BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara metode purposive, artinya penentuan daerah dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan tertentu. Kabupaten Asahan dipilih atas dasar pertimbangan karena Kabupaten Asahan adalah salah satu kabupaten yang produktivitas komoditi padi sawahnya tertinggi dan produktivitas komoditi padi ladang cukup tinggi di Provinsi Sumatera Utara sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4.
Tabel 3. Produktivitas Tanaman Padi Sawah di Provinsi Sumatera Utara Menurut Kabupaten Tahun 2013
Kabupaten Produktivitas (kw/ha)
1. N i a s 30,70
2. Mandailing Natal 47,69
3. Tapanuli Selatan 48,74
4 . Tapanuli Tengah 45,46
5. Tapanuli Utara 49,30
6. Toba Samosir 56,66
20.Padang Lawas Utara 40,83
21.Padang Lawas 42,10
22.Labuhanbatu Selatan 45,05
23.Labuhanbatu Utara 47,06
24.Nias Utara 28,44
25.Nias Barat 30,45
Tabel 4. Produktivitas Tanaman Padi Ladang di Provinsi Sumatera Utara Menurut Kabupaten Tahun 2014
Kabupaten Produktivitas (kw/ha)
1. N i a s -
2. Mandailing Natal 37,58
3. Tapanuli Selatan 36,61
4 . Tapanuli Tengah 38,85
5. Tapanuli Utara 41,53
6. Toba Samosir 36,14
20.Padang Lawas Utara 31,43
21.Padang Lawas 32,28
22.Labuhanbatu Selatan 30,00
23.Labuhanbatu Utara 33,23
24.Nias Utara 27,33
25.Nias Barat -
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2016
Tabel 5. Luas Tanam dan Luas Panen Padi Sawah dan Padi Ladang Menurut Kecamatan di Kabupaten Asahan Tahun 2014 (Ha)
Kecamatan Padi Sawah Padi Ladang
Luas Tanam Luas Panen Luas Tanam Luas Panen
B.P. Mandoge - - 100 130
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan, 2016
n =
1 + (Ne2)
Tabel 6. Luas Lahan Pertanian Menurut Desa di Kecamatan BP. Mandoge, 2015 (Ha)
Desa Luas Lahan Pertanian (Ha)
1. Sei Kopas 165
8. Gonting Sidodadi 190
9. Suka Makmur 384
Sumber: Dinas Pertanian Asahan, 2016
Desa Rawang Panca Arga dipilih atas dasar pertimbangan karena Desa Rawang Panca Arga memiliki jumlah KK Tani tertinggi di Kecamatan Rawang Panca Arga sebagaimana dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Jumlah KK Tani Menurut Desa di Kecamatan Rawang Panca Arga, 2015 (KK)
Sumber: Dinas Pertanian Asahan, 2016
3.2.Metode Pengambilan Sampel
Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini dapat dihitung dengan rumus Slovin, yaitu :
Keterangan :
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
Berdasarkan informasi dari PPL Desa Huta Padang bahwa jumlah petani padi ladang (populasi) di Desa Huta Padang adalah 40 KK. Dengan menggunakan metode pengambilan sampel yaitu metode sensus, dimana semua jumlah populasi digunakan sebagai sampel.
Dan berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian bahwa jumlah petani padi sawah (populasi) di Desa Rawang Panca Arga adalah 892 KK. Dengan menggunakan rumus Slovin diperoleh jumlah sampel yaitu:
n =
n = 42,33
Dari hasil perhitungan menggunakan rumus Slovin, diperoleh jumlah sampel untuk petani padi sawah di Desa Rawang Panca Arga yang akan diteliti adalah 43 sampel dengan taraf kesalahan yaitu (e)= 15%.
Tabel 8. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian
Petani Populasi Sampel
Padi Ladang 40 40
Padi Sawah 892 43
Jumlah 83
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer yang dikumpulkan dengan melakukan pengamatan dan wawancara langsung dengan petani responden dengan mengajukan pertanyaan yang dibuat dalam bentuk kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Data sekunder yang dikumpulkan diperoleh dari berbagai instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian, dan Pemerintah Daerah di lokasi penelitian. Selain itu, data-data pendukung lainnya juga diperoleh melalui internet, literatur dan jurnal yang relevan dengan penelitian ini.
3.4. Metode Analisis Data
Untuk menganalisis dan menguji hipotesis 1 yaitu perbedaan produktivitas dan pendapatan usahatani padi sawah dengan padi ladang digunakan Analisis Uji Beda Rata-rata Dua Sampel Saling Bebas (Independent Sample t-Test) dengan rumus sebagai berikut:
H0 : μ < μ , terdapat perbedaan pendapatan dan produktivitas antara usahatani padi ladang dengan padi sawah
H1 : μ = μ , tidak terdapat perbedaan pendapatan dan produktivitas antara usahatani padi ladang dengan padi sawah
Dimana : μ = Variabel 1 (Usahatani padi ladang) μ = Variable 2 (Usahatani padi sawah)
t
1=
� −�� − S + � − S
Dimana :
t1 : Produktivitas
1 : Rata-Rata Produktivitas Usahatani Padi Ladang 2 : Rata-Rata Produktivitas Usahatani Padi Sawah S1 : Standart Deviasi Usahatani Padi Ladang S2 : Standart Deviasi Usahatani Padi Sawah n1 : Jumlah Sampel Usahatani Padi Ladang n2 : Jumlah Sampel Usahatani Padi Sawah
Kriteria uji:
t-hitung ≤ t-tabel atau nilai signifikansi ≥ 0,0 maka Hipotesis H0 diterima t-hitung > t-tabel atau nilai signifikansi < 0,05 Hipotesis H1 diterima
Hipotesis :
H0 : Tidak ada perbedaan produktivitas usahatani antara padi ladang dan padi sawah
H1 : Adanya perbedaan produktivitas antara usahatani padi ladang dan padi sawah
Dimana :
t2 : Pendapatan
1 : Rata-rata Pendapatan Per Bulan/Per Hektar Usahatani Padi Ladang 2 : Rata-Rata Pendapatan Per Bulan/Per Hektar Usahatani Padi Sawah S1 : Standart Deviasi Usahatani Padi Ladang
t
2=
� −�� − S + � − S
S2 : Standart Deviasi Usahatani Padi Sawah n1 : Jumlah Sampel Usahatani Padi Ladang n2 : Jumlah Sampel Usahatani Padi Sawah
Kriteria uji:
t-hitung ≤ t-tabel atau nilai signifikansi ≥ 0,0 maka Hipotesis H0 diterima t-hitung > t-tabel atau nilai signifikansi < 0,05 Hipotesis H1 diterima
Hipotesi :
H0 : Tidak ada perbedaan pendapatan usahatani antara padi ladang dan padi sawah H1 : Adanya perbedaan pendapatan usahatani antara padi ladang dan padi sawah
Untuk menganalisis dan menguji hipotesis 2 yaitu pengaruh sarana produksi benih, pupuk dan pestisida terhadap produksi usahatani padi ladang dan padi sawah digunakan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas yang dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
Y = Produksi Padi Ladang (Ton/Ha) X1 = Benih Padi Ladang (Kg/Ha) X2 = Pupuk Padi Ladang (Kg/Ha) X3 = Pestisida Padi Ladang (Liter/Ha) bo = Variabel Intersep
e = Bilangan Natural (E = 2,7182)
u = Unsur Sisa (Galat)
Keterangan :
Y = Produksi Padi Sawah (Ton/Ha) X1 = Benih Padi Sawah (Kg/Ha) X2 = Pupuk Padi Sawah(Kg/Ha) X3 = Pestisida Padi Sawah (Liter/Ha) bo = Variabel Intersep
e = Bilangan Natural (E = 2,7182)
u = Unsur Sisa (Galat)
b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien Regresi Masing-Masing Variabel
Untuk menganalisis dan menguji hipotesis 3 yaitu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani padi ladang dan padi sawah digunakan analisis regresi linear berganda yang dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
Y = Pendapatan Petani Usahatani Padi ladang (Rp/Ha) bo = Konstanta
b1....b5 = Koefisien Regresi Untuk Masing-Masing Variabel X1 = Biaya Benih Padi Ladang (Rp/Ha)
X2 = Biaya Pupuk Padi Ladang (Rp/Ha) X3 = Biaya Pestisida Padi Ladang (Rp/Ha) X4 = Biaya Tenaga Kerja Padi Ladang (Rp/Ha) µi = Koefisien Pengganggu
Keterangan :
Y = Pendapatan Petani Usahatani Padi Sawah (Rp/Ha) bo = Konstanta
b1....b5 = Koefisien Regresi Untuk Masing-Masing Variabel X1 = Biaya Benih Padi Sawah (Rp/Ha)
X2 = Biaya Pupuk Padi Sawah(Rp/Ha) X3 = Biaya Pestisida Padi Sawah (Rp/Ha) X4 = Biaya Tenaga Kerja Padi Sawah (Rp/Ha) X5 = Biaya Sewa Lahan/Pajak Lahan (Rp/Ha) µi = Koefisien Pengganggu
Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit) 1) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi R2 merupakan suatu nilai statistik yang dihitung dari data sampel. Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (explanatory variables). Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana variabel bebas dapat merubah variabel terikat dalam suatu hubungan (Firdaus, 2011).
Nilai koefisien determinasi (R2) berkisar antara 0 < R2 < 1, dengan kriteria pengujiannya adalah R2 yang semakin tinggi (mendekati 1) menunjukkan model yang terbentuk mampu menjelaskan keragaman dari variabel terikat, demikian pula sebaliknya.
2) Uji F (Uji Pengaruh Variabel Secara Serempak)
Uji F adalah uji secara serempak (simultan) signifikansi pengaruh perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Artinya parameter X1, X2, X3, dan X4 hingga Xn bersamaan diuji apakah memiliki signifikansi atau tidak (Firdaus, 2011).
Kriteria pengujian:
Jika sig. F ≤ 0,0 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika sig. F > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika H0 diterima artinya X1, X2, X3, X4 dan X5 secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap Y (pendapatan/produksi usahatani padi).
Jika H1 diterima artinya X1, X2, X3, X4 dan X5 secara serempak berpengaruh nyata terhadap Y (pendapatan/produksi usahatani padi).
3) Uji t (Uji Pengaruh Variabel Secara Parsial)
Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi α yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 5% (Firdaus, 2011).
Kriteria Pengujian:
Jika sig. t ≤ 0,0 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika sig. t > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika H1 diterima artinya X1, X2, X3, X4 dan X5 secara parsial berpengaruh nyata terhadap Y (pendapatan/produksi usahatani padi).
Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah terdistribusi secara normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji
Kolmogorov Smirnov, dengan melihat nilai signifikansi. Sig.KS > 0,05 = Data berdistribusi normal
Sig.KS ≤ 0,0 = Data tidak berdistribusi normal
Uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji hipotesis suatu sampel atas suatu distribusi tertentu (Firdaus, 2011).
2) Heteroskedastisitas
Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau tidak varians dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varians yang sama disebut terjadi homokedastisitas, dan jika variansnya tidak sama atau berbeda disebut terjadi heterokedastisitas. Persamaan regresi yang baik adalah jika tidak terjadi heterokedastisitas (Sunyoto, 2011).
Penelitian ini menggunakan uji Glejser sebagai penguji heterokedastisitas, dengan melihat nilai signifikansi.
3) Uji Multikolinieritas
Uji asumsi klasik jenis ini diterapkan untuk analisis regresi berganda yang terdiri atas dua atau lebih variabel bebas atau independent variable, dimana akan diukur tingkat asosiasi (keeratan) hubungan/pengaruh antar variabel bebas tersebut melalui besaran koefisien korelasi (r). Dikatakan terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih besar dari 0,60 (pendapat lain : 0,50 dan 0,90). Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas jika kefisien korelasi antar variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60 (r ≤ 0,60 Sunyoto, 2011). Atau dapat dilihat dari Kriteria nilai uji yang digunakan berikut ini, yaitu :
Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka model tidak mengalami multikolinieritas.
Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka model mengalami multikolinieritas.
3.5. Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Definisi
1) Padi ladang adalah jenis komoditi yang dikelolah oleh petani yang melaksanakan budidayanya pada areal tanam berupa ladang (lahan kering). 2) Padi sawah adalah jenis komoditi yang dikelolah oleh petani yang
melaksanakan budidayanya pada areal tanam berupa lahan sawah.
4) Benih adalah benih padi ladang dan padi sawah dengan keterangan varietasnya yang dibudidayakan oleh petani dalam satuan Kilogram (Kg) pada musim tanam tersebut.
5) Pestisida adalah keseluruhan jumlah pestisida dari masing-masing jenis pestisida yang digunakan untuk usahatani padi ladang dan padi sawah dalam satuan Liter per musim tanam.
6) Tenaga kerja adalah jumlah orang yang dipekerjakan dalam setiap tahapan budidaya padi ladang atau padi sawah untuk melaksanakan proses produksi mulai dari pengolahan tanah sampai panen per musim tanam dengan upah gaji yang telah disepakati.
7) Luas lahan merupakan jumlah luas lahan yang digunakan petani untuk budidaya padi ladang atau padi sawah dari tahap awal menanam hingga tahap akhir yaitu panen yang disertai dengan keterangan status kepemilikan lahan (milik sendiri/ sewa/ bagi hasil), satuannya Hektar (Ha).
8) Produksi adalah jumlah keseluruhan hasil panen padi ladang atau padi sawah yang dihasilkan dari luas lahan yang ditanam per musim tanam dengan satuan Kilogram (Kg).
9) Pendapatan adalah hasil dari selisih antara penerimaan usahatani (produksi dikali harga) dengan total biaya usahatani per musim tanam, dimana satuan dari pendapatan adalah Rupiah (Rp).
3.5.2. Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah Kabupaten Asahan.
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1. Deskripsi Desa Huta Padang 4.1.1. Kondisi Geografis
Desa Huta Padang Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Kabupaten Asahan terletak di dataran tinggi dengan ketinggian ± 225 meter dari permukaan laut dengan suhu rata-rata 30oC dan curah hujan rata-rata berkisar 2000 mm/tahun.
Desa Huta Padang Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Kabupaten Asahan merupakan salah satu Desa Induk dengan luas Wilayah ± 13.000 Ha yang terbentuk dari sembilan dusun. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Gonting Sidodadi
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Huta Bagasan
Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Bandar Pasir Mandoge
Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Tomuan Holbung/Kab.Simalungun
Adapun jarak Desa Huta Padang dengan :
Ibu Kota Kecamatan Badara Pasir Mandoge adalah ± 10 Km Ibu Kota Kabupaten Asahan adalah ± 56 Km
Ibu Kota Propinsi Sumatera Utara ± 178 Km
4.1.2. Kondisi Demografis
Tabel 9. Komposisi Penduduk Desa Huta Padang Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016
Dusun Jumlah KK Jenis Kelamin Total
Laki-laki Perempuan
I 168 339 358 697
II 204 396 478 875
III 85 211 184 395
IV 180 390 376 765
V 150 290 274 564
VI 96 189 183 372
VII 188 376 399 775
VIII 97 209 226 435
IX 138 287 385 672
X 93 223 201 424
XI 68 143 148 283
XII 65 155 149 304
Total 3208 1532 6561 Sumber: Kantor Kepala Desa Huta Padang, 2017.
Masyarakat Desa Huta Padang sangat erat dengan kebiasaan bergotong royong seperti dalam perbaikan jalan, perbaikan sarana rumah ibadah dan juga dalam membantu perbaikan rumah maupun perhelatan pesta yang biasa dibentuk Serikat Tolong Menolong ( STM ) yang biasa disebut si jule-jule. Sesama warga mengumpulkan dana dalam bentuk Rupiah, barang / juga sembako, termasuk juga dalam acara kemalangan. Kebersamaan warga sangat erat dan kuat.
Sarana trasportasi yang paling banyak digunakan warga masyarakat adalah sepeda motor. Di Desa ini ada transportasi umum seperti bus, mikrolet atau sejenisnya. Jaringan listrik PLN sudah tersedia di desa ini , sehingga hampir semua rumah tangga menggunakan tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan penerangan dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Beberapa rumah tangga semakin banyak menggunakan pompa listrik untuk mengambil air sumur.
Orientasi jumlah tempat ibadah yaitu 3 buah Masjid yang terletak di dusun I, II dan IV juga terdapat 9 (sembilan) buah Gereja yang terletak di dusun II,IV,VII,VIII,IX, dan X.
4.1.3. Sejarah dan Dinamika Perkembangan Desa
Desa Huta Padang yang disebut sebagai desa induk dari pembentukan/pemekaran desa yang merupakan salah satu desa wilayah Kecamata Bandar Pasir Mandoge yaitu antara lain (Desa Sein Kopas pada Tahun 1993 dan Desa Tomuan Holbung pada Tahun 2005). Dengan dasar hukum Peraturan Daerah Kabupaten Asahan Nomor 10 tahun 2008 tentang Pembentukan Desa-Desa di Daerah Kabupaten Asahan sehingga Desa Huta Padang pada saat ini terdiri dari 12 Dusun.
4.2. Deskripsi Desa Rawang Panca Arga 4.2.1. Kondisi Geografis
Desa Rawang Panca Arga masuk dalam wilayah Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan dengan jarak ± 3 Km arah barat dari Kantor Camat Rawang Panca Arga dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Pas dengan Matang Pambe Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Rawang Lama
Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Rawang Lama Sebelah Barat : berbatasan dengan Serdang/Sungai
Sebagian besar lahan yang ada di Desa Rawang Panca Arga dimanfaatkan oleh penduduk untuk kegiatan pertanian padi dan pemukiman secara rinci pemanfaatan lahan di Desa Rawang Panca Arga dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Luas Lahan Menurut Peruntukan di Desa Rawang Panca Arga Tahun 2016
No Peruntukan Lahan Luas (Ha) Persentase
1 Persawahan 800 70%
2 Tegalan/Perladangan 100 0,3%
3 Perkebunan 400 20%
4 Perumahan/Pemukiman 100 0,5%
5 Kolam/Perikanan - i. Saluran Irigasi Tersier j. Saluran Irigasi Pembuangan
Status kepemilikan lahan di Desa Rawang Panca Arga terbagi dalam tiga bagian, yaitu : Milik Rakyat sebesar 1796,5 Ha, Milik Desa sebesar 0,5 Ha dan Milik Pemerintahan sebesar 3,0 Ha. Tanah Desa Rawang Panca Arga merupakan tanah cabuk (pencampuran liat, pasir dan debu) dan sebagian kecil tanah liar merah yang berada di seluruh dusun. Dengan demikian sebagian besar lahan di Desa Rawang Panca Arga cocok untuk lahan pertanian pangan seperti: padi, palawija dan holtikultura. Demikian pula tanah kering perbukitan yang sedikit bergelombang sangat cocok sebagai area perkebunan rakyat karet, kelapa sawit, cacao, dan lain-lain.
4.2.2. Kondisi Demografis
Dari data Tahun 2016, tercatat jumlah penduduk Desa Rawang Panca Arga sebanyak 2084 jiwa, yang terdiri atas 1033 jiwa laki-laki dan 1051 jiwa perempuan, dihitung berdasarkan jumlah kepala keluarga (KK). Kepadatan penduduk di Desa Rawang Panca Arga dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Komposisi Penduduk Desa Rawang Panca Arga Menurut Jenis Kelamin dan Agama Tahun 2016
Dusun Jumlah KK
Jenis Kelamin Agama
Laki-laki Perempuan Islam Kristen Khatolik Total
I 42 90 94 5 167 12 184
II 52 90 105 - 162 33 195
III 69 168 128 6 275 15 296
IV 83 163 154 239 78 - 317
V 60 90 131 131 90 - 221
VI 39 74 69 130 13 - 143
VII 54 98 103 143 58 - 201
VIII 67 117 164 164 71 - 235
IX 74 143 268 268 24 - 292
Total 1086 938 60 2084
Desa Rawang Panca Arga merupakan desa pertanian, maka hasil ekonomi warga dan mata pencarian warga sebagian besar adalah petani. Dari jumlah KK (540 KK) yang ada lebih kurang 75% adalah petani, selebihnya ada PNS/TNI/POLRI/Pedagang/ Karyawan/Perkebunan dan lain-lain.
Dititik dari tingkat penghasilan rata-rata masyarakat Desa Rawang Panca Arga tergolong kedalam kategori miskin. Dari luas desa 1200 Ha dimiliki oleh : 408 Ha (30%) dimiliki 51 KK, 480 Ha (40%) dimiliki 66 KK, dan 312 Ha (30%) dimiliki 400 KK. Sementara kemampuan produksi persawahan di Desa Rawang Panca Arga minimal 6 ton/Ha/musim tanam. Jika dalam 1 tahun dua kali tanam maka produksi padi menjadi 12 ton/Ha/Tahun, kalau harga gabah di kisaran Rp. 2.500,- maka perhektar bisa menghasilkan Rp. 18.000.000,-. Karena 400 KK (56,88%) hanya memiliki 0,4 Ha maka penghasilan rata-rata petani Desa Rawang Panca Arga hanya Rp. 7.200.00,-/Tahun atau Rp. 600.000,-/bulan. Jelas tergambar masih lemahnya kondisi perekonomian warga Desa Rawang Panca Arga.
Kondisi budaya dalam kehidupan masyarakat Desa Rawang Panca Arga sangat kental dengan tradisi peninggalan leluhur. Upacara-upacara adat yang berhubungan dengan siklus hidup manusia seperti upacara kelahiran, khitanan, perkawinan dan upacara-upacara yang berhubungan dengan kematian hampir selalu di lakukan oleh warga masyarakat Desa Rawang Panca Arga. Selain itu tradisi sedekah bumu bersih desa dan semacamnya juga masih dilakukan setiap tahun.
tiba di beberapa tempat mengalami kerusakan jalan, dimana keterangannya dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Prasarana Perhubungan di Desa Rawang Panca Arga Tahun 2016 No Jenis Prasarana Kuantitas/Panjang Keterangan
1 Jalan Kabupaten - Tidak ada
2 Jalan Desa 10,5 km Diaspal/mulai rusak
3 Jalan Dusun 3500 m Belum ada diaspal
4 Jembatan 13 unit 11 baik, 2 rusak
Sumber: Kantor Kepala Desa Rawang Panca Arga, 2016
Sarana transportasi yang paling banyak digunakan masyarakat adalah sepeda motor. Di desa ini belum ada sarana transportasi umum (bus, angkutan umum, mikrolet atau sejenisnya). Sementara untuk jaringan listrik dari PLN sudah tersedia hingga hampir semua rumah tangga menggunakannya. Dan di seluruh wilayah desa dapat diperoleh air dengan sumber gali (sumur bor) atau penggunaan pompa air listrik sehingga masalah air bersih di Desa Rawang Panca Arga tidak ada masalah.
4.2.3. Sejarah dan Dinamika Perkembangan Desa
4.3. Karakteristik Petani Sampel
4.3.1. Karakteristik Petani Sampel Padi Ladang
Karakteristik petani sampel padi ladang di Desa Huta Padang Kecamatan BP. Mandoge Kabupaten Asahan meliputi :
1) Umur Petani
Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usaha taninya. Semakin tua umur petani, kecenderungan kemampuan kerja semakin menurun yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan yang diperoleh. Hal ini karena pekerjaan sebagai petani lebih banyak mengandalkan tenaga fisik.
Klasifikasi petani padi ladang menurut kelompok umur di Desa Huta Padang terlihat pada tabel 13.
Tabel 13. Umur Petani di Desa Huta Padang
No Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. 30-34 0 0,0
2. 35-39 0 0,0
3. 40-44 0 0,0
4. 45-49 3 7,5
5. 50-54 11 27,5
6. 55-59 11 27,5
7. 60-64 10 25,0
8. 65-69 4 10,0
9. >69 1 2,5
Jumlah 40 100
Sumber : Lampiran 1, 2017.
2) Pendidikan
Tingkat pendidikan petani padi ladang di Desa Huta Padang dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Huta Padang
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. SD 32 80
2. SMP 5 12,5
3. SMA 3 7,5
Jumlah 40 100
Sumber : Lampiran 1, 2017.
3) Pengalaman Bertani
Faktor yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan pengelolaan usaha tani adalah pengalaman bertani. Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani maka besar kemungkinan semakin baik pula pengelolaan usaha taninya.
Pengalaman petani dalam mengolala usahataninya dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Pengalaman Bertani oleh Petani Sampel di Desa Huta Padang
No Pengalaman Bertani (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. 1-6 3 7,5
2. 7-13 17 42,5
3. 14-20 11 27,5
4. 21-27 5 12,5
5. 28-34 2 5
6. 35-41 2 5
7. >41 3 7,5
Jumlah 40 100
Sumber : Lampiran 1, 2017.
4) Jumlah Tanggungan Keluarga
maka akan mudahh dalam melanjutkan dan mengembangkannya sehingga dapat tercapai proses keberhasilan.
Klasifikasi jumlah tanggungan keluarga petani padi ladang di Desa Huta Padang seperti terlihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel di Desa Huta Padang No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. 0-2 21 52,5
2. 3-5 19 47,5
3. >5 0 0
Jumlah 40 100
Sumber : Lampiran 1, 2017.
4.3.2.Karakteristik Petani Sampel Padi Sawah
Karakteristik petani sampel padi sawah di Desa Rawang Panca Arga Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan meliputi :
1) Umur Petani
Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usaha taninya. Semakin tua umur petani, kecenderungan kemampuan kerja semakin menurun yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan yang diperoleh. Hal ini karena pekerjaan sebagai petani lebih banyak mengandalkan tenaga fisik.
Tabel 17. Umur Petani di Desa Rawang Panca Arga
No Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. 30-34 1 2,325581395
2. 35-39 4 9,302325581
3. 40-44 3 6,976744186
4. 45-49 5 11,62790698
5. 50-54 12 27,90697674
6. 55-59 5 11,62790698
7. 60-64 6 13,95348837
8. 65-69 6 13,95348837
9. >69 1 2,325581395
Jumlah 43 100
Sumber : Lampiran 2, 2017.
2) Pendidikan
Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usahatani. Respon petani dalam hal menerima teknologi untuk mengoptimalkan usahataninya sangat erat dengan pendidikan formal.
Tingkat pendidikan petani padi sawah di Desa Rawang Panca Arga dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Rawang Panca Arga No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. SD 14 32,55814
2. SMP 17 39,53488
3. SMA 12 27,90698
Jumlah 43 100
Sumber : Lampiran 2, 2017.
3) Pengalaman Bertani
Pengalaman petani dalam mengolala usaha tani padi sawah dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Pengalaman Bertani Petani Sampel di Desa Rawang Panca Arga No Pengalaman Bertani (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. 1-6 2 4,651162791
2. 7-13 6 13,95348837
3. 14-20 15 34,88372093
4. 21-27 12 27,90697674
5. 28-34 4 9,302325581
6. 35-41 3 6,976744186
7. >41 1 2,325581395
Jumlah 43 100
Sumber : Lampiran 2, 2017.
4) JumlahTanggungan Keluarga
Keluarga yang sudah memiliki tradisi wirausahawan akan dengan mudah mengenalkan sekaligus mewariskan tradisi usaha kepada anak dan keturunannya. Hal ini berbeda dengan yang didalam keluarganya tidak terbangun tradisi wirausahawan. Setidaknya kalau dalam keluarganya sudah terbangun spirit bisnis, maka akan mudahh dalam melanjutkan dan mengembangkannya sehingga dapat tercapai proses keberhasilan.
Klasifikasi jumlah tanggungan keluarga petani padi sawah di Desa Rawang Panca Arga seperti terlihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel di Desa Rawang Panca Arga
No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. 1-3 40 93,02326
2. 4-6 3 6,976744
3. >6 0 0
Jumlah 43 100
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Perbedaan Teknis Budidaya Usahatani Padi Ladang Dan Padi Sawah Di Kabupaten Asahan
Tahap-tahap budidaya usahatani padi sawah di Desa Rawang Panca Arga Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan dan usahatani padi ladang di Desa Huta Padang Kecamatan BP. Mandoge Kabupaten Asahan yang dilakukan oleh petani responden dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Perbedaan Teknis Budidaya Usahatani Padi Ladang dan Padi Sawah di Kabupaten Asahan
N O
Tahapan
Budidaya Usahatani Padi Ladang Usahatani Padi Sawah 1. Pemilihan
1) Dilakukan awal bulan Juli atau Agustus
N O
Tahapan
Budidaya Usahatani Padi Ladang Usahatani Padi Sawah -mengurun yaitu mensterilkan
lahan dari sisa sampah sehingga lahan siap tanam. 3. Penyemaian Petani responden padi ladang
tidak ada yang melakukan 4. Penanaman Proses penanaman :
-Penanaman padi ladang yang dilakukan oleh petani
responden seluruhnya
menggunakan alat tugal yaitu alat yang terbuat dari kayu yang ujungnya diruncingkan yaitu cabut-tanam yang dilakukan sendiri oleh responden adalah “jajar legowo 4: ” dengan jarak tanam 20x20 cm
5. Pemupukan 1) Pemupukan yang dilakukan petani responden pada dasarnya hanya sekali. 2) Jenis pupuk yang digunakan
N O
Tahapan
Budidaya Usahatani Padi Ladang Usahatani Padi Sawah tiap tanaman. 6. Penyulaman Pada Proses penyulaman,
semua petani responden tidak melakukannya.
Pada Proses penyulaman, semua petani responden tidak melakukannya. 7. Penyiangan Penyiangan hampir dilakukan
oleh semua petani responden 9. Panen 1) Panen dilakukan sesuai
dengan kematangan padi atau sesuai umur tanaman padi sekitar 4,5-6 bulan panen.
2) Panen yang dilakukan oleh petani responden
N O
Tahapan
Budidaya Usahatani Padi Ladang Usahatani Padi Sawah 10. Pasca Panen 1) Proses perontokan manual secara baik dan benar akan membuat umur padi bertahan hingga ± 1 tahun.
Petani responden seluruhnya
Tabel 21. memperlihatkan bahwa hampir semua tahap budidaya usahatani padi ladang dan padi sawah yang dilakukan oleh petani responden adalah berbeda, kecuali pada proses penyulaman yang sama-sama tidak dilakukan oleh petani responden padi ladang dan padi sawah pada saat musim tanam tersebut.
Tabel 22. Usahatani Padi Ladang dan Padi Sawah di Kabupaten Asahan per Hektar per Musim Tanam
No Uraian Padi Ladang Padi Sawah
1. Produksi (Ton/Ha) 1,283 6,003
2. Penerimaan (Rp) 6.929.758,35 26.539.096,41
3. Biaya Produksi (Rp)
4. Pendapatan (Rp) 4.262.420,58 15.710.538,35
5. R/C Rasio 2,598 2,451
Sumber : Diolah dari lampiran 3-19
Tabel 22. memperlihatkan bahwa produksi, penerimaan, biaya produksi, dan pendapatan antara padi ladang dan padi sawah sangat berbeda. Dimana padi
sawah lebih menguntungkan dengan pendapatan per Ha adalah sebesar Rp. 15.710.538,35,-, sedangkan pendapatan padi ladang per Ha adalah sebesar Rp. 4.262.420,58,-.
Tabel 22. memperlihatkan hasil nilai R/C Rasio untuk padi ladang sebesar 2,598 (>1) dan padi sawah sebesar 2,451 (>1), maka usahatani padi ladang di Desa Huta Padang Kecamatan BP.Mandoge dan padi sawah di Desa Rawang Panca Arga Kecamatan Rawang Panca Arga adalah usahatani padi yang layak untuk diusahakan karena nilai R/C > 1.
5.2. Perbedaan Produktivitas dan Pendapatan Usahatani Padi Ladang Dan Padi Sawah Di Kabupaten Asahan
Produktivitas merupakan perbandingan antara produksi yang diperoleh dengan faktor produksi yang dikorbankan dalam usahatani yaitu luas lahan. Pendapatan usahatani merupakan penerimaan usahatani dikurangi dengan seluruh biaya usahatani yang dikeluarkan.
Untuk menganalisis perbedaan produktivitas dan pendapatan antara usahatani padi ladang dan padi sawah, digunakan uji t sampel bebas (independent sample t test).
5.2.1. Perbedaan Produktivitas Usahatani Padi Ladang Dan Padi Sawah Di Kabupaten Asahan
Perbandingan produktivitas antara usahatani padi ladang di Desa Huta Padang Kecamatan BP. Mandoge Kabupaten Asahan dan padi sawah di Desa Rawang Panca Arga Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan yang dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Produktivitas Padi Ladang dan Padi Sawah di Kabupaten Asahan
No Produktivitas (Ton) Per Petani Per Ha
1. Padi Ladang 2,151 1,283
2. Padi Sawah 6,647 6,003
Sumber : Diolah dari lampiran 9 dan 17.
Tabel 23. memperlihatkan bahwa produktivitas usahatani padi ladang dan padi sawah sangat berbeda jauh. Dimana untuk produktivitas dalam satuan ton per petani, padi sawah sebesar 6,647 ton lebih tinggi dibandingkan dengan padi ladang sebesar 2,151 ton. Begitu pula untuk produktivitas dalam satuan per hektar, padi sawah sebesar 6,003 ton lebih tinggi dibandingkan dengan padi ladang sebesar 1,283 ton. Namun, untuk melihat signifikansi perbedaan produktivitas antara usahatani padi ladang dan padi sawah ini, maka dilakukan uji
Tabel berikut memperlihatkan nilai signifikansi dari hasil uji Independent Sample t-Test untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan produktivitas antara usahatai padi ladang di Desa Huta Padang Kecamatan BP. Mandoge dan padi sawah di Desa Rawang Panca Arga Kecamatan Rawang Panca Arga.
Tabel 24. Hasil Uji Levene’s dan Uji Independent Sampel T-test Produktivitas Padi Ladang dan Padi Sawah
Sumber : Lampiran 20.
Sebelum melakukan uji independent samples t- test, dilakukan uji Levene’s (uji homogenitas). Uji Levene’s (uji homogenitas) perlu dilakukan terlebih dahulu karena pada hasil statistik terdapat dua nilai signifikansi t, yaitu nilai signifikansi untuk data dengan varian yang sama (Equal variance Assumed) dan data dengan varian yang berbeda (Equal Variance Not Assumed).
Kriteria Uji :
Jika Signifikasi > 0,05, H
0 diterima atau H1 ditolak Jika Signifikasi < 0,05, H
0 ditolak atau H1 diterima
Hasil uji Levene’s menunjukkan signifikansi F sebesar 0,00. Dengan demikian signifikansi <0,05 (0,00<0,05) maka H
1 diterima yang berarti kelompok data produktivitas antara Usahatani padi ladang dan padi sawah memiliki varian yang
Independent Samples Test
Produktivitas padi
Levene’s Test for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
berbeda, jadi nilai uji Independent Sampel t-Test menggunakan Not Equal Variance Assumed.
Setelah diketahui homogenitas data, lalu dilakukan uji beda rata- rata sampel bebas dengan independent sampel t-test.
Kriteria Uji :
Jika Signifikansi > 0,05 , maka H
0 diterima atau H1 ditolak Jika Signifikansi < 0,05 , maka H
0 ditolak atau H1 diterima
Hasil estimasi menunjukkan nilai signifikansi t sebesar 0,00. Dengan demikian signifikansi < 0,05 (0,00 < 0,05). Maka H
1 diterima yang berarti ada perbedaan produktivitas usahatani padi yang nyata antara Usahatani padi ladang dan padi sawah.
Dikatakan ada perbedaan produktivitas dikarenakan teknik budidaya usahatani yang berbeda dan kualitas benih yang berbeda sehingga produktivitas padi sawah di Desa Rawang Panca Arga Kecamatan Rawang Panca Arga lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas usahatani padi ladang di Desa Huta padang Kecamatan BP.Mandoge.
5.2.2. Perbedaan Pendapatan Usahatani Padi Ladang Dan Padi Sawah Di Kabupaten Asahan
Tabel 25. Pendapatan Padi Ladang dan Padi Sawah di Kabupaten Asahan
No Pendapatan (Rp) Per Ha Per Bulan
1. Padi Ladang 4.262.439 424.398
2. Padi Sawah 15.812.018 2.001.516
Sumber : Di olah dari lampiran 11 dan 19
Tabel 25. memperlihatkan bahwa pendapatan usahatani padi sawah dan padi ladang sangat berbeda jauh. Dimana untuk pendapatan dalam satuan Rupiah per hektar, padi sawah sebesar Rp. 15.812.018,- lebih tinggi dibandingkan dengan padi ladang sebesar Rp. 4.262.439,-. Begitu pula untuk pendapatan dalam satuan Rupiah per Bulan, padi sawah sebesar Rp. 2.001.526,- lebih tinggi dibandingkan dengan padi ladang sebesar Rp. 424.398,-. Namun, untuk melihat signifikansi perbedaan pendapatan antara usahatani padi ladang dan padi sawah ini, maka dilakukan uji independent sampel t-test, sebagai berikut:
Tabel berikut memperlihatkan nilai signifikansi dari hasil uji Independent Samples t-Test untuk menguji perbedaan pendapatan usahatai padi ladang di Desa Huta
of Variances t-test for Equality of Means
Tabel 27. Hasil Uji Independent Samples t-Test Pendapatan Per Bulan Padi
of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df (uji homogenitas). Uji Levene’s (uji homogenitas) perlu dilakukan terlebih dahulu karena pada hasil statistik terdapat dua nilai signifikansi t, yaitu nilai signifikansi untuk data dengan varian yang sama (Equal variance Assumed) dan data dengan varian yang berbeda (Equal Variance Not Assumed).
Kriteria Uji :
Jika Signifikasi > 0,05, H
0 diterima atau H1 ditolak Jika Signifikasi < 0,05, H
0 ditolak atau H1 diterima
Hasil uji Levene’s menunjukkan signifikansi F sebesar 0,00. Dengan demikian signifikansi <0,05 (0,00<0,05) maka H
1 diterima yang berarti kelompok data pendapatan antara Usahatani padi ladang dan padi sawah memiliki varian yang berbeda, jadi nilai uji Independent Sampel t-Test menggunakan Not Equal Variance Assumed.
Kriteria Uji :
Jika Signifikansi > 0,05 , maka H
0 diterima atau H1 ditolak Jika Signifikansi < 0,05 , maka H
0 ditolak atau H1 diterima
Hasil estimasi menunjukkan nilai signifikansi t sebesar 0,00. Dengan demikian signifikansi < 0,05 (0,00 < 0,05). Maka H
1 diterima yang berarti ada perbedaan yang nyata antara pendapatan usahatani padi ladang dan padi sawah, baik dalam satuan per hektar maupun per bulan.
Dikatakan ada perbedaan pendapatan dikarenakan produksi usahatani padi sawah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan padi ladang, harga jual yang berbeda dan umur panen padi ladang lebih lama dibandingkan dengan padi sawah yang secara otomatis akan mengurangi pendapatan. Hal ini sesuai dengan keadaan di lapangan.
Dengan demikian, hipotesis 1 yang menyatakan ada perbedaan produktivitas dan pendapatan usahatani padi ladang dengan usahatani padi sawah di Kabupaten Asahan dapat diterima kebenarannya.
5.3. Pengaruh Sarana Produksi Pertanian Benih, Pupuk dan Pestisida Terhadap Produksi Usahatani Padi Ladang dan Padi Sawah di Kabupaten Asahan
Produksi yang dihasilkan dalam sebuah usahatani dipengaruhi oleh faktor produksi. Dalam penelitian ini faktor produksi yang dianalisis adalah benih (X
1), pupuk (X
Dengan menggunakan regresi linear berganda, maka diperoleh besarnya nilai koefisien determinan (R2), nilai F-hitung dan nilai t-hitung. Alat yang digunakan untuk melakukan regresi linear berganda dengan menggunakan perangkat lunak
SPSS 18.
Namun sebelum dilakukan regresi linear berganda terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk melihat apakah data telah memenuhi syarat asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang diperlukan dalam penelitian ini adalah normalitas, multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Untuk uji autokorelasi, dalam penelitian ini tidak dilakukan karena uji tersebut pada umumnya dilakukan pada data yang bersifat time series. Setelah asumsi-asumsi tersebut terpenuhi maka dilakukan uji kesesuaian model (Test Goodness of Fit).
5.3.1. Pengaruh Sarana Produksi Benih, Pupuk, Pestisida Terhadap Produksi Usahatani Padi Ladang di Kabupaten Asahan
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data primer dimana variabel bebasnya yaitu Benih (X1), Pupuk (X2) dan Pestisida (X3). Dari variabel-variabel bebas tersebut akan dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap produksi (variabel terikat), hasil regresi yang diperoleh sebagai berikut:
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinearitas
Tabel 28. Coefficients Produksi Padi Ladang Coefficientsa Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF 1 (Constant)
Benih .956 1.046 Tidak terjadi multikolinearitas Pupuk .977 1.023 Tidak terjadi multikolinearitas Pestisida .970 1.031 Tidak terjadi multikolinearitas
Sumber : Diolah dari Lampiran 22.
2. Uji Normalitas
Tabel berikut memperlihatkan nilai signifikansi dari Uji Kolmogorov Smirnov
yang telah dilakukan.
Tabel 29. One-Sample Kolmogorov-Smirvov Test Produksi Padi Ladang One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 29
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .01871342
Most Extreme Differences
Absolute .129
Positive .071
Negative -.129
Kolmogorov-Smirnov Z .693
Asymp. Sig. (2-tailed) .723
Sumber : Lampiran 22.
3. Uji Heteroskedatisitas
Tabel berikut memperlihatkan nilai signifikansi dari hasil uji heteroskedastisitas.
Tabel 30. Coefficients Produksi Padi Ladang Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.574 13.383 -.267 .792
Benih .175 1.622 .089 .441 .663
Pupuk -.633 2.640 -.048 -.240 .813
pestisida .128 .212 .121 .605 .551
Sumber :Diolah dari Lampiran 22.
Berdasarkan hasil uji Heteroskedastisitas, hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi t seluruh variabel lebih besar dari nilai α 0,0 yaitu signifikansi benih 0,663 > α 0,0 , pupuk 0,813 > α 0,0 , pestisida 0,551 > α (0,05) maka artinya tidak heteroskedastisitas pada model regresi atau model regresi merupakan homoskedastisitas.
Uji Kesesuaian Model (Test Goodness of Fit) 1. Koefisien Determinasi (R2)
Pada tabel berikut ditampilkan nilai R, R2, Adjusted R2 dan Standart Error. Tabel 31. Model Summary Produksi Padi Ladang
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .958a .918 .908 .01443
Sumber : Lampiran 22.
benih, pupuk dan pestisida. Sedangkan sisanya 8,2% dipengaruhi oleh variabel bebas atau faktor lain yang belum dimasukkan ke dalam model.
2. Uji Serempak (Uji F - Statistik)
Uji F adalah uji secara serempak (simultan) signifikansi pengaruh perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Artinya parameter X1, X2, dan X3 secara bersamaan diuji apakah memiliki signifikansi atau tidak.
Tabel 32. Anova Produksi Padi Ladang ANOVAb ANOVAb
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression .058 3 .019 93.138 .000a
Residual .005 25 .000
Total .063 28
Sumber : Lampiran 22.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi F sebesar 0,000 (<α 0,0 . Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima yang berarti variabel bebas benih, pupuk dan pestisida secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat produksi padi ladang.
3. Uji Parsial (Uji t - Statistik)
Tabel 33. Coeffiicients Produksi Padi Ladang
Sumber : Diolah dari Lampiran 22.
Hasil estimasi pada kolom Undstandardized Coefficients dimasukkan dalam persamaan fungsi Cobb-Douglas, sebagai berikut.
LnY = -1.636 – 0,022LnX
1 + 0,496LnX2 – 0,001LnX3 + u Dalam bentuk non-linier digambarkan seperti persamaan berikut.
Y = -1.636 X
a. Proses Pengujian Y (Produksi) dengan X1 (Benih)
Akan tetapi berdasarkan hasil regresi pada Tabel 33. hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi benih (0,220 > 0,05), maka untuk faktor produksi benih H
0 diterima atau H1 ditolak. Hal ini menunjukkan sarana produksi secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi ladang. Sarana produksi secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi ladang dikarenakan berdasarkan hasil penelitian bahwa varietas benih yang digunakan belum tepat jenis dan penggunaan jumlah benih yang berlebih.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hendri Metro Purba (2011) yang menyatakan bahwa secara parsial (statistik) variabel bebas benih tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi ladang.
b. Proses Pengujian Y (Produksi) dengan X2 (Pupuk)
Angka 0,496 pada Unstandardized Coeficients (B) menunjukkan koefisien regresi (parameter). Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (parameter) variabel bebas pupuk bertanda positif sebesar 0,496. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikkan jumlah pupuk sebesar 1 Kg, maka akan terjadi kenaikkan produksi sebesar 0,496.
Akan tetapi berdasarkan hasil regresi pada Tabel 33. hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi pupuk (0,000 < 0,05), maka untuk sarana produksi pupuk H
Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hendri Metro Purba (2011) yang menyatakan bahwa secara parsial (statistik) variabel bebas pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi ladang, tetapi hal tersebut sesuai dengan teori produksi Soekartawi (1990) yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan produksi dapat dilakukan dengan cara menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan.
c. Proses Pengujian Y (Produksi) dengan X3 (Pestisida)
Angka 0,001 pada Unstandardized Coeficients (B) menunjukkan koefisien regresi (parameter). Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (parameter) variabel bebas pestisida bertanda negatif sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikkan jumlah pestisida sebesar 1 Liter, maka akan terjadi penurunan produksi sebesar 0,001.
Akan tetapi berdasarkan hasil regresi pada Tabel 33. hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi pestisida (0,752 > 0,05), maka untuk sarana produksi pestisida H
0 diterima atau H1 ditolak. Hal ini menunjukkan sarana produksi pestisida secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi ladang. Sarana produksi pestisida secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi ladang dikarenakan berdasarkan hasil penelitian bahwa penggunakan pestisida yang dilakukan oleh petani belum tepat jenis dan dosis.
Namun secara serempak benih, pupuk dan pestisida berpengaruh nyata terhadap produksi padi ladang. Dengan demikian, hipotesis 2 yang menyatakan terdapat pengaruh yang nyata benih, pupuk, dan pestisida terhadap produksi padi ladang dapat diterima kebenarannya.
5.3.2. Pengaruh Sarana Produksi Pertanian Benih, Pupuk dan Pestisida Terhadap Produksi Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Asahan Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data primer dimana variabel bebasnya yaitu Benih (X1), Pupuk (X2), dan Pestisida (X3). Dari variabel-variabel bebas tersebut akan dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap produksi (variabel terikat), dimana hasil regresi yang diperoleh sebagai berikut:
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinearitas
Diketahui nilai toleransi dan VIF (Variance Inlantion Factor) pada masing-masing variabel yang diperlihatkan pada tabel 32.
Tabel 34. Coefficients Produksi Padi Sawah
Coefficientsa Model
Collinearity Statistics Kesimpulan Tolerance VIF
1 (Constant)
Benih .352 2.841 Tidak terjadi multikolinieritas Pupuk .331 3.018 Tidak terjadi multikolinieritas Pestisida .902 1.109 Tidak terjadi multikolinieritas
2. Uji Normalitas
Tabel berikut memperlihatkan nilai signifikansi dari hasil uji Kolmogorov Smirnov yang telah dilakukan.
Tabel 35. One-Sample Kolmogorov-Smirvov Test Produksi Padi Sawah
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 43
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .03035080
Asymp. Sig. (2-tailed) .321
Sumber : Lampiran 23.
Hasil uji Kolmogorov Smirnov, hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat singnifikansi KS adalah sebesar 0,321 >α 0,0 . Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara distribusi residual dengan distribusi normal, artinya data residual model berdistribusi normal.
3. Uji Heteroskedatisitas
Tabel berikut memperlihatkan nilai signifikansi dari hasil uji heteroskedastisitas yang telah dilakukan.
Tabel 36. Coefficients Produksi Padi Sawah
Coefficientsa
Berdasarkan hasil uji Heteroskedastisitas, hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi t seluruh variabel lebih besar dari nilai α 0,0 yaitu signifikansi benih 0,554 > α 0,0 , pupuk 0,092 > α 0,0 , pestisida 0,526 > α 0,0 , maka artinya tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi atau model regresi merupakan homoskedastisitas.
Uji Kesesuaian Model (Test Goodness of Fit) 1. Koefisien Determinasi (R2)
Pada tabel berikut ditampilkan nilai R, R2, Adjusted R2 dan Standart Error. Tabel 37. Model Summary Produksi Padi Sawah
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .962a .925 .919 .03150
Sumber : Lampiran 23.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi R2 (R Square) yang diperoleh adalah 0,925. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 92,5 % variasi variabel terikat produksi padi sawah telah dapat dijelaskan oleh variabel bebas benih, pupuk, pestisida. Sedangkan sisanya 7,5% dipengaruhi oleh variabel bebas atau faktor lain yang belum dimasukkan ke dalam model.
2. Uji Serempak (Uji F - Statistik)
Tabel 38. Anova Produksi Padi Sawah
Hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi F sebesar 0,000 ≤α 0,0 . Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima yang berarti variabel bebas benih, pupuk dan pestisida secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat produksi padi sawah.
3. Uji Parsial (Uji t - Statistik)
Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi α yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 5%.
Tabel 39. Coefficients Produksi Padi Sawah Coefficientsa
Sumber : Diolah dari Lampiran 23.
LnY = -1,337 + 0,304LnX
1 + 0,312LnX2 - 0,003LnX3 + u Dalam bentuk non-linier digambarkan seperti persamaan berikut.
Y = - 1,337 X 1
0,304. X
2 0,312.
X 3
-0,003
Dimana :
Y = Produksi (Kg) X1 = Benih (Kg) X2 = Pupuk (Kg) X3 = Pestisida (Liter)
a. Proses Pengujian Y (Produksi) dengan X1 (Benih)
Angka 0,304 pada Unstandardized Coeficients (B) menunjukkan koefisien regresi (parameter). Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (parameter) variabel bebas benih bertanda positif sebesar 0,304. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikkan jumlah benih sebesar 1 Kg, maka akan terjadi kenaikan produksi sebesar 0,304.
Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 39. hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi benih (0,000 > 0,05), maka untuk sarana produksi benih H0 ditolak
dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan sarana produksi pertanian benih secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah.
meningkatkan produksi dapat dilakukan dengan cara menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan.
b. Proses Pengujian Y (Produksi) dengan X2 (Pupuk)
Angka 0,312 pada Unstandardized Coeficients (B) menunjukkan koefisien regresi (parameter). Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (parameter) variabel bebas pupuk bertanda positif sebesar 0,312. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikkan jumlah pupuk sebesar 1 Kg, maka akan terjadi kenaikkan produksi sebesar 0,312.
Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 39. hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi pupuk (0,000 > 0,05), maka untuk sarana produksi pupuk H0 ditolak
dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan sarana produksi pertanian pupuk secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah. Sarana produksi pertanian pupuk secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah dikarenakan berdasarkan hasil penelitian bahwa penggunaan pupuk yang tepat jenis dan dosis dapat meningkatkan produksi padi sawah.
c. Proses Pengujian Y (Produksi) dengan X3 (Pestisida)
Angka 0,003 pada Unstandardized Coeficients (B) menunjukkan koefisien regresi (parameter). Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (parameter) variabel bebas pestisida bertanda negatif sebesar 0,003. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikkan jumlah pestisida sebesar 1 Liter, maka akan terjadi penurunan produksi sebesar 0,003.
Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 39. hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi pestisida (0,639 > 0,05), maka untuk faktor produksi tersebut H
0 diterima atau H1 ditolak. Hal ini menunjukkan sarana produksi pestisida secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah. Sarana produksi pestisida secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah dikarenakan berdasarkan hasil penelitian bahwa penggunaan pestisida yang dilakukan oleh petani belum tepat jenis dan dosis.
Hal ini sesuai dengan teori produksi Soekartawi (1986) yang menyatakan bahwa hubungan masukan dan produksi pertanian mengikuti kaidah tambahan hasil yang semakin berkurang (law of diminishing returns) untuk semua variabel X. Tiap tambahan unit masukan akan mengakibatkan proporsi unit tambahan produksi yang semakin kecil dibanding unit tambahan masukan tersebut, namun hal tersebut bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasman Hasyim (2014) yang menyatakan bahwa secara parsial (statistik) variabel bebas pestisida berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah
pengaruh yang nyata benih, pupuk dan pestisida terhadap produksi padi sawah dapat diterima kebenarannya.
5.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Padi Ladang dan Padi Sawah di Kabupaten Asahan
Pendapatan yang dihasilkan dalam sebuah usahatani dipengaruhi oleh biaya produksi. Dalam penelitian ini biaya produksi yang dianalisis adalah biaya benih (X
1), biaya pupuk (X2), biaya pestisida (X3), biaya tenaga kerja (X4), dan biaya sewa/pajak lahan (X5). Untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi pada usahatani padi terhadap pendapatan dilakukan dengan regesi linear berganda.
Dengan menggunakan regresi linear berganda, maka diperoleh besarnya nilai koefisien determinan (R2), nilai F-hitung dan nilai t-hitung. Alat yang digunakan untuk melakukan regresi linear berganda dengan menggunakan perangkat lunak
SPSS 18.
Namun sebelum dilakukan regresi linear berganda terlebih dahulu dilakukan uji
asumsi klasik untuk melihat apakah data telah memenuhi syarat asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang diperlukan dalam penelitian ini adalah normalitas,
multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Untuk uji autokorelasi, dalam penelitian ini tidak dilakukan karena uji tersebut pada umumnya dilakukan pada data yang bersifat time series. Setelah asumsi-asumsi tersebut terpenuhi maka lakukan uji kesesuaian model (Test Goodness of Fit).
5.4.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Padi Ladang di Kabupaten Asahan
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data primer dimana variabel bebasnya yaitu biaya benih (X
tenaga kerja (X
4). Dari variabel-variabel bebas tersebut akan dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap pendapatan (variabel terikat), dimana hasil regresi yang diperoleh sebagai berikut:
Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Tabel berikut menunjukkan nilai signifikansi dari hasil uji Kolmogorov Smirnov
yang telah dilakukan.
Tabel 40. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pendapatan Padi Ladang
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 40
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 4.87810140E5 Most Extreme
Differences
Absolute .100
Positive .100
Negative -.056
Kolmogorov-Smirnov Z .636
Asymp. Sig. (2-tailed) .814
Sumber : Lampiran 24.
Hasil uji Kolmogorov Smirnov, hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat singnifikansi KS adalah sebesar 0,814 ( >α 0,0 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara distribusi residual dengan distribusi normal, artinya data residual model berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Tabel 41. Coefficients Pendapatan Padi Ladang Coefficientsa
Model Collinearity Statistics Kesimpulan
Tolerance VIF
1 (Constant)
Biaya Benih .898 1.113 Tidak terjadi multikolinieritas Biaya Pupuk .970 1.031 Tidak terjadi multikolinieritas Biaya Pestisida .881 1.135 Tidak terjadi multikolinieritas Biaya Tenaga Kerja .931 1.074 Tidak terjadi multikolinieritas Sumber : Diolah dari Lampiran 24.
3. Uji Heteroskedatisitas
Tabel berikut menunjukkan nilai signifikansi dari hasil uji heteroskedastisitas yang telah dilakukan.
Tabel 42. Coefficients Pendapatan Padi Ladang
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -939358.901 1018512.494 -.922 .363
Benih .181 2.743 .011 .066 .948
Pupuk -.641 .468 -.217 -1.370 .179
Pestisida -3.400 2.561 -.220 -1.327 .193
Tenaga Kerja .530 .278 .307 1.902 .065
Sumber : Diolah dari Lampiran 24.
Uji Kesesuaian Model (Test Goodness of Fit) 1. Koefisien Determinasi (R2)
Pada tabel berikut ditampilkan nilai R, R2, Adjusted R2 dan Standart Error. Tabel 43. Model Summary Pendapatan Padi Ladang
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .536a .288 .206 5.14931E5
Sumber : Lampiran 24.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi R2 (R Square) yang diperoleh adalah 0,288. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 28,8% variasi variabel terikat pendapatan padi sawah telah dapat dijelaskan oleh variabel bebas biaya benih, biaya pupuk, biaya pestisida dan biaya tenaga kerja. Sedangkan sisanya 71,2% dipengaruhi oleh variabel bebas atau faktor lain yang belum dimasukkan ke dalam model.
2. Uji Serempak (Uji F - Statistik)
Uji F adalah uji secara serempak (simultan) signifikansi pengaruh perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Artinya parameter X1, X2, X3 dan X4 secara bersamaan diuji apakah memiliki signifikansi atau tidak.
Tabel 44. Anova Pendapatan Padi Ladang
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.749E12 4 9.372E11 3.534 .016a
Residual 9.280E12 35 2.652E11
Total 1.303E13 39
Sumber : Lampiran 24.
biaya benih, biaya pupuk, biaya pestisida dan biaya tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat pendapatan padi ladang
3. Uji Parsial (Uji t - Statistik)
Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi α yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 5%.
Tabel 45. Coeffiicients Pendapatan Padi Ladang
Coefficientsa
1 (Constant) 3109522.659 1916745.844 1.622 .114
benih .577 5.163 .017 .112 .912 Sumber : Diolah dari Lampiran 24.
Pada bagian ini ditampilkan nilai koefisien b0 dan b1, t hitung serta tingkat signifikansi. Dari tabel diatas, di peroleh sebagai berikut:
a. Proses Pengujian Y (Pendapatan) dengan X1 (Biaya benih)
Angka 0,577 pada Unstandardized Coeficients (B) menunjukkan koefisien regresi (parameter). Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (parameter) variabel bebas biaya benih bertanda positif sebesar 0,577. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikkan biaya benih sebesar 1 Rupiah, maka akan terjadi kenaikan pendapatan sebesar Rp. .577. dengan asumsi variabel lain konstan.
Akan tetapi berdasarkan hasil regresi pada Tabel 45. hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi biaya benih (0,912 > 0,05). Maka, untuk variabel bebas biaya benih H
0 diterima atau H1 ditolak. Hal ini menunjukkan biaya benih secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan padi ladang. Biaya benih secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan padi ladang dikarenakan berdasarkan hasil penelitian bahwa biaya benih yang dikeluarkan oleh petani tidak mempengaruhi peningkatan produksi sehingga pendapatan juga tidak terjadi peningkatan yang disebabkan oleh varietas benih yang digunakan petani adalah varietas lokal.
Hal ini bertentangan dengan teori Suratiyah (2008) yang menyatakan bahwa petani dalam memperoleh pendapatan yang tinggi maka petani harus mengupayakan biaya produksi yang rendah.
b. Proses Pengujian Y (Pendapatan) dengan X2 (Biaya pupuk)
menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikkan biaya pupuk sebesar 1 Rupiah, maka akan terjadi kenaikan pendapatan sebesar Rp. 2.467 dengan asumsi variabel lain konstan.
Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 45. hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi biaya pupuk (0,008 < 0,05), maka untuk faktor produksi tersebut H
0
ditolak atau H
1 diterima. Hal ini menunjukkan biaya pupuk secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan padi ladang. Biaya pupuk secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan padi ladang, dikarenakan berdasarkan hasil penelitian bahwa adanya peningakatan biaya pupuk seiring dengan penambahan jumlah pupuk yang akan menyebabkan peningkatan produksi sehingga dapat meningkatkan pendapatan.
Hal ini bertentangan dengan teori Suratiyah (2008) yang menyatakan bahwa petani dalam memperoleh pendapatan yang tinggi maka petani harus mengupayakan biaya produksi yang rendah.
c. Proses Pengujian Y (Pendapatan) dengan X3 (Biaya pestisida)
Angka 9,567 pada Unstandardized Coeficients (B) menunjukkan koefisien regresi (parameter). Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (parameter) variabel bebas biaya pestisida bertanda negatif sebesar 9,567. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikkan biaya pestisida sebesar 1 Rupiah, maka akan terjadi penurunan pendapatan sebesar Rp. 9.567 dengan asumsi variabel lain konstan.
bebas biaya pestisida H
0 diterima atau H1 ditolak. Hal ini menunjukkan biaya pestisida secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan padi ladang. Biaya pestisida secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan padi ladang dikarenakan berdasarkan hasil penelitian peningkatan biaya pestisida yang dilakukan petani belum disesuaikan dengan jenis pestisida yang tepat untuk mengatasi serangan hama dan penyakit dan penggunaan pestisida yang berlebihan sehingga tidak dapat meningkatkan pendapatan.
Hal ini sesuai dengan teori Suratiyah (2008) yang menyatakan bahwa petani dalam memperoleh pendapatan yang tinggi maka petani harus mengupayakan biaya produksi yang rendah.
d. Proses Pengujian Y (Pendapatan) dengan X4 (Biaya tenaga kerja)
Angka 0,658 pada Unstandardized Coeficients (B) menunjukkan koefisien regresi (parameter). Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (parameter) variabel bebas biaya tenaga kerja bertanda positif sebesar 0,658. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikkan biaya tenaga kerja sebesar 1 Rupiah, maka akan terjadi kenaikan pendapatan sebesar Rp. .658 dengan asumsi variabel lain konstan.
Akan tetapi berdasarkan hasil regresi pada Tabel 45. hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi biaya tenaga kerja (0,218 > 0,05). Maka, untuk variabel bebas biaya tenaga kerja H