• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 69

BAB III

ARAHAN KEBIJAKAN DAN

RENCANA STRATEGIS

INFRASTRUKTUR

BIDANG CIPTA KARYA

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

3.1.1.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019

Sesuai dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 Tentang RPJPN, RPJMN 2015-2019 diarahkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional, termasuk meningkatkan daya saing perekonomian nasional. Oleh karena itu pembangunan infrastruktur antara lain diarahkan untuk (a) menyediakan infrastruktur transportasi untuk pelayanan distribusi komoditi perdagangan dan industri serta pergerakan penumpang dan barang, baik dalam lingkup nasional maupun internasional; (b) menghilangkan kesenjangan antara pasokan dan kebutuhan serta efektivitas dan efisiensi penggunaan energi termasuk tenaga listrik; (c) meningkatkan teledensitas pelayanan telematika masyarakat pengguna jasa; (d) memenuhi kebutuhan hunian layak bagi masyarakat dan mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh; serta (e) mewujudkan peningkatan keandalan dan keberlanjutan layanan sumber daya air baik untuk pemenuhan air minum, sanitasi, dan irigasi guna menunjang ketahanan air dan pangan. UU No. 17 Tahun 2007 tersebut juga mengamanatkan bahwa pengembangan wilayah diselenggarakan dengan memperhatikan potensi dan peluang keunggulan sumberdaya darat dan/atau laut di setiap wilayah, serta memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan. Oleh karena itu pembangunan infrastruktur harus memperhatikan situasi dan kondisi suatu wilayah agar

(2)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 70 pemanfaatan dari infrastruktur tersebut dapat dioptimalkan bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, mengurangi kesenjangan antar wilayah, serta menjadi perekat kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kebijakan pembangunan infrastruktur selama ini diarahkan pada percepatan peningkatan daya saing yang tercermin pada laporan World Economic Forum (WEF) tahun 2014 dimana posisi daya saing infrastruktur Indonesia meningkat tajam dari urutan 84 dari 133 negara tahun 2009 menjadi urutan 56 dari 144 negara pada Tahun 2014. Penilaian daya saing infrastruktur mencakup kualitas dan kapasitas infrastruktur seperti jalan, jalan kereta api, pelabuhan, bandar udara (bandara), energi, ketenagalistrikan, serta telekomunikasi (fixed and mobile phone). Di samping itu, upaya perbaikan kinerja infrastruktur juga diprioritaskan pada infrastruktur bendungan, jaringan irigasi, serta jaringan sanitasi dan air minum dengan tujuan untuk mendukung peningkatan produksi hasil pertanian, ketahanan pangan, ketahanan energi, dan ketahanan air nasional. Dalam upaya percepatan pembangungan infrastruktur di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, keseimbangan pembangunan tetap dijaga dengan meningkatkan konektivitas antara pusat pertumbuhan dengan wilayah hinterland

maupun wilayah pendukungnya dengan tetap menjaga manfaat ekonomi yang positif terhadap masyarakat di wilayah tersebut dan menjaga kualitas daya dukung lingkungannya.

Sasaran umum yang hendak dicapai oleh sektor infrastruktur pada RPJMN Tahun 2015-2019 adalah:

1. Terpenuhinya jaringan Infrastruktur yang sesuai dengan perencanaan tata ruang nasional;

2. Terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal yang layak dengan didukung prasarana, sarana dan utilitas yang memadai dalam mendorong peningkatan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional;

3. Terwujudnya pertumbuhan bidang Infrastruktur minimal dua kali pertumbuhan ekonomi nasional dalam rangka memberikan sumbangan terhadap kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional (sustainable growth) yang berkualitas dan perluasan lapangan kerja;

4. Terjaminnya kepastian dan stabilitas penyediaan jasa infrastruktur ke seluruh pelosok tanah air untuk meningkatkan kelancaran distribusi barang, jasa dan

(3)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 71 mobilitas penumpang dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pengendalian laju inflasi, serta pertumbuhan ekonomi yang berkualitas;

5. Terwujudnya peningkatan dan pemerataan pelayanan jasa Infrastruktur ke seluruh pelosok tanah air dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dan menjaga keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara maritim yang maju dan berdaulat; 6. Tercapainya peran dan investasi swasta yang optimal dalam pembangunan

infrastruktur guna meningkatkan efisiensi anggaran serta kuantitas dan kualitas layanan infrastruktur.

3.1.1.2 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2015-2019

Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya 2015-2019 diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi, dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan pembangunan (Bang). Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman,pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan, serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakantugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman,

pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangansistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman,

pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangansistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan

kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

(4)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 72

4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan

permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah, dan drainase lingkungan serta persampahan;

5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan kawasan

permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan 7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukunganyang diberikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program-program pemberdayaan masyarakat.

Pada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas pembangunan dikerjakan bersama pemerintah daerah, baik pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, peran pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya lebih terfokus kepada tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Turbinwas).Tugas pengaturan dilakukan melalui penyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta tugas-tugas lain yang bersifat penyusunan perangkat peraturan. Sedangkan tugas pembinaan dilakukan dalam bentuk dukungan perencanaan, pemberian bantuan administrasi dan teknis, supervisi serta konsultasi. Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat dilakukan dalam bentuk monitoring dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan ini didanai oleh

(5)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 73

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai dukungan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan melakukan pembangunan infrastruktur skala nasional (lintas provinsi), serta infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping itu,Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan dalam rangka pemenuhan SPM sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan komitmennya dalam melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Pemda juga bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang terbangun.

Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya. Untuk tugas pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk memenuhi target pencapaian SPM berupa bantuan khusus yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola hibah, yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak. Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan perlu diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan (Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden), baik spasial maupun sektoral. Selain itu, perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya juga memperhatikan kondisi eksisting, isu strategis, serta potensi daerah.

Keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mendukung pengembangan wilayah pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). WPS merupakan wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan prioritas pembangunan yang didukung keterpaduan penyelenggaraan infrastruktur dan meningkatkan peran serta seluruh stakeholder. Dalam Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 telah ditetapkan 35 WPS yang merepresentasikan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan mereflksikan amanat NAWACITA yaitu pembangunan wilayah dimulai dari pinggiran dan perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadap maritim. Selanjutnya pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan diterpadukan

(6)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 74

pertama, dengan pengembangan 16 Kawasan Srategis Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP).

Isu urbanisasi merupakan salah satu isu strategis dalam pembangunan infrastruktur permukiman. Hal ini dikarenakan dengan semakin besarnya jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan, maka dibutuhkan infrastruktur perkotaan yang handal untuk menunjang kegiatan sosial ekonomi penduduk perkotaan.Oleh karena itu, Ditjen Cipta Karya diberi mandat untuk turut berkontribusi dalam pencapaian sasaran pembangunan perkotaan nasional sesuai RPJMN 2015-2019 (Tabel 3.3). Untuk itu, Ditjen Cipta Karya perlu melakukan pengembangan wilayah pada skala perkotaan (

city-wide) maupun penataan kawasan di beberapa kota yang menjadi fokus perhatian

pembangunan perkotaan nasional yaitu 7 kawasan metroplitan eksisting, 5 kawasan metropolitan baru, 20 kota sedang, 10 kota baru,dan 39 kawasan pusat pertumbuhan baru. Diharapkan melalui pembangunan perkotaan yang dilakukan Ditjen Cipta Karya dapat tercipta kota yang aman, nyaman, dan layak huni dan terpenuhinya Standar Pelayanan Perkotaan (SPP); kota hijau yang berketahanan iklim dan bencana; dan kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

Dalam rangka pengembangan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, Direktorat Jenderal Cipta Karya mengembangkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang terintegrasi dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya, sebagai upaya mewujudkan keterpaduan pembangunan di kabupaten/kota. RPIJM Bidang Cipta Karya disusun oleh

Pemerintah Kabupaten/Kota melalui fasilitasi Pemerintah Provinsi yang

mengintegrasikan kebijakan skala nasional, provinsi,dan kabupaten/kota, baik kebijakan spasial maupun sektoral. RPIJM, selain mengacu pada rencana spasial dan arah pembangunan nasional/daerah, juga mengintegrasikan rencana sektoral Bidang Cipta Karya, antara lain Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman yang berkelanjutan.Melalui perencanaan yang rasional dan inklusif, diharapkan keterpaduan pembangunan Bidang Cipta Karya dapat terwujud, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, kelembagaan, dan kemampuan keuangan daerah.

Dalam mewujudkan sasaran 100-0-100 diperlukan peningkatan pendanaan yang signifikan dalam bidang Cipta Karya. Diperkirakan kebutuhan dana mencapai

(7)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 75

mencapai Rp. 830 Triliun untuk mencapai sasaran tersebut dalam jangka waktu 5 tahun. PemerintahPusat yang selama ini mendominasi pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya padaperiode 2010-2014 (66,96% dari total seluruh pendanaan pembangunan), mempunyaiketerbatasan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan prakiraan maju, baselinependanaan pemerintah hanya cukup memenuhi 15% kebutuhan pendanaan tersebut.Berdasarkan skenario optimis maka pemerintah pusat dapat berkontribusi terhadap 3035%dariporsi pendanaan tersebut.

Untuk mengatasi gap pendanaan, maka sumber-sumber pendanaan alternatif dari parapemangku kepentingan lainnya perlu ditingkatkan. Pemerintah Daerah sebagai

ujungtombak penyelenggaraan pembangunan bidang Cipta Karya perlu

meningkatkankomitmen sehingga kontribusi pendanaannya meningkat dari 14,7% menjadi 25% pada periode 2015-2019. Sektor swasta dan perbankan yang selama ini hanya berperandalam 2,25% dari total pembangunan bidang Cipta Karya, perlu didorong melalui skemaKPS maupun CSR sehingga peranannya meningkat signifikan menjadi 15%. Masyarakatjuga dapat berkontribusi melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat ataupun kegiatanswadaya masyarakat sehingga diharapkan dapat berkontribusi 15% terhadap porsipendanaan. Dukungan pinjaman dan hibah luar negeri juga akan dimanfaatkan, meskipun porsi kontribusinya dikurangi dari 16,09% menjadi 10% pada tahun 2015-2019 untuk mengurangi beban hutang negara. Kebijakan kemitraan dan peningkatan partisipasi para stakeholder merupakan strategi utama dalam mewujudkan sasaran 100-0-100.

Untuk meningkatkan efektivitas pencapaian sasaran Gerakan Nasional 100-0-100 perlu juga sinergi kemitraan dengan Kementerian/Lembaga lainnya, antara lain:

a. Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, terkait perbaikan rumah

tidak layak huni dan pembangunan Rusunawa di kawasan permukiman kumuh;

b. Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, terkait penyediaan air baku dan

penanganan kawasan rawan genangan;

c. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, terkait keterpaduan perencanaan

dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional bidang perumahan dan permukiman serta bidang perkotaan dan perdesaan;

d. Kementerian Kesehatan, terkait perubahan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS);

(8)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 76

e. Kementerian Dalam Negeri, terkait pengembangan kapasitas Pemerintah

Daerah;

f. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terkait pengelolaan

persampahan;

g. Kementerian Kelautan dan Perikanan, terkait pengembangan kawasan

permukiman nelayan/pesisir dan pulau terluar;

h. Kementerian Agraria dan Tata Ruang, terkait keterpaduan pembangunan

berdasarkan RTRW dan RDTR;

i. Badan Nasional Pengembangan Kawasan Perbatasan, terkait pengembangan

kawasan Perbatasan 3.1.2 Arahan Penataan Ruang

3.1.2.1 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional, b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,

d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah provinsi, serta keserasian antar sektor,

e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi, f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPIJM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria:

1) Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,

2) Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan

3) Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

(9)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 77 b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

Kriteria:

1) Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

2) Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

3) Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria:

1) Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga,

2) Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,

3) Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

4) Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

Kabupaten Karangasem tidak masuk dalam Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: 1) Pertahanan dan keamanan,

a) Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,

b) Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan

c) Peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau

d) Kawasan industri sistem pertahanan, atau

e) Merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetanggadan/atau laut lepas.

(10)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 78 Kabupaten Karangasem tidak masuk dalam penetapan Kawasan Strategis Nasional 2) Pertumbuhan ekonomi,

a) Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

b) Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional,

c) Memiliki potensi ekspor,

d) Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, e) Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

f) Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,

g) Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan petahanan energi nasional, atau

h) Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal. 3) Sosial dan budaya

a) Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional,

b) Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa,

c) Merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan,

d) Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional, e) Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau f) Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional. 4) Pendayagunaan sumber daya alam dan/atauteknologi tinggi

a) Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

b) Pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir c) Memiliki sumber daya alam strategis nasional

d) Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa e) Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau f) Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis. 5) Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

(11)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 79 b) Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang

c) Ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,

d) Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara,

e) Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro f) Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup g) Rawan bencana alam nasional

h) Sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap

i) Kelangsungan kehidupan.

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota adalah:

a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.

c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.

3.1.2.2 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Bali

Tujuan umum penataan ruang Provinsi Bali adalah mewujudkan struktur dan pola ruang wilayah yang berkualitas, sesuai dengan daya dukung ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif, berjati diri budaya Bali, dan berkelanjutan, sejalan dengan rencana pembangunan jangka panjang daerah dan nasional.

Kebijakan penataan ruang mencakup kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang, yaitu:

(12)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 80 1) Pengembangan sistem pelayanan pusat-pusat perkotaan dan pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi wilayah yang proporsional, merata dan hierarkis;

2) Pengembangan sistem perdesaan yang terintegrasi dengan sistem perkotaan; dan 3) Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan prasarana wilayah meliputi

sistem jaringan transportasi sebagai sistem jaringan prasarana utama, energi, telekomunikasi, prasarana lingkungan serta sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah provinsi.

b. Strategi untuk mewujudkan kebijakan pertama adalah :

1) Menterpadukan sistem wilayah pelayanan perkotaan di wilayah provinsi yang terintegrasi dengan sistem perkotaan nasional berdasarkan fungsi dan besaran jumlah penduduk;

2) Mengembangkan 4 (empat) sistem perkotaan yang mendukung pengembangan wilayah, yang merata dan berhierarki, mencakup:

a) Sistem perkotaan bali utara dengan pusat pelayanan kawasan perkotaan singaraja yang berfungsi sebagai PKW;

b) Sistem perkotaan bali timur dengan pusat pelayanan kawasan perkotaan semarapura yang berfungsi sebagai PKW;

c) Sistem perkotaan bali selatan dengan pusat pelayanan kawasan perkotaan Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan (Sarbagita) yang berfungsi sebagai PKN; dan

d) Sistem perkotaan bali barat dengan pusat pelayanan kawasan perkotaan negara yang berfungsi sebagai PKW.

3) Mengendalikan perkembangan kawasan metropolitan sarbagita yang telah ditetapkan sebagai (KSN) sekaligus PKN, kawasan-kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai PKW dan kawasan perkotaan lainnya;

4) Menetapkan kawasan-kawasan perkotaan yang berfungsi PKL dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah;

5) Meningkatkan akses antar pusat-pusat perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah;

6) Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya; dan

(13)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 81 7) Mengembangkan dan memelihara keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara

kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya.

c. Strategi untuk mewujudkan kebijakan kedua adalah :

1) Meningkatkan keterkaitan sistem perkotaan dengan kawasan perdesaan ( urban-rural linkage); dan

2) Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan terpadu antar desa dan kawasan agropolitan yang terintegrasi dengan sistem perkotaan.

d. Strategi untuk mewujudkan kebijakan ketiga adalah :

1) Meningkatkan kualitas sistem jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut dan udara;

2) Meningkatkan kualitas dan keterpaduan sistem jaringan jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten/kota dan penyeberangan;

3) Mendorong pengembangan jaringan jalan nasional lintas bali utara;

4) Membangun jaringan jalan baru untuk memperlancar arus lalu lintas dan membuka daerah-daerah terisolir dan terpencil;

5) Memantapkan tatanan kepelabuhanan dan alur pelayaran;

6) Memantapkan tatanan kebandarudaraan dan ruang udara untuk penerbangan; 7) Meningkatkan keterpaduan perlindungan, pemeliharaan, penyediaan sumber

daya air dan distribusi pemanfaatannya secara merata sesuai kebutuhan melalui koordinasi antar sektor maupun antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota;

8) Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik; dan

9) Memantapkan pemerataan sistem jaringan telekomunikasi ke seluruh wilayah kabupaten/kota.

3.1.2.3 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Karangasem Tahun 2012-2032

Berdasarkan arahan RTRW Kabupaten Karangasem memiliki tujuan penataan ruang adalah “Terwujudnya Wilayah Karangasem yang aman, nyaman, produkktif dan berkelanjutan melalui pengembangan agribisnis dan pariwisata yang berwawasan lingkungan dalam pemanfaatan ruang dengan menerapkan aspek mitigasi bencana”.

(14)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 82 Kata kunci dalam tujuan diatas yang berkaitan dengan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan adalah ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Untuk mewujudkan ruang seperti yang diuraikan dalam kata kunci diatas dibutuhkan ruang wilayah untuk permukiman yang berwawasan lingkungan dan menerapkan aspek mitigasi bencana karena kondisi fisik wilayah kabupaten Karangasem. Selain itu, dibutuhkannya dukungan penyediaan permukiman dan infrastruktur untuk pengembangan kegiatan pada sektor agribisnis dan pariwisata agar sektor unggulan tersebut dapat berkembang secara optimal.

A. Kebijakan dan Strategi RTRW Kabupaten Karangasem Tahun 2012-2032 Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang di wilayah Kabupaten Karangasem sehingga ditetapkan beberapa kebijakan tata ruang wilayah Kabupaten Karangasem secara makro adalah sebagai berikut :

1) Karakteristik geografis Kabupaten Karangasem sebagai wilayah yang berada pada jalur lintasan transportasi darat dan laut memberikan pengaruh sebagai berikut :

a. Jalan arteri primer Gilimanuk – Padangbai merupakan penghubung antara wilayah Kabupaten Karangasem dengan wilayah lain diluar Pulau Bali terutama provinsi-provinsi lain di bagian timur Pulau Bali. Hal ini memberikan keuntungan komparatif terhadap wilayah sekitar Padangbai karena menjadi pintu gerbang selatan Kabupaten Karangasem sekaligus pintu gerbang laut selatan untuk Pulau Bali.

b. Adanya rencana pengembangan Pelabuhan Amed sebagai pelabuhan penyeberangan Bali – Lombok menjadi salah satu keuntungan lain yang diperoleh Kabupaten Karangasem karena keberadaan pelabuhan ini menjadi pintu gerbang utara bagi kabupaten ini ke wilayah lain diluar Pulau Bali.

c. Rencana pengembangan Pelabuhan Amed akan menjadikan ruas jalan Gilimanuk – Amed menjadi salah satu penghubung yang dapat menjadi mendorong pertumbuhan daerah-daerah di bagian utara Kabupaten Karangasem.

2) Keberadaan pintu gerbang laut eksisting (Padang Bai) dan rencana (Amed) dapat meningkatkan keterkaitan ekonomi antar wilayah Kabupaten Karangasem dengan kabupaten atau bahkan provinsi lainnya.

(15)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 83 3) Jalan arteri Gilimanuk – Padangbai, jalan kolektor Amlapura – Selat – Rendang

– Klungkung, dan jalan ”penghubung” Ban – Menanga - Bangli – Klungkung menjadikan sirkulasi transportasi yang sangat lancar ke arah Kota Semarapura yang ditetapkan sebagai pusat wilayah pembangunan Bali Timur (WPBT). Hal ini menjadi salah satu potensi untuk lebih mengoptimalkan kedudukan Kabupaten Karangasem sebagai sentra produksi pertanian maupun sektor lainnya.

Sedangkan untuk kebijakan tata ruang wilayah Kabupaten Karangasem secara mikro yang terkait dengan pembangunan permukiman dan infrastruktur adalah :

1) Penetapan pusat-pusat kegiatan dengan pendekatan pengembangan wilayah dan dukungan prasarana wilayah guna mengatasi dan mengurangi ketimpangan pertumbuhan antar wilayah, dengan strategi yaitu :

a. Meningkatkan fungsi dan pelayanan jalan yang menghubungkan wilayah utara dan wilayah selatan Karangasem;

b. Mempertegas dan menetapkan pusat-pusat permukiman yang memenuhi kriteria sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) dengan memperhatikan fungsi utamanya;

c. Meningkatkan keterkaitan antar kota, baik secara fungsional dengan pengembangan fungsi pelayanan kota yang terintegrasi satu sama lain maupun secara spasial dengan meningkatkan aksesbilitasnya terutama melalui pengembangan prasarana perhubungan;

d. Mengembangkan pelabuhan pariwisata di Tanah Ampo untuk mendukung pengembangan pariwisata di Kabupaten;

e. Mengembangkan kegiatan yang disesuaikan dengan potensi yang ada untuk meningkatkan perekonomian desa;

f. Pengembangan PPL dengan memperhatikan karakter desa-desa sekitar yang cenderung menyatu dengan desa pusatnya;

g. Melestarikan Ruang Terbuka Hijau di kawasan perbatasan antar desa dengan konsep karang bengang;

h. Meningkatkan pelayanan listrik terutama pada daerah-daerah yang baru berkembang;

(16)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 84 i. Mengembangkan sumber-sumber energi terbarukan bagi cadangan

pasokan listrik seperti energi tenaga surya, pembakaran sampah, energi air, dan uap; dan

j. Menyiapkan ruang untuk rencana pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Kecamatan Kubu.

2) Pengembangan kawasan budidaya dengan pendekatan budaya lokal serta mitigasi bencana, dengan strategi:

a. mengembangkan kawasan budidaya yang diarahkan untuk mengakomodasikan kegiatan produksi (pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan), permukiman, kegiatan pertambangan, pariwisata, industri, serta hankam;

b. mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya untuk mencegah konflik antar kegiatan/sektor;

c. mengembangkan permukiman eksisting untuk menghindari pola perkembangan linier, serta diarahkan mengikuti pola klaster;

d. mengembangkan kawasan permukiman baru diarahkan di semua kecamatan, disesuaikan dengan daya dukung lahan masing-masing kecamatan, khusus untuk permukiman di sekitar wilayah pegunungan dan perbukitan (wilayah dengan kemiringan lebih dari 30%) hanya untuk pengembangan permukiman eksisting dan pertumbuhan alami, dengan batas ketinggian sesuai dengan ketentuan yang ada yaitu 15 m;

e. memanfaatkan kawasan lindung sesuai dengan fungsinya masing-masing;

f. mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung agar sesuai dengan fungsi lindung yang telah ditetapkan dengan kriteria kawasan lindung;

g. menerapkan konsep karang bengang yang berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau, terutama yang melalui jalur pariwisata dengan tujuan menjaga kualitas ruang dan estetika lingkungan;

h. menerapkan mitigasi bencana untuk mendeliniasi kawasan rawan bencana alam dalam rangka menentukan arahan pemanfaatan ruang pada kawasan tersebut; dan

(17)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 85 i. mengembangkan permukiman untuk menghindari alih fungsi lahan

sawah.

3) Pemerataan pembangunan wilayah utara, selatan, dan barat karangasem yang yang melestarikan lingkungan hidup, budaya dan pariwisata yang berkelanjutan, dengan strategi :

a. Mengembangkan wilayah utara yang mempunyai keunggulan komparatif terkait dengan ketersediaan potensi mineral bukan logam dan batuan, potensi untuk pengembangan kegiatan pertanian lahan kering, kepariwisataan yang cukup spesifik, adanya rencana pengembangan Pelabuhan Amed dan rencana pengembangan listrik tenaga batu bara dikembangkan sebagai pendorong pemerataan pembangunan;

b. Mengembangkan wilayah selatan mempunyai keunggulan komparatif terutama dari kelengkapan sarana dan prasarana pariwisata dan kegiatan perkotaan, dikembangkan sebagai pusat pelayanan pariwisata dan pengembangan industri kepariwisataan yang dapat mendorong pertumbuhan sektor kepariwisataan secara keseluruhan di Kabupaten Karangasem;

c. Mengembangkan wilayah barat mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif, terkait dengan ketersediaan air, potensi pertanian yang telah berkembang, kepariwisataan yang telah berkembang dan aksesibilitasnya yang relatif dekat dengan pusat Wilayah Pengembangan Bali Timur (WPBT), dikembangkan sebagai pusat pendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karangasem secara keseluruhan;

d. Memantapkan kawasan-kawasan pariwisata yang telah ditetapkan sebagai kawasan strategis Provinsi Bali;

e. Mengembangkan kawasan strategis Kabupaten Karangasem harus dapat melestarikan budaya masyarakat yang telah berkembang dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup secara keseluruhan.

4) Penataan wilayah pesisir untuk mewujudkan keselarasan dan kesinambungan antara pemanfaatan ruang daratan dan pemanfaatan ruang kawasan pesisir, dengan strategi :

a. Mewujudkan kesinambungan pemanfaatan ruang antara kawasan pesisir dan daratan;

(18)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 86 b. Mengembangkan wilayah pesisir sesuai dengan karakteristik wilayah

pesisir;

c. Mengendalikan pembangunan di wilayah pesisir untuk menjaga kelestarian ekosistem alamiah pesisir;

d. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam rangka menjaga dan melestarikan ekosistem wilayah pesisir; dan

e. Mengembalikan kondisi rona lingkungan wilayah pesisir yang rusak agar fungsi ekologisnya dapat berjalan secara optimal.

5) Penerapan kearifan lokal dalam pengendalian pemanfaatan ruang, dengan strategi :

a. Menentukan arahan pengaturan pada masing-masing zona pemanfaatan ruang;

b. Menentukan ketentuan tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya;

c. Mengembangkan sistem perizinan dalam pemanfaatan ruang;

d. Mengembangkan sistem insentif dan disinsentif yang merupakan acuan untuk pengembangan perangkat atau upaya memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang; e. Mengarahkan sanksi yang merupakan acuan dalam tindakan penertiban

atas pelanggaran terhadap penataan ruang;

f. Menyelaraskan tata ruang dengan sistem dan kelembagaan masyarakat setempat sehingga rencana tata ruang wilayah kabupaten dapat diimplementasikan sesuai dengan ruang (desa), waktu (kala), dan keadaan setempat (patra);

g. Memberdayakan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang menunjang keajegan bali dan kesejahteraan masyarakat karangasem; dan

h. Pengembangan struktur tata ruang yang menampilkan identitas budaya bali.

B. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Karangasem (Sistem Jaringan Prasarana Bidang Cipta Karya)

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Karangasem memuat rencana pusat-pusat kegiatan, rencana sistem jaringan prasarana utama dan prasarana lainnya.

(19)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 87 Sistem perkotaan yang ditetapkan dalam RTRW berdasarkan administrasi di Kabupaten Karangasem yaitu :

1) Kawasan Perkotaan Amlapura yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Kawasan perkotaan Amlapura sesuai dengan arahan dalam RTRWP Bali, terdiri dari : Kelurahan Padangkerta, Kelurahan Karangasem, Kelurahan Subagan dan Desa Bungaya Kangin. Sedangkan wilayah hinterlandnya, meliputi : Desa Bungaya, Desa Bugbug, Desa Pertima, Desa Tumbu, Desa Bukit, Desa Tegallinggah.

2) Kawasan perkotaan di Kabupaten Karangasem yang berfungsi untuk melayani skala kecamatan atau beberapa desa atau berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK),terdiri atas :

a) Kawasan Perkotaan Rendang dengan peran sebagai Ibukota Kecamatan Rendang meliputi wilayah administrasi Desa Rendang dan Desa Menanga sebagai pusat perkotaan dan hinterlandnya yaitu Desa Pempatan dan Desa Besakih;

b) Kawasan Perkotaan Sidemen dengan peran sebagai Ibukota Kecamatan Sidemen meliputi wilayah administrasi Desa Sidemen dan Desa Telaga Tawang sebagai pusat perkotaan dengan hinterlandnya adalah Desa Sinduwati;

c) Kawasan Perkotaan Selat dan Duda dengan peran sebagai Ibukota Kecamatan Selat meliputi wilayah administrasi Desa Selat dan Desa Duda sebagai pusat perkotaan dan hinterlandnya adalah Desa Amerta Bhuana; d) Kawasan Perkotaan Manggis dengan peran sebagai Ibukota Kecamatan

Manggis meliputi wilayah administrasi Desa Ulakan sebagai pusat perkotaan;

e) Kawasan Perkotaan Bebandem dengan peran sebagai Ibukota Kecamatan Bebandem meliputi wilayah administrasi Desa Bebandem sebgai pusat perkotaan;

f) Kawasan Perkotaan Abang dengan peran sebagai Ibukota Kecamatan Abang meliputi wilayah administrasi Desa Abang sebagai pusat perkotaan dengan wilayah hinterlandnya adalah Desa Pidpid, Desa Kesimpar, Desa Nawa Kerti, Desa Ababi;

(20)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 88 g) Kawasan Perkotaan Kubu dengan peran sebagai Ibukota Kecamatan Kubu

meliputi wilayah administrasi Desa Kubu sebagai pusat perkotaan dengan kawasan hinterlandnya adalah Desa Baturinggit;

h) Kawasan Perkotaan Tianyar meliputi wilayah administrasi Desa Tianyar sebagai pusat perkotaan dengan kawasan hinterlandnya adalah Desa Tianyar Barat, Desa Tianyar Tengah;

i) Kawasan Perkotaan Padangbai meliputi wilayah administrasi Desa Padangbai;

3) Selain kawasan perkotaan tersebut terdapat kawasan perdesaan yang memiliki ciri perkotaan sehingga kawasan ini dalam RTRW Kabupaten diarahkan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Promosi,terdiri atas :

a) Kawasan Perkotaan Culik meliputi wilayah administrasi Desa Culik sebagai pusat perkotaan dengan hinterlandnya meliputi Desa Purwakerthi, Desa Labasari;

b) Kawasan Perkotaan Ban meliputi wilayah administrasi Desa Ban sebagai pusat perkotaan dan hinterlandnya adalah Desa Sukadana;

c) Kawasan Perkotaan Seraya meliputi wilayah administrasi Desa Seraya sebagai pusat perkotaan dengan kawasan hinterlandnya adalah Desa Seraya Barat, Desa Seraya Timur;

Rencana pengembangan sistem hirarki pusat-pusat permukiman diseluruh wilayah Kabupaten Karangasem yang penjabarannya, sebagai berikut :

1) Amlapura merupakan pusat permukiman Hirarki I yang berfungsi sebagai pusat kegiatan lokal (PKL) skala kabupaten sekaligus merupakan pusat pemerintahan kabupaten;

2) PPK Kubu sebagai pusat permukiman Hirarki II yang berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan skala kecamatan dan pelayanan sosial skala kecamatan dan pusat pelayanan wilayah utara Karangasem;

3) PPK Ulakan sebagai pusat permukiman Hirarki II yang berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan skala kecamatan, pusat kegiatan ekonomi dan pelayanan sosial skala kecamatan serta pusat pelayanan wilayah Manggis;

4) PPK Rendang sebagai pusat permukiman Hirarki II yang berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan skala kecamatan, pusat kegiatan ekonomi dan pelayanan sosial skala kecamatan serta pusat pelayanan wilayah Rendang;

(21)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 89 5) PPK Selat – Duda sebagai pusat permukiman Hirarki II yang berfungsi sebagai

pusat kegiatan pemerintahan skala kecamatan, pusat kegiatan ekonomi dan pelayanan sosial skala kecamatan, pusat pelayanan wilayah Selat, dan simpul kegiatan ekonomi untuk wilayah selatan Karangasem;

6) PPK Sidemen sebagai pusat permukiman Hirarki II yang berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan skala kecamatan, pusat kegiatan ekonomi dan pelayanan sosial skala kecamatan serta pusat pelayanan wilayah Sidemen;

7) PPK Bebandem sebagai pusat permukiman Hirarki II yang berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan skala kecamatan, serta pusat kegiatan ekonomi dan pelayanan sosial skala kecamatan;

8) PPK Abang sebagai pusat permukiman Hirarki II yang berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan skala kecamatan, pusat kegiatan ekonomi dan pelayanan sosial skala kecamatan;

9) PPK Ban sebagai pusat permukiman Hirarki III yang berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi untuk wilayah pelayanan Ban dan pusat kegiatan transportasi antar wilayah;

10) PPK Culik sebagai pusat permukiman Hirarki III yang berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi untuk wilayah pelayanan Culik;

11) PPK Tianyar sebagai pusat permukiman Hirarki III yang berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi dan sosial untuk wilayah pelayanan Tianyar;

12) PPK Seraya sebagai pusat permukiman Hirarki III yang berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi dan sosial untuk wilayah pelayanan Kota Seraya;

13) PPK Padangbai sebagai pusat permukiman Hirarki III yang berfungsi sebagai pusat kegiatan pariwisata dan pelabuhan penyeberangan regional;

(22)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 90 Gambar 3.1 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Karangasem

(23)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 91 Rencana pengembangan sistem jaringan air minum di Kabupaten Karangasem secara umum direncanakan dalam tiga tahap pengembangan yaitu:

A. Jangka Pendek

Sesuai dengan tingkat permasalahan yang ada maka untuk skenario pengembangan air bersih jangka pendek diprioritaskan untuk mengatasi permasalahan masih adanya kawasan yang rawan terhadap bencana kekeringan di Kabupaten Karangasem. Untuk rencana pengembangan jangka pendek ini adalah:

1) Memanfaatkan sumber mata air Telaga Waja untuk didistribusikan ke Kecamatan Kubu, Kecamatan Abang, Kecamatan Karangasem, Kecamatan Manggis, Kecamatan Sidemen, Kecamatan Selat, dan Kecamatan Bebandem; 2) Meningkatkan sarana air bersih dari jumlah dan sistem distribusinya, dengan

pengembangannya adalah sebagai berikut:

• Sistem perpipaan pada daerah yang memiliki sumber cukup besar, elevasi tidak jauh dari pelayanan, perumahan/permukiman yang padat, daerah pelayanan tidak bergelombang. Daerah-daerah yang memiliki sumber cukup besar sebagian besar adalah di bagian selatan Kabupaten Karangasem dan hanya sedikit yang termasuk bagian utara Kabupaten Karangasem. Adapun desa-desa yang dapat dikembangkan sistem perpipaan ini meliputi: Kecamatan Rendang, Kecamatan Selat, Kecamatan Bebandem, Kecamatan Sidemen, Kecamatan Manggis dan sebagian Kecamatan Karangasem (Kawasan perkotaan Amlapura, Desa Bugbug, Pertima, Tumbu, Bukit, dan Tegalinggah) dan sebagian Kecamatan Abang (Desa Abang, Ababi, Tista, Pidpid, Kesimpar, Nawakerti, Tri Buana, Tiyingtali, Kerta Mandala, Culik, Labasari, Purwakerthi dan Bunutan).

• Untuk daerah-daerah yang memiliki perumahan/permukiman tersebar, terisolir, sangat jauh dari sumber dan sangat kritis sehingga rawan terjadi kekeringan antara lain adalah seluruh desa di Kecamatan Kubu, Desa Datah di Kecamatan Abang dan Desa Seraya, Seraya Barat dan Seraya Timur di Kecamatan Karangasem dikembangkan sistem truk tangki dan pengembangan air bawah tanah melalui: pengembangan mata air pompa (MAP), sumur pompa tangan (SPT) dan pembangunan penampungan air hujan (PAH).

(24)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 92 • Untuk memenuhi kebutuhan domestik pariwisata pada kawasan-kawasan

yang rawan bencana kekeringan dapat dilakukan dengan pengembangan potensi air tanah. Pengembangan potensi air tanah ini dilakukan secara terpadu. Untuk itu diperlukan studi kelayakan dan daya dukung air tanah sehingga dapat ditentukan titik-titik pengeboran air tanah.

B. Jangka Menengah

Program jangka menengah ini dimaksudkan untuk dapat menunjang peningkatan perekonomian masyarakat. Sesuai dengan arahan pengembangan pusat-pusat kegiatan perekonomian di Kabupaten Karangasem maka untuk skenario pengembangan air bersih dalam jangka menengah adalah sebagai berikut:

1) Pengembangan air bersih dengan melakukan transfer air dari daerah yang surplus air. Transfer air ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan air dari sungai Telaga Waja di bagian selatan Kabupaten Karangasem dan di distribusikan ke ke Kecamatan Kubu, Kecamatan Abang, Kecamatan Karangasem, Kecamatan Manggis, Kecamatan Sidemen, Kecamatan Selat, dan Kecamatan Bebandem;

2) Mendukung kegiatan transfer air dengan mengembangkan sistem distribusi hingga mencapai seluruh dusun/banjar di Kabupaten Karangasem.

C. Jangka Panjang

Skenario pengembangan air bersih dalam jangka panjang ini adalah peningkatan kualitas air bersih dengan standar air minum untuk seluruh wilayah di Kabupaten Karangasem.

Rencana pengelolaan air limbah, adalah sebagai berikut :

1) Penerapan teknologi tepat guna dalam pengolahan air limbah dengan peran aktif masyarakat dan swasta, sehingga air limbah yang dihasilkan dapat dikelola secara mandiri tanpa mencemari lingkungan. Sistem pemilahan teknologi pengelolaan dan pengolahan berdasarkan dengan karakteristik, komposisi air limbah, kuantitas air limbah dan kondisi dari lingkungan sekitarnya;

2) Pengembangan instalasi pengolahan kecil/terbatas/tertentu pada sumber-sumber limbah terutama yang berada di sekitar kawasan pariwisata. Untuk mengurangi jumlah limbah yang harus dibuang ke laut;

(25)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 93 • Pencemaran air sungai di sungai Tukad Nyuling;

• Pencemaran air limbah di Pantai Candidasa (Pelabuhan Padangbai, Labuhan Amuk dan Pelabuhan Wisata Tanah Ampo) dan Pantai Tulamben (rencana Pelabuhan Amed).

Pengelolaan sampah di Kabupaten Karangasem lebih diarahkan kepada:

1) Mewujudkan hirarki proses/prasarana pengelolaan sampah dari rumah tangga – kolektif – kawasan – terpusat;

2) Penerapan teknologi/sistem pemilahan sampah, dengan cara :

• Sistem pemilahan teknologi pengelolaan dan pengolahan sesuai dengan karakteristik sampah di wilayah pelayanan sebelum sampah diangkut ke TPA;

• Penerapan teknologi tepat guna dalam pengolahan sampah dengan sasaran meminimalkan sampah masuk ke TPA;

• Pengembangan sistem terpusat pada daerah perkotaan tingkat kepadatan tinggi dan pengembangan sistem individual atau pengelolaan setempat pada daerah terpencil tingkat kepadatan rendah.

• Penerapan pengurangan sampah, yang bertujuan untuk mengurangi kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembarangan dan mendorong mereka memakai bahan yang bisa didaur ulang untuk mengurangi timbunan sampahnya.

3) TPA yang digunakan untuk melayani Kabupaten Karangasem adalah TPA regional yang dikembangkan di Kabupaten Bangli.

3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

Sesuai dengan arahan wilayah pengembangan strategis (WPS) yang terdiri dari 35 WPS Bali merupakan salah satu bagian dari 35 WPS tersebut, dimana Bali masuk dalam Wilayah Pengembangan Strategis 15 dan juga merupakan bagian dari penyangga WPS. Pengembangan WPS 15 yaitu terbangunnya Pusat Pertumbuhan Terpadu Gilimanuk – Denpasar – Padangbai yang nantinya menjadi bagian dari pemerataan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di Bali sehingga pemerataan ekonomi di Bali dapat tercapai. Kabupaten Karangasem nantinya dapat masuk didalam koridor pembangunan transportasi dengan pembangunan dan pengembangan Pelabuhan Tanah Ampo dan Pelabuhan Padangbai, disektor Pariwisata masuk di dalam KSPN Amuk, KSPN

(26)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 94 Tulamben-Amed.Selain itu Pengembangan di sector air bersih dilaksanakan dengan Pembangunan Bendungan Telagawaja.

(27)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 95 Gambar 3.2. Profil WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Gilimanuk-Denpasar-Padangbay

Kabupaten Karangasem masuk dalam KSPN Kawasan Karangasem – Amuk dan KSPN Kawasan Tulamben – Amed, yang menjadi titik tolak dari pusat pertumbuhan terpadu Gilimanuk-Denpasar-Padangbay, dimana terdapat dua pelabuhan yaitu Pelabuhan Amuk yang merupakan Pelabuhan Utama dan Pelabuhan Padangbay merupakan pelabuhan antar Provinsi.

(28)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 96 Gambar 3.3. Ultimate WPS 15 Gilimanuk-Denpasar-Padangbay Tahun 2025

(29)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 97 Program Utama WPS 15 Gilimanuk-Denpasar-Padangbay Tahun 2017 untuk wilayah Kabupaten Karangasem adalah Pembangunan Akses KSPN Tulamben-Amed yaitu ruas jalan Amlapura-Seraya-Culik sepanjang 4,3 Km.

Arahan Indikasi Program di Kabupaten Karangasem yang terdapat dalam Buku Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan Jangka Pendek 2018-2020 Keterpaduan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR Pulau Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara, oleh Kementerian PUPR Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel Kriteria Pemrograman Jangka Pendek Kawasan dalam WPS (WPS 15 Kabupaten Karangasem) sebagai berikut:

(30)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 98

No. Indikasi Program Utama Program Lokasi

Output Tahun 2020

Satuan Kriteria Kesiapan Pembangunan/perbaikan IS

permukiman: jalan lingkungan, air minum, drainase, PLP (IPAL, IPLT, TPA/TPST/TPS-3R) di kawasan perkotaan di sekitar sungai.

1. Sub Bidang Bangkim Penyediaan infrastruktur Kawasan Kumuh Perkotaan di Lingkungan Telaga Mas dan Lingkungan Ujung Hyang Karangasem 1 kws RTRW 2009-2029

Penyediaan infrastruktur Kawasan Kumuh Perkotaan di Lingkungan Dausa dan Lingkungan Kecicang Islam

Karangasem 1 kws RTRW 2009-2029 Penyediaan infrastruktur Kawasan Kumuh Perkotaan di

Lingkungan Padangkerta dan Lingkungan Bangras

Karangasem 1 kws RTRW 2009-2029 Penyediaan infrastruktur Kawasan Kumuh Perkotaan di

Lingkungan Nyuling dan Lingkungan Dangin Sema

Karangasem 1 kws RTRW 2009-2029 2. Sub Bidang Air Minum Pembangunan Pengadaan dan Pemasangan Pipa

Distribusi Utama Kecamatan Karangasem

Karangasem 1 paket RTRW 2009-2029 3. Sub Bidang PBL Dukunga PSD Revitalisasi Kawasan Desa Bungaya Karangasem 1 m2 RTRW 2009-2029

Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan Sidemen Karangasem 1 m2 RTRW 2009-2029 Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan Desa

Sibetan

Karangasem 1 m2 RTRW 2009-2029 Dukungan PSD Penataan Lingkungan Permukiman

Tradisional dan Bersejarah di Lingkungan Jasri

Karangasem 1 m2 RTRW 2009-2029 Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan Jasri Karangasem 1 m2 RTRW 2009-2029 Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan Sidemen Karangasem 1 m2 RTRW 2009-2029

(31)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 99 No

.

Indikasi Program Utama Program Lokasi Output

Tahun 2020

Satuan Kriteria Kesiapan Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan Desa

Sibetan

Karangasem 1 m2 RTRW

2009-2029 4. Sub Bidang PLP Pembangunan IPAL Kawasan di Kabupaten

Karangasem

Karangasem 1 KK RTRW

2009-2029

Pembangunan IPAL Kawasan di Kabupaten

Karangasem

Karangasem 1 KK RTRW

2009-2029 Sumber: Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan Jangka Pendek 2018-2020 Keterpaduan Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR Pulau Bali da Kepulauan Nusa Tenggara

(32)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 100

3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah 3.1.4.1Arahan RPJMD Provinsi Bali 2013-2018

Provinsi Bali secara umum memiliki kesamaan dengan arah pembangunan daerah yang digariskan oleh pemerintah pusat, dan bila dijabarkan lebih rinci sesuai karakteristik daerah akan ditekankan pada aspek-aspek: (1) peningkatan kualitas SDM sehingga bisa menjadi aset utama keunggulan kompetitif provinsi; (2) pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur untuk mempercepat pemerataan pembangunan ekonomi; (3) pengembangan pertanian dalam arti luas sehingga dapat menghasilkan produk unggulan yang mampu bersaing di pasar nasional; (4) perbaikan lingkungan hidup; dan (5) penanganan kemiskinan dengan prioritas pendidikan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Kelima prioritas pembangunan tersebut dipadukan dalam kerangka vitalisasi dan aktualisasi melalui pelaksanaan strategi, seperti peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan publik yang sulit terlaksana tanpa diimbangi oleh peningkatan kualitas SDM.

Strategi pembangunan Jangka Menengah Provinsi Bali Tahun 2013-2018 dikaitkan dengan keciptakaryaan diantaranya adalah:

A. Strategi dalam Mewujudkan Bali yang Aman, Damai, Tertib, Harmonis, serta Bebas dari Berbagai Ancaman dengan Penataan Ruang, Pengendalian Lingkungan Hidup, dan Pengelolaan Bencana.

Strategi ini merupakan upaya untuk mendukung capaian sasaran yang akan dilakukan pada tujuan misi kedua. Strategi penataan ruang memiliki prioritas penting karena akan menjadi pedoman dalam implementasi program pembangunan pemanfaatan ruang dan program kewilayahan. Strategi ini mengedepankan pemetaan berbagai potensi pengembangan kawasan sehingga arah pembangunan daerah dapat ditentukan jauh-jauh hari dengan mempertimbangkan sentra-sentra pengembangan wilayah.

Strategi ini juga mengedepankan pengendalian lingkungan hidup sebagai syarat pembangunan berkelanjutan. Bagaimana pengelolaan limbah dapat berjalan dengan baik di masyarakat sehingga kerusakan-kerusakan lingkungan di Bali dapat ditekan. Bali yang hijau dan bersih dapat diupayakan terwujud dalam setiap gerak pembangunan yang dilakukan.

Strategi dalam pengelolaan bencana dilaksanakan dengan memberi prioritas pada Pengurangan Resiko Bencana dengan melaksanakan kegiatan secara menyeluruh baik pada saat Pra bencana, saat Bencana dan Pasca Bencana.

(33)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 101

B. Strategi dalam Mewujudkan Bali yang Sejahtera Sukerta Lahir Batin yaitu dengan Penanggulangan Kemiskinan dan Pengurangan Pengangguran

Strategi ini merupakan upaya untuk mendukung capaian sasaran yang akan dilakukan pada tujuan misi ketiga. Walaupun capaian angka kemiskinan di Bali sudah sangat jauh menurun, tetapi di masa yang akan datang jumlah penduduk miskin di Bali masih tetap ada. Langkah mendasar strategi ini adalah bagaimana penurunan penduduk miskin dapat terus ditingkatkan dan bagaimana tidak terjadi lagi penduduk miskin baru akibat kurangnya kesempatan bekerja atau karena hal lainnya.

C. Pengembangan Infrastruktur

Strategi ini merupakan upaya untuk mendukung capaian sasaran yang akan dilakukan pada tujuan misi ketiga.

Salah satu pijakan utama strategi ini adalah berkaitan dengan permasalahan utama pembangunan ekonomi Bali yang masih belum merata, sehingga masih terdapat ketimpangan pembangunan antar wilayah utara, selatan, dan barat serta timur Bali.

Pengembangan dan peningkatan infrastruktur yang baik diseluruh kawasan/wilayah Bali, diharapkan akan dapat mempercepat pembangunan ekonomi terutama potensi-potensi yang ada di pelosok-pelosok pedesaan atau di pusat-pusat ekonomi kerakyatan yang ada di daerah di Provinsi Bali.

Infrastruktur merupakan motor penggerak (engine of economic growth) pertumbuhan ekonomi yang menjadi pendorong bagi kesejahteraan penduduk dalam mendukung pemenuhan kebutuhan dasar yang semakin meningkat, seiring dengan percepatan pertumbuhan penduduk. Perkembangan Kepariwisataan di Bali yang telah berkembang dengan demikian pesat dengan menjadikan Bali sebagai pusat bisnis, perdagangan dan kebudayaan haruslah diimbangi pula dengan penyediaan sarana dan prasarana (infrastruktur) yang layak dan memadai, sehingga selain untuk mendukung pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, penyediaan infrastruktur juga dilaksanakan dalam rangka mendukung pengembangan pariwisata Bali yang secara langsung telah memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Bali.

Hal ini sesuai dengan kebijakan pengembangan koridor ekonomi Bali–Nusa Tenggara sebagai pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan nasional dalam MP3EI, dimana dalam mendukung persepektif nasional, Provinsi Bali merupakan pintu gerbang kegiatan utama pariwisata di Indonesia, memerlukan adanya pemenuhan

(34)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 102

kebutuhan infrastruktur dalam rangka peningkatan konektivitas (infrastruktur) untuk mendukung kegiatan pengembangan ekonomi utama pariwisata. Bahwa pengembangan pusat perkotaan nasional dan wilayah diserasikan dengan sistem jaringan transportasi, sistem jaringan prasarana dan sarana, dan memperhatikan peruntukan ruang kawasan budidaya di wilayah sekitarnya, baik yang ada sekarang maupun yang direncanakan sehingga pengembangannya dapat meningkatkan kualitas pemanfaatan ruang yang ada, dimana jaringan prasarana dan sarana dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan menunjang fungsi pusat perkotaan dalam wilayah nasional, sehingga pelayanan prasarana dan sarana dapat menjangkau seluruh masyarakat termasuk di kawasan perdesaan.

Sehingga disadari, saat ini, isu-isu penyediaan kebutuhan infrastruktur telah menjadi isu prioritas yang harus ditangani yang memerlukan sinergisitas dalam penyediaannya oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Secara khusus di sektor transportasi darat, strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah di Provinsi Bali perlu pula mengakomodir program-program dekade aksi keselamatan jalan tahun 2011-2020 sebagaiman diamanatkan oleh PBB dan dijabarkan lebih lanjut dalam Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2013 tentang Dekade Aksi Keselamatan Jalan 2011-2020. Selain itu perlu pula mengakomodir program-program dalam rangka pencapaian SPM bidang perhubungan sebagaimana diamanatkan dalam PM 81 Tahun 2011.

Selain itu, arah kebijakan pembangunan Jangka Menengah Provinsi Bali Tahun 2013-2018 dikaitkan dengan keciptakaryaan diantaranya adalah:

A. Arah Kebijakan dalam Melaksanakan Strategi ”Penataan Ruang, Pengendalian Lingkungan Hidup, dan Pengelolaan Bencana”.

1) Melindungi Bali sebagai pulau yang “unik” sebuah pulau yang memiliki kelengkapan ciri geografis, namun tidak memilki sumber daya alam bawah tanah yang memadai.

2) Mengoptimalisasikan potensi, keselarasan tatanan kehidupan modern, pelestarian panorama, nuansa ruang dan lingkungan alam, mengkreasi Bali lama/lama dalam kekinian, mengembangkan sistem budaya yang berorientasi kepada tatanan lingkungan hidup.

(35)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 103

3) Pembentukan Tim Pembina dan Pengendali Tata Ruang yang kompeten, proporsional dan profesional, yang mampu menyusun dan menetapkan regulasi-regulasi yang ramah lingkungan.

4) Menyelaraskan konsep program dengan instansi terkait (dalam tata ruang dan lingkungan hidup) menyangkut: pendidikan, kesehatan, tenaga kerja, kependudukan, bapedaldal, kehutanan, perkebunan, peternakan, pertanian, kelautan, ke-PU-an (pengairan, bina marga, cipta karya), pertambangan, dengan mengikutsertakan subak dan desa pekraman.

5) Penyesuaian tata ruang dengan menetapkan dan sosialissasi peraturan /perda tata ruang dan peruntukan. Didukung dengan kesungguhan operasional pengendalian dan menindak pelanggaran tata ruang.

6) Mengamankan pelestarian daerah tangkapan air, resapan air, daerah cadangan air, sempadan (jalan, sungai, jurang, pantai), daerah perlindungan jurang.

7) Melakukan rehabilitasi daerah kritis dalam berbagai aspeknya, pembangunan hutan kesejahteraan, hutan kota dan daerah terbuka hijau, reboisasi dan penghijauan, serta penanaman terumbu karang, budidaya kerang dan perikanan pantai, pengendalian pemanfaatan pantai dan laut.

8) Meningkatkan profesionalisme aparat dalam penataan ruang, karena banyaknya kepentingan yang terkait, sehingga proporsi pemanfaatan ruang optimal dan kelestarian manfaat mantap berkelanjutan dalam keseimbangan dinamika perubahan.

9) Peningkatan pengelolaan limbah/sampah padat dan cair.

10)Peningkatan pemulihan dan fungsi kawasan hutan, perlindungan, konservasi alam serta pelestarian panorama alam.

11)Memperkuat kelembagaan tradisional kemasyarakatan guna mengusung dan mengawal pelestarian dan pengembangan kebudayaan Bali, sesuai dengan dinamika dan perubahan lingkungan strategis yang terjadi.

12)Mewujudkan Bali Bersih dan Hijau (Clean and Green). 13)Penegakan hukum lingkungan.

(36)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 104

15)Penanggulangan bencana dengan prioritas pada pengurangan resiko bencana (PRB), peningkatan kapasitas respon, pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kemampuan pemulihan pasca bencana.

B. Arah Kebijakan dalam Melaksanakan Strategi ”Penanggulangan Kemiskinan dan Pengurangan Pengangguran”.

1) Mengembangkan ekonomi kerakyatan yang berkeadilan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam Bali secara profesional, proporsional dan berkelanjutan.

2) Menetapkan dan meningkatkan serta mengawasi pelaksanaan upah minimum kabupaten/kota agar dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja membuka lapangan kerja baru untuk mengurangi jumlah pengangguran.

3) Meningkatkan pengembangan pembangunan berbasis Desa Terpadu (Gerbangsadu).

4) Melakukan peningkatan pembangunan Rumah Layak Huni (Bedah Rumah). 5) Melakukan penanganan yang lebih intensif terhadap penduduk miskin dan

penyandang masalah social.

6) Melakukan upaya-upaya peningkatan kesejahteraan dan perluasan lapangan kerja bagi masyarakat seperti; mendorong Investasi PMA dan PMDN yang berbudaya local dan perizinan.

7) Meningkatkan pembangunan ekonomi yang lebih merata antar wilayah.

8) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan , termasuk kualitas pengelolanya, serta memberikan perhatian khusus kepada penduduk yang kurang mampu.

9) Meningkatkan upaya pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan PMKS.

C. Arah Kebijakan dalam Melaksanakan Strategi ”Pengembangan Infrastruktur”.

1) Mewujudkan penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sumber daya air, pelayanan air minum dan sanitasi serta fungsi jaringan irigasi untuk mendukung derajat kesejahteraan masyarakat.

2) Pengembangan prasarana dan sarana publik yang memadai, terutama pada wilayah Bali Utara, Barat dan Timur guna memperluas dan mendistribusikan

(37)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 105

pusat pertumbuhan ekonomi, agar terjadi keseimbangan antara daerah Bali bagian Selatan, Tengah, Timur dan Utara.

3) Perbaikan infrastruktur penunjang pariwisata, menjaga lingkungan alam secara berkelanjutan atau sustainable untuk meningkatkan kualitas dan daya saing, serta dengan lebih mengutamakan quality tourism.

4) Mewujudkan pengembangan jasa konstruksi.

5) Mewujudkan prasarana dan sarana transportasi yang handal dan terintegrasi, guna mendukung terciptanya keseimbangan pembangunan antar wilayah dan konektivitas wilayah.

6) Melakukan upaya-upaya penanganan kemacetan lalu lintas.

3.1.4.2Arahan Rencana Strategis Dinas PUPR Provinsi Bali

Untuk mencapai hasil yang konsisten sesuai dengan Visi dan Misi yang telah ditetapkan diperlukan suatu strategi yang dapat menjelaskan pemikiran-pemikiran secara konseptual, analitis, realistis, rasional dan komprehensif tentang berbagai langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai dan memperlancar/mempercepat pencapaian tujuan dan sasaran agar pembangunan prasarana dan sarana ke-PU-an dapat memberikan peran terhadap kelestarian, eksistensi pembangunan berkelanjutan.

Kebijakan merupakan elemen pertama dari strategi yang perlu ditetapkan sebagai dasar atau ketentuan-ketentuan untuk dijadikan pedoman dalam pengembangan atau pelaksanaan program/kegiatan. Penetapan kebijakan tersebut penting untuk tercapainya kelancaran dan keterpaduan perwujudan sasaran, tujuan, misi, dan visi yang telah ditetapkan.

a. Kebijakan Penataan Ruang

1) Mondorong mempercepat penyelesaian peraturan daerah kabupaten/kota bidang Penataan Ruang.

2) Mengefektifkan pembinaan dan pengawasan teknis dalam pelaksanaan penataan ruang, termasuk dengan meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang oleh Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai kewenangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

(38)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 106

3) Meningkatkan kualitas pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi yang mendorong keterpaduan pembangunan infrastruktur wilayah dan implementasi program pembangunan daerah.

4) Mengembangkan prakarsa dan peran, serta meningkatkan rasa memiliki (ownership) seluruh pemangku kepentingan dalam percepatan penyelesaian produk pengaturan.

5) Mengembangkan kapasitas kelembagaan provinsi dan kabupaten/kota serta sinergi dalam pelaksanaan pembinaan dan pengawasan teknis pelaksanaan penataan ruang. 6) Mendapatkan komitmen berbagai pemangku kepentingan termasuk masyarakat

dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029.

7) Mengembangkan rencana terpadu pengembangan wilayah di berbagai aras spasial, dengan penjurunya pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan penataan ruang.

b. Kebijakan Pembangunan Sumber Daya Air

1) Pengelolaan sumber daya air dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian antara konservasi dan pendayagunaan, antara hulu dan hilir, antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah, antara pengelolaan demand dan pengelolaan supply, serta antara pemenuhan kepentingan jangka pendek dan kepentingan jangka panjang. 2) Konservasi akan lebih diutamakan sehingga akan terjadi keseimbangan antara

upaya untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan upaya untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang.

3) Pola hubungan hulu-hilir akan terus dikembangkan agar tercapai pola pengelolaan yang lebih berkeadilan serta rasionalisasi permintaan dan penggunaan air melalui demand management.

4) Pengembangan dan penerapan sistem conjuctive use antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah akan digalakkan terutama untuk menciptakan sinergi dan menjaga keberlanjutan ketersediaan air tanah.

5) Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi difokuskan pada upaya peningkatan fungsi jaringan irigasi yang sudah dibangun tapi belum berfungsi, rehabilitasi pada areal irigasi berfungsi yang mengalami kerusakan, dan

(39)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 107

peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan. Upaya peningkatan fungsi jaringan dilakukan hanya pada areal yang ketersediaan airnya terjamin dan petani penggarapnya sudah siap.

6) Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air baku diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga terutama di wilayah rawan/defisit air, wilayah tertinggal, dan wilayah strategis.

7) Pemanfaatan air tanah untuk pemenuhan kebutuhan air baku akan dikendalikan dan sejalan dengan itu akan dilakukan upaya peningkatan penyediaan air baku dan air permukaan.

8) Pengendalian daya rusak air terutama dalam hal penanggulangan banjir mengutamakan pendekatan non-konstruksi melalui konservasi sumberdaya air dan pengelolaan daerah aliran sungai dengan memperhatikan keterpaduan dengan tata ruang wilayah.

9) Pengamanan pantai-pantai dari abrasi terutama dilakukan pada pulau-pulau kecil serta pusat kegiatan ekonomi.

10)Peningkatan partisipasi masyarakat dan kemitraan di antara pemangku kepentingan terus diupayakan tidak hanya pada saat kejadian banjir, tetapi juga pada tahap pencegahan serta pemulihan pasca bencana. Penanggulangan banjir diutamakan pada wilayah berpenduduk padat dan wilayah strategis.

11)Pengembangan dan pengelolaan sumber daya air juga dilakukan dengan penataan kelembagaan melalui pengaturan kembali kewenangan dan tanggung jawab masing-masing pemangku kepentingan.

12)Penataan dan penguatan sistem pengolahan data dan informasi sumber daya air dilakukan secara terencana dan dikelola secara berkesinambungan sehingga tercipta basis data yang dapat dijadikan dasar acuan perencanaan pengembangan dan pengelolaan sumber daya air.

c. Kebijakan Pembangunan Prasarana Jalan

1) Mempertahankan kinerja pelayanan prasarana jalan yang telah terbangun dengan mengoptimalkan pemanfaatan prasarana jalan melalui pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan teknologi jalan.

2) Mengharmonisasikan keterpaduan sistem jaringan jalan dengan kebijakan tata ruang wilayah nasional dan tata ruang daerah yang merupakan acuan

(40)

Satgas Randal Kabupaten Karangasem III- 108

pengembangan wilayah dan meningkatkan keterpaduannya dengan sistem jaringan prasarana lainnya dalam konteks pelayanan intermoda dan sistem transportasi antar wilayah yang menjamin efisiensi pelayanan transportasi.

3) Meningkatkan koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk memperjelas hak dan kewajiban dalam penanganan prasarana jalan.

4) Mengembangkan rencana induk sistem jaringan prasarana jalan bersama-sama dengan Balai Penanganan Jalan Nasional VIII.

5) Melanjutkan dan merampungkan reformasi jalan melalui UU Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan serta peraturan pelaksanaannya.

6) Menumbuhkan sikap profesionalisme dan kemandirian institusi dan SDM bidang penyelenggaraan prasarana jalan.

7) Mendorong keterlibatan peran dunia usaha dan masyarakat dalam penyelenggaran dan penyediaan prasarana jalan.

d. Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Permukiman 1) Air Minum

• Meningkatkan kinerja pengelola air minum (PDAM) dengan melanjutkan kebijakan sebelumnya, yaitu restrukturisasi utang pokok dan peningkatan manajemen melalui penetapan tarif yang wajar serta penurunan tingkat kebocoran/kehilangan air pada ambang batas normal (20%).

• Mendorong pengelolaan PDAM agar lebih professional dan menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola pelayanan air minum melalui uji kompetensi, pendidikan dan pelatihan.

• Meningkatkan pembiayaan melalui Dana Alokasi Khusus yang diarahkan untuk membantu pelayanan air minum perdesaan serta insentif bagi PDAM, disamping mendorong pemerintah provinsi/kabupaten/kota untuk berinvestasi di bidang pengembangan air minum.

• Meningkatkan peranserta seluruh pemangku kepentingan dalam upaya mencapai sasaran pembangunan air minum.

• Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turut berperan serta secara aktif dalam memberikan pelayanan air minum.

Gambar

Gambar 3.4. Program Utama WPS 15 Gilimanuk-Denpasar-Padangbay Tahun 2017
Tabel 3.3 Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kawasan Permukiman Kumuh   Kabupaten Karangasem
Tabel 3.6. Target Capaian Air Minumm Pemerintah Kabupaten Karangasem Tahun 2016- 2016-2019
Gambar 3.11. Daerah Pelayanan Pada Masing-Masing Reservoar Distribusi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tembung tangan tengen sajrone cuplikan (30) ing ndhuwur nuduhake anane majas kolokasi .Tangan tengen sajrone cuplikan ing ndhuwur digunakake pangripta kanggo

Faizah menyimpulkan bahwa pelaksanaan arisan kurbanoleh jamaah Masjid Al-Munawaroh termasuk akad yang diperbolehkan ( mubah ), karena telah terpenuhinya syarat dan rukun akad.Di

Disetiap jalur pendakian tentunya sudah disertai rambu - rambu yang menunjukkan arahan bagi pendaki gunung agar sesuai jalur yang sudah ditentukan, namun masih

Kegiatan pengumpulan bukti audit diperoleh dari hasil wawancara dan hasil check list dengan Bagian IT dan karyawan yang berhubungan dengan sistem informasi persediaan, serta

Sistem pembayaran mikro elektronik ini dapat diimplementasikan dengan tiga cara, yaitu dengan sistem berbasis internet, berbasis kartu (smartcard), dan berbasis

Hasil pengukuran kecernaan bahan pada penelitian menunjukkan adanya peningkatan kecernaan BKS yang telah dihidrolisis dengan enzim cairan rumen domba sebagai bahan pakan ikan patin

Untuk menunjukkan bahwa metode pajak hotel digunakan potensial yang meliputi tarif pajak dari pajak hotel, rata-rata kamar, jumlah hari dan jumlah kamar di hotel.Hasil

Berdasarkan mata kuliah prasyarat pembelajaran mikro yang terdapat pada program studi pendidikan kimia UIN Walisongo Semarang, peneliti tertarik untuk mengetahui