• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Fisika Farmasi Dispers

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Fisika Farmasi Dispers"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTIKUM FISIKA FARMASI

DISPERSI KOLLOIDAL DAN SIFAT-SIFATNYA

I. TUJUAN

1. Mahasiswa dapat mengerti gambaran mengenai sifat-sifat larutan kolloidal dan mengenal penggolongan larutan kolloidal.

2. Mahasiswa dapat mengenal macam-macam dispersi koloidal dengan baik dan benar.

II. DASAR TEORI

Sistem terdispersi terdiri dari partikel-partikel kecil (fase terdisper) yang terdistribusi dalam medium (medium terdispersi). Partikel-partikel kecil yang terdispersi terdiri dari berbagai ukuran mulai dari ukuran atom dan molekul hingga partikel-partikel besar yang dapat diukur dalam satuan millimeter. Untuk itu system terdispers digolongkan dalam 3 golongan yaitu dispersi molekul, dispersi koloid, dan dispersi kasar. Mobilitas koloid dipengaruhi oleh perubahan kimia larutan yang mengubah interaksi gaya- gaya antara permukaan koloid dan butiranaquifer. Gaya antar muka itu terdiri dari gaya tarik menarik Londonvan der Waals dan gaya tolak menolak. Hasil netto dari interaksi kedua gaya permukaan tersebut dijelaskan dengan teori DLVO. Agar koloid dapat bergerak perubahan kimia larutan harus menghasilkan gaya repulsi pada permukaan koloid dan butiran yang lebih besar dari gaya tarik menariknya. Transport koloid ini dapat dihambat dengan filtrasi. Karenaukurannya yang relatif besar dibandingkan dengan larutan, maka koloid mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan unsure terlarut (Stoker, 1993).

(2)

dengan konsentrasi rendah. Jika konsentgrasi ditingkatkan, terjadi agregasi pada suatu jangkauan konsentrasi yang sangat sempit (Martin, 2008).

Terdapat 2 metode yang umum digunakan untuk membentuk suatu larutan koloidal yaitu:

Metode kondensasi, menggabungkan partikel-partikel kecil (ion-ion dan molekul) untuk membentuk partikel-partikel yang lebih besar yang masuk dalam jarak ukuran koloidal. Ini biasanya dilakukan dengan jalan mengganti solvent atau pelarut atau dengan jalan melakukan reaksi kimia tertentu. Metode dispersi, menggunakan teknik pengecilan ukuran dari partikel yang berdimensi koloidal. Untuk digunakan disintegrator mekanik seperti koloid mill. Seringkali solvent/pelarut atau solvent dari pelarut yang dicampur dengan zat lain dapat menyebabkan partikel non koloidal menjadi koloidal. Metode dispersi tipe ini khusus dinamakan peptisas (Koordinator Praktikum Farmasi Fisika, 2013).

III. ALAT DAN BAHAN

ALAT BAHAN

1. Beker Glass 2. Viskometer 3. Piknometer 4. Mortir/ Stamper 5. Labu Ukur 6. Cawan Porselin 7. Erlenmeyer 8. Buret 9. Gelas Ukur 10. Pompa filler 11. Neraca digital

1. Mucilago Gum Arabici 35%

2. Larutan Natrium Lauril Sulfat 0,1% 3. Larutan Gelatin 5% dan 10%

4. Larutan FeCl3 0,25 gram dan 0,5 gram 5. Larutan NaCl 20%

6. Alkohol 7. Air Es

(3)

A. Pembuatan Larutan Kolloidal

1. Pembuatan larutan mucilago gom arab 35% sebanyak 100mL

2. Pembuatan larutan Natrium lauril sulfat 0,1% sebanyak 100mL

3. Pembuatan larutan FeCl3 0,25% dan 0,5% sebanyak 100mL

5. Pembuatan larutan gelatin 5% sebanyak 100mL

Ditambahkan aquadest hingga batas tanda, homogenkan

Diaduk hingga homogen, larutan yang terbentuk dimasukan dalam labu takar 100mL Ditimbang gom arab 35gr, dimasukan dalam mortir

Diukur aquadest, dimasukan dalam mortir sedikit demi sedikit

Ditimbang Na laurel sulfat 0,1 gr, dimasukan dalam beaker glass

Diukur aquadest setengah volume total, dimasukan dalam beaker glass aduk homogen

Dimasukan larutan yang terbentuk dalam labu takar 100mL

Ditambahkan aquadest hingga tanda, homogenkan

Ditimbang FeCl3 0,25 gram dan 0,5gram, dimasukan dalam mortir

Diukur aquadest panas, dimasukan dalam mortir sedikit demi sedikit

Diaduk hingga homogen, larutan yang terbentuk dimasukan dalam labu takar 100mL

(4)

6. Pembuatan larutan gelatin 10% sebanyak 100mL

B. Penentuan Bj zat

1. penentuan volume piknometer pada suhu percobaan Ditimbang gelatin 5 gr, dimasukan dalam mortir

Diukur aquadest panas, dimasukan dalam mortir sedikit demi sedikit

Diaduk hingga homogen, larutan yang terbentuk dimasukan dalam labu takar 100mL

Ditambahkan aquadest hingga tanda, homogenkan

Ditimbang gelatin 10 gr, dimasukan dalam mortir

Diukur aquadest panas, dimasukan dalam mortir sedikit demi sedikit

Diaduk hingga homogen, larutan yang terbentuk dimasukan dalam labu takar 100mL

Ditambahkan aquadest hingga tanda, homogenkan

Ditimbang piknometer yang bersih dan kering

Diisi piknometer dengan air hingga penuh

Direndam piknometer dalam air es hingga ±20 dibawah suhu percobaan

Ditutup piknometer, biarkan pipa kapiler terbuka dan suhu air naik sampai mencapai suhu percobaan lalu pipa kapiler piknometer ditutup

(5)

Cara Perhitungan :

Bobot piknometer + air = A (gram)

Bobot piknometer kosong = B (gram)

-Bobot air = C (gram)

Kerapatan air pada suhu percobaan (tabel) = �air

Volume piknometer (Vp 1) = C (gram) �air (gram/ml)

2. Penentuan kerapatan dan berat jenis zat cair

Dihitung dengan cara perhitungan berikut:

1. Bobot piknometer kosong = B (gram) 2. Volume piknometer = Vp (ml)

3. Kerapatan air pada suhu percobaan (tabel)= �air

4. Kerapatan zat cair: ρ=DB(gram)

Vp(ml) = ... gram.ml -1

5. Berat jenis zat cair: d=ρ kloroform

ρ air

C. Viskositas Kolloid

Lihat dalam tabel berapa kerapatan air pada suhu percobaan yang digunakan untuk menghitung volume air = volume piknometer

Diisi piknometer dengan zat cair hingga penuh

Direndam piknometer dalam air es hingga ±20 dibawah suhu percobaan

Ditutup piknometer, biarkan pipa kapiler terbuka dan suhu zat cair naik sampai mencapai suhu percobaan lalu pipa kapiler piknometer ditutup

Diusap air yang menempel dengan tissue kemudian piknometer ditimbang. Misal bobot zat X= D (gram)

(6)

1. Pengecekan viskositas larutan FeCl3 0,25%

2. Pengecekan viskositas larutan FeCl3 0,5%

3. Pengecekan viskositas larutan gelatin 5%

4. Pengecekan viskositas larutan gelatin 10%

D. Pengaruh elektrolit terhadap kolloid

Disiapkan viscometer brookfield, diambil larutan FeCl3 0,25% masukan dalam beaker

Diletakan beaker berisi larutan di bawah spindle, alat diatur

Dilakukan pengecekan dan catat hasil

Disiapkan viscometer brookfield, diambil larutan FeCl3 0,5% dimasukan dalam beaker

Diletakan beaker berisi larutan di bawah spindle, alat diatur

Dilakukan pengecekan dan catat hasil

Disiapkan viscometer brookfield, diambil larutan gelatin 5% dimasukan dalam beaker

Diletakan beaker berisi larutan di bawah spindle, alat diatur

Dilakukan pengecekan dan catat hasil

Disiapkan viscometer brookfield, diambil larutan gelatin 10% masukan dalam beaker

Diletakan beaker berisi larutan di bawah spindle, alat diatur

(7)

1. Titrasi larutan mucilago gom arab 35% dengan NaCl 20%

2. Titrasi larutan Na lauril sulfat 0,1% dengan NaCl 20%

3. Titrasi larutan FeCl3 0,25% dengan NaCl 20%

4. Titrasi larutan FeCl3 0,5% dengan NaCl 20%

5. Titrasi larutan gelatin 5% dengan NaCl 20%

Diambil 20mL larutan gom 35%, dimasukan dalam labu erlenmeyer

Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form

Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan

Diambil 20mL larutan Na lauril sulfat 0,1%, dimasukan dalam labu erlenmeyer

Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form

Dicatat pada penambahan tiap berapa mL terjadi endapan

Diambil 20mL larutan FeCl3 0,25%, dimasukan dalam labu erlenmeyer

Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form

Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan

Diambil 20mL larutan FeCl3 0,5%, dimasukan dalam labu erlenmeyer

Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form

(8)

\

6. Titrasi larutan gelatin 10% dengan NaCl 20%

7. Titrasi campuran larutan FeCl3 0,5% dan larutan gelatin 10% dengan NaCl 20%

E. Pengaruh alkohol terhadap kolloid

1. Titrasi larutan gelatin 5% dengan Alkohol 96%

Diambil 20mL larutan gelatin 5%, dimasukan dalam labu erlenmeyer

Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form

Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan

Diambil 20mL larutan gelatin 10%, dimasukan dalam labu erlenmeyer

Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form

Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan

Diambil 5 mL larutan gelatin 10%, dimasukan dalam labu Erlenmeyer, homogenkan

Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form

Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan Diambil 20mL larutan FeCl3, dimasukan dalam labu erlenmeyer

Diambil 10mL larutan gelatin 5%, dimasukan dalam labu erlenmeyer

Dilakukan titrasi dengan larutan Alkohol 95%

(9)

2. Titrasi larutan gelatin 10% dengan Alkohol 96%

F. Reversibilitas Kolloid

1. Reversibilitas larutan gom 35%

2. Reversibilitas larutan Na lauril sulfat 0,1%

3. Reversibilitas larutan FeCl3 0,25%

Diambil 10mL larutan gelatin 10%, dimasukan dalam labu erlenmeyer

Dilakukan titrasi dengan larutan Alkohol 96%

Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan pada form

Diambil 10 mL larutan mucilago gom arab 35%, diuapkan hingga kering

Diukur 10 mL air dingin, dicampurkan pada hasil pengeringan

Diamati perubahan yang terjadi, catat hasil

Diambil 10 mL larutan Na lauril sulfat 0,1%, diuapkan hingga kering

Diukur 10 mL air dingin, dicampurkan pada hasil pengeringan

Diamati perubahan yang terjadi, catat hasil

Diambil 10 mL larutan FeCl3 0,25%, diuapkan hingga kering

Diukur 10 mL air dingin, dicampurkan pada hasil pengeringan

(10)

4. Reversibilitas larutan FeCl3 0,5%

V. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA SERTA GRAFIK A. Hasil Pengamatan

1. Kelompok 1

A. Viskositas Kolloid menggunakan Viskometer Brookfield

Larutan Replikasi I Replikasi II Replikasi III

η % η % η %

Gelatin 5% 4,2 Cp 0,7% 3,0 Cp 0,5% 3,0 Cp 0,6% Gelatin 10% 7,2 Cp 1,2% 7,2 Cp 1,2% 8,4 Cp 1,4% FeCl3 0,25% 0,6 Cp 0,5% 0,8 Cp 0,7% 1,2 Cp 1,0 %

FeCl3 0,5% 1,8 Cp 1,5% 1,6 Cp 1,3 % 1,4 Cp 1,2 %

B. Pengaruh Elektrolit Terhadap Koloid Larutan : PGA 10% (Replikasi I)

Penambahan larutan NaCl 20% ke-I II III I

V

V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV

- - - +

15,6 ml

Larutan : PGA 10% (Replikasi II)

Penambahan larutan NaCl 20%

ke-I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV

- - - +

15 ml Larutan : PGA 10% (Replikasi III)

Penambahan larutan NaCl 20%

ke-Diambil 10 mL larutan FeCl3 0,5%, diuapkan hingga kering

Diukur 10 mL air dingin, dicampurkan pada hasil pengeringan

(11)

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV

- - - +

15,4 ml

Larutan : Na Lauril Sulfat 0,1% (Replikasi I)

Penambahan larutan NaCl 20%

ke-I II III I

V

V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV

- - - +

20,4 ml

Larutan : Na Lauril Sulfat 0,1% (Replikasi II)

Penambahan larutan NaCl 20%

ke-I II III IV V VI VI

I

VIII IX X XI XII XIII XIV XV

- - - +

15,5 ml

Larutan : Na Lauril Sulfat 0,1% (Replikasi III)

Penambahan larutan NaCl 20%

ke-I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV

- - - +

16,2 ml

Larutan : Gelatin 5% (Replikasi I)

Penambahan larutan NaCl 20%

ke-I II III IV V VI VI

I

VIII IX X XI XII XIII XIV XV

- - - - +

(12)

ml

Larutan : Gelatin 5% (Replikasi II)

Penambahan larutan NaCl 20%

ke-I II III IV V V

I VI

I

VIII IX X XI XII XIII XIV XV

- - - - +

6,4 ml

Larutan : Gelatin 5% (Replikasi III)

Penambahan larutan NaCl 20%

ke-I II II

I

IV V V

I

VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV

- - - - 9,5

ml

Larutan : Gelatin 10% (Replikasi I)

Penambahan larutan NaCl 20%

ke-I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV

- +

4,2 ml

Larutan : Gelatin 10% (Replikasi II)

Penambahan larutan NaCl 20%

ke-I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV

- +

4 ml

(13)

Penambahan larutan NaCl 20%

ke-I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV

- +

3,6 ml

Larutan : FeCl3 0,5 % dan Gelatin 5% (Replikasi I)

Penambahan larutan NaCl 20%

ke-I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV

- - +

4,6 ml

Larutan : FeCl3 0,5% dan Gelatin 5% (Replikasi II)

Penambahan larutan NaCl 20%

ke-I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV

- - +

5 ml

Larutan : FeCl3 0,5% dan Gelatin 5% (Replikasi III)

Penambahan larutan NaCl 20%

ke-I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV

- - +

4,8 ml

Larutan : FeCl3 0,25% dan Gelatin 5% (Replikasi I)

Penambahan larutan NaCl 20%

ke-I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV

- - +

4,2 ml

(14)

A. Reversibilitas Kolloid Replikasi I

No .

Nama Larutan Hasil

1. PGA 10% Reversibel (Kembali seperti semula) 2. Na Lauril Sulfat

0,1%

Reversibel (Kembali seperti semula)

3. FeCl3 0,5% Ireversibel (Tidak kembali seperti semula,

ada endapan)

Replikasi II No

.

Nama Larutan Hasil

1. PGA 10% Reversibel (Kembali seperti semula) 2. Na Lauril Sulfat

0,1%

Reversibel (Kembali seperti semula)

3. FeCl3 0,5% Ireversibel (Tidak kembali seperti semula,

ada endapan)

Replikasi III No

.

Nama Larutan Hasil

1. PGA 10% Reversibel (Kembali seperti semula) 2. Na Lauril Sulfat

0,1%

Reversibel (Kembali seperti semula)

3. FeCl3 0,5% Reversibel (Kembali seperti semula)

2. Kelompok 2

A. Viskositas Kolloid menggunakan Viskometer Brookfield

Larutan Replikasi I Replikasi II Replikasi III

(15)

Gelatin 5% 4,2 Cp 0,7% 3,0 Cp 0,5% 3,0 Cp 0,6% Gelatin 10% 7,2 Cp 1,2% 7,2 Cp 1,2% 8,4 Cp 1,4% FeCl3 0,25% 0,6 Cp 0,5% 0,8 Cp 0,7% 1,2 Cp 1,0 %

FeCl3 0,5% 1,8 Cp 1,5% 1,6 Cp 1,3 % 1,4 Cp 1,2 %

B. Pengaruh Elektrolit Terhadap Kolloid Larutan : PGA 10%

Penambahan Larutan NaCl 20%

ke-I II III IV V VI VI Rata-rata : 20 mL Larutan : Gelatin 10%

Penambahan Larutan NaCl 20%

ke-I II III IV V VI VI

Rata-rata : 4,6 mL Larutan : Gelatin 5%

Penambahan Larutan NaCl 20%

(16)

-

-Rata-rata : 5,9 mL Larutan : Na Lauril Sulfat 0,1%

Penambahan Larutan NaCl 20%

ke-I II III IV V VI VI

Rata-rata : 4,53 mL

Larutan : FeCl3 0,5%

Penambahan Larutan NaCl 20%

(17)

)

Rata-rata : 5,67 mL Larutan : FeCl3 0,25%

Penambahan Larutan NaCl 20%

ke-I II III IV V VI VI

Rata-rata : 5,6 mL C. Pengaruh Alkohol Terhadap Kolloid

No

. Nama Larutan

Alkohol 96% yang dibutuhkan (mL) Rata-rata (mL)

Replikasi I Replikasi II Replikasi III 1. FeCl3 0,5% Irreversible Irreversible Irreversible

2. Na Lauril Sulfat 0,1% Reversible Reversible Reversible

3. PGA 10% Reversible Reversible Reversible

3. Kelompok 3

A. Viskositas Kolloid menggunakan Viskometer Brookfield

Gelatin 5% = I  4,2 cp ; 0,1% FeCl3 0,25% = I  0,6 cp ; 0,5 %

(18)

Gelatin 10% = I  7,2 cp ; 1,2 % FeCl3 0,5% = I  1,8 cp ; 1,5%

II  7,2 cp ; 1,2 % II  1,6 cp ; 1,3 % III  8,2 cp ; 1,4 % III  1,4 cp ; 1,2% B. Pengaruh Elektrolit Terhadap Kolloid

Larutan : Na Lauril Sulfat 0,1%

Penambahan Larutan NaCl 10%

I II III IV V VI VII VIII IX X Rata-rata Replikasi

Ke -

Larutan : Gelatin 10%

Penambahan Larutan NaCl 10%

I II III IV V VI VII VIII IX X Rata-rata Replikasi

Ke -

Larutan : Gelatin 5%

Penambahan Larutan NaCl 10%

I II III IV V VI VII VIII IX X Rata-rata Replikasi

Ke -

Larutan : Gum Arabici 10%

Penambahan Larutan NaCl 10%

I II III IV V VI VII VIII IX X Rata-rata Replikasi

Ke -

(19)

Ke -

Penambahan Larutan NaCl 10%

I II III IV V VI VII VIII IX X Rata-rata Replikasi Ke-+ (0,5 ml)

Penambahan Larutan NaCl 10%

I II III IV V VI VII VIII IX X Rata-rata Replikasi Ke-- + (2,6 ml)

3,77 ml

1

- + (3,2 ml) 2

- - + (5,5 ml) 3

Larutan : FeCl3 0,25% dan Gelatin 10%

Penambahan Larutan NaCl 10%

I II III IV V VI VII VIII IX X Rata-rata Replikasi Ke-- + (3,1 ml)

2,57 ml

1

- + (2,6 ml) 2

- + (2,0 ml) 3

Keterangan : --  Belum terjadi endapan +  Sudah terjadi endapan

C. Pengaruh Alkohol terhadap Kolloid

Alkohol 96% yang dibutuhkan

No. Nama Larutan I II III Rata-rata

1. Gelatin 5% 1,1 ml 1,2 ml 2,8 ml 1,7 ml 2. Gelatin 10 % 0,5 ml 0,6 ml 1,2 ml 0,77 ml

(20)

No Nama Larutan Hasil

Replikasi I Replikasi II Replikasi III 1. FeCl3 0,5% Irreversibel Irreversibel Irreversibel

2. Gum Arabici 10% Reversibel Reversibel Reversibel 3. Na Lauril Sulfat 0,1% Reversibel Reversibel Reversibel

4. Kelompok 4

A. Viskositas Kolloid

Larutan Replikasi I Replikasi II Replikasi III

η % η % η %

Gelatin 5% 4,2 Cp 0,7% 3,0 Cp 0,5% 3,0 Cp 0,6% Gelatin 10% 7,2 Cp 1,2% 7,2 Cp 1,2% 8,4 Cp 1,4% FeCl3 0,25% 0,6 Cp 0,5% 0,8 Cp 0,7% 1,2 Cp 1,0 %

FeCl3 0,5% 1,8 Cp 1,5% 1,6 Cp 1,3 % 1,4 Cp 1,2 %

B. Pengaruh Elektrolit Terhadap Koloid Larutan : Gelatin 5 %

Penambahan larutan NaCl 10%

ke-I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV

Larutan : Gelatin 10%

Penambahan larutan NaCl 10%

ke-I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV

- - - +8,1m

l

Larutan : PGA 10 %

(21)

ke-I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV

Larutan : Na Lauril Sulfat

Penambahan larutan NaCl 10%

ke-I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV

Penambahan larutan NaCl 10%

ke-I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV

Penambahan larutan NaCl 10%

ke-I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV

+0,6m l +1ml

Keterangan : (-) = belum terjadi endapan (+) = sudah terjadi endapan

(22)

Alkohol 96% yang dibutuhkan

1. PGA 10 % Reversibe

l

Reversibel Reversibel

2. Na Lauril Sulfat 0,1 %

Reversibel (Kembali seperti semula)*

Ireversibel (Tidak kembali seperti semula, ada endapan)*

B. Grafik Kelompok 3

Na la

Stabilitas larutan koloid dengan larutan elektrolit

Jumlah NaCl yang dibutuhkan (ml)

(23)

Gelatin5% Gelatin 10%

Stabilitas larutan koloid dengan alkohol

m

Gelatin 5%0 Gelatin 10% FeCl3 0,25% FeCl3 0,5%

1

Viskositas Kolloid Menggunakan Viskometer Brookfield

(24)

(μm). Sehingga partikel terdispernya tidak dapat dilihat oleh mata telanjang namun dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Setiap kelompok 1,2,3, dan 4 mendapatkan setiap sampel yang sama dengan kadar yang masing-masing sama. Pada praktikum Fisika Farmasi yang bertemakan “dispersi koloid dan sifat-sifatnya” ini menggunakan beberapa sample yaitu larutan Natrium lauril sulfat 0,1%, FeCl3 0,25%, FeCl3 0,5%,

gelatin 5%, gelatin 10%, dan gom arab 10%. Pada pembuatan larutan sample sebelum praktikum dimulai, yang perlu diperhatikan adalah penggunaan air panas saat melarutkan FeCl3 dan gelatin. Untuk FeCl3 akan membentuk larutan koloid dengan metode

kondensasi yaitu dengan cara menghidrolisis FeCl3 menggunakan air panas sehingga

terbentuk larutan Fe(OH)3 yang merupakan larutan koloid. Sedangkan pada pembuatan

larutan Na.lauril sulfat dan gom arab cukup menggunakan aquadest tanpa pemanasan namun yang harus diperhatikan adalah pada pembuatan larutan Na lauril sulfat dan gom akan timbul busa/gelembung udara maka untuk pengadukan diusahakan tidak terlalu kencang karena sifat dasar Na lauril sulfat dan gom adalah bahan yang mudah larut dalam air.

Pengujian viskositas pada praktikum bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar zat koloid akan mempengaruhi kekentalan suatu zat dan selain itu untuk mengetahui fase terdisper dan pendisper suatu koloid dengan menggunakan viscometer brookfield. Setelah didapatkan data dari hasil pengamatan Gelatin dan FeCl3 perbedaan viskositas

semakin meningkat akibat dari penambahan kadar zat dikarenakan jumlah partikel-partikel zat terdispersi semakin banyak sehingga kekentalan pun akan meningkat dan perbedaan kekentalan yang sangat berarti antara Gelatin dan FeCl3, karena pada koloid

FeCl3 merupakan koloid yang fase terdispersinya adalah zat padatnya sedangkan zat

cairnya merupakan fase pendispersi. Berbeda dengan gelatin yang fase padatnya merupakan fase pendispersi dan fase cairannya merupakan fase terdispersi sehingga viskositas pun gelatin pun lebih tinggi dibanding FeCl3. Pada hasil yang diperoleh

(25)

sedangkan pada FeCl3 0,5% rata-rata viskositas sebesar 1,6 cp dan rata-rata

prosentasenya sebesar 1,33%.

Larutan koloid sendiri terdiri dari 3 jenis yaitu koloid liofilik yang suka dengan pelarutnya karena partikel terlarut banyak berinteraksi dengan medium dispersinya. Selain koloid liofilik ada pula koloid liofobik yang tidak suka dengan pelarutnya karena kecilnya gayatarik menarik partikel terlarutnya dengan medium pelarutnya. Dan ada pula koloid campuran yaitu yang sebagian liofilik dan sebagian liofobik atau sering disebut koloid ampifilik. Pada praktikum ini dapat kita lihat sifat tersebut pada pengujian reversibilitas koloid, karena seperti dijelaskan diatas bahwa koloid liofilik akan dengan mudah berinteraksi dengan pelarutnya sehingga akan mudah membentuk koloid kembali setelah dipanaskan, sedangkan koloid liofobik akan sulit bercampur dengan pelarutnya. Pada pengujian reversibilitas menggunakan 4 cawan porselin yang masing-masing berisi larutan Na.lauril sulfat 0,1%, FeCl3 0,5%, dan gom arab 10% sebanyak 5ml untuk tiap

cawan porselin dan kemudian dipanaskan hingga menguap dan tersisa padatannya. Untuk menentukan sifat reversibilitasnya maka ditambahkan 5ml air dingin (air es), maka setelah penambahan akan terbentuk suatu larutan. Jika larutan tersebut kembali kebentuk semulan dan tercampur maka dapat diartikan bahwa larutan tersebut liofilik dan sebaliknya liofobik ketika larutan tidak kembali seperti semula (tidak tercampur kembali). Pada pengujian didapatkan bahwa larutan FeCl3 0,5% merupakan koloid

liofobik karena larutan tidak tercampur kembali dengan hasil untuk FeCl3 0,5% tidak

terbentuk koloid karena padatan tetap mengendap dan tidak bercampur dengan air maka hal ini disebut Irreversible. Berbeda dengan gom arab karena penambahan dengan air es terbentuk larutan koloid gom arab seperti sebelum diuapkan sehingga dapat dikatan reversible dan dapat disimpulkan bahwa gom arab merupaka larutan koloid liofilik sedangkan Na. lauril sulfat 0,1% membentuk larutan yang terpisah antara larutan air dengan larutan seperti minyak sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Na.lauril sulfat adalah koloid yang masuk dalam kategori koloid campuran atau ampifilik karena terbentuknya 2 larutan yang suka air dan tidak suka air dan dapat dikatakan reversible.

Selanjutnya dilakukan pengujian stabiltas koloid dengan penambahan larutan elektrolit dalam praktikum digunakan larutan NaCl 10% yang bertujuan untuk memecah ikatan partikel dan membentuk koagulasi. Koagulasi adalah peristiwa pengedapaan yang diakibatkan fase terdispernya terlepas dari fase pendispernya (Martin,2008). Sample yang digunakan adalah larutan Natrium lauril sulfat 0,1%, FeCl3 0,25%, FeCl3 0,5%,

(26)

10% 2,5ml. Kemudian masing-masing sample dimasukan dalam erlenmeyer sebanyak 10ml dan dititrasi dengan larutan NaCl 10% hingga timbul endapan atau perubahan warna pada larutan yang diuji. Pada larutan Na.lauril sulfat didapatkan titik akhir titrasi berupa partikel berbentuk seperti benang-benang kecil yang menyebabkan larutan Na.lauril sulfat lebih keruh dibandingkan dengan kontrol negative yang tanpa perlakuan. Titik akhir titrasi pada setiap larutan yaitu hingga pada larutan terjadi perubahan (keruh dan partikel berbentuk seperti benang) dibandingkan dengan larutan kontrol negative tanpa perlakuan. Penentuan titik akhir titrasi adalah hal yang harus diperhatikan karena kesalahan penentuan titik akhir titrasi akan berpengaruh pada hasil bisa terjadi larutan yang lebih dari TAT (Titik Akhir Titrasi) atau belum TAT sehingga akan mengganggu data yang ada. Untuk titik akhir titrasi pada campuran FeCl3 0,5% 10ml dengan gelatin

10% 2,5ml ditandai dengan munculnya endapan kental atau yang disebut peristiwa koagulasi yang berwarna putih kekuningan. Untuk larutan koloid liofilik diperlukan NaCl (larutan elektrolit) yang lebih banyak dibandingkan dengan larutan koloid liofobik karena pada koloid liofilik terdapat cincin pelindung yang mengelilingi partikel sehingga partikel koloid lebih sulit berikatan dengan ion-ion dari larutan elektrolit dibandingkan dengan larutan koloid liofobik yang cenderung mudah berikatan dengan ion-ion larutan elektrolit karena tidak adanya cincin pelindung pada larutan koloid tersebut. Namun pada pengujian didapatkan beberapa hasil yang berbeda jika dibanding dengan dasar teori. Hasil yang diperoleh rata-rata volume NaCl 10% yang dibutuhkan oleh kelompok 3 untuk mendapatkan TAT Na Lauril Sulfat 0,1% sebesar 4,67 ml, sedangkan pada gelatin 10% membutuhkan 4,27 ml berbeda dengan gelatin 5% yang hanya membutuhkan 3,33 ml. Pada gom arab 10% membutuhkan larutan NaCl 10% sebanyak 1,73 ml, sedangkan untuk FeCl3 0,25% sebanyak 1,97 ml dan FeCl3 0,5% sebanyak 0,77 ml. Hal ini

menunjukkan FeCl3 merupakan kolloid liofobik dimana larutan ini membutuhkan NaCl

(larutan elektrolit) yang lebih sedikit dibandingkan larutan-larutan yang tergolong kolloid liofilik. Sedangkan untuk campuran 10ml FeCl3 0,5% dan 2,5 ml Gelatin 10%

membutuhkan rata-rata larutan elektrolit NaCl sebanyak 3,77 ml. Sedangkan pada kelompok 1,2, dan 4 hasil yang diperoleh rata-ratanya hampir sama dengan yang diperoleh kelompok 3. Kebutuhan NaCl untuk merusak kestabilitasan koloid liofilik (gelatin dan gom arab) khususnya pada larutan gelatin seharusnya lebih besar dibanding dengan koloid liofobik (FeCl3) dan ampifilik (Na lauril sulfat). Namun pada praktikum

(27)

Penyimpangan hasil ini terjadi kemungkinan akibat penggojokan yang dilakuan sebelum titrasi dengan elektrolit sehingga terjadi ketidak sesuaian dengan dasar teori.

Pengujian kestabilan koloid juga dapat dilakukan dengan penambahan alkohol yang berfungsi sebagai perusak kestabilan koloid dengan jalan menarik air dalam sistem koloid sehingga koloid akan semakin mengental dan muncul endapan. Hasil yang didapat sesuai dengan teori karena semakin tinggi kadar koloid dalam larutan maka semakin sedikit pula jumlah air sebagai pelarut sehingga alkohol 96% yang dibutuhkan juga akan semakin sedikit. Sementara untuk kadar koloid yang rendah maka jumlah alkohol 96% yang dibutuhkan untuk menarik air dari larutan juga semakin banyak. Dalam percobaan ini gelatin 10% yang memiliki kadar lebih tinggi lebih sedikit membuthkan alkohol 96% yang lebih sedikit untuk menarik air dalam larutan dibanding gelatin 5% yang jauh lebih banyak membutuhkan alkohol 96% untuk merusak sistem koloidnya. Hasil yang diperoleh pada kelompok 1,2,3, maupun 4 gelatin 5% maka rata-rata alkohol 96% yang dibutuhkan yaitu 1,7 ml untuk kelompok 3, 1,4 ml untuk kelompok 4, 2,48 ml untuk kelompok 2, dan 2,8 ml untuk kelompok 1. Sedangkan pada gelatin 10% rata-rata alkohol 96% yang dibutuhkan pada kelompok 3 sebesar 0,77 ml, pada kelompok 4 sebesar 0,56 ml, kelompok 1 sebesar 1,8 ml, dan pada kelompok 2 sebesar 2,03 ml.

VII. KESIMPULAN

1. Gelatin dan PGA merupakan koloid liofilik, FeCl3 merupakan koloid liofobik, dan

Na.lauril sulfat merupakan koloid ampifilik (campuran). Hasil ini didapatkan dengan melakukan percobaan reversibilitas koloid.

2. Semakin kecil kadar suatu zat dalam larutan koloid maka viskositas koloidnya juga semakin kecil. Sebaliknya semakin tinggi kadar atau konsentrasi suatu larutan maka semakin tinggi pula viskositas atau kekentalannya.

3. Koagulasi adalah peristiwa penggumpalan yang terjadi akibat putusnya ikatan fase terdisper dengan fase pendisper pada suatu larutan koloid, ini terjadi akibat penambahan elektrolit (NaCl) sebagai perusak stabilitas koloid. Dan didapatkan bahwa koloid liofil (gom arab dan gelatin) lebih sukar dirusak karena terdapat cincin pelindung dibanding dengan koloid liofobik (FeCl3) yang tidak memilki cincin

pelindung.

(28)

larutan maka semakin sedikit kadar air dalam suatu larutan tersebut. Sehingga air lebih mudah tertarik oleh alkohol.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

DepKes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Koordinator Praktikum Farmasi Fisika, 2013, Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika, Stifar Yayasan Farmasi, Semarang.

Martin, 2008, Farmasi Fisik, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Stoker, H. S., 1993, Introduction to Chemical Principles, Macmillan Publishing

Tim Dosen Praktikum Fisika Farmasi Akfar Theresiana, 2015, Panduan Praktikum Fisika Farmasi, Akfar Theresiana, Semarang.

Semarang, 25 November 2015 Praktikan

Dosen Pengampu

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini disebabkan karena gaya kohesi antara molekul-molekul dari tiap cairan yang memisah lebih besar daripada gaya adhesi antara kedua cairan.Proses pengadukan akan menyebabkan

Jika proses disolusi untuk suatu partikel obat tertentu adalah cepat atau jika obat diberikan sebagai suatu larutan dan tetap ada dalam tubuh seperti itu, laju obat yang terabsorbsi

Titrasi langsung adalah perlakuan terhadap suatu senyawa yang larut (titrat), dalam suatu bejana yang sesuai, dengan larutan yang sesuai yang sudah dibakukan (titran), dan titik

Jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu paracetamol sampai diperoleh larutan jenuh kembali.Disaring lartan dan tentukan

· Jembatan garam yang digunakan hanyalah kertas saring yang dibasahi NaCl, sehingga tidak dapat menyeimbangkan muatan pada kedua larutan elektrolit

Apabila dalam larutan ditambahkan larutan yang berbeda muatan dengan system koloid, maka sistem koloid itu akan menarik muatan yang berbeda tersebut sehingga membentuk

Larutan elektrolit memiliki penurunan titik beku yang lebih besar dibandingkan dengan larutan non elektrolit, karena larutan elektrolit dipengaruhi oleh jumlah kation dan

Dengan batas tertentu yang telah ditentukan untuk larutan warna naik dihitung pula waktu yang diperlukan untuk larutan merambat naik sehingga dari percobaan didapatkan data seperti