• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM 1"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)c      Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum fisiologi hewan yang berjudul ³Reseptor Perasa´. Untuk menyelesaikan laporan ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1.Ê cedua orangtua tercinta dan segenap keluarga yang telah banyak memberi dorongan baik moril maupun materiil. 2.Ê Para probandus yang bersedia secara sukarela untuk membantu kelancaran pelaksanaan praktikum ini 3.Ê Asisten praktikum yang selalu membimbing Penulis dalam pelaksanaan praktikum dan pembuatan laporan hingga dapat diselesaikan secara keseluruhan Semoga Allah SWT berkenan mencatatnya sebagai amal shaleh. Penulis sadar bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Dengan iringan doa semoga laporan ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu dan wacana berpikir kita bersama. Amin.. Malang, 23 Maret 2011. Penulis           .

(2)      

(3)      

(4) 

(5)   ! " # $  %

(6)  Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui lokasi pengecap pada manusia dan mengetahui variasi waktu sensasi rasa. Praktikum ini menggunakan jasa 6 probandus dengan kriteria pria perokok, tidak merokok, suka pedas, tidak suka pedas, wanita suka pedas dan tidak suka pedas. Bahan yang digunakan adalah air, larutan gula (manis), larutan garam (asin), larutan asam sitrat (asam) dan larutan pil kina (pahit). Uji pertama adalah menentukan lokasi reseptor, dilakukan dengan mengoleskan setiap larutan uji pada bagian lidah tertentu yaitu ujung, tepi depan, tepi belakang dan pangkal. Data uji pertama digunakan untuk uji kedua. Uji kedua dilakukan dengan mengoleskan larutan uji pada bagian yang sensitif dengan rasa larutan uji dan dihitung waktu hingga muncul sensasi rasanya. Uji dibedakan antara kondisi lidah basah dengan kondisi lidah kering. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa tiap lokasi terkadang memiliki lebih dari 1 kepekaan rasa. Waktu sensasi juga bervariasi. Variasi tersebut disebabkan oleh gaya hidup, kondisi lidah dan jenis kelamin probandus. cata kunci : Gaya hidup, lidah, pengecap, rasa Ê             .

(7)    &  '(  &    )*)Ê.   Praktikum kali ini terdapat dua uji bagi probandus, yang pertama adalah menentukan lokasi reseptor pengecap dan yang kedua adalah menghitung waktu sensasi rasa muncul. Setiap uji memiliki tujuan masing-masing. Uji penentuan lokasi adalah untuk mengetahui lokasi pengecapan pada manusia, sedangkan uji kedua bertujuan untuk mengetahui variasi waktu sensasi pengecapan pada lidah dalam keadaan kering dan basah. Probandus yang dipilih berjumlah 6 dengan kriteria pria perokok, tidak merokok, suka pedas, tidak suka pedas, wanita suka pedas dan wanita tidak suka pedas. Pemilihan ini bertujuan untuk mengetahui apakah jenis kelamin dan gaya hidup seseorang mempengaruhi kepekaan indra pengecapnya. Uji pertama dimulai dengan membersihkan rongga mulut dengan berkumur. Tujuannya adalah untuk menghilangkan zat-zat yang dapat mengubah persepsi rasa pada mulut agar hasil yang dihasilkan dapat akurat. Selanjutnya, Ô  Ê  dicelupkan pada salah satu larutan uji yang merupakan representatif dari 4 rasa dasar yang dapat dirasakan manusia, yaitu manis (larutan gula), asam (larutan asam sitrat), asin (larutan garam dapur) dan pahit (larutan pil kina) (Bowen, 2006).   Ê Ê yang telah dicelupkan tersebut dioleskan pada berbagai bagian lidah, yaitu bagian ujung, tepi depan, tepi belakang dan pangkal, setelah itu dicatat rasa larutan dan daerah yang paling peka terhadap rasa tersebut. Pengulangan dilakukan sebanyak jenis larutan yang digunakan. 4 bagian lidah tersebut dipilih karena menurut Sherwood (2007), 4 tempat tersebut memiliki tingkat kepekaan paling tinggi pada salah satu dari 4 rasa dasar yang dapat dirasakan oleh manusia. Uji kedua dimulai dengan membersihkan rongga mulut seperti halnya uji pertama. Berdasarkan data yang telah didapatkan dari uji pertama, larutan uji dioleskan pada bagian lidah yang paling peka dengan rasa larutan tersebut, lalu dihitung waktu yang diperlukan untuk merasakan sensasi rasa tersebut dengan menggunakan   Ô . Setelah itu, mulut probandus dibersihkan dengan cara berkumur dan dilakukan pengulangan sejumlah jenis larutan uji yang dibuat. Perbedaan perlakuan yang dilakukan dalam uji ini adalah dibuat menjadi 2 variabel amatan, yaitu saat lidah kering dan saat lidah basah. Tujuannya adalah melihat perbedaan waktu yang.

(8) diperlukan untuk merasakan sensasi rasa yang ditimbulkan. Teori yang mendasari adalah sensasi rasa disebabkan oleh zat yang berbentuk cair atau larut dalam air, sehingga lebih cepat stimuli rasa pada lidah basah daripada lidah kering (Shallenberger!Ê1997). )*+Ê  &  )*+*)Ê (&  Praktikum kali ini mendapatkan data sebagai berikut: Tabel 1. Data Lokasi Reseptor Pengecap Probandus No.. Probandus. Ujung. 1.. Pria perokok (JR. Sulthan). 2.. Pria tidak merokok (M. Dwi Susan) Pria suka pedas (Bayu Hendra) Pria tidak suka pedas (Yustino) Wanita suka pedas (Sela) Wanita tidak suka pedas (Ratna). 3. 4. 5. 6.. Pahit Asam Manis Manis Pahit Manis. Letak Reseptor Pengecap Tepi Tepi Pangkal Depan Belakang Manis -. Asam Pahit Asam. Asam Pahit Asin. Pahit. -. Asin. Asam. Asin. Manis. Pahit Manis Asam. Manis. Asin. Asam. Pahit. Pahit. Pahit. Tabel 2. Waktu Sensasi Pengecap Probandus No 1. 2. 3. 4. 5. 6.. Probandus Pria perokok Pria tidak merokok Pria suka pedas Pria tidak suka pedas Wanita suka pedas Wanita tidak suka pedas. Manis c B 18 7 1 1. Waktu sensasi pengecap (s) Asam Asin c B c B 1 0 3 2 2 1 4 2. Pahit c B 13 12 1 1. >60. >60. 5,5. 2,8. 3,5. 2,4. 3,0. >60. 1,34. 1,77. 0,8. 1,75. 1,38. 1,77. 1,02. 0,9. 5. 4. 2. 1. 3. 2. 1. 1. 1,4. 3,8. 2,7. 1,3. 4,1. 1,8. 1,3. 2,2.

(9) )*+*+Ê %( Berdasarkan tabel data yang telah dibuat, dapat diketahui bahwa setiap probandus memiliki hasil percobaan yang berbeda-beda. Uji pertama dan kedua memiliki tingkat variasi yang tinggi dalam datanya. Uji pertama (tabel 1) menunjukkan bahwa tempat lidah yang paling peka pada 1 sensasi rasa sangat beragam dari tiap probandus. Menurut Sherwood (2007), tiap rasa memiliki tempat yang paling peka terhadap rasa tersebut pada lidah, yaitu manis di ujung lidah, asam di bagian samping, asin di tepi depan dan pahit di pangkal lidah. Data praktikum menunjukkan bahwa tidak semua probandus mengikuti teori tersebut. Probandus pria perokok pada ujungnya peka terhadap 3 rasa sekaligus, yaitu pahit, asam dan manis. Menurut Marieb (2009), hanya terdapat sangat sedikit perbedaan pada tiap lokasi sel reseptor rasa dan  

(10) Ê tidak hanya merespon 1 jenis rasa, bisa 2, 3 atau bahkan semua jenis rasa dasar. Probandus yang memiliki gaya hidup tidak merokok dan tidak suka pedas cenderung memiliki susunan kepekaan rasa yang sesuai dengan teori Sherwood (2007). Tabel 2 menunjukkan hasil dari uji kedua pada praktikum kali ini. Perbedaan waktu sensasi yang cukup signifikan pada lidah basah dengan lidah kering terlihat dari seluruh probandus, yaitu lidah basah memiliki waktu yang lebih cepat merasakan sensasi rasa daripada lidah yang kering. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Shallenberger (1997), bahwa lidah yang basah karena saliva ataupun air, dapat melarutkan ion-ion yang menyebabkan terjadinya sensasi rasa sehingga lebih mudah mencapai reseptor rasa pada membran sel pengecap. Hal ini dikarenakan oleh zat yang menyebabkan sensasi rasa (tastant) membutuhkan air untuk mencapai reseptor dan interaksi tastant dengan reseptor ditransmisikan melalui air. Berdasarkan data dari kedua uji tersebut, dapat diketahui bahwa gaya hidup juga mempengaruhi kepekaan dari sel-sel perasa di lidah. Probandus yang memiliki kebiasaan merokok dan memiliki kesukaan pada rasa pedas memiliki waktu sensasi pengecap yang lebih lama daripada yang tidak suka rasa pedas, tidak peduli jenis kelaminnya. Rasa pedas yang timbul saat kita memakan makanan pedas dirimbulkan oleh senyawa capsaicin (8-methyl-N-vanillyl-6nonenamide) yang banyak terkandung di cabai. Selain itu juga terdapat capsaicinoids yang merupakan senyawa yang mirip dengan.

(11) capsaicin. Saat dimakan, senyawa-senyawa tersebut akan berikatan dengan reseptor nyeri di mulut dan kerongkongan sehingga menyebabkan sensai rasa pedas, selanjutnya, stimuli ini akan diteruskan ke otak dan direspon dengan menaiknya denyut jantung, meningkatkan pengeluaran keringat dan pelepasan hormon endorfin. Makanan pedas di satu sisi memiliki manfaat bagi tubuh seperti meningkatkan nafsu makan, mengurangi resiko penyakit kardiovaskular, menurunkan berat badan bahkan berpotensi mengurangi resiko kanker. Namun, terlalu banyak memakan makanan pedas dapat menyebabkan iritasi pada lidah dengan mengubah geografis dari lidah sehingga dapat menyebabkan kepekaan pada rasa berkurang (Suaramedia, 2009). )*+*,Ê 

(12) -.

(13)  / Persepsi rasa yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh datadata yang diperoleh oleh organ sensor lainnya. Informasi-informasi seperti bau dari makanan, tekstur, suhu dan lain sebagainya dapat mempengaruhi rasa dari suatu makanan (Martini dan Nath, 2009). Menurut Mason dan Nottingham (2002), beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepekaan indra pengecap adalah : 1.Ê Suhu 2.Ê Tidur 3.Ê Tingkat lapar 4.Ê Umur 5.Ê Jenis kelamin Ambang rasa untuk setiap rasa juga dapat berpengaruh. Ambang rasa manis oleh sukrosa 0,1M, asin untuk natrium klorida 0,01M, asam untuk asam klorida 0,0009M dan pahit oleh quinin 0,8x10-6M. Ambang rasa berarti konsentrasi minimum bagi senyawa kimia tertentu untuk dapat melakukan transduksi pada sel pengecap sehingga akan menimbulkan sensasi rasa (Guyton, 1976). Faktor lain yang berpengaruh adalah adanya fenomena buta rasa. Beberapa orang mengalami akan adanya buta rasa pada lidahnya, yang berarti bila pada orang lain dapat merasakan suatu substansi, maka bagi orang yang buta rasa maka akan tidak berasa apa-apa. Contohnya adalah PTC (

(14)    Ô  

(15) ) yang tidak dapat merasakan rasa pahit (Martini dan Nath, 2009). Pemberian ektrak  Ô

(16) Ê 

(17)  ( 

(18)  Ê Ô) dapat memberikan pergantian rasa, yang sebelumnya berasa asam menjadi manis.

(19) dengan potensial rasa manis sama dengan potensial rasa asamnya (Shallenberger, 1997).  )*+*0Ê 

(20)  1/ 5 rasa klasik yang dapat dirasakan manusia (manis, asin, asam, pahit dan umami) ternyata melakukan mekanisme transduksi yang berbeda-beda dan terjadi di sel reseptor yang berbeda pula. 2 dari mekanisme ini merupakan     Ô (rasa asin dan asam) dan sisanya (rasa manis, umami dan pahit) merupakan 

(21)    Ô dan dimediasi oleh GPCRs (Hill

(22) Ê !Ê2008).. Gambar 1. Mekanisme transduksi tiap rasa (Mann, 2011) Mekanisme transduksi yang paling simpel adalah mekanisme transduksi rasa asin. Makanan yang memiliki rasa asin biasanya mengandung ion natrium atau sodium (Na+) dan ion ini dengan mudah memasuki sel pengecap melalui kanal natrium atau kanal kationik (Mann, 2011). Substansi garam yang memberikan rasa garam yang asli hanyalah NaCl, beberapa jenis garam yang lain biasanya memberikan rasa yang pahit (Shallenberger, 1997). cetika kita memakan makanan yang mengandung ion tersebut, maka konsentrasi di mulut akan lebih tinggi dan menyebabkan depolarisasi pada sel pengecap. PNa akan lebih dari 0 dan kelebihan Na+ akan.

(23) menyebabkan perubahan positif pada potensial membran. canal pengecap rasa sama sekali tidak berhubungan dengan Ñ  

(24)  

(25) Ê Na+ Ô 

(26)  pada axon dan menunjukkan sedikit persamaan dengan kanal Na+ pada ginjal. Sensivitas rasa asin sedikit tidak peka dibandingkan dengan rasa lain. Selain mekanisme transduksinya yang terkesan tidak sensitif, manusia terdaptasi dengan rasa asin karena saliva memiliki konsentrasi NaCl sedikitnya 1.0 mM dan meningkat saat saliva makin banyak. consentrasi NaCl minimum agar suatu makanan berasa asin adalah 50 mM (Hill

(27) Ê ! 2008). Seperti halnya rasa asin, rasa asam juga ditransduksi menggunakan Ô 

(28) Ê 

(29) . Rasa asam ditimbulkan oleh senyawa asam atau ion H+. ion tersebut dapat memasuki sel melalui Ô  ÔÊ Ô 

(30)  (Mann, 2011).  

(31) Ê yang memediasi masuknya ion tersebut dibentuk pada sel pengecap PcD1L3 dan PcD2L1 yang merupakan anggota dari keluarga   Ô ÔÔÊ 

(32) Ê 

(33) 

(34) yang mirip dengan  Ê Ô 

(35) . cedua Ô 

(36) Ê ini selektif permeabel terhadap ion H+. PcD1L3 dan PcD2L1 diekspresikan secara bersama pada sel pengecap yang berbeda. Bila gen yang mengekspresikan PcD2L1 dihilangkan, maka kemampuan mengecap rasa asam akan menghilang pula (Hill

(37) Ê !Ê2008). Rasa manis dimediasi oleh suatu dimer protein yang disebut dengan T1R3 dan T1R2. cedua protein ini memiliki daerah terminal amino yang besar dan ekstraseluler yang membentuk daerah pengikatan gula. Rasa umami yang ditimbulkan oleh makanan dengan protein tinggi juga disensor oleh dimer yang sama, T1R3 dengan protein lain, T1R1. T1R1 dan T1R2 terekspresi pada populasi sel yang berbeda, dan akhirnya mengindikasi terdapat kumpulan sel pengecap yang berbeda yang memediasi kedua rasa tersebut (Hill

(38) Ê !Ê2008). Rasa pahit dimediasi oleh GPCRs yang lebih besar dan memiliki 

(39) 

(40)

(41) Ê yang berbeda. Hal ini mungkin didasari oleh senyawa yang menyebabkan rasa pahit sangat beragam. celuarga protein yang memediasi rasa ini adalah keluarga T2R yang memiliki 30 jenis anggota. Reseptor ini terekspresi pada kumpulan sel pengecap yang unik sehingga tidak akan mengekspresikan reseptor T1R. Reseptor pahit tidak dibagi-bagi secara populasi sel, namun satu sel pengecap rasa pahit dapat mengecap semua jenis rasa pahit dan mungkin itulah alasan mengapa kita tidak dapat membedakan rasa-rasa pahit (Hill

(42) Ê ! 2008)..

(43)  Ô Ê  dari 3 rasa yang dimediasi oleh GPCRs menggunaakan 

(44) Ô Ê 

(45) 

(46) 

(47)  (Mann, 2011). G protein (Ô), yang mengaktivasi    

(48) Ê , memproduksi 2 

(49) Ô Ê 

(50) 

(51) 

(52)  IP3 dan  Ô  Ô

(53)  . Mekanisme ini menyebabkan   pada Ô 

(54) Ê TRP (TRPM5). Menghilangkan gen yang mengkode    

(55) Ê Ê ataupun TRPM5 maka akan menghilangkan kemampuan mengecap rasa manis, umami dan pahit, namun tetap dapat merasakan asin dan asam, karena mekanisme transduksinya dan gen yang mengkode mediator transduksi berbeda (Hill

(56) Ê !Ê2008). Transduksi tersebut akan menimbulkan sinyal elektrik atau sinaps pada sel pengecap. Sinyal elektrik sensasi rasa tersebut akan disalurkan melalui 3   Ê(Boroditsky, 1999): 1.Ê Saraf Ô  Ê    (dari lidah bagian depan dan samping) 2.Ê Saraf     

(57)  (dari lidah bagian pangkal) 3.Ê Saraf Ñ Ê(dari mulut dan laring). Gambar 2. Saraf indra pengecap (Jacob, 2008) cetiga saraf tersebut membentuk koneksi ke batang otak pada bagian NST (Ô

(58) Ê Ê    Ê  Ô) sebelum mencapai thalamus dan akhirnya akan disalurkan ke daerah insula dan korteks operkulum frontal di bagian lobus frontal otak untuk diolah (Boroditsky, 1999)..

(59) )*+*2Ê /  Permukaan lidah memiliki kondisi geografis yang begitu unik. condisi geografis tersebut disebabkan oleh adanya proyeksi sel epithel lidah yang disebut  Ê 

(60) . Mamalia memiliki 3 jenis papilla, yaitu papilla filiform (dari kata filum atau benang), papilla fungiform (fungus atau jamur) dan papilla circumvallate (circum, yang berarti berputar dan vallum yang berarti di dinding) (Martini dan Nath, 2009). Namun menurut Boroditsky (1999), terdapat 1 jenis papilla lagi, yaitu papilla foliata yang berbentuk lipatan-lipatan pada tepi lidah. Papilla yang memiliki sel pengecap adalah semua tipe papilla kecuali papillia filiform.. Gambar 3. Lidah, Papila dan  

(61) Ê (Jacob, 2008) Fungsi papilla sendiri bermacam-macam. Papilla filiform tidak dapat mengecap rasa, namun berfungsi sebagai pemberi gaya gesek agar lidah dapat memindahkan objek secara mudah di dalam rongga mulut. Papilla lainnya akan berfungsi sebagai indra pengecap, karena di dalamnya terdapat sel pengecap. Papilla circumvallate membentuk huruf V pada tepi posterior dari lidah (Martini dan Nath, 2009). )*+*3Ê.    Anomali dapat terjadi pada indra perasa. Hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor dari luar maupun dari dalam. Beberapa contoh anomali yang sering dijumpai adalah buta rasa, atau PTC. Gejala PTC adalah tidak dapatnya individu untuk merasakan rasa pahit seperti orang-orang normal biasanya (Martini dan Nath, 2009)..

(62) Anomali lain adalah terapi lidah dengan  Ô

(63) Ê 

(64)  Ê yang dapat mengubah persepsi rasa asam menjadi manis (Shallenberger, 1997). Menurut Jacob (2008), terdapat suatu fenomena anomali lain, yaitu 

(65) Ê  

(66) . Fenomena ini ditemukan pada orang-orang yang memiliki papila perasa yang lebih daripada normal. Mereka dibedakan dengan peningkatan densitas papila fungiform dan sensivitas ekstrim dari -propylthiouracil (PROP). Orang-orang. 

(67) Ê  

(68) Ê cenderung tidak menyukai sayuran hijau dan makanan berlemak. Bila didasarkan pada hasil praktikum kali ini, anomali indra perasa juga dapat disebabkan oleh gaya hidup, yaitu merokok dan menyukai masakan pedas..

(69)    !!  +*)*Ê c / Lokasi pengecap pada manusia adalah ada pada lidah dengan pembagian bagian ujung untuk rasa manis, bagian tepi depan untuk rasa asin, bagian tepi belakang untuk asam dan pangkal untuk pahit. Variasi waktu sensasi dapat dipengaruhi oleh kondisi lidah, gaya hidup seseorang dan jenis kelamin. +*+*Ê  Sebaiknya pada praktikum ini dilakukan juga percobaan dengan berbagai konsentrasi larutan uji yang diketahui. Harapannya dapat mengetahui ambang batas dari probandus..

(70) (  ! c   Boroditsky, L. 1999.  

(71) !Ê 

(72) Ê Ê  Ô Ê 

(73) Ô

(74) Ê  

(75) . http://wwwpsych.stanford.edu/~lera/psych115s/notes/lecture11/ tanggal akses 16 Maret 2011. Bowen, R. 2006.     Ê Ê  

(76)  http://www.vivo.colostate.edu/hbooks/pathphys/digestion/preg astric/taste.html tanggal akses 16 Maret 2011. Guyton, A.C. 1976. 

(77)  Ê Ê

(78) Ô Ê    . W.B. Saunders Company: Philadelphia. Hill, R.W., G.A. Wyse dan M. Anderson. 2008.  Ê     Ê  Ê! . Sinauer Associates Inc.: Massachusetts. Jacob, T. 2008. 

(79) Ê     Ê Ê  

(80) . http://www.cardiff.ac.uk/biosi/staffinfo/jacob/teaching/sensory /taste.html tanggal akses 23 Maret 2011. Mann, M.D. 2011.  

(81) Ê "Ê #Ê 

(82)   Ê $

(83) Ô

(84)  . http://www.unmc.edu/physiology/Mann/mann4b.html tanggal akses 20 Maret 2011. Marieb, E. N. 2009. !

(85)  Ê Ê % Ê    Ê Ê     Ê & Ê! . Benjamin Cummings: San Francisco. Martini, F.H. dan J.L. Nath. 2009. ' 

(86)  Ê Ê    Ê Ê     Ê( Ê! . Benjamin Cummings: San Francisco. Mason, R.L. dan S.M. Nottingham. 2002. 

(87)   Ê !Ñ   Ê    The University of Queensland: Queensland. Shallenberger R.S. 1997.  

(88) Ê$

(89) Ô  Ê

(90)  . Pure & Appl. Chem. Vol 69. No 4: 659-666. Sherwood, L. 2007. % Ê     !Ê  Ê 

(91) Ê  Ê  

(92) Ê ) Ê ! . Brooks/Cole: Belmont Suaramedia. 2009. !

(93) Ê

(94)  Ê

(95)  Ê  !Ê* Ê Ê

(96)  Ê   Ê 

(97) . http://www.suaramedia.com/gayahidup/makanan/39744-efek-negatif-sensasi-cabai-iritasi-lidahdengan-pola-aneh.html tanggal akses 20 Maret 2011..

(98)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk larutan koloid liofilik diperlukan NaCl (larutan elektrolit) yang lebih banyak dibandingkan dengan larutan koloid liofobik karena pada koloid liofilik terdapat

Bahan yang digunakan dalam uji ini yaitu albumin asam sulfosalisilat adalah larutan yang paling cepat mengalami penngendapan pada tetes 18 dan mencair pada tetes ke

Untuk pedas (spicy), bukan merupakan rasa, tetapi sensasi panas yang mengaktifkan reseptor pada kulit lidah, jadi tidak melalui kuncup rasa. Peta rasa lidah yang mengatakan

 Pada uji ninhidrin, larutan putih telur, larutan kuning telur, larutan tyrosin dan larutan histidin menunjukkan hasil positif, dimana keempat sampel

Identifikasi hasil produksi gas chlorine yang didapatkan terlihat pada perubahan warna larutan KI selama elektrolisis namun pada praktikum yang telah dilakukan, larutan KI

Cacing yang sudah aktif diletakan pada cawan petri yang berbeda untuk tiap larutan uji, cawan petri yang pertama untuk larutan uji pirantel palmoat 5% sebanyak ±10mL, cawan petri

Larutan fiksatif yang paling umum digunakan untuk histopatologi adalah larutan 4% formaldehid yang biasa disebut dengan formalin 10%.. Penggunaan larutan ini telah 50 tahun

1 Fungsi larutan 0 control : Sebagai pembanding dengan onsentrasi larutan deterjen dan sebagai bukti bahwa larutan 0 kontrol adalah larutan yang paling baik dalam pertumbuhan karena