! ! ! ! ! ! ! ! !
!!!!!!
SEMINAR!NASIONAL!&!CALL!FOR!PAPERS!
!!!!!!
!
!
!
!
ISBN!0!97806020294031908!
18!Oktober!!
2018!
08!
Fall!
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER
PARIWISATA DALAM PUSARAN GELOMBANG REVOLUSI 4.0
PELINDUNG
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) Dr. Drs. I Nyoman Sunarta, M.Si.
PENANGGUNGJAWAB
Dr. I Wayan Suardana, S.ST.Par., M.Par. Dr. I Nyoman Sudiarta, SE.,M.Par. Dr. I Nyoman Sukma Arida, S.Si, M.Si
PEMBINA
Dra. Ida Ayu Suryasih, M.Par. Drs. I Ketut Suwena, M.Hum. Dra. Anak Agung Putri Sri, M.Si.
KETUA PANITIA
Gde Indra Baskara, SST.Par, M.Sc, Ph.D
SEKRETARIS
Putri Kusuma Sanjiwani, SH, MH
BENDAHARA
Ni Gusti Ayu Susrami Dewi, SST.Par, M.Par
REVIEWER
Prof. Dr. Ir. I Gde Pitana, M.Sc Dr. Drs. I Nyoman Sunarta, M.Si Dr. I Nyoman Sukma Arida, S.Si, M.Si
TATA LETAK & DESIGN COVER
Putri Kusuma Sanjiwani, SH, MHPENERBIT:
Udayana Press
Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Jl. Dr R Goris No 7, Denpasar Bali Cetakan I, Desember 2017
!
KATA PENGANTAR
!
Om Swastiastu Om
Assalamualaikum Warahmatullohi Wabarakatuh, Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmatnya sehingga Seminar Nasional dan Call for Papers dengan tema Pariwisata dalam Pusaran Gelombang Revolusi 4.0 yang diselenggarakan atas kerjasama Kementerian Pariwisata Republik Indonesia dengan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana untuk memperingati World Tourism Day 2018 dan menyikapi perkembangan digital serta teknologi informasi dalam pemasaran pariwisata di dunia. Seminar Nasional dan Call for Papers dengan tema Pariwisata dalam Pusaran Gelombang Revolusi 4.0 yang dilaksanakan pada hari Kamis, 18 Oktober 2018 menerbitkan Prosiding yang memuat sejumlah artikel dengan berbagai topik terhangat di industri pariwisata di Provinsi Bali maupun di sekala nasional. Buku prosiding ini terdiri dari artikel para pemakalah yang berasal dari Universitas Udayana serta para pemakalah dari luar daerah. Sebagai bentuk apresiasi terbesar dan rasa syukur kami, perkenankan kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pendukung kegiatan kami dan pemakalah yang telah berkontribusi dalam Seminar Nasional dan Call for Papers dengan tema Pariwisata dalam Pusaran Gelombang Revolusi 4.0. Semoga Seminar Nasional dan Call for Papers dengan tema Pariwisata dalam Pusaran Gelombang Revolusi 4.0 dapat bermanfaat bagi kita semua.
Denpasar, 18 Oktober 2018 Ketua Panitia Gde Indra Baskara, SST.Par, M.Sc, Ph.D
!
!
!
!
!
!
!
!
!
DAFTAR ISI
1. TOURISM GO LIVE! (PEMANFAATAN KONTEN LIVE STREAMING VIDEO DALAM MEMPROMOSIKAN EVENT PARIWISATA INDONESIA
Imam Nur Hakim ……… 8
2. PENGGUNAAN TEKNOLOGI REALITAS TERTAMBAH UNTUK MENINGKATKAN PENGALAMAN BERWISATA BUDAYA DI BALI
Gde Indra Bhaskara ……… 26
3. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELANJARAN ENGLISH FOR SPESIFIC PURPOSES BERBASIS ICT UNTUK SPA THERAPIST DI KAWASAN WISATA KUTA
Kadek Feni Aryati 1) Komang Shanty Muni Parwati 2)
I Made Krisna Adi Chandra 3) ……… 34 4. ANALISIS PASAR WISATA DIVING KE BALI PASCA ERUPSI
GUNUNG AGUNG
I Wayan Suardana 1) Saroyini Piartrini 2) Ni Made Ariani 3) ………. 48 5. POLA REALISAS AKTOR DALAM BINGKAI BENCANA
ERUPSI GUNUNG AGUNG DI DESA WISATA KERTA, BALI
Saptono Nugroho 1) Sukma Arida 2) ……… 57 6. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN
AGROWISATA DI KAWASAN RAWAN BENCANA KABUPATEN KARANGASEM
Putri Kusuma Sanjiwani 1) Luh Putu Kerti Pujani 2) ……… 63 7. MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN MANCANEGARA
KE KARANGASEM PASCA ERUPSI GUNUNG AGUNG
Ni Gusti Ayu Susrami Dewi 1) Luh Gede Leli Kusuma Dewi 2) ………… 70 8. STRATEGI PEMASARAN DESA WISATA TISTA KABUPATEN
TABANAN DALAM MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN PASCA ERUPSI GUNUNG AGUNG, BALI
I Nyoman Jamin Ariana 1) Ida Bagus Ketut Astina 2) ……… 80 9. ANALISIS KEPUASAN WISATAWAN YANG MENGINAP
DI HOTEL BERBINTANG DALAM KAWASAN MITIGASI BENCANA KABUPATEN KARANGASEM
Ni Made Ariani 1) I Nyoman Sri Aryanti 2) ……… 96 10. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DIKEMBANGKANNYA
DESA BONGAN SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN KARANGASEM
11. PENURUNUNAN EKSISTENSI HOTEL BINTANG LIMA KAWASAN KUTA PASCA ERUPSI GUNUNG AGUNG Studi Kasus: Hotel Chain Internasional Kawasan Kuta
Putu Ratih Pertiwi 1) Fanny Maharani Suarka 2) ……… 116 12. STRATEGI KOMUNIKASI PUBLIC RELATION DI DALAM
MENINGKATKAN TINGKAT HUNIAN KAMAR HOTEL DI KAWASAN ITDC PASCA ERUPSI GUNUNG AGUNG
Agung Sri Sulistyawati 1) Putu Ratih Pertiwi 2) ……… 120
13. PENGEMBANGAN HOMESTAY BERBASIS MASYARAKAT DI DESA WISATA NYUH KUNING, UBUD
Ni Putu Ratna Sari 1) Anak Agung Putri Sri 2) ……… 129 14. IDENTIFIKASI AKTIVITAS FAMILY LEISURE AND RECREATION
(REKREASI KELUARGA) DI ATRAKSI WISATA PENELOKAN DAN TOYA BUNGKAH KINTAMANI BANGLI
Fanny Maharani Suarka 1) Agung Sri Sulistyawati 2) ……… 142 15. KEBERADAAN TRANSPORTASI ONLINE DALAM
INDUSTRI PARIWISATA BALI
A.A. Manik Pratiwi ……… 152
16. MODEL PENERAPAN ETIKA PELAYANAN PEKERJA WANITA SPA PADA HOTEL BERBINTANG DI DESA ADAT SEMINYAK
Putu Diah Kesumadewi 1) A.A Manik Pratiwi 2) ……… 155
17. PRAKTIK USAHA AKOMODASI PARIWISATA BERBASIS KEWIRAUSAHAAN LOKAL DI NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG
I Wayan Darsana 1) Yohanes Kristianto 2) ……… 164 18. PARIWISATA DAN DIGITAL NOMAD DI BALI (KONVERSI
MODAL BUDAYA MENJADI MODAL EKONOMI)
Nararya Narotama ……… 172
19. KARAKTERISTIK WISATAWAN MILENIAL NUSANTARA BERKUNJUNG KE BALI
Luh Gede Leli Kusuma Dewi 1) Ni Gusti Ayu Susrami Dewi 2) ………… 183
20. TRI HITA KARANA SEBAGAI PONDASI DALAM PENGEMBANGAN WATERSHED BADUNG MENJADI TOURISM DESTINATION
I Gusti Ketut Purnayasa 1) I Made Trisna Semara 2) I Nengah Laba 3)
21. ILOKUSI BIDANG KULINER DALAM ACARA MEMASAK DI MEDIA ELEKTRONIK
Kadek Ayu Ekasani 1) Ni Made Rinayanthi 2) ……… 201 23. MODEL PENGELOLAAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI MEDIA
PROMOSI POTENSI WISATA
Ni Wayan Rena Mariani 1) Anak Agung Gede Wijaya 2) ……… 206
24. STRATEGI PEMASARAN TENUN RANGRANG SEBAGAI
PRODUK PENUNJANG PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI NUSA PENIDA BALI
Ferlie Lanovia Amir 1) I Gusti Made Riko Hendrajana 2) ………… 216 25. PERKEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DESA
WISATA SANGKAN GUNUNG : REAKTUALISASI NILAI-NILAI PAWONGAN DALAM TRI HITA KARANA
PEMANFAATAN KONTEN
LIVE
STREAMING
VIDEO
DALAMMEMPROMOSIKAN
EVENT
PARIWISATA INDONESIAImam Nur Hakim1)
Asisten Deputi Industri dan Regulasi Pariwisata, Kementerian Pariwisata RI, Jakarta Pusat, Indonesia
[email protected] ABSTRAK
Penggunaan konten live streaming video telah menjadi alternatif baru bagi kegiatan pemasaran kebanyakan sektor, termasuk pariwisata. Namun di Indonesia, pemanfaatannya masih belum dilakukan secara terintegrasi dan konsisten melalui perencanaan yang matang. Melalui perhelatan festival, Kementerian Pariwisata dapat memanfaatkan secara maksimal konten live streaming video secara terintegrasi untuk meningkatkan awareness wisatawan mengenai pariwisata Indonesia melalui aktifitas event tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana alur konsisten sebuah event dapat dipromosikan melalui konten live streaming video secara terintegrasi melalui akun media sosial milik Kemenpar. Dengan menggunakan metode kualitatif yang disajikan dan dianalisa secara deskriptif analitis dari hasil riset terkait, penelitian ini menggunakan pendekatan action research dalam menjelaskan pentingnya merencanakan promosi dengan menggunakan konten live streaming video secara terintegrasi, dan konsisten pada tahap persiapan, tahap pelaksanaan maupun pada tahap setelahnya.
Keyword : live streaming video, promosi event, pariwisata Indonesia
I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang kaya dan memiliki banyak potensi keindahan pariwisata. Bukan hanya pada keberagaman budaya, etnis dan suku, kekayaan potensi alam menjadi nilai jual utama bagi pariwisata Indonesia. Keberadaan 1300 suku bangsa (BPS, 2010), 17 ribu gugusan pulau dengan 98 ribu km garis pantai (BPS, 2017), variasi kekhususan geospasial, serta keindahan lainnya, semakin menjadikan brand pariwisata Indonesia bukan hanya terkenal di dalam negeri, namun juga diseluruh dunia.
Dikenalnya pariwisata Indonesia dikancah dunia, tidak terlepas dari gencarnya upaya Kementerian Pariwisata (Kemenpar) selaku
stakeholder utama pariwisata dalam melakukan promosi. Salah satunya adalah melalui upaya mempromosikan branding “Wonderful Indonesia”. Dari laporan Travel & Tourism Competitiveness index, country brand strategy Indonesia menempati peringkat ke 47 dari 135 negara yang diukur (WEF, 2017). Peringkat ini menempatkan Indonesia jauh melesat diatas Thailand (68) dan Malaysia (85) yang merupakan kompetitior Indonesia di ASEAN (Association of South East Asia Nations) dalam sektor pariwisata. Tercapainya prestasi ini tidak terlepas dari upaya massive Kemenpar dalam membranding pariwisata Indonesia. Sehingga, pada tataran ini, proses branding penting
untuk meningkatkan daya saing terhadap negara-negara lainnya.
Sayangnya, semenjak akhir 2017, Kemenpar mengubah kebijakan alokasi dana promosinya untuk branding ditahun 2018, menjadi hanya 20% dari total keseluruhan atau turun 60% dibandingkan periode sebelumnya. Dalam Kebijakan tersebut, sisa alokasi dana promosi dialihkan ke bagian advertising sebesar 30% dan selling sebesar 50% (Ungkap Menpar pada Rakornas Pariwisata IV 2017 dalam kompas.com 2018). Langkah Kemenpar dalam menurunkan alokasi dana brandingnya secara drastis dan mengalihkan fokus pendanaan ke alokasi selling, menjadikan adanya urgensi untuk tetap melakukan upaya branding secara konsisten walaupun terjadi pengurangan alokasi dana promosi.
Hal ini berdampak pada keharusan untuk meningkatkan penggunaan media sosial sebagai upaya mempertahankan kekuatan branding Pariwisata Indonesia. Mengingat penggunaan media sosial lebih bersifat “more for less”, maka dapat dipastikan upaya ini akan memerlukan biaya yang sedikit namun menghasilkan efek yang luar biasa besar.
Salah satu bentuk pemanfaatan media sosial yang optimal dengan unsur kebaharuan dari sisi kemampuan pada setiap platformnya, adalah dengan memasukkan konten live streaming video sebagai alternatif yang bisa dilakukan Kemenpar dalam berpromosi. Konten live streaming video dikutip dari search unified communication adalah konten video yang melalui sebuah proses kompresi dan ditampilkan secara realtime melalui media streaming tanpa harus perlu mengunduhnya terlebih dahulu (Margaret Rouse, 2008). Hal ini dikarenakan, data video yang terkompresi tersebut ditampilkan
secara continuously dan ditampilkan segera setelah sampai.
Saat ini kita sedang berada dalam arus, dimana sebuah brand tidak lagi terpaku untuk beriklan dalam bentuk video dan hanya fokus pada platform khusus video semisal youtube. Kini facebook, twitter, instagram dan bahkan linkedIn, (termasuk youtube sendiri) kesemuanya telah meningkatkan kemampuan platform mereka untuk capable dan relevan bagi konten video mereka. Konten video telah menunjukkan perkembangan yang signifikan beberapa tahun kebelakang. Dikutip dari 2018 Social Media Tren (Mo, 2017), terdapat beberapa fakta mengenai potensi penggunaan konten video, diantaranya: a. Konten social video advertising yang dihabiskan selama 2017 tumbuh sebesar 130% dibandingkan tahun sebelumnya.
b. 86% konten yang diunggah adalah konten video.
c. 90% dari seluruh konten yang dishare berbentuk video.
d. 80% audiens lebih memilih untuk menonton live streaming video dibandingkan video konvensional.
Konten live streaming video, telah mengubah cara audiens menggunakan media sosial. Hadirnya kemampuan ini terus dikembangkan pada setiap Platform media sosial populer seperti facebook, youtube, twitter dan instagram yang pada akhirnya memberikan pilihan konten baru bagi perusahaan untuk diadopsi menjadi pilihan stretegi media komunikasi brand.
Dari seluruh lalu lintas internet dunia, 2/3 nya terdiri dari akses konten live streaming video, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 82% dari total keseluruhan lalu lintas internet dunia pada tahun 2020 (Morris, 2016). Konten live streaming video telah menjadi bagian dari model bisnis strategis sebuah brand dalam kurun
waktu 2 tahun belakangan. Sebelumnya, jenis konten ini hanya terbatas pada penggunaan video online saja, namun seiring dengan perkembangan consumer behaviour yang juga didukung dengan peningkatan kemampuan perangkat serta peningkatan kecepatan bandwith, maka tren konten live streaming video yang teraplikasi pada media sosial mulai naik. Tidak heran jika banyak platform media sosial secara bertahap mulai menambahkan fungsi kemampuan platform terkait konten tersebut.
Di sektor pariwisata, pemanfaatan konten live streaming video sudah diaplikasikan di beberapa negara dan brand terkait pariwisata sesuai dengan komponen pendukung sektor Pariwisatanya. Sebagai contoh, New Zealand pernah melakukan kampanye Pure New Zealand untuk mempromosikan destinasi wisatanya, dengan mengunggah live streaming video yang menunjukkan Pemandangan Queentown dari atas bukit (Morris, 2016).
Outrigger Resorts mengunggah konten live streaming video mereka pada setiap hari jumat dan disiarkan langsung dari salah satu resort mereka yang terletak di Hawai, Mauritius, Thailand, Maladewa, Fiji dan Guam (Morris, 2016). Dalam kontennya, mereka memperkenalkan anggota staf, membawa audiens ke suasana belakang layar tempat para tamu beristirahat, serta mendorong audiens untuk bertanya dan menanggapinya secara langsung.
Pemanfaatan konten live streaming video di Indonesia sendiri sudah pernah dilakukan oleh Kemenpar di Bali pada acara Pesta Kesenian Bali (PKB) 2017 yang berkolaborasi dengan Bali Go Live. Tim PKB 2017 melalui platform digitalnya memviralkan event ini melalui website Bali Go Live yang
juga diunggah secara regular via media sosial seperti youtube, facebook, twitter, instagram, tumblr, dan linkedin (Tessar, 2017).
Sejatinya, pemanfaatan live streaming video bukan merupakan barang yang baru bagi dunia pariwisata termasuk Indonesia. Hanya saja pemanfaatan konten live streaming video ini belum dilakukan secara terintegrasi dan konsisten melalui perencanaan yang matang, baik pada tahap persiapan, tahap proses broadcast maupun pada tahap setelahnya. Tulisan ini secara terstruktur memberikan pemahaman untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian tentang bagaimana konten live streaming video dapat dimanfaatkan sebagai sarana promosi brand Pariwisata Indonesia secara terintegrasi dan konsisten melalui akun media sosial milik Kemenpar. Sehingga pengurangan alokasi anggaran branding tidak menjadi masalah dikarenakan sifat live streaming video yang more for less tersebut.
II. METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Metode ini digunakan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif dan mendalam dari data yang berhasil dikumpulkan untuk menjawab permasalahan utama dalam penelitian ini. Dengan menggunakan pendekatan action research, penelitian ini berupaya untuk memberikan manfaat langsung yang aplikatif untuk diterapkan dilapangan.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil riset terkait konten live streaming video, maupun laporan per-periode dari penelitian tentang media sosial dan semacamnya. Selain memberikan pemahaman tentang pentingnya
merencanakan promosi dengan menggunakan konten live streaming video secara terintegrasi dan konsisten pada setiap tahap, penelitian ini juga memberikan alternatif perancangan media yang dapat dikombinasikan dalam pemanfaatan konten live streaming video tersebut. Terkait hal tersebut, permasalahan dalam penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif analitis.
!
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah satu aktifitas promosi yang dilakukan Kemenpar adalah melalui pemanfaatan media sosial, seperti yang tercantum dan ditautkan di laman www.indonesia.travel. Secara massive, Kemenpar telah memaksimalkan penggunaan media sosial mainstream seperti facebook, instagram, twitter dan youtube dalam berpromosi. Adapun dari ke-empat media sosial yang telah digunakan sebagai pilihan media promosi tersebut, kesemuanya memiliki fitur live streaming video didalamnya, seperti facebook dengan facebook livenya, instagram dengan fitur instagram live storiesnya, twitter dengan periscopenya dan youtube dengan youtube livenya.
Sebagai pengguna terbanyak media sosial, keberadaan milenial selalu menjadi pengikut tren teknologi baru dengan sangat massive dan cepat. Menurut data yang dikeluarkan oleh statista.com, pengguna media sosial didominasi oleh mereka yang memiliki rentang usia 16-34 tahun (www.statista.com, 2014). Hal ini juga terlihat dari data yang dikeluarkan oleh Kemenpar, 85% (facebook), 91% (instagram) pengguna yang mengakses media sosial Kemenpar terdiri dari rentang usia 18-44 tahun, senada dengan ketertarikan milenial terhadap media sosial, akses konten live streaming video juga didominasi oleh rentang usia tersebut.
Gambar 1. User & Creator Live streaming video di US (Marthinusen, 2017). Dalam reportnya, Marthinusen menjelaskan kondisi serupa, dimana 63% pengguna internet di rentan usia 18-34 tahun di U.S., adalah pengakses konten live streaming video, sedangkan 42% merangkap sebagai video creator. Berbeda 10% dari rentan usia 13-17 tahun, dimana 53%nya merupakan pengakses konten live streaming video sedangkan 32% nya merupakan video creator (Marthinusen, 2017).
Data tersebut dapat memberikan gambaran tentang kelompok usia yang tertarik secara langsung dengan konten video khususnya konten live streaming video. Selain itu, data diatas juga menunjukkan adanya keterlibatan pada usia 35-54 tahun sebagai creator sekaligus viewer dari konten live streaming video, dimana secara keseluruhan hal ini mengkiaskan bahwa live streaming video adalah saluran pemasaran media sosial yang layak dan dapat melibatkan rentan usia 13 hingga 54 tahun. Sehingga tidak mengherankan jika konten live streaming video dapat berperan sebagai wadah komersial yang signifikan bagi segmentasi usia yang luas (Thinkdigital, 2015).
Untuk lebih memperjelas alasan mengapa audiens lebih memilih menonton konten live streaming video dibandingkan video konvensional, kita akan melihat lebih lanjut kebiasaan dari pengguna konten live streaming video sebagai berikut.
!
Gambar 2. Alasan audiens lebih memilih Live streaming video dibandingkan Tayangan
Konvensional (Yahoo, 2016)
Menurut (Yahoo, 2016) dalam Laporan Tune In To The Live Video Opportunity 2016, audiens tertarik pada perasaan senang dan cepat, terhadap koneksi langsung yang ditawarkan bila dibandingkan dengan tayangan video online konvensional. Diprediksi, pada tahun 2018, konten live streaming video akan mendapatkan penerimaan yang jauh lebih luas bukan hanya dalam aplikasi media sosial bahkan pada industri televisi. Konten live streaming video menciptakan keterlibatan aktif dengan audiens, sebagai pengalaman real-time bagi audiens yang sedang dalam perjalanan maupun audiens yang menyukai pengalaman multi-tasking. Tentu saja, dengan hampir semua platform media sosial yang mengadopsi live streaming video dalam beberapa bentuk, kedepan akan lebih banyak brand yang memanfaatkannya di masa mendatang.
Fakta lain mengenai live streaming video yang dikutip dari Livestream and New York Magazine Survey, pada tahun 2016, 81% pengguna internet maupun pengguna mobile lebih banyak menonton live streaming video dibandingkan tahun 2015 . Dari keseluruhan audiens live streaming video, 80% lebih memilih untuk menonton video dari sebuah brand ketimbang membaca reviewnya
dari sebuah blog. 82% nya memilih untuk membagikan live streaming video-nya ke media sosial dibandingkan membagikan artikel dari sebuah blog (Golum, 2016). Dari sinilah kita dapat melihat adanya urgensi baik dari pengguna, maupun pengiklan untuk memanfaatkan konten tersebut.
Gambar 3. Tingkat akses, preferensi menonton dan preferensi menshare konten live
streaming video pada tahun 2016 dibanding 2015 (Golum, 2016)
Saat ini, terdapat puluhan platform live streaming, namun tidak semuanya cocok untuk konteks beriklan dan lebih sempit lagi untuk konten event pariwisata. Pada tahapan awal pelaksanaan, platform yang paling efektif untuk dipilih adalah platform media sosial yang mendukung live streaming video dan telah digunakan sebelumnya oleh Kemenpar untuk berpromosi. Dengan pertimbangan, strategi media yang digunakan dalam mengaplikasikan konten live streaming video, akan linier dengan strategi media yang dipilih untuk promosi branding
Wonderful Indonesia secara keseluruhan.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari fitur live streaming
video di masing-masing platform tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:
Indikator Facebook Live Youtube Live Periscope Instagram Live Live duration 4 jam 36 Jam < 2 Jam 1 jam Seen before disappear Unlimited Unlimited Unlimited with
hashtag #save 24 Jam Pilihan audiens Segmented Segmented Random Segmented
Menjadwalkan broadcast • • - -
Dapat menyimpan
broadcast • • • Limited
Berkomentar Saat dan
sesudah streaming • •
Hanya saat streaming
Hanya saat streaming Notifikasi saat audiens
sedang menonton • • • •
Live streaming Map • - - -
Kemudahan Menghubungi Broadcaster Langsung dari laman facebook Langsung dari laman youtube Hanya melalui private chat Langsung dari laman instagram Dapat diakses
via Desktop & Handphone
• • Hanya handphone Hanya handphone
Kualitas video 720P Hingga 4K n/a n/a
Kemampuan broadcast
via desktop • • - -
Mempertimbangkan tabel diatas, dilihat dari durasinya, platform youtube live dan facebook live, lebih cocok digunakan untuk menampilkan konten event yang pelaksanaannya dapat menghabiskan waktu lebih dari 2 jam. Adapun dari sisi keberadaan konten setelah streaming, keduanya akan otomatis tidak terhapus dan tidak hilang jika dibandingkan dengan periscope dan instagram. Platform facebook live dan youtube live mempunyai kemampuan untuk menjadwalkan tayangan streamingnya. Hal ini bermanfaat untuk menampilkan pemberitahuan sesaat sebelum sesi streaming, baik dapat direncanakan dalam hitungan hari, maupun beberapa jam sebelum siaran berlangsung.
Sebagai salah satu kemampuan terpenting, komentar pada facebook live dan youtube live tidak hanya bisa diaktifkan saat streaming namun juga setelahnya. Berbeda dengan periscope dan Instagram live, dimana audiens hanya dapat berkomentar saat sesi streaming berlangsung. Hal ini sangat
diperlukan, karena kebutuhan dari video ini adalah untuk diunggah kembali segera setelah proses streaming selesai, sedangkan ada kemungkinan komentar-komentar selanjutnya masih diperlukan untuk menjawab testiomi, pertanyaan maupun menanggapi sebuah komentar.
Keberadaan notifikasi yang ditampilkan saat ada audiens yang bergabung menyaksikan live video streaming diperlukan untuk mengetahui animo audiens selama proses streaming, khusus pada facebook live, peak season di menit berapa audiens bergabung pada sesi streaming dapat diketahui melalui grafis alur.
Salah satu kelebihan dari facebook dibandingkan dengan platform yang lainnya adalah kemampuan map tagging, dimana kita dapat mengetahui siapa dan darimana audiens secara keseluruhan. Hal ini akan sangat mempermudah proses evaluasi dalam menentukan strategi event dan memperuncing
target audiens di event selanjutnya tahun depan.
Facebook live dan youtube live memiliki kemampuan akses yang melingkupi desktop dan mobile, ini berarti dimanapun audiens berada, mereka dapat mengakses konten live streaming video dimanapun mereka berada. Serupa dengan audiens, maka broadcaster juga dapat mengambil gambar dengan hanya menggunakan smartphone mereka, namun untuk kebutuhan kualitas yang stabil dan konsisten, maka penulis menyarankan untuk menggunakan perangkat desktop pada teknis broadcastnya.
Selain melakukan pendekatan melalui kemampuan di masing-masing platform, penulis juga menghubungkan antara kemampuan platform diatas dengan pengakses media sosial yang dikelola Kemenpar. Sudut pandang yang akan digunakan adalah dengan melihat jumlah pengakses media sosial dari total impression disetiap postingan videonya, juga engagement dari postingan video di ke-4 media sosial yang dikelola Kemenpar.
Gambar 4. Media sosial Report dari media yang dikelola Kemenpar (Kemenpar, 2018).
Data yang didapatkan dari Social Media report yang dikeluarkan Kemenpar, mendapati bahwa selama tahun 2017 terdapat 52 unggahan video di facebook dari total 396 unggahan, 44 unggahan video di Instagram dari total 372 unggahan, dan 38 unggahan video di youtube (Kemenpar, 2018). Sayangnya, data tersebut tidak mendeskripsikan berapa jumlah konten video di jejaring twitter, namun hanya menunjukkan jumlah total unggahan yaitu 650 cuitan.
Lebih lanjut, Kemenpar mendetailkan jumlah impresi dan interaksi yang didapatkan di setiap unggahan dari ke 4 platform tersebut. Pada platform facebook, konten video dilihat 27,5 juta kali (konten foto dilihat 86.7 kali), pada konten instagram 34,9 juta kali (konten foto dilihat 7,8 kali) dan youtube dilihat 25 Juta kali.
Dengan melihat data diatas, didapati bahwa, meskipun jumlah unggahan foto lebih banyak dibandingkan dengan unggahan video, perbandingan rata-rata impresi media menunjukkan hal sebaliknya. Jika pada platform facebook, setiap 1 unggahan foto rata-rata dilihat oleh 492 ribu pengguna, pada unggahan video jumlah impresi pada 1 video mencapai 518 ribu impresi. Serupa dengan facebook, pada platform Instagram juga terjadi kasus serupa. Setiap 1 unggahan foto, dilihat oleh 26,5 ribu pengunjung. Sedangkan 1 unggahan konten video dapat dilihat hingga 793 ribu pengguna. Pada youtube, setiap video yang diunggah menghasilkan 658 ribu pengunjung.
Jika dilihat dari total interaksi pada setiap konten, akan didapati hal yang sama.
terdapat 634 ribu jenis interaksi. Sedangkan pada setiap unggahan video, memiliki 668 ribu interaksi. Pada platform instagram, setiap unggahan foto memiliki interaksi sebanyak 6.122 dan pada setiap unggahan video didapati 6.159 interaksi. Pada youtube, setiap video yang diunggah menghasilkan 305 ribu interaksi.
Indikasi yang terjadi, pengguna media sosial lebih cenderung melakukan impresi dan interaksi pada konten video dibandingkan konten foto. Apalagi jika melihat dari perbandingan jumlah konten video yang hanya berkisar 29% jika dibandingkan konten foto (Kemenpar, 2018).
Dengan mempertimbangkan kedua pendekatan diatas, terlihat bahwa pada platform facebook dan youtube, memiliki ruang yang besar untuk dijadikan pilihan untuk menggunakan konten live streaming video. Selain dari sudut pandang kemampuan platform yang mengakomodir kebutuhan promosi event, dari sisi angka pengunjung, kedua platform tersebut sangat diminati. Facebook sendiri telah menjadi forefront dari tren live streaming video (Wowza, 2017). Sedangkan youtube, secara fungsi memang didesain khusus untuk konten video, sehingga basis penggunanya sangat spesifik pada pemirsa video. Sehingga dapat diartikan, dengan semakin banyaknya pengguna kedua platform tersebut, maka Kemenpar akan semakin dapat menjangkau banyak target audiens. Dengan adanya peningkatan pengalaman pengguna melalui pemanfaatan live streaming video, akan dapat mempertahankan eksistensi branding pariwisata Indonesia dikancah dunia, walaupun dengan segala problematika yang sedang terjadi (pengalihan alokasi anggaran promosi). Mengingat, tidak diperlukan pembiayaan yang banyak untuk dapat mengaplikasikannya.
Dalam memanfaatkan konten live sreaming video untuk mempromosikan pariwisata Indonesia, Kemenpar pada 2018 sebenarnya telah memiliki momentum yang dapat dimanfaatkan. Momentum tersebut adalah diluncurkannya 100 wonderful event Indonesia 2018. 100 wonderful event Indonesia 2018 ini telah dipilih melalui proses
seleksi dari kurang lebih 3 ribu event yang direncanakan akan dilaksanakan selama kurun waktu 2018.
Proses seleksi tersebut melalui persyaratan yang telah ditentukan oleh Kemenpar beserta tim kurator, diantaranya: a. Event besar yang sudah dikenal secara
umum dan menjadi ciri khas daerahnya b. Diselenggarakan secara kontinyu selama
tiga sampai empat tahun berturut-turut c. Terpilih dari sebaran daerah secara
proporsional
d. Terpilih dari beberapa festival yang diselenggarakan secara independen oleh masyarakat,
e. Event tersebut sudah menjadi tradisi yang dimiliki bersama
f. Berhubungan dengan pariwisata sekaligus berdampak terhadap kunjungan wisatawan g. Sebaran waktu pelaksanaan event dilakukan
pada peak season (periode bulan Juli-Desember) dan low season (periode bulan Januari-Juni)
h. Telah dilakukan proses kurasi oleh tim kurator & pihak Kemenpar
Penentuan prioritas event seperti ini penting dilakukan, mengingat dalam pemanfaatan konten live streaming video, diperlukan adanya fokus terhadap event yang memang secara kualitas siap untuk dipromosikan ke level internasional. Kedepan, diharapkan secara konsisten, penentuan event prioritas ini dapat dilakukan ditahun-tahun berikutnya. Sehingga pemanfaatan konten live streaming video akan terfokus melalui kegiatan perhelatan yang telah secara sistematis terseleksi.
Menghasilkan sesuatu yang besar dengan effort seminimal mungkin, merupakan salah satu manfaat ideal yang bisa didapatkan dari pemanfaatan konten live streaming video ini. Namun dalam prakteknya, banyak hal lain yang menjadi pertimbangan, mengapa konten ini menjadi ideal untuk mempromosikan event
pariwisata. Adapun penulis
mengelompokkannya kedalam tujuh pertimbangan sebagai langkah yang dapat dilakukan oleh Kemenpar sebagai berikut:
a. Live streaming video untuk menjangkau audiens tanpa batas dan memperbesar
awareness terhadap brand Wonderful Indonesia.
Salah satu fungsi dari live streaming video dalam promosi event, adalah untuk menjangkau sebanyak mungkin audiens agar bergabung dan melihat secara langsung event tersebut. Disaat jumlah pengguna youtube mencapai 1,8 juta (Gillbert, 2018), Menurut The Facebook Live Streaming Benchmark Report 2017, Jumlah pengguna aktif bulanan facebook dan facebook video (baik video streaming maupun video pre-recorded) mencapai 2 Juta pengguna. Facebook memperkirakan, intensitas akses tersebut akan segera mencapai 64 juta viewers per hari (Wowza, 2017).
Besarnya basis pengakses konten live streaming video pada kedua media sosial diatas, menjadi sebuah peluang untuk menjangkau audiens baru. Penonton dianggap memiliki potensi untuk menjadi calon wisatawan. Dari segi peningkatan angka kunjungan wisatawan, pengaruhnya akan dapat dirasakan pada last minutes traveler maupun wisatawan regular jangka panjang. Pada last minute traveler, pengaruh ketertarikan saat menonton tayangan live streaming video, dapat menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan berkunjung. Terlebih jika event yang ditayangkan berlangsung dalam jangka waktu yang lama, seperti Jember Fashion Carnival di Jember, Tour De Singkarak di Padang, dan lain sebagainya. Penonton dapat merasakan ketertarikan dan segera mengambil keputusan untuk berkunjung selama event tersebut masih berlangsung.
Pada wisatawan regular, pengaruhnya akan maksimal dirasakan dengan mempertahankan konsistensi keberadaan event tahunan tersebut. Selain dampak langsung berupa angka kunjungan, konten live streaming video ini dapat memperbesar awareness bagi audiens yang sedang dalam tahapan “look”. Artinya, jika merasa tertarik dengan konten live streaming video tersebut, pengunjung akan menjadikannya
sebagai pertimbangan dan preferensi dalam proses memilih destinasi tujuan wisatanya. b. Penggunaan live streaming video untuk
eksposure branding Pariwisata Indonesia dengan lebih jelas.
Konten live streaming video dapat dijadikan sarana untuk memperkuat pesan dan kesan branding Pariwisata Indonesia yang coba dibangun dalam sebuah gelaran event. Pesan yang disampaikan akan dapat dideliver dengan mudah, melalui pendekatan yang lebih personal lewat fitur komentar dan testimoni pada kedua platform tersebut. Sehingga, adanya miss perception dari branding baik pada event yang sedang berlangsung maupun branding wonderful Indonesia secara global dapat segera diluruskan dan di”tata” sebagaimana mestinya.
Peran komentar dan testimoni dalam menghimpun proses interaksi sangatlah penting. Hal ini karena, konten live streaming video dapat meningkatkan kepercayaan serta membangun hubungan antara produsen dan calon konsumen bukan hanya untuk mengkonversinya menjadi konsumen, bahkan juga menjadikan mereka sebagai donatur (Wowza, 2017). Sehingga jika proses interaksi dilakukan dengan sigap (ditanggapi segera setelah ada interaksi) akan menambah kedekatan antara pemirsa dengan broadcaster. Hal ini penting dilakukan, agar kejelasan dari konten acara maupun penyampaian pesan yang apik tentang citra pariwisata Indonesia, segera dapat diselesaikan jika didapati adanya distraction selama siaran sedang berlangsung.
Terlebih, pemirsa yang sedang menonton konten live streaming video, berpotensi besar untuk dikonversi menjadi calon wisatawan. Diawali dengan ketertarikan, pemirsa event yang tertarik, biasanya akan segera mencari informasi mengenai konten yang ditayangkan. Menurut The Facebook Live Streaming Benchmark Report 2017, Sebanyak 40% konsumen, mengunjungi website dari brand tersebut segera setelah menonton video
iklan dalam konten video streaming (Wowza, 2017). Inilah yang menjadikan facebook dan youtube live menjadi komponen yang penting dalam strategi pemasaran melalui media sosial terutama dalam eksposure branding Pariwisata Indonesia.
c. Konten live streaming video dapat menjelaskan bagaimana brand Pariwisata Indonesia “apa adanya”.
!
Menurut Richard Weaver, dalam Principal at Weaver Injury Law Firm yang dikutip dari forbes.com, membranding merk dengan logo maupun artikel merupakan sebuah ide yang bagus, namun audiens ingin melihat lebih jauh bagaimana brand anda sebenarnya (Olenski, 2016). Keberadaan konten live streaming video mewakili keinginan tersebut. Karena pada konten tersebut, apa yang disajikan sangat informatif, detail dan menampakkan sebuah brand dengan apa adanya tanpa kesengajaan untuk membentuk sebuah persepsi.
Pada prinsipinya wisatawan melalui proses “look” sebelum melangkah ke proses “book” dan “pay”. Live streaming video memberikan pengalaman audiens untuk mencicipi suasana berada di destinasi dan event tersebut. Pada proses look inilah, live streaming video membawa audiens untuk lebih yakin pada proses selanjutnya (book). Ini sesuai dengan apa yang disampaikan Golumn dalam Live Video Statistics: What Consumers Want. Sebanyak 67% keputusan purchasing cenderung dihasilkan setelah audiens menonton konten live streaming video (Golum, 2016)
!
d. Live streaming video dapat “mencuri” waktu tonton dan interaksi pemirsa video dibandingkan dengan video konvensional.
Menurut ComScore dan Facebook (Dikutip dari Brightcove, 2017), pemirsa video online menunjukkan peningkatan keterlibatan dan waktu tonton yang lebih lama saat menonton konten live streaming
video dibandingkan video biasa. Rata-rata tayangan live streaming video 7% lebih lama ditonton dibandingkan rata-rata tampilan video online biasa (Palmiter, 2010). Selaras dengan hal tersebut, facebook menilai bahwa, pengguna menghabiskan waktu 3x lebih banyak untuk menonton konten live streaming video di facebook jika dibandingkan dengan video offline (Kant & Xu, 2016). Hal ini penting menjadi pertimbangan, dengan harapan, semakin panjang durasi tonton pemirsa maka proses komuniasi branding berarti berjalan lebih lama dan hal ini berarti semakin banyak pesan yang dapat diterima oleh pengguna. Terlebih, hampir seluruh event pariwsata yang akan disiarkan memiliki durasi lebih dari 2 jam. Sangat tepat jika mempertimbangkan konten live streaming video sebagai sebuah alternatif, mengingat hanya konten ini yang memiliki peluang untuk ditonton pengguna dalam kurun waktu yang cukup lama.
Kebetahan pengguna saat menonton live streaming video, ideal jika disertai dengan intensitas pengguna dalam mengakses konten tersebut. Ini mengingat, tidak semua pemirsa event ini nantinya berencana untuk menontonnya. Data menunjukkan, bahwa sebanyak 41% pengguna facebook melakukan live streaming setiap minggunya, sedangkan sebanyak 25% mengaksesnya secara harian dan bulanan. Yang perlu ditekankan, akan banyak kemungkinan, audiens baru adalah mereka yang belum pernah menonton konten tersebut sebelumnya. Sehingga, intensitas pengguna dalam menonton konten live streaming video ditambah faktor kebetahan pemirsa konten, akan menghasilkan kuantitas sharing dan viraling yang pada akhirnya akan menambah impresi konten.
Intensitas unggahan yang regular dan konsisten juga memiliki peran penting dalam strategi penggunaan media sosial. Para ahli merekomendasikan sebuah brand dengan minimal 10.000 followers untuk mengunggah postingan ke akun facebook mereka satu hingga lima kali perbulan. Ini akan membantu mereka membangun dan
memelihara followernya juga agar tetap berada di urutan teratas dalam menjangkau calon konsumen baru (Wowza, 2017). Strategi semacam ini harus menjadi pertimbangan, mengingat impresi dari pemirsa dan calon pemirsa merupakan “pintu” pertama sebelum tersampaikannya pesan dari event yang akan disiarkan.
e. Inti dari keberhasilan live streaming video sebuah event adalah story telling.
Dua hal yang membuat konten marketing menjadi kuat dan memikat adalah kekuatan visual dan story tellingnya (Marketeers, 2015). Begitu pula kedua elemen tersebut diaplikasikan dalam event pariwisata. Daya tarik dari sebuah event yang tercermin pada live streaming video dapat merepresentasikan entitas pariwisata yang terstruktur tanpa terkesan disengaja. Oleh karena itu, penting untuk menetapkan rencana proses live streaming dengan baik agar audiens dapat mendapatkan kesan yang terdeliver melalui sebuah event.
Live streaming video juga dapat menampilkan sebuah pesan keberagamaan budaya yang besar dan kepariwisataan Indonesia yang indah dibelakang layar. Dimana sebuah story telling dapat dibangun untuk memperlihatkan manusia yang berperan dibalik wajah destinasi dan event pariwisata Indonesia. Tentu saja, semua hal tersebut ditujukan untuk meyakinkan secara langsung audiens tanpa memperlihatkan kesan branding yang dibuat-buat (alami).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hubspot, Meskipun membutuhkan waktu 2 jam untuk membuat artikel dengan 500 kata, namun penulisan 500 kata dianggap tidak mendeskripsikan dengan baik sebuah brand (Kolowich, 2015). Sedangkan pada konten video, meskipun membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam untuk durasi yang sederhana, namun dapat menjelaskan konten dengan sangat rinci, detail dan apa adanya (Hudson, 2015). Konten live streaming video, dalam hal ini merupakan media yang paling tepat untuk membicarakan sebuah event secara efektif dengan durasi yang lama, namun dengan
persiapan yang seminimal dan semudah mungkin.
!
f. Manfaatkan interaksi langsung dengan pemirsa konten live streaming video.
Kelebihan lain yang dimiliki konten ini adalah adanya interaksi langsung antara broadcaster dengan pemirsa. Menurut survei yang dilakukan oleh research consultancy magic, alasan utama pemirsa menonton live streaming video adalah pertimbangan untuk tetap up-to-date dan senang merasa menjadi bagian dalam sebuah event (Wowza, 2017). Lebih kanjut, dikatakan Kristi Argyilan, Target’s senior vice-president of marketing, customers want to engage in dialogue with a brand and for a brand to be really authentic in how we’re presenting ourselves (Marketeers, 2015). Ini menunjukkan harus adanya kedekatan dan keintiman antara broadcaster dengan pemirsa video. Melalui interaksi ini, pemirsa video dapat dilibatkan dalam berbagai sesi event, seperti tanya jawab, polling, kesan dan pesan yang diakomodir melalui fungsi komentar pada kedua platform. Sehingga, pemirsa akan merasa menjadi bagian dari event yang sedang disiarkan tersebut.
Dari sudut pandang interaksinya, apa yang ditawarkan facebook dan youtube live melalui kemudahan pengguna dalam bertukar komentar, mengirim emoji, bertanya secara langsung, hingga mengajukan live polling, merupakan sebuah keunikan tersendiri. Sifat konten live streaming video yang “spontan”, cenderung menjadikan pengguna untuk ingin membagikan pengalaman menontonnya kepada rekannya untuk ikut menyaksikan.
Pernyataan tersebut didukung oleh hasil report yang dikeluarkan oleh brightcove, because of its fleeting nature, engaged viewers are more likely to urge colleagues or friends to join in on the live video experience as it happens, which makes for a more compelling invitation than on-demand content. This provides an opportunity to capture new viewers and
(Palmiter, 2010). Sifat spontan dan terbatas inilah yang merupakan keunggulan yang hanya bisa didapatkan pada konten live streaming video.
!
g. Siarkan secara konsisten untuk memenangkan persaingan.
!
Pemanfaatan konten live streaming video pada akun facebook dan youtube milik Kemenpar dalam mempromosikan event pariwisata Indonesia, harus dilakukan secara konsisten untuk membangun brand image bahwa “indonesia memiliki banyak event yang menarik dan terjadwal secara konsisten”. Sehingga citra ini akan dapat terdeliver dengan otomatis tanpa memberitahukan secara lugas kepada audiens jika dilakukan secara konsisten dan terintegrasi
Saat ini, live streaming video belum banyak dimanfaatkan secara konsisten disektor pariwisata untuk mempromosikan sebuah event tahunan. Oleh karena itu, dibutuhkan integrasi dalam keseluruhan prosesnya terutama pada tahap pre-event, dimana announcement mengenai keberadaan live streaming pada event pariwisata ini diharapkan dapat diketahui oleh audiens. Inilah yang akan menjadi pembeda dari perhelatan event di Indonesia dibandingkan pesaing, yang secara langsung dapat meningkatkan awareness hingga pada akhirnya akan dikonversi menjadi kunjungan wisatawan.
Yang perlu menjadi pertimbangan adalah, dengan semakin cepatnya arus teknologi beserta perangkat pendukungnya, akan menjadikan konten ini semakin banyak diminati oleh banyak brand untuk mengadopsinya, termasuk brand pariwisata lain. Sebanyak 55% Pengguna yang belum menggunakan konten live streaming video mengaku berencana untuk memulainya dalam kurun waktu 12 bulan! kedepan (Wowza, 2017). Sehingga, untuk menguasi persaingan, Kemenpar harus segera mengaplikasikan konten ini, mengingat peluangnya disektor pariwisata masih sangat terbuka lebar.
Pada prakteknya, proses streaming dikedua Platform (facebook live dan youtube live) ini harus dilakukan secara bersamaan, dengan menggunakan sumber kamera yang sama. Hal ini diperlukan untuk mempermudah proses dilapangan, meminimalisir sumber daya manusia dan menjadikan kualitas output lebih konsisten serta mudah untuk mengontrolnya. Perlu ditekankan bahwa konsistensi kualitas video dari satu event ke event selanjutnya akan mempengaruhi animo audiens untuk terus mengikuti live streaming pada serangkaian event lainnya.
Keterlibatan Genpi & Genwi dalam Pelaksanaan Teknis
Sejak 2015 Kemenpar memprakarsai terbentuknya Komunitas Generasi Pesona Indonesia (GENPI) dan Generasi Wonderful Indonesia (GENWI). Pembentukan GENPI dan GENWI bertujuan untuk melibatkan peran generasi muda dalam menyebarluaskan informasi & mempromosikan pariwisata Indonesia dengan menggunakan media sosial secara massive. Tentu saja keberadaan GENPI dan GENWI memiliki perbedaan dalam fokus lingkup keberadaannya GENPI difokuskan pada wilayah di dalam negeri sedangkan GENWI berfokus pada lingkup mancanegara.
Keberadaan GENPI & GENWI sangat diperlukan dalam mempromosikan event pariwisata menggunakan konten live streaming video ini. Adapun, dalam aplikasinya, peran keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut:
!
a. Peran Generasi Pesona Indonesia (GENPI) Komunitas GENPI dibentuk di setiap daerah di Indonesia. Komunitas ini dibentuk dengan tujuan untuk “viraling” informasi pariwisata, bukan hanya soal destinasi, namun juga kegiatan pemasaran dan informasi terkait pariwisata melalui penggunaan media sosial. Saat ini Genpi telah terbentuk di 25 provinsi di Indonesia, dimana pada akhir tahun 2018 keberadaannya akan tersebar di 34 provinsi di seluruh Indonesia.
GENPI, dibentuk sebagai aktualisasi dari pendekatan terhadap dan oleh generasi milenial. Kebijakan ini pertama kali direalisasikan pada 2016 silam (Syahb & CNN, 2017). GENPI merupakan gabungan antara dua peran dari cabang stakeholder pariwisata Indonesia yang biasa disebut Pentahelix (Academy, Business, Community, Government, Media). Kedua peran tersebut diantaranya adalah peran komunitas sekaligus merangkap sebagai peran media. Sebagai komunitas yang beranggotakan generasi milenial Indonesia, anggota GENPI memiliki ketertarikan yang sama dalam hal pariwisata, apapun pendekatan profesi yang digunakan (baik netizen, bloger, vloger, fotografer, videografer, traveler, jurnalis, reporter maupun influencer). Tentu saja, para anggota haruslah mereka yang secara massive bergerak aktif di media sosial mainstream saat ini seperti twitter, facebook, instagram, youtube, dan sebagainya. Perannya sebagai media, menjadikan anggota GENPI akan mempromosikan konten seputar informasi terkait destinasi wisata, keberlangsungan Calendar of Event (COE), maupun hal-hal terupdate seputar kebijakan Kemenpar yang dikemas “kekinian” (Hakim, 2018).
Sesuai fungsinya sebagai peran komunitas dan Media, saat ini GENPI telah mempunyai aktifitas promosi pariwisata melalui konten live streaming video. Namun, konsep tersebut masih dilakukan untuk mempromosikan pariwisata ditingkat lokal dan nasional menggunakan Bahasa Indonesia. Kemenpar perlu menginisiasi untuk menjadikan level siaran yang dilakukan GENPI dapat dilakukan untuk pangsa pasar internasional, melalui streaming di website, dan akun media sosial yang dikelola dalam laman induk www.indonesia.travel.
Adapun bentuk kontribusi lain yang dapat dilakukan oleh GENPI dalam Pemanfaatan konten live streaming dalam mempromosikan event pariwisata dijelaskan sebagai berikut:
a. Pre Event
1) Berkoordinasi dengan Kemenpar seputar rencana dan strategi pada setiap pelaksanaan event di masing-masing daerah dimana komunitas GENPI Berada
2) Spread the news mengenai keberadaan event pariwisata pilihan di destinasi tersebut
b. On Event
1) Membantu pelaksanaan pengambilan gambar saat live streaming
2) Memviralkan konten live streaming saat sedang berlangsung sekaligus membalas testimoni sesegera mungkin c. Post Event
1) Memviralkan konten live streaming video yang telah berlangsung, sekaligus membalas testimoni yang disampaikan setelah proses streaming selesai
2) Memviralkan timeline event yang akan berlangsung selanjutnya.
!
b. Peran GENWI
Komunitas Generasi Wonderful Indonesia (GENWI) saat ini sudah terbentuk di 5 negara, diantaranya:
1. Singapura
2. Malaysia/ Kualalumpur 3. Thailand / Bangkok 4. China / Shanghai 5. Australia / Melbourne
Dalam hal ini peran penting dari GENWI adalah memviralkan konten yang telah dibuat oleh GENPI bersama Kemenpar, mulai dari pre, on dan post event secara keseluruhan dengan fokus utama untuk mengajak audiens menyaksikan tayangan live streaming video tersebut.
Untuk dapat menjalankan hasil pemikiran sistematis diatas, dibutuhkan upaya ekstra yang dapat dilakukan untuk memudahkan langkah awal dalam pengaplikasian konten live streaming video ini. Penulis mengagas rekomendasi aplikatif yang dapat dilakukan oleh Kemenpar dalam pemanfaatan konten live streaming video dalam mempromosikan event pariwisata Indonesia.
Membuat kampanye “Be Here Now” yang melibatkan publik (wisatawan).
Dilihat dari sisi potensi interaktif yang ditawarkan oleh keberadaan konten live streaming video, dimana audiens dapat berinteraksi dengan suasana, keberadaan wisatawan, serta pengalaman di tempat pelaksanaan event, maka penulis membuat gagasan kampanye untuk lebih memberikan kesan dan memviralkan konten ini. Dengan tujuan untuk memviralkan live streaming video dari setiap event, maka direncanakanlah kampanye "#BeHereNow!”.
Kampanye ini bertujuan untuk menjadikan wisatawan yang hadir disekitar event untuk menjadi buzzer live streaming video yang dibuat, dengan kompensasi dapat menjadi bagian dari video tersebut. Memanfaatkan behaviour dari milenial yang senang menshare kegiatan berwisatanya, kampanye ini ditujukan agar wisatawan yang menjadi bagian dari live streaming video ini memviralkannya.
Beberapa tahapan dalam pelaksanaan kampanye ini dijelaskan sebagai berikut: a. Dalam setiap konten yang di posting
melalui media sosial indonesia.travel milik Kemenpar terkait event ini, dicantumkan bersertanya informasi kampanye di kolom deskripsi, sebagai berikut:
1) Event a,b,c merupakan serangkaian dari event selama 1 tahun
2) Event akan distreaming langsung dari akun media sosial indonesia.travel
3) Wisatawan yang hadir dapat bergabung dalam sesi streaming, dan menyapa rekannya di media sosial melalui campaign #BeHereNow!
4) Informasi lain seperti persyaratan dapat dijelaskan lebih lanjut dalam kolom deskripsi
b. Wisatawan mengetahui keberadaan kampanye dan mendaftar untuk menjadi bagian darinya, baik secara online maupun offline, pada media promosi event yang diunggah Kemenpar di akun media sosial indonesia.travel.
c. Wisatawan menunjukkan bukti unggah dimana wisatawan telah menginformasikan ke akun media sosialnya bahwa akan berada
di event terkait dan mempostingnya. Adapun deskripsi posting adalah sebagai berikut:
1) Menyatakan bahwa wisatawan akan berada di event pada tempat, tanggal, dan jam yang detail.
2) Mengajak rekan media sosialnya untuk ikut menyaksikan event sekaligus keberadaannya dalam live streaming video tersebut.
3) Mencantumkan tagar untuk mempermudah viralnya konten
d. Menautkan link dari live streaming video yang telah berlangsung, kedalam akun media sosial wisatawan dan menambahkan deskripsi yang memberitahukan keberadaan wisatawan di lokasi, menuliskan kalimat ajakan dan menambahkan tagar kemudian mempostingnya.
e. Saat menjadi bagian dari sesi streaming, selain menjawab pertanyaan dan dimintai review seputar event, wisatawan dapat mengirimkan salam, berkomentar maupun memberikan testimoni kepada rekan media sosialnya, dengan brief sebagai berikut: 1) Pesan disampaikan dalam waktu 5 menit. 2) Tidak menyampaikan kekurangan dan
hal negatif mengenai event.
3) Menyampaikan komentar, salam dan testimoni dengan santun tanpa menggunakan kata-kata kotor maupun keluhan.
4) Ditutup dengan mengajak teman dan rekan sosial medianya untuk datang ke Indonesia, serta memberitahukan event yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.
5) Di akhir review, wisatawan dapat menutup broadcastnya dengan mengucapkan "#BeHereNow!"
6) Wisatawan meninggalkan komentar dilaman streaming, berkenaan telah menyaksikannya dalam perhelatan ini dan meminta audiens untuk tetap lanjut menonton serta menuliskan ulang hashtag.
f. Setelah sesi live streaming selesai, tim teknis harus segera menunggah ulang video tersebut. Dengan mencantumkan deskripsi serta melakukan tagging terhadap wisatawan yang telah menjadi bagian live
streaming video. Ucapan terima kasih terhadap kehadiran dan kontribusi wisatawan akan ditampilkan pada profil media! sosial! masing4masing! wisatawan,! untuk! melekatkan! kehadirannya! sebagai! upaya! post! event! serta! memberikan! kesan.!
Adapun contoh pengaplikasian kampanye adalah sebagai berikut:
! ! !
Gambar 5. Contoh media promosi poster online pada pengaplikasian kampanye untuk masa on-event (diolah
Peneliti).
Gambar 6. Contoh media promosi poster online pada pengaplikasian kampanye untuk masa post-event (diolah
Peneliti).
Contoh diatas merupakan aplikasi media promosi poster online yang akan diunggah di kedua platform tersebut sebelum, saat dan sesudah event. Jika diamati, dari setiap media tersebut didapati informasi tentang keberadaan dan waktu live streaming. Namun yang perlu ditekankan adalah, dari satu promosi ke promosi lain, peletakan informasi adanya sesi live streaming harus ditampilkan secara konsisten.
Gambar 7. Contoh media promosi poster online pada pengaplikasian kampanye untuk masa pre-event (diolah
Peneliti).
!
Sehingga pada akhirnya wisatawan akan menerima pesan bahwa saat ini Pariwisata Indonesia telah go live.
!
IV. KESIMPULAN
Pemanfaatan konten live streaming video dirasa perlu sebagai solusi untuk mempertahankan branding Pariwisata Indonesia yang telah dibangun (Sejak pertama kali slogan wonderful Indonesia diluncurkan oleh Kemenpar pada 2011). Terlebih, adanya penurunan alokasi anggaran branding secara drastis, menjadikannya sebagai satu-satunya solusi aplikatif yang dapat dilakukan dengan
cepat, tanpa mengeluarkan biaya yang besar (more for less).
Adanya prediksi peningkatan akses konten sebesar 82% dari keseluruhan lalu lintas internet dunia pada tahun 2020, ditambah peningkatan jumlah pengguna dari tahun ke tahun, menjadikan konten live streaming video dapat digunakan secara strategis untuk mempromosikan event-event pariwisata. Salah satu momentum yang dapat digunakan Kemenpar sebagai konten promosi menggunakan media tersebut adalah 100 Wonderful Event Indonesia 2018.
Pada prakteknya, konten live streaming video ini digunakan dalam 2 platform media sosial yaitu facebook live dan youtube live. Kedua platform tersebut dipilih dengan pertimbangan teknis (sesuai dengan konten event pariwisata) dan pertimbangan jumlah, serta interaksi penggunanya.
Setidaknya, peneliti memberikan 7 masukan strategis dalam pemanfaatan konten tersebut. Diantaranya, dilihat dari sisi luasnya jangkauan audiens, kejelasan dalam exposure branding, penyampaiannya yang komunikatif, meningkatnya waktu tonton pengguna, kemudahan menyampaikan pesan melalui story telling, menjaga kedekatan dengan wisatawan melalui interaksi langsung, serta konsistensi dan integrasi antar platform untuk memenangkan persaingan.
Secara teknis, untuk mempermudah pelaksanaannya, Kemenpar dapat berkolaborasi dengan GENPI serta GENWI agar terlibat pada proses pre, on dan post event dalam pemanfaatan konten live streaming video dalam mempromosikan event pariwisata indonesia.
V. REKOMENDASI
1. Dalam pelaksanannya, pemanfaatan konten live streaming untuk mempromosikan event pariwisata di Indonesia sangat bergantung pada keterlibatan aktif publik. Dengan adanya keterlibatan tersebut, konten akan lebih mudah viral. Hal ini dikarenakan semakin banyak publik yang terlibat semakin banyak video yang akan dibagikan di setiap media sosial pengguna. Kedepan, keterlibatan publik juga perlu diperluas.
Bukan hanya, masyarakat, keterlibatan komunitas penggiat wisata dan agen perjalanan dapat ditingkatkan dengan diadakannya aktifitas dukungan semacam kompetisi tayangan video live streaming. Yang pada akhirnya, akan berpengaruh pada sektor ekonomi kreatif, melalui pemanfaatan iklan berbayar pada video yang diupload masing-masing pengguna. 2. Pada langkah awal penerapan konten ini,
perlu keterlibatan aktif GENPI dan GENWI, untuk mempermudah proses broadcast di lapangan. Selain untuk membantu proses pelaksanaan streaming, keluasan jejaring dan kapasitas kedua komunitas tersebut dalam memviralkan konten live streaming video sangatlah diperlukan.
3. Diperlukan petunjuk teknis untuk menentukan standar pelaksanaan lapangan, sehingga konten yang ditampilkan dari satu event ke event lainnya akan terjaga kualitasnya.
4. Penelitian ini perlu dikembangkan lebih lanjut secara multidisiplin. Untuk melihat dampak berganda dari pemanfaatan konten ini setelah kurun waktu tertentu.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Adikurnia, I.M. (2018). Tahun 2018, Kemenpar Fokus pada Penjualan Paket Wisata – Kompas.com.
BPS. (2010). Sensus Penduduk 2010.
BPS. (2017). Statistik Sumber Daya Laut dan Pesisir.
Brightcove. (2017). Live Streaming Video Across The Enterprise. Boston.
Gillbert, B. (2018). Youtube now has over 1,8 billion users every month, within spitting distance of Facebook’s 2 billion.
Golum, C. (2016). Live Video Statistic: Whtas Consumers Want [Infographic].
Hakim, I.N. (2018). Pergeseran Budaya Siber dan Visual di Sektor Pariwisata
Indonesia.
Hudson, S. (2015). Life as a Vlogger: What’s it Like? We Asked 10 YouTubers.
Kant, V & Xu, J (2016). Taking into account Live Video When Ranking Feed.
Kemenpar. (2018). Social Media Report 2017. Kolowich, L. (2015). How Long Should It
Take You to Write a Blog Post? [New Data]
Margaret Rouse. (2008). What is streaming video? – Definition from What Is.com Marketeers. (2015). Kekuatan Visual
Storytelling dalam Content Marketing | Marketeers – Majalah Bisnis& Marketing Online – Marketeers.com Marthinusen, L. (2017). Social media trends in
2018: Live streaming dominates the social media landscape.
Mo. (2017). 2018 Social Media Trends.
Morris, J. (2016). Live Streaming Video
Report.
Olenski, S. (2016). The Benefits to Brands of Using Live Streaming.
Palmiter, A. (2010). Live Streaming Video Jumps 600% in Past Year.
Tessar, Nofie. (2017). Biar Mendunia, PKB 2017 Bakal Didigitalisasi oleh Bali Go Live – Lifestyle Liputan 6.com.
WEF. (2017). Travel and Tourism
Competitiveness Report 2017 – Reports – World Economic Forum.
Wowza. (2017). The Facebook Live Streaming Benchmark Report 2017.
www.statista.com. (2014). Average age of social media users.
www.thinkdigital.travel. (2015). Facebook Launches Lates Live Streaming Service – Digital Tourism Think Tank.
Yahoo. (2016). Tune in to The Live Video Opportunity.
PENGGUNAAN TEKNOLOGI REALITAS TERTAMBAH
UNTUK MENINGKATKAN PENGALAMAN BERWISATA
BUDAYA DI BALI
Gde Indra Bhaskara 1)
Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana
!! !
ABSTRAK
Industri pariwisata warisan budaya (cultural heritage tourism) pada umumnya dituntut untuk secara terus menerus kreatif mencari strategi baru untuk menarik dan melibatkan wisatawan secara aktif dalam menikmati produk wisata jenis ini. Namun, pengelola jenis pariwisata ini pada umumnya menghadapi kekurangan dalam pemasaran dan daya saing. Salah satu cara untuk mendapatkan keunggulan kompetitif adalah implementasi Teknologi Realitas Tertambah atau yang dikenal dengan nama Augmented Reality. Penelitian ini meneliti bagaimana penggunaan teknologi Realitas Tertambah dapat meningkatkan nilai manfaat bagi wisatawan di Bali. Metodelogi yang dipergunakan adalah observasi studi kegunaan. Penelitian terhadap kegunaan melibatkan pengguna yang mencoba menggunakan sebuah purwarupa. Purwarupa disini adalah realitas tertambah yang mencoba menghadirkan suasana tiga tempat wisata di Bali (Kuta, Sanur dan Uluwatu), kembali ke tahun 1970-1980an, ke zaman sebelum Mass Tourism menjadi ancaman seperti saat ini. Metode observasi studi kegunaan banyak digunakan untuk memahami bagaimana orang bekerja dengan peralatan seluler seperti ponsel dan tablet di zaman sekarang ini. Metode lainnya adalah Think a loud protocol suatu metode observasi yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh jawaban dari seorang atau pengguna yang sedang mencoba suatu perangkat teknologi baru. Hasil yang diharapakan dalam penelitian ini adalah menghasilkan suatu aplikasi yang bermanfaat untuk menambah pengalaman wisatawan di Bali dan mempunyai nilai manfaat lebih serta pada akhirnya menarik wisatawan untuk lebih menghargai budaya dan sejarah Bali dan pariwisatanya.
Kata kunci: realitas tertambah, pariwisata, warisan budaya, nilai, manfaat, kualitas !
I. PENDAHULUAN
Wisatawan pada umumnya adalah "value-driven", digerakkan oleh nilai manfaat (Yüksel dan Yüksel 2002) saat mereka mencari pengalaman (dalam hal ini berwisata) untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Kebutuhan dan keinginan ini didasari pada apa yang mereka hargai dan bagaimana mereka merasakan nilai manfaat tersebut.
Pentingnya memberikan nilai manfaat dan unggulan kepada wisatawan di industri pariwisata dan perhotelan diakui sebagai sumber keunggulan kompetitif (competitive advantage) (Al-Sabbahy dkk. 2004; Prebensen dkk. 2016).
Perlu diketahui bersama bahwa dalam penciptaaan suatu nilai manfaat dan kualitas sudah mengalami perubahan, dari yang tradisional
dimana nilai manfaat dan kualitas diciptakan oleh produsen ke konsumen ke nilai manfaat yang diciptakan secara bersama-sama, dalam hal ini produsen, konsumen dan stakeholder lainnya (Vargo dan Lusch, 2004). Prahalad dan Ramaswamy (2004) menyebutkan pergeseran dalam penciptaan suatu nilai manfaat telah terjadi, dimana pada jaman dahulu produk dihasilkan oleh produsen , untuk kemudian dipromosikan ke konsumen tanpa umpan balik dari konsumen sebagai calon pengguna , akan tetapi sekarang ini, produk dihasilkan dengan campur tangan dari berbagai stakeholder (produsen, konsumen dan distributor). Keputusan untuk melibatkan berbagai stakeholder ini diharapakan akan menghasilkan barang atau jasa yang menguntungkan dan mempunyai nilai manfaat dan kualitas kepada semua pihak.
Pelibatan konsumen dalam menentukan nilai manfaat suatu produk diakibatkan karena pendidikan mereka semakin tinggi, informasi yang mereka dapatkan sangat mudah dan mempunyai jaringan yang luas (Neuhofer dkk 2013). Konsumen yang berpendidikan luas ini cenderung ingin terlibat aktif dalam menentukan nilai manfaat dari produk yang mereka konsumsi (ibid). Terlebih jika produk tersebut adalah sebuah teknologi yang sedang berkembang seperti Realitas Tertambah.
Realitas Tertambah, yang selanjutnya dipersingkat menjadi RT adalah salah satu teknologi yang paling inovatif dan menarik (Attila dan Edit, 2012; Jung dan Han, 2014), dan bahwa RT diyakini akan mendorong penciptaan nilai manfaat dan kualitas yang tinggi serta pengalaman yang sepenuhnya berdasarkan teknologi terkini (Neuhofer dkk. 2013). Secara khusus, RT dalam Bahasa Inggris dikenal dengan nama Augmented Reality (AR), suatu teknik visualisasi
yang melapiskan informasi virtual di atas pandangan dunia nyata pada lokasi tiga dimensi yang nyata (Kounavis dkk. 2012), adalah metode populer untuk meningkatkan kemampuan kognitif pengguna untuk menghargai lingkungan secara real time (Azuma dkk. 2001). RT memberikan peluang untuk memberikan nilai manfaat dan kualitas pengalaman berwisata. Menurut Yovcheva dkk (2013)
memanfaatkan RT akan
memaksimalkan pengalaman dan kepuasaan wisatawan dengan asumsi bahwa para wisatawan akan menerima secara penuh penggunaan RT ini.
Han dkk. (2013) menegaskan bahwa pemanfaatan RT masih menjadi isu baru dalam dunia pariwisata karena Teknologi ini belum disempurnakan. Selain itu, studi empiris tentang RT di sektor pariwisata jarang ditemui, termasuk pula tentang mengapa orang menggunakan RT atau efek penggunaannya di tempat tujuan wisata. Hanya sedikit penelitian tentang hubungan antara R T dan wisatawan di tujuan wisata, meskipun hubungan antara wisatawan-teknologi telah dipelajari dalam banyak konteks baik secara teoritis maupun praktis (Chung dkk. 2015 dan Han dkk 2013). Pengintegrasian RT yang sukses ke dunia pariwisata khususnya Pariwisata Warisan Budaya akan memberikan kontribusi penting. Kontribusi penting disini adalah memberi nilai manfaat unggulan bagi wisatawan ke Bali, karena selain akan memperoleh hiburan, mereka juga akan mendapatkan pendidikan tentang sejarah kawasan wisata di Bali serta budayanya.
II. PEMBAHASAN
2.1. Realitas Tertambah
Realitas Tertambah telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, dan saat ini ponsel menggabungkan semua teknologi yang