• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Surakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum terhadap pertumbuhan ekonomi kota Surakarta (Wahyuni 2018).

Penelitian tentang Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, Kemiskinan, Pengangguran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Aceh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan indeks pembangunan manusia, kemiskinan, dan pengangguran berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh (Utami 2020).

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh (Eva 2019) tentang Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, Upah, Inflasi, Kemiskinan dan Jumlah Penduduk terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Tengah Tahun 2013-2017. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upah dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah sedangkan IPM, Kemiskinan dan jumlah penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh (Putu Yuliana Ria Sawitri et al.

n.d.) dengan judul Local Revenue and Financial Independence on Economic Growth Through Capital Expenditure. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah secara langsung memiliki efek positif pada Pertumbuhan Ekonomi regional sementara kemandirian keuangan secara langsung tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional, dan belanja modal tidak dapat memediasi pengaruh pendapatan lokal dan kemandirian keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Penelitian ini dilakukan oleh (Pradana and Sumarsono 2018) dengan judul Human Development Index, Capital Expenditure, Fiscal Desentralization to Economic Growth and Income Inequality in East Java

(2)

Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia (IPM) dan belanja modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi Indeks Pembangunan Manusia dan belanja modal mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi yang semakin besar. Namun derajat desentralisasi fiskal tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketimpangan pendapatan.

Pertumbuhan ekonomi antar daerah menunjukkan perbedaan, dalam peningkatan pendapatan per kapita di beberapa daerah yang pertumbuhan ekonominya tinggi, sedangkan beberapa daerah lain memiliki pertumbuhan ekonomi yang rendah, sehingga terjadi peningkatan ketimpangan pendapatan.

Adapun keterkaitan atau relevansi penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah penelitian ini merupakan pengembangan penelitian dari peneliti sebelumnya. Dimana penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yang sama yaitu Pendapatan Asli Daerah, Indeks Pembangunan Manusia dan Upah Minimum dan variabel dependen yang digunakan adalah Pertumbuhan Ekonomi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah penelitian ini menggunakan periode tahun 2013-2019 dan lokasi penelitian yang berada di Provinsi Bali.

B. Landasan Teori

1. Pendapatan Asli Daerah

a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah yang berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain- lain pendapatan asli daerah yang sah. Menurut (UU Nomor 33 Tahun 2004) pasal 1 poin 18, PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan setiap daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Mardiasmo 2002).

Kemampuan daerah dalam mengelola PAD kaitannya erat dengan peningkatan kemandirian suatu daerah, salah satu tujuan

(3)

adanya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal adalah meningkatkan kemandirian suatu daerah dan mengurangi ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat. Semakin tinggi kemampuan daerah dalam menghasilkan PAD, semakin besar pula diskresi daerah dalam menggunakan PAD tersebut sesuai dengan aspirasi, kebutuhan dan prioritas pembangunan suatu daerah (Mahmudi 2010).

Pembiayaan kegiatan-kegiatan pelaksanaan asas desentralisasi bersumber dari ABPD. Sumber-sumber pokok dari keuangan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah dan dana perimbangan yang terdiri dari dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Besarnya dana perimbangan akan berkaitan dengan struktur serta proporsi pengeluaran dan penerimaan APBD (Mardiasmo 2002).

b. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah memiliki klasifikasi yang dikelompokkan menjadi 4 (Halim 2007):

1) Pajak Daerah

Menurut (UU Nomor 28 Tahun 2009) pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib orang atau badan yang terutang kepada daerah dan bersifat memaksa berdasarkan perundang-undangan, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung melainkan digunakan untuk keperluan daerah demi terciptanya kemakmuran rakyat.

Dalam (UU Nomor 28 Tahun 2009) Pasal 2 pajak daerah di bagi menjadi 2 kelompok yakni pajak Provinsi dan pajak Kabupaten/Kota :

a) Jenis Pajak Provinsi terdiri dari :

1) Pajak Kendaraan Bermotor

2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 4) Pajak Air Permukaan

5) Pajak Rokok

(4)

b) Jenis pajak Kabupaten/Kota:

1) Pajak Hotel 2) Pajak Restoran 3) Pajak Hiburan 4) Pajak Reklame

5) Pajak Penerangan Jalan

6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 7) Pajak Parkir

8) Pajak Air Tanah

9) Pajak Sarang Burung Walet

10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

11) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

2) Retribusi Daerah

Menurut (UU Nomor 28 Tahun 2009) Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai biaya atas jasa atau pemberian izin tertentu yang disediakan dan diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.

Retribusi daerah berbeda dengan pajak daerah. Pajak daerah pungutan yang dilakukan pemerintah daerah ditujukan kepada wajib pajak dan bersifat memaksa, sedangkan retribusi daerah pungutan yang dilakukan pemerintah daerah ditujukan kepada wajib retribusi atas pemanfaatan suatu jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah.

Klasifikasi Retribusi Daerah dibagi menjadi 3 golongan (Mahmudi 2010) :

a) Retribusi Jasa Umum

1) Retribusi Pelayanan Kesehatan

2) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor 3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

(5)

4) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang 5) Retribusi Pelayanan Pendidikan 6) Dst

b) Retribusi Jasa Usaha

1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 2) Retribusi Tempat Pelelangan

3) Retribusi Tempat Penginapan 4) Retribusi Pelayanan Kepelabuhan 5) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga 6) Retribusi Penyebrangan di Air

7) Retribusi Pengelolaan Limbah Cair 8) Retribusi Produksi Usaha Daerah 9) Dst

c) Retribusi Perizinan Tertentu 1) Retribusi Izin Trayek 2) Dst

3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan adalah penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Pendapatan ini menurut objek pendapatnya dibagi menjadi 3 (Halim 2007) :

a) Bagian Laba atas penyertaan modal pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

b) Bagian Laba atas penyertaan modal pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

c) Bagian Laba atas penyertaan modal pada perusahaan swasta atau kelompok usaha masyarakat.

4) Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

(6)

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah adalah penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain yang dimiliki pemerintah daerah (Halim 2007) :

Menurut (UU Nomor 33 Tahun 2004) lain-lain PAD yang sah meliputi :

a) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan

b) Jasa Giro

c) Pendapatan Bunga

d) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

e) Potongan, komisi atau bentuk lain atas penjualan atau pengadaan barang atau jasa oleh daerah.

2. Hubungan Pendapatan Asli daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayah sendiri yang dipungut berdasarkan pengaturan daerah sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Pendapatan asli daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, lain-lain pendapatan yang sah (Dernburg and Mucthar 1994).

(Saragih 2003), menjelaskan bahwa dengan adanya penerimaan dari PAD dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Peningkatan PAD dapat meningkatkan investasi pemerintah daerah sehingga kualitas pelayanan publik semakin baik. (Rori et al. 2016), Peningkatan PAD akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, adanya kenaikan PAD akan memicu dan memacu pertumbuhan ekonomi daerah menjadi lebih baik daripada pertumbuhan ekonomi daerah sebelumnya. Kenaikan PAD juga dapat mengoptimalkan dan meningkatkan aktivitas pada sektor-sektor

(7)

yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi seperti sektor industri dan perdagangan, sektor jasa, dan sektor-sektor lainnya.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah dapat meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi. Oleh sebab itu dalam hal ini peneliti mengambil Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel dependen yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi.

3. Indeks Pembangunan Manusia

Pembangunan di bidang manusia merupakan salah satu indikator yang sangat penting. Indeks pembangunan manusia menjelaskan bagaimana masyarakat dapat merasakan hasil dari proses pembangunan dalam memperoleh pendapatan, pendidikan, dan kesehatan. Indeks pembangunan manusia digunakan pemerintah untuk melihat bagaimana pembangunan serta pilihan kebijakan yang tepat. Indeks pembangunan manusia diperkenalkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui (Human Development Report 2021) pada tahun 1990. Komponen dalam perhitungan IPM meliputi:

Dimensi Kesehatan:

𝐼𝐾𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 =

𝐴𝐻𝐻 − 𝐴𝐻𝐻𝑚𝑖𝑛 𝐴𝐻𝐻𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝐴𝐻𝐻𝑚𝑖𝑛 Dimensi pendidikan:

𝐼𝐻𝐿𝑆 = 𝐻𝐿𝑆 − 𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛 𝐻𝐿𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛

𝐼𝑅𝐿𝑆 = 𝑅𝐿𝑆 − 𝑅𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛 𝑅𝐿𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑅𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛

𝐼𝑃𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛= 𝐼𝐻𝐿𝑆 − 𝐼𝑅𝐿𝑆 2

` Dimensi Pengeluaran:

𝐼𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛= 𝐼𝑛 (𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛)−𝐼𝑛 (𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛min ) 𝐼𝑛 (𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛𝑚𝑎𝑘𝑠)− 𝐼𝑛 (𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛𝑚𝑖𝑛)

(8)

IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran, dengan rumus:

Tabel 2.1. Kategori Indeks Pembangunan Manusia

IPM Kriteria

IPM ≥ 80 Sangat tinggi 70 ≤ IPM < 80 IPM tinggi 60 ≤ IPM < 70 IPM sedang IPM < 60 IPM rendah Sumber: (IPM Badan Pusat Statistik, 2021)

4. Hubungan Indeks Pembangunan Manusia terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan aspek di bidang manusia merupakan salah satu indikator penting dalam menciptakan pembangunan yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Brata (Dewi and Sutrisna 2014) menjelaskan bahwa tingkat pembangunan manusia yang tinggi sangat menentukan kemampuan penduduk dalam menyerap serta mengelola sumber-sumber dari pertumbuhan ekonomi, baik yang terkait teknologi ataupun kelembagaan sebagai faktor penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi.

(Waluyo 2007) Menjelaskan bahwa ahli teori pertumbuhan baru telah memfokuskan pada dua prinsip penting yaitu. Pertama, pada kapital manusia seperti pengetahuan, ketrampilan, dan pelatihan-pelatihan individu. Kedua, inovasi teknologi sebagai sumber dari pertumbuhan produktivitas.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia memiliki hubungan positif dengan Pertumbuhan Ekonomi. Oleh sebab itu dalam hal ini peneliti mengambil Indeks Pembangunan Manusia sebagai variabel dependen yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi.

5. Upah Minimum

a. Pengertian Upah Minimum

(9)

Upah minimum diartikan sebagai ketetapan yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai keharusan perusahaan untuk membayar upah sekurang-kurangnya sama dengan kebutuhan hidup layak kepada pekerja/buruh yang paling rendah tingkatnya yang merupakan perlindungan bagi kelompok pekerja lapisan bawah atas pekerja/buruh yang mempunyai masa kerja maksimal 1 tahun, agar memperoleh upah serendah-rendahnya sesuai dengan kebutuhan hidup minimum.

Upah minimum merupakan upah yang ditetapkan secara minimum regional, sektor regional, maupun sub sektoral. Dalam hal ini upah minimum adalah upah pokok dan tunjangan. Upah minimum juga merupakan upah pokok yang diatur secara minimal baik regional, sektoral maupun sub sektoral (Noviani Charysa 2013).

b. Dasar Penetapan Upah Minimum

Beberapa dasar pertimbangan dari penetapan upah minimum adalah sebagai berikut :

1) Sebagai jaring pengaman agar nilai upah tidak melorot dibawah kebutuhan hidup minimum.

2) Sebagai wujud pelaksanaan pancasila UUD 45, dan GBHN secara nyata.

3) Agar hasil pembangunan tidak hanya dinikmati sebagian kecil masyarakat yang memiliki kesempatan, tetapi perlu menjangkau sebagian terbesar masyarakat berpenghasilan rendah dan keluarganya.

4) Sebagai satu upaya pemerataan pendapatan dan penumbuhan kelas menengah.

5) Kepastian hukum bagi perlindungan atas hak-hak dasar buruh dan keluarganya sebagai warga negara Indonesia.

6. Hubungan Upah Minimum Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jika tingkat upah meningkat maka permintaan tenaga kerja akan menurun, yang artinya jumlah tenaga kerja yang diminta akan semakin

(10)

berkurang namun penawaran tenaga kerja akan semakin bertambah sehingga produksi semakin meningkat dan pemasukan semakin meningkat pula, oleh karena itu pertumbuhan ekonomi juga akan ikut naik (Amalia, Susilowati, and Sudarti 2019).

Upaya pemerintah dalam memaksimalkan tingkat kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan upah masih tetap dinilai kecil untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut kenaikan upah tentunya menjadi harapan bagi pekerja sehingga pemerintah mengeluarkan peraturan tentang upah dalam UU No. 13 / 2003 tentang ketenagakerjaan. Dimana hantaran kenaikan upah akan sejalan dengan terpenuhinya standar kebutuhan hidup layak, kenaikan konsumsi masyarakat juga yang meningkat dan adanya pengakuan atas prestasi, skill serta kemampuan pekerja dalam hal kompetensi dan kapabilitas (Zulaeha Suwardi 2019).

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Upah Minimum dapat meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi. Oleh sebab itu dalam hal ini peneliti mengambil Upah Minimum sebagai variabel dependen yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

7. Pertumbuhan Ekonomi

a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi adalah sesuatu yang berbeda karena dalam pembangunan ekonomi tingkat pendapatan per kapita terus meningkat sedangkan pertumbuhan ekonomi belum tentu diikuti oleh kenaikan pendapatan per kapita.

Pertumbuhan

ekonomi sendiri juga disebut sebagai terjadinya pertambahan perubahan pendapatan nasional (produksi nasional/PDB/PNB) dalam satu tahun tertentu, tanpa memperhatikan pertumbuhan penduduk dan aspek lainnya. Pertumbuhan ekonomi didefinisikan untuk menjelaskan mengenai faktor yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang serta menjelaskan

(11)

bagaimana faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan.

Ukuran yang digunakan dalam perhitungan pertumbuhan ekonomi adalah PDB. Pertumbuhan ekonomi dapat dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan di dalam pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi yang ada di daerah dapat diukur menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Perkembangan besaran nilai PDRB merupakan salah satu indikator yang dijadikan ukuran untuk menilai keberhasilan pembangunan yang ada di daerah. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi di suatu daerah dapat tercermin melalui pertumbuhan nilai PDRB.

Tingkat pertumbuhan ekonomi dihitung dengan cara membandingkan PDRB tahun tertentu dengan tahun sebelumnya berdasarkan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Secara umum, pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan pertambahan jumlah barang dan jasa yang diproduksi masyarakat yang nantinya diikuti pula oleh kenaikan kemakmuran masyarakat.

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi 1) Teori pertumbuhan klasik

Teori pertumbuhan klasik merupakan teori yang dipelopori oleh Adam Smith. Menurut Smith terdapat dua faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output (GDP) total dan pertumbuhan penduduk. Smith melihat sistem produksi suatu negara terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu:

sumber daya alam yang tersedia, sumber-sumber manusia, dan stok barang modal yang ada. Menurut Smith, sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Smith juga memberikan peranan sentral kepada pertumbuhan stok modal atau akumulasi modal dalam proses pertumbuhan output. Apa yang terjadi pada tingkat output tergantung pada apa yang terjadi pada stok modal,

(12)

dan laju pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan stok modal, tentu saja sampai tahap pertumbuhan dimana sumber daya alam mulai dibatasi (Mankiw 2007).

2) Teori Pertumbuhan Harrod-Domar

Teori Harrod-Domar adalah perkembangan langsung dari teori makro Keynes jangka pendek menjadi suatu teori makro jangka panjang. Aspek utama yang dikembangkan oleh Keynes adalah aspek yang menyangkut peranan investasi dalam jangka Panjang. Harrod-Domar melihat pengaruh investasi dalam perspektif waktu yang lebih Panjang. Menurut keduanya, pengeluaran investasi tidak hanya mempunyai pengaruh (multiplier) terhadap permintaan agregat, tetapi juga terhadap penawaran agregat melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Harrod-Domar mengatakan bahwa setiap penambahan stok modal masyarakat meningkatkan pula kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output. Dalam model Horrod- Domar output dan modal serta output dan tenaga kerja masing- masing dihubungkan oleh suatu fungsi produksi, dengan koefisien yang tidak bisa berubah (Mankiw 2007).

3) Teori Pertumbuhan Neo-Klasik

Model Solow dan Swan memusatkan perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi modal, kemajuan teknologi, dan output saling berinteraksi dalam proses

pertumbuhan ekonomi. Dalam model Neo-Klasik dari Solow- Swan dipergunakan suatu fungsi produksi yang lebih umum, yang bisa menampung berbagai kemungkinan substitusi antara modal (K) dan tenaga kerja (L). Dengan digunakannya fungsi produksi tersebut (Q = F (K,L)), ada satu konsekuensi lain yang penting.

Konsekuensi ini adalah bahwa seluruh faktor yang tersedia baik modal maupun tenaga kerja akan selalu terpakai atau digunakan secara penuh dalam proses produksi. Ini disebabkan karena

(13)

dengan fungsi produksi Neo-Klasik tersebut, berapapun modal dan tenaga kerja yang tersedia akan bisa dikombinasikan untuk proses produksi, sehingga tidak ada lagi kemungkinan kelebihan atau kekurangan faktor produksi. Aspek full employment ini merupakan ciri utama yang membedakan model Neo-Klasik dengan model Keynesian (Harrod-Domar) maupun model klasik (Mankiw 2007).

4) Teori Pertumbuhan Endogen

Teori ini dipelopori oleh Romer (2001) dan Lucas (1988) merupakan awal kebangkitan dari pemahaman baru mengenai faktor- faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Perkembangan dunia yang semakin cepat ditandai dengan teknologi yang semakin modern yang dipergunakan dalam proses produksi. Sehingga permasalahan dalam pertumbuhan ekonomi tidak bisa dijelaskan secara baik oleh teori Neo-Klasik, seperti penjelasan mengenai decreasing return to capital, persaingan sempurna, dan eksogenitas teknologi dalam model pertumbuhan ekonomi. Teori Pertumbuhan endogen merupakan suatu teori pertumbuhan yang menjelaskan bahwa pertumbuhan dalam jangka panjang ditentukan dari dalam model dari pada oleh beberapa variabel

pertumbuhan yang dianggap eksogen (Mankiw 2007). Model ini mencoba menjelaskan terjadinya divergensi pola pertumbuhan ekonomi antar negara dalam jangka panjang. Todaro (Isnowati 2012) model pertumbuhan endogen menyatakan bahwa faktor pertumbuhan teknologi tersebut tidak perlu ditonjolkan untuk menjelaskan proses terciptanya pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

C. Kerangka Pikir

Gambaran kerangka pikir dalam penelitian ini dijelaskan dalam bagan, sebagai berikut:

(14)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir, maka dapat dirumuskan dugaan (hipotesis) atau jawaban sementara dalam penelitian adalah Diduga bahwa pendapatan asli daerah, Indeks Pembangunan Manusia, dan Upah Minimum berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Bali.

Penawaran/

Permintaan Tenaga Kerja &

Produktivitas Upah Minimum

(X3) Indeks Pembangunan Manusia (X2)

Produktivitas Penduduk Pendapatan

Asli Daerah

(X1) Pengeluaran

Pembangunan

Pertumbuhan Ekonomi (Y)

Gambar

Tabel 2.1. Kategori Indeks Pembangunan Manusia
Gambar 2.1 Kerangka Pikir  D.  Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan definisi operasional dan kerangka pikir serta penelitian terdahulu, Penelitian ini ingin mengetahui untuk menjelaskan suatu pengaruh Terpaan dan Brand Image

tersebut dapat dilihat pengaruh Dana Bagi Hasil (DBH), Belanja Modal (BM), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Bantuan Daerah (BD) terhadap Indeks Pembangunan Manusia

36 Sussy Susanti, “Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Pengangguran, dan Indeks Pembangunan Manusia terhadap Kemiskinan di Jawa Barat dengan Menggunakan Analisis Data

Pendapatan Asli Daerah digunakan pemerintah untuk belanja daerah pada sektor-sektor yang dapat menaikkan Indeks Pembangunan Manusia, seperti di bidang pendidikan,

Jika layanan publik dapat terpenuhi dengan baik diharapkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga dapat meningkat. 2) Pengaruh Belanja Modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini yaitu melalui penerapan pembelajaran berbasis proyek diduga

Kerangka pikir penelitian menggambarkan hubungan dari variabel bebas, dalam hal ini adalah kualitas produk, persepsi harga dan Word of Mouth terhadap keputusan pembelian

Sehingga dari berbagai kerangka tersebut dapat menganalisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor produksi usahatani tebu dengan memberikan rekomendasi penggunaan