• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh locus of control terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan pramuniaga : studi kasus pramuniaga Ramai Family Mall, jalan A. Yani 73 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh locus of control terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan pramuniaga : studi kasus pramuniaga Ramai Family Mall, jalan A. Yani 73 Yogyakarta."

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH LOCUS OF CONTROL TERHADAP HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS

PELAYANAN PRAMUNIAGA

Studi Kasus : Pramuniaga Ramai Family Mall, Jalan A. Yani 73 Yogyakarta Banu Gutomo

Universitas Sanata Dharma 2008

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan pramuniaga. Penelitian dilaksanakan di Ramai Family Mall, Jalan A. Yani 73 Yogyakarta pada bulan Juni-Agustus 2007. Populasi penelitian ini adalah seluruh pramuniaga Ramai Family Mall yang berjumlah 300 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data adalah model persamaan regresi dari Chow. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan pramuniaga (p = 0,032 < α = 0,05).

(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF LOCUS OF CONTROL TOWARDS THE RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE AND

SERVICE QUALITY OF SHOP ASSISTANTS A Case Study at Ramai Family Mall Shop Assistants

Banu Gutomo Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

This aim of this research is to find out whether locus of control influences the relationship between emotional intelligence and service quality of shop assistants. This research was carried out in Ramai Family Mall, at 73 Jalan A Yani Yogyakarta in June and August 2007. The populations of the research were 300 shop assistants Ramai Family Mall. The technique of gathering the data was questionnaire. The technique of analyzing the data was regression equal model developed by Chow. The result of this research shows that locus of control influences the relationship between emotional intelligence and service quality of shop assistants positively (ρ=0,041 < α=0,050).

(3)

PENGARUH

LOCUS OF CONTROL

TERHADAP HUBUNGAN

KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS

PELAYANAN PRAMUNIAGA

Studi Kasus : Pramuniaga Ramai Family Mall, Jalan A. Yani 73 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Banu Gutomo 021334117

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

PENGARUH

LOCUS OF CONTROL

TERHADAP HUBUNGAN

KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS

PELAYANAN PRAMUNIAGA

Studi Kasus : Pramuniaga Ramai Family Mall, Jalan A. Yani 73 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Banu Gutomo 021334117

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

(5)

SKRIPSI

PENGARUH LOCUS OF CONTROL TERHADAP HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS

PELAYANAN PRAMUNIAGA

Studi Kasus: Pramuniaga Ramai Family Mall, Jalan A. Yani 73 Yogyakarta

(6)

SKRIPSI

PENGARUH LOCUS OF CONTROL TERHADAP HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS

PELAYANAN PRAMUNIAGA

Studi Kasus: Pramuniaga Ramai Family Mall, Jalan A. Yani 73 Yogyakarta

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Karya ini untuk:

”

Tuhan Allah-ku

”

Yesus Kristus Pelindung dan Juru

Selamatku

”

Kedua orang tuaku: Bapak Drs. H. Hadi

Waluyo dan Ibu Theresia Sarjilah

”

Kakakku Sambu Polosoro, Kedua

Adikku Bismo Pandoyo dan Margaretha

Devy Rian Anggraeni

”

Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si

”

Haksono Arsista Kuntoro dan Keluarga

(8)

MOTTO

™

Engkau dapat mengambil makna dari jatuh-Ku, jangan

hanya menangis dan meratap karena itu akan membuatmu

jatuh. Kau juga akan jatuh jika kau terlalu berusaha

mencapai hasil dengan kekuatanmu sendiri. Dalam segala

hal yang kau lakukan, berdoalah dulu kepada Bapa-Ku

dan tanyakan apa yang menjadi kehendak-Nya.

(Teks Ekaristi “renungan Jalan Salib YESUS

KRISTUS” halaman 7, Gereja Santo Antonius

Kotabaru Yogyakarta Hari Jumat 21 Maret 2008)

™

Jangan bimbang menghadapi bermacam-macam penderitaan

karena makin dekat cita-cita kita tercapai, makin berat

penderitaan yang harus kita hadapi.

(Panglima Besar Soedirman)

(9)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 November 2007

Penulis

Banu Gutomo

(10)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Banu Gutomo

Nomor Mahasiswa : 021334117

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “PENGARUH

LOCUS OF CONTROL TERHADAP HUBUNGAN KECERDASAN

EMOSIONAL DENGAN KUALITAS PELAYANAN PRAMUNIAGA” beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 5 Juni 2008

Yang menyatakan

(Banu Gutomo)

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus atas segala karunia,

berkah dan kemudahan yang diberikan kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH LOCUS OF CONTROL

TERHADAP HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS PELAYANAN PRAMUNIAGA”. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari dalam proses

penyusunan skripsi ini mendapatkan banyak saran, kritik dan dukungan dari

berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

4. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. Selaku dosen pembimbing, terima

kasih untuk segala kebaikkan, bantuan dan kemudahan yang bapak

berikan, terima kasih untuk bimbingan, kritik dan sarannya. Semoga

segala harapan dan cita-cita bapak dapat tercapai. Berkah Dalem…

5. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd. Selaku dosen tamu 1, yang telah

memberikan masukan, saran, kritikan dalam penulisan skripsi ini.

(12)

6. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd. Selaku dosen tamu 2, yang

telah memberikan masukan kepada penulis dalam penulisan skipsi ini.

7. Bapak Heri dan Ibu Catur terima kasih atas segala perhatian dan kebaikannya.

8. Para dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (Bapak Bambang, Bapak

Widanarto, Bapak Heri, Ibu Catur, Ibu Rita, Ibu Cornel, Ibu Indah, Bapak

Wawik, Mbak Aris) terima kasih untuk bimbingan dan bantuannya

selama saya menempuh studi.

9. Kedua orang tuaku: Bapak Drs. H. Hadi Waluyo dan Ibu Theresia Sarjilah,

terima kasih untuk kasih sayang, doa dan dukungan secara material dan

non-material.

10.Kakakku Sambu Polosoro serta kedua adikku Bismo Pandoyo dan

Margaretha Devy Rian Anggraeni, terima kasih atas kebaikkan dan

dukungannya

11.Adikku Sonny terima kasih untuk segala kasih, dukungan, doa dan

kebaikanmu dalam menerima diriku adanya.

12.Tante Susi dan keluarga Tulung Agung terima kasih untuk perhatian,

dukungan dan pembelajaran hidup yang sangat berarti, I love u all…

13.Sarinah, Toro, Cat, Dik Nining terima kasih untuk bantuan peminjaman

komputer dan bimbingan dalam pengolahan data, sukses selalu untuk

kalian.

14.Mbak Lilik terima kasih untuk kebaikkan serta bantuan pengetikan selama

pembuatan laporan PPL II dan Skripsi ini.

(13)

15.Supervisor, SPG dan Pramuniaga Ramai Family Yogyakarta yang telah

membantu dalam pengisian kuesioner untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan dalam pembuatan skripsi ini.

16.Bapak Arifin dan Mbak Nurul selaku pimpinan In Tee-Shirt Yogyakarta

beserta crew terima kasih untuk kesempatan yang diberikan dan

kerjasama yang terjalin dengan baik, selama saya bekerja di In Tee-Shirt

Ramai Family Mall periode Mei 2003-Januari 2008. Dan ex-rekan kerjaku

Korin (Ramai), Yuli (Ramai), Mbak Emi (Ramai), Dyah (Ramai), Dik

Nana (Ramai), Dik Siti (Ramai), Angga (Ramai), Aji (Ramai), Thomas

(Ramai), Nungki (Ramai), Dik Dewi (Ramai), Sonny (FKY), Kandri

(FKY), Mas Aris (FKY), David (FKY), Memed (FKY), Gebes (FKY),

Yuli Sa-Dhar (FKY), terima kasih atas kerjasamanya.

17.Rekan-rekan kerjaku (P3W) di Perpustakaan Sanata Dharma Yogyakarta

periode September 2007-Maret 2008: Iis, Dik Heni, Wiwid, Markus, Eko,

Sarah, Melon (terima kasih untuk terjemahannya), Fandi, Bambang, Putri,

Titis, Irene, Merly, Zico, mbak Tari, terima kasih untuk kerjasamanya.

18.Rekan kerjaku di Laboratorium Mikroteaching Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta periode Januari

2008-Juni 2008: Mas Agus, Yohanes (terima kasih untuk bantuan dan

kebaikkanmu), Andri, terima kasih atas kerjasamanya.

19.Sahabat-sahabatku: Bakti, Puji dan Ulfa, Thomas, MM, Dik Esti, Mbak

Yusi, Mbak Vista, Mas Heri, Dion, Welly, Yuli .S, Dik Siti, Adesti, Fera,

Ruri, terima kasih untuk segala dukungan dan doanya.

(14)

20.Teman-teman seminar penelitian: Nia, Titis, Wita, Dwi, Uke, Tiara, Yeni

terima kasih untuk kerjasamanya dalam pembuatan skripsi ini.

21.Teman-teman seperjuangan PAK C 2002: Valent, Chandra, Thomas, Sigit,

Satya, Toro, Gabuk, Andre, MM, Dik Esti, Risa, Dewi K, Dita, Tutik,

Puteri, Ciplux, Nina, Dian Sastro, Lia, Dewi Cilik, Uci, Ima, Wulan,

Sarinah, Cat, Suprapti, Wulan.

22.Teman-teman Ramai Family Mall: Mbak Nik, Mbak Ipung, Mbak Puri,

Mbak Tari (Ie-Be), Eni (MCB), Dik Watik, terima kasih untuk

kebersamaannya dan mohon maaf jika ada salah kata dan tindakan.

23.Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis sangat menyadari banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

oleh karena itu berbagai kritik, saran dan masukan sangat diharapkan untuk

memperbaiki skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan berbagai pihak yang berkepentingan, terima kasih.

Penulis

(15)

ABSTRAK

PENGARUH LOCUS OF CONTROL TERHADAP HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS

PELAYANAN PRAMUNIAGA

Studi Kasus : Pramuniaga Ramai Family Mall, Jalan A. Yani 73 Yogyakarta Banu Gutomo

Universitas Sanata Dharma 2008

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan pramuniaga. Penelitian dilaksanakan di Ramai Family Mall, Jalan A. Yani 73 Yogyakarta pada bulan Juni-Agustus 2007. Populasi penelitian ini adalah seluruh pramuniaga Ramai Family Mall yang berjumlah 300 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data adalah model persamaan regresi dari Chow. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan pramuniaga (p = 0,032 < α = 0,05).

(16)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF LOCUS OF CONTROL TOWARDS THE RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE AND

SERVICE QUALITY OF SHOP ASSISTANTS A Case Study at Ramai Family Mall Shop Assistants

Banu Gutomo Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

This aim of this research is to find out whether locus of control influences the relationship between emotional intelligence and service quality of shop assistants. This research was carried out in Ramai Family Mall, at 73 Jalan A Yani Yogyakarta in June and August 2007. The populations of the research were 300 shop assistants Ramai Family Mall. The technique of gathering the data was questionnaire. The technique of analyzing the data was regression equal model developed by Chow. The result of this research shows that locus of control influences the relationship between emotional intelligence and service quality of shop assistants positively (ρ=0,041 < α=0,050).

(17)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

KATA PENGANTAR... viii

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

DAFTAR ISI... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR... xx

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

(18)

BAB II. TINJAUAN TEORETIK... 7

A. Kualitas Pelayanan Pramuniaga... 7

1. Pengertian Kualitas ... 7

2. Pengertian Pelayanan ... 8

3. Pengertian Kualitas Pelayanan... 9

4. Kepuasan dan Ketidakpuasan Pelanggan... 10

5. Kualitas Jasa... 12

6. Dimensi Kualitas Jasa ... 14

B. Kecerdasan Emosional ... 15

1. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 15

2. Unsur-unsur Kecerdasan Emosional ... 16

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kecerdasan Emosi ... 20

4. Dimensi Kecerdasan Emosional ... 21

C. Locus of Control... 22

1. Pengertian Locus of Control... 22

2. Faktor-faktor yang Dapat Merubah Locus of Control... 24

3. Aspek-aspek Kehidupan yang Dipengaruhi oleh Locus of Control... 26

4. Dimensi Locus of Control... 28

D. Kerangka Berpikir... 29

E. Hipotesis... 31

(19)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian... 32

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 32

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 33

1. Kualitas Pelayanan ... 33

2. Kecerdasan Emosional ... 34

3. Locus of Control... 36

E. Populasi ... 37

F. Teknik Pengumpulan Data... 38

G. Pengujian Validitas da Reliabilitas ... 38

1. Pengujian Validitas ... 38

2. Reliabilitas ... 42

H. Teknik Analisis Data... 43

1. Analisis Deskriptif ... 43

2. Pengujian Normalitas dan Linieritas... 44

a. Uji Normalitas... 44

b. Uji Linieritas ... 44

3. Pengujian Hipotesis... 45

a. Rumusan Hipotesis ... 45

b. Pengujian Hipotesis dan Penarikan Kesimpulan... 45

BAB IV. GAMBARAN UMUM RAMAI FAMILY MALL ... 46

A. Profil Ramai Family Mall ... 46

B. Konsinyasi... 47

(20)

C. Struktur Organisasi Ramai Family Mall ... 47

D. Karyawan ... 49

E. Tujuan Ramai Family Mall ... 50

BAB V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 51

A. Definisi Data ... 51

1. Locus of Control... 51

2. Kecerdasan Emosional ... 52

3. Kualitas Pelayanan ... 53

B. Analisa Data ... 54

1. Pengujian Prasyarat Analisa Data... 54

a. Pengujian Normalitas... 54

1) Kecerdasan Emosional ... 54

2) Locus of Control... 55

3) Kualitas Pelayanan ... 55

b. Pengujian Linieritas ... 56

2. Pengujian Hipotesis ... 56

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 58

BAB VI. PENUTUP... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Keterbatasan... 65

C. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran I Kuesioner Penelitian ... 67

2. Lampiran II Output Validitas, Reliabilitas... 72

3. Lampiran III Data Induk ... 75

4. Lampiran IV Output Mean, Median, Modus, Standar Deviasi ... 90

5. Lampiran V Output Normalitas dan Output Linearitas... 92

6. Lampiran VI Output Analisis Regresi ... 93

7. Lampiran VII Output Koefisien Korelasi ... 94

8. Lampiran VIII Tabel r dan Tabel F... 95

9. Lampiran IX Surat Ijin Penelitian,Surat Keterangan Penelitian ... 97

(22)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel Kualitas Pelayanan ... 33

2. Tabel 3.2. Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional ... 35

3. Tabel 3.3. Operasionalisasi Variabel Locus ofControl... 37

4. Tabel 3.4. Hasil Pengujian Validitas Variabel Kualitas Pelayanan... 39

5. Tabel 3.5. Hasil Pengujian Validitas Variabel Kecerdasan Emosional... 40

6. Tabel 3.6. Hasil Pengujian Validitas Variabel Locus of Control... 41

7. Tabel 3.7. Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Penelitian... 43

8. Tabel 5.8. Deskripsi Locus of Control... 51

9. Tabel 5.9. Deskripsi Kecerdasan Emosional ... 52

10.Tabel 5.10. Deskripsi Kualitas Pelayanan ... 53

11.Tabel 5.11. Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kualitas Pelayanan ... 54

12.Tabel 5.12. Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional .. 55

13.Tabel 5.13. Hasil Pengujian Normalitas Variabel Locus of Control... 55

14.Tabel 5.14. Hasil Pengujian Linieritas ... 56

15.Tabel 5.15. Hasil Pengujian Hipotesis ... 56

(23)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Ramai Family Mall... 47

(24)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehadiran pusat perbelanjaan besar di Yogyakarta, seperti; Jogjatronik

Mall, Saphir Square, Ambarukmo Plaza semakin menambah pilihan

masyarakat Yogyakarta dalam melakukan kegiatan belanja ataupun sekedar

jalan-jalan. Pusat perbelanjaan sebelumnya adalah Malioboro Mall, Ramai

Family Mall, dan Galeria Mall. Keenam pusat perbelanjaan tersebut saling

bersaing dalam menawarkan keunggulannya masing-masing. Keunggulan

yang ditawarkan misalnya harga jual produk yang murah, kenyamanan tempat,

acara yang sering diselenggarakan, dan kualitas pelayanan pramuniaganya.

Ramai Family Mall yang berlokasi di Jl. Jendral A. Yani 73 Malioboro

Yogyakarta, misalnya sangat dikenal masyarakat Yogyakarta dengan

penawaran harga yang murah. Pusat perbelanjaan ini memiliki 5 lantai, yaitu:

lantai basement merupakan lokasi supermarket, lantai dasar merupakan lokasi

konveksi anak, kemeja dan celana pria, kaos, counter buku dan alat tulis,

barang-barang elektronik, serta beberapa counter penyewa. Lantai satu

merupakan lokasi pusat kulakan telepon genggam, pakaian wanita dan parkir

mobil. Lantai dua merupakan lokasi pusat penjualan komputer, pujasera,

pakaian gaul dan parkir mobil. Lantai tiga merupakan lokasi parkir mobil serta

parkir motor karyawan. Banyaknya ragam produk yang ditawarkan dengan

harga murah ternyata tidak membuat Ramai Family Mall menjadi tujuan

(25)

utama masyarakat Yogyakarta. Banyak konsumen lebih tertarik berbelanja di

pusat perbelanjaan lainnya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kualitas

pelayanan pramuniaga Ramai Family Mall yang tidak memuaskan yang

terlihat dari rendahnya kemampuan mereka dalam berkomunikasi,

memberikan informasi produk, kecepatan, ketepatan dan keramahan secara

baik kepada pelanggan. Rendahnya tingkat kualitas pelayanan pramuniaga

diduga disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor penting diantaranya

adalah tingkat kecerdasan emosional pramuniaga.

Menurut pendapat Stein dan Book (2000:31), kecerdasan emosional

yang biasa kita sebut “street smarts (pintar)” atau kemampuan khusus yang

kita sebut “akal sehat” terkait dengan kemampuan membaca lingkungan

politik dan sosial, dan menatanya kembali; kemampuan memahami dengan

spontan apa yang diinginkan dan dibutuhkan orang lain, kelebihan dan

kekurangan mereka; kemampuan untuk tidak terpengaruh oleh tekanan; dan

kemampuan untuk menjadi orang yang menyenangkan yang kehadirannya

didambakan orang lain. Dengan demikian pramuniaga yang mempunyai

tingkat kecerdasan emosional tinggi adalah mereka yang mampu memahami

dengan spontan apa yang dibutuhkan dan diinginkan pelanggan, mampu

bekerja dengan baik tanpa terpengaruh oleh kondisi tempat dan tekanan kerja.

Dugaannya adalah semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional pramuniaga,

semakin tinggi juga kualitas pelayanannya.

Hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan

(26)

apabila individu meyakininya, maka individu akan terdorong untuk mampu

melihat hubungan antara potensial kemampuan dan usaha. Kekuatan tersebut

menimbulkan adanya rasa tanggung jawab atas tingkah laku dan rasa percaya

diri dalam menghadapi hambatan. Sebaliknya, apabila individu kurang

meyakini kekuatan tersebut maka individu menjadi kurang mampu melihat

hubungan kemampuan dengan tingkah laku beserta akibatnya. Keyakinan

akan potensi yang dimiliki individu tersebut dijelaskan para ahli dalam suatu

konsep yang disebut locus of control. Rotter (dalam http://www.nald.ca/

fulltext/reportI/REP10-01.HTM) menjelaskan bahwa locus of control adalah

keyakinan seseorang terhadap faktor-faktor yang mengatur kejadian-kejadian

dalam hidupnya. Locus of control memiliki dua dimensi yaitu locus of control

internal dan locus of control eksternal. Individu yang memiliki locus of

control internal merasa yakin bahwa penyebab pengalaman, kegagalan

maupun keberhasilannya bersumber dari dirinya sendiri. Oleh sebab itu ia

bertanggung jawab pada pengalamannya itu. Individu yang memiliki locus of

control eksternal meyakini bahwa pengalaman-pengalaman hidupnya adalah

hasil dari pengaruh atau penyebab orang lain, nasib, keberuntungan atau

kekuatan di luar dirinya (Suhartanto, P.E., 1996:6).

Derajat pengaruh locus of control terhadap kecerdasan emosional pada

kualitas pelayanan diduga akan berbeda pada pramuniaga dengan locus of

control yang berbeda. Derajat pengaruh locus of control internal terhadap

hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan diduga kuat akan

(27)

yang memiliki kecenderungan locus of control internal memiliki keyakinan

bahwa dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan dan tindakannya

dianggap sangat menentukan kegagalan dan keberhasilan serta baik dan buruk

kinerjanya tanpa terpengaruh oleh orang lain. Keyakinan ini mempengaruhi

tingginya tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki pramuniaga. Secara

umum kecerdasan emosional yang harus dimiliki pramuniaga adalah:

aktualisasi diri, sikap asertif, kebahagiaan, kesadaran diri emosional, dan

hubungan antar pribadi. Pramuniaga yang memiliki hal-hal tersebut akan

cenderung dapat melayani secara cepat, tepat, ramah, dan memberi

kenyamanan untuk memenuhi harapan pelanggan atau tercapainya kepuasan

pelanggan. Sedangkan pramuniaga yang memiliki kecenderungan pada locus

of control eksternal meyakini bahwa dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat

diramalkan, tidak terpengaruh besar dalam mengendalikan akibat hidupnya,

dan pengalaman-pengalaman hidupnya adalah hasil dari pengaruh atau

penyebab orang lain, nasib, keberuntungan atau kekuatan diluar dirinya yang

kemungkinan besar dapat menampakkan perilaku negatif seperti pasivitas,

penarikan diri dan konformitas tinggi. Keyakinan ini akan berpengaruh pada

rendahnya tingkat kecerdasan emosional pramuniaga dan akan berdampak

pramuniaga memberikan pelayanan kepada pelanggan secara tidak

memuaskan.

Berdasarkan uraian tersebut penelitian ini dimaksudkan untuk

menyelidiki apakah pada locus of control yang berbeda derajat hubungan

(28)

Penelitian ini selanjutnya dituangkan dalam judul, “Pengaruh Locus of Control

Terhadap Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kualitas Pelayanan

Pramuniaga.” Penelitian ini merupakan studi kasus pramuniaga di Ramai

Family Mall, Jalan Jenderal A. Yani 73 Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi baik atau buruknya kualitas

pelayanan pramuniaga. Penelitian ini akan memfokuskan pada faktor

kecerdasan emosional. Secara lebih spesifik penelitian ini ingin menyelidiki

apakah pada dimensi locus of control berbeda, derajat hubungan antara

kecerdasan emosional dan kualitas pelayanan pramuniaga berbeda.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian

ini adalah apakah ada pengaruh positif locus of control pada hubungan antara

kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan pramuniaga?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui apakah ada pengaruh positif locus of control pada hubungan

(29)

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ramai Family Mall

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh Pimpinan Ramai

Family Mall untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

kualitas pelayanan sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan

kualitas pelayanan.

2. Bagi Universitas

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan yang telah ada dan sebagai

(30)

BAB II

TINJAUAN TEORETIK

A. Kualitas Pelayanan Pramuniaga 1. Pengertian Kualitas

Menurut pendapat Tjiptono (1996:51), konsep kualitas itu sendiri

sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa

yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas desain

merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas kesesuaian

adalah suatu ukuran seberapa jauh suatu produk mampu memenuhi

persyaratan atau spesifikasi kualitas yang telah ditetapkan. Pada

kenyataannya aspek ini bukanlah satu-satunya aspek kualitas. Dalam

perspektif TQM (Total Quality Management), kualitas dipandang secara

lebih luas, dimana tidak hanya aspek hasil saja yang ditekankan,

melainkan juga meliputi proses, lingkungan, dan manusia. Perspektif

TQM ini semakin jelas terlihat pada rumusan Goetsh dan Davis (dalam

Tjiptono, 1996:51) tentang kualitas yaitu suatu kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang

memenuhi atau melebihi harapan.

Penekanan kualitas adalah pada aspek kepuasan pelanggan dan

pendapatan dan sebagai fokus utamanya adalah customer utility

(Edvardsson, et al dalam Tjiptono, 1996:53). Dengan kepuasan pelanggan

kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin

(31)

ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang

ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan

seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka. Dengan demikian

perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dimana perusahaan

memaksimumkan pengalaman pelanggan yang menyenangkan dan

meminimumkan atau meniadakan pengalaman pelanggan yang kurang

menyenangkan. Pada gilirannya kepuasan pelanggan dapat menciptakan

kesetiaan atau loyalitas pelanggan kepada perusahaan yang memberikan

kualitas memuaskan (Tjiptono, 1996:54).

Dari uraian-uraian di atas bisa disimpulkan bahwa kualitas adalah

suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,

dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan dengan penekanan

pada kepuasan pelanggan dan pendapatan.

2. Pengertian Pelayanan

Pelayanan merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang

ditawarkan. Kottler (2000:248) mendefinisikan pelayanan sebagai setiap

tindakan atau perbuatan yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak

lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak bersifat fisik). Pelayanan

merupakan kunci sukses perusahaan yang bersifat jasa. Perannya akan

bersifat lebih besar dan bersifat menentukan manakala dalam

(32)

Perusahaan yang berorientasi pada pelayanan akan membawa sukses besar perusahaan yang peka akan melihat sikap emosional pelanggan sebagai suatu indikator yang ditanggani dengan baik.

Pelayanan dapat menciptakan kepuasan pelanggan jika penyedia jasa memusatkan perhatian pada upaya pemuasan keingginan pelanggan, kembangan produk yang mampu menghasilkan produk sesuai dengan keingginan pelanggan dan mewujudkan rancangan proses produk tersebut ke dalam praktek kegiatan produksi sehari-hari.

3. Pengertian Kualitas Pelayanan

Berdasarkan pengertian kualitas dan pelayanan diatas dapat diambil kesimpulan, kualitas pelayanan adalah suatu tindakan atau perbuatan yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak bersifat fisik), dimana tindakan atau perbuatan tersebut berada pada suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan dengan penekanan pada kepuasan pelanggan dan pendapatan.

(33)

4. Kepuasan dan Ketidakpuasan Pelanggan

Kepuasan adalah rangkuman kondisi psikologis yang dihasilkan

ketika emosi yang mengelilingi harapan yang tidak cocok dilipatgandakan

oleh perasaan-perasaan yang terbentuk dalam konsumen tentang

pengalaman pengkonsumsian. Terlebih lagi, rasa heran atau kegairahan

yang disebabkan oleh evaluasi ini dianggap memiliki tentang waktu yang

terbatas, sehingga kepuasan dengan segera melarut ke dalam (namun

demikian tidak terlalu mempengaruhi) sikap keseluruhan terhadap

pembelian produk, khususnya yang berkaitan dengan lingkungan pengecer

khas (Oliver dalam Peter dan Olson, 1996:158). Menurut pendapat Engel,

et al (Tjiptono, 1996:146) kepuasan pelanggan merupakan evaluasi

purnabeli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan

hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan. Sedangkan

pakar pemasaran Kotler (Tjiptono, 1996:146-147) menandaskan bahwa

kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan

harapannya.

Ketidakpuasan (dissatisfaction) muncul ketika harapan pra

pembelian ternyata tidak cocok secara negatif. Yaitu, kinerja suatu produk

ternyata lebih buruk dari kinerja yang diharapkan (Peter dan Olson,

1996:160). Pendapat di atas dipertegas oleh Tjiptono (1996:153) dalam

bukunya “Manajemen Jasa”, pelanggan mengeluh karena tidak puas. Ia

(34)

tinggi harapan pra pembelian seorang pelanggan, maka semakin besar

kemungkinan ia tidak puas terhadap jasa yang dikonsumsinya.

Banyak pakar yang menyatakan bahwa hukum pertama kualitas

adalah ‘melakukan segala sesuatu secara benar semenjak awal’. Bila hal

itu tercapai, maka akan terwujud kepuasan pelanggan. Meskipun

demikian, dalam suatu perusahaan yang telah menyampaikan jasanya

dengan baik, tetap saja akan ada pelanggan yang tidak puas atau kecewa.

Penyebabnya ada dua jenis, yaitu (Tjiptono, 1996:159):

a. Faktor internal yang relatif dapat dikendalikan perusahaan, misalnya

karyawan yang kasar, “jam karet”, kesalahan pencatatan transaksi, dan

lain-lain.

b. Faktor eksternal yang di luar kendali perusahaan, seperti cuaca (banjir,

badai), gangguan pada infrastruktur umum (listrik padam, jalan

longsor), aktivitas kriminal (pembakaran, vandalisme), dan masalah

pribadi pelanggan (dompet hilang).

Kepuasan pelanggan dan secara umum dapat diwujudkan dengan tiga cara

pokok, yaitu (Tjiptono, 1996:158-159):

a. Pertama, memperlakukan para pelanggan yang tidak puas dengan

sedemikian rupa sehingga bisa mempertahankan loyalitas mereka

b. Kedua, penyedia jasa memberikan jaminan yang luas dan tidak

terbatas pada ganti rugi yang dijanjikan saja.

c. Ketiga, penyedia jasa memenuhi atau melebihi harapan para pelanggan

(35)

5. Kualitas Jasa

Definisi kualitas jasa berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan

dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk

mengimbangi harapan pelanggan (Tjiptono, 1996:59). Kualitas jasa juga

bisa diartikan tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas

tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan

(Wyckof dalam Tjiptono, 1996:59). Dengan kata lain ada dua faktor utama

yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected service dan perceived

service (Parasuraman dalam Tjiptono, 1996:60). Apabila jasa yang

diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang

diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika

jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa

dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika jasa yang

diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa

dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas jasa

tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan

pelanggannya secara konsisten.

Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dua aspek yang harus

diperhatikan dalam kualitas jasa yaitu spesifikasi pesanan (kebutuhan

pelanggan), dan yang esensial adalah pelayanannya (dari contact

personnel). Padahal dalam bisnis jasa, sikap dan pelayanan contact

personnel merupakan aspek yang sangat penting dan menentukan kualitas

(36)

dilupakan, maka dalam waktu yang tidak terlalu lama perusahaan yang

bersangkutan bisa kehilangan banyak pelanggan lama dan dijauhi calon

pelanggan (Tjiptono, 1996:58). Pentingnya contact personnel menurut

Peter dan Olson (1996:183) memiliki dua alasan yaitu pertama, contact

personnel dengan pramuniaga dapat meningkatkan keterlibatan konsumen

dengan produk dan/atau proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu,

konsumen dapat lebih termotivasi untuk masuk dan memahami informasi

yang disajikan pramuniaga tentang suatu produk. Kedua, situasi

komunikasi saling silang/interaktif memungkinkan salesman mengadaptasi

apa yang disajikannya agar sesuai dengan kebutuhan informasi setiap

pembeli potensial.

Sehubungan dengan peranan contact personnel yang sangat

penting dalam menentukan kualitas jasa, setiap perusahaan memerlukan

service excellence. Menurut Elhaitammy (Tjiptono, 1996:58), service

excellent atau pelayanan yang unggul adalah suatu sikap atau cara

karyawan dalam melayani pelanggan secara memuaskan. Secara garis

besar ada empat unsur pokok dalam konsep ini, yaitu :

a. Kecepatan

b. Ketepatan

c. Keramahan

d. Kenyamanan

Keempat komponen tersebut merupakan satu kesatuan pelayanan

(37)

bila ada komponen yang kurang. Untuk mencapai tingkat excellence,

setiap karyawan harus memiliki keterampilan tertentu, di antaranya

berpenampilan baik dan rapi, bersikap ramah, memperlihatkan gairah kerja

dan sikap selalu siap untuk melayani, tenang dalam bekerja, tidak tinggi

hati karena merasa dibutuhkan, menguasai pekerjaannya baik tugas yang

berkaitan pada bagian atau departemennya maupun bagian lainnya,

mampu berkomunikasi dengan baik, bisa memahami bahasa isyarat

(gesture) pelanggan, dan memiliki kemampuan menangani keluhan

pelanggan secara profesional.

6. Dimensi Kualitas Jasa

Parasuraman, dkk (dalam Tjiptono, 1996:70) mengungkapkan 5

dimensi pokok kualitas jasa, yaitu :

a. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan

pegawai, dan sarana komunikasi.

b. Keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan

yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.

c. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk

membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

d. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan,

dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf; bebas dari bahaya,

(38)

e. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi

yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para

pelanggan.

B. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Cooper dan Sawaf (1998:XV) mengungkapkan kecerdasan

emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif

menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi,

koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosional menuntut

kita untuk belajar mengakui dan mempercayai perasaan diri kita dan orang

lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif

informasi dan energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.

Menurut pendapat Stein dan Book (2000:31), kecerdasan

emosional disebut street smarts (pintar) atau kemampuan khusus yang kita

sebut “akal sehat”, terkait dengan kemampuan membaca lingkungan

politik dan sosial, dan menatanya kembali; kemampuan memahami dengan

spontan apa yang diinginkan dan dibutuhkan orang lain, kelebihan dan

kekurangan mereka; kemampuan untuk tidak terpengaruh oleh tekanan; dan

kemampuan untuk menjadi orang yang menyenangkan, yang kehadirannya

didambakan orang lain. Menurut Wibowo (dalam http://info.stieperbanas.

ac.id/makalah/k-peak03) kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk

(39)

mengendalikan emosi sehingga memberikan dampak yang positif.

Kecerdasan emosional dapat membantu membangun hubungan dalam

menuju kebahagiaan dan kesejahteraan.

Dari beberapa pendapat di atas dapatlah dikatakan bahwa

kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan

menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya

dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan

dan pekerjaan sehari-hari.

2. Unsur-Unsur Kecerdasan Emosional

Karen F. Stone dan Harold Q. Dillehunt (dalam Goleman

1999:428-429) menyebutkan unsur-unsur utama kecerdasan emosional,

yaitu :

a. Kesadaran diri mencakup mengamati diri Anda dan mengenali

perasaan-perasaan Anda; menghimpun kosakata untuk perasaan;

mengetahui hubungan antara pikiran, perasaan, dan reaksi.

b. Pengambilan keputusan pribadi mencakup mencermati

tindakan-tindakan Anda dan mengetahui akibat-akibatnya; mengetahui apa yang

menguasai sebuah keputusan, pikiran atau perasaan; menerapkan

pemahaman ini ke masalah-masalah seperti seks dan obat terlarang.

c. Mengelola perasaan mencakup memantau “omongan sendiri” untuk

menangkap pesan-pesan negatif seperti ejekan-ejekan tersembunyi,

(40)

yang mendorong amarah); menemukan cara-cara untuk menangani

rasa takut dan cemas, amarah, dan kesedihan.

d. Menangani stres mencakup mempelajari pentingnya berolahraga,

perenungan yang terarah, metode relaksasi.

e. Empati mencakup memahami perasaan dan masalah orang lain, dan

berpikir dengan sudut pandang mereka; menghargai perbedaan

perasaan orang mengenai berbagai hal.

f. Komunikasi mencakup berbicara mengenai perasaan secara efektif:

menjadi pendengar dan penanya yang baik; membedakan antara apa

yang dilakukan atau yang dikatakan seseorang dengan reaksi atau

penilaian Anda sendiri tentang hal itu; mengirimkan pesan “Aku” dan

bukannya mengumpat.

g. Membuka diri mencakup menghargai keterbukaan dan membina

kepercayaan dalam suatu hubungan; mengetahui kapan situasinya aman

untuk mengambil risiko membicarakan tentang perasaan Anda sendiri.

h. Pemahaman mencakup mengidentifikasi pola-pola dalam kehidupan

emosional Anda dan reaksi-reaksinya, mengenali pola-pola serupa

pada orang-orang lain

i. Menerima diri sendiri mencakup merasa bangga dan memandang diri

sendiri dalam sisi yang positif; mengenali kekuatan dan kelemahan

Anda; mampu untuk menertawakan diri Anda sendiri.

j. Tanggung jawab pribadi mencakup rela memikul tanggung jawab;

(41)

perasaan dan suasana hati Anda, menindaklanjuti komitmen (misalnya

berniat untuk belajar).

k. Ketegasanmencakup mengungkapkan keprihatinan dan perasaan Anda

tanpa rasa marah atau berdiam diri.

l. Dinamika kelompok mencakup mau bekerjasama; mengetahui kapan

dan bagaimana memimpin, kapan mengikuti.

m. Menyelesaikan konflik mencakup bagaimana berkelahi secara jujur

dengan anak-anak lain, dengan orangtua, dengan para guru; contoh

menang/menang untuk merundingkan kompromi.

Dalam bukunya, “Ledakan EQ : 15 Prinsip Dasar Kecerdasan

Emosional Meraih Sukses”, Stein dan Book (2000:310) mengungkapkan

lima kecerdasan emosional yang harus dimiliki seorang pramuniaga,

kelima kecerdasan emosi itu adalah aktualisasi diri, sikap asertif,

kebahagiaan, kesadaran diri emosional dan hubungan antar pribadi.

a. Aktualisasi diri, yaitu suatu proses perjuangan berkesinambungan yang

dinamis, dengan tujuan mengembangkan kemampuan dan bakat kita

secara maksimal, dan berusaha dengan gigih dan sebaik mungkin

untuk memperbaiki diri kita secara menyeluruh. Kegairahan terhadap

bidang yang kita minati akan menambah semangat dan motivasi untuk

terus memupuk minat itu (Stein dan Book, 2000:124).

b. Sikap asertif, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas,

(42)

terhadap kebutuhan orang lain dan reaksi mereka dalam peristiwa

tertentu (Stein dan Book, 2000:89).

c. Kebahagiaan, mempunyai arti kemampuan untuk merasa puas dengan

kehidupan kita, bergembira sendirian dan dengan orang lain, serta

bersenang-senang. Kebahagiaan adalah gabungan dari kepuasan diri,

kepuasan secara umum, dan kemampuan menikmati hidup. Orang

yang bahagia sering merasa senang dan nyaman, baik selama bekerja

maupun pada waktu luang; mereka menikmati hidup dengan bebas,

dan menikmati kesempatan untuk bersenang-senang. Kebahagiaan

adalah produk sampingan dan/atau barometer yang menunjukkan derajat

kecerdasan dan kinerja emosional kita (Stein dan Book, 2000:237).

d. Kesadaran-diri emosional adalah kemampuan untuk mengenal dan

memilah-milah perasaan, memahami hal yang sedang kita rasakan dan

mengapa hal itu kita rasakan, dan mengetahui penyebab munculnya

perasaan tersebut. Orang yang naluri kesadaran-dirinya kuat bisa

mengetahui saat mereka merasa kurang bersemangat, mudah kesal,

sedih, ataupun mulai bergairah, dan menyadari bagaimana berbagai

perasaan tersebut bisa mengubah perilaku mereka sehingga

menyebabkan orang lain menjauhi mereka (Stein dan Book, 2000,73).

e. Hubungan antar pribadi, mempunyai arti kemampuan membina dan

memelihara hubungan yang saling memuaskan yang ditandai dengan

keakraban dan saling memberi serta menerima kasih sayang. Kepuasan

(43)

memberikan kepuasan serta ditandai dengan saling memberi dan

menerima. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi yang positif

oleh kepedulian para sesama. Unsur kecerdasan emosional ini tidak

hanya berkaitan dengan keinginan untuk membina persahabatan

dengan orang lain, tetapi juga dengan kemampuan merasa tenang dan

nyaman berada dalam jalinan hubungan tersebut, serta kemampuan

memiliki harapan positif yang menyangkut antar aksi sosial (Stein dan

Book, 2000:165).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kecerdasan Emosi

Faktor yang mempengaruhi terbentuknya kecerdasan emosi dalam

diri seseorang ada 2, yaitu :

a. Faktor internal

Faktor internal ialah faktor yang berasal dari dalam diri individu untuk

menanggapi lingkungan sekitar. Menurut Goleman (1999:23), faktor

ini berasal dari dalam diri individu yang dipengaruhi oleh keadaan otak

emosional seseorang.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal dimaksudkan sebagai faktor yang datang dari luar

individu dan mempengaruhi individu untuk mengubah hidup.

Pengaruh luas yang bersifat individu dapat secara perorangan, secara

kelompok, antara individu mempengaruhi kelompok atau sebaliknya,

(44)

massa. Faktor lain dapat melalui lingkungan fisik tempat manusia

berada ketika berkomunikasi dengan pihak lain, melalui lingkungan

sosial di mana keberadaan manusia lain sebagai penerima komunikasi

maupun hanya hadir di sana, serta melalui keikutsertaan individu

dalam berbagai kegiatan seperti keaktifan di dalam mengikuti berbagai

organisasi (Goleman, 1997:275-279).

4. Dimensi Kecerdasan Emosional

Daniel Goleman dalam http://www1.unpar.ac.id/web/column/

rudiscolumn.asp? menyebutkan ada lima dimensi kecerdasan emosional

yaitu: kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan

sosial. Pada dimensi kesadaran diri, indikator kecerdasan emosional

mencakup: (a) kesadaran emosi; (b) penilaian diri secara teliti; (c) percaya

diri. Pada dimensi pengaturan diri, indikator kecerdasan emosional

mencakup: (a) kendali diri; (b) sifat dapat dipercaya; (c) kewaspadaan;

(d) adaptibilitas; (e) inovasi. Pada dimensi motivasi, indikator kecerdasan

emosional mencakup: (a) dorongan prestasi; (b) komitmen; (c) inisiatif;

(d) optimisme. Pada dimensi empati, indikator kecerdasan emosional

mencakup: (a) memahami orang lain; (b) orientasi pelayanan; (c)

mengembangkan orang lain; (d) mengatasi keragaman; (e) kesadaran

politis. Pada dimensi keterampilan sosial, indikator kecerdasan emosional

(45)

katalisator perubahan; (e) manajemen konflik; (f) pengikat jaringan;

(g) kolaborasi dan kooperasi; (h) kemampuan tim.

C. Locusof Control

1. Pengertian Locus of Control

Suhartanto (1996:6) mengungkapkan bahwa locus of control

merupakan keyakinan dan harapan individu akan sumber-sumber penentu

dari segala pengalaman hidupnya. Brotosumarto (http://www.portalhr.

com//kolom/2id47.html) mengartikan locus of control sebagai sikap

seseorang dalam mengartikan sebab dari suatu peristiwa. Seseorang

dengan internal locus of control adalah mereka yang merasa bertanggung

jawab atas kejadian-kejadian tertentu. Hasil adalah dampak langsung dan

tindakannya. Sedangkan, orang dengan eksternal locus of control adalah

mereka yang sering menyalahkan (atau bersyukur) atas keberuntungan,

petaka, nasib, keadaan dirinya, atau kekuatan-kekuatan lain di luar

kekuasaannya.

Locus of control pada individu sebenarnya bukanlah suatu konsep

yang tipologik, melainkan suatu konsep yang kontinuum (London dan

Exner dalam Suhartanto (1996:6)). Artinya locus of control individu

bergerak dari ekstrim eksternal dan ekstrim internal. Oleh karena itu setiap

orang memiliki sekaligus faktor internal dan eksternal dalam dirinya.

(46)

control, tetapi terletak sepanjang kontinuum dan kombinasi dari keduanya

(berbanding terbalik).

Perkembangan orientasi individu ke arah internal atau eksternal

didapatkan melalui proses belajar. Pengalaman individu di masa lalu akan

mempengaruhi perkembangan orientasi ini. Perbedaan orientasi ini akan

turut mempengaruhi penilaian seseorang terhadap suatu peristiwa atau

situasi yang sedang dihadapi (Parkes dalam Suhartanto (1996:6)).

Individu yang berorientasi internal cenderung memandang dunia

sebagai sesuatu yang dapat diramalkan dan tindakannya dianggap sangat

menentukan akibat yang diterima, baik itu positif maupun negatif, lebih

perspektif dan siap belajar dari lingkungan (Engler dalam Suhartanto

(1996:6)), memiliki daya tahan yang lebih besar terhadap pengaruh orang

lain, lebih cepat dalam mengambil keputusan dan tindakan karena merasa

mampu mengontrol lingkungannya. Salomon dan Oberlander (Pujiwati,

2004:34) menyatakan bahwa individu dengan kecenderungan locus of

control internal lebih giat, rajin, ulet, mandiri, dan mempunyai daya tahan

yang lebih baik terhadap pengaruh sosial, dan bertanggung jawab atas

kegagalannya. Sedangkan Doberty dan Ryder (Pujiwati, 2004:34)

menemukan bahwa individu yang memiliki kecenderungan locus of

control internal mempunyai keyakinan yang besar untuk memperoleh

keberhasilan, asertif, mempunyai usaha untuk maju dan mampu

(47)

Individu yang berorientasi pada eksternal, memandang dunia

sebagai sesuatu yang tidak dapat diramalkan, tidak berpengaruh besar

dalam mengendalikan akibat hidupnya, baik dalam mencapai tujuan

maupun dalam melakukan penghindaran terhadap situasi yang tidak

menyenangkan, lebih cemas dan depresif serta kurang baik dalam

melakukan aktifitas bermasyarakat dan lebih mempunyai kemungkinan

besar untuk menampakkan perilaku yang negatif seperti pasivitas,

penarikan diri dan konformitas tinggi (Rothbaum et al. dalam Suhartanto

(1996:6)). Pendapat ini diperkuat pendapat Doberty dan Ryder (Pujiwati,

1999:34) bahwa individu yang memiliki kecenderungan pada locus of

control eksternal memiliki sifat pasif, tidak suka bersaing, cenderung

dipengaruhi lingkungan dan memiliki motivasi yang rendah untuk

bersaing.

2. Faktor-faktor yang dapat merubah Locus of Control

Locus of Control yang telah dikembangkan oleh individu dapat berubah

karena faktor-faktor sebagai berikut (Phares, 1978:291-293) :

a. Usia

Seiring anak berkembang, ia menjadi seorang manusia yang lebih

efektif, sehingga ia meningkatkan kepercayaan bahwa dirinya mampu

mengendalikan bermacam-macam hal dan kejadian dalam hidupnya.

Dengan kata lain, locus of control bergerak dari kecenderungan

(48)

b. Pengalaman akan suatu perubahan

Penelitian Kienhlbauch (dalam Phares, 1978:291) menemukan bahwa

teman serumah yang masih baru menunjukkan locus of control yang

relatif lebih eksternal daripada teman serumah yang akan berpisah juga

cenderung bergeser ke arah eksternal. Keadaan yang cenderung labil

dan tidak pasti selama masa-masa transisi mendorong locus of control

individu kearah eksternal.

c. Generalitas dan stabilitas perubahan

Peristiwa-peristiwa yang membawa perubahan seperti perang, skandal

politik, bom nuklir dan eksperimen ternyata dapat berpengaruh pada

locus of control. Kecenderungan ke arah locus of control eksternal

meningkat sejalan dengan pengalaman perubahan peristiwa spesifik

dan isindental seperti kekecewaan pada keputusan-keputusan politik

pemerintah, menang lotere, dan eksperimen. Peristiwa-peristiwa

tersebut terjadi diluar prediksi dan rutinitas individu sehingga ia

merasa kehilangan kemampuan untuk menganalisa dan

mempersiapkan diri terhadap jalannya peristiwa-peristiwa dalam hidup

mereka.

d. Pelatihan dan pengalaman

Seperti halnya kapasitas-kapasitas kognitif lain, locus of control dapat

dilatih untuk didorong ke arah salah satu kecenderungan tertentu. De

Charms (dalam Phares, 1978:292) berhasil membuktikan efektivitas

(49)

Selain itu, penelitian Nowicki dan Bames (dalam Phares, 1978:292)

menemukan bahwa pengalaman berkemah yang terstruktur ketat dapat

meningkatkan locus of control internal remaja. Penelitian-penelitian

tersebut menunjukkan bahwa locus of control dapat berubah karena

pengalaman-pengalaman yang meningkatkan kemandirian, tanggung

jawab pribadi,dan kemampuan untuk menguasai keadaan.

e. Efek terapi

Beberapa penelitian Lefcourt, Dua, Gilis, dan Jessor, Smith (dalam

Phares, 1978:292-293) menunjukkan bahwa psikoterapi berpengaruh

secara positif pada kecenderungan akan locus of control internal.

Psikoterapi bertujuan meningkatkan kemampuan individu untuk dapat

berfungsi secara efektif dalam mengatasi masalah-masalahnya. Tujuan

ini meningkatkan kecenderungan individu untuk merasa bertanggung

jawab dalam peristiwa-peristiwa dalam hidupnya.

3. Aspek-aspek kehidupan yang dipengaruhi oleh locus of control

Perbedaan kecenderungan arah locus of control ternyata membawa akibat

dalam berbagai aspek hidup (Phares, 1978:279-282):

a. Sikap terhadap lingkungan

Individu dengan locus of control internal menganalisa situasi dengan

sikap yang lebih terarah dan waspada daripada individu dengan locus

of control eksternal. Individu dengan locus of control internal juga

(50)

informasi yang relevan dalam rangka memanipulasi dan

mengendalikan lingkungan. Di samping itu, individu yang mempunyai

locus of control internal terbukti lebih berorientasi pada posisi dengan

kekuatan besar, sedangkan individu yang memiliki locus of control

eksternal lebih cenderung menyukai posisi dengan kekuasaan kecil

(Hrycenko dan Minton dalam Phares, 1978:279).

b. Pengaruh konformitas dan perubahan sikap

Beberapa penelitian Crowne dan Liverant, Tolor, Gore, Biondo dan

Mac Donald (Phares, 1978:279-280) menunjukkan bahwa individu

dengan kecenderungan internal lebih mampu bertahan terhadap

pengaruh dan tekanan dari lingkungan. Sebaliknya individu dengan

kecenderungan eksternal lebih siap sedia untuk menerima pengaruh,

mengikuti lingkungan sosial dan menerima informasi dari orang lain.

c. Perilaku menolong dan atribusi tanggung jawab

Individu dengan kecenderungan internal lebih sering menunjukkan

perilaku menolong daripada individu dengan kecenderungan eksternal

(Midlarsky, Midlarsky dan Midlarsky dalam Phares, 1978:282). Individu

yang memiliki locus of control internal juga cenderung memberi

atribusi tanggung jawab internal terhadap orang lain. Kedua pernyataan

tersebut tampaknya saling bertentangan. Individu yang merasa bahwa

tiap-tiap orang bertanggung jawab atas dirinya sendiri umumnya tidak

begitu terdorong untuk melibatkan diri dalam kesulitan-kesulitan yang

(51)

menolong lebih didorong kepercayaan individu bahwa ia mampu

memberikan pertolongan, daripada kepedulian orang lain.

d. Pencapaian prestasi

Pelajar dengan locus of control internal menunjukkan prestasi

akademis yang lebih tinggi daripada pelajar dengan locus of control

eksternal. Dalam hal ini, need for achievement tidak dapat digunakan

untuk menjelaskan fenomena ini karena terdapat hubungan yang

rendah antara need for achievement dan locus of control. Individu

dengan kecenderungan internal lebih mampu untuk menyesuaikan diri

daripada individu dengan kecenderungan eksternal (Phares, 1978:283).

4. Dimensi Locus of Control Rotter

Ada dua dimensi locus of control yaitu locus of control internal

dan eksternal. Pada dimensi locus of control internal dan eksternal,

indikator locus of control mencakup: (a) sumber kesulitan; (b) sumber

kegagalan; (c) sumber persaingan; (d) pengakuan terhadap prestasi;

(e) pemanfaatan kesempatan; (f) penentuan kepribadian seseorang;

(g) pengambilan keputusan; (h) pencapaian kesuksesan; (i) penyusunan

rencana; (j) sifat baik; (k) peran serta bagi masyarakat; (l) pengakuan

terhadap kesalahan; dan (m) pemimpin yang baik (Rotter,

(52)

D. Kerangka Berpikir

Pelayanan merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang

ditawarkan. Kottler (2000:248) mendefinisikan pelayanan sebagai tindakan

atau perbuatan yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada

dasarnya bersifat intagible (tidak bersifat fisik) dengan penekanan pada

pelanggan dan pendapatan. Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dua aspek

yang diperhatikan adalah spesifikasi pesanan (kebutuhan pelanggan), dan

yang esensial adalah pelayanannya (dari contact personnel), dalam penelitian

ini yang menjadi fokus penelitian adalah pelayanan dari contact personnel.

Pelayanan yang unggul menurut Elhaitammy (Tjiptono, 1996:58) adalah suatu

sikap atau cara karyawan dalam melayani pelanggan secara memuaskan.

Secara garis besar ada empat unsur pokok dalam konsep ini, yaitu kecepatan,

ketepatan, keramahan, dan kenyamanan.

Kecerdasan emosional adalah kemampuan khusus yang kita sebut

“akal sehat”, terkait dengan kemampuan membaca lingkungan politik dan

sosial, dan menatanya kembali; kemampuan memahami dengan spontan apa

yang diinginkan dan dibutuhkan orang lain, kelebihan dan kekurangan

mereka; kemampuan untuk tidak terpengaruh oleh tekanan; dan kemampuan

untuk menjadi orang yang menyenangkan, yang kehadirannya didambakan

orang lain (Stein dan Book, 2000:31). Menurut Cooper dan Sawaf (1998:XV)

kecerdasan emosional menuntut kita untuk belajar mengakui dan

(53)

dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi emosi dalam

kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.

Tinggi rendahnya kualitas pelayanan pramuniaga diduga kuat

dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kecerdasan emosional pramuniaga.

Pramuniaga yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu

memahami dengan spontan apa yang diinginkan dan dibutuhkan pelanggan,

tidak terpengaruh oleh tekanan kerja, dan mampu untuk menjadi orang yang

menyenangkan. Pramuniaga karenanya akan dapat memberikan pelayanan

yang cepat, tepat, ramah, dan memberi kenyamanan kepada pelanggan.

Dengan demikian pelanggan dapat terpenuhi harapannya atau mereka

mendapatkan kepuasan.

Derajat hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan

diduga berbeda pada pramuniaga yang memiliki locus of control berbeda.

Pada pramuniaga dengan locus of control internal, derajat hubungan

kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan diduga lebih tinggi daripada

pramuniaga dengan locus of control eksternal. Hal ini disebabkan individu

dengan locus of control internal memiliki daya tahan yang lebih besar

terhadap pengaruh orang lain, lebih cepat dalam mengambil keputusan dan

tindakan karena merasa mampu mengontrol lingkungan sehingga dapat

bekerja dengan baik. Sementara pada individu dengan locus of control

eksternal, mereka akan cenderung sering menyalahkan (atau bersyukur) atas

keberuntungan, petaka, nasib, keadaan dirinya atau kekuatan-kekuatan lain di

(54)

hidupnya, sehingga lebih cemas dan depresif. Individu yang bercirikan

demikian cenderung tidak dapat bekerja dengan baik.

E. Hipotesis

Berdasarkan kerangka teoritis dirumuskan hipotesis: ada pengaruh

positif locus of control pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan

(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode studi

kasus pada pramuniaga Ramai Family Mall Yogyakarta. Berdasarkan hasil

analisis atas data-data yang dikumpulkan, maka penarikan kesimpulan

penelitian ini hanya berlaku pada pramuniaga di Ramai Family Mall

Yogyakarta.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ramai Family Mall, Jalan A. Yani 73,

Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2007.

C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah pramuniaga Ramai Family Mall Yogyakarta.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah tingkat kecerdasan emosional, kualitas

pelayanan pramuniaga, dan locus of control.

(56)

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan merupakan suatu kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, jasa, manusia, dan proses dan lingkungan

yang memenuhi atau melebihi harapan dengan penekanan pada kepuasan

pelanggan. Ada 5 dimensi kualitas pelayanan yaitu bukti langsung

(tangibles), keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness),

jaminan (assurance), empati. Bukti langsung (tangibles) mencakup: (a)

fasilitas fisik, (b) perlengkapan, (c) pegawai, (d) sarana komunikasi.

Keandalan (reliability) yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang

dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan. Daya tanggap

(responsiveness) mencakup: (a) membantu para pelanggan, (b)

memberikan pelayanan dengan tanggap. Jaminan (assurance) mencakup:

(a) pengetahuan dan kemampuan (b) kesopanan, dan sifat dapat dipercaya

yang dimiliki para staf, (c) bebas dari bahaya risiko atau keragu-raguan

empati mencakup: (a) komunikasi yang baik, (b) perhatian pribadi, (c)

memahami kebutuhan pelanggan. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi

variabel kualitas pelayanan.

Tabel 3.1.

Operasionalisasi Variabel Kualitas Pelayanan

No. Pernyataan Dimensi Indikator

Positif

Bukti langsung (tangibles)

a. Fasilitas fisik b. Perlengkapan c. Pegawai

d. Sarana komunikasi

18, 19 20

5 21 Keandalan

(reliability)

Memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan

(57)

No. Pernyataan Dimensi Indikator

Positif

Daya tanggap (responsiveness)

a. Membantu para pelanggan b. Memberikan pelayanan dengan

tanggap

8 9

Jaminan (assurance)

a. Pengetahuan dan kemampuan b. Kesopanan, dan sulit dapat

dipercaya yang dimiliki para staf c. Bebas dari bahaya risiko atau

keragu-raguan

3

10

4 Empati a. Komunikasi yang baik

b. Perhatian pribadi c. Memahami kebutuhan

pelanggan

11, 12 14, 15 16

Pengukuran variabel kualitas pelayanan pramuniaga didasarkan pada

indikator-indikatornya. Masing-masing indikator dijabarkan dalam bentuk

pernyataan dan dinyatakan dalam empat skala sikap, yaitu sangat setuju

(SS) = 4; setuju (S) = 3; tidak setuju (TS) = 2; dan sangat tidak setuju

(STS) = 1, untuk pertanyaan positif; dan sangat tidak setuju (SS) = 1;

setuju (S) = 2; tidak setuju (TS) = 3; dan sangat tidak setuju (STS) = 4,

untuk pertanyaan negatif.

2. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri

dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak

melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati, dan menjaga agar

beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan

berdoa. Ada lima dimensi kecerdasan emosional yaitu: kesadaran diri,

pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Pada dimensi

(58)

emosi; (b) penilaian diri secara teliti; (c) percaya diri. Pada dimensi

pengaturan diri, indikator kecerdasan emosional mencakup: (a) kendali

diri; (b) sifat dapat dipercaya; (c) kewaspadaan; (d) adaptibilitas; (e) inovasi.

Pada dimensi motivasi, indikator kecerdasan emosional mencakup:

(a) dorongan prestasi; (b) komitmen; (c) inisiatif; (d) optimisme. Pada

dimensi empati, indikator kecerdasan emosional mencakup: (a) memahami

orang lain; (b) orientasi pelayanan; (c) mengembangkan orang lain;

(d) mengatasi keragaman; (e) kesadaran politis. Pada dimensi keterampilan

sosial, indikator kecerdasan emosional mencakup: (a) pengaruh; (b)

komunikasi; (c) kepemimpinan; (d) katalisator perubahan; (e) manajemen

konflik; (f) pengikat jaringan; (g) kolaborasi dan kooperasi; (h)

kemampuan tim. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel

kecerdasan emosional:

Tabel 3.2.

Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional

No. Pernyataan Dimensi Indikator

Positif

Kesadaran diri a. kesadaran emosi

b. penilaian diri secara teliti c. percaya diri

1 2 4 Pengaturan diri a. kendali diri

b. sifat dapat dipercaya c. kewaspadaan d. adaptibilitas e. inovasi 5 6 7 8 3 Motivasi a. dorongan prestasi

b. komitmen c. inisiatif d. optimisme 11 12 13 14 Empati a. memahami orang lain

b. orientasi pelayanan

c. mengembangkan orang lain d. mengatasi keragaman e. kesadaran politis

(59)

No. Pernyataan Dimensi Indikator

Positif

Keterampilan sosial a. pengaruh b. komunikasi c. kepemimpinan d. katalisator perubahan e. manajemen konflik f. pengikat jaringan g. kolaborasi dan kooperasi h. kemampuan tim

19 20 23 24 25 26 22 27

Pengukuran variabel kecerdasan emosional didasarkan pada

indikator-indikatornya. Masing-masing indikator dijabarkan dalam bentuk

pernyataan dan dinyatakan dalam empat skala sikap, yaitu sangat setuju

(SS) = 4; setuju (S) = 3; tidak setuju (TS) = 2; dan sangat tidak setuju

(STS) = 1, untuk pertanyaan positif; dan sangat setuju (SS) = 1; setuju (S)

= 2; tidak setuju (TS) = 3; dan sangat tidak setuju (STS) = 4, untuk

pertanyaan negatif.

3. Locus ofControl

Locus of control merupakan keyakinan individu tentang faktor-faktor yang

mengatur kejadian-kejadian dalam hidupnya, yang dapat dikontrol (locus

of control internal) dan yang di luar kontrol dirinya (locus of control

eksternal), serta sejauhmana orang tersebut merasakan adanya hubungan

antara usaha-usaha yang telah dilakukannya dengan akibat-akibatnya. Ada

dua dimensi locus of control yaitu locus of control internal dan eksternal.

Pada dimensi locus of control internal dan eksternal, indikator locus of

control mencakup: (a) sumber kesulitan; (b) sumber kegagalan; (c) sumber

(60)

(h) pencapaian kesuksesan; (i) penyusunan rencana; (j) sifat baik; (k)

peran serta bagi masyarakat; (l) pengakuan terhadap kesalahan; (m)

pemimpin yang baik.

Tabel 3.3.

Operasionalisasi Variabel Locus ofControl

No. Pernyataan Dimensi Indikator

Positif Negatif Locus of control

internal dan eksternal

a. sumber kesulitan b. sumber kegagalan c. sumber persaingan

d. pengakuan terhadap prestasi e. pemanfaatan kesempatan

f. penentuan kepribadian seseorang g. pengambilan keputusan

h. pencapaian kesuksesan i. penyusunan rencana j. sifat baik

k. peran serta bagi masyarakat l. pengakuan terhadap kesalahan m. pemimpin yang baik

21

6 7, 8, 25 9, 12 11, 15, 23 10, 13 14

22, 24

1, 2, 17

3, 4 5 26, 27 18 20 16 19, 28 29

Pengukuran variabel locus of control didasarkan pada

indikator-indikatornya. Masing-masing indikator dijabarkan dalam bentuk

pernyataan dan dinyatakan dalam empat skala sikap, yaitu sangat setuju

(SS) = 4; setuju (S) = 3; tidak setuju (TS) = 2; dan sangat tidak setuju

(STS) = 1, untuk pertanyaan positif; dan sangat setuju (SS) = 1; setuju (S)

= 2; tidak setuju (TS) = 3; dan sangat tidak setuju (STS) = 4, untuk

pertanyaan negatif.

E. Populasi

Populasi penelitian ini ialah keseluruhan karyawan Ramai Family Mall

(61)

Gambar

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Ramai Family Mall.......................................
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.  Locus of
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah (1) ada pengaruh positif kultur lingkungan kerja pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan;

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh positif kultur lingkungan kerja pada hubungan antara kecerdasan emosional dan kualitas pelayanan karyawan (ρ=0,005 &lt;

Untuk melihat lebih jauh lagi bagaimana pengaruh kultur lingkungan kerja dan locus of control terhadap hubungan antara tingkat kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah: (1) ada pengaruh positif jenis pekerjaan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan;