• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Schwartz Values Pada Anggota Himpunan Keluarga Masyarakat Toraja di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Schwartz Values Pada Anggota Himpunan Keluarga Masyarakat Toraja di Kota Bandung."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

iii

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran Schwartz value pada anggota Himpunan Keluarga Masyarakat Toraja di kota Bandung. sampel penelitian ini adalah 226 orang dengan usia antara 35-65 tahun atau di kurun dewasa madya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey deskriptif. Teori yang digunakan adalah value dari Schwartz (1990). Value pada penelitian ini terdiri atas 10 tipe value, yaitu self-direction, stimulation, hedonism, achievement, power, tradition, conformity, security, benevolence dan universalism.

Alat ukur yang digunakan adalah Portrait Value Questionnaire (PVQ) yang dikembangkan oleh Schwartz (1992). Data yang didapat berskala ordinal dan diolah dengan mencari mean, korelasi dan Smallest Space Analysis. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling.

Berdasarkan pengolahan data, didapatkan content, structure dan hierarchy value. Dalam content ada beberapa value yang tersebar pada region value yang lain seperti hedonism, conformity dan achievement. Ada juga item value yang tidak berada pada regionnya, seperti yang dikatakan Schwartz (1990). Pada region universalism value terdapat item stimulation value. Pada region power value terdapat item hedonism, achievement, security dan universalism value. Pada region stimulation value terdapat item tradition value. Pada region security value terdapat item hedonism, tradition, achievement dan conformity value. Pada region benevolence value terdapat item self-direction dan conformity value. Pada region self-direction value terdapat item achievement, conformity, hedonism dan security value. Terakhir pada region tradition terdapat item benevolence, conformity, achievement dan self-direction.

Pada struktur teridentifikasi hubungan compatibilities yang sesuai dengan teori Schwartz. Namun hubungan conflict tidak sesuai dengan teori Schwartz karena semua hubungan conflict pada penelitian ini berhubungan compatible.

Hierarchy value pada penelitian ini adalah security, conformity, benevolence, universalism, self-direction, tradition, achievement, stimulation, hedonism dan power value.

(2)

vii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

LEMBAR PENGESAHAN…...ii

ABSTRAK...……...iii

KATA PENGANTAR……...iv

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR BAGAN...xi

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR GAMBAR...xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah...1

1. 2. Identifikasi Masalah...15

1. 3. Maksud dan Tujuan Penelitian...16

1.3.1. Maksud Penelitian...16

1.3.2. Tujuan Penelitian...16

1. 4. Kegunaan Penelitian...16

1. 4. 1. Kegunaan Teoritis...16

1. 4. 2. Kegunaan Praktis...17

1.5. Kerangka Pikir...17

(3)

viii

Universitas Kristen Maranatha BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Value...29

2.1.1. Definisi Value...29

2.1.2. Tipe-tipe Value...30

2.1.3. Dinamika dan Struktur Value...33

2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Value...37

2.1.4.1. Latar Belakang Individu...37

2.1.4.2. Latar Belakang Sosial...40

2.1.4.3. Sikap dan Perilaku...40

2.1.4.4. Agama...41

2.1.5. Value dan Konsep-konsep Lain...42

2.1.6. Transmisi Value...44

2.1.6.1 Akulturasi dan Enkulturasi...44

2.1.6.2. Strategi-strategi Akulturasi...50

2.2. Budaya Toraja...51

2.2.1. Definisi Kebudayaan...51

2.2.2. Unsur-unsur Kebudayaan...51

2.2.3. Torajanese Values...53

2.3. Tahap Perkembangan Dewasa Madya...58

2.3.1. Teori Perkembangan Psikososial dari Erik Erikson ( Generativity vs Stagnation)...58

2.3.2. Perkembangan Kognitif...60

(4)

ix

Universitas Kristen Maranatha

2.3.3.1. Pernikahan pada Usia Dewasa Madya...61

2.3.3.2. Relasi dengan Orang Tua yang Lanjut Usia...62

2.3.3.3. Relasi dengan Sibling...64

2.3.4. Pertemanan...65

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian...67

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……...68

3.2.1. Variabel Penelitian...68

3.2.2. Definisi Operasional...68

3.3. Alat Ukur………..………...70

3.3.1. Kuesioner………...70

3.3.2. Prosedur Pengisian...72

3.3.3. Sistem Penilaian………....……….72

3.3.4. Data Penunjang………...……..73

3.3.5. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur...73

3.3.5.1. Validitas Alat Ukur...73

3.3.5.2. Reliabilitas Alat Ukur...74

3.4. Populasi sasaran Teknik Sampling...74

3.4.1. Populasi Sasaran...74

3.4.2. Karakteristik Populasi...74

3.4.3. Teknik Sampling...75

(5)

x

Universitas Kristen Maranatha

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...77

4.1. Gambaran Responden…………...………...77

4.2. Hasil Penelitian……….………...80

4.2.1. Content...80

4.2.2. Structure...82

4.2.3. Hierarchy...84

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ...97

4.3.1. Content...85

4.3.2. Structure...96

4.3.3. Hierarchy...99

BAB V.KESIMPULAN DAN SARAN...107

5.1. Kesimpulan ... 107

5.2. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA...110

DAFTAR RUJUKAN...112

(6)

xi

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

Daftar Bagan

(7)

xii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kisi-kisi Alat Ukur Schwartz Value...71

Tabel 3.2. Validitas Alat Ukur...73

Tabel 3.3. Reliabilitas Alat Ukur...74

Tabel 4.1 Jenis Kelamin...77

Tabel 4.2 Tingkat Usia...77

Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan...78

Tabel 4.4 Lama Berdomisili...78

Tabel 4.5 Penghayatan Sebagai Orang Toraja...79

Tabel 4.6 Penggunaan Bahasa Sehari-hari...79

Tabel 4.7 Korelasi antar tipe value...82

(8)

xiii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

(9)

xiv

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

(10)
(11)

KUESIONER Petunjuk soal:

Disini terdapat gambaran-gambaran singkat mengenai seseorang. Silahkan baca setiap gambaran tersebut dan tentukan sejauh mana gambaran itu memiliki kemiripan dengan anda.

Berilah tanda silang (X) pada kolom yang telah tersedia dengan keterangan sebagai berikut: SS : pernyataan tersebut sangat serupa dengan saya

S : pernyataan tersebut serupa dengan saya AS : pernyataan tersebut agak serupa dengan saya SdS : pernyataan tersebut sedikit serupa dengan saya TS : pernyataan tersebut tidak serupa dengan saya

StS : pernyataan tersebut sama sekali tidak serupa dengan saya

No. Pertanyaan SS S AS SdS TS StS

1. Memikirkan ide-ide baru dan menjadi kreatif merupakan sesuatu yang penting baginya. Dia senang melakukan sesuatu dengan caranya sendiri yang orisinil.

2. Menjadi kaya merupakan sesuatu yang penting baginya. Dia ingin memiliki banyak uang dan barang-barang yang mahal.

3. Dia pikir adalah sesuatu yang penting bahwa setiap orang di dunia diperlakukan sederajat. Dia percaya bahwa setiap orang mesti mendapatkan kesempatan yang sama dalam hidup.

4. Menunjukkan kemampuan yang dia miliki merupakan sesuatu yang sangat penting baginya. Dia ingin orang-orang mengagumi apa yang dia lakukan.

(12)

6. Melakukan banyak hal yang berbeda dalam hidup merupakan sesuatu yang penting baginya. Dia selalu mencari hal-hal baru untuk dicoba.

7. Dia percaya bahwa orang-orang mesti melakukan apa yang dikatakan kepada mereka. Dia pikir orang-orang sebaiknya mengikuti aturan setiap saat, bahkan ketika tidak ada orang yang mengawasi.

8. Mendengarkan orang-orang yang berbeda dengannya adalah sesuatu yang penting baginya. Bahkan ketika dia tidak sependapat dengan mereka, dia tetap ingin memahami mereka.

9. Dia pikir merupakan sesuatu yang penting untuk tidak menginginkan lebih daripada yang dia miliki. Dia percaya bahwa orang-orang mesti merasa puas dengan apa yang mereka miliki.

10. Dia mencari setiap kesempatan untuk bersenang-senang. Melakukan sesuatu yang memberikan kesenangan bagi dia merupakan sesuatu yang penting baginya.

11. Mengambil keputusan-keputusan sendiri mengenai apa yang dia lakukan merupakan sesuatu yang penting baginya. Dia senang bebas untuk merencanakan dan memilih kegiatan-kegiatan untuk dirinya sendiri.

12. Menolong orang-orang di sekitarnya merupakan sesuatu yang sangat penting baginya. Dia ingin memperhatikan keadaan (fisik dan mental) mereka.

13. Menjadi sangat berhasil merupakan sesuatu yang penting baginya. Dia senang membuat orang lain terkesan padanya.

14 Keadaan negara yang aman merupakan sesuatu yang sangat penting baginya. Dia pikir negara harus waspada terhadap ancaman-ancaman yang berasal dari luar maupun dari dalam.

15. Dia senang mengambil resiko. Dia selalu mencari petualangan-petualangan.

16. Selalu berperilaku sopan merupakan sesuatu yang penting baginya. Dia ingin menghindari melakukan hal apapun yang dianggap salah oleh orang-orang.

(13)

mengabdikan dirinya kepada orang-orang yang dekat dengannya

19. Dia berkeyakinan kuat bahwa orang-orang mesti menjaga alam. Merawat lingkungan hidup merupakan sesuatu yang penting baginya.

20. Keyakinan agama adalah sesuatu yang penting baginya. Dia berusaha kuat untuk melakukan kewajiban-kewajiban agamanya.

21. Barang-barang dalam keadaan teratur dan bersih merupakan sesuatu yang penting baginya. Dia benar-benar tidak senang barang-barang berada dalam keadaan berantakan.

22. Tertarik pada banyak hal merupakan sesuatu yang penting baginya. Dia senang menjadi ingin tahu dan mencoba memahami segala sesuatunya.

23. Dia percaya bahwa semua penduduk dunia mesti hidup harmonis. Meningkatkan kedamaian di antara semua kelompok di dunia merupakan sesuatu yang penting baginya.

24. Berambisi adalah sesuatu yang penting baginya. Dia ingin menunjukkan betapa mampunya dia.

25. Dia pikir melakukan hal-hal dengan cara tradisional merupakan cara yang terbaik. Melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sudah saya pelajari merupakan sesuatu yang penting baginya.

26. Menikmati kesenangan-kesenangan hidup merupakan sesuatu yang penting baginya. Dia suka memanjakan dirinya.

27. Memberikan suatu respon terhadap kebutuhan-kebutuhan orang lain merupakan sesuatu yang penting baginya. Dia mencoba untuk mendukung mereka yang dia kenal.

28. Dia percaya bahwa dia mesti selalu menunjukkan hormat kepada orang tuanya dan orang-orang tua lain. Kepatuhan merupakan sesuatu yang penting baginya.

29. Dia ingin semua orang diperlakukan secara adil, bahkan orang-orang yang tidak dia kenal. Melindungi anggota masyarakat yang lemah merupakan sesuatu yang penting baginya.

(14)

31. Dia berusaha sekuat tenaga supaya tidak jatuh sakit. Kesehatan adalah sesuatu yang penting baginya.

32. Kemajuan dalam hidup merupakan sesuatu yang penting baginya. Dia berusaha sekuat tenaga untuk lebih baik dari yang lain.

33. Memaafkan orang yang telah menyakiti dirinya merupakan sesuatu yang penting. Dia berusaha melihat sisi baik mereka dan tidak mendendam.

34 Mandiri merupakan sesuatu yang penting baginya. Dia lebih mengandalkan dirinya sendiri.

35. Stabilitas pemerintahan merupakan hal yang penting. Dia gelisah bila tatanan sosial terganggu, sehingga tatanan sosial harus dijaga.

36. Dia berpandangan penting untuk bersikap sopan pada orang lain. Dia berusaha untuk tidak mengganggu dan menjengkelkan orang lain.

37. Dia benar-benar ingin menikmati hidup. Memiliki waktu untuk bersenang-senang merupakan sesuatu yang penting baginya.

38. Penting baginya untuk rendah hati dan sederhana. Dia tidak berusaha menarik perhatian orang kepada dirinya.

39. Dia selalu menginginkan menjadi orang yang membuat keputusan. Dia senang menjadi seorang pemimpin.

(15)

PRAKATA

Saya dari Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha saat ini tengah menyusun tugas akhir yang berjudul “STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SCHWARTZ VALUES PADA ANGGOTA HIKMAT DI KOTA BANDUNG”.

Sehubungan dengan hal di atas, saya selaku peneliti memohon kerjasama dan kesediaan saudara untuk memberikan data dan informasi dengan cara mengisi kuesioner berikut ini. Saudara diharapkan mengisi kuesioner ini dengan jujur dan sesuai dengan keadaan diri anda.

Data yang anda berikan sangat bermanfaat bagi penelitian ini. Selain itu, data yang anda berikan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini dan akan dijamin kerahasiaannya.

Atas kerjasama dan kesediaannya saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

(16)

DATA PENUNJANG

Isilah beberapa pertanyaan dibawah ini dengan menjawab pertanyaan atau memberikan tanda silang (X) pada kotak yang tersedia, sesuai dengan diri Saudara:

1. Jenis Kelamin : □ Laki-laki □ Perempuan

2. Usia : … tahun

3. Bahasa sehari-hari : □ Bahasa Toraja □ Bahasa Indonesia □ Bahasa Sunda □ Lain-lain, yaitu …. 4. Pendidikan Terakhir : □ Sekolah Dasar (SD)

□ Sekolah Menengah Pertama (SMP) □ Sekolah Menengah Atas (SMA) □ Diploma-3

□ Strata 1

□ Strata 2 / Strata 3 5. Lama Berdomisili di Bandung : … tahun

6. Apakah anda menghayati* diri sebagai orang Toraja?

□ Ya, alasannya : ___________________________________________________________ □ Tidak, alasannya : ________________________________________________________

* Menghayati : -. Bangga dan mengakui diri sebagai orang Toraja -. Menjalani nilai-nilai leluhur Toraja

-. Melakukan kegiatan adat Toraja

7. Saya berinteraksi dengan tetangga, rekan kerja, teman gereja yang usianya lebih tua daripada saya dan berasal dari suku Toraja :

□ Ya, hal tersebut mempengaruhi saya dalam : ___________________________________ _______________________________________________________________________ □ Tidak

8. Saya memiliki teman dari suku Toraja dan berusia sama dengan saya :

(17)

□ Tidak

9. Menurut saya, menjalankan dan mengikuti tradisi budaya Toraja sebagai budaya leluhur saya:

□ Penting □ Kurang Penting □ Tidak Penting

Tradisi yang masih dilakukan :

□ Rambu Tuka : □ Rampanan Kapa / Pernikahan

Alasan : ________________________________________ □ Aluk Tananan / Syukuran Panen

Alasan : ________________________________________ □ Mangrara Banua / Syukuran rumah baru

Alasan : ________________________________________ □Aluk Ma’lolo / Syukuran Kelahiran anak

Alasan : ________________________________________ □ Rambu Solo

Alasan : ___________________________________________________________________ 10. Sebutkan orang-orang yang berpengaruh terhadap diri anda dan berasal dari kebudayaan

mana :

________________________________________________________________________ □ Hal tersebut mempengaruhi saya dalam : ______________________________________

_______________________________________________________________________

12. Saya memiliki teman kerja dan tetangga yang bukan orang Toraja dan berusia sama dengan saya :

(18)

13. Value Toraja yang menurut saya penting :

(Isilah tabel di bawah ini dengan memberi tanda checklist ( √ ) pada kolom yang tersedia)

SP : pernyataan tersebut sangat penting dengan saya P : pernyataan tersebut penting dengan saya

AP : pernyataan tersebut agak penting dengan saya SdP : pernyataan tersebut sedikit penting dengan saya TP : pernyataan tersebut tidak penting dengan saya

StP : pernyataan tersebut sama sekali tidak penting dengan saya

No. Value SP P AP SdP TP StP

1. Orang Toraja harus memiliki banyak anak, banyak sawah dan memiliki banyak kerbau sebagai lambang kekayaan yang menentukan kebahagiaan.

2. Orang Toraja harus mencintai kedamaian dan bersedia menderita demi kebaikan masyarakat umum.

3. Orang toraja harus harus menghadiri acara ritual rambu tuka’

dan rambu solo karena hal tersebut mempererat dan memelihara kekerabatan.

4. Orang toraja harus menjaga harga diri keluarga besar dengan cara tidak membuat masalah dan selalu berbuat baik kepada semua orang.

(19)

rumah dengan baik.

6. Orang toraja harus menjaga kesopanan dalam lingkungan masyarakat khususnya pada orang yang lebih tua.

7. Orang toraja harus bekerja keras agar dihargai oleh orang lain.

8. Orang toraja harus bertingkah laku baik dalam bersosialisasi agar tidak menjadi pembiacaraan masyarakat.

9. Orang toraja harus menikah karena pernikahan merupakan peluang mendapatkan keturunan, sawah dan kerbau (tallu lolona) yang sangat penting bagi orang Toraja.

10. Orang Toraja harus mengendalikan tindakannya dan juga memenuhi janji.

11. Orang Toraja harus harus berbicara jujur terutama pada orang tua dan orang-orang yang lebih tua.

(20)

berinteraksi_dengan_orang_lebih_tua_dari_toraja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid ya 195 86.3 86.3 86.3

tidak 31 13.7 13.7 100.0 Total 226 100.0 100.0

teman_dari_suku_toraja_berusia_sama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid ya 201 88.9 88.9 88.9

tidak 25 11.1 11.1 100.0 Total 226 100.0 100.0

menjalankan_tradisi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid penting 169 74.8 74.8 74.8

(21)

rambu_tuka

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak menjalankan 32 14.2 14.2 14.2

1 tradisik 70 31.0 31.0 45.1 2 tradisi 57 25.2 25.2 70.4 3 tradisi 34 15.0 15.0 85.4 4 tradisi 33 14.6 14.6 100.0 Total 226 100.0 100.0

rambu_solo

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak menjalankan 69 30.5 30.5 30.5

menjalankan tradisi 157 69.5 69.5 100.0 Total 226 100.0 100.0

orang_berpengaruh

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Orang tua 72 31.9 31.9 31.9

(22)

berinteraksi_dengan_orang_lebih_tua_bukan_toraja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid ya 189 83.6 83.6 83.6

tidak 37 16.4 16.4 100.0 Total 226 100.0 100.0

teman_usia_sama_bukan_toraja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid ya 191 84.5 84.5 84.5

tidak 35 15.5 15.5 100.0 Total 226 100.0 100.0

VT_kebahagiaan_kekayaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid sangat tidak penting 19 8.4 8.4 8.4

(23)

VT_kedamaian

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(24)

VT_penghormatan_terhadap_tamu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(25)

VT_disukai_semua_orang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(26)

VT_kejujuran

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid sedikit penting 8 3.5 3.5 3.5

agak penting 4 1.8 1.8 5.3 penting 82 36.3 36.3 41.6 sangat penting 132 58.4 58.4 100.0 Total 226 100.0 100.0

VT_penonjolan_diri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid sangat tidak penting 7 3.1 3.1 3.1

(27)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kesatuan yang bersifat majemuk karena memiliki beragam suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Berbagai suku bangsa ini memiliki ciri-ciri budaya yang khas dan tidak dapat ditemukan pada budaya yang lain. Salah satu suku bangsa yang kebudayaannya khas adalah suku Toraja. Suku Toraja menempati Provinsi Sulawesi Selatan bagian utara. Suku Toraja telah mendiami daerah utara tersebut mulai dari sekitar tahun 1300-an. Menurut N. Adriani, A.C Kruyt, H. van der Veen dan antropolog-antropolog, linguis, serta etnolog lainnya dari Barat, Toraja dilokalisasikan di Sulawesi bagian tengah (http://ilovetoraja.blogspot.com/2008_04_01_archive.html).

Sebagai suatu budaya yang khas, maka kegiatan peradatan yang tetap diemban oleh suku Toraja sampai saat ini memiliki ciri yang tetap dipertahankan sejak zaman dahulu dalam bentuk aktivitas budaya. Aktivitas budaya yang dimiliki oleh suku Toraja dijalankan berdasarkan agama leluhur nenek moyang yang disebut dengan

(28)

2

Universitas Kristen Maranatha begitu saja melainkan kembali ke tempat yang dianggap sebagai alam arwah dan untuk memberikan tempat yang baik di alam arwah harus dilakukan upacara untuk menghormati tradisi. Oleh sebab itu sampai saat ini suku Toraja masih menempatkan berbagai acara adat sebagai hal yang sangat penting karena menyangkut status dan kedudukan nenek moyang/leluhur yang akan ditempati di akhirat nanti

(http://www.torajaindonesia.com/2010/02/aluk-todolo-agama-leluhur-suku-toraja.html).

Upacara-upacara yang dilakukan oleh masyarakat Toraja diwariskan secara turun-temurun melalui ajaran orang tua pada anaknya. Hal ini dikarenakan masyarakat Toraja sering mengadakan upacara-upacara di lingkungan rumah mereka sehingga anak muda juga turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Upacara-upacara yang dilakukan masyarakat Toraja walaupun dilakukan oleh satu keluarga tapi keluarga-keluarga lain yang tinggal dalam satu wilayah akan turut membantu dalam pengadaan upacara tersebut. Hal ini menjadikan upacara tersebut bukanlah lagi upacara satu keluarga tapi merupakan upacara satu wilayah daerah.

Terdapat dua sistem upacara dalam masyarakat Toraja yang mengikuti dasar

aluk todolo, yaitu upacara Rambu Tuka’ atau upacara yang berhubungan dengan acara syukuran dan upacara Rambu Solo’ atau upacara pemakaman. Dalam kehidupan adat masyarakat Toraja, kedua upacara ini dianggap penting dan sampai saat ini keberadaannya terus dilestarikan.

(29)

3

Universitas Kristen Maranatha yang dalam bahasa Toraja disebut siri’ mate. Hal ini dikarenakan terdapat anggapan bahwa kesempurnaan upacara kematian dan status sosial dalam hidup akan menentukan posisi arwah, apakah sebagai bombo (arwah gentayangan), tomembali puang (arwah yang mencapai tingkat dewa) atau deata (dewa pelindung). Orang yang meninggal dianggap benar-benar meninggal setelah dilangsungkan upacara maka biasanya orang mati yang belum dilaksanakan upacara akan diletakan di tempat biasanya dia berada (kamar pribadi orang yang meninggal tersebut).

Upacara-upacara tersebut tidak hanya berdimensi religi tetapi juga sosial. Semakin tinggi tingkat stratifikasi sosial seseorang maka upacara yang dilakukan akan semakin lama dan juga semakin banyak kerbau yang dipotong. Dalam kepercayaan asli, kerbau dipercaya sebagai kendaraan arwah menuju alam arwah atau surga. Selain bernilai materiil kerbau juga bernilai religius. Maka tak heran upacara yang digelar oleh rapasan sapu randanan (bangsawan tinggi) dapat berlangsung minimal 7 hari dengan jumlah kerbau minimal 12 ekor. Dengan demikian upacara kematian ini juga menggambarkan seberapa tinggi strata sosial yang dimiliki oleh keluarga dari pihak yang meninggal.

(30)

4

Universitas Kristen Maranatha Upacara adat dan kegiatan keagamaan pada saat ini sudah tidak bisa untuk dipisahkan terutama agama Kristen yang dianut oleh 98% masyarakat Toraja. Agama Kristen mulai masuk pada daerah Toraja pada tahun 1913 oleh tokoh yang bernama Anton van de Loosdrecht. Kedatangannya di daerah Toraja membawa perubahan besar pada upacara-upacara adat. Tokoh tersebut mengetahui bahwa tidak mungkin merubah pandangan masyarakat Toraja terhadap aluk todolo maka ia pun merubah kata Tuhan menjadi puang matua yang merupakan kata lain dari deata yang berarti dewa dalam ajaran aluk todolo. Hal tersebut merupakan faktor pencetus agama Kristen berkembang pesat sehingga didirikanlah Gereja Toraja pada tahun 1947. Dengan masuknya agama Kristen membuat upacara yang dilakukan pada saat ini mendasarkan agama pada pelaksanaannya.

Aktivitas budaya yang dilakukan dan juga diwariskan secara turun temurun ternyata sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat Toraja. Aktivitas budaya didasari oleh value yang dimiliki oleh masyarakat Toraja. Menurut Schwartz (2001),

value adalah sesuatu yang diyakini dan dianggap penting oleh individu dalam berfikir, merasakan dan bertingkah laku, yang dipilih untuk menjustifikasi tindakan-tindakan dan mengevaluasi orang-orang termasuk diri sendiri dan kejadian-kejadian. Dengan keberadaan seperangkat value dalam diri individu maka mereka dapat menafsirkan lingkungan di sekitarnya dan kegiatan yang dilakukannya sejalan dengan sistem sosial dan budaya yang dimiliki.

(31)

5

Universitas Kristen Maranatha tetangga baik yang termasuk suku Toraja ataupun di luar suku Toraja, juga memberi pengaruh pada value yang dimiliki seseorang. Media massa yang semakin tersebar dan juga kemajuan teknologi pun memudahkan masuknya pengaruh dari budaya lain. Schwartz mengungkapkan bahwa value terdiri atas self-direction, hedonism,

achievement, power, stimulation, tradition, conformity, security, benevolence dan

universalism (Schwartz dan Bilsky, 1990). Value ini disebut sebagai value universal

karena kesepuluh tipe value ini ditemukan di 60 (enam puluh) negara yang sudah diteliti. Jika disesuaikan dengan sepuluh tipe dari Schwartz, perilaku masyarakat Toraja yang paling menonjol adalah tradition value. Ini disebabkan masyarakat Toraja mendasari hidupnya pada tradisi.

Pada masyarakat Toraja terdapat 12 values yang telah diteliti sebelumnya pada tahun 1983 oleh Pdt.Theodorus Kobong. Values tersebut antara lain kebahagiaan/kekayaan (kamasannangan/kasugiran), kedamaian (karapasan), persekutuan, harga diri (sirri’), penghargaan terhadap tamu, kesopanan, kerajinan, disukai semua orang, nikah, kesetiaan, kejujuran dan penonjolan diri. Pada value

(32)

6

Universitas Kristen Maranatha Dalam uraiannya, Kobong (1983) menggambarkan bahwa setiap value

memiliki landasan dari seperangkat perilaku yang dilakukan. Dalam value kedamaian masyarakat Toraja menganggap penting menjaga perilaku jika berhubungan dengan orang lain agar tercipta hubungan baik sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. Pada masyarakat Toraja pun terdapat istilah unnali melo yang berarti membeli kebaikan.

Value ini sangat dihargai masyarakat Toraja bahkan value lain dapat dikorbankan untuk kedamaian. Dalam Schwartz Value nilai kedamaian ini mewakili conformity value. Menurut Schwartz, conformity merupakan pengendalian tindakan untuk tidak melakukan hal-hal yang mengganggu dan membahayakan orang lain dan melanggar harapan sosial dan norma yang berlaku. Value lain yang berhubungan adalah

benevolence value dimana masyarakat Toraja harus mampu untuk mendorong kesejahteraan orang yang berinteraksi dengannya.

Value persekutuan dalam masyarakat Toraja dimaksudkan untuk menjaga kekerabatan. Hal ini dipraktekkan dengan cara menghadiri ritual-ritual adat Toraja. Inti value ini erat sekali dengan tradition value yaitu untuk mengembangkan simbol dan praktek yang menjadi simbol solidaritas bersama.

Value selanjutnya adalah harga diri. Harga diri pada orang Toraja merupakan

(33)

7

Universitas Kristen Maranatha Pada masyarakat Toraja value penghargaan terhadap tamu merupakan harapan untuk mendapatkan berkat melalui persekutuan dengan orang lain. Hal tersebut erat hubungannya dengan benevolence value yang memiliki tujuan motivasional untuk menolong. Value selanjutnya adalah value kesopanan. Pada masyarakat Toraja value

ini memiliki inti selalu menjaga kesopanan dalam bertingkah laku. Hal ini terlihat pada cara bertingkah laku anak pada orang yang lebih tua yang tidak boleh memotong pembicaraan orang tua. Value ini dapat merepresentasikan conformity value pada

Schwartz Value. Ini dikarenakan tujuan motivasional value ini adalah patuh, jujur, menghormati orang tua dan orang-orang yang lebih tua.

Value kerajinan memiliki arti yang cukup signifikan bagi masyarakat Toraja. Orang Toraja harus bekerja keras demi mengumpulkan kekayaan. Tujuan dari value

kerajinan memiliki kesamaan dengan achievement value yaitu ambisi dengan bekerja keras. Value disukai semua orang menjelaskan perilaku orang Toraja untuk menjaga perilaku. Orang Toraja akan berusaha berbuat sesuatu agar mendapat penghargaan dari orang lain. Value tersebut memiliki kesamaan definisi dengan conformity value

yaitu pengendalian tindakan, tidak melakukan hal-hal yang mengganggu dan membahayakan orang lain dan melanggar harapan sosial dan norma yang berlaku.

(34)

8

Universitas Kristen Maranatha yaitu mencapai kesuksesan pribadi dengan memperhatikan kompetensi menurut standar sosial.

Value kesetiaan pada masyarakat Toraja dapat terlihat pada kehidupan pernikahan. Diperlukan jaminan tambahan untuk mengamankan pernikahan dari ketidaksetiaan. Hal tersebut akan membuat individu yang sudah menikah menjaga perilakunya dari ketidaksetiaan. Perihal di atas memiliki kesamaan dengan definisi

conformity value yaitu pengendalian tindakan. Value kejujuran yang dimiliki oleh masyarakat Toraja berkaitan dengan value kesetiaan. Kejujuran terlihat pada perilaku masyarakat Toraja ketika memegang dan memenuhi amanat yang ditinggalkan orang tua sebelum meninggal. Hal tersebut berkaitan dengan tujuan motivasional

conformity value yaitu patuh, jujur, menghormati orang tua dan orang-orang yang lebih tua.

Value penonjolan diri yang dianggap wajar bagi masyarakat Toraja adalah ketika menonjolkan keturunan yang ia miliki. Jika ia ingin menonjolkan hal lain selain keturunan, orang Toraja harus merendahkan dirinya untuk ditinggikan. Ini membuat mereka harus mengendalikan tindakan karena meninggikan diri dapat membuat seseorang dipergunjingkan dan mempermalukan keluarga. Hal tersebut berkaitan dengan conformity value dimana definisi conformity value adalah pengendalian tindakan, tidak melakukan hal-hal yang mengganggu dan membahayakan orang lain dan melanggar harapan sosial dan norma yang berlaku.

(35)

9

Universitas Kristen Maranatha pepatah-pepatah kepada anak-anak yang lebih muda agar falsafah hidup orang Toraja tidak hilang. Pepatah yang cukup terkenal adalah tallu lolona yang mempunyai arti keberhasilan hidup seseorang ditandai dengan 3 hal yaitu banyak anak, memiliki tanaman yang subur dan ternak berkembang biak. Hal ini merupakan gambaran dari

Achievemet Value. Orang Toraja pun cukup sering mendengar pepatah misa’ kada

dipotuo pantan kada dipomate yang berarti satu kata satu tindakan menuju tujuan hidup. Pepatah ini dibuat agar orang Toraja selalu bersatu dan saling tolong menolong antar sesama orang Toraja. Pepatah ini menggambarkan Benevolence Value pada orang Toraja.

Masyarakat Toraja sangat menjunjung tinggi nilai tradisi yang mereka punya, hal tersebut terlihat dari upacara adat yang sering dilakukan. Upacara yang dilakukan pun mentitikberatkan pada upacara kematian orang tuanya. Hal ini menunjukkan gambaran dan juga hubungan antara Tradition Value dan Conformity Value pada masyarakat Toraja. Hal menunjukkan bahwa value yang dimiliki oleh masyarakat Toraja sebetulnya dapat diaplikasikan dalam ke-10 Value Schwartz. Namun keberadaan value ini tentu memiliki kekhasan yang tidak dapat ditemukan dalam budaya lain yaitu dalam content, structure dan hierarchy yang menjadi ciri utama masyarakat Toraja.

(36)

10

Universitas Kristen Maranatha yang dulunya termasuk golongan rakyat kebanyakan yang mengabdi pada bangsawan kini menggapai posisi sendiri dalam sistem strata sosial yaitu memotong kerbau tidak sesuai dengan derajat kedudukannya. Oleh karena itu walaupun upacara itu menyedot banyak uang, orang Toraja tetap konsisten mempertahankan tradisi. Terlebih lagi dalam kepercayaan Aluk Todolo, hidup dan mati adalah peralihan dari alam fana menuju alam arwah, dengan kata lain selama hidup manusia bisa berbuat baik dan mengumpulkan harta sebagai bekal ke alam arwah.

Perubahan juga dapat terjadi karena perpindahan orang Toraja ke daerah lain dikarenakan faktor pendidikan ataupun mencari pekerjaan. Orang-orang Toraja tersebut sudah terpisah lama dari kebudayaan aslinya dan jarang mengikuti upacara-upacara adat. Mereka pun secara otomatis jarang menggunakan bahasa aslinya yaitu bahasa Toraja karena mereka berinteraksi dengan masyarakat dimana mereka tinggal yang notabene bukan bahasa Toraja. Hal ini pun pasti terjadi pada orang-orang Toraja yang memilih untuk berdomisili di kota Bandung.

Pada penelitian ini penulis akan meneliti Toraja value dengan menggunakan alat ukur Schwartz value dan sampel yang akan diambil adalah anggota HIKMAT di kota Bandung. Alasan peneliti melakukan penelitian pada anggota HIKMAT ini karena mereka diasumsikan memiliki pengetahuan tentang Toraja value. HIKMAT adalah himpunan keluarga masyarakat Toraja yang merupakan wadah bagi masyarakat Toraja untuk berkumpul dan melestarikan tradisi kebudayaan Toraja.

(37)

11

Universitas Kristen Maranatha Toraja sangat memegang teguh pada kekerabatan atau dilambangkan sebagai

‘tongkonan’ dan HIKMAT pun secara teratur mengadakan pertemuan untuk menjaga

kekerabatan di antara masyarakat Toraja. Perkumpulan ini juga memfasilitasi pertemuan yang di dalamnya terdapat acara-acara adat sehingga orang-orang Toraja yang di Bandung tidak melupakan kebudayaan asalnya. Dengan adanya HIKMAT maka berbagai kegiatan adat seperti penggunaan bahasa, tari-tarian dan upacara adat dapat dilestarikan meskipun tidak berada di kampung halaman.

Anggota HIKMAT memiliki rentang usia yang cukup jauh dari 28-72 tahun walaupun lebih dari 90 persen anggota berumur di antara 35-64 tahun yang tergolong dewasa madya. Sebagian besar dari anggota tersebut sudah berdomisili di kota Bandung selama lebih dari 10 tahun. Anggota HIKMAT memiliki dua jenis keanggotaan yaitu anggota umum yang memiliki orang tua bersuku Toraja yang merupakan subjek peneliti pada penelitian ini dan anggota khusus yang hanya salah satu dari orang orang tuanya yang bersuku Toraja ataupun memiliki suami/istri yang bersuku Toraja. Menurut wawancara dengan pengurus HIKMAT, persoalan yang dihadapi oleh kebanyakan anggota HIKMAT adalah mereka jarang berkomunikasi dengan anggota keluarga mereka dengan menggunakan bahasa Toraja bahkan ada yang tidak sama sekali menggunakan bahasa Toraja ketika berkomunikasi dengan anggota keluarganya. Hal ini terlihat mencolok karena dalam tugas perkembangannya para anggota HIKMAT tersebut diharapkan menurunkan value yang dimilikinya kepada keturunannya dan bahasa merupakan unsur yang dapat mempengaruhi value

(38)

12

Universitas Kristen Maranatha Anggota HIKMAT yang telah tinggal dan berinteraksi dengan masyarakat budaya lain, seperti budaya Sunda sebagai budaya masyarakat Bandung tempat mereka berdomisili dan juga budaya lain seperti Batak, Padang dan Jawa, dapat mengalami perubahan nilai-nilai budaya dan juga pola pikir. Seperti penggunaan bahasa Sunda dalam penggunaan bahasa sehari-hari dalam berkomunikasi. Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai kehidupan mereka tidak hanya berdasarkan adat Toraja tapi juga adat-adat lain yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.

Hal yang menonjol lainnya adalah ketika ada salah satu anggota HIKMAT ataupun keluarganya yang meninggal. Pada adat Toraja jika ada saudara, tetangga atau pun kenalan yang meninggal maka para anggota HIKMAT diharuskan melayat/mengunjungi anggota tersebut. Ini dikarenakan kematian bagi masyarakat Toraja merupakan hal yang paling krusial.

(39)

13

Universitas Kristen Maranatha Telah dilakukan survey awal dengan teknik kuesioner dan wawancara kepada 20 (dua puluh) anggota HIKMAT yang berlatar belakang budaya Toraja. Kuesioner ini berupa pernyataan-pernyataan mengenai apa yang dianggap penting bagi mereka. Dua puluh responden tersebut diminta untuk memilih pernyataan yang sesuai dengan diri mereka.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada anggota HIKMAT yang berusia 35-64 tahun, didapat bahwa 100% responden menganggap penting untuk melakukan kegiatan tradisi Toraja. Ini merupakan gambaran dari Tradition Value.

Hal ini tergambar pada value persekutuan dimana masyarakat Toraja menghadiri ritual-ritual adat untuk menjaga kekerabatan.

Pada Achievement Value terdapat 90% responden yang menganggap penting bekerja keras untuk mengumpulkan kekayaan sehingga dapat menunjukkan keberhasilan dengan membuat pesta adat. Hal ini dapat dilihat dari value Toraja kerajinan dimana masyarakat Toraja harus bekerja keras demi mengumpulkan kekayaan.

Terdapat pula 80% responden yang menganggap penting untuk menolong orang-orang di sekitarnya. Ini adalah penggambaran dari Benevolence Value seperti yang tercermin dalam value penghargaan terhadap tamu dimana masyarakat Toraja menghargai dan melayani tamu yang datang untuk mendapatkan berkat.

(40)

14

Universitas Kristen Maranatha

Value sebagaimana yang terdapat pada value kesopanan dimana masyarakat Toraja harus mengendalikan perilakunya terutama pada orang tua dan orang yang dituakan.

Sebanyak 75% menganggap penting kelangsungan hidup individu dan kelompok sehingga mau menerima perbedaan orang lain. Hal tersebut merupakan dari Universalism Value yang menunjukkan bahwa masyarakat Toraja menjunjung tinggi kedamaian sehingga mengharuskan masyarakat Toraja untuk berkompromi agar tercipta kedamaian seperti yang tercantuk pada value Toraja kedamaian.

Sebanyak 60% responden mengganggap penting mengutamakan keamanan yang ditunjukkan dengan menaati peraturan di lingkungan tempat tinggalnya dan menjaga stabilitas kelompok. Hal tersebut merupakan gambaran dari Security Value

masyarakat Toraja seperti yang tertulis pada Torajanese Value harga diri dimana masyarakat Toraja harus menjaga perilakunya agar tidak mempermalukan dirinya dan keluarganya.

Terdapat 50% responden menyatakan penting untuk memuaskan kebutuhan organik. Hal ini merupakan gambaran Hedonism Value pada masyarakat Toraja karena dalam value kebahagiaan disebutkan bahwa masyarakat Toraja akan berbahagia jika memiliki kekayaan yang dilambangkan dengan tallu lolona yaitu lolo tau (memiliki banyak anak), lolo patuoan (memiliki banyak hewan ternak) dan lolo tananan (memiliki banyak sawah).

(41)

15

Universitas Kristen Maranatha mencapai kekayaan. Kekayaan penting bagi masyarakat Toraja karena kekayaan merupakan unsur untuk mendapatkan kebahagiaan dimana kebahagiaan merupakan salah satu value Toraja.

Terdapat 25% responden yang mengganggap penting kreatifitas, kebebasan dalam berfikir dan juga bertingkah laku yang menggambarkan Self Direction Value. Hal ini dikarenakan kehidupan masyarakat Toraja diatur oleh Aluk Sola Pemali

sehingga menjadikan orang Toraja kaku dan tidak memiliki kebebasan dalam berfikir dan bertingkah laku.

Pada Stimulation Value terdapat 20% yang menganggap penting melakukan petualangan dan variasi dalam hidup dengan melakukan kesenangan baru. Hal ini karena mereka merasa bukan saatnya lagi untuk mencoba hal-hal baru tetapi mereka harus menjadi orang yang lebih baik agar bisa menjadi contoh yang baik bagi generasi selanjutnya.

Dari uraian di atas mengenai kebudayaan dan nilai-nilai budaya Toraja yang terdapat pada anggota HIKMAT peneliti tertarik untuk meneliti gambaran Schwartz

value pada anggota HIKMAT dengan latar belakang budaya Toraja di kota Bandung.

1.2. Identifikasi Masalah

(42)

16

Universitas Kristen Maranatha 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai Schwartz

Value pada anggota Himpunan Keluarga Masyarakat Toraja (HIKMAT) di kota Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui content,

structure dan hierarchy Schwartz Value pada anggota Himpunan Keluarga Masyarakat Toraja (HIKMAT) di kota Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoretis

 Memberikan masukan bagi ilmu psikologi sosial dan psikologi lintas budaya

mengenai values pada anggota Himpunan Keluarga Masyarakat Toraja (HIKMAT) di kota Bandung.

 Memberikan informasi bagi peneliti lain yang berminat untuk meneliti lebih

(43)

17

Universitas Kristen Maranatha 1.4.2. Kegunaan Praktis

 Memberi informasi bagi anggota Himpunan Keluarga Masyarakat Toraja

(HIKMAT) di kota Bandung mengenai values yang mereka miliki sehingga bermanfaat untuk mengenal lebih serius mengenai identitas diri, identitas budaya dan mampu menyesuaikan diri ketika berinteraksi dengan budaya lain.  Memberikan gambaran bagi para anggota Himpunan Keluarga Masyarakat

Toraja (HIKMAT) di kota Bandung dalam rangka mengembangkan kegiatan adat yang sesuai dengan values yang dimiliki dan dapat mempertahankan keberadaannya.

 Memberikan masukan bagi anggota Himpunan Keluarga Masyarakat Toraja

(HIKMAT) di kota Bandung tentang values dalam rangka mengembangkan kembali budaya Toraja.

1.5. Kerangka Pemikiran

Masyarakat Toraja yang tergabung dalam HIKMAT adalah orang-orang yang berada di rentang usia dewasa awal, dewasa madya sampai dewasa akhir yaitu 27-70 tahun, tetapi anggota terbanyak dan juga teraktif berada di taraf dewasa madya yaitu 35-64 tahun yang menurut Erikson akan mengalami generativity vs stagnation. Pada fase generativity dewasa madya, value merupakan salah satu hal yang penting karena

orang yang memasuki masa dewasa madya akan meninggalkan ‘warisan’ dirinya bagi

(44)

18

Universitas Kristen Maranatha Salah satunya cultural generativity, yaitu membangun, merenovasi, melestarikan beberapa aspek budaya. Dalam hal ini bagaimana usia dewasa madya mempertahankan kebudayaannya dengan meneruskannya kepada generasi selanjutnya (Erikson, 1968 dalam Santrock 2004). Oleh karena itu value merupakan hal yang penting bagi kehidupan para anggota HIKMAT dengan latar belakang budaya Toraja sebagai identitas diri sehingga gambaran bahwa value kebudayaannya yang ada tidak hanya dipegang teguh, namun juga diterapkan dalam kehidupannya, sebagai contoh nyata bagi generasi penerusnya melalui mengenalkan serta menanamkan kepada para anak-anak mereka mengenai value budaya Toraja.

Value merupakan belief yang mengarah pada keadaan akhir atau tingkah laku yang diharapkan; pedoman untuk menyeleksi atau mengevaluasi tingkah laku dan kejadian, yang disusun berdasarkan kepentingan yang relatif (Schwartz & Bilsky,1990). Value merupakan belief yang dimiliki oleh anggota HIKMAT di kota Bandung dalam menilai suatu situasi dan menentukan tindakan/perilakunya. Dengan dikatakan value sebagai belief, oleh karena itu value juga memiliki komponen kognitif, afektif dan behavioral (Rokeach, 1968 dalam Feather, 1975).

(45)

19

Universitas Kristen Maranatha kekuasaan, maka akan menggugah perasaan orang tersebut sehingga tertantang untuk mengatasi rintangan. Value juga dikatakan memiliki komponen behavioral karena

value dapat mengarahkan seseorang untuk bertingkah laku. Jadi orang yang menganggap penting kekuasaan akan menunjukkan tingkah laku yang sesuai, misalnya dengan mengatur orang lain.

Pada masyarakat Toraja di kota Bandung, khususnya anggota HIKMAT,

value yang mereka miliki dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang turut mempengaruhi individu adalah usia, pendidikan, penghayatan diri sebagai orang Toraja serta lama tinggal di kota Bandung. Adapun faktor eskternal yang berpengaruh terdiri dari tiga tipe transmission yang berupa proses pada suatu kelompok budaya yang mengajarkan pembawaan perilaku yang sesuai kepada para anggotanya, yaitu vertical transmission, oblique transmission, dan horizontal transmission. (Berry, 1999). Proses transmisi budaya tersebut dapat berasal dari budaya sendiri maupun berasal dari budaya lain.

Cavalli-Sforza dan Feldman (1981)mengungkapkan secara konseptual bahwa pewarisan value dari satu generasi ke generasi lainnya disebut sebagai Vertical Transmission. Vertical Transmission dianggap satu-satunya pewarisan value secara biologis karena melibatkan penurunan ciri budaya orang tua pada anaknya. Dalam

Vertical Transmission pada suku Toraja, orang-orang Toraja mempelajari value

(46)

20

Universitas Kristen Maranatha mereka mengikuti perilaku orang tuanya yang sesuai dengan Torajanese Values yaitu persekutuan dimana orang tua mereka melaksanakan upacara-upacara adat bersama dengan orang lain. Perilaku tersebut mereka terapkan juga pada saat berpindah ke kota Bandung. Mereka menggabungkan diri dengan tujuan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan adat seperti yang dilakukan oleh orang tuanya.

Oblique transmission yaitu transmisi yang berasal dari lembaga atau orang dewasa lain yang dituakan dari kebudayaan Toraja (kebudayaan sendiri) dan transmisi dari orang dewasa lain yang berasal dari kebudayaan yang lain. Transmisi dari orang dewasa yang berasal dari kebudayaan Toraja akan terbentuk melalui proses enkulturasi dan juga melalui sosialisasi. Para anggota HIKMAT di kota Bandung sering melakukan kegiatan bersama, baik itu kegiatan keagamaan (karena hampir seluruhnya beragama Kristen) sampai kepada acara dukacita yang merupakan bagian dari upacara adat. Pada acara-acara tersebut selalu ada sesi dimana tetua-tetua adat memberikan ceramah dan nasihat agar generasi penerus tetap menanamkan persekutuan di antara masyarakat Toraja. Masyarakat Toraja di seluruh Indonesia pun memiliki perkumpulan di dunia maya untuk saling bertukar informasi dan juga berkomunikasi antar orang Toraja di seluruh Indonesia.

(47)

21

Universitas Kristen Maranatha majalah serta internet juga turut berperan dalam proses transmisi dari kebudayaan lain karena sumber informasi berita, politik, ekonomi, keadaan negara dan dunia biasanya memunculkan informasi dari budaya lain dan bukan budaya Toraja. Saluran televisi lokal pun lebih banyak menampilkan budaya Sunda dan tidak pernah menampilkan budaya Toraja.

Horizontal transmission, yaitu pemindahan value yang terjadi melalui enkulturasi dan sosialisasi dengan teman sebaya, maupun hasil dari akulturasi dengan teman sebaya dari budaya lain dan resosialisasi khusus dengan mereka (Berry, 1999). Anggota HIKMAT di kota Bandung setiap hari melakukan interaksi dengan tetangga, teman kerja, relasi yang non-Toraja dan anggota gereja yang non-Toraja. Orang-orang tersebut yang berasal dari lingkungan di sekitar anggota HIKMAT juga akan mempengaruhi values tertentu pada diri anggota HIKMAT tergantung penerimaan para anggota HIKMAT pada proses transmission tersebut.

Pada Horizontal transmission enkulturasi dan sosialisasi terjadi pada anggota HIKMAT ketika mereka berkumpul dengan sesama orang Toraja. Dengan berkumpul dengan sesama orang Toraja mereka akan menggunakan bahasa Toraja sehingga lebih memperdalam kebudayaan Toraja dalam dirinya. Begitu pula dengan menikah seperti yang terdapat pada Torajanese Values. Hal ini karena menikah merupakan pencapaian status sosial. Pandangan tersebut menyebabkan orang Toraja akan merasa lebih terhormat daripada orang Toraja yang seumuran yang belum menikah.

(48)

22

Universitas Kristen Maranatha latar belakang budaya mereka seperti tergabung dalam gereja adat Toraja dan perkumpulan dari kampung yang sama seperti ma’palampang batu, sedangkan sosialisasi adalah proses pembentukan individu dengan sengaja melalui cara-cara pengajaran, seperti pola asuh orang tua yang menanamkan moral, nilai-nilai adat serta tata cara berperilaku, agama, cara berkomunikasi dan adat yang mereka pegang. Proses yang berasal dari luar Toraja dikatakan sebagai akulturasi dan resosialisasi.

Akulturasi menunjuk pada perubahan budaya dan psikologis karena perjumpaan dengan orang berbudaya lain dikarenakan perpindahan tempat ke kota Bandung. Masyarakat di kota Bandung merupakan masyarakat yang majemuk yang berasal dari kebudayaan yang berbeda dan juga memperlihatkan perilaku berbeda. Sedangkan resosialisasi adalah proses pembelajaran kembali.

Value sendiri dapat dinamakan single value atau first order value type. Value

Schwartz dapat dibedakan atas 10 macam value yang terdiri dari hedonism, stimulation, self-direction, achievement, power, security, conformity, tradition,

benevolence, dan universalism (Schwartz dan Bilsky, 1990). Value ini pun disebut sebagai value universal karena kesepuluh tipe value ini ditemukan di 60 (enam puluh) negara yang sudah diteliti.

(49)

23

Universitas Kristen Maranatha kerbau dan banyak sawah dalam kehidupannya. Stimulation Value adalah sejauh mana belief anggota HIKMAT dengan latar belakang budaya Toraja di kota Bandung mengutamakan pencarian stimulus yang bertujuan untuk mendapatkan tantangan dalam hidupnya.

Self-direction Value adalah sejauh mana belief anggota HIKMAT dengan latar belakang budaya Toraja di kota Bandung mengutamakan kebebasan berfikir dan bertindak dalam memilih, menciptakan dan mengeksplorasi atau menjelajahi. Biasanya tingkah laku yang muncul seperti suka mengambil keputusan sendiri, senang memilih kegiatan-kegiatan untuk dirinya sendiri, memiliki rasa ingin tahu, memilih tujuan hidupnya sendiri. Value ini menunjukkan value anggota HIKMAT yang tegas dalam mengambil keputusan meskipun sangat bersikap hati-hati dan penuh dengan pertimbangan serta pemikiran. Achievement Valueadalah sejauh mana

belief anggota HIKMAT dengan latar belakang budaya Toraja di kota Bandung mengutamakan kompetensi dalam diri sesuai dengan standar lingkungan. Anggota HIKMAT memegang achievement value karena pada value Toraja kerajinan masyarakat Toraja harus bekerja keras demi mengumpulkan kekayaan.

(50)

24

Universitas Kristen Maranatha latar belakang budaya Toraja di kota Bandung menggambarkan betapa pentingnya rasa aman dalam diri maupun lingkungannya. Value ini menunjukkan bahwa anggota HIKMAT mementingkan rasa aman untuk keluarganya maupun diri sendiri, demikian juga pada lingkungannya seperti mampu menerima dan menghargai etnis/agama lain. Bahkan dalam Value Toraja harga diri, masyarakat Toraja harus menjaga perilakunya agar tidak mempermalukan dia dan keluarganya agar tercipta rasa aman.

Conformity Value adalah sejauh mana belief anggota HIKMAT dengan latar

belakang budaya Toraja di kota Bandung mengutamakan pengendalian diri individu, tidak melakukan hal-hal yang mengganggu dan membahayakan orang lain dan melanggar harapan sosial dan norma yang berlaku. Seperti dalam value Toraja penonjolan diri dimana masyarakat Toraja harus mengendalikan perkataannya agar jangan sampai dia menyombongkan diri. Tradition Value adalah sejauh mana belief

anggota HIKMAT dengan latar belakang budaya Toraja di kota Bandung mengutamakan cara bertingkah laku individu yang sesuai dengan lingkungan mereka dan simbol dari penerimaan atas adat istiadat yang mempengaruhi mereka. Hal ini terlihat pada value Toraja persekutuan dimana anggota HIKMAT harus menjaga kekerabatan dengan cara menghadiri ritual-ritual adat Toraja.

Benevolence Value adalah sejauh mana belief anggota HIKMAT dengan latar

(51)

25

Universitas Kristen Maranatha melalui persekutuan dengan orang lain. Universalism Value adalah sejauh mana

belief anggota HIKMAT dengan latar belakang budaya Toraja di kota Bandung mengutamakan penghargaan kepada seluruh orang di sekelilingnya bahkan alam sekitarnya. Hal ini seperti tercantuk di value Toraja kedamaian dimana anggota HIKMAT harus berkompromi dan menghargai orang lain agar tercipta kedamaian.

Sepuluh tipe value tersebut tidak berdiri sendiri, mereka dapat membentuk suatu kelompok berdasarkan kesamaan tujuan dalam setiap single value. Kelompok tersebut dinamakan second order value type (SOVT) yang terdiri atas openness to change (stimulation & self direction value) adalah belief yang menganggap penting motivasi untuk menguasai orang lain atau lingkungan dan keterbukaan untuk berubah. SOVT conservation (conformity, tradition, security value) adalah belief

yang menganggap penting pemeliharaan peraturan dan keselasaran hubungan serta menekankan pengendalian diri, self restraint dan kepatuhan.

SOVT self-transcendence (universalism & benevolence value) adalah belief

yang menganggap mementingkan peningkatan kesejahteraan orang lain dan lingkungan sekitar. SOVT self-enhancement (power dan achievement value) adalah

belief yang mengutamakan perolehan atas superioritas dan penghargaan (Schwartz & Bilsky, 1990). Untuk hedonism value, yang merupakan value yang mengarah pada kesenangan atau menikmati hidup, termasuk dalam SOVT openness to change dan self-enhancement. Hedonism value lebih memfokuskan pada diri, seperti achievement dan power value, juga mengekspresikan motivasi yang menantang seperti stimulation

(52)

26

Universitas Kristen Maranatha Pada masing-masing SOVT, tipe-tipe value di dalamnya akan memiliki hubungan yang berkesesuaian, atau dapat dikatakan memiliki compatibilities karena memiliki tujuan yang serasi seperti antara openness to change dan self enhancement. Sementara semakin bertambahnya jarak pada dimensi tersebut maka semakin berkurang compatibilities-nya dan semakin besar conflict. SOVT yang saling conflict

adalah antara openness to change dan conservation; serta self-enhancement dan self-transcendence. Hubungan compatibilities dan conflict merupakan structure dari tipe-tipe value (Schwartz & Bilsky, 1990).

Berdasarkan pada survei awal, content dan structure yang dimiliki oleh anggota HIKMAT adalah pada achievement value terlihat dapat memiliki item power value. Maksud yang dituju pun serupa yaitu memiliki ambisi untuk menjadi sukses agar memiliki kekayaan yang dimaksudkan untuk mengadakan upacara adat. Untuk

region benevolence value pun dapat terdapat tradition value. Masyarakat Toraja suka menolong teman atau tetangganya karena tradisi/adat masyarakat Toraja mengharuskan semua orang untuk membantu orang lain yang membutuhkan bantuan.

(53)
(54)

28

Universitas Kristen Maranatha 1.6. Asumsi

 Karakteristik budaya akan mempengaruhi derajat keyakinan seluruh

individu terhadap value.

Value Schwartz universal sehingga dapat diteliti pada setiap budaya,

termasuk budaya Toraja.

 Anggota HIKMAT dengan latar belakang budaya Toraja di kota Bandung

mempunyai 10 Value Schwartz yang sama dengan kebudayaan lainnya tetapi berbeda dalam derajat kepentingannya. Kesepuluh Values Schwartz

yaitu adalah self-direction, stimulation, hedonism, achievement, tradition, conformity, power, universalism, security dan benevolence value.

Value Schwartz pada anggota HIKMAT dengan latar belakang budaya

(55)

107

Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data Schwartz Value pada 226 anggota Himpunan Keluarga Masyarakat Toraja di kota Bandung, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dalam penelitian ini pada content teridentifikasi 10 tipe value, yaitu self direction, stimulation, hedonism, achievement, power, conformity, security,

tradition, benevolence dan universalism value.

2. Terdapat value yang tersebar di region lain yaitu hedonism, conformity dan

achievement value.

3. Dalam content ada beberapa item value yang tidak berada pada regionnya, yaitu:

 Pada region universalism value terdapat item stimulation value.

 Pada region benevolence value terdapat item self direction dan conformity

value.

 Pada region tradition value terdapat item benevolence, conformity,

achievement dan self direction value.

(56)

108

Universitas Kristen Maranatha  Pada region self direction value terdapat item conformity, hedonism,

achievement dan security value.

 Pada region security value terdapat item achievement, hedonism dan

tradition value.

 Pada region stimulation value terdapat item tradition value.

4. Pada structure semua SOVT yang dirumuskan memiliki hubungan

compatibilities pada penelitian ini pun memiliki hubungan yang compatible

sesuai dengan penelitian Schwartz sebelumnya.

5. SOVT yang dirumuskan untuk mempunyai hubungan yang conflict ternyata pada penelitian ini memiliki hubungan yang positif dan juga compatible. Hal ini disebabkan keseimbangan dalam masyarakat Toraja yang menjadikannya dapat berdampingan tanpa menimbulkan conflict karena menurut masyarakat Toraja keduanya diperlukan untuk menjalani hidup.

6. Hierarchy value Schwartz pada anggota Himpunan Keluarga Masyarakat Toraja di kota Bandung adalah security, conformity, benevolence, universalism, self

-direction, tradition, achievement, stimulation, hedonism dan power value.

5. 2. Saran

(57)

109

Universitas Kristen Maranatha 1. Penelitian Lanjutan

 Diharapkan penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih

mendalam terhadap anggota himpunan perkumpulan adat dengan latar belakang budaya lain yang berbeda dengan penelitian ini, misalnya himpunan perkumpulan adat pada suku Minang, Dayak dan suku-suku lain di Indonesia. 2. Guna Laksana

 Bagi anggota Himpunan Keluarga Masyarakat Toraja di kota Bandung agar

dapat saling berdiskusi untuk mengerti values apa yang sebaiknya dipertahankan dan dikembangkan, dan values apa yang dalam pelaksanaan kesehariannya disesuaikan dengan keadaan lingkungan di kota Bandung.  Bagi para anggota Himpunan Keluarga Masyarakat Toraja di kota Bandung

agar dapat membimbing generasi selanjutnya yang sudah lahir dan dibesarkan di kota Bandung untuk dapat memperoleh pengetahuan tentang budaya Toraja dan menanamkan values Toraja sehingga mereka tidak kehilangan identitasnya sebagai suku Toraja.

 Bagi anggota Himpunan Keluarga Masyarakat Toraja di kota Bandung agar

(58)

110

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Berry, J. W., Poortinga. Y, H., Segall, M. H., Dasen, P. R. 1999. Psikologi Lintas Budaya: Riset dan Aplikasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Dacey, J. S., Travers, J. S. 2002. Human Development : Across the Life-Span. 5th Edition. New York : McGraw-Hill.

Feather, N. T. 1975. Values in Education and Society. New York : Free Press. Graciano, Anthony M., Michael L. Raulin. 2000. Research Methods: a process of

inquirí, fourth edition. Needham Heights: Allyn & Bacon. International Encyclopedia of The Social Science. 1998. Vol. 15-17. Kobong, Theodorus. 1983. Manusia Toraja. Rantepao : Sulo.

Koentjaraningrat. 1981 .Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan.

Rokeach, M. 1968. Beliefs, Attitudes and Values. San Fransisco : Jossey Bass. Santrock, John W. 2002 .Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup

edisi ke 5 jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Schwartz, Shalom H. 1990. Universal in Content and Structure of Values :

Journal of Cross Cultural Psychology. Vol 32. No. 3. May 2001.

---. Harris, M., Owens, V., & Burgess, S. 2001. Extending the Cross Cultural Validity of the Theory of Basic Human Values with a Different Method of Measurement. Journal of Cross Cultural Psychology. Vol32. No. 5. September 2001

(59)

111

Universitas Kristen Maranatha ---. Liem, Arief D., Martin, Andrew J., Nair, Elizabeth., Bernardo, Allan B. I., Prasetya, Paulus H. 2010 . Content and Structure of Values in Middle Adolescence: Evidence From Singapore, the Philippines, Indonesia, and Australia.

(60)

112

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Gustaf A. Mule (Personal Communication) Maret 2011 http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Toraja

http://ilovetoraja.blogspot.com/2008_04_01_archive.html

http://www.torajaindonesia.com/2010/02/aluk-todolo-agama-leluhur-suku-toraja.html

http://www.torajaindonesia.com/2010/02/upacara-adat-rambu-solo-dan-rambu-tuka.html

Julius Lebang (Personal Communication) Januari 2011

Linda. 2007 .Studi deskriptif mengenai Chinese Values pada Individu Dewasa

Madya Anggota Perkumpulan Tionghoa Marga ’X’ Bandung. Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Silaban, Laura S. 2010. Studi Deskriptif mengenai Schwartz Value pada Ketua Adat dengan Latar Belakang Budaya Batak Toba di Bandung. Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Membuat suatu perangkat lunak yang berfungsi untuk mengelola dan melihat data siswa, guru dan sekolah sehingga pengunjung, khususnya admin, guru dan siswa dapat dengan mudah

pembelajaran, sementara siswa sangat antusias akan adanya variasi pembel- ajaran dengan menggunakan berbagai media. Untuk dapat memecahkan per- masalahan tersebut, maka

Tujuan skripsi ini adalah untuk mengetahui tipe strategi kesantunan apa yang digunakan oleh karakter dalam percakapan dan faktor-faktor apa saja yang

Pada akhir abad ke-19, orang Tionghoa di Jawa kebanyakan adalah pedagang dan karyawan suku Hokkien. Orang Tionghoa yang datang ke Jawa kebanyakan adalah laki-laki.

Kesimpulan : Terdapat perbedaan kadar alpha synuclein plasma dengan penyakit Parkinson dan tidak terdapat perbedaan alpha synuclein plasma dengan jenis kelamin pada

Matakuliah ini membahas tentang metode mempelajari kelenjar endokrin, sifat hormon, klasifikasi hormon, mekanisme dan fungsi hormon-hormon hipophisa, kortak edrenal,

Perasaan atau dalam istilah lain disebut "Renjana" adalah gejala psikis yang memiliki sifat khas subjektif yang berhubungan dengan pertiepsi dan thalami sebagai