• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

DI KEBUN RAYA BOGOR

Oleh

SEPTA ARI MAMIRI A34203047

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(2)

RINGKASAN

SEPTA ARI MAMIRI. A34203047. Persepsi dan Preferensi Pengunjung terhadap Fungsi dan Lokasi Obyek-obyek Rekreasi di Kebun Raya Bogor. Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN.

Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan taman yang terletak di jantung kota Bogor yang di dalamnya terdiri dari lokasi-lokasi yang memiliki keunikan satu sama lain. Keunikan-keunikan tersebut menimbulkan berbagai persepsi pengunjung berkaitan dengan obyek-obyek yang unik dan daya tarik obyek yang unik dan disukai tersebut mendorong pengunjung untuk dapat mempersepsikan kedekatannya melalui persepsi jarak. Selain persepsi keunikan, kesukaan dan jarak, pengunjung juga dapat merasakan fungsi KRB secara umum.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mempelajari persepsi dan preferensi pengunjung terhadap fungsi KRB, baik sebagai tempat konservasi tumbuhan, sebagai sarana pendidikan, maupun sebagai tempat rekreasi, (2) mempelajari persepsi dan preferensi pengunjung terhadap lokasi-lokasi yang disukai serta yang tidak disukai, dan (3) mempelajari persepsi pengunjung terhadap jarak dari Pintu I ke lokasi yang disukai.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survei dan wawancara kepada 100 pengunjung KRB untuk mengisi kuesioner. Survei lapang dilakukan untuk mengamati kondisi umum, pengukuran jarak yang sebenarnya tehadap obyek-obyek rekreasi dan pengambilan foto kondisi lokasi-lokasi di KRB.

Pada penelitian ini dianalisis pula persepsi jarak pengunjung dari Pintu I ke lokasi yang disukai. Pengolahan datanya dilakukan dengan dua cara, yaitu: data yang ada dianalisis untuk dibuat boxplot sehingga sebaran data dapat diketahui. Cara kedua adalah dengan mencari nilai mean data pada masing-masing kelompok usia dan pendidikan terakhir responden. Hasil nilai mean itu kemudian dibuat grafik. Dari grafik tersebut dapat terlihat kelompok usia dan pendidikan mana yang paling mendekati kebenaran dalam memperkirakan jarak. Interval jarak yang tepat dari Pintu I ke danau gunting adalah 148 m sampai 364 m. Interval jarak yang tepat dari Pintu I ke taman astrid adalah 613 m sampai 852 m.

Kebun Raya Bogor berpotensi sebagai tempat rekreasi karena dapat memberikan manfaat baik secara fisik dan psikis bagi pengunjungnya terutama dalam menghilangkan kepenatan/stress (75%). Daya tarik yang dimiliki KRB terutama udaranya yang sejuk (64%) dapat memberi nilai lebih sebagai tempat rekreasi.

Persepsi pengunjung terhadap tumbuhan yang dikoleksi KRB terutama adalah tumbuhan langka (76%). Sebagai tempat rekreasi yang berfungsi sebagai daerah konservasi tumbuhan, keberadaan KRB dapat membuat sebagian besar pengunjung menyadari tentang pentingnya upaya pemeliharaan tumbuhan (92%).

Fungsi KRB sebagai sarana pendidikan mampu memberikan kontribusi besar bagi pengunjung dalam menambah ilmu pengetahuan terutama mengenai jenis-jenis/spesies tanaman (82%). Papan informasi merupakan fasilitas yang paling banyak membantu dalam menambah pengetahuan bagi pengunjung (87%). Lokasi-lokasi yang ada di KRB memiliki potensi dalam menambah pengetahuan pengunjung mengenai tumbuh-tumbuhan terutama rumah anggrek (59%). Sebagai

(3)

tempat edukasi, keberadaan jasa pemandu merupakan hal yang penting bagi mayoritas pengunjung dalam menyampaikan informasi yang jelas dan terperinci mengenai tumbuhan (86%).

Lokasi yang paling disukai serta elemen lankap yang ada di dalamnya bervariasi. Sebagian besar pengunjung memilih taman astrid (37%), danau gunting (27%), dan rumah anggrek (15%) sebagai lokasi favorit dengan alasan lokasinya yang luas dan terbuka, pemandangannya yang indah, serta dapat melihat berbagai jenis bunga. Hasil analisis menunjukkan bahwa elemen air merupakan elemen lanskap yang paling disukai (62%).

Selain lokasi yang disukai, pengunjung juga memberikan persepsi mengenai lokasi yang tidak disukai, terutama jembatan gantung (9%), danau gunting (6%), serta makam Belanda (5%) karena lokasinya yang kotor, tidak cocok untuk anak-anak, serta suasananya yang sepi dan menyeramkan.

Persepsi pengunjung terhadap jarak memiliki kecenderungan yang berbeda-beda. Dari hasil analisis secara keseluruhan, ternyata mayoritas pengunjung menjawab di luar interval jarak yang sebenarnya. Usia dan pendidikan terakhir tidak mempengaruhi persepsi orang terhadap jarak. Jika dilihat secara keseluruhan, meskipun orang menyukai suatu lokasi tidak berarti mereka dapat mempersepsikan jaraknya dengan benar. Persepsi jarak dapat diaplikasikan dalam lanskap terutama dalam hal desain. Persepsi jarak pengunjung yang umumnya memperkirakan melebihi jarak sesungguhnya dapat mengindikasikan bahwa jarak lokasi KRB yang terasa jauh. Perjalanan pegunjung akan terasa lebih dekat apabila dibuat suatu stopping point yang menarik serta jalan lintas berupa jalan setapak.

(4)

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP

FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI

DI KEBUN RAYA BOGOR

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Oleh

SEPTA ARI MAMIRI A34203047

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Persepsi dan Preferensi Pengunjung terhadap Fungsi

dan Lokasi Obyek-obyek Rekreasi di Kebun Raya Bogor

Nama Mahasiswa : Septa Ari Mamiri

NRP : A34203047

Departemen : Arsitektur Lanskap

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Andi Gunawan, MSc. NIP. 131 681 404

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian,

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.AGR NIP. 131 124 019

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Makassar, Sulawesi Selatan pada tanggal 10 September 1985, dari pasangan Bapak Priyono dan Ibu Wiwik Aris Dwi Gunawati dan merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara.

Pada tahun 1991 penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Akbar Bogor kemudian melanjutkan pendidikan ke SDN Gunung Gede dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun 1997-2000 penulis menempuh pendidikan di SLTP Negeri 1 Bogor. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SPMB. Penulis diterima pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Pada tahun 2005, sejalan dengan penataan jurusan/departemen di IPB, Program Studi Arsitektur Laskap berada di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan rasa syukur kepada Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan ridho-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi dan Preferensi Pengunjung terhadap Fungsi dan Lokasi Obyek-obyek Rekreasi di Kebun Raya Bogor’. Skripsi ini sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah mendukung sejak awal penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih banyak penulis ucapkan terutama kepada:

1. Dr. Ir. Andi Gunawan MSc. selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dalam memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Orang tua tercinta, Papa dan Mama, atas doa, cinta kasih dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan sripsi ini.

3. Uki, Rian, Een yang memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Semua pihak dan teman-teman yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini mendapat tanggapan yang positif serta bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2008

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Elemen Lanskap ... 3

2.1.1 Elemen Landform... 3

2.1.2 Elemen Vegetasi... 4

2.1.3 Elemen Bangunan ... 4

2.1.4 Elemen Perkerasan ... 5

2.1.5 Elemen Site Structure... 5

2.1.6 Elemen Air ... 5

2.2 Kebun Raya (Botanical Garden) ... 6

2.2.1 Kebun Raya sebagai Tempat Konservasi Tumbuhan ... 7

2.2.2 Kebun Raya sebagai Tempat Penelitian... 8

2.2.3 Kebun Raya sebagai Sarana Pendidikan ... 8

2.2.4 Kebun Raya sebagai Tempat Rekreasi... 9

2.3 Persepsi dan Preferensi ... 9

2.4 Kognisi Lingkungan... 10

BAB III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

3.2 Metode Penelitian ... 13

3.3 Tahapan Penelitian ... 13

3.4 Analisis dan Pengolahan Data Persepsi Jarak... 14

(9)

3.6 Kuesioner... 16

3.7 Wawancara dengan Responden untuk Mengisi Kuesioner ... 17

3.8 Cara Memilih Responden ... 17

3.9 Alat dan Bahan yang Diperlukan... 18

3.10 Batasan Penelitian ... 18

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Lokasi 4.1.1 Sejarah Kebun Raya Bogor... 19

4.1.2 Letak dan Luas ... 21

4.1.3 Flora dan Fauna... 21

4.1.4 Kedudukan dan Struktur Organisasi ... 22

4.1.5 Fungsi dan Tugas Pokok KRB... 23

4.1.6 Sumber Dana... 24

4.1.7 Jumlah dan Ragam Pengunjung KRB... 24

4.1.8 Lokasi-lokasi dalam KRB ... 25

4.1.9 Koleksi Tanaman yang Menarik di KRB... 27

4.1.10 Peran Kebun Raya Bogor dalam Pembangunan ... 29

4.2 Persepsi dan Preferensi Pengunjung terhadap Fungsi KRB ... 30

4.3 Persepsi Pengunjung terhadap Fungsi Rekreasi ... 31

4.4 Persepsi Pengunjung terhadap Fungsi Konservasi ... 34

4.5 Persepsi Pengunjung terhadap Fungsi Pendidikan ... 37

4.6 Preferensi dan Persepsi Pengunjung terhadap Lokasi yang Disukai ... 41

4.7 Persepsi Pengunjung terhadap Lokasi yang Tidak Disukai... 44

4.8 Persepsi Jarak ... 45

4.8.1 Persepsi Jarak Dari Pintu I ke Taman Astrid ... 46

4.8.2 Persepsi Jarak Dari Pintu I ke Danau Gunting... 50

4.8.3 Evaluasi Persepsi Jarak Menurut Usia dan Pendidikan Terakhir ... 53

(10)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Saran... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jenis dan Cara Memperoleh Data ... 15

2. Struktur Kuesioner ... 16

3. Ragam Keperluan Pengunjung KRB Tahun 2005 dan 2006 ... 25

4. Saran Pengunjung terhadap Fungsi Rekreasi... 34

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian ... 12

2. Bagan Alur Penelitian ... 14

3. Struktur Organisasi Pusat Konservasi Tumbuhan KRB, LIPI ... 22

4. Persepsi Fungsi KRB ... 31

5. Preferensi Fungsi KRB ... 31

6. Persepsi Pengunjung terhadap Manfaat KRB ... 32

7. Persepsi Pengunjung terhadap Daya Tarik KRB ... 33

8. Persepsi Pengunjung terhadap Koleksi Tumbuhan KRB... 35

9. Persepsi Pengunjung terhadap Pengetahuan yang Diperoleh ... 38

10. Persepsi Pengunjung terhadap Fasilitas yang Dapat Menambah Pengetahuan... 39

11. Persepsi Pengunjung terhadap Lokasi yang Dapat Menambah Pengetahuan... 41

12. Preferensi Lokasi yang Disukai Pengunjung... 42

13. Lokasi-lokasi yang Disukai Pengunjung ... 43

14. Preferensi Pengunjung terhadap Lokasi yang Tidak Disukai... 44

15. Lokasi-lokasi yang Tidak Disukai Pengunjung... 45

16. Persepsi Jarak dari Pintu I ke Taman Astrid Berdasarkan Usia... 47

17. Persepsi Jarak Menurut Mean Dari Pintu I ke Taman Astrid Berdasarkan Usia Pengunjung ... 48

18. Persepsi Jarak Dari Pintu I ke Taman Astrid Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pengunjung ... 49

19. Persepsi Jarak Menurut Mean Dari Pintu I ke Taman Astrid Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pengunjung ... 49

20. Persepsi Jarak Dari Pintu I ke Danau Gunting Berdasarkan Usia Pengunjung... 51

21. Persepsi Jarak Menurut Mean Dari Pintu I ke Danau Gunting Berdasarkan Usia Pengunjung ... 52

22. Persepsi Jarak Dari Pintu I ke Danau Gunting Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pengunjung ... 52

23. Persepsi Jarak Menurut Mean Dari Pintu I ke Danau Gunting Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pengunjung... 53

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Format Kuesioner... 62

2. Citra Ikonos yang Digunakan dalam Wawancara dengan Responden... 66

3. Tabel Latar Belakang Responden ... 67

4. Fasilitas yang Ada di Kebun Raya Bogor ... 68

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebun Raya Bogor (KRB) yang terletak di jantung kota Bogor merupakan museum tanaman hidup dengan koleksi tanaman tropis terlengkap di dunia yang dibangun dengan konsep pertamanan yang indah (Subarna, 2006). KRB merupakan tempat yang sangat penting sebagai media untuk pelestarian tumbuhan, penelitian botani, sarana pendidikan serta sebagai tempat rekreasi yang bermanfaat bagi lingkungan serta masyarakat.

Menurut Effendy (1984) persepsi adalah penginderaan terhadap kesan yang timbul dari lingkungannya. Di KRB terdiri dari lokasi-lokasi yang memiliki keunikan tersendiri satu sama lain. Kondisi yang tercipta di KRB menimbulkan persepsi bagi pengunjung dalam menilai aspek-aspek tertentu sehingga memberikan suatu pendapat mengenai lokasi yang dianggap disukai dan tidak disukai.

Persepsi jarak merupakan bagian dari kognisi atau persepsi spasial. Keunikan dan daya tarik obyek-obyek rekreasi yang disukai oleh pengunjung mendorong mereka untuk dapat mempersepsikan kedekatannya melalui persepsi jarak. Dengan melihat persepsi jarak maka dapat diketahui persepsi pengunjung terhadap lokasi obyek-obyek rekreasi yang disukai (terasa jauh atau dekat).

Dilihat dari fungsinya, saat ini sekilas KRB terlihat hanya sebagai tempat rekreasi yang banyak dikunjungi oleh masyarakat. Padahal fungsi KRB yang lebih penting adalah sebagai tempat konservasi tumbuhan, tempat penelitian, dan sarana pendidikan mengenai tumbuhan yang sangat bermanfaat apabila digunakan secara optimal. Tanpa adanya pelestarian serta penjelasan mengenai fungsi-fungsi kepada masyarakat, maka KRB akan kehilangan jati dirinya sebagai tempat konservasi tumbuhan maupun sarana pendidikan. Persepsi dan preferensi pengunjung terhadap fungsi-fungsi KRB merupakan hal yang penting karena dapat mengetahui seberapa besar apresiasi pengunjung terhadap fungsi utama KRB.

(15)

1.2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mempelajari persepsi dan preferensi pengunjung terhadap fungsi KRB, baik sebagai tempat konservasi tumbuhan, sebagai sarana pendidikan maupun sebagai tempat rekreasi.

2. Mempelajari persepsi pengunjung terhadap lokasi yang disukai dan yang tidak disukai.

3. Mempelajari persepsi pengunjung terhadap jarak ke lokasi yang disukai dilihat dari latar belakang usia dan pendidikan.

1.3. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:

1. Bahan masukan bagi pihak KRB dalam mendesain suatu ruang sehingga menimbulkan efek bagi pengunjung agar tidak merasa terlalu jauh menuju suatu lokasi.

2. Bahan masukan bagi pihak pengelola KRB dalam meningkatkan fungsinya tidak hanya sebagai tempat rekreasi, tetapi juga sebagai tempat konservasi tumbuhan dan sarana pendidikan yang dapat bermanfaat bagi pengunjung.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Elemen Lanskap

Elemen lanskap meliputi tanaman atau vegetasi, segala sesuatu di atas permukaan tanah maupun air, serta konstruksi baik bangunan maupun elemen taman (Eckbo, 1964). Elemen lanskap menurut Booth (1983) adalah landform, vegetasi, bangunan, perkerasan, site structure, dan air. Elemen tersebut adalah komponen fisik dasar pembentuk lanskap dan merupakan media yang digunakan oleh para arsitek lanskap dalam membentuk suatu ruang. Setiap elemen memiliki karakter yang berbeda-beda namun dengan keunikan yang dimilikinya, saling mengisi dan mempengaruhi satu sama lain membentuk suatu lanskap yang estetis.

2.1.1. Elemen Landform

Landform bersinonim dengan kata bentuk lahan dan menunjuk pada relief tiga dimensi dari permukaan bumi. Dalam pengertian yang sederhana, landform berarti bentukan lahan. Dalam skala regional, landform meliputi perbedaaan tipe lembah, gunung, daerah berbukit-bukit, padang rumput, dan dataran. Landform tersebut disebut sebagai landform makro (macrolandform). Sedangkan dalam skala tapak, landform meliputi gundukan tanah, lereng, tingkat area atau perubahan elevasi melalui steps dan ramps. Semua landform tersebut disebut sebagai landform mikro (microlandform). Pada skala terkecil (minilandform) meliputi gelombang bukit pasir atau variasi tekstur pada batu. Dalam semua situasi, landform merupakan elemen tanah pada lingkungan eksterior.

Landform mampu memfasilitasi seluruh kegiatan outdoor dan dapat berperan baik sebagai elemen estetik maupun elemen yang bermanfaat dalam aplikasi desain. Elemen landform memiliki peranan yang penting dalam lanskap sebab secara langsung berhubungan dengan banyak elemen dan aspek lainnya pada lingkungan outdoor. Efek topografi adalah karakter keindahan suatu area, definisi dan persepsi suatu ruang, pandangan, drainase, iklim mikro, penggunaan lahan, dan mengatur fungsi tapak khusus. Landform juga berperan penting dalam elemen-elemen lanskap lainnya meliputi material tanaman, perkerasan, air dan

(17)

bangunan. Elemen-elemen lanskap ini dan komponen tambahan lainnya dalam lanskap harus bersandar dan berhubungan pada permukaan tanah. Bentuk, kemiringan, dan orientasi permukaan tanah berpengaruh pada segala sesuatu pada dan di atas permukaan tanah tersebut (Booth, 1983).

2.1.2. Elemen Vegetasi

Vegetasi merupakan salah satu elemen fisik tapak yang penting dalam disain, dan pengelolaan lingkungan. Menurut Booth (1983), vegetasi memiliki tiga fungsi utama yaitu struktural, fungsi lingkungan, dan fungsi visual. Vegetasi sebagai elemen struktural dapat berperan sebagai pembentuk dan pengatur ruang, mempengaruhi pemandangan, dan mempengaruhi arah pergerakan. Vegetasi sebagai fungsi lingkungan dapat berperan sebagai pembersih, penjaga kelembaban tanah, pencegah erosi, pengatur suhu, dan sebagai habitat satwa. Vegetasi sebagai elemen visual dapat berperan sebagai focal point dan penghubung visual terhadap karakter vegetasi berupa ukuran, bentuk, warna, dan tekstur.

2.1.3. Elemen Bangunan

Pada lanskap perkotaan elemen bangunan seringkali lebih dominan dibandingkan dengan elemen tanaman. Elemen bangunan memiliki peranan penting dalam membentuk karakter suatu ruang. Kehadiran bangunan dalam suatu lanskap baik secara individu maupun berkelompok (cluster) dapat mempengaruhi pemandangan, membentuk ruang terbuka, memodifikasi iklim mikro, dan menambah nilai fungsional tapak. Bangunan berbeda dengan elemen-elemen lanskap lainnya karena seluruh bangunan memiliki fungsi interior yang terbentuk karena dindingnya dan atau berbatasan dengan tapak. Bangunan dan daerah di sekitarnya merupakan lokasi primer bagi aktivitas manusia termasuk makan, tidur, mengurus anak, bekerja, belajar, dan bersosialisasi (Booth, 1983).

Bangunan yang berdiri secara individual dipandang sebagai objek solid dalam lanskap yang dikelilingi oleh ruang terbuka. Bangunan tunggal tidak menciptakan ruang tetapi lebih kepada objek di dalam ruang. Jika bangunan disusun secara berkelompok, maka akan tercipta suatu ruang terbuka yang terbentuk di antara massa bangunan (Booth, 1983).

(18)

2.1.4. Elemen Perkerasan

Perkerasan merupakan salah satu elemen keras. Perkerasan adalah segala sesuatu yang bersifat natural dan keras atau material permukaan buatan yang ditempatkan pada tanah di ruang terbuka untuk membentuk permukaan yang tahan lama dan juga bertujuan menciptakan desain yang memuaskan. Contoh perkerasan meliputi batu kerikil, batu bata, keramik, batu, beton, aspal, dan wood decking. Perkerasan memiliki beberapa karakteristik yang merupakan bagian dari kumpulan material permukaan tanah lainnya. Pertama, perkerasan bersifat keras, termasuk material permukaan tidak lunak sehingga memiliki sifat yang tetap dan tidak berubah. Karena perkerasan memiliki kualitas yang lebih permanen, maka baik digunakan untuk mendukung penggunaan yang kuat pada tanah dan membentuk area tanah yang tetap sama sepanjang waktu (Booth, 1983).

2.1.5. Site Structure

Site structure dapat didefinisikan sebagai elemen konstruksi tiga dimensi dalam lanskap yang memiliki fungsi spesifik mengisi pada spasial yang lebih luas. Site structure merupakan elemen keras, tetap, dan relatif permanen pada lingkungan outdoor. Contoh site structure meliputi tangga, dinding, pagar, tempat duduk, gazebo, shelter, deck, dan bangunan kecil. Site structure merupakan elemen arsitektural skala kecil dengan karakteristik dan penggunaan yang bervariasi (Booth, 1983).

2.1.6. Air

Menurut Booth (1983) air merupakan elemen yang digunakan oleh para arsitek lanskap dalam desain dan manajemen lingkungan eksterior. Air dapat digunakan dalam lanskap sebagai elemen estetik atau dapat berfungsi sebagai pendingin udara, penahan suara, atau menyediakan sarana rekreasi. Air merupakan salah satu elemen yang paling menarik perhatian dan diperlukan dari seluruh elemen lanskap lainnya. Air tidak hanya penting sebagai komoditas untuk bertahan hidup, tetapi juga dapat menyediakan sebagai sumber makanan, transportasi, dan rekreasi. Selain kebutuhan air untuk mendukung kehidupan, secara emosional orang tertarik dengan air karena pemandangannya, suaranya dan

(19)

penggunaan untuk rekreasi. Air memiliki visual spesial yang dapat menarik perhatian manusia untuk melihatnya. Manusia memiliki keinginan yang kuat untuk berinteraksi dengan air. Manusia memiliki hasrat untuk menyentuh dan merasakan air atau membenamkan diri mereka ke dalam air untuk kesenangan dan rekreasi. Air juga memiliki efek terapi. Air dapat menimbulkan efek hipnotis melalui penampilan air serta suaranya. Melihat dan mendengarkan air sepanjang danau maupun sungai dapat memberikan perasaan yang lebih tenang dan damai dalam pikiran.

2.2. Kebun Raya (Botanical Garden)

Kebun raya (botanical garden) merupakan tempat dimana terdapat berbagai macam varietas tumbuhan yang ditanami dengan tujuan untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan untuk tujuan ornamental (hiasan), termasuk di dalamnya meliputi perpustakaan, herbarium, greenhouse dan arboretrum. Botanical garden meliputi arboretrum (untuk koleksi tanaman), harus mampu menyediakan tujuan sebagai tempat penelitian, pendidikan, konservasi, pengembangan tanaman, dan hiburan. Botanical garden menampilkan tanaman lokal atau tanaman dari seluruh dunia dengan melihat keterbatasan kondisi tanah dan iklim setempat kecuali jika ditempatkan dalam greenhouse1.

Kriteria-kriteria yang perlu diperhatikan sebagai lembaga botanical garden adalah :

1. Memiliki alasan yang tinggi untuk bersifat permanen. 2. Merupakan basis ilmiah untuk koleksi tumbuhan.

3. Melakukan dokumentasi koleksi tumbuhan secara tepat, termasuk jenis wild origin.

4. Memonitor koleksi tumbuhan yang dimiliki.

5. Melakukan penamaan (labelling) tanaman yang memadai. 6. Terbuka untuk umum.

7. Melakukan komunikasi mengenai informasi kepada taman-taman lainnya, institusi dan kepada publik.

1

(20)

8. Melakukan pertukaran biji atau material lain dengan botanical garden lainnya, arboreta atau institusi-institusi penelitian.

9. Melakukan penelitian secara teknik ilmiah pada koleksi tanaman yang ada. 10. Melakukan pemeliharaan program penelitian dalam taksonomi tumbuhan2.

2.2.1. Kebun Raya sebagai Tempat Konservasi Tumbuhan

Menurut Pushpangadan (1994) dalam Suhirman, et.al (1994) botanic garden memegang peranan dalam upaya konservasi spesies tumbuhan yang langka dan terancam punah. Peranan botanic garden dalam upaya konservasi, meliputi:

1. Untuk mendapatkan pengetahuan mengenai flora lokal.

2. Untuk mengusahakan sedapat mungkin upaya pelestarian spesies yang terancam punah dan tumbuhan endemik dalam mengembangkan sebagai Wilayah Konservasi Keragaman Hayati (Biodiversity Conservation Region). 3. Untuk menyediakan area konservasi yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat

penelitian, biologi reproduktif, dan sebagai tempat bagi pembentukan spesies tumbuhan endemik lokal maupun spesies yang terancam punah.

4. Memegang peranan penting dalam upaya konservasi dan pendidikan tentang lingkungan untuk semua tingkatan.

5. Menyediakan informasi teknik dimana dapat menjadi bahan pertimbangan bagi polititikus dalam mengambil keputusan.

6. Memegang peranan secara internasional.

Menurut Chambers (1994) dalam Suhirman et.al (1994) konservasi tumbuhan sangat penting untuk perkembangan keberlanjutan dan botanical garden berperan sebagai pusat kegiatan konservasi. Terdapat lebih dari 80,000 spesies di botanical garden dari 270,000 spesies tanaman yang diketahui di dunia. Botanical garden memegang peranan penting dalam hal konservasi biodiversitas dan keberlanjutan kehidupan. Botanical garden memiliki koleksi tanaman yang penting untuk kegiatan konservasi terutama tanaman yang langka dan terancam punah. Berdasarkan IUCN Red List terdapat 34,000 taxa tumbuhan yang terancam

2

(21)

punah. Saat ini, lebih dari 10,000 spesies tanaman yang terancam terdapat di botanical garden. Tanaman ini ditujukan untuk program pemulihan spesies dan menyediakan koleksi tanaman sebagai cadangan dalam jangka waktu yang lama.

2.2.2. Kebun Raya sebagai Tempat Penelitian

Menurut Chambers (1994) dalam Suhirman et.al (1994) botanical garden melakukan penelitian taksonomi tumbuhan, ekologi untuk perkembangbiakan. Dengan keahliannya dalam bidang hortikultura, botanical garden mengembangkan metode perkembangbiakkan dan pengolahan tanaman yang belum pernah dilakukan. Semua area yang ada di botanical garden sangat diperlukan untuk program pemulihan spesies dan penanaman kembali tanaman ke alam liar, seperti pengembangan teknik untuk penanaman ’Dragon Trees’ ke alam liar. Botanic garden juga melakukan perlindungan area baik di dalam maupun di luarnya untuk mengembangkan keanekaragaman (biodiversitas).

Iwatsuki (1994) dalam Suhirman, et.al (1994) menyatakan bahwa botanical garden berkaitan dengan urusan penelitian botani mengenai keanekaragaman. Di Asia, terdapat beberapa botanical garden seperti di Bogor, Singapura, Kalkuta, dan lain sebagainya. Setengah abad belakangan ini, penelitian molekuler genetik merupakan salah satu bidang yang aktif dalam biologi, tetapi studi tentang biodiversitas atau sejarah alam telah dikesampingkan dan dianggap sebagai hal yang klasik (tidak relevan untuk saat ini).

2.2.3. Kebun Raya sebagai Sarana Pendidikan

Richardson (1994) dalam Suhirman et.al (1994) menyatakan bahwa fungsi lain botanical garden adalah sebagai sarana pendidikan. Dalam hal tujuannya untuk mengembangkan program pendidikan lingkungan, botanical garden harus memutuskan tipe program apa saja yang akan dijalankan, mencakup siapa yang menjadi target program serta aspek konservasi dan pendidikan mana yang akan menjadi konsentrasi program.

Setiap botanical garden perlu menyiapkan perencanaan dan prioritas mengenai program pendidikan, meliputi:

(22)

2. Kelompok yang menjadi target program. 3. Fasilitas yag diperlukan.

4. Fasilitas yang tersedia dan memadai.

5. Membutuhkan pengetahuan untuk setiap kelompok pengunjung agar dapat memahami pesan mengenai konservasi.

6. Kemampuan yang dibutuhkan untuk setiap kelompok pengunjung. 7. Sikap dan perilaku yang diharapkan.

8. Berbagai program yang perlu dikembangkan3.

2.2.4. Kebun Raya sebagai Tempat Rekreasi

Menurut Brockman and Merriam (1973), rekreasi hanya untuk kesenangan atau aktivitas yang berbeda dari rutinitas kehiduapan sehari-hari. Rekreasi meliputi kegiatan yang dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja hanya untuk kesenangan. Rekreasi tidak hanya secara fisik, tetapi juga intelektual, estetik, emosionalatau meliputi kombinasi seluruhnya. Rekreasi berperan sebagai relaksasi dari aktivitas sehari-hari terutama untuk fisik individu dan kapasitas produktivitas. Dengan rekreasi juga dapat menjadi kreatif (re-creative). Selain itu juga dapat meningkatkan personalitas individu dan hubungan sosial, serta memberikan kehidupan yang seimbang.

Clem et.al (2005) menyatakan bahwa bagi sebagian orang, botanical garden merupakan tempat yang tepat untuk berjalan-jalan di hari libur. Subarna (2006) menyatakan bahwa ragam pengunjung yang masuk ke KRB, baik rombongan maupun perorangan mempeunyai keperluan yang berbeda, antara lain rekreasi umum.

2.3. Persepsi dan Preferensi

Porteus (1977) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan proses secara sadar dari stimulus. Lebih lanjut diungkapkan bahwa persepsi kita tergantung dari kemampuan psikologis serta kekuatan melihat, merasakan, mencium, mendengar dan meraba. Persepsi masyarakat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

3

(23)

Faktor internal adalah nilai-nilai dalam diri yang dipadukan dengan hal-hal yang ditangkap panca indera pada proses melihat, meraba, mencium, mendengar dan merasakan. Faktor tersebut kemudian dikombinasikan dengan faktor eksternal yaitu keadaan lingkungan fisik dan sosial yang kemudian menjadi respon dalam bentuk tindakan.

Menurut Effendy (1984) persepsi adalah penginderaan terhadap kesan yang timbul dari lingkungannya. Daya persepsi seseorang dapat diperkuat oleh adanya pengetahuan dan pengalaman. Semakin sering seseorang menempatkan diri dalam komunikasi, akan semakin kuat daya persepsinya. Siagian (1989) menyatakan bahwa secara umum persepsi seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu, (1) diri orang yang bersangkutan (sikap, motivasi, kepentingan, pengalaman dan harapan); (2) sasaran persepsi (orang, benda atau peristiwa); (3) situasi (keadaan lingkungan).

Preferensi adalah kecenderungan untuk memilih sesuatu yang lebih disukai daripada yang lain. Menurut Porteus (1977) preferensi merupakan bagian dari komponen pembuatan keputusan dari seorang individu. Secara lengkap komponen-komponen tersebut adalah: persepsi, sikap, nilai, kecenderungan. Komponen tersebut saling mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan

Lebih jauh Porteus (1977) mengemukakan bahwa studi perilaku individu dapat digunakan oleh ahli lingkungan dan para desainer untuk menilai keinginan pengguna (user) terhadap suatu objek yang akan direncanakan. Dengan melihat preferensi dapat memberikan masukan bagi bentuk partisipasi dalam proses perencanaan.

2.4. Kognisi Lingkungan

Gifford (1997) menyatakan bahwa kognisi lingkungan adalah cara kita memperoleh, menyimpan, mengorganisir, dan mengingat informasi mengenai lokasi, jarak, susunan gedung-gedung, jalan, dan pintu. Kognisi lingkungan meliputi kognisi spasial yaitu proses berpikir yang membantu kita menemukan jalan (kesuksesan dalam berkemudi di lingkungan), memperkirakan jarak, mengenal isyarat rute, membuat dan membaca peta, dan secara umum mengerti lokasi di suatu ruang yang berbeda tempat. Kognisi spasial meliputi konsep

(24)

penggambaran peta secara tergambar dan terlukiskan di dalam kepala kita mengenai bagaimana suatu tempat disusun. Jika kita melihat ke sekitar, petunjuk mengenai peta terdapat di iklan-iklan, peta kereta api bawah tanah, majalah-majalah, dan pada setiap memori dan pikiran orang.

Memori merupakan bagian yang penting dari kognisi lingkungan. Tetapi sejauh ini kebanyakan penelitian lebih terfokus pada kognisi spasial dibanding memori mengenai tempat atau bentuk kognisi lingkungan lainnya (Gifford, 1997).

Prinsip kognisi spasial yang penting adalah bahwa orang tidak memproses informasi mengenai lingkungan seperti yang kamera atau komputer lakukan. Orang tidak memperoleh, menyimpan, dan mengingat informasi mengenai lokasi, jarak, dan susunan secara mekanikal. Dipandang secara mekanik, manusia banyak melakukan kesalahan dalam memproses informasi. Kognisi atau pengamatan kita berbeda setiap orang.

Deviasi/penyimpangan yang terjadi (dari tujuan sesungguhnya dan dari satu orang ke orang lainnya) bersama-sama dengan keberhasilan kita sebagai spesies memberi kesan bahwa kita harus mempunyai dua pemikiran: pertama, gambaran kita yang tidak sempurna harus benar-benar berguna untuk kita, dan kedua, kognisi spasial harus ditentukan menurut perbedaan latar belakang individu. Pemikiran/pengamatan kita terhadap peta membantu menyelesaikan masalah spasial, seperti bagaimana menduga jalan dari satu tempat ke tempat lain bila kita belum pernah secara langsung melewati rute tersebut. Orang tidak memperoleh, menyimpan, dan mengingat informasi mengenai lokasi, jarak, dan susunan secara mekanikal (Gifford, 1997).

Spesifikasi jarak merupakan fungsi gabungan dari kecepatan susunan dan pergerakan pengamat. Keakuratan pendapat mengenai jarak tidak disebabkan oleh level usia dari subjek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak mampu menunjukkan kecepatan informasi mengenai jarak (Degelman dan Rosinki, 1979). Murata (1999) menyatakan bahwa terdapat perbedaan dalam memperkirakan jarak antara subjek yang benar-benar berkeliling pada jalan dengan subjek yang hanya melihat kedua lokasi dari lokasi pengamatan. Faktor nonvisual, seperti tujuan orang dan keadaan secara psikologi juga mempengaruhi persepsi mereka terhadap jarak (Proffit, 2006).

(25)

BAB III METODOLOGI

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan Kebun Raya Bogor (KRB) yang berlokasi di Kotamadya Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan, yaitu dimulai dari bulan Februari sampai Oktober 2007.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Kec. Bogor Tengah Kota Bogor

Kebun Raya Bogor

(26)

3.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dengan teknik survei dan wawancara kepada pengunjung KRB. Penelitian ini merupakan tinjauan deskriptif untuk mengetahui persepsi dan preferensi pengunjung tentang lokasi yang disukai (meliputi elemen lanskap yang paling disukai serta persepsi jarak pengunjung dari Pintu I ke lokasi yang disukai), persepsi terhadap lokasi yang tidak disukai, serta persepsi terhadap fungsi KRB sebagai tempat rekreasi, konservasi dan sebagai sarana pendidikan. Survei lapang dilakukan untuk mengamati kondisi umum, pengukuran jarak yang sebenarnya terhadap obyek-obyek rekreasi dan pengambilan foto kondisi lokasi-lokasi di KRB.

3.3. Tahapan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data dan tahap pengolahan/analisis data. Tiga tahapan tersebut yaitu:

1. Tahap Persiapan

Tahap ini meliputi: penentuan lokasi penelitian, penetapan tujuan dan pembuatan usulan penelitian, permohonan izin kepada pihak Kebun Raya Bogor, serta persiapan survei yang meliputi pembuatan kuesioner, petunjuk pelaksanaan dan penyusunan jadwal pengambilan data.

2. Tahap Pengumpulan Data.

Tahap ini meliputi: survei lapang, pengambilan sampel melalui wawancara dengan responden untuk mengisi kuesioner.

3. Tahap analisis data

Metode yang digunakan untuk menganalis hasil kuesioner agar dapat memperoleh hasil yang diinginkan sesuai dengan tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Analisis persepsi dan preferensi pengunjung terhadap fungsi dan lokasi obyek-obyek rekreasi.

Pada analisis ini data dikumpulkan kemudian dicari nilai persentasenya dan dibuat grafik. Dari hasil persentase dapat dilihat lokasi mana yang paling

(27)

disukai dan tidak disukai pengunjung serta persentase persepsi pengunjung terhadap fungsi KRB.

b. Analisis persepsi jarak

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pengunjung terhadap jarak dari Pintu I KRB menuju lokasi yang disukai.

3.4. Analisis dan Pengolahan Data Persepsi Jarak

Pada analisis persepsi jarak, lokasi yang dianalisis adalah danau gunting dan taman astrid karena keduanya dapat mewakili pengunjung dalam aspek usia maupun pendidikan terakhir. Variabel yang dianalisis adalah usia dan pendidikan terakhir responden.

Terdapat beberapa analisis untuk menentukan ketepatan dalam perkiraan jarak, yaitu:

1. Interval jarak sebenarnya dari Pintu I ke danau gunting adalah 148 m sampai 364 m sedangkan interval jarak sebenarnya dari Pintu I ke taman astrid adalah 613 m sampai 852 m.

2. Apabila responden memperkirakan jarak di dalam interval jarak sebenarnya, maka persepsi jaraknya sudah tepat. Sebaliknya, apabila responden memperkirakan jarak di luar interval jarak yang sebenarnya maka persepsi jaraknya tidak depat.

Pengolahan data persepsi jarak dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu pembuatan boxplot serta mencari nilai mean dari masing-masing kelompok usia dan pendidikan. Pengolahan data secara lebih lengkap yaitu sebagai berikut:

1. Data persepsi jarak yang ada dibuat boxplot sehingga dapat diketahui sebaran datanya.

2. Data persepsi jarak dirata-ratakan (dicari nilai mean data) pada masing-masing kelompok usia dan pendidikan terakhir responden. Hasil nilai rata-rata itu kemudian dibuat grafik. Dari grafik tersebut dapat terlihat kelompok usia dan pendidikan mana yang paling mendekati kebenaran dalam memperkirakan jarak.

(28)

Gambar 2. Bagan Alur Penelitian

3.5. Jenis Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh berupa gambaran umum lokasi berupa foto lokasi di KRB dan data yang diperoleh melalui wawancara kepada 100 orang responden untuk mengisi kuesioner. Data sekunder yang diperoleh meliputi sejarah KRB, data fisik KRB (letak dan luas), data fungsi dan struktur organisasi KRB, serta data pengunjung. Jenis dan cara memperoleh data dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis dan Cara Memperoleh Data

No Jenis Data Data yang Diperoleh Cara Memperoleh Data 1 Data Primer a. Kuesioner

b. Data visual, berupa foto lokasi yang ada di KRB

a. Wawancara dengan responden

b. Observasi lapang

2 Data Sekunder a. Sejarah KRB

b. Data fisik lokasi (letak dan luas KRB)

c. Data fungsi dan struktur organisasi KRB d. Data pengunjung a. Studi Pustaka b. Studi Pustaka c. Studi Pustaka d. Studi Pustaka Survei lapang Pengsisian kuesioner melalui wawancara dengan responden Analisis Data Survei

Persiapan Persepsi dan

preferensi pengunjung

terhadap fungsi dan lokasi obyek-obyek rekreasi di KRB

(29)

3.6. Kuesioner

Prasetyo dan Lina (2005) menyatakan bahwa kuesioner berisikan daftar pertanyaan yang mengukur variabel-variabel, hubungan diantara variabel yang ada, atau juga pengalaman atau opini dari responden. Kuesioner terdiri dari enam bagian, yaitu: latar belakang responden, preferensi dan persepsi terhadap fungsi KRB, persepsi pengunjung terhadap fungsi rekreasi, persepsi pengunjung terhadap fungsi konservasi, persepsi terhadap fungsi pendidikan, dan persepsi dan preferensi terhadap lokasi di KRB. Format kuesioner secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 2. Struktur Kuesioner

No Kelompok Pertanyaan Detail Pertanyaan 1 Latar Belakang Responden a. Jenis kelamin

b. Umur

c. Tempat tinggal d. Pendidikan terakhir e. Pekerjaan

f. Status perkawinan 2 Persepsi dan Preferensi

terhadap Fungsi KRB

a. Fungsi KRB yang diketahui b. Fungsi KRB yang disukai

3 Persepsi Pengunjung terhadap Fungsi Rekreasi

a. Apakah melakukan kegiatan rekreasi b. Manfaat berkunjung ke KRB

c. Daya tarik berekreasi di KRB d. Saran pengunjung

4 Persepsi Pengunjung terhadap Fungsi Konservasi

a. Pengetahuan tumbuhan yang dikoleksi b. Keranekaragaman tanaman di KRB c. Kesadaran pentingnya konservasi d. Penjelasan konservasi tumbuhan e. Labelling tanaman

(30)

Tabel 2. Lanjutan

No Kelompok Pertanyaan Detail Pertanyaan 5 Persepsi terhadap Fungsi

Pendidikan

a. Perolehan pengetahuan

b. Jenis pengetahuan yang diperoleh c. Fasilitas yang menunjang perolehan

pengetahuan

d. Lokasi yang dapat menambah pengetahuan

e. Keperluan jasa pemandu 6 Persepsi dan Preferensi

terhadap Lokasi di KRB

a. Lokasi yang disukai

b. Elemen lanskap yang disukai

c. Persepsi jarak dari Pintu I ke lokasi yang disukai

d. Lokasi yang tidak disukai

3.7. Wawancara dengan Responden untuk Mengisi Kuesioner

Dalam penelitian ini sampel yang diambil yaitu pengunjung KRB yang akan meninggalkan (pulang) dari Kebun Raya Bogor. Pengambilan sampel dilakukan di depan Pintu I. Tahap wawancara kepada responden dilakukan selama delapan hari, yaitu hari Senin-Minggu ditambah satu hari libur nasional dimulai dari pukul 9.00 – 16.00 WIB. Hal ini didasarkan agar pengunjung dari masing-masing kelompok tersebut dapat terwakili. Lamanya waktu wawancara adalah + 10 menit.

3.8. Cara Memilih Responden

Dalam pengambilan sampel, terdapat cara untuk memilih responden, yaitu: 1. Responden adalah pengunjung KRB yang dapat membaca citra ikonos KRB

posisi Pintu I. Jika responden dapat menyebutkan posisi Pintu I KRB maka pertanyaan dilanjutkan ke bagian kuesioner. Tetapi jika responden tidak mengetahui posisi Pintu I maka pertanyaan tidak dilanjutkan ke bagian kuesioner.

(31)

2. Jika pengunjung menolak untuk dijadikan sebagai responden, maka responden penggantinya adalah pengunjung pertama berikutnya yang bersedia untuk dijadikan sebagai responden.

3.9. Alat dan Bahan yang Diperlukan

Dalam pengambilan sampel pengunjung, diperlukan beberapa alat dan bahan, yaitu:

1. Citra Ikonos Kebun Raya Bogor

Citra ikonos yang digunakan berukuran A3 yang telah dilaminating dan ditulis keterangan tentang lokasi di sekitar KRB, yaitu Lapangan Sempur, Plaza Pangrango, Tugu Kujang, Plaza Bogor, Bogor Trade Mall (BTM), dan Hotel Salak. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah responden dalam menentukan Pintu I sebagai syarat untuk menjawab pertanyaan selanjutnya. 2. Alat-alat tulis yang digunakan yaitu ballpoint, pensil dan tip ex.

3. Lembaran kuesioner.

3.10. Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan penelitian, yaitu:

1. Sampel yang diambil adalah pengunjung yang keluar dari Pintu I, tidak termasuk pada pintu II dan pintu III.

2. Persepsi pengunjung meliputi fungsi KRB sebagai tempat rekreasi, konservasi tumbuhan, dan sarana pendidikan, tidak mencakup fungsinya sebagai tempat penelitian.

3. Pada analisis persepsi jarak, variabel yang diamati adalah usia dan pendidikan terakhir, tidak termasuk jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan dan status perkawinan.

(32)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Lokasi

4.1.1. Sejarah Kebun Raya Bogor

Ide pendirian Kebun Raya Bogor bermula dari seorang ahli biologi asal Jerman bernama Prof. Dr. C.G.C. Reindwart yang berada di Indonesia pada awal abad ke-19. Reindwardt menganggap eksplorasi tumbuhan dan masalah pertanian juga merupakan tugasnya di Hindia Belanda. Kemudian ia menulis surat kepada Komisaris Jenderal G.S.G.P. van der Capellen yang mengemukakan keinginannya untuk meminta sebidang tanah yang akan dijadikan kebun tumbuhan yang berguna, sebagai tempat pendidikan guru, koleksi tumbuhan dan juga dikembangkan menjadi kebun yang lain.

Kebun botani yang didirikan pada tanggal 18 Mei 1817 oleh Prof. Dr. C.G.C. Reindwardt yang kemudian dinamakan ’s Lands Plantetiunte Buitenzorg tersebut lebih dikenal dengan nama Kebun Raya Bogor. Sepanjang masa sejarahnya, Kebun Raya Bogor mempunyai berbagai nama yaitu ”s’Lands Plantentuin”, ”Syokubutzuen”, ”Botanical Garden of Buitenzorg”, ”Botanical Garden of Indonesia”, Kebun Gede, dan Kebun Jodoh. Namun pada akhirnya lebih dikenal dengan nama Kebun Raya Bogor (KRB). Pendiriannya diawali dengan menancapkan ayunan cangkul pertama di bumi Pajajaran sebagai pertanda dibangunnya pembangunan kebun itu, yang pelaksanaannya dipimpin oleh Reindwardt yang dibantu oleh Mr. James Hooper dan W. Kent dari Kebun Botani yang terkenal di Inggris, di kota Richmond. Reindwardt merintis usaha di bidang herbarium. Ia juga dikenal sebagai seorang pendiri Herbarium Bogoriense.

Pada tahun 1822 Reindwardt digantikan oleh Dr. Carl Ludwig Blume yang melakukan inventarisasi koleksi tanaman yang tumbuh di kebun. Ia juga menyusun katalog kebun yang pertama dan berhasil dicatat sebanyak 912 jenis (species) tanaman.

Pelaksanaan pembangunan ini pernah terhenti karena kekurangan dana tetapi kemudian dirintis kembali oleh Johanes Elias Teysmann (1831). Dengan

(33)

dibantu oleh Hasskarl, Teysmann melakukan pengaturan penanaman tanaman koleksi dengan mengelompokkannya menurut famili.

Teysmann kemudian digantikan oleh Dr. Scheffer dan pada tahun 1867 ia diangkat menjadi Direktur Kebun Raya. Pengurusan Kebun Raya Bogor secara resmi terpisah dari halaman Istana Bogor pada tanggal 30 Mei 1868. Scheffer kemudian diganti oleh Prof. Dr. Melchior Treub. Treub (1880-1905) telah menjadikan nama Indonesia harum di dunia internasional dalam bidang ilmu pengetahuan alam.

Setelah Indonesia merdeka maka Kebun Raya Bogor menjadi hak milik negara Indonesia dan pada tahun 1949-1959 pimpinan KRB beralih ke tangan putera bangsa pertama yaitu Prof. Ir. Setyodiwiryo dan nama ’s Lands Plantetiun te Buitenzorg berganti nama menjadi LPPA (Lembaga Pusat Penyelidikan Alam). Karena tidak adanya tenaga-tenaga staf ahli yang tetap, maka beliau mendirikan Akademi Biologi pada tahun 1955 yang membawahi tiga anak lembaga yaitu Museum Zoologi Bogor (MZB), Herbarium Bogor (HB), Pusat Penelitian Botani (PPB).

Seiring dengan perubahan kondisi politik dan kebijakan di Indonesia, maka status dan fungsi KRB turut berubah mengikuti peraturan yang berlaku. Ruang lingkup kerja KRB berkembang dengan berbagai fungsi khusus. Lembaga dengan fungsi khusus yang menjadi bagian KRB kemudian lepas dan berdiri sendiri. Pada tahun 1986 status KRB ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) berdasarkan Keppres RI No.1 tahun 1986 yang berada di bawah kedeputian Ilmu Pengetahuan Alam, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan pembinaan harian Puslitbang Biologi – LIPI dan membawahi tiga Kebun Raya lainnya yaitu Cabang Balai Pengembangan Kebun Raya Cibodas, Cabang Balai Pengembangan Kebun Raya Purwodadi dan Cabang Balai Pengembangan Kebun Raya Eka Karya Bali. Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Kebun Raya Bogor mempunyai tugas melaksanakan inventarisasi, eksplorasi dan konservasi tumbuhan tropika yang mempunyai nilai ilmu pengetahuan untuk dikoleksi dalam bentuk Kebun Koleksi. Pengelolaan berada di bawah lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), oleh karena itu pengelolaannya lebih dititikberatkan pada bidang pendidikan dan penelitian selain rekreasi.

(34)

4.1.2. Letak dan Luas

Kebun Raya Bogor terletak di tengah-tengah kota Bogor dengan ketinggian 260 meter di atas permukaan laut. Terletak pada 106o45’ Bujur Timur dan pada 6o36’ Lintang Selatan. Luas KRB saat ini mencapai 87 ha.

Secara administratif, Kebun Raya Bogor termasuk dalam wilayah Bogor Tengah, Kota Bogor. Batas-batas wilayah KRB adalah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Jalan Jarak Harupat 2. Sebelah barat berbatasan dengan Jalan Ir. H. Juanda

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Otto Iskandardinata 4. Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Raya Pajajaran

4.1.3. Flora dan Fauna

Jumlah koleksi terakhir tercatat sekitar 13.684 spesimen. Berdasarkan data bulan Januari tahun 2006, koleksi tanaman hidup yang ditanam di kebun berjumlah 3.423 jenis (spesies) mewakili 1.257 marga (genus) dari 222 suku (famili). Koleksi anggrek yang dipelihara di rumah kaca tercatat berjumlah + 7.178 spesimen yang terdiri dari: 441 jenis dari 93 marga. Selain anggrek alam, koleksi lain yang cukup menarik, lengkap, dan menonjol adalah polong-polongan (Fabaceae), Pinang-pinangan (Arecaceae), talas-talasan (Araceae), dan getah-getahan (Apocynaceae). Di samping itu, berbagai jenis koleksi bambu menarik untuk dilihat karena perannya yang sangat penting dalam kehidupan sosial budaya Indonesia.

Satwa liar yang hidup di Kebun Raya Bogor terdiri dari mamalia, aves, reptil, dan amphibi. Jenis mamalia yang banyak menarik perhatian pengunjung adalah kalong (Pteropus vampirus), yang hidup bergelantungan, Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis). Sedangkan jenis burung yang ada di Kebun Raya Bogor yaitu burung Kowak Maling (Nycticorax nycticorax), Gagak Kampung (Cervus enca), Kepodang (Oriolus chinensis), Meninting (Alcedo meninting), dan Kutilang (Pycnonotus aurigaster).

(35)

4.1.4. Kedudukan dan Struktur Organisasi

Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, LIPI dipimpim oleh seorang Kepala Pusat yang membawahi Bidang Manajemen Konservasi Ex –Situ, Kelompok Peneliti dan Bagian Tata Usaha. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor berada langsung di bawah Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, sedangkan UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Purwodadi, dan Bali berada di bawah Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, LIPI.

Gambar 3. Struktur Organisasi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Pusat Konservasi

Tumbuhan Kebun Raya Bogor Bidang Konservasi Ex-Situ Kelompok Jabatan Fungsional Subbidang Pemeliharaan Koleksi Subbidang Registrasi Koleksi Subbidang Reintroduksi Subbidang Seleksi dan Pembibitan Bagian Tata Usaha Subbagian Kepegawaian Subbagian Keuangan Subbagian Umum Subbagian Jasa dan Informasi

UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas

UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya ”Eka Karya” Bali

(36)

4.1.5. Fungsi dan Tugas Pokok Kebun Raya Bogor

Tugas pokok KRB adalah melakukan inventarisasi dan konservasi tumbuhan tropika yang mempunyai nilai pengetahuan dan nilai ekonomi untuk dikoleksi dalam bentuk Kebun Botani. Selain itu KRB juga mengkaji, menggali dan meneliti potensi untuk pemanfaatan yang berkelanjutan.

Sesuai dengan tujuan dan prinsipnya sebagai lembaga yang bertugas menyelenggarakan penelitian tentang kekayaan alam hayati di Indonesia, bila dirangkumkan tugas tersebut disebut juga Panca Darma atau Panca Fungsi, yaitu eksplorasi, koleksi, konservasi; introduksi; edukasi; dan pariwisata.

Kebun Raya Bogor dalam melaksanakan fungsinya diantaranya melakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Konservasi ex-situ ; yakni melakukan eksplorasi tumbuhan di kawasan hutan, mendata, atau registrasi, mengoleksi dan melestarikannya.

2. Penelitian, meliputi bidang :

a. Taksonomi, yaitu memberi kepastian nama tanaman atau sertifikasi, inventarisasai dan evaluasi.

b. Biosistematik, yaitu mempelajari hubungan kekerabatan antara tumbuhan. c. Botani terapan, yaitu penelitian mengenai manfaat tanaman.

d. Hortikultura, meliputi penelitian adaptasi tanaman, cara budidayanya dan pngembangan ilmu pertamanan.

3. Pendidikan ; terutama di bidang ilmu botani, pertamanan dan lingkungan hidup.

4. Pariwisata ; KRB merupakan salah satu tempat kunjungan wisata potensial. 5. Penemuan serta pengumpulan jenis-jenis tanaman langka yang hampir punah

di Indonesia Selama ini Kebun Raya dikembangkan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memilih atau menyeleksi jenis-jenis, khususnya flora langka untuk dikembangkan. Dengan penataan lanskap yang sedemikian rupa, serta kelengkapan koleksinya, banyak masyarakat di sekitarnya maupun mancanegara memanfaatkan KRB sebagai tempat rekreasi. Akhirnya fungsi KRB berkembang sebagai obyek wisata yang mempunyai daya tarik tersendiri.

(37)

4.1.6. Sumber Dana

Sebagai salah satu instansi pemerintah, dana pengelolaan KRB sebagian besar diperoleh dari pemerintah melalui APBN. Sumber pendapatan lain yaitu dari hasil penjualan karcis masuk, dana-dana yang dihasilkan dari kerja sama dan bantuan dari pihak luar. Anggaran tersebut digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin, biaya pemeliharaan, pembangunan sarana fisik, penelitian, publikasi, dokumentasi, pelayanan umum, perjalanan dinas, dan lain-lain.

4.1.7. Jumlah dan Ragam Pengunjung Kebun Raya Bogor

Pengunjung yang datang ke KRB pada hari libur biasanya lebih banyak dibandingkan dengan hari kerja. Ragam pengunjung yang masuk baik dengan rombongan maupun perorangan mempunyai keperluan berbeda, diantaranya: rekreasi umum, rekreasi tamu dinas/tamu negara, karya wisata, kuliah lapangan, penelitian, film, dan lain-lain.

Karcis masuk yang dibeli sudah termasuk asuransi, oleh karena itu selama berada di dalam KRB, pengunjung mendapat jaminan dari PT Asuransi Jasa Raharja, artinya apabila terjadi kecelakaan yang menimpa pengunjung akan mendapat pelayanan pengobatan dan penggantian premi dari pihak asuransi. Kerjasama dengan asuransi ini menunjukkan bahwa KRB melaksanakan fungsinya sebagai tempat rekreasi sekaligus memberikan rasa aman bagi pengunjung.

Jumlah pengunjung Kebun Raya Bogor selama tahun 2006 turun bila dibandingkan dengan tahun 2005. Jumlah pengunjung tahun 2005 sebanyak 957.479 orang, sedangkan jumlah pengunjung tahun 2006 sebanyak 909.313 orang.

Setiap hari kerja Senin sampai dengan Sabtu, kendaraan roda empat diperkenankan masuk sedangkan kendaraan roda 2 hanya parkir di depan Pintu Utama. Jumlah kendaraan roda empat yang masuk ke KRB selama tahun 2006 sebanyak 30.137 mobil dan parkir roda dua sebanyak 11.833 motor. Ragam keperluan pengunjung KRB tahun 2005 dan 2006 dapat dilihat pada Tabel 3.

(38)

Tabel 3. Ragam Keperluan Pengunjung KRB Tahun 2005 dan 2006

No. Tujuan Pengunjung 2005 2006

1 Rekreasi 892.974 855.180

2 Karyawisata 54.715 42.073

3 Kuliah lapangan/Penelitian 5.891 3.338

4 Kunjungan tamu negara/Dinas 1.434 182

5 Penelitian 15 166

6 Film 1.250 7.250

7 Lain-lain 1.200 1.124

Jumlah (orang) 957.479 909.313

Sumber: Laporan Tahun Anggaran 2006 PKT KRB

4.1.8. Lokasi-lokasi dalam Kebun Raya Bogor

KRB memiliki beberapa lokasi yang menarik untuk dinikmati oleh para pengunjung. Lokasi-lokasi tersebut adalah:

1. Pintu Masuk Utama

Pintu masuk utama (pintu gerbang 1) terletak di depan Plaza yang dihiasi arca manusia-gajah, Ganesha. Di depan pintu masuk ini terdapat parkir kendaraan motor.

2. Jalan Kenari 1

Setelah melewati pintu gerbang utama, terbentang jalan sepanjang 450 m yaitu Jalan Kenari I. Namanya diperoleh dari pohon-pohon kenari (Canarium commune) yang menghiasi kedua sisinya. Deretan pohon yang indah itu ditanam atas prakarsa Johannes Elias Teysmann, kurator dan penata taman, pada tahun 1932. Jalan Kenari 1 dimulai dari pintu masuk utama sampai ujung dekat belakang istana Bogor.

3. Jalan Kenari 2

Jalan Kenari 2 terletak di sebelah timur Sungai Ciliwung Di kedua sisi jalan ini ditanami pohon-pohon kenari yang menjulang dan seolah dililit tanaman liana, yang dikenal sebagai pohon Tarzan. Tanaman merambat itu melingkar, melilit dan meliuk seperti ular. Pada bagian ujung Jalan Kenari 2 terdapat jembatan gantung berwarna merah.

(39)

4. Danau Gunting atau Kolam Istana

Di sepanjang Jalan Kenari I, depan Istana Bogor dapat terlihat keindahan Kolam Gunting yang membentang di sisinya. Ada pulau kecil di tengahnya, penuh tumbuhan dan meriah dengan suara kawanan burung kowak (Nycticorax nycticorak). Selain itu terdapat burung-burung tamu, seperti kuntul perak kecil dan burung udang/cekakak.

5. Jalan Astrid

Jalan Astrid yang dibangun pada tahun 1929 merupakan jalan yang paling menonjol dan ditandai dengan bunga Canna yang membelah jalan berlapis aspal sehingga terbagi menjadi dua jalur. Bunga Canna yang ditanam di tempat ini ditata sedemikian rupa sehingga meyerupai Bendera Belgia yang merupakan bendera negara asal dari Ratu Astrid yang namanya diabadikan untuk nama jalan ini. Pada bagian kanan dan kiri jalan ini ditanami pohon damar (Agathis dammara).

6. Taman Teysmann

Taman ini dibangun pada tahun 1884 oleh Dr. M Treub. Di taman ini dibuat sebuah tugu peringatan J. E. Teysmann untuk mengenang jasanya ketika menjabat sebagai direktur KRB tahun 1831-1867. Taman ini berbentuk formal yang terletak di bagian barat KRB. Tanaman yang tumbuh pada taman ini ditanami dengan tanaman yang dibentuk secara khusus seperti topiary dengan bentuk piramida atau bundar.

7. Taman Meksiko

Taman ini terletak di bagian selatan Kebun Raya Bogor. Taman ini merupakan taman yang sebagian besar koleksi tanamannya berasal dari Meksiko seperti spesies dari famili Agavaceae yaitu Agave americana L, yucca (Yucca aloifolia L), kamboja, pohon lilin dan berbagai jenis kaktus seperti Opuntia schumanni Speg.

8. Taman Bhinneka

Pada taman ini terdapat beberapa jenis vegetasi berbunga yang ditata sedemikian rupa sehingga menyerupai burung Garuda. Jenis tanaman pada taman ini pada dasarnya didominasi oleh tanaman hias. Pada taman ini terdapat patung

(40)

Soedjana Kassan yang dibangun untuk mengenang jasanya sebagai orang Indonesia pertama yang memimpin Kebun Raya Bogor.

9. Rumah Anggrek

Pada rumah anggrek terdapat bermacam-macam jenis anggrek Rumah anggrek terletak di sebelah herbarium. Koleksi anggrek yang dipelihara di rumah kaca tercatat berjumlah + 7.178 spesimen yang terdiri dari: 441 jenis dari 93 marga.

4.1.9. Koleksi Tanaman yang Menarik di Kebun Raya Bogor

Kebun Raya Bogor merupakan museum tanaman hidup dengan koleksi tanaman tropis terlengkap di dunia, dibangun dengan sebuah konsep pertamanan yang indah. Untuk memudahkan pengenalan tanaman, maka J.E. Teysmann mengatur sistem penamaan yang diatur berdasarkan famili tanaman. Jumlah koleksi terakhir bulan Januari 2006 terdiri dari 222 famili, 1.257 genera, dan lebih dari 13.684 spesimen tanaman hidup (Subarna, 2006). KRB memiliki beberapa koleksi tanaman yang menarik, yaitu:

1. Entada phaseolides (L) Merr. (Pohon Tarzan)

Tumbuhan merambat ini berasal dari Kalimantan dan Maluku. Di KRB tanaman ini merambat pada pohon kenari yang satu ke pohon kenari lainnya. Di Jalan Kenari II, batangnya tampak bergelantungan menyeberangi jalan. Banyak wisatawan nusantara dan mancanegara menjulukinya dengan nama pohon tarzan. 2. Bunga bangkai (Amorphophallus titanium Becc.)

Bunga bangkai merupakan tanaman asli Sumatera. Tanaman ini ditemukan pada tahun 1878 oleh Dr. Odoardo Beccari, seorang ahli botani berkebangsaan Italia. Tanaman yang berbunga setiap 2-3 tahun sekali ini memiliki keindahan spesifik yang jarang dijumpai pada bunga lain. Memiliki perbungaan tertinggi dan terbesar di dunia. Tingginya dapat mencapai 3,5 meter dengan diameter kelopak bunga lebih dari 2 meter. Umbinya mampu mencapai berat 200 kg. Selain itu kelopak bunganya yang berwarna merah maroon dan warna tongkol bunganya yang kuning keemasan membuat bunga ini terlihat cantik dan eksotik. Bunga ini mekar sempurna pada malam hari. Perbedaan suhu di dalam tongkol bunga dengan udara di sekitarnya dapat menyebabkan pengeluaran semacam asap tipis.

(41)

Asap inilah yang berbau busuk menyengat, mengundang serangga atau lalat untuk menyerbukinya.

Hal unik dari tanaman ini adalah siklus hidupnya. Masa berdaun (vegetatif) dan masa berbunga (generatif) akan muncul pada waktu yang berbeda. Setelah masa berdaun akan dilanjutkan dengan masa istirahat (dormansi) selama 1-3 tahun. Setelah umbi memiliki cukup energi maka akan muncul masa berbunga. Meskipun memiliki aroma busuk, bunga bangkai mampu mengharumkan nama Indonesia.

3. Pohon Kenari (Canarium commune)

Pada tahun 1835, semasa Johannes Elias Teysmann menjadi kurator s’Land Plantetuin (KRB), lebih dari seratus pohon kenari ditanam pada kedua tepi jalan yang menghubungkan gerbang utama, monumen Lady Raffles dan Istana Bogor. Jalan ini dikenal dengan nama Jalan Kenari 1. Pohon-pohon kenari yang berada di jalan sepanjang + 450 m itu adalah tumbuhan asli Indonesia yang berasal dari Sulawesi dan Maluku. Tanaman ini sering berfungsi sebagai tanaman pelindung di tepi jalan kerena memiliki tajuk yang rimbun dengan batang dan perakaran yang kokoh. Biji kenari yang lezat dapat dinikmati pada kue-kue tart maupun kue kering, sebagian buahnya yang unik sering dijadikan cinderamata.

4. Pohon Jodoh

Disebut demikian karena di lokasi ini tumbuh dua jenis pohon besar berdampingan. Pohon di sebelah kanan adalah sejenis beringin atau Ficus albipila termasuk famili Moraceae, dengan kulit licin berwarna coklat hijau. Diduga pohon ini merupakan spesimen satu-satunya di Indonesia. Pohon di sebelah kiri adalah meranti bunga atau Shorea leprosula termasuk famili Dipterocarpaceae, ditanam pada tahun 1870, serta mempunyai kulit kasar berwarna gelap. Karena perbedaan bentuk dan warna kulitnya yang menggambarkan sepasang pengantin maka banyak orang menyebutnya pohon jodoh.

5. Anggrek Raksasa (Grammatophyllum speciosum BI.)

Tumbuhan ini sering disebut anggrek raksasa karena tandan bunganya yang dapat mencapai 1 – 1,5 m dan menghasilkan bunga mencapai 100 kuntum lebih pertandannya. Bunganya berwarna kuning berbintik-bintik coklat seperti macan. Melihat warna bunganya ini, anggrek ini juga dinamakan anggrek macan.

(42)

Anggrek ini berasal dari daerah Kalimantan. Di KRB anggrek ini ditanam di pohon-pohon kenari (Vak.Z) dan pohon saputangan (Vak.XXI.A.).

6. Teratai Raksasa (Victoria amazonica (Poepp.) Sowerby)

Tumbuhan air ini dikenal sebagai teratai raksasa yang termasuk dalam famili Nymphaeaceae, berasal dari daerah Amazon di Brazilia. Teratai ini didatangkan pertama kali melalui Kebun Raya Leiden Belanda pada tahun 1860. Daunnya bergaris tengah 1 - 1,5 m, bunganya berwarna putih yang berubah menjadi merah jambu setelah 2 – 3 hari. Tanaman ini berbunga seminggu sekali namun di daerah Subtropis, misalnya di Eropa, tanaman ini berbunga setahun sekali dan hanya satu malam (bunga mekar pada waktu tengah malam), sehingga tanaman ini sering disebut ”Queen of The Night”.

7. Kayu Raja (Koompassia excelsa (Becc.) Taub.)

Pohon yang berasal dari Kalimantan ini bentuknya menarik sekali, berbatang lurus berwarna putih dan berakar banir yang besar. Pohon ini di daerah asalnya disebut pohon raja, biasanya disenangi lebah untuk membuat sarang madu pada dahannya. Tingginya dapat mencapai 50 m, kayunya sangat bagus untuk bahan furniture dan peralatan rumah tangga. Mempunyai daun majemuk yang gugur setiap bulan Mei dan Juni, bunganya kecil berwarna kuning, biasanya berbunga pada bulan Nopember. Pohon ini sudah mulai langka, di Kebun Raya Bogor ditanam pada tahun 1914.

8. Pohon Lici (Litchi chinensis Sonn.)

Tanaman ini dikenal dengan nama Lici, berasal dari Cina dan termasuk ke dalam famili rambutan (Sapindaceae). Buahnya sangat lezat seperti rambutan. Di KRB, Lici merupakan pohon tertua yang ditanam pada tahun 1823. Pertumbuhannya subur dan sehat. Karena tanaman ini sudah tua, sekarang sudah tidak berbuah lagi.

4.1.10. Peran Kebun Raya Bogor dalam Pembangunan

Peranan KRB pada masa pembangunan ini sangat penting, khususnya dalam membantu pemerintah melestarikan tanaman-tanaman langka. Penebangan pohon-pohon di hutan sebagai sumber devisa jangka pendek menyebabkan beberapa macam jenis tumbuhan dapat terancam bahaya kepunahan.

(43)

Tumbuhan-tumbuhan yang mempunyai potensi besar seperti rotan, anggrek asli, resin gala, blendok, gom, dan getah-getahan lainnya yang oleh masyarakat setempat digunakan sebagai sumber kehidupan akan musnah tanpa kesempatan untuk dikembangkan menjadi tanaman ekonomi yang bernilai tinggi. Bahkan terdapat beberapa jenis tanaman sudah punah tanpa ada kesempatan untuk mengembangkannya. Dalam hal ini KRB mengambil langkah cepat untuk melaksanakan pengawetan atau preservasi secara selektif guna menyelamatkan dan melestarikan sumber-sumber genetika atau plasma nutfah agar kelak dapat digunakan dalam pengembangan dan pembangunan jangka panjang.

4.2. Persepsi dan Preferensi Pengunjung terhadap Fungsi KRB

Pengunjung memberikan persepsi dan preferensi mereka terhadap fungsi KRB yang diketahui maupun yang disukai. Berdasarkan hasil analisis, ternyata setiap pengunjung memiliki pengetahuan dan persepsi yang berbeda tentang fungsi KRB. Tidak semua pengunjung mengetahui fungsi utama KRB sebagai tempat konservasi tumbuhan dan sarana pendidikan lingkungan. Pada Gambar 4 terlihat bahwa mayoritas pengunjung memiliki persepsi bahwa fungsi KRB adalah sebagai tempat rekreasi (90%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pengunjung mengetahui KRB sebagai tempat rekreasi dibandingkan dengan fungsi-fungsi utamanya sebagai tempat konservasi tumbuhan, sarana pendidikan serta tempat penelitian.

Preferensi mayoritas pengunjung (58%) terhadap fungsi KRB adalah sebagai tempat rekreasi. Hal ini menunjukkan bahwa KRB berpotensi menjadi salah satu tempat rekreasi yang menjadi pilihan masyarakat. Mappiare (1983) menyatakan bahwa rekreasi merupakan perwujudan dari pelaksanaan minat pribadi seseorang yang dapat meregangkan ketegangan fisik dan psikis melalui kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dalam waktu senggang. Selain itu Kraus (1977) menyatakan bahwa banyak psikiater yang mendeskripsikan pengalaman rekreasi memiliki nilai kebahagiaan dan kehidupan yang seimbang. Preferensi fungsi KRB dapat dilihat pada Gambar 5.

(44)

Gambar 4. Persepsi Fungsi KRB

Gambar 5. Preferensi Fungsi KRB

4.3. Persepsi Pengunjung terhadap Fungsi Rekreasi

Seiring dengan perkembangannya, KRB banyak diminati oleh wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri sebagai salah satu alternatif pilihan sebagai tempat rekreasi. Menurut Subarna (2006) bahwa ragam pengunjung yang masuk baik dengan rombongan maupun perorangan mempunyai keperluan berbeda, diantaranya: rekreasi umum, rekreasi dinas/tamu negara, karya wisata, kuliah lapangan, penelitian, film, dan lain-lain. Hal ini menunjukkan tidak semua

(45)

pengunjung yang datang ke KRB melakukan kegiatan rekreasi. Berdasarkan hasil analisis, mayoritas pengunjung melakukan kegiatan rekreasi di KRB (93%) tetapi ada pula pengunjung yang datang ke KRB hanya untuk kepentingan pekerjaan dan sekolah tanpa melakukan kegiatan rekreasi.

Sebagai tempat rekreasi, KRB memberikan manfaat baik secara fisik dan psikis bagi pengunjungnya. Berdasarkan hasil analisis, sebagian besar pengunjung yang datang ke KRB (75%) memperoleh manfaat dapat menghilangkan kepenatan/stress dan memperoleh kesegaran fisik (50%). Hal ini didukung dengan pernyataan Kraus (1977) bahwa saat ini rekreasi merupakan suatu bentuk rehabilitasi yang penting untuk penyakit mental (mentaly ill) serta kondisi fisik yang tidak baik. Persepsi pengunjung tentang manfaat KRB lebih lengkap dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Persepsi Pengunjung terhadap Manfaat KRB

Daya tarik KRB menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan agar menarik minat wisatawan. Spillane (1994) menyatakan bahwa daya tarik menjadi unsur penting agar wisatawan dapat menikmati suatu pengalaman yang memuaskan di suatu objek. Pengunjung memberikan persepsi terhadap daya tarik yang ada di KRB. Mayoritas pengunjung memberikan penilaian KRB memiliki beberapa daya tarik, tidak hanya satu. Pada Gambar 7 terlihat bahwa mayoritas

(46)

pengunjung menyatakan daya tarik KRB adalah karena udaranya yang sejuk (64%). Kondisi KRB yang banyak ditumbuhi berbagai vegetasi mampu memproduksi oksigen sehingga menimbulkan rasa sejuk di dalam lingkungannya. Menurut Arifin dan Arifin (2005) taman-taman dengan tanamannya sebagai ruang terbuka hijau berperan dalam memproduksi oksigen, mengontrol iklim setempat, mencegah erosi dan menyimpan air tanah.

Gambar 7. Persepsi Pengunjung terhadap Daya Tarik KRB

Saran-saran yang dikemukakan oleh pengunjung dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak pengelola KRB sehingga dapat meningkatkan kinerja dalam menjalankan fungsi dan tugas yang telah ditetapkan. Sebagai tempat rekreasi, pihak KRB perlu memperhatikan fasilitas-fasilitas yang ada agar pengunjung dapat merasakan kepuasan serta kenyamanan.

Saran-saran pengunjung sebagai tempat rekreasi dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu pengadaan dan penambahan fasilitas, peningkatan kebersihan, penataan dan keasrian taman, serta pengadaan acara dan program di KRB (Tabel 4). Peningkatan kebersihan merupakan saran yang paling banyak disampaikan oleh pengunjung. Hal ini menunjukkan bahwa kebersihan taman harus menjadi prioritas utama yang perlu diperhatikan KRB sebagai tempat rekreasi. Kebersihan

(47)

taman akan memperlihatkan suatu taman yang ideal dan nyaman untuk dinikmati serta memiliki nilai kesehatan yang baik sehingga memberikan rasa aman kepada para penggunanya. Oleh karena itu, taman harus terbebas dari sampah (Arifin dan Arifin, 2005).

Tabel 4. Saran Pengunjung terhadap Fungsi Rekreasi

No. Saran-saran Pengunjung Pengunjung (%)

1 Pengadaan dan Penambahan Fasilitas

a. Disediakannya sarana transportasi yang memadai untuk berkeliling KRB

b. Penambahan bangku taman

c. Penyediaan sarana bermain untuk anak d. Lainnya 14 9 5 13 2 Peningkatan Kebersihan

a. Peningkatan pembersihan sampah di area KRB b. Lainnya

38 6 3 Penataan dan Keasrian Taman

a. Penataan taman yang lebih baik agar lebih indah b. Lainnya

5 1

4 Pengadaan Acara dan Program di KRB 2

4.4. Persepsi Pengunjung terhadap Fungsi Konservasi

Botanical garden memegang peranan penting dalam kegiatan konservasi tumbuhan salah satunya berpartisipasi dalam kegiatan konservasi ex situ tumbuhan. Konservasi tumbuhan merupakan fungsi KRB yang sangat fundamental karena dapat memelihara dan melestarikan tumbuhan-tumbuhan terutama yang langka dan terancam punah. Wyse and Sutherland (2000) dalam Nepote et.al (2006) menyatakan bahwa dalam beberapa dekade terakhir ini, botanical garden menjadi pusat yang penting untuk konservasi keanekaragaman

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Tabel 1.  Jenis dan Cara Memperoleh Data
Tabel 2. Struktur Kuesioner
Tabel 2. Lanjutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keberadaan SMP Negeri 5 Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran dilihat dari lokasi keberadaannya sekolah ini termasuk strategis, baik dari segi

menunjukkan bahwa aktifitas antibakteri minyak atsiri biji pala pada bakteri Staphylococcus aureus tidak dapat dilakukan menggunakan pengujian dilusi karena

Komisaris, serta mengesahkan Laporan Keuangan Perseroan untuk Tahun Buku 2015 yang telah.. diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, Dadang

(1) Quality of Work atau kualitas kerja dari pegawai PLN Rayon Panrita Lopi Bulukumba bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya guna meningkatkan kinerja pegawai

42.000.000 468 Devin Defriza Harisdani Teknik Penelitian Dasar 2021 Model Revitalisasi District Iconic Pasar Sambas Kota Medan 47.000.000 469 Imam Faisal Pane Teknik

Kenampakannya dalam mikroskop maka praktikan dapat menyimpulkan bahwa Foraminifera dari kelompok planktonik memiliki bentuk yang tidak terlalu

penanganan gangguan frekuensi radio juga selalu membuat target realisasi. Sebagaimana contoh, jumlah aduan atau klaim yang diselesaikan memiliki target realisasi

Perkembangan bisnis diera digital semakin dinamis dan sulit untuk diprediksi.Kompleksitas dan sifatnya yang tidak pasti mengharuskan setiap pelaku bisnis mampu berfikir