ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PERBANKAN PADA BANK UMUM
DI PROVINSI JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ilmu Ekonomi
Oleh :
LULUK FAUZIYAH 0811010031 / FE / IE
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
wr.wb
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayahnya yang telah dilimpahkan sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ilmu Ekonomi. Dalam penulisan skripsi ini peneliti mengambil judul “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Perbankan Pada Bank Umum Di Provinsi Jawa Timur”. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian berkat bantuan dan bimbingan yang diterima dari Drs. Ec. Arief Bachtiar, MSi. Selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.
Atas terselesaikannya skripsi ini, peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah memberikan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.
5. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS), dan beberapa perpustakan Universitas-universitas negeri maupun swasta di Surabaya, yang telah memberikan banyak informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh mahasiswa dari Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, serta semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi, membantu, dan mendukung peneliti dalam meyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan maka memumgkinkan sekali bahwa apa yang telah disajikan masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan yang mengarah kepada kebaikan demi kesempurnaan skripsi ini.
Sebagai penutup dengan segala keterbatasan yang penulis miliki mengharapkan semoga penyusunan skripsi ini dapat memberikan sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan imu pengetahuan serta bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi, dan bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan membutuhkan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, Februari 2012
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR TABEL... ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu... 10
2.2. Landasan Teori... 16
2.2.1. Pengertian Bank... 16
2.2.1.1. Fungsi Bank ... 16
2.2.1.2. Jenis Bank... 17
2.2.1.3. Manajemen Dana Bank ... 18
2.2.1.4. Dana Pihak Ketiga (Dana dari Masyarakat) ... 20
2.2.1.5. Alokasi Dana Bank ... 23
2.2.1.6. Alokasi Dana Bank dalam SBI ... 29
2.2.2. Kredit ... 31
2.2.2.1. Pengertian Kredit ... 31
2.2.2.2. Unsur Kredit ... 33
2.2.2.3. Sasaran Kegiatan Perkreditan ... 34
2.2.2.6. Fungsi Kredit ... 41
2.2.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 46
2.2.3.1. Pengertian PDRB... 46
2.2.3.2. Istilah Yang Berhubungan Dengan Perhitungan PDRB... 47
2.2.3.3. Pendekatan Perhitungan PDRB ... 48
2.2.3.4. Hubungan PDRB Terhadap Permintaan Kredit... 50
2.2.4. Suku Bunga... 51
2.2.4.1. Pengertian Suku Bunga ... 51
2.2.4.2. Kurva IS – LM... 51
2.2.4.3. Hubungan Suku Bunga Terhadap Permintaan Kredit... 54
2.2.5. Inflasi ... 54
2.2.5.1. Pengertian Inflasi... 54
2.2.5.2. Penyebab Terjadinya Inflasi ... 55
2.2.5.3. Hubungan Inflasi Terhadap Permintaan Kredit... 57
2.2.6. Pengangguran ... 57
2.2.6.1. Pengertian Pengangguran ... 57
2.2.6.2. Macam-macam Pengangguran ... 58
2.2.6.3. Hubungan Pengangguran Terhadap Permintaan Kredit... 59
2.2.7. Non Performing Loan (NPL)... 59
2.2.7.1. Pengertian NPL ... 59
2.2.7.2. Hubungan NPL Terhadap Permintaan Kredit ... 60
2.2.8. Kantor Cabang ... 61
2.2.8.1. Hubungan Kantor Cabang Terhadap Permintaan Kredit... 61
2.3. Kerangka Pikir ... 61
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 66
3.2. Teknik Penentuan Sampel... 67
3.3. Teknik Pengumpulan Data... 67
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 68
3.4.1. Teknik Analisis ... 68
3.4.1.1. Teknik Analisis Penurunan Model Dasar ... 68
3.4.1.2. Penurunan Model Dinamis ... 70
3.4.2. Uji Hipotesis ... 75
3.4.2.1. Beberapa Aspek Dalam Pengujian Model Dinamis... 75
3.4.2.2. Asumsi Klasik... 81
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian... 85
4.1.1. Letak Geografis ... 85
4.1.2. Luas Wilayah ... 85
4.1.3. Kondisi Alam ... 86
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 87
4.2.1. Perkembangan Kredit di Jawa Timur... 88
4.2.2. Perkembangan PDRB di Jawa Timur ... 89
4.2.3. Perkembangan Tingkat Suku Bunga di Jawa Timur... 90
4.2.4. Perkembangan Tingkat Inflasi di Jawa Timur ... 91
4.2.5. Perkembangan Tingkat Pengangguran di Jawa Timur.... 93
4.2.6. Perkembangan NPL di Jawa Timur ... 94
4.2.7. Perkembangan Jumlah Kantor Bank di Jawa Timur... 95
4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis... 96
4.3.1. Analisis Perilaku Data... 97
4.3.1.1. Uji Normalitas ... 97
4.3.1.2. Uji Linieritas... 98
4.3.1.3. Uji Autokorelasi ... 99
4.3.1.5. Uji Akar – Akar Unit ... 100 4.3.2. Analisis Pengaruh PDRB, Tingkat Suku Bunga,
Tingkat Inflasi, Tingkat Pengangguran, NPL, dan
Jumlah Kantor Bank terhadap Kredit... 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 107 5.2. Saran... 108
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Diagram Pool of Fund Approach ... 26
Gambar 2 : Diagram Assets Allocation Approach... 27
Gambar 3 : Hipotesis Kurva Penawaran untuk SBI... 30
Gambar 4 : Kurva IS – LM ... 52
Gambar 5 : Kurva Demand Pull Inflation ... 55
Gambar 6 : Kurva Cost Push Inflation... 56
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 : Perbandingan Antara Kelebihan dan Kekurangan Antara
Pool of Fund Approach dengan Assets Allocation Approach ... 28
Tabel 2 : Perkembangan Kredit Perbankan Menurut Penggunaan ... 44
Tabel 3 : Perkembangan Kredit Tahun 1990 – 2010 ... 88
Tabel 4 : Perkembangan PDRB Tahun 1990 – 2010 ... 90
Tabel 5 : Perkembangan Tingkat Suku Bunga Tahun 1990 – 2010 ... 91
Tabel 6 : Perkembangan Tingkat Inflasi Tahun 1990 – 2010... 92
Tabel 7 : Perkembangan Tingkat Pengangguran Tahun 1990 – 2010 ... 93
Tabel 8 : Perkembangan NPL Tahun 1990 – 2010 ... 94
Tabel 9 : Perkembangan Jumlah Kantor Bank Tahun 1990 – 2010 ... 96
Tabel 10 : Hasil Uji Normalitas ... 97
Tabel 11 : Hasil Uji Linieritas... 98
Tabel 12 : Uji Autokorelasi Breusch – Godfrey (BG) Test ... 99
Tabel 13 : Uji Heterokedastisitas White Test ... 100
Tabel 14 : Uji Akar – Akar Unit ... 100
Tabel 15 : Hasil Estimasi ECM (Model Permintaan dan Penawaran Kredit).... 101
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Input
Lampiran 2 : Hasil Estimasi ECM
Lampiran 3 : Uji Akar-akar Unit untuk Kredit Lampiran 4 : Uji Akar-akar Unit untuk PDRB Lampiran 5 : Uji Akar-akar Unit untuk suku bunga Lampiran 6 : Uji Akar-akar Unit untuk inflasi
Lampiran 7 : Uji Akar-akar Unit untuk pengangguran Lampiran 8 : Uji Akar-akar Unit untuk NPL
Lampiran 9 : Uji Akar-akar Unit untuk Kantor Lampiran 10 : Ramsey RESET Test
Lampiran 11 : White Heteroskedasticity Test Lampiran 12 : LM Test
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PERBANKAN PADA BANK UMUM
DI PROVINSI JAWA TIMUR
Oleh :
LULUK FAUZIYAH 0811010031
ABSTRAKSI
Pemberian kredit dalam perekonomian berpengaruh terhadap pembangunan, hal ini ditandai dengan penggunaan kredit sebagai sarana dan prasarana untuk menambah permodalan dalam melakukan perluasan usaha, kredit senantiasa ditingkatkan dan persyaratannya disempurnakan agar pemanfaatannya dapat lebih optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor Produk Domestik Regional Bruto, Suku Bunga Kredit, Inflasi, Tingkat Pengangguran, NPL, dan Jumlah Kantor Bank berpengaruh terhadap permintaan kredit pada Bank Umun di Provinsi Jawa Timur.
Hasil penelitian ini menggunakan data berkala (Time Series Data) dalam periode waktu semesteran (6 bulanan) sejak awal tahun 1990 sampai dengan tahun 2010 . Yang diperoleh dari Bank Indonesia Surabaya dan Badan Pusat Statistik Jawa Timur. Dalam menganalisis data yang diperoleh, digunakan model koreksi kesalahan (Error Correction Model) dengan bantuan program komputer E-Views (Econometrica Views) untuk mengetahui hubungan jangka panjang dan jangka pendek antara variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X).
Untuk hubungan jangka pendek Variabel Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat Suku Bunga, Inflasi, NPL, Jumlah Kantor Bank mempunyai hubungan positif, sedangkan Tingkat Pengangguran mempunyai hubungan negatif terhadap permintaan kredit. Untuk hubungan jangka panjang Variabel Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat Suku Bunga mempunyai hubungan negatif, sedangkan Inflasi, Tingkat Pengangguran, NPL, Jumlah kantor Bank mempunyai hubungan positif terhadap Permintaan Kredit.
Kata Kunci : PDRB (X1), Tingkat Suku Bunga (X2), Inflasi (X3), Tingkat
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan pengalaman di lapangan atau bukti-bukti empiris, dana bank yang berasal dari modal sendiri dan cadangan modal hanya sebesar 7% sampai dengan 8% dari total aktiva bank. Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank yang bisa mencapai 80% sampai dengan 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank. Dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat biasanya disimpan dalam bentuk giro, deposito dan tabungan. Selain dari tiga macam bentuk simpanan dana pihak ketiga tersebut yaitu giro, deposito dan tabungan, masih terdapat beberapa macam dana pihak ketiga lainnya yang diterima bank. Akan tetapi, dana-dana ini sebagian besar berbentuk dana sementara yang sukar disusun perencanaannya karena bersifat sementara. Dari berbagai sumber dana yang berhasil dihimpun oleh bank, kemudian bank menyalurkannya kembali dana tersebut kepada masyarakat secara efektif dan efisien.
aktivitas bank yang terbanyak akan berkaitan erat secara langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan perkreditan.
Namun saat ini dimana industri perbankan menghadapi situasi perekonomian yang tidak menentu dan penuh dengan ketidakpastian, pemberian kredit oleh bank kepada masyarakat sedikit tersendat. Pengalaman adanya kredit macet akhir-akhir ini telah memacu kalangan perbankan untuk lebih berhati-hati dalam mengatur alokasi dananya pada kredit.
Laporan Bank Indonesia menunjukkan bahwa belum pulihnya fungsi intermediasi perbankan antara lain disebabkan oleh masih berlangsungnya konsolidasi internal perbankan dan belum mampunya sektor riil menyerap kredit. Sementara itu, konsolidasi internal perbankan seperti penerapan good corporate governance dan pengelolaan risiko yang baik masih merupakan proses yang dilaksanakan oleh perbankan. Semua hal tersebut sangat dicermati oleh perbankan karena pengaruhnya pada kecukupan modal perbankan atau CAR (Capital Adequacy Ratio). Di sisi lain, dalam kondisi resesi ekonomi setelah krisis, penurunan kredit perbankan dapat juga terjadi karena melemahnya permintaan kredit dari sektor swasta akibat rendahnya prospek investasi dan belum pulihnya kondisi keuangan perusahaan.
Sedangkan kredit modal kerja diberikan oleh bank kepada debiturnya untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya.
Sementara itu kredit konsumsi dipergunakan untuk membiayai operasi bisnis, debitur perorangan menarik kredit untuk membiayai kebutuhan barang dan jasa konsumtif. Bagi bank umum bila sukses dalam kegiatan bisnis kredit ini maka akan berhasil pula operasi bisnis mereka.
Salah satu faktor yang mendorong perkembangan konsumsi adalah kredit untuk tujuan konsumsi yang juga cenderung meningkat dalam periode yang sama. Data dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa selama periode April 2008 hingga November 2009, posisi kredit konsumsi Bank Umum mengalami kenaikan sekitar 400 persen (Website Bank Indonesia). Angka ini akan lebih besar lagi apabila besaran kredit konsumsi dari Bank Perkreditan Rakyat dan perusahaan pembiayaan juga diikutsertakan. Pada periode 2007-2008, proporsi kredit konsumsi yang disalurkan oleh Bank Umum rata-rata sebesar 27 persen. Kredit konsumsi menempati urutan kedua setelah kredit modal kerja, dengan proporsi sekitar 30 persen dari total kredit yang disalurkan oleh seluruh jenis bank di Indonesia.
inflasi, apabila sektor produksi tidak berjalan dengan baik. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi yang mengandalkan pertumbuhan konsumsi semata tidak menjamin sisi keberlanjutannya Faktor Suku Bunga. Faktor ini meliputi suku bunga yang tinggi dan suku bunga yang berfluktuatif. Faktor suku bunga ternyata juga berpengaruh terhadap minat untuk meminjam. Masyarakat masih cenderung memperhatikan suku bunga dalam meminjam uang di bank. Faktor Lain-lain. Faktor ini meliputi tidak memahami prosedur pengajuan kredit dan lokasi bank yang jauh dari rumah. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor lain-lain tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat meminjam uang di bank. Hal ini disebabkan karena responden yang diambil merupakan responden yang sudah pernah meminjam di bank. Sehingga paling tidak responden itu sudah memiliki pengalaman.
penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan pengawasan, khususnya terhadap perkembangan pemberian kredit konsumsi di Jawa Timur.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka dapatlah dirumuskan permasalahan yaitu:
1. Apakah PDRB riil berpengaruh terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur?
2. Apakah suku bunga riil kredit perbankan berpengaruh terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur? 3. Apakah inflasi berpengaruh terhadap permintaan kredit perbankan pada
bank umum di Provinsi Jawa Timur?
4. Apakah tingkat pengangguran berpengaruh terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur?
5. Apakah Non Performing Loans perbankan (NPL) berpengaruh terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur? 6. Apakah Jumlah Kantor Bank (terdiri atas: Kantor Pusat / KP, Kantor
7. Apakah PDRB riil, suku bunga riil kredit, inflasi, tingkat pengangguran, Non Performing Loans perbankan (NPL), serta Jumlah Kantor Bank secara bersama-sama berpengaruh terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai sesuai dengan latar belakang dan permasalahan diatas adalah:
1. Menganalisis pengaruh PDRB riil terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur.
2. Menganalisis pengaruh suku bunga riil kredit perbankan terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur.
3. Menganalisis pengaruh laju inflasi terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur.
4. Menganalisis pengaruh tingkat pengangguran terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur.
6. Menganalisis pengaruh Jumlah Kantor Bank (terdiri atas: Kantor Pusat / KP, Kantor Cabang / KC, Kantor Cabang Pembantu / KCP, dalam unit) terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur.
7. Menganalisis secara bersama-sama pengaruh PDRB riil, suku bunga riil kredit, inflasi, tingkat pengangguran, Non Performing Loans perbankan (NPL), serta Jumlah Kantor Bank secara bersama-sama berpengaruh terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberikan gambaran bagaimana permintaan kredit khususnya kredit perbankan pada ruang lingkup Provinsi.
2. Sebagai bahan informasi bagi pembaca yang ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit perbankan.
3. Sebagai tambahan informasi untuk penelitian-penelitian lebih lanjut. 4. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi
pada jurusan Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
1. (Hadad, dkk, Oktober : 2004) dalam judul “Model dan estimasi permintaan dan penawaran kredit konsumsi rumah tangga di
Indonesia”. Penelitian ini memformulasikan dan mengestimasi tiga
model utama untuk memperoleh gambaran tentang permintaan kredit
konsumsi di tingkat rumah tangga, permintaan kredit konsumsi di
tingkat provinsi, dan perilaku pemberian kredit konsumsi dari sisi
penawaran di tingkat provinsi selama beberapa tahun terakhir. Model
empiris yang digunakan untuk estimasi permintaan kredit konsumsi di
tingkat rumah tangga adalah three-equationgeneralized Tobit. Jumlah
sampel yang digunakan dalam estimasi model ini adalah 3600 rumah
tangga dari 3760 rumah tangga yang disurvei dalam Survei Khusus
Tabungan dan Investasi Rumah Tangga (SKTIR) tahun 2003. Hasil
perhitungan menunjukkan terdapat kesenjangan (gap) sebesar 28,93
persen antara nilai kredit yang diinginkan dibandingkan dengan
realisasinya dari semua sumber pinjaman (perbankan, koperasi,
pegadaian, lainnya). Estimasi model panel penawaran kredit di tingkat
provinsi menunjukkan indikasi sudah terjadinya kejenuhan pada
permintaan kredit konsumsi. Data realisasi permintaan kredit
mencapai 64 persen terhadap nilai prediksinya untuk keseluruhan
tahun 2004.
2. (Haryati, 1998 : UPN) yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Pinjaman Terhadap Jumlah Uang
Beredar di Indonesia”. Penelitian ini menggunakan data sekunder
selama tahun 1991 sampai dengan 1998. Hasil analisis dapat
disimpulkan bahwa secara simultan (uji F) hubungan variabel bebas
tingkat suku bunga pinjaman (Y), kredit Likuiditas Bank Indonesia
(KLBI) (X1) dan (X2) Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh
secara nyata terhadap jumlah uang beredar (X3). Sedangkan hasil
analisis secara parsial (Uji t) menunjukkan bahwa hanya tingkat suku
bunga pinjaman berpengaruh nyata terhadap jumlah uang beredar
dengan hubungan negatif. Untuk Kredit Likuiditas Bank Indonesia
(KLBI) dan Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh secara nyata
terhadap jumlah uang beredar dengan hubungan positif.
3. (Nopirin, 1998) yang berjudul “Permintaan Akan Uang Kas di Indonesia 1975 - 1996”. Penelitian ini menggunakan data sekunder
selama tahun 1975 sampai dengan tahun 1996. Hasil analisis dapat
disimpulkan bahwa variabel tingkat suku bunga (X1) dan tingkat
inflasi (X2) berpengaruh negatif secara signifikan terhadap permintaan
4. (Retnawati, 2008 : UPN) dalam penelitiannya yang berjudul “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Tingkat Suku Bunga
Kredit Investasi Pada Bank Umum di Jawa Timur”. Hasil penelitian
yang menggunakan uji F menunjukkan bahwa secara simultan tingkat
suku bunga deposito (X1), dana simpanan masyarakat (X2) dan (X3)
Jumlah Uang Beredar (JUB) berpengaruh secara nyata terhadap
tingkat suku bunga Kredit investasi (Y). Sedangkan secara parsial (uji
t) menunjukkan bahwa tingkat suku bunga deposito, dana simpanan
masyarakat dan jumlah Uang Beredar (JUB) berpengaruh secara nyata
terhadap tingkat suku bunga kredit investasi.
5. (Hariadi, 2004 : UPN) dalam penelitiannya yang berjudul “Perilaku Tingkat Bunga di Indonesia : Studi empiris 1988,4 - 1997,3”.
Penelitan ini menggunakan data sekunder pada tahun 1988,4 hingga
tahun 1997,3. Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat
suku bunga nominal (Y) dalam negeri dipengaruhi secara signifikan
kearah negatif oleh tingkat bunga nominal luar negeri (X1) dan
depresiasi kurs (X2) pada tingkat keyakinan 5% baik dalam jangka
pendek maupun jangka penjang variabel pendapatan nasional
berpengaruh secara signifikan kearah positif terhadap tingkat bunga
nominal dalam negeri dan dalam jangka panjang pendapatan nasional
berpengaruh secara signifikan kearah negatif terhadap tingkat suku
bunga nominal dalam negeri. Sedangkan variabel permintaan uang
nominal dalam negeri baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang, variabel laju inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap
tingkat bunga nominal dalam negeri baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
6. (Aini, 2000 : UPN) dalam penelitiannya yang berjudul “Beberapa Faktor Ekonomi Moneter Yang Mempengaruhi Perubahan Jumlah
Uang Beredar di Indonesia”, meggunakan data sekunder selama tahun
1989 sampai dengan tahun 1998. Hasil analisis pengujian secara
simultan (uji F) dapat disimpulkan bahwa kredit perbankan (X1),
pendapatan nasional (X2), Indeks Harga Konsumen (X3) berpengaruh
secara nyata terhadap (Y) Jumlah Uang Beredar (JUB). Sedangkan
kesimpulan secara parsial atau individu ternyata hanya kredit
perbankan dan pendapatan nasional yang mempengaruhi Jumlah Uang
Beredar (JUB), sedangkan Indeks Harga Konsumen (IHK) tidak
berpengaruh secara nyata terdapat Jumlah Uang Beredar (JUB) karena
kondisi ekonomi, sosial, politik, yang tidak stabil.
7. (Prayitno, 2006 : UPN) dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Uang Beredar di
Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis: Sebuah Analisis
“Ekonometrika” menggunakan data sekunder yang berupa data
Triwulan dari tahun 1990 sampai dengan 1999. Hasil analisis dapat
disimpulkan bahwa pada periode sebelum krisis, secara simultan (uji
angka pengganda uang (X3) berpengaruh secara signifikan terhadap
jumlah uang beredar (Y), sedangkan secara parsial (uji t) variabel
pengeluaran pemerintah dan angka pengganda uang yang berpengaruh
secara signifikan terhadap jumlah uang beredar dan untuk variabel
cadangan devisa tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah
uang beredar. Pada periode sesudah krisis, secara simultan (uji F)
menunjukkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah, cadangan
devisa dan angka pengganda uang berpengaruh secara signifikan
terhadap jumlah uang beredar, sedangkan secara parsial (uji t)
menunjukkan bahwa hanya variabel pengeluaran pemerintah yang
berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah uang beredar, untuk
variabel cadangan devisa dan angka pengganda uang tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah uang beredar. Pada
seluruh periode (sebelum dan sesudah krisis) secara simultan (uji F)
menunjukkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah, cadangan
devisa dan angka pengganda uang berpengaruh secara signifikan
terhadap jumlah uang beredar. Sedangkan secara parsial (uji t)
menunjukkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah dan cadangan
devisa berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah uang beredar
dengan hubungan positif, untuk variabel angka pengganda uang tidak
Dari hasil penelitian terdahulu yang bersifat deskriptif tentang tingkat
suku bunga SBI dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
(Silviarini, 1995 : 35)
Dengan judul penelitian “Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
dan Investasi ; Uang Beredar Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia”.
Berdasarkan penelitian tersebut diketahui beberapa variabel
yang digunakan yaitu: variabel terikat (Y) yaitu pertumbuhan ekonomi
sedangkan variabel bebas (X) meliputi Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) (X1) dan Investasi (X2). Jumlah Uang Beredar Hasil analisis
dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa secara simultan
Sertifikat Bank Indonesia (X1) dan Investasi (X2) berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi (Y) dan hasil analisis uji t
menunjukkan secara parsial Sertifikat Bank Indonesia (X1) dan
Investasi (X2) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia (Y). Diantara variabel bebas yang disebut maka variabel
yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap pertumbuhan
ekonomi adalah Sertifikat Bank Indonesia (X1) dengan pengaruh
sebesar 38,46 % dimana r² parsial untuk variabel X1 = 0,3844 dan r²
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Bank
Bank adalah lembaga keuangan (financial institution) yang
berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak
yang kelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang kekurangan dana
(deficit unit). Melalui bank kelebihan dana tersebut dapat disalurkan
kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat bagi
kedua belah pihak. Bank menerima simpanan uang dari masyarakat (Dana
Pihak Ketiga) dan kemudian menyalurkan kembali dalam bentuk kredit.
2.2.1.1. Fungsi Bank
1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien
dalam kegiatan ekonomi.
2. Menciptakan uang melalui alat pembayaran kredit dan investasi.
3. Menghimpun dan menyalurkannya kepada masyarakat.
4. Menyediakan fasilitas untuk perdagangan internasional.
5. Memberikan pelayanan penyimpanan untuk barang-barang berharga.
6. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain misalnya kartu kredit, transfer
2.2.1.2. Jenis Bank
Dalam praktek perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa
jenis perbankan seperti yang diatur dalam Undang-Undang. Tetapi juga
ditinjau dari segi fungsinya maka bank dapat dikelompokkan menjadi tiga
jenis yaitu:
1. Bank Sentral
Bank Sentral adalah bank yang mengatur berbagai kegiatan
yang berkaitan dengan dunia perbankan dan dunia keuangan disuatu
negara. Di setiap negara hanya ada satu Bank Sentral yang dibantu
oleh cabang-cabangnya. Di Indonesia fungsi Bank Sentral dipegang
oleh Bank Indonesia (BI).
Selain itu Bank Indonesia memiliki hak untuk menciptakan serta
mengedarkan uang logam dan uang kertas yang berfungsi sebagai
lembaga pembina dan pengawas bank-bank umum dan bank
perkreditan rakyat serta memiliki peranan yang penting dalam
menjaga kestabilan ekonomi dan moneter di Indonesia.
2. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang bertugas melayani seluruh
jasa-jasa perbankan dan melayani segenap lapisan masyarakat, baik itu
masyarakat perseorangan maupun lembaga-lembaga lainnya. Bank
umum juga dikenal dengan nama bank komersial dan dikelompokkan
a. Bank Umum Devisa
Bank yang dapat melakukan transaksi keluar negeri atau yang
berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.
Contoh : Transfer ke luar negeri, Pembukaan dan pembayaran Letter
of Credit
b. Bank Umum Non Devisa
Bank ini mempunyai fungsi yang berkebalikan dengan bank
devisa. Bank ini melakukan transfer masih dalam batas-batas
Negara (dalam negeri)
3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang khusus
melayani masyarakat kecil di kecamatan dan pedesaan. Bank
Perkreditan Rakyat berasal dari bank desa, bank pasar, lumbung desa,
bank pegawai serta bank-bank lainnya kemudian melebur menjadi
satu yaitu Bank Perkreditan Rakyat (BPR). (Kasmir, 2003 : 7)
2.2.1.3. Manajemen Dana Bank
Kunci dari keberhasilan manajemen bank adalah bagaimana bank
tersebut bisa merebut hati masyarakat sehingga peranannya sebagai
financial intermedia dapat berjalan dengan baik. Karena kegiatan
manajemen dana bank meliputi perencanaan, pelaksanaan dan
masyarakat. Proses pengelolaan dan penghimpunan dana-dana masyarakat
kedalam bank serta pengalokasian dana-dana tersebut bagi kepentingan
bank dan masyarakat pada umumnya, secara optimal melalui
penggerakkan semua sumber daya yang tersedia demi mencapai tingkat
rentabilitas yang memadai sesuai dengan batas ketentuan peraturan yang
berlaku. Pada era perbankan modern saat ini sangat terkait erat dengan
manajemen bank dimana manajemen aktiva - pasiva bank merupakan
fokus utama dalam manajemen dana bank.
Meskipun suatu bank tidak dapat menentukan atau mengatur secara
mutlak jumlah dana yang dapat dihimpun pada suatu tingkat yang
dikehendaki, namun bank bagaimanapun dapat mempengaruhi jumlah
dana yang dihimpun sampai pada tingkat tertentu. Menurut (Siamat, 1993 : 99), dana bank dilihat dari sumbernya dapat dibedakan antara dana ekstern yaitu dana yang dihimpun dari luar bank, dan dana intern yaitu
dana yang dihimpun dari dalam bank itu sendiri. Sedangkan menurut
(Sinungan, 1993 : 84), dana-dana bank yang digunakan sebagai alat bagi operasional suatu bank bersumber atau berasal dari dana-dana sebagai
berikut:
1. Dana pihak kesatu. Dana pihak kesatu adalah dana dari modal sendiri
yang berasal dari para pemegang saham.
2. Dana pihak kedua. Dana pihak kedua adalah dana yang berupa pinjaman
3. Dana pihak ketiga. Dana pihak ketiga adalah dana yang berupa
simpanan dari pihak masyarakat. Sesuai dengan batasan masalah pada
bab sebelumnya, maka hanya dana pihak ketiga saja yang akan dibahas
lebih lanjut.
2.2.1.4. Dana Pihak Ketiga (Dana dari Masyarakat)
Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun oleh bank yang
berasal dari masyarakat. Sumber dana dari masyarakat merupakan sumber
dana yang terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran
keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana
ini. Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dikatakan relatif lebih
mudah jika dibandingkan dengan sumber dana lainnya, selain itu dapat
dilakukan secara efektif dengan memberikan bunga yang relatif lebih
tinggi dan memberikan berbagai fasilitas yang menarik lainnya seperti
hadiah, ATM dan pelayanan yang memuaskan. Keuntungan lain dari dana
yang bersumber dari masyarakat adalah jumlahnya yang tidak terbatas,
baik berasal dari perseorangan (rumah tangga), perusahaan maupun
lembaga masyarakat lainnya. Sedangkan kerugiannya adalah biayanya
relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan dana dari modal sendiri,
misalnya untuk biaya bunga atau biaya promosi. Ada 3 (tiga) jenis
simpanan pada bank sebagai sarana untuk memperoleh dana dari
1. Giro (Demand Deposit)
Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang dapat
digunakan oleh pemiliknya sebagai alat pembayaran, dan penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, surat
perintah pembayaran lainnya (SPPL) atau dengan cara pemindahbukuan.
Rekening giro sering disebut juga dengan rekening koran yang dapat
digunakan untuk menatausahakan kredit yang diberikan dalam bentuk
rekening giro. Jenis rekening giro dapat berupa:
a. Rekening atas nama perorangan.
b. Rekening atas nama suatu badan usaha atau lembaga.
c. Rekening bersama atau gabungan.
Sifat sumber dana ini dapat dikategorikan sebagai sumber dana yang
sangat labil dan tidak memiliki jatuh tempo. Kelebihan sumber dana ini
adalah biayanya relatif lebih murah. Bunga yang dibayarkan bank kepada
pemegang rekening ini disebut sebagai “jasa giro”. Presentase jasa giro
yang diberikan cukup bervariasi antara bank satu dengan bank lainnya,
akan tetapi pada umumnya masih lebih rendah dibandingkan dengan suku
bunga deposito berjangka maupun tabungan.
2. Deposito (Time Deposit)
Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut
bersangkutan. Dilihat dari sudut biaya dana, maka dana yang bersumber
dari simpanan dalam bentuk deposito ini merupakan dana yang relatif
mahal dibandingkan dengan sumber dana lainnya, misalnya giro atau
tabungan. Sumber dana ini dapat dikategorikan sebagai sumber dana semi
tetap. Berbeda dengan giro, dana deposito akan mengendap di bank karena
para pemegangnya (deposan) tertarik dengan tingkat bunga yang
ditawarkan oleh bank dan adanya keyakinan bahwa pada saat jatuh tempo
bila dia (deposan) tidak ingin memperpanjang jangka waktu simpanannya,
maka dananya dapat ditarik kembali.
Dalam prakteknya terdapat 3 (tiga) jenis deposito yaitu:
a. Deposito berjangka.
Deposito berjangka adalah deposito yang dibuat atas nama dan tidak
dapat dipindahtangankan.
b. Sertifikat deposito.
Sertifikat deposito adalah deposito yang diterbitkan atas unjuk dan
dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan serta dapat dijadikan
sebagai jaminan bagi permohonan kredit.
c. Deposit on call.
Deposit on call adalah deposito yang saat penarikannya harus
diberitahukan terlebih dahulu kepada bank pada waktu yang ditetapkan
sesuai dengan kebijakan dan peraturan bank yang bersangkutan.
Biasanya hanya digunakan untuk deposan yang memiliki uang dalam
3. Tabungan (Saving Deposit)
Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat
lainnya yang dipersamakan dengan itu. Berbeda dengan simpanan giro
yang dapat digunakan oleh para pengusaha atau para pedagang untuk
melakukan transaksi, tabungan lebih ditujukan untuk maksud berjaga-jaga
atau keamanan dana oleh masyarakat luas.
Selain itu bila dibandingkan dengan giro atau deposito, peranan tabungan
dalam komposisi sumber dana perbankan relatif lebih kecil. Tingkat
fluktuasi dana tabungan ini dianggap sangat kecil dan tidak selabil dana
yang bersumber dari giro.
2.2.1.5. Alokasi Dana Bank
Dana yang telah berhasil dihimpun dari berbagai sumber tersebut
diatas, perlu dikelola secara efektif dan efisien dengan mempersiapkan
strategi penempatan dana berdasarkan rencana yang telah ditetapkan,
karena penempatan dana mempunyai beberapa tujuan yaitu:
1. Untuk mencapai tingkat profitabilitas yang cukup.
2. Untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar
posisi likuiditas tetap aman. Untuk mencapai tujuan tersebut, alokasi
diperlukan, semua kepentingan nasabah dapat dipenuhi. Penggunaan
dana bank pada prinsipnya dapat diklasifikasikan atas dasar:
1. Prioritas penggunaan dana
Menurut Siamat (1993 : 125), alokasi dana bank berdasarkan
prioritas penggunaan terdiri atas:
a. Cadangan primer (primary reserve).
Merupakan prioritas pertama dan yang paling utama dalam
alokasi dana bank.
b. Cadangan sekunder (secondary reserve).
Merupakan prioritas kedua dan sebagai pelengkap atau cadangan
pengganti bagi cadangan primer.
c. Penyaluran kredit.
Merupakan prioritas ketiga dalam alokasi dana bank setelah
mencukupi cadangan primer serta kebutuhan cadangan
sekunder.
d. Investasi portofolio.
Merupakan prioritas terakhir dalam alokasi dana bank dimana
dana yang dialokasikan dalam kategori ini adalah dana sisa
setelah penanaman dana dalam bentuk kredit telah memenuhi
kriteria atau target tertentu.
2. Sifat aktiva Alokasi dana bank berdasarkan sifat aktiva adalah
a. Penanaman dana dalam aktiva produktif.
Aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah dan valuta
asing yang dimiliki bank dengan maksud untuk memperoleh
penghasilan sesuai dengan fungsinya. Komponen aktiva
produktif terdiri atas kredit yang diberikan, penempatan pada
bank lain, surat-surat berharga dan penyertaan modal.
b. Penanaman dana dalam aktiva tidak produktif.
Aktiva tidak produktif adalah penanaman dana bank kedalam
aktiva yang tidak memberikan hasil bagi bank. Komponen dana
dalam bentuk aktiva tidak produktif terdiri atas alat-alat likuid
atau cash asset serta aktiva tetap dan inventaris. Sedangkan cara
penempatan (alokasi) dana bank dengan mempertimbangkan
sumber dana yang diperolehnya terdiri atas 2 (dua) pendekatan,
yang mana kedua pendekatan tersebut masih banyak
dipergunakan atau dipilih oleh eksekutif bank, yaitu:
1. Pool of fund approach
Pool of fund approach adalah penempatan dana bank dengan
tidak memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan
sumber-sumber dana seperti sifat dana, jangka waktu dan tingkat
harga perolehan sumber dana tersebut. Untuk lebih jelasnya
Gambar 1
Diagram Pool of Fund Approach
Sumber Dana Alokasi Dana
Giro
Deposito
Tabungan
Pool of Fund Approach
Cadangan Primer
Cadangan Sekunder
Kredit
Surat-surat Berharga
Aktiva Tetap
Modal
2. Asset allocation approach
Asset allocation approach adalah penempatan dana ke
berbagai aktiva dengan mencocokkan masing-masing sumber
dana terhadap jenis alokasi dana yang sesuai dengan sifat
dana, jangka waktu dan tingkat harga perolehan sumber dana
tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2
Gambar 2
Diagram Assets Allocation Approach
Sumber Dana Alokasi Dana
Cadangan
Primer
Namun kedua pendekatan yang telah digambarkan diatas,
masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan yang
dapat dilihat pada tabel perbandingan berikut ini. Giro
Deposito
Tabungan
Modal
Cadangan Sekunder
Kredit
Surat-surat Berharga
Tabel 1
Perbandingan Antara Kelebihan Dan Kekurangan Pool of Fund Approach Dengan Assets Allocation Approach
Pool of Fund Approach
Assets Allocation Approach
Kelebihan:
- Perhitungan biaya dana relatif sederhana.
- Pengelolaannya tidak kompleks.
Kelebihan:
- Mengalihkan penekanan
likuiditas kepada profitabilitas.
- Jumlah rata-rata cadangan likuiditas mengalami penurunan sehingga alokasi dana dapat dialihkan lebih banyak pada penyaluran
- Tidak diberikan dasar untuk
memperkirakan standart likuiditas.
- Tidak terdapat pertimbangan
terhadap perubahan giro, deposito, tabungan dan sumber dana lainnya.
- Mengabaikan likuiditas yang
berasal dari portofolio kredit melalui pembayaran cicilan kredit dan bunga secara terus-menerus. - Memperkecil peranan cadangan
sekunder sebagai likuiditas.
- Mengabaikan peran interaksi
aktiva dan pasiva dalam penyediaan likuiditas secara musiman.
Kekurangan:
- Keputusan mengenai jumlah
likuiditas dilakukan berdasarkan perkiraan atau perputaran simpanan.
- Bisa terjadi kelebihan
likuiditas yang menyebabkan keuntungan
menjdi berkurang.
- Portofolio kredit dianggap sama sekali tidak likuid sehingga kredit tidak dianggap sebagai sumber likuiditas yang potensial.
- Keputusam mengenai
manajemen aktiva – pasiva dibuat secara independent.
Berdasarkan klasifikasi dana dan asal sumber dana dalam
pengalokasian dana yang sudah dijelaskan tersebut, keduanya
menjelaskan adanya pengalokasian dana dalam bentuk
berharga dalam hal ini lebih didominasi oleh Sertifikat Bank
Indonesia (SBI). Baik Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan
kredit akan dijelaskan lebih lanjut dalam sub bab berikut ini.
2.2.1.6. Alokasi Dana Bank dalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk
dalam rupiah yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank
Indonesia sebagai pengakuan hutangnya. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Untuk pengendalian moneter.
b. Sebagai alternatif penanaman dana bagi lembaga keuangan dalam hal
ini adalah bank.
c. Untuk mengembangkan pasar uang dan pasar sekunder.
Untuk saat ini, industri perbankan cenderung lebih menyukai untuk
mengalokasikan dananya kedalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI), hal ini
dikarenakan tingkat suku bunga yang ditawarkan lebih menarik sehingga
tidak ada satu bank pun yang tidak mengalokasikan dananya kedalam
Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Di samping itu Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) merupakan instrumen surat berharga yang paling besar pasarnya
karena luasnya tidak dibatasi oleh permintaannya ataupun kelebihan
likuiditas sementara perbankan, tetapi dikaitkan dengan target moneter
pemerintah. Begitu pula dengan tingkat diskontonya yang tidak dapat
Indonesia (SBI) merupakan surat berharga yang paling likuid yang setiap
saat dapat dijadikan uang tunai tanpa mengakibatkan kerugian pada bank
yang memilikinya.
Menurut (Sihombing, 1990 : 49), kurva penawaran Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah elastis sempurna seperti dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Gambar 3
Hipotesis Kurva Penawaran untuk Sertifikat Bank Indonesia Tingkat diskonto SBI
SBI
0 Jumlah SBI yang ditawarkan
Sumber : Bank Indonesia, 2004, Perkembangan Indikator Sektor Riil Terpilih, Maret.
Ada beberapa alasan mengapa portofolio Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
lebih disenangi oleh industri perbankan sebagai alternatif investasi dana
yang bersifat sementara, yaitu:
a. Bebas dari default risk.
b. Marketable.
d. Merupakan sekuritas utama untuk jaminan memperoleh discount
window.
e. Dapat diperjualbelikan sebagai instrumen repo.
Khusus untuk jual beli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) cara perhitungan
bunganya menggunakan sistem diskonto dengan menganut rumus true
discount yaitu:
P = N x 360
360 + (t x i)
Dimana: p = nilai tunai
N = nilai nominal
t = tenor, yaitu sisa jangka waktu
i = tingkat diskonto yang disepakati antara pembeli dengan
penjual
2.2.2. Kredit
2.2.2.1. Pengertian Kredit
Menurut (Tjoekam, 1999 : 1), kata “kredit” berasal dari bahasa Latin yaitu credere yang berarti percaya atau to believe atau to trust.
faith). Ada beberapa pengertian kredit secara universal menurut
undang-undang Perbankan Indonesia, yaitu:
“ Penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak
lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan”.
(Undang-undang Perbankan No. 14 / 1967).
“ Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau
pembagian hasil keuntungan”. (Undang-undang Perbankan No. 7 / 1992).
“ Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. (Undang-undang
Perbankan No. 10 / 1998).
Selain itu bila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti
suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi kepada seseorang atau badan
usaha berlandaskan kepercayaan saat itu, bahwa nilai ekonomi yang sama
akan dikembalikan kepada kreditur setelah jangka waktu tertentu sesuai
dengan kesepakatan yang sudah disetujui antara kreditur dan debitur. Oleh
lembaga keuangan atau bank kepada seseorang atau badan usaha
berlandaskan kepercayaan.
Seseorang atau suatu badan atau lembaga keuangan yang memberikan
kredit percaya bahwa penerima kredit dimasa mendatang akan sanggup
memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan baik berupa barang, uang
ataupun jasa.
2.2.2.2. Unsur Kredit
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu
fasilitas kredit adalah sebagai berikut:
1. Kepercayaan, yang merupakan suatu keyakinan pemberi kredit (bank)
bahwa kredit yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau
jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu
dimasa yang akan datang.
2. Waktu, yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan
pemberian kredit dan pelunasannya.
3. Risiko, yang menyatakan adanya risiko yang mungkin muncul
sepanjang jarak antara saat memberikan dan pelunasannya.
4. Kesepakatan, yang menyatakan bahwa antara kreditur dan debitur
terdapat suatu persetujuan dan dibuktikan dengan suatu perjanjian
dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya
2.2.2.3. Sasaran Kegiatan Perkreditan
Sebagai salah satu unit usaha, proses kegiatan penyaluran kredit
bank umum merupakan usaha untuk mencapai sasaran kredit itu sendiri
yang pada prinsipnya untuk:
1. Memenuhi kebutuhan kredit oleh masyarakat yang merupakan tugas
bank-bank umum.
2. Menciptakan atau memperkuat hubungan nasabah dengan membiayai
usaha-usaha yang memenuhi syarat atau kredit.
3. Memelihara keamanannya dimana bank harus menerima kembali nilai
ekonominya setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian.
4. Penggunaannya terarah dimana kredit tersebut sungguh-sungguh dipakai
oleh debitur sesuai perencanaan perusahaan untuk meningkatkan
kinerja kegiatan usahanya.
5. Mendatangkan hasil usaha yaitu dengan memberikan hasil lebih kepada
bank, debitur dan otorita moneter.
Hal ini didasarkan pada kenyataan-kenyataan sebagai berikut:
1. Perkreditan merupakan kegiatan atau aktivitas yang terbesar dari
perbankan.
2. Besarnya angka pos kredit yang diberikan dalam neraca (posisi aktiva)
merupakan angka terbesar dalam neraca bank.
3. Penghasilan terbesar bank diperoleh dari bunga, provisi, komisi dan
4. Risiko terbesar yang dipikul oleh bank berasal dari kegiatan pemberian
kredit, seperti:
a. Risiko spread yang muncul sebagai akibat hasil negatif antara
selisih biaya bunga dan tingkat bunga kredit.
b. Risiko kredit bermasalah yang muncul sebagai akibat tidak dapat
dipenuhinya kewajiban nasabah kredit untuk membayar angsuran
maupun bunga kredit pada waktu yang sudah disepakati.
c. Risiko nilai jaminan yang muncul sebagai akibat turunnya nilai
jaminan yang dipegang bank dibandingkan dengan jumlah
pinjaman atau sisa pinjaman.
d. Risiko kurs valuta asing sebagai akibat kenaikan kurs valuta asing
terhadap mata uang lokal.
5. Kegiatan perkreditan pada suatu bank umum merupakan kegiatan yang
paling banyak memiliki struktur organisasi dan beragam sifatnya.
2.2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Besarnya Kredit
Mengapa seseorang memerlukan kredit? Manusia adalah homo
economicus dan setiap manusia selalu berusaha untuk memenuhi
kebutuhannya. Kebutuhan manusia yang beranekaragam sesuai dengan
hakekatnya selalu meningkat sedangkan kemampuan untuk mencapai
sesuatu yang diinginkannya itu terbatas. Hal ini menyebabkan manusia
bantuan dari bank dalam bentuk tambahan modal. Sebagai lembaga
keuangan, peranan bank dalam perekonomian sangatlah dominan. Hampir
semua kegiatan perekonomian masyarakat membutuhkan bank dengan
fasilitas kreditnya. Begitu dominannya pemberian kredit bank, sampai
banyak ahli berpendapat bahwa tidak satupun usaha bisnis di dunia ini
yang bebas dari kredit. Bahkan negara-negara kayapun banyak
memerlukan kredit dari lembaga-lembaga keuangan internasional, apalagi
negara-negara menengah dan miskin. Bila kita menyempatkan diri melihat
kepada cara manusia berusaha atau bekerja, akan ditemukan beberapa
faktor yang mempengaruhi permintaan kredit, seperti:
1. Perkembangan ekonomi negara dan daerah serta pengaruhnya terhadap
dunia usaha pada umumnya. Bila ekonomi negara itu berkembang,
maka ekonomi daerahnyapun akan memberikan dampak yang positif
bagi kehidupan serta pengembangan dunia usaha. Situasi ini sangat
memungkinkan permintaan kredit menjadi naik dan mendorong
jalannya perkreditan yang sehat, baik dalam pelayanannya,
penyalurannya maupun dalam pengembaliannya. Begitu pula bila
keadaan ekonomi negara tersebut sebaliknya.
2. Keadaan atau situasi perdagangan pada umumnya dan pengaruh
terhadap kehidupan rakyat banyak. Situasi perdagangan pada umumnya
akan memberikan refleksi daripada kemajuan atau kemunduran
ekonomi. Meningkatnya perdagangan mengakibatkan meningkatnya
mau, produsen menjadi meningkat pula akan permintaan dimana
pembayarannyapun akan meningkat pula, sehingga permintaan akan
kredit meningkat, lalu diiringi dengan pengembalian kredit yang lancar.
Akan tetapi bila keadaan perdagangan lesu maka keadaan sebaliknyalah
yang terjadi.
3. Tingkat kemakmuran manusia yang berpenghasilan tetap, turut berperan
dalam menunjukkan kenaikan dan penurunan permintaan akan kredit
serta kesehatan perkreditan manakala pihak-pihak yang berpenghasilan
mempunyai kunci kemakmuran yang cukup tinggi karena kebutuhan
konsumtifnya rata-rata terpenuhi, namun bila tingkat kemakmuran
mereka menurun, maka yang terjadi adalah yang sebaliknya. Sedangkan
faktor-faktor yang mempengaruhi besar atau kecilnya kredit akan
tergantung kepada titik temu kedua pendapat antara pemohon kredit
dengan pemberi kredit. Hal ini dikarenakan dilihat dari 2 (dua) sisi
kepentingan yaitu:
1. Pemohon kredit, yang menurut mereka besar atau kecilnya
permintaan kredit karena:
a. Kecukupan tersedianya modal atau kredit. Pemohon kredit
berpendapat bahwa modal yang akan diusahakannya ada pada
tingkat kecukupan. Apakah dalam ukuran kecil ataupun besar,
dalam arti tidak berlebih-lebihan dan juga tidak kekurangan.
ingin berusaha secara berencana dan tidak ada hambatan karena
faktor kurangnya modal usaha.
b. Keperluan biaya hidup. Artinya selama industri atau usahanya
belum atau tidak menghasilkan, perlu ditutup dengan kredit atau
pinjaman yang kemudian akan dibayar atau dicicil mulai sejak
industri atau usahanya menghasilkan.
c. Besarnya jaminan materi yang dapat diserahkan. Artinya kredit
dapat diminta dalam jumlah tertentu yang besarnya ditentukan
oleh jaminan materi yang dapat diserahkan.
2. Pemberi kredit (bank), yang menurut bank, besar atau kecilnya
permintaan kredit karena:
a. Kecukupan modal untuk usaha nasabah. Kredit dari bank
dipandang sebagai bantuan dalam mendorong pengembangan
usaha nasabahnya sehingga bank memandang nasabahnya tidak
perlu untuk memenuhi atau mencukupi seluruh kebutuhan
usahanya dengan kredit dari bank. Tetapi bank perlu membina
kemampuan nasabahnya untuk memupuk modal sendiri, agar
dalam memenuhi kecukupan modal usahanya tak perlu lagi
dipenuhi oleh kredit bank seluruhnya sehingga tidak terlalu
dibebani biaya bunga.
b. Biaya-biaya selama belum beroperasi atau berproduksi. Artinya
belum berproduksi, maka bank harus dapat memahaminya. Tetapi
hendaknya para nasabah dapat menyadarinya bahwa bila
biaya-biaya dibebankan selama belum berproduksi itu berlebihan atau
terlalu besar jumlahnya maka akan memberatkan nasabahnya
sendiri.
c. Kaitannya dengan jaminan. Jaminan itu memang perlu ada, tetapi
tidak merupakan tujuan mutlak dalam menentukan besar atau
kecilnya kredit yang akan diberikan bank. Jaminan merupakan
penguat kepercayaan bank dan tidak semata-mata untuk kemudian
melelangnya pada akhir perjanjian kredit, dimana bank
sebenarnya menuntut debitur untuk berlaku jujur (beritikad baik).
2.2.2.5. Tujuan Perkreditan
Dalam membahas tujuan kredit kita tidak dapat melepaskan diri
dari falsafah yang dianut oleh suatu negara, dan karena Pancasila adalah
sebagai dasar dan falsafah negara kita maka tujuan kredit tidak
semata-mata mencari keuntungan, melainkan disesuaikan dengan tujuan negara.
Selain itu kegiatan perkreditan melibatkan beberapa pihak seperti kreditur
(bank), debitur (penerima kredit), otorita moneter (pemerintah) dan bahkan
masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu tujuan perkreditan
1. Kreditur (bank) memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Perkreditan merupakan sumber utama pendapatannya.
b. Pemberian kredit merupakan perangsang pemasaran produk-produk
lainnya dalam persaingan.
c. Perkreditan merupakan instrumen penjaga likuiditas, solvabilitas dan
profitabilitas bank.
2. Debitur (penerima kredit) memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Kredit berfungsi sebagai sarana untuk membuat kegiatan usaha
makin lancar dan performance (kinerja) usaha semakin baik dari
pada sebelumnya.
b. Kredit meningkatkan minat berusaha dan keuntungan sebagai
jaminan kelanjutan kehidupan perusahaan.
c. Kredit memperluas kesempatan berusaha dan bekerja dalam
perusahaan.
3. Otorita moneter (pemerintah) memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Kredit berfungsi sebagai instrumen moneter.
b. Kredit berfungsi untuk menciptakan kesempatan berusaha dan
bekerja yang memperluas sumber pendapatan dan kemungkinan
membuka sumber-sumber pendapatan negara.
c. Kredit berfungsi sebagai instrumen untuk ikut serta meningkatkan
mutu manajemen dunia usaha sehingga terjadi efisiensi dan
4. Masyarakat memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Kredit dapat menimbulkan hubungan timbal balik dalam kehidupan
perekonomian.
b. Kredit mengurangi pengangguran karena membuka peluang usaha,
bekerja dan pemerataan pendapatan.
c. Kredit meningkatkan fungsi pasar karena adanya peningkatan daya
beli.
2.2.2.6. Fungsi Kredit
Dalam kehidupan perekonomian yang modern, bank memegang
peranan yang sangat penting. Hal ini antara lain disebabkan usaha pokok
bank adalah memberikan kredit dan kredit yang diberikan oleh bank
mempunyai pengaruh yang sangat luas dalam segala bidang kehidupan,
khususnya dibidang ekonomi. Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan
perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut:
1. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari uang, dalam arti:
a. Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan
uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan untuk
meningkatkan produksi atau usahanya.
b. Para pemilik uang atau modal dapat menyimpan uangnya pada
lembaga-lembaga keuangan, yang kemudian oleh lembaga-lembaga
2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang dalam arti
kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan
alat pembayaran baru seperti cek, bilyet giro dan wesel sehingga
apabila pembayaran-pembayaran dilakukan dengan cek, bilyet giro dan
wesel maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral. Selain itu
kredit perbankan yang ditarik tunai dapat pula meningkatkan peredaran
uang kartal sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang pula.
3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari barang dalam arti dengan
mendapat kredit para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi
barang jadi sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat.
4. Kredit dapat menjadi salah satu alat stabilisasi ekonomi dalam arti bila
keadaan ekonomi kurang sehat, kebijakan diarahkan kepada
usaha-usaha antara lain pengendalian inflasi, peningkatan ekspor dan
pemenuhan kebutuhan pokok rakyat dimana untuk menekan laju inflasi
pemerintah melindungi usaha-usaha yang bersifat nonspekulatif.
5. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat dalam arti
bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat mengatasi
kekurangmampuan para pengusaha dibidang permodalan tersebut
sehingga para pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya.
6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan dalam arti dengan
bantuan kredit dari bank para pengusaha dapat memperluas usahanya
dan mendirikan proyek-proyek baru. Apabila perluasan usaha serta
diperlukan pula tenaga kerja, maka pemerataan pendapatan akan
meningkat pula.
7. Kredit dapat sebagai alat hubungan ekonomi internasional dalam arti
bank-bank besar di luar negeri yang mempunyai jaringan usaha dapat
memberikan bantuan dalam bentuk kredit baik secara langsung maupun
tidak langsung kepada perusahaan-perusahaan di dalam negeri. Bantuan
dalam bentuk kredit ini tidak saja dapat mempererat hubungan ekonomi
antarnegara yang bersangkutan tetapi juga dapat meningkatkan
hubungan internasional.
Pada prinsipnya kredit itu hanya satu macam saja, yaitu uang
nasabah yang oleh bank dipinjamkan kepada nasabah kredit dan akan
dikembalikan pada suatu waktu tertentu dimasa mendatang disertai
dengan suatu kontraprestasi berupa bunga. Tetapi berdasarkan berbagai
keperluan usaha serta berbagai unsur ekonomi yang mempengaruhi
bidang usaha para nasabah, maka jenis kredit menjadi beragam, begitu
pula dengan prosedur pemberian kredit, jaminan dalam permintaan
kredit, tingkat suku bunga kredit, tingkat risiko dan aspek-aspek lain
yang berhubungan dengan pemberian kredit begitu luas dan
kompleksnya sehingga menurut penulis tidak memungkinkan untuk
menjelaskan secara rinci segala hal mengenai kredit dalam penulisan
tugas akhir ini. Oleh karena itu penjelasan mengenai kredit yang penulis
dapat uraikan hanya sampai pada fungsinya saja, selain agar tidak
bertele-tele. Selanjutnya akan disinggung sedikit mengenai bagaimana
manajemen bank berusaha untuk mengelola aktiva - pasivanya dalam
rangka mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki bank.
Tabel 2
Perkembangan Kredit Perbankan Menurut Penggunaan 2001 2002 2003 2004 (Agt) Kredit Modal Kerja
- Posisi (Rp triliun)
- Pertumbuhan (% tahunan)
- Pangsa (% total kredit)
Kredit Investasi
- Posisi (Rp triliun)
- Pertumbuhan (% tahunan)
- Pangsa (% total kredit)
Kredit Konsumsi
- Posisi (Rp triliun)
- Pertumbuhan (% tahunan)
- Pangsa (% total kredit)
Total Outstanding Kredit
Demikian pula, proses intermediasi perbankan juga telah banyak
mengalami perbaikan. Peningkatan dana masyarakat, perbaikan kondisi
internal perbankan, dan mulai bergairahnya kegiatan ekonomi telah
mampu meningkatkan penyaluran kredit oleh perbankan. Dalam lima
tahun terakhir outstanding kredit perbankan meningkat rata-rata sekitar
17,5% per tahun sehingga mencapai Rp. 505,2 triliun pada Agustus Grafik
1: Kinerja Bank-Bank Umum 2004 (Tabel 2). Dari sisi pengggunaannya,
kredit perbankan tersebut disalurkan untuk kredit modal kerja sebesar
51,7%, kredit konsumsi 26,0%, dan kredit investasi sebesar 22,3% dari
outstanding kredit Agustus 2004. Komposisi kredit seperti ini tidak
mengherankan karena karakteristik kegiatan ekonomi Indonesia yang
masih bertumpu pada konsumsi seperti dikemukakan di atas.
Akan tetapi dalam studi yang terkini dengan data hingga Juni 2004,
perkembangannya telah banyak berubah dan menunjukkan bahwa
fenomena credit runch sudah tidak terjadi lagi di Indonesia. Kondisi pasar
kredit telah normal kembali dengan penawaran kredit bank yang mampu
memenuhi permintaan kredit dari debitur. Lebih dari itu, konvergensi
kesenjangan penawaran dan permintaan kredit, rendahnya LDR, dan
tingginya undisbursed loans menunjukkan bahwa permintaan kredit yang
seharusnya perlu didorong untuk meningkatkan kredit perbankan, bukan
dari sisi penawaran kredit. Uraian di atas menunjukkan bagaimana eratnya
peningkatan peran dan pembiayaan sektor usaha yang sangat
ekonomi riil dan sektor keuangan di Indonesia. Keterkaitan itu dapat
dikarakteristikkan sebagai berikut. Pertama, permasalahan di sektor riil,
khususnya sektor perusahaan besar (korporat) dan BUMN, sementara
permintaan barang dan jasa dari masyarakat yang terus mengalami
peningkatan, telah memberikan peluang bagi peningkatan sektor usaha
mampu meningkatkan peran dan sekaligus penopang pertumbuhan
ekonomi yang dicapai Indonesia selama ini. Kedua, berbagai langkah
kebijakan yang ditempuh Pemerintah dan Bank Indonesia selama ini telah
mampu memperbaiki kondisi internal perbankan, baik dari sisi
permodalan, dana masyarakat, kredit, maupun profitabilitas.
Dengan perbaikan ini, bank-bank telah semakin bergairah dalam
penyaluran kredit kepada dunia usaha dan masyarakat. Lebih dari itu,
dengan peningkatan kegiatan ekonomi di sektor.
2.2.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
2.2.3.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB menurut Badan Pusat Statistik Jawa Timur adalah total nilai
barang dan jasa yang diproduksi di wilayah (regional) dalam waktu
tertentu (satu tahun).
Biasanya disebutkan bahwa besaran PDRB dapat dihitung melalui
pengukuran arus sirkular (circular flow), dan pengukuran dapat dibedakan
menjadi tiga cara : metode keluaran (the total-output method) ; metode
pendapatan dari produksi (the income-from-production method). Secara
popular, pendekatan perhitungan PDRB dengan metode yang pertama
dikenal dengan sebutan pendekatan pengeluaran, dan terakhir dikenal
dengan pendekatan pendapatan. Dalam kondisi ketersediaan data mentah
(raw data) di Indonesia, pendekatan yang terakhir belum diterapkan.
Perhitungan PDRB Jawa Timur.
Dalam perhitungannya, penulis menggunakan penyajian Produk
Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan pada tahun dasar 1993,
angka-angka pendapatan regional atas dasar harga konstan 1993 sangat
penting untuk melihat perkembangan riil dari tahun ke tahun dari setiap
agregat ekonomi yang diamati. Agregat yang dimaksud tersebut dapat
merupkan PBRB secara keseluruhan, nilai tambah sektoral (PDRB
sektoral) ataupun komponen penggunaan Produk Domestik Regional
Bruto. (Anonim, 2001 : 7)
2.2.3.2. Istilah-istilah Yang Berhubungan Dengan Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
1. Output
Output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam
suatu periode waktu tertentu. Pada dasarnya nilai output diperoleh
2. Biaya Antara
Biaya antara terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang
digunakan didalam proses produksi oleh unit-unit produksi dalam
domestik tertentu pada rentang waktu tertentu (biasanya satu tahun).
3. Nilai Tambah Bruto
Nilai tambah bruto merupakan pengurangan dari nilai output
dengan biaya antaranya, atau apabila dirumuskan menjadi : nilai
tambah bruto = output-biaya antara. Pengertian nilai tambah bruto
sangat penting untuk memahami apa yang dimaksudkan dengan
PDRB, yang tidak lain adalah penjumlahan dari seluruh besaran nilai
tambah bruto dari seluruh unit produksi yang berada pada regional
tertentu, dalam rentang waktu tertentu (biasanya satu tahun).
2.2.3.3. Pendekatan Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Cara perhitungan PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan, yaitu:
1. Menurut pendekatan produksi
PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu
(satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya
dikelompokkan menjadi 9 sektor atau lapangan usaha yaitu:
a. Pertanian.
c. Industri pengolahan.
d. Listrik, gas, dan air bersih.
e. Bangunan.
f. Perdagangan, hotel, dan restoran.
g. Pengangkutan dan komunikasi.
h. Jasa keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.
i. Jasa-jasa.
2. Menurut pendekatan pengeluaran
PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir, yaitu:
a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak
mencari untung.
b. Konsumsi pemerintah.
c. Pembentukan modal tetap domestik bruto.
d. Perubahan stock.
e. Ekspor netto, dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Ekspor netto adalah ekspor dikurangi impor. 3. Menurut pendekatan pendapatan
PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang
ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu
tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang
dimaksud yaitu upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan
keuntungannya. Semua hitungan tersebut sebelum dipotong pajak
kecuali faktor pendapatan, termasuk pula komponen penyusutan dan
pajak tidak langsung netto. Jumlah semua komponen pendapatan ini
menurut sektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Produk
domestik bruto merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha). (Anonim, 2001 : 5)
2.2.3.4. Hubungan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Permintaan Kredit
Bahwa PDRB berhubungan erat dengan permintaan disebabkan
dengan adanya kenaikan PDRB maka tingkat konsumsi masyarakat akan
semakin meningkat, oleh sebab itu jika PDRB meningkat maka permintaan
akan kredit juga akan mengalami peningkatan guna mencukupi tingkat
konsumsi yang dihadapi oleh masyarakat. Tingkat pendapatan nasional yang
tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat, dan selanjutnya
pendapatan masyarakat yang tinggi tersebut akan memperbesar permintaan
terhadap barang–barang dan jasa. Maka keuntungan perusahaan akan
bertambah tinggi dan ini akan mendorong dilakukannya lebih banyak
investasi. Jadi bisa dikatakan apabila pendapatan nasional bertambah
tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula.