperti layanan pelanggan (customer service).

2.2.2 Pasar Tradisional

Pasar Tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi, dalam hal mana organisasi pasar yang ada masih sangat sederhana, tingkat efisiensi dan spesialisasi yang rendah, lingkungan fisik yang kotor dan pola bangunan yang sempit (Aryani. 2011). Pasar Tradisional dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah. Dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 53/M-DAG/PER/12/2008 dijelaskan bahwa pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Menurut Aryani. (2011) beberapa potensi dan ciri pasar Tradisional, yaitu :

1. Kemampuan pasar Tradisional dalam menyerap komoditi lokal dari kawasan sekitarnya.

(38)

38

2. Berfungsi sebagai supplier untuk berbagai input pertanian, perumahan, serta kebutuhan pokok masyarakat secara luas.

3. Pasar Tradisional memiliki segmentasi pasar tersendiri, yang membedakannya dari pasar modern.

4. Para pedagang yang beroperasi di pasar umumnya kaum wanita sehingga sangat bermanfaat bagi peningkatan kesempatan berusaha untuk kaum wanita, dalam arti wanita umumnya memiliki keunggulan dibandingkan dengan pria dalam melayani konsumen.

5. Potensi pasar akan semakin penting karena market turn over yang cukup cepat dengan sistem pembayaran tunai. Kekuatan pasar Tradisional dapat dilihat dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut diantaranya harganya yang lebih murah dan bisa ditawar, dekat dengan permukiman, dan memberikan banyak pilihan produk yang segar. Kelebihan lainnya adalah pengalaman berbelanja yang luar biasa, dimana kita bisa melihat dan memegang secara langsung produk yang umumnya masih sangat segar.

Akan tetapi dengan adanya hal tersebut bukan berarti pasar Tradisional bukan tanpa kelemahan. Selama ini justru pasar Tradisional lebih dikenal kelemahannya (Ekapribadi. W, 2007). Kelemahan itu antara lain adalah kesan bahwa pasar terlihat becek, kotor, bau dan terlalu padat lalu lintas pembelinya.

Ditambah lagi ancaman bahwa keadaan sosial masyarakat yang berubah, dimana wanita di perkotaan umumnya berkarir sehingga hampir tidak memiliki waktu untuk berbelanja ke pasar Tradisional (Cadillah. 2011).

(39)

39

Selain kelemahan-kelemahan diatas, faktor desain dan tampilan pasar, atmosfir, tata ruang, tata letak, keragaman dan kualitas barang, promosi pengeluaran, jam operasional pasar yang terbatas, serta optimalisasi pemanfaatan ruang jual merupakan kelemahan terbesar pasar tradisional dalam menghadapi persaingan dengan pasar modern (Ekapribadi. W, 2007).

Menurut Sarwoko (2008) permasalahan umum yang dihadapi pasar tradisional antara lain:

1. Banyaknya pedagang yang tidak terampung 2. Pasar tradisional mempunyai kesan kumuh

3. Dagangan yang bersifat makanan siap saji mempunyai kesan kurang higienis.

4. Pasar modern yang banyak tumbuh dan berkembang merupakan pesaing serius pasar tradisional

5. Rendahnya kesadaran pedagang untuk mengembangkan usahanya dan menempati tempat dasaran yang sudah ditentukan

6. Masih rendahnya kesadaran pedagang untuk membayar retribusi 7. Masih adanya pasar yang kegiatannya hanya pada hari pasaran.

Dalam hal mata rantai pasokan, 40% pedagang menggunakan pemasok profesional, sementara 60% lainnya mendapatkan barangnya dari pusat-pusat perkulakan. Hampir 90% pedagang membayar tunai kepada pemasok. Keadaan ini berarti bahwa pedagang di pasar Tradisional sepenuhnya menanggung resiko kerugian dari usaha dagangnya. Ini berbeda dengan Supermarket yang umumnya menggunakan metode konsinyasi atau kredit. Terkait dengan modal usaha, 88%

(40)

40

pedagang menggunakan modal sendiri yang berarti minimnya akses atau keinginan untuk memanfaatkan pinjaman komersial untuk mendanai bisnisnya.

Hal ini bisa menjadi hambatan terbesar dalam memperluas kegiatan bisnis mereka (Suryadarma, dkk. 2007).

2.3 Persaingan Pasar Tradisional dan Pasar Modern

Menurut Adam Smith, dalam suatu negara perekonomian dapat berjalan dengan efektif dan efisien apabila tidak ada campur tangan dari pemerintah.

Setiap individu mempunyai kebebasan untuk berusaha dalam meningkatkan ekonominya. Dalam usaha untuk meningkatkan ekonomi, setiap individu akan berusaha untuk efektif dan efisien menghasilkan produk, sehingga persaingan antar individu terjadi. Dengan persaingan, maka akan membuat produksi, konsumsi, alokasi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan modal menjadi efisien. Perbedaan karakteristik antara pasar tradisional dan pasar modern yaitu : Pasar tradisional memiliki histori yang berevolusi panjang, fisik gedung kurang baik, infrastruktur terbatas (lahan parkir, WC kurang bersih), pengelolaan oleh Pemda, pemilikan/kelembagaan milik masyarakat/desa atau Pemda, modalnya lemah, konsumen umumnya golongan masyarakat menengah kebawah, metode pembayaran tawar-menawar dan tunai (Soeratno, 2003). Pasar Modern merupakan fenomena baru dimasyarakat, sisik gedung baik dan mewah, infrastruktur lengkap (AC, Ekskalator, Parkir, WC, cleaning service, security), pengelolaan oleh swasta, pemilikan/kelembagaan umumnya perorangan atau swasta, modalnya sangat kuat, konsumen umumnya golongan masyarakat menengah keatas, metode pembayaran harga pasti dan bisa tunai maupun kredit (Soeratno. 2003).

(41)

41

Berdasarkan karakteristik diatas, terlihat perbedaan yang besar antara pasar tradisional dan pasar modern. Meskipun begitu, perbedaan yang besar tidak menutup kemungkinan adanya persaingan antara pasar modern dengan pasar tradisional. Persaingan ini terjadi, ketika konsumen dihadapkan untuk memilih salah satu diatara keduanya sebagai tempat berbelanja (Soeratno. 2003).

Seiring meningkatnya pendapatan masyarakat Indonesia dan perubahan gaya hidup, masyarakat terutama masyarakat perkotaan mengalami perubahan pola belanja yang lebih menginginkan kenyamanan, kebersihan, dan efisiensi dalam berbelanja. Selain itu, ada juga perubahan pola berbelanja yakni pergi berbelanja bersama keluarga. Pola-pola belanja tersebut dilihat oleh investor sebagai suatu peluang untuk mendirikan mall, dan pasar modern lainnya di wilayah perkotaan.

Pasar modern (mall) menyediakan sarana berbelanja yang tidak hanya nyaman dan bersih, namun juga bisa menjadi sarana rekreasi keluarga. Dengan pembangunan pasar modern, dikhawatirkan pasar tradisional ditinggalkan (Suryadarma, dkk. 2007). Kekhawatiran berpindahnya konsumen/masyarakat berbelanja dari pasar tradisional ke pasar modern, disebabkan kondisi pasar tradisional yang memprihatinkan. Pasar tradisional sering diasosiasikan sebagai pasar yang kumuh, manajemen yang tidak teratur, dan pengemasan apa adanya.

Berkebalikan dengan kondisi pasar modern yang bersih, nyaman, manajemen profesional, dan pengemasan yang menarik (Aryani. 2011).

Keunggulan dari pasar modern adalah tidak hanya menggunakan strategi harga tetapi juga strategi non-harga. Untuk strategi harga, pasar modern melalui skala ekonominya (economies of scale) dapat menjual lebih banyak produk yang

(42)

42

berkualitas dengan harga yang lebih murah. Selain itu, pasar modern juga menggunakan strategi limit harga, strategi pemangsaan lewat pemangkasan harga (predatory pricing), dan diskriminasi harga antar waktu misalnya diskon harga pada hari minggu dan pada waktu tertentu. Sedangkan strategi non-harga antara lain kenyamanan, kebersihan, iklan, pengawasan mutu, informasi harga dapat diakses publik, aneka pilihan pembayaran tunai maupun kredit, iklan, membuka gerai lebih lama khususnya hari minggu, bundling/tying (pembelian secara gabungan), dan parkir gratis (Ifah. M. F. R. 2011).

Keunggulan yang dimiliki oleh pasar modern menjadi kelemahan pasar tradisional. Walaupun memiliki sejumlah kelemahan, pasar tradisional juga memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh pasar modern. Keunggulan pasar tradisional terletak pada harga yang lebih murah, segar dan dapat ditawar serta kentalnya aspek sosial-budaya daerah setempat. Melihat keunggulan pasar tradisional tersebut, perlunya peran pemerintah untuk memberikan perlindungan pasar tradisional dengan melakukan revitalisasi pasar tradisional baik fisik maupun manajemen pengelolaannya (Ekapribadi. W, 2007).

Secara konseptual, banyak kalangan yang mengasumsikan bahwa antara pasar modern dan pasar tradisional memiliki segmen pasar yang berbeda. Akan tetapi kenyataannya tidaklah demikian karena justru segmen pasar modern dan pasar tradisional adalah sama dan mereka bersaing secara bebas. Akibatnya, tentu saja pasar tradisional yang kalah karena beberapa keunggulan yang ada pada pasar modern seperti bisa menjual produk dengan harga yang lebih murah, kualitas

(43)

43

produk terjamin, kenyamanan berbelanja, dan banyaknya pilihan cara pembayaran.

Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya dampak negatif bagi pelaku usaha kecil – menengah, pemerintah telah mengatur beroperasinya pelaku-pelaku perdagangan melalui Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern; yang kemudian ditindak lanjuti dengan pedoman pelaksanaan dengan Peraturan Menteri Perdagangan nomor 53/MDag/Per/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern. Regulasi ini hendaknya benar-benar ditaati oleh pelaku-pelaku perdagangan khususnya untuk pasar/toko modern.

2.4 Teori Preferensi

Preferensi merupakan pilihan dari seseorang, mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks dengan tujuan agar ia dapat merasakan atau menikmati segala sesuatu yang ia perlukan. Namun setiap orang tidak bebas untuk melakukan segala sesuatu yang diinginkan karena terkendala oleh harga, pendapatan, dan banyak faktor lain dalam menentukan pilihannya.

Menurut Daldjoeni (1992:53) preferensi didefenisikan sebagai fungsi yang mempengaruhi kemampuan indifidu untuk mengamati rangsangan inderawi dan mengubahnya menjadi pengalaman yang berkaitan secara tertata.

Sedangkan menurut Ferrinadewi (2008:31), preferensi adalah suatu proses dengan mana berbagai stimuli dipilih, diorganisir dan diinterpretasi menjadi

(44)

44

informasi yang bermakna. Stimuli merupakan input dari obyek tertentu yang dilihat seseorang melalui satu atau beberapa panca indranya.

“Preferensi konsumen adalah proses dimana konsumen mengorganisir dan mengartikan kesan dari panca indera dalam tujuan untuk memberi arti dalam lingkungan mereka.” (Robbins, 1998:49).

Persepsi konsumen ini sangat penting dipelajari karena perilaku konsumen didasarkan oleh persepsi mereka tentang apa itu kenyataan dan bukan kenyataan itu sendiri. Citra Toko memainkan peran yang sangat penting dalam menciptakan keuntungan dan memperhatikan loyalitas pelanggan. Oleh karena itu citra toko bisa menjadi penentu dalam persepsi pelanggan. Sebuah tempat belanja harus dapat mengembangkan citra yang jelas dan positif yang akan menjadi piihan di dalam benak pelanggan.

Citra toko dipengaruhi secara signifikan oleh persepsi pelanggan.

Pelanggan setia akan dapat memegang image yang kuat dan positif pada suatu merek yang mana mereka akan sulit untuk berubah ke merek lain. Hal ini dapat menghasilkan pendapatan penjualan terhadap merek tersebut dalam jangka panjang. Disamping merek produk yang dijual dalam suatu toko, citra toko juga dipengaruhi antara lain oleh: luasan/keragaman produk, kualitas barang/jasa, penampilan toko, kualitas layanan pembelian, fasilitas fisik, perilaku dan pelayanan karyawan, tingkat harga, kedalaman dan frekuensi promosi, dan suasana belanja.

Ma’ruf (2005:182) menjelaskan atribut-atribut citra yang menjadi alasan

(45)

45

konsumen dalam memilih tempat belanja. Atribut-atribut tersebut antara lain:

Barang dagangan (merchandise), meliputi harga, kualitas, keragamankategori dan ketersediaan itembaik warna, ukuran maupun jenis.

• Lokasi, meliputi: mudah dijangkau, aman dan berada dalam suatu pusatperbelanjaan atau dekat dengan gerai-gerai lainnya.

• Mengutamakan pelayanan pada segmen tertentu: remaja, keluarga, iburumah tangga.

• Pelayanan, meliputi: pilihan cara bayar, tersedia food corner, jasa antaran.

Menurut Ma’ruf (2005:184), keragaman produk menunjuk pada keanekaragaman kategori produk. Keragaman produk terdiri dari dua macam yakni lebar (wide) dan dalam (deep). Lebar berarti banyak kategori produk sedangkan dalam adalah banyaknya variasi item atau pilihan untuk masingmasing kategori produk. Keragaman produk yang banyak wide dan deep dapat menjadi daya tarik konsumen karena lebih leluasa dalam memilih barang yang akan dibeli dalam satu tempat belanja.

Suasana atau atmosfer dalam tempat belanja berperan penting dalam mengikat pembeli, membuat nyaman dalam memilih barang dan mengingatkan konsumen tentang produk apa saja yang perlu dimiliki konsumen. Iklan atau promosi bertujuan untuk memberikan informasi tentang produk baru, adanya pelayanan baru, untuk membangun citra perusahaan. Promosi penjualan dapat berupa kupon diskon, poin diskon, program pelanggan setia, hadiah langsung dan

(46)

46 lain-lain.

“Produsen dipersilahkan untuk melakukan penilaian terhadap barang yang mereka produksi luas ke konsumen.” (Indarto, 2011:35). Perilaku masyarakat berbelanja akan mempengaruhi permintaanterhadap barang dan jasa. Sikap dan perilaku tersebut juga digunakanpemerintah dalam merumuskan kebijakan publik yang relevan terhadap masyarakat. Perusahaan juga melakukan kajianyang spesifik untuk merumuskan strategi yang berkaitan dengan efisiensi dalamproduksi dan perluasan pasarnya.

Beberapa faktor tersebut antara lain segmentasi pasar, stratifikasi sosial sepertibudaya, pengaruh keluarga dan kelompok. Selain itu “dipengaruhi pula oleh konsep diri dan gaya hidup, persepsi, dan motivasi yang berkaitan dengan penyebaran inovasi.” (Hawkins, 1998:77).

Kepuasan pelanggan dipengaruhi antara lain oleh faktor kebiasaan dan faktor pemahaman yang berkaitan dengan masalah psikologisnya. Selain itu,

“dipengaruhi pula oleh faktor respon antara lain rasa, fokus, dan waktu terhadap pelayanan yang berhubungan dengan masalah psikologis” (Giese, 2000:46).

Menurut Setiadi (2003:28), semua keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, dan psikologi dari pembeli.

Jika manfaat lebih besar dari biaya, maka pilihan dan keputusan akan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mempengaruhi konsumen tersebut seperti kegunaan jangka panjang. Dalam keadaan tertentu, pelanggan dipengaruhi faktor lain sehingga keputusannya terganggu dimana ketidakpuasaan cenderung tidak mengubah sikap perilakunya sebagai pelanggan yang setia.

(47)

47

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah sebagai berikut :

• Faktor kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari perilaku seseorang. Setiap kebudayaan memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Salah satunya adalah kelas sosial, yaitu suatu kelompok yang relatif bertahan lama dalam suatu masyarakat dan tersusun secara hierarki serta keanggotaannya mempunyai nilai dan perilaku yang serupa.

• Faktor Sosial

Faktor-faktor Sosial terdiri dari :

Kelompok Preferensi, yaituseseorang yang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompokkelompok referensi dari konsumen sasaran mereka. Orang umumnya sangat dipengaruhi oleh kelompok referensi mereka.

• Keluarga,dalam kehidupan pembeli terdapat orientasi keluarga, yaitu orang tua. Dari orangtua lah, seseorang mendapatkan pandangan tentang agama, politik, ekonomi, dan merasakan ambisi pribadi, harga diri dan cinta.

• Peran dan Status, seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya seperti keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status.

• Faktor Pribadi, diantaranya adalah umur, pekerjaan, keadaan ekonomi,gayahidup, kepribadian, dan konsep diri.

Gambar

Tabel 1.1  Banyaknya Pasar Tradisional Dirinci Menurut Sarana Tempat  Berjualan Tahun 2010-2015 menurut Kecamatan di Kota
Tabel 1.2  POTENSI PASAR YANG BUKA(AKTIF) KEADAAN  SAMPAI BULAN JUNI 2018
Tabel 1.3  JUMLAH SWALAYAN/MINIMARKET DAN PLAZA/MALL  DI KOTA MEDAN BERDASARKAN KECAMATAN
Tabel 3.1 Daftar Populasi Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Liza (2018) pada kelas VII dengan indikator kemampuan pemahaman matematis diperoleh hasil : “Pada soal yang memuat

Dalam konteks penelitian ini peneliti membagi pengalaman Pegiat Perpustakaan Jalanan Bandung menjadi dua yaitu kegiatan yang pernah dilakukan oleh Perpustakaan

Akan tetapi dengan potensi yang dimiliki manusia juga dapat membuatnya lebih hina bahkan lebih hina daripada hewan ketika potensi tersebut tidak digunakan sebagaimana

Hasil kajian kebijakan kurikulum mata pelajaran matematika yang dilakukan oleh Pusat Kurikulum Depertemen Pendidikan Nasional menemukan permasalahan dari aspek pelaksanaan

[r]

Efisiensi yang dihasilkan oleh turbin kemiringan sudut 10° lebih tinggi karena daya yang dihasilkan juga tinggi disebabkan oleh arah jatuh aliran yang mengenai

Hasil penelitian tahap kedua yang dilakukan pada beberapa ruang kelas menunjukkan bahwa paparan panas terjadi di ruang kelas selain karena disebabkan karena material

Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan Nomor: 28 Tahun 2010; Nomor: