• Tidak ada hasil yang ditemukan

Segmen-segmen Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya

DAERAH PELAYANAN

A. Program Bangunan dan Lingkungan

3) Segmen-segmen Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya

Kawasan perencanaan dikembangkan menjadi 5 segmen. Berikut ini pembagian segmen dan pengembangannya, yaitu:

a. Segmen 1 yang diperuntukan sebagai perdagangan dan jasa (komersial), kawasan preservasi bangunan dan taman terbuka hijau :

• Pengendalian pertumbuhan bangunan baru • Penataan fasade bangunan

• Penataan jalur pejalan kaki dan tata hijau • Penataan jaringan drainase

• Penataan signage

• Penataan aksesibilitas lingkungan

• Pelestarian bangunan bersejarah (Masjid Baiturahman) • Penataan taman kota

Satgas Randal Kab. Karangasem III-175 b. Segmen 2 yang diperuntukan sebagai perdagangan dan jasa (komersial),

perkantoran dan pendidikan :

• Pengendalian pertumbuhan bangunan baru. • Penataan fasade bangunan

• Penataan jalur pejalan kaki dan tata hijau. • Penataan jaringan drainase

• Penataan aksesibilitas lingkungan • Penataan signage

c. Segmen 3 yang diperuntukan sebagai perkantoran dan campuran : • Pengendalian pertumbuhan bangunan baru:

• Penataan jalur pejalan kaki dan tata hijau • Penataan jaringan drainase

• Penataan persampahan

• Penataan aksesibilitas lingkungan

d. Segmen 4 yang diperuntukkan sebagai campuran: • Pengendalian pertumbuhan bangunan baru • Penataan jalur pejalan kaki dan tata hijau • Penataan jaringan drainase

• Penataan aksesibilitas lingkungan

e. Segmen 5 diperuntukan untuk campuran dan zona hijau: • Pengendalian pertumbuhan bangunan baru

• Penataan jalur pejalan kaki dan tata hijau • Penataan jaringan drainase

• Penataan aksesibilitas lingkungan

Satgas Randal Kab. Karangasem III-176 Gambar 3.17 Konsep Tema Masing-masing Segmen

Pintu Gerbang Kota Amlapura Kantor Peternakan Magnet Utama Hardys Karangasem 3 Bang. Bersejarah Masjid Baiturrahman 6 RTH Taman Kota

Perdagangan dan Jasa

2 Kantor BLH Kantor Bappeda 1 4 5 Campuran Perumahan Nirmala Magnet Utama

Perumahan Nirmala & Pertokoan 7 8 9 SMPN 2 Amlapura PGRI 1 Amlapura Magnet Utama Kantor Pemerintahan (Kantor Agraria, Dinas

Perhubungan, Kodim Karangasem, Polsek Karangasem, Kantor

Camat, Kantor Inspektorat, Dinas Kependudukan & Catatan Sipil, Dinas Tenaga Kerja)

Perdagangan dan Jasa/ Pertokoan

Hunian dan Pertokoan Magnet Utama Perkantoran (Kantor Samsat, BPJS, Dinas Kesehatan) 10 11

Hunian & Pertokoan

12

Magnet Utama

SDN 1 Jasri 13

14

Satgas Randal Kab. Karangasem III-177 B. Rencana Umum dan Panduan Rancangan

Rencana Tata Bangunan di Kawasan Kota Amlapura adalah sebagai berikut: 1) Pengaturan Pola Massa Bangunan

Pola Figure - Ground.

Pola ini dapat dilihat pada perpetakan lahan yang menjadi lahan terbangun dan non terbangun. Lahan non terbangun diartikan sebagai ruang terbuka (hijau), seperti sawah, taman, telajakan, kebun, tegalan dan lain – lain.

Pola Linkage dan Pola Place.

Pola ini dapat terlihat dari perpetakan yang mengikuti arah sirkulasi/aksesibilitas. Konsep tata bangunan yang harus memenuhi unsur – unsur

Kepala : sebagai atap bangunan Badan : sebagai dinding bangunan Kaki : sebagai dasar/pondasi bangunan

Untuk perencanaan bangunan baru di Kawasan Perencanaan RTBL, pola massa bangunan yang dianjurkan adalah dengan penyesuaian pada perpetakan lahan dengan memperhatikan penggunaan pemanfaatan lahan dan intensitas pemanfaatan lahan yang telah ditentukan.Pola maasa bangunan disesuaikan dengan tipologi dari fungsi bangunan itu sendiri.

2) Pengaturan Segmen

Kawasan perencanaan dibagi menjadi beberapa segmen, dimana setiap segmen terdiri atas petak lahan/kaveling dengan konfigurasi tertentu. Kawasan perencanaan dibagi menjadi 5 segmen, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

Kawasan perencanaan dibagi menjadi beberapa segmen, dimana setiap segmen terdiri atas petak lahan/kaveling dengan konfigurasi tertentu. Kawasan perencanaan dibagi menjadi 5 segmen, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

Satgas Randal Kab. Karangasem III-178 Gambar 3.18

Pengaturan Segmen 1

Gambar 3.19 Pengaturan Segmen 2

Satgas Randal Kab. Karangasem III-179 Gambar 3.20 Pengaturan Segmen 3

Gambar 3.21 Pengaturan Segmen 4

Satgas Randal Kab. Karangasem III-180 Gambar 3.22 Pengaturan Segmen 5

3) Pengaturan Segmen Pengaturan Kaveling

Prinsip perpetakan di kawasan perencanaan RTBL Kota Amlapura menyesuaikan dengan hirarki jalan yang ada. Semakin tinggi hirarki jalan, semakin besar ukuran kaveling. Berikut ini pengaturan kaveling untuk kaveling kecil, sedang, dan besar.

Bangunan yang termasuk dalam kaveling besar di kawasan perencanaan RTBL, meliputi perkantoran. Sedangkan, untuk bangunan yang tergolong dalam kaveling sedang, meliputi perdagangan jasa.

Kemudian, untuk bangunan yang tergolong kaveling kecil, meliputi perdagangan jasa dan perumahan.

Rencana Perpetakan di lok Perdagangan dan Jasa

- Pengaturan intensitas bangunan disesuaikan dengan rencana intensitas - Konfigurasi bangunan dengan massa tunggal atau massa deret

- Pada massa deret petak bangunan tidak menempel hingga batas belakang dan batas salah satu sisi samping kapling

Satgas Randal Kab. Karangasem III-181 - Pada masa tunggal bangunan tidak menempel pada batas kedua sisi kapling dan

batas belakang kapling Rencana Perpetakan di pertokoan

- Pengaturan intensitas bangunan disesuaikan dengan rencana intensitas - Konfigurasi bangunan dengan massa tunggal atau massa deret

- Pada massa deret petak bangunan tidak menempel hingga batas belakang dan batas salah satu sisi samping kapling.

- Pada massa tunggal bangunan tidak menempel pada batas kedua sisi kapling dan batas belakang kapling.

Rencana Perpetakan di Blok Perumahan

- Pengaturan intensitas bangunan disesuaikan dengan rencana intensitas - Konfigurasi bangunan dengan massa tunggal atau massa majemuk 4) Pengaturan Bangunan

A. Pengelompokan Bangunan

Pengelompokan bangunan yang terdapat pada kawasan perencanaan, dibagi menjadi beberapa jenis kelompok bangunan, yaitu Bangunan Hunian, Bangunan Perdagangan Jasa,/Pertokoan/Ruko/Rukan, Bangunan Keagamaan, Bangunan Sosial Budaya, dan Bangunan Adat.

1. Bangunan Hunian

a) Bangunan Hunian Tunggal, dengan penerapan pola massa bangunan secara

linear dengan mengikuti atau berorientasi pada jalan utama.

b) Bangunan Hunian Jamak/Majemuk, dengan penerapan pola massa

bangunan secara filosofi tradisional lokalnya atau berorientasi pada jalan utama.

c) Bangunan Hunian Campuran, dengan penerapan pola massa bangunan

secara linear atau berorientasi pada jalan utama. Bangunan hunian campuran terdiri atas ruko, rukan, kios, warung.

2. Bangunan Perdagangan Jasa/Pertokoan/Ruko/Rukan

a) Perkantoran, penerapan pola massa bangunan linear dan atau axial.

b) Perdagangan (pasar, pertokoan, pusat perbelanjaan), penerapan pola massa bangunan linear.

Satgas Randal Kab. Karangasem III-182 d) Terminal, penerapan pola massa bangunan konsentris (terpusat)

3. Bangunan Keagaman

a) Masjid/mushola, penerapan pola massa bangunan sesuai dengan kaidah filosofi keagamaan

b) Gereja, penerapan pola massa bangunan sesuai dengan kaidah filosofi keagamaan

c) Vihara/klenteng, penerapan pola massa bangunan sesuai dengan kaidah filosofi keagamaan.

4.Bangunan Sosial Budaya

a) Pelayanan Pendidikan, penerapan pola massa bangunan linear

b) Pelayanan Kesehatan, penerapan pola massa bangunan linear dan atau konsentris

c) Bangunan Kebudayaan penerapan pola massa bangunan linear 5. Tipologi Bangunan Adat

Tipologi Bangunan Tradisional Bali, dibagi menjadi empat, yaitu: a) Rumah Tempat Tinggal

b) Tempat Pemujaan

c) Banguna Tempat Musyawarah d) Bangunan Tempat Penyimpanan

B. Letak dan Orientasi Bangunan

Rencana tata letak dan arah orientasi bangunan di kawasan perencanaan didasarkan atas beberapa hal sebagai berikut:

• Mengintegrasikan kondisi geografi, lingkungan, visual, dan fungsi bangunan yang ada.

• Merencanakan suatu konsep massa bangunan yang sesuai dengan konsep Arsitektur Tradisional Bali.

• Menghindari dominasi massa bangunan terhadap lingkungan sekitar dengan memperhatikan skala dan proporsi manusia (human scale and human

proportion).

• Mengembangan orientasi bangunan yang berpedoman pada konsep tradisional Bali.

Satgas Randal Kab. Karangasem III-183 C. Sosok Massa Bangunan

Sosok massa bangunan di Kawasan Perencanaan RTBL direncanakan sebagai berikut : 1. Pengaturan tata bangunan merujuk pada konsep bangunan yang terdiri atas

Kepala, Badan dan Kaki. 2. Bentuk dasar bangunan :

Atap : segitiga (perisai, pelana, limas)

Badan : persegi panjang, persegi banyak/angular, lingkaran 3. Struktur :

Atap : rangka atap kayu, rangka baja ringan, penutup atap genteng Dinding : bata merah, batako

Kolom dan Balok : Beton praktis

4. Material finishing : plesteran dinding yang di cat warna

5. Elemen dekoratif : elemen dekoratif yang berkarakter arsitektur lokal, elemen dekoratif yang disesuaikan dengan fungsi bangunan/tipologi bangunan. D. Ekspresi Arsitektur Bangunan

Ekspresi arsitektur bangunan disesuaikan dengan fungsi dan langgam dari karakter bangunan tersebut. Secara umum ekspresi arsitektur bangunan pada kawasan perencanaan RTBL diarahkan sebagai berikut :

• Mempertahankan ekspresi arsitektur bangunan tradisional setempat terutama untuk bangunan perkantoran pemerintah.

• Ornamen dan dekorasi yang dapat diterapkan pada bidang dinding, atap, pintu maupun jendela dengan merujuk pada arsitektur setempat maupun perpaduan dengan arsitektur langgam lainnya.

5) Pengaturan Ketinggian dan Elevasi Lantai Bangunan A. Ketinggian Bangunan

Di Kawasan Perencanaan RTBL, ketinggian bangunan maksimal 4 lantai dengan tinggi bangunan kurang lebih 15 meter dari lantai dasar hingga atap.

B. Komposisi Garis Langit Bangunan

Garis langit bangunan dibentuk oleh selubung bangunan yang mampu menciptakan ruang pandang yang dinamis. Maka dari itu, selubung bangunan merupakan komposisi yang membentuk garis langit bangunan. Rencana selubung bangunan pada kawasan perencanaan diarahkan :

Satgas Randal Kab. Karangasem III-184 1. Fungsi Perdagangan Jasa : tampilan yang diarahkan bersifat mengundang dan

cukup atraktif dan dinamis. Penggunaan bidang bukaan dan ornamen-ornamen dekoratif dapat diterapkan pada bangunan ini.

2. Fungsi Pertokoan, Ruko, Rukan : tampilan pada bangunan ini sama seperti dengan perdagangan jasa, yaitu atraktif dan dinamis.

3. Fungsi Perkantoran Swasta : bangunan perkantoran pada umumnya lebih mencerminkan akan kesan formal. Bangunan perkantoran di kawasan perencanaan RTBL diarahkan bersifat formal tapi dinamis, sehingga kesan yang ditampilkan tidak kaku. Penggunaan unsur-unsur garis vertikal ataupun horisontal dengan permainan bidang bukaan (kaca) dapat diterapkan.

4. Fungsi Perkantoran Pemerintah : bangunan perkantoran pemerintah selain diarahkan sebagai bangunan formal dan dinamis, diarahkan juga dengan aplikasi arsitektur lokalnya.

5. Fungsi Permukiman/Perumahan : bangunan perumahan dapat memadukan unsur masif dan non masif.

Sky line bangunan (garis langit) akan terbentuk oleh adanya perbedaan ketinggian bangunan (tinggi rendah) sehingga kesan ruang yang dihasilkan tidak monoton mempunyai irama klimaks dan anti klimaks.

C. Ketinggian Lantai Bangunan

Di Kawasan Perencanaan RTBL, ketinggian bangunan antar lantai direncanakan sebagai berikut :

1. Bangunan hunian : tinggi antar lantai maks 3,5 meter

2. Bangunan toko/ruko/rukan : tinggi antar lantai maks 4 meter

Rencana pengaturan peil lantai atau elevasi lantai bangunan adalah :

1. Ketinggian elevasi/peil lantai bangunan minimal 0,50 m dari permukaan penampang jalan.

2. Elevasi/peil perpetakan dengan tinggi lebih dari 0,50 m dari permukaan penampang jalan harus memperhatikan sistem saluran drainase lingkungan dengan tidak membuang air hujan dari kavling secara langsung ke jalan.

3. Elevasi/peil perpetakan berada di bawah permukaan penampang jalan harus mempertimbangkan :

Satgas Randal Kab. Karangasem III-185 • Keselamatan bangunan dari bahaya banjir dengan menata sistem saluran

drainase lingkungan.

• Estetika bentuk bangunan secara menyeluruh untuk menciptakan kesatuan lingkungan.

• Keamanan aksesibilitas ke jaringan pergerakan lingkungan (Core Area) Rencana Prasarana dan Utilitas di Kawasan Kota Amlapura adalah sebagai berikut:

A. Sistem Jaringan Air Bersih

Sistem jaringan air bersih di kawasan perencanaan yang direncanakan tetap menggunakan system jaringan air bersih kondisi eksisting yaitu dilayani oleh SPAM PDAM Unit Amlapura. Pemenuhan kebutuhan air untuk penduduk dari PDAM Unit Amlapura pada tahun-tahun mendatang akan dilakukan pengembangan diantaranya :

• Pengambilan Mata air Tirta Gangga, MA. Ababi, MA. Ujung tetap dipertahankan dengan pengambilan keseluruhan saat ini sebesar 76 liter/dt.

• Pemanfaatan sumur bor (SB) Perasi dan Temage sebesar 12 liter/dt tetap sebagai suplesi untuk daerah perkotaan.

• Pengambilan Mata air Tauka saat ini sebesar 30 liter/dt dan perlu dilakukan penambahan kapasitas produksi sebesar 30 liter/dt dengan memperbesar tampungan di reservoar distribusi. Penambahan kapasitas produksi air baku untuk memenuhi kebutuhan air sesuai hasil proyeksi tahun 2029. Penambahan kapasitas air baku melalui pengembangan dan pemanfaatan MA. Tauka.

• Pengembangan dan Pemanfaatan Mata Yeh Ha. B. Sistem Jaringan Air Limbah dan Air Kotor

Secara umum pengelolaan air limbah domestik di kawasan perencanaan seperti halnya sistem pengelolaan air limbah di Kecamatan Karangasem dan Kabupaten Karangasem pada umumnya, yaitu dengan menerapkan konsep pengelolaan air limbah sistem on-site. Sistem pengelolaan air limbah on-site adalah pengolahan yang dilakukan di tempat pengolahan air limbah dari suatu unit rumah dengan sistem cubluk atau tangki septic yang ditempatkan pada kapling rumah itu sendiri. Air limbah domsetik yang diolah dalam tangki septic atau cubluk biasanya hanya blackwater saja. Sementara greywater akan dibuang masyarakat ke saluran drainase terdekat. Limbah domestik berasal dari berbagai aktifitas rumah tangga berupa tinja dan buangan cair lainnya seperti air bekas cucian.

Satgas Randal Kab. Karangasem III-186 Seluruh wilayah permukiman di kawasan perencanaan melakukan pengolahan air limbahnya dengan sistem on-site, yaitu pengolahan air limbah dari suatu unit rumah dengan sistem cubluk atau tangki septic yang ditempatkan pada kapling rumah itu sendiri. Jika satu atau sekelompok rumah tangga membuang air limbahnya pada suatu bangunan yang terletak dekat dengan rumah mereka umumnya berupa cubluk atau tangki septic dan untuk air limbah bekasnya (dapur, cuci, mandi) dibuang ke Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) untuk kemudian dialirkan ke saluran air hujan atau lubang resapan.

Arah Kebijakan Pengembangan Air Limbah

Penanganan pembuangan air kotor di kawasan perencanaan ini bisa dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Air kotor dari kamar mandi, dapur dan cucian bisa dibuang ke sumur peresapan pada masing-masing rumah maupun milik bersama.

2. Air kotor dari WC/ kakus. Air kotor ini disalurkan ke tanki septik, kemudian dialirkan ke sumur peresapan. Penggunaan sumur peresapan, volume dan kontruksi tanki septik harus benar-benar bisa memproses air kotor selama 3 (tiga) hari sebelum dialirkan ke sumur peresapan. Jarak sumur peresapan dengan sumur sumber air bersih harus dijaga agar air bersih tidak tercemar oleh air kotor (sebagai patokan umum; jarak peresapan dengan sumur adalah 10 meter). Jarak ini tergantung pada aliran air tanah dan jenis tanahnya. Untuk tanah yang mengandung pasir jarak antara sumur peresapan dan sumber air bersih relative lebih jauh dibandingkan dengan kondisi tanah.

3. Air kotor dari limbah peternakan, industry, bengkel dan sejenisnya harus disaring terlebih dahulu (melalui water treatment) sebelum dibuang ke saluran drainase dalam suatu kawasan yang sejenis.

Jaingan Pengelolaan Sanitasi

Dalam pengelolaan air buangan di kawasan perencanaan, dilakukan dengan mengarahkan penduduk yang berada di kawasan dengan lhan yang masih lapang untuk membangun septick tank atau dengan cara membuat septick tank komunal. Untuk septick tank individu dapat dibuatkan pada rumah dengan pekarangan yang masih luas, sehingga dapat membangun

Satgas Randal Kab. Karangasem III-187 septick tank dan sumur resapan secara bersamaan sehingga tidak mecemari air tanah yang ada.

Fasilitas system komunal dibangun untuk melayani kelompok rumah tangga atau MCK umum. Bangunan pengolah air limbah diterapkan bila tidak ada lahan lagi untuk membangun sanitasi secara individu. System komunal ini kurang dapat berjalan denganlancar bila

penduduk atau rumah tangga kurang memperhatikan perawatan dari system yang ada. Septicktank susun (yang juga dikenal dengan baffle septick tank atau baffle reactor) bukan sekedar septick tank yang ditambah kawasan chambernya. Karena proses yang terjadi di dalam septick tank susun adalah berbagai ragam kombinasi proses anaerobic sehingga hasil akhirnya lebih baik, proses-proses tersebut adalah:

1. Sedimentasi padatan

2. Pencemaran anaerobic larutan padat melalui kontak dengan lumpur 3. Pencemaran anaerobic (fermentasi) lumpur atau sludge bagian bawah 4. Sedimentasi bahan mineral (stabilisasi)

C. Sistem Jaringan Drainase

Rencana pengembangan saluran drainase dipertimbangkan pula terhadap efisiensi pembangunan dan perawatannya. Rencana jaringan drainase di kawasan perencanaan meliputi :

1. Peningkatan kualitas dan kuantitas jaringan drainase tersier dan sekunder.

2. Sistem drainase tersier diarahkan untuk menggunakan system terbuka sedangkan system drainase sekunder yang berada di jalan-jalan utama ada yang berupa system drainase tertutup dan ada juga yang menggunakan system terbuka.

3. Jaringan drainase primer dan sekunder diarahkan ditingkatkan dengan model precast.

4. Jaringan drainase tersier diarahkan ditingkatkan dengan model pasangan.

5. Seluruh jaringan drainase harus terhubung dari tersier – sekunder – primer – outlet.

Semua drainase yang ada bermuara pada sungai yang berfungsi sebagai pembuangan terakhir. Air dari pekarangan, dialirkan ke sepanjang pembuangan di tepi jalan-jalan sekunder dan dialirkan ke jaringan saluran primer dan berakhir di sungai. Pembuangan air kotor dan

Satgas Randal Kab. Karangasem III-188 limbah tidak dilakukan secara terpusat, tetapi diresapkan pada masing-masing pekarangan rumah yang menghasilkan limbah tersebut.

Pengembangan Sumur Resapan Pada Permukiman

Sumur resapan sangat cocok untuk diterapkan di kawasan permukiman yang mempunyai angka permeabilitas tanah minimum 2 cm/jam, serta mempunyai tinggi muka air tanah minimum 1,5 m. sumur resapan dapat dibuat dengan bentuk persegi maupun bentuk lingkaran, bahan bangunan untuk membuat sumur resapan dapat digunakan bahan bangunan local.

Pengembangan resapan air hujan dapat pula dilakukan dengan menggunakan metode biopori yang efisien dan efektif. Penerapan biopori dapat dilakukan di sekitar lingkungan permukiman dengan peralatan yang sederhana.

D. Sistem Jaringan Persampahan

Seiring dengan perkembangan fungsi dan fisik yang terjadi di kawasan perencanaan, dibutuhkan penanganan persampahan dengan skenario:

1. Penanganan sampah secara terpadu yang dikoordinasikan oleh DKP Kabupaten Karangasem dan mencakup seluruh kawasan perencanaan.

2. Mewajibkan kepada masing-masing kavling bangunan dan fungsi peruntukan untuk menyediakan bak-bak penampungan sampah.

3. Memberlakukan sistem shift yang mengatur waktu dan jadwal pembuangan pada depo sementara, yang kemudian diangkut dengan truk khusus sampah oleh petugas DKP ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Pola dan upaya penanganan persampahan yang direncanakan pada perumahan (permukiman) di Kawasan perencanaan,meliputi :

a) Daerah permukiman teratur (Perumahan formal dan Khusus). Rencana Penanganan :

Kawasan dengan kondisi rumah teratur (kompleks perumahan developer) serta pertokoan diarahkan untuk mendapatkan pelayanan sampah yang memadai. Pengumpulan sampah dapat dilakukan oleh pihak pengelola perumahan, pemerintah kecamatan maupun Dinas Kebersihan taupun Badan Lingkungan Hidup. Setiap kompleks perumahan disarankan untuk memiliki bak penampungan atau container yang kapasitasnya disesuaikan dengan jumlah pengguna. Pengumpulan sampah ke TPS atau

Satgas Randal Kab. Karangasem III-189 kontainer dapat dilakukan dengaan menggunakan gerobak, gerobak motor, atau di buang langsung bagi penduduk yang lokasinya dekat dengan TPS.

b) Perumahan Swadaya (perumahan yang belum teratur).

Rencana penanganan :

Umumnya perumahan yang belum teratur berlokasi di daerah dengan kepadatan yang sangat tinggi dan memiliki jalan yang sangat sempit (gang) yang tidak dapat dilewati oleh kendaraan apapun. Untuk daerah seperti ini idealnya disedakan TPS komunal atau Container kapasitas 6 m3 (apabila terdapat lahan untuk landasan container).

c) Daerah padat yang memiliki jalan lingkungan (lebar minimal 2 meter).

Pola penanganan :

Untuk kawasan yang dapat dilewati oleh gerobak maka pengumpulan secara door to

door dapat dilakukan. Pengelolaan pengumpulan sampah dengan cara ini diserahkan ke

masyarakat dan dikoordinir oleh RT atau RW setempat Biasanya lokasi ini merupakan daerah perumahan padat dengan jalan gang-gang yang lebar dan perumahan teratur. d) Daerah pertokoan

Pola penanganan :

Sampah daerah pertokoan dikumpulkan langsung ke TPS dengan menggunakan gerobak/gerobak motor. TPS dapat berupa bak sampah dengan volume 20 – 40m3 atau 2 unit kontainer dengan kapasitas 10 m3.

e) Sistem Jaringan Listrik

Sebaran dan besaran jaringan listrik yang ada di kawasan perencanaan, masing-masing trafo yang telah ada diharapkan dapat memberi arahan bagi rencana pengembangan dan prioritas sebaran jaringan listrik di masa yang akan dating. Rencana pengembangan jaringan listrik diarahkan untuk menemukan langkah-langkah pengendalian sebagai berikut:

1. Sangat dibutuhkan pengadaan jaringan listrik yang mencakup seluruh kawasan perencanaan.

2. Penempatan tiang-tiang listrik diarahkan pada areal telajakan jalan, supaya tidak mengganggu sirkulasi para pejalan kaki.

3. Perlu dipikirkan kemungkinan penataan jaringan listrik dengan menggunakan sistem jaringan kabel bawah tanah. Hal ini selain untuk menjaga kualitas visual lingkungan, juga dengan pertimbangan kelancaran prosesi-prosesi upacara adat dan agama (Hindu) akibat perlunya ketersediaan ruang bebas vertikal yang memadai.

Satgas Randal Kab. Karangasem III-190 f) Sistem Jaringan Telepon

Pelayanan sambungan telapon di kawasan perencanaan direncanakan menggunakan nirkabel (seluler). Topografi kawasan memungkinkan pelayanan dalam sambungan telepon nirkabel (seluler). Rencana pengembangan jaringan telepon diarahkan sebagai berikut:

1. Sangat dibutuhkan pengadaan jaringan telepon yang mencakup seluruh kawasan perencanaan.

2. Penempatan tiang-tiang telepon diarahkan pada areal telajakan jalan, supaya tidak mengganggu sirkulasi para pejalan kaki.

3. Seperti halnya jaringan listrik, perlu dipikirkan kemungkinan penataan jaringan listrik dengan menggunakan sistem jaringan kabel bawah tanah. Hal ini selain untuk menjaga kualitas visual lingkungan, juga dengan pertimbangan kelancaran prosesi-prosesi upacara adat dan agama (Hindu) akibat perlunya ketersediaan ruang bebas vertikal yang memadai.

g) Sistem Jaringan Pengamanan Kebakaran

Jaringan air kebakaran, pasokan air untuk kebakaran disediakan oleh PDAM. Jaringan distribusi air bersih untuk kebakaran ditempatkan berdekatan dengan jaringan distribusi air bersih untuk domestik.Pilar hydrant berada tersebar di pinggir jalan arteri dan kolektor serta di jalan-jalan lingkungan, dimana pilar hidran ini diletakan setiap jarak 500 meter. Debit air yang disediakan untuk hidran minimum 1000 lt/menit dengan tekanan air minimum 4,5 kg/cm2.

h) Sistem Jaringan Jalur Penyelamatan atau Evakuasi

Sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi, menggunakan jaringan jalan dan sirkulasi yang telah direncanakan baik melalui jalur sirkulasi sekunder (jalan lokal dan jalan lingkungan/setapak) maupun jalur sirkulasi primer, untuk menyelamatkan diri saat terjadi bencana menuju pada tempat atau areal (Melting Point) yang dipersiapkan. Melting Point tersebut, dalam kawasan perencanaan tersedia pada skala lingkungan permukiman berupa RTH, RTNH dan Lapangan Terbuka, maupun skala kota, yakni berupa alun-alun dan stadion olahraga (lapangan sepak bola), yang dapat dijadikan ruang / tempat alternatif bagi upaya penyelamatan terhadap bencana.

Satgas Randal Kab. Karangasem III-191