• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Aparat Pengawas Internal Pemerintah pada Inspektorat Kota Medan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Aparat Pengawas Internal Pemerintah pada Inspektorat Kota Medan Chapter III VI"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Penelitian ini menggunakan 4 variabel independen, yaitu kompetensi, motivasi, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja dengan variabel dependen kinerja APIP.Kerangka konsep pada gambar 3.1 menggambarkan hubungan secara bersama-sama dan parsial antara variabel independen dan dependen. Variabel independen dalam penelitian ini ialah kompetensi, motivasi, latar belakang pendidikan, pengalaman kerjadan variabel dependen ialah kinerja APIP.

3.1.1 Hubungan kompetensi dengan kinerja APIP

(2)

untuk melaksanakan tanggung jawabnya.Dengan memiliki kompetensi atau keahlian dalam jasa profesional, akan mempengaruhi kinerja APIP.

Penelitian Mulyono(2009) menemukan bahwa kompetensi secara serempak berpengaruh positif terhadap kinerja Inspektorat Kabupaten Deli Serdang. Penelitian Erina (2012) menemukan bahwa kompetensi berpengaruh secara serempak maupun parsial terhadap kinerja APIP Kota Aceh.

Berdasarkan uraian di atas, kompetensi diduga berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja APIP.

3.1.2 Hubungan motivasi dengan kinerja APIP

Menurut Fred Luthans (2006:270), motivasi yang menggerakkan perilaku atau dorongan yang ditujukan untuk tujuan atau insentif. Dengan kata lain, motivasi akan mendorong seseorang, termasuk APIP, untuk berprestasi, memiliki komitmen terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan optimisme yang tinggi. Gaya kepemimpinan, budaya organisasi dan lingkungan kerja yang kurang baik juga dapat menurunkan motivasi aparat untuk menjaga kinerja APIP. Ada 2 jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan, yaitu faktor eksternal (karakteristik organisasi) dan faktor internal (karakteristik pribadi).

Penelitian yang dilakukan oleh Rajagukguk (2011) dan Triyanti (2014) menemukan bukti empiris bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja APIP. Semakin baik tingkat motivasi dari auditor,akan semakin baik kinerja yang dilakukannya.

(3)

3.1.3 Hubungan latar belakang pendidikan dengan kinerja APIP Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kemampuan

kerja pegawai/karyawan karena bisa dijadikan sebagai alat untuk menilai dan melihat kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Begitu juga dengan APIP, agar tercipta kinerja audit yang baik, APIP harus memiliki kriteria tertentu dari setiap auditor yang diperlukan untuk merencanakan audit, mengidentifikasi teknik, dan metodologi audit. Untuk itu, auditor APIP harus memiliki latar belakang pendidikan formal minimal S-1 yang setara. Penelitian yang dilakukan Mulyono (2009) menemukan bukti empiris bahwa latar belakang pendidikan berpengaruh signifikan, secara bersama-sama maupun parsial, terhadap kinerja Inspektorat.

Berdasarkan uraian di atas, latar belakang pendidikan diduga berpengaruh signifikan terhadap kinerja APIP

3.1.4 Hubungan pengalaman kerja dengan kinerja APIP

Pengalaman dapat memberikan dampak pada setiap keputusan yang diambil dalam setiap kinerja sehingga diharapkan setiap keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja yang dimiliki APIP, maka akan semakin baik pula kualitas kinerjanya. Penelitian yang dilakukan oleh Slamet (2009) menguji pengaruh pengalaman kerja terhadap kinerja aparat pengawas fungsional di Inspektorat Jenderal Pekerjaan Umum. Hasil penelitian menunjukkan pengalaman kerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja aparat pengawas fungsional di Inspektorat Jendral Pekerjaan Umum.

(4)

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan berdasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, peneliti mengemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut.

Kompetensi, motivasi, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja berpengaruh terhadap kinerja APIP pada Inspektorat Kota Medan, baik secara bersama-sama maupun parsial.

Variabel Independen Variabel Dependen

Kompetensi (X1)

Latar belakang pendidikan

(X3) Motivasi

(X2)

Pengalaman kerja (X4)

(5)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kausal karena penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat bahwa variabel independen (X) mempengaruhi variabel dependen (Y).Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah variabel independen (X), yaitu kompetensi (X1), motivasi (X2), latar belakangpendidikan (X3) dan pengalaman kerja (X4) berpengaruh terhadap kinerja APIP (Y) pada Inspektorat Kota Medan.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di lingkungan Pemerintah Kota Medan. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena Medan merupakan kota besar yang mempunyai pendapatan asli daerah (PAD) yang tinggi. Peneliti telah melakukan penelitian selama kurang lebih 3 bulan, yaitu pada Maret sampai dengan Mei 2016. Jadwal penelitian terlampir pada Lampiran 2.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah pegawai inspektorat yang mempunyai jabatan sebagai auditor dan pengawas pemerintahan yang berjumlah 74 orang. Penelitian ini menggunakan metode sensus sehingga peneliti menggunakan seluruh elemen populasi menjadi data penelitian.

(6)

Tabel 4.1 Populasi dan Sampel

No. Jabatan Populasi Sampel

1 Inspektur 1 orang 1 orang

2 Sekretaris 1 orang 1 orang

3 Inspektur Pembantu I 1 orang 1 orang

4 Inspektur Pembantu II 1 orang 1 orang

5 Inspektur Pembantu III 1 orang 1 orang

6 Inspektur Pembantu IV 1 orang 1 orang

7 Auditor Madya 6 orang 6 orang

8 Auditor Muda 5 orang 5 orang

9 Auditor Pertama 20 orang 20 orang

10 Auditor Pelaksana Lanjutan 1 orang 1 orang 11 Pengawas Pemerintahan Madya 22 orang 22 orang 12 Pengawas Pemerintahan Muda 9 orang 9 orang 13 Pengawas Pemerintahan Pertama 5 orang 5 orang

Total APIP 74 orang 74 orang

Sumber : Lampiran 4

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam penelitian karena data yang dikumpulkan akan digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti, yaitu dengan menguji hipotesis yang telah dirumuskan.Berdasarkan sumbernya, data dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu

(7)

adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

2. Data sekunder: data yang dikumpulkan secara rutin oleh instansi tertentu yang digunakan oleh peneliti. Sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah disusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan (Lubis, 2012: 107).

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Butir pertanyaan kuesioner merupakan adaptasi dari peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Mulyono (2009) yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian ini. Kuesioner terdiri atas pertanyaan atau pernyataan tertutupagar dijawab berdasarkan persepsi tiap-tiap responden. Skala pengukuran

adalah Likert dengan skor 1 sampai dengan 5 sebagai berikut.

a. Skor 5: Sangat Sesuai/Sangat Sering/Sangat Setuju/Lama Sekali/Sangat Banyak/Sangat Baik/Sangat Berperan

b. Skor 4: Sesuai/Sering/Setuju/Cukup Lama/Cukup Banyak/Baik/Berperan c. Skor 3: Kurang Sesuai/Pernah/Kurang Setuju /Lama/Banyak/Kurang Baik/

Kurang Berperan

(8)

Banyak/Tidak Baik/Tidak Berperan

e. Skor 1: Sangat Tidak Sesuai/Tidak Pernah/Sangat Tidak Setuju/Sebentar/ Sedikit/Sangat Tidak Baik/Sangat Tidak Berperan

4.5 DefinisiOperasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan definisi setiap variabel yang memberikan gambaran yang jelas sehingga terhindar dari kesalahpahaman. Definisi operasional variabel akan digunakan sebagai dasar menentukan indikator, instrumen, dan skala setiap variabel.

Berikut adalah definisi operasional variabel yang akan diteliti sebagai dasar dalam menyusun kuesioner penelitian.

1. Kompetensi (X1) adalah kemampuan teknis yang harus dimiliki oleh auditor, yaitu auditing, akuntansi, dan administrasi pemerintahan. Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen kuesioner yang terdiri atas 4 butir pertanyaan dengan menggunakan skala interval (1-5).

2. Motivasi (X2) adalah suatu pernyataan sikap positifterhadap tugas yang diberikan dalam pencapaian tujuan. Pengukuran variabel ini menggunakan kuesioner yang terdiri atas 3 butir pertanyaan atau pernyataan dengan menggunakan skala interval (1-5).

3. Latar belakang pendidikan (X3) adalah jenjang pendidikan dari tingkat S-1 dan S-2. Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen variabel dummy (1-2).

(9)

instrumen kuesioner yang terdiri atas 2 butir pertanyaan dengan menggunakan skala interval (1-5).

(10)

diberikan

(11)

Data yang digunakan dalam suatu penelitian merupakan gambaran yang diteliti yang berfungsi sebagai pembuktian hipotesis. Kebenaran suatu data menentukan mutu suatu penelitian yang tergantung pada pengujian instrumen yang dilakukan dengan cara uji validitas dan reliabilitas. Oleh karena itu, untuk menguji mutu kuesioner yang digunakan, peneliti menyebarkan kuesioner kepada pihak-pihak yang berkompeten di bidang kinerja APIP, yaitu mahasiswa Program Beasiswa S-2 STAR-BPKP Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara yang bekerja di Inspektorat Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah 30 orang.

4.6.1.1 Uji validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk menilai sejauh mana suatu alat ukur diyakini dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur butir-butirpertanyaan kuesioner dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas pertanyaan-pertanyaan kuesioner adalah dengan melihat nilai corrected item total correlation.Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

a. Jika r hitung lebih besar dari r tabel, skor butir pertanyaan-pertanyaan kuesioner valid

b. Jika r hitung lebih kecil dari r tabel, skor butir pertanyaan-pertanyaan kuesioner tidak valid.

4.6.1.2 Uji reliabilitas

(12)

merujuk pada derajatstabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliabel.

Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut.

a. Jika nilai Cronbach Alpha> 0,70, variabel dikatakan reliabel b. Jika nilai Cronbach Alpha< 0,70, variabel dikatakan tidak reliabel 4.6.2 Ujiasumsi klasik

Pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian normalitas, multikolonieritas, dan heteroskedastisitas perlu dilakukan sebelum pengujianhipotesis dengan menggunakan analisis linear berganda.

4.6.2.1 Uji normalitas

Ghozali (2013: 160) menyatakan bahwa uji normalitas bertujuan mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Dalam uji statistik t dan F diasumsikan bahwa residual memiliki distribusi normal yang diperoleh melalui analisis grafik dan uji statistik.

a. Analisis grafik, dilakukan dengan grafik histogram.

Dasar pengambilan keputusan menurut Ghozali (2013: 163) sebagai berikut. 1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal,

(13)

Dasar pengambilan keputusan menurut Ghozali (2013: 163) sebagai berikut. a. Jika nilai signifikan atau probabilitas < 0,05, distribusi data adalah tidak

normal.

b. Jika nilai signifikan atau probabilitas > 0,05, distribusi data adalah normal.

4.6.2.2 Uji multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan menguji model regresi memiliki korelasi yang kuat antarvariabel independen atau tidak. Model regresi yang baik seharusnya tidak memiliki korelasi diantara variabel independen.

Ghozali (2013: 105) menyatakan bahwa jika variabel independen saling berkorelasi, variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas dalam model regresi dapat dilihat dari kriteria berikut.

a. Aanalisis matrik, korelasi variabel-variabel independen, umumnya diatas 0,90; b. Jika nilai Tolerance < 0,1 atau VIF > 10, terjadi multikolonieritas.

Jika nilai Tolerance > 0,1 atau VIF < 10, tidak terjadi multikolonieritas.

4.6.2.3 Uji heteroskedastisitas

(14)

Ada beberapa cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas diantaranya sebagai berikut.

a. Analisis Grafik, melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen Dasar analisis sebagai berikut.

Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, tidak terjadi heteroskedastisitas.

b. Uji Glejserdilakukan dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.

4.6.3 Model analisis data

Model dan teknik analisis data penelitian ini menggunakan pendekatan analisis regresi linear berganda. Untuk keabsahan hasil regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan uji kualitas data dan uji asumsi klasik. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut.

1. Persamaan model estimasi

Keterangan:

Y = Kinerja APIP a = Konstanta

β1,,β4 = Koefisien regresi X1 = Kompetensi

(15)

X2 = Motivasi

X3 = Latar belakang pendidikan X4 = Pengalaman kerja

e =Error

2. Persamaan hipotesis model statistik a. H0 : β = 0

b. H1 : β ≠ 0

3. Persamaan hipotesis dalam urutan kalimat

a. H0 : X1, X2, X3, dan X4 secara parsial dan bersama-sama berpengaruh tidak signifikan terhadap Y

b. H1 : X1, X2, X3, X4 secara parsial dan bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Y

4.6.4 Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda.Analisis regresi berganda bermanfaat terutama untuk tujuan peramalan, yaitu bagaimana variabel independen digunakan untuk mengestimasi nilai variabel dependen dan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.Selain itu, regresi juga digunakan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan.

4.6.4.1 Koefisien determinasi

(16)

artinya variasi dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan kata lain, bila R2 = 1, maka semua titik pengamatan berada tepatpada garis regresi. Dengan demikian, baik atau buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R2 yang mempunyai nilai antara 0 dan 1.

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pastimeningkattidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau tidak. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2pada saat mengevaluasi model regresi. Tidak seperti R2, nilai adjusted R2dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2013 : 97)

4.6.4.2 Uji statistik F

Uji statistik F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh bersama-sama variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut.

a. Jika probability value (p value) < 0,05, H1 diterima dan H0 ditolak;

Artinya, variabel independen (X) secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen (Y).

b.Jika probability value (p value) > 0,05, H1 ditolak dan H0 diterima;

Artinya, variabel independen (X) secara bersama-sama berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel dependen (Y).

(17)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Kriterian pengujian yang digunakan sebagai berikut:

a. Jika probability value (p value) < 0,05, H1 diterima dan H0 ditolak.

Artinya, variabel independen (X) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y).

b. Jika probability value (p value) > 0,05, H1 ditolak dan H0 diterima.

(18)

BAB V

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Data

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan 74 kuesioner kepada APIP di Inspektorat Kota Medan, yaitu kepada auditor madya, auditor muda, auditor pertama, auditor pelaksana lanjutan, pengawas pemerintahan madya, pengawas pemerintahan muda, dan pengawas pemerintahan pertama. Berdasarkan batas waktu yang telah ditentukan, kuesioner yang telah diisi akan dijemput kembali. Dari 74 kuesioner yang dibagikan, sebanyak 73 kuesioner yang kembali. Tingkat pengembalian kuesioner disajikan pada Tabel 5.1

Tabel 5.1 Data Hasil Kuesioner

Keterangan Jumlah

Kuesioner yang dikirim 74

Kuesioner yang kembali 73

Kuesioner yang tidak kembali 1

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian

73

Tingkat pengembalian 99,03%

Sumber : Lampiran 3

5.1.1 Deskripsi Lokasi

(19)

pada tanggal 1 Juli 1950 dengan luas wilayah 265,10 km2. Secara geografis, sebelah utara Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka, sedangkan selatan, timur, dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

5.1.2 Karakteristik Responden

Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, dapat dilihat karakteristik responden penelitian yang terdiri atas (1) pendidikan tertinggi, (2) bidang pendidikan, (3) pangkat/golongan, (4) jabatan, dan (5) lama bekerja pada Inspektorat Kota Medan. Berikut Tabel 5.2 sampai dengan Tabel 5.6 disajikan tentang ringkasan demografi responden.

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah S-1. Jumlah responden yang memiliki pendidikan S-1 sebanyak 45 orang (61,64%), sedangkan yang memiliki tingkat pendidikan S-2 sebanyak 28 orang (38,36%).

Tabel 5.2 Tingkat Pendidikan Responden No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

1 S-1 45 61,64

2 S-2 28 38,36

Total 73 100,00

Sumber : Lampiran 5

(20)

(13,70%) tidak mengisi bidang pendidikan. Responden yang tidak mengisi bidang pendidikan diduga karena ketidaksediaan responden untuk mengisi.

Tabel 5.3 Bidang Pendidikan Responden

No. Bidang Pendidikan Frekuensi Persentase

1 Akuntansi 7 9,59

2 Non-akuntansi 56 76,71

3 Tidak mengisi 10 13,70

Total 73 100 ,00

Sumber : Lampiran 5

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki golongan yang relatif tinggi, yaitu III/a sebanyak 5 orang (6,85%), golongan III/b sebanyak 22 orang (30,14%), golongan III/c sebanyak 12 orang (16,44%), golongan III/d sebanyak 4 orang (5,48%), golongan IV/a sebanyak 19 orang (26,03%), golongan IV/b sebanyak 5 orang (6,85%), dan golongan IV/c sebanyak 6 orang (8,22 %).

Tabel 5.4 Golongan Responden

No. Golongan Frekuensi Persentase

1 III/a 5 6,85

2 III/b 22 30,14

3 III/c 12 16,44

4 III/d 4 5,48

5 IV/a 19 26,03

6 IV/b 5 6,85

7 IV/c 6 8,22

Total 73 100,00

(21)

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa jumlah sekretaris sebanyak 1 orang (1,36%), Inspektur pembantu I sebanyak 1 orang (1,36%), inspektur pembantu II sebanyak 1 orang (1,36%), inspektur pembantu III 1,36%), inspektur pembantu IV sebanyak 1 orang (1,36%), auditor madya sebanyak 6 orang (8,22%), auditor muda sebanyak 5 orang (6,85%), auditor pertama sebanyak 20 orang (27,40%), auditor pelaksana lanjutan sebanyak 1 orang (1,37%), pengawas pemerintahan madya sebanyak 22 orang (30,14%), pengawas pemerintahan pertama sebanyak 5 orang, (6,85%),pengawas pemerintahan muda sebanyak 9 orang (12,33%).

Tabel 5.5 Jabatan Responden

No Jabatan Frekuensi Persentase

1 Sekretaris 1 1,36

2 Inspektur Pembantu I 1 1,36

3 Inspektur Pembantu II 1 1,36

4 Inspektur Pembantu III 1 1,36

5 Inspektur Pembantu IV 1 1,36

6 Auditor Madya 6 8,22

7 Auditor Muda 5 6,85

8 Auditor Pertama 20 27,40

9 Auditor Pelaksana Lanjutan 1 1,37

10 Pengawas Pemerintahan Madya 22 30,14

11 Pengawas Pemerintahan Muda 9 12,33

12 Pengawas Pemerintahan Pertama 5 6,85

Total 73 100,00

Sumber : Lampiran 5

(22)

Tabel 5.6 Lama Bekerja Responden

No. Lama Bekerja Frekuensi Persentase

1 > 20 Tahun -

-2 16-20 Tahun 7 9,59

3 11-15 Tahun 15 20,55

4 6-10 Tahun 41 56,16

5 1-5 Tahun 10 13,70

Total 73 100,00

. Sumber : Lampiran 5

5.2 Statistik Deskriptif

Dari hasil data kuesioner yang telah dikumpulkan, diperoleh statistik deskriptif yang dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7 menunjukkan bahwanilai standar deviasi masing-masing variabel penelitian bervariasi. Nilai minimum variabel kinerja APIP adalah 2,00, sedangkan nilai maksimum adalah 5,00 sehingga nilai rata-rata variabel kinerja APIP sebesar 3,2270. Hal itu menunjukkan bahwa tingkat kinerja APIP pada Inspektorat Kota Medan cukup tinggi. Kinerja APIP dipersepsikan tinggi jika mempunyai nilai rata-rata 4.

Nilai minimum variabel kompetensi adalah 2,25, sedangkan nilai maksimum 5 sehingga nilai rata-rata variabel kompetensi sebesar 3,8288. Hal itu menunjukkan bahwa kompetensi dalam rangka kinerja APIP cukup tinggi.

Nilai minimum variabel motivasi adalah 2,00, sedangkan nilai maksimum adalah 5,00 sehingga rata-rata variabel motivasi sebesar 3,1461. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi dalam rangka kinerja APIP cukup tinggi.

(23)

pengalaman kerja adalah 3,500. Hal itu menunjukkan bahwa tingkat pengalaman kerja dalam rangka kinerja APIP cukup tinggi.

Tabel 5.7 Statistik Deskriptif

Deskripsi N Min Maks

Rata-Rata

Std. Deviasi

Kinerja APIP 73 2,00 5,00 3,2270 0,81852

Kompetensi 73 2,25 5,00 3,8288 0,59201

Motivasi 73 2,00 5,00 3,1461 0,80505

Pengalaman kerja 73 2,00 4,50 3,5000 0,85391

Valid N (listwise) 73 Sumber : Lampiran 5

5.3 Uji Kualitas Data

Sebelum dilakukan pengujian data, perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas data karena jenis data penelitian adalah data primer.

5.3.1 Uji validitas

Pengujian validitas untuk setiap pertanyaan pada kuesioner dapat dilihatdari nilai validitas pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika nilai korelasi yang diperoleh lebih besar dari pada nilai kritis (r hitung > r tabell), instrumen tersebut dikatakan valid (Ghozali, 2013).

(24)

Tabel. 5.8 Hasil Pengujian Validitas

Kinerja APIP (Y) Y1 0,573 0,361 Valid

Y2 0,924 0,361 Valid

Kompetensi (X1) X1.1 0,494 0,361 Valid

X1.2 0,695 0,361 Valid

X1.3 0,587 0,361 Valid

X1.4 0,809 0,361 Valid

Motivasi (X2) X2.1 0,821 0,361 Valid

X2.2 0,507 0,361 Valid

(25)

0,7, kuesioner tersebut dinyatakan reliabel. Hasil pengujian seperti yang terlihat pada Tabel 5.9 menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha untuk semua variabel lebih besar dari 0,7. Hal itu menunjukkan kuesioner penelitian ini reliabel.

Tabel 5.9 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel

Cronbach Batas

Keterangan Alpha Reliabilitas

Kinerja APIP (Y) 0,907 0,7 Reliabel

Kompetensi (X1) 0,813 0,7 Reliabel

Motivasi (X2) 0,849 0,7 Reliabel

Pengalaman kerja

(X4) 0,771 0,7 Reliabel

Sumber : Lampiran 6

5.4 Uji Asumsi Klasik

Pengujian data penelitian dilakukan dengan analisis regresi linear berganda. sehinggaperlu dilakukan uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah model regresi dapat diterima secara ekonometrik atau tidak. Uji asumsi klasik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolonearitas, dan uji heterokedastisitas, sedangkan uji autokorelasi tidak perlu dilakukan karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalah datacross-section.

5.4.1 Uji normalitas

(26)

uji nonparametrik Kolmogorov-Smirnov dan analisis grafik dengan melihat grafik histogram dan grafik normal P-P Plot.

1. Uji Analisis statistik dengan menggunakan uji non-parametrik Kolmogorov-Smirnov

Ghozali (165 : 2013), menyatakan bahwa jika nilai probabilitas asymp.sig (2-tailed) pada uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal. Sebaliknya, jika probabilitas asymp.sig (2-tailed) lebih kecil dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak normal. Tabel 5.10 menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov adalah sebesar 0,072 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,200. Karena nilai asymp.sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa data

(27)

membandingkan antara observasi dan distribusi normal dan dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dengandistribusi normal. Hasil analisis grafik penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.1 dan Gambar 5.2

(28)

Gambar 5.2 Normal P-P Plot

Dengan melihat Gambar 5.1 Histogram menunjukkan bahwa grafik histogram pola distribusi tidak menceng ke kiri atau ke kanan dan normal. Sementara itu, Gambar 5.2 menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik Normal P Plot menyebar disekitar garis normal, serta penyebarannya tidak menjauh dari garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas.

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa data mempunyai distribusi normal.

5.4.2 Uji multikoloniearitas

(29)

dengan menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen dan dengan melihat nilai tolerance dan VIF.

1. Analisis matriks korelasi variabel-variabel independen

Tabel 5.11 Korelasi Koefisien

Pengalaman kerja 0,299 0,228 -0,259 1,000

Sumber : Lampiran 7

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa koefisien korelasi setiap variabel indepen

den lebih kecil dari 0,9. Hal itu berarti bahwa tidak ada multikolinearitas. 2. Nilai tolerance dan VIF

(30)

multikoliniearitas Sumber: Lampiran 7

Tabel 5.12 menunjukkan bahwa variabel kompetensi memiliki nilai VIF sebesar 1,383 dan nilai tolerance sebesar 0,723, motivasi memiliki nilai VIF sebesar 1,057 dan nilai tolerancesebesar 0,946, variabel latarbelakang pendidikan memiliki nilai VIF sebesar 1,351 dan nilai tolerance sebesar 0,74, pengalaman kerja memiliki nilai VIF sebesar 1,172 dan nilai tolerance sebesar 0,853. Hal itumenunjukkan semua variabel independen memiliki nilai tolerance ≥ 0,10 dan VIF ≤ 10 sehingga data penelitian ini tidak mengalami masalah multikolonieritas.

5.4.3 Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Uji heteroskedastisitas terhadap data menyimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal itu dapat dilihat dari grafik scatterplotbahwa titik-titik yang menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta

(31)

Gambar 5.3 Uji Heteroskedastisitas

Pada penelitian ini digunakan juga uji Glejseruntuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Uji Glejser yaitu dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Nilai signifikan untuk seluruh variabel independen harus lebih besar dari 0,05 agar data tidak mengalami heteroskedastisitas.Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Tabel 5.13.

Tabel 5.13 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas

Pada Tabel 5.13 terlihat bahwa variabel kompetensi memiliki nilai signifikan sebesar 0,204, variabel motivasi memiliki nilai signifikansi sebesar 0,781, variabel latarbelakang pendidikan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,910 dan variabel pengalaman kerja memiliki nilai signifikansi sebesar 0,252. Hal itumenunjukkan semua variabel independen memiliki nilai signifikansi≥ 0,05 sehingga penelitian ini tidak mengalami masalah heteroskedastisitas.

5.5 Pengujian Hipotesis

(32)

berganda, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis yang diuji adalah kompetensi, motivasi, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja berpengaruh terhadap kinerja APIP, baik secara bersama-sama maupun parsial. Pengaruh secara bersama-samadilihat dengan menggunakan uji statistik F, sedangkan pengaruh secara parsial,dilihat dengan menggunakan uji statistik t.

5.5.1 Koefisien determinasi

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda dapat diketahui nilai koefisien korelasi dan koefisien determinasi seperti disajikan pada Tabel 5.16. Nilai koefisien mencerminkan kekuatan hubungan antara variabel dependen (kompetensi, motivasi, latar belakang pendidikan, pengalaman kerja) dengan variabel independen (kinerja APIP). Sementara itu, koefisien determinasi mencerminkan seberapa besar kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen.

Tabel 5.14 Besaran Statistik Koefisien Determinasi dan R Square Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 0,687a 0,472 0,441 0,19426

Sumber: Lampiran 8

(33)

dijelaskan variabel kompetensi, motivasi, latarbelakang pendidikan, dan pengalaman kerja,sedangkan sisanya 52,8% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian.

5.5.2 Uji statistik F

Hasil pengujian statistik F pada kompetensi, motivasi, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja terhadap kinerja APIP menunjukkan hasil sebagai berikut.

Tabel 5.15 Hasil Uji F ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 2,298 4 0,574 15,222 0,000b

Residual 2,566 68 0,038

Total 4,864 72

Sumber: Lampiran 8

Berdasarkan Tabel 5.15 nilai F hitung 15,222 dengan nilai signifikansi 0,000, maka Ho ditolak atau hipotesis yang diajukan diterima. Hal itu berarti kompetensi, motivasi, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja APIP pada Inspektorat Kota Medantingkat kepercayaan 95%.

5.5.3 Uji statistik t

Hasil pengujian statistik t (uji parsial) pada kompetensi, motivasi, latarbelakang pendidikan, dan pengalaman kerja terhadap kinerja APIP menunjukkan hasil sebagai berikut.

(34)

Variabel Koefisien Sig

(Constant) -0,607 0,044

Kompetensi 0,678 0,000

Motivasi 0,570 0,000

Latar belakang Pendidikan -0,348 0,000

Pengalaman Kerja 0,250 0,006

Sumber : Lampiran 8

Hasil pengujian pada Tabel 5.16menunjukkan nilai t hitung variabel kompetensi sebesar 4,058 dan koefisien regresi bernilai positif dengan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari α= 0,05.Artinya, Ho ditolak atau hipotesis yang diajukan diterima dan variabel kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kinerja APIP.

Nilai t hitung variabel motivasi sebesar 6,458,dan koefisien bernilai positif

dengan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari α= 0,05. Artinya Ho ditolak atau hipotesis yang diajukan diterima dan variabel motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kinerja APIP.

Variabel latarbelakang pendidikan memiliki nilait signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari α= 0,05 dengan nilai t sebesar -4,435 dan koefisien bernilai negatif.Artinya Ho diterima atau hipotesis yang diajukan ditolak dan variabel latarbelakang pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel kinerja APIP.

(35)

Model regresi penelitian ini adalah sebagai berikut

Y = -0,607 + 0,678KPTNS + 0,570MTVS- 0,348LP+ 0,250PK Keterangan:

KPTNS : Kompetensi MTVS : Motivasi

LP : Latar belakang pendidikan PK : Pengalaman kerja

Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa koefisien dari variabel kompetensi, motivasi, dan pengalaman kerja bernilai positif berarti bahwa hubungan antara variabel kompetensi, motivasi, pengalaman bekerja dengan kinerja APIP adalah positif yaitu, semakin baik kompetensi, semakin baik motivasi dan semakin lama pengalaman bekerja maka semakin baik kinerja APIP.Namun, koefisien latar belakang pendidikan bernilai negatif yang artinya walaupun latarbelakang pendidikan tinggi, tetapi menurunkan kinerja APIP pada Inspektorat Kota Medan

5.6 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kompetensi, motivasi, pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan latarbelakang pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja APIP,baik secara

parsial dan bersama-sama

5.6.1 Pengaruh kompetensi terhadap kinerja APIP

(36)

Pengaruh positif menunjukkan pengaruh kompetensi adalah searah dengan kinerja APIP atau dengan kata lain, jika koefisien tinggi akan berpengaruh terhadap kinerja APIP, demikian sebaliknya jika kompetensi rendah/buruk, maka kinerja APIP akan rendah/buruk. Pengaruh signifikan menunjukkan bahwa kompetensi mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kinerja APIP.

Hasil penelitian ini sejalan dengan dilakukan Komang et al. bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja APIP di Kota Denpasar. Kompetensi yang dibutuhkan dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan yang dilakukan APIP adalah pengetahuan dan kemampuan.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyono (2009) bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja Inspektorat atau dengan kata lain, jika kompetensi baik/tinggi akan berpengaruh terhadap kinerja Inspektorat. Demikian juga sebaliknya, bila kompetensi rendah/buruk, kinerja Inspektorat akan rendah/buruk. Kompetensi yang dimiliki APIP di Pemerintah Kota Medan pada dasarnya telah memadai. Hal ini didukung dengan upaya Pemerintah Kota Medan untuk meningkatkan kompetensi yaitu seringnya dilaksanakan bimbingan teknis/diklat di bidang Auditing, Akuntansi dan bidang Administrasi Pemeritahan. Hal itu terlihat dari hasil jawaban responden yang menunjukkan rata-rata telah mengikuti pelatihan lebih dari 10 kali dalam setahun.

(37)

ratur Negara No. PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit APIP bahwasanya pemeriksa harus memiliki pengetahuan dan pelatihan auditing, memiliki kemampuan pengetahuan dan pelatihan akuntansi, dan pemeriksa harus memiliki pengetahuan dan pelatihan administrasi pemerintahan. Auditor juga mempunyai jenjang pendidikan formal minimal S-1.

5.6.2 Pengaruh motivasi terhadap kinerja APIP

Hasil penelitian menunjukkan secara parsial motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja APIP. Pengaruh positif menunjukkan pengaruh motivasi adalah searah dengan kinerja APIP atau dengan kata lain, motivasi yang baik akan berpengaruh terhadap kinerja APIP. Demikian sebaliknya, bila motivasi rendah, kinerja APIP akan buruk. Pengaruh signifikan menunjukkan bahwa motivasi mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kinerja APIP.

Penelitian itu juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sujana (2012) yang menemukan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja APIP. Hal itu sejalan juga dengan Wirawan (2007) yang menyatakan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi motivasi kerja dalam organisasi, diantaranya lingkungan kerja, budaya organisasi, dan gaya kepemimpinan.

(38)

5.6.3 Pengaruh latar belakang pendidikan terhadap kinerja APIP

Hasil penelitian menunjukkan secara parsial, latar belakang pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja APIP. Pengaruh negatif menunjukkan bahwa pengaruh latar belakang pendidikan tidak searah dengan kinerja Inspektorat atau dengan kata lain, latar belakang pendidikan yang baik akan menurunkan kinerja APIP.

Hal itu disebabkan oleh walaupun tinggi jenjang pendidikan yang dimiliki seseorang APIP,tetapi tidak menjamin kualitas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki untuk mendukung dalam melakukan pekerjaan yang dilakukannya.

Hal itu tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyono (2009) yang menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan berpengaruh positif dan signifikan. Penyebab tidak sejalannya hasil penelitian yang dilakukan peneliti dengan peneliti sebelumnya dikarenakan banyaknya APIP yang memiliki pendidikan yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan untuk menduduki jabatan sebagai APIP, mungkin tidak dibarengi dengan upaya peningkatan yang dibutuhkan.

5.6.4 Pengaruh pengalaman kerja terhadap kinerja APIP

(39)

akan rendah. Pengaruh signifikan menunjukkan bahwa pengalaman kerja mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kinerja APIP.

(40)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, kesimpulan penelitian ini adalah kompetensi, motivasi, dan pengalaman kerja secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja APIP pada Inspektorat Kota Medan. Secara parsial, kompetensi, motivasi, dan pengalaman kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja APIP pada Inspektorat Kota Medan, sedangkan latar belakang pendidikan berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja APIP pada Inspektorat Kota Medan..

6.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penelitian ini menggunakan metode survei berupa kuesioner dan tidak melakukan wawancara secara langsung. Hal itu menyebabkan data yang diperoleh hanya melalui instrumen tertulis sehingga salah persepsi terhadap pertanyaan dapat terjadi.

2. Penelitian ini hanya menggunakan variabel kompetensi, motivasi, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja yang memiliki nilai R square rendah sebesar 47,2%.

6.3. Saran

(41)

1. Peneliti selanjutnya menerapkan metode survei melalui penyebaran kuesionerdengan menambah kolom tersendiri agar responden dapat memberikan masukan dan tanggapan untuk informasi tambahan.

2. Peneliti selanjutnya sebaiknya menambah variabel independen seperti reward maupun variabel independen yang memiliki kemungkinan untuk dapat mengidentifikasi faktor lain yang benar-benar dapat menjadi unsur determinan kinerja APIP.

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Tabel 4.1Populasi dan Sampel
Tabel 4.2Definisi Operasional Variabel
Tabel 5.2Tingkat Pendidikan Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

moralitas individu, efektivitas pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi,.. persepsi kesesuaian kompensasi dan implementasi good governance

atau penyempurnaan dari proses pengawetan yang sudah dilakukan di daerah setempat, atau berupa proses pengawetan yang belum pernah dilakukan di daerah tersebut. Rancangan

Puji dan syukur penulis ucapkan atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis

• Bahwasanya Ibnu „ Umar radhiyallahu „ anhuma berkata : “ Adalah Rasulullah shallallaahu „ alaihi wasallam apabila berdiri untuk shalat, maka beliau mengangkat kedua

Seperti pada pembahasan sebelumnya, setiap perguruan tinggi negeri maupun universitas tentunya berlangganan pada lembaga-lembaga penerbitan

Sebagian besar mahasiswa mempunyai sumbangan sarapan terhadap kecukupan energi (53,9%), dan protein (55,4%) dalam kategori baik.Hasil aktivitas fisik mahasiswa FKM

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada kelas IV SD 1 Mejobo dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model Mind Mapping berbasis karakter disiplin

A longer maturity period in a loan agreement, results in a higher uncertainty risk, which is why we still need a high loan spread to.. 6 research by Tra, Pham Thi Thu &amp;