Penyalagunaan Facebook di Kalangan Remaja di Harian Jawa Pos)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN ”Veteran” Jawa Timur
Oleh :
JUITA PRATIWI MAGDALENA SILALAHI
NPM. 0543010141
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Kalangan Remaja Di Jawa Pos). Nama Mahasiswa : Juita Pratiwi
NPM : 0543010141
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Zainal Abidin A, S.Sos, M.Si NPT. 3 7305 99 0170 1
Tim Penguji: 1.
Ir. Didiek Tranggono, Msi NIP. 19581225 199001 1 00 1 2.
Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si NPT. 3 7006 94 0035 1 3.
Zainal Abidin A, S.Sos, M.Si NPT. 3 7305 99 0170 1
Mengetahui, D E K A N
Telkom Surabaya Terhadap Iklan Corporate PT. Telkom Indonesia, Tbk Versi ”Logo Baru” Di Televisi).
Nama Mahasiswa : Yulita Dian Fransisca
NPM : 0643010155
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Zainal Abidin Achmad, Msi, M.Ed NPT. 997 300 170
Dra. Dyva Claretta, M.Si NPT. 946 600 025
3.
yang selalu memberikan karunia, rahmat serta bimbinganNya dan segala yang indah pada waktunya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul SIKAP
ORANG TUA TERHADAP PEMBERITAAN PENYALAHGUNAAN FACEBOOK DI KALANGAN REMAJA DI HARIAN JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Orang Tua terhadap pemberitaan penyalahgunaan
facebook dikalangan remaja di Harian Jawa Pos)
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam memberikan petunjuk, koreksi, dan saran yang bersifat
membangun pola pikir, daya kritis, dan memperluas ilmu pengetahuan serta wawasan untuk peneliti.
Dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu menyusun dan menyelesaikan skripsi ini diantaranya: 1. Jesus Kristus, yang selalu memberikan penyertaan dan bimbingan Nya
kepada peneliti sampai skripsi ini terselesaikan dan membuat semuanya menjadi indah pada waktunya.
2. Dra. EC. Hj. Suparwati, Msi, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.
Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.
5. Zainal Abidin Achmad, S.Sos, M.Si.M.Ed selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih atas segala kontribusi, waktunya membimbing penulis
sehingga penulis mampu mengerjakan penelitian dan juga terimakasih atas dorongan semangat dan bimbingan terkait penyusunan Skripsi ini.
6. Ir.Didiek Tranggono, M.Si selaku dosen penguji terimakasih atas segala saran-saranya serta masukan-masukannya sehingga penulis dapat menyelesaikan ujian skripsi ini.
7. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si selaku dosen penguji mengucapakan banyak terimaksih atasa semua sarannya sehingga penulis dapat meneyelesaikan ujian skripsi ini
8. Papa dan mama tercinta yang turut mendukung saya baik itu semangat dan uang jajan demi kelancaran penulis
9. Adek saya tercinta dan paling nyebelin jojo yang selalu memberi dukungan meskipun jauh di Jakarta tetap memberikan dukungan-dukungannya dan semangat buat saya
10. Icha yang yang dengan sabar mengajari saya sampai akhirnya saya paham betul-betul langkah-langkah yang harus saya ambil dalam proses penelitian
ini
v
Icha ndhut,dhona(sie gatot kaca saya,,hehehehe)dan anak-anak dpr belakang yang selalu menghibur penulis dengan tingkah laku mereka
10.Buat temen-temen angkatan atas,mas bram,mas bro,yang ikut memberikan
masukan-masukan dalam proses penelitian yang dilakukan oleh penulis.
Akhir kata, Peneliti menyadari tiada gading yang tak retak, begitupula dengan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu peneliti harapkan demi tercapainya skripsi yang baik dan benar. Besar harapan
peneliti, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.
Surabaya, Juni 2010
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
ABTRAKSI ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
2.1 Landasan Teori... 9
2.1.1 Surat Kabar Sebagai Media Massa ... 9
2.1.2 Pengertian Berita ... 9
2.1.3 Jenis Berita ... 12
2.1.4 Pembaca Sebagai Khalayak Media Massa ... 15
2.1.8 Berita Penyalagunaan Facebook di Kalangan Remaja
Di Harian Jawa Pos ... 21
2.3 Teori S-O-R (Stimulus – Organisme – Respons) ... 22
2.4 Kerangka Berfikir ... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
3.1 Metodelogi Penelitian... 28
3.2 Difinisi Operasional ... 28
3.2.1 Sikap... 28
3.2.2 Berita Penyalagunaan Facebook di Harian Jawa Pos ... 31
3.3 Pengukuran Variabel... 32
3.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel... 33
3.3.1 Populasi ... 33
3.3.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sample... 34
3.5 Sumber dan Jenis Data ... 34
3.5.1 Sumber Data ... 36
3.5.2 Jenis Data ... 36
3.6 Teknik Pengumpulan Data... 37
3.7 Metode Analisis Data... 38
viii
4.1.2 Gambaran Umum Surabaya ... 44
4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ... 45
4.2.1 Identitas Respondenn ... 45
4.3 Sikap Orang Tua di Surabaya Terhadap Pemberitaan ... 47
4.3.1 Aspek Kognitif ... 47
4.3.2 Aspek Afektif ... 57
4.3.3 Aspek Konatif ... 65
4.4 Sikap Orang Tua di Surabaya Terhadap Pemberitaan ... 75
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 78
5.1 Kesimpulan ... 78
5.2 Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 80
Tabel 4.2. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan... 46 Tabel 4.3. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 47 Tabel 4.4. Responden mengetahui isu kaburnya nova dan stevani
Melalui harian jawa pos ... 49 Tabel 4.5. Responden mengetahui dampak negatif facebook bagi remaja
Mellaui pemberitaan harian jawa pos... 50 Tabel 4.6. Responden mengetahui jika korban penyalahgunaan facebook
Adalah remaja melalui pemberitaan jawa pos... 52
Tabel 4.7. Responden mengetahui jika penyalahgunaan facebook Telah menyebar di kalangan remaja surabaya dan sekitarnya
Melalui pemberitaan di jawa pos ... 53
Tabel 4.8. Responden mengetahui bagaimana pentingnya peran orang tua Bagi anak mereka sebagai pengguna facebook melalui
Pemberitaan di harianJawa Pos ... 55 Tabel 4.9. Aspek kognitif orang tua di Surabaya terhadap Pemberitaan ... 56 Tabel 4.10. Responden tidak suka dengan tindakan Nova dan Stefany
Yang kabur dari rumah bersama teman facebooknya ... 58 Tabel 4.11. Responden menyatakan setuju dengan tindakan yang dilakukan
Oleh orang tua Nova dan Stefani dengan melaporkan ke
Pihak berwajib ... 59
Tabel 4.13. Responden setuju dnegan penyebaran berita terkait hilangnya
Remaja akibat pergaulan di facebook ... 62 Tabel 4.14. Responden mendukung harian Jawa Pos yang menyebarluaskan
Kasus remaja yang kabur dari rumah bersama teman
facebooknya ... 63
Tabel 4.15. Aspek Afektif Orang Tua di Surabaya ... 64 Tabel 4.16. Dengan adanya pemberitaan mengenai kasus kaburnya remaja
Bersama teman facebooknya responden akan melarang anaknya
Untuk menggunakan facebook ... 67 Tabel 4.17. Dengan adanya pemberitaandi kawa pos mengenai kaburnya
Remaja brsama teman facebooknya, responden akan memantau
Anaknya dalam menggunakan facebook... 68 Tabel 4.18. Responden akan mengajak orang tua lain untuk meminta
Pemerintah mengawasi penggunaan situs facebook pasca
Pemberitaan tersebut ... 70 Tabel 4.19. Responden akan menyaring akun facebook anak mereka
Khususnya dalam hal pertemannan... 71 Tabel 4.20. Responden merasa perlu melakukan tindakan tegas terhadap
putera-puteri mereka tentang adanya dampak buruk facebook
bagi perkembangan mereka ... 72
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berfikir ... 27
Lampiran 2 Pemberitaan Penyalahgunaan Facebook di Jawa Pos ... 86
Lampiran 3 Pemberitaan Penyalahgunaan Facebook di Jawa Pos ... 87
Lampiran 4 Tabulasi Kuesioner... 86
Lampiran 5 Tabulasi Kuesioner Total Skor... 88
xiv
REMAJA DI HARIAN JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Orang Tua Terhadap Pemberitaan Penyalagunaan Facebook di Kalangan Remaja di Harian Jawa Pos)
Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui sikap orang tua di surabaya terhadap pemberitaan penyalahgunaan facebook dikalangan remaja Sikap orang tua dapat dilihat dari arah sikapnya, yaitu sikap positif, sikap negatif, atau sikap netral terhadap berita tersebut tersebut.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Stimulus-Organism-Response, Berita, Pembaca Sebagai Khalayak Media Massa, sikap,
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah pembaca Jawa Pos khususnya para orang tua yang berada di Surabaya yang pernah membaca berita penyalagunaan facebook di klangan remaja pada harian Jawa Pos, dengan asumsi responden mengerti tentang apa yang sedang diteliti yang nantinya akan berpengaruh pada keakuratan data yang dihasilkan. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dengan tipe purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan para orang tua di Surabaya memberikan sikap netral terhadap pemberitaan penyalagunaan favebook di kalangan remaja.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Keberadaan media massa pada saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari,media massa tersebut bisa
berupa surat kabar, majalah, televisi, radio dan film. Media massa menyajikan berbagai realitas kehidupan dalam bentuk informasi kepada masyarakat.
Munculnya kesadaran tentang arti dan nilai dari informasi membuat masyarakat tidak dapat melepaskan diri dari informasi yang sisajikan oleh media massa. (Sobur, 2004:162)
Media massa merupakan salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia akan informasi. Informasi yang disajikan merupakan suatu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu fakta yang akurat dan
aktualisasi masyarakat merupakan sebuah perwujudan dari informasi yang seimbang. Setiap media dalam mengelola informasi akan selalu berbeda dalam
setiap pengemasannya. Hal ini dikarenakan adanya visi dan misi serta segmentasi yang dibangun oleh media itu sendiri.
Dalam perkembangannya media massa dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu sebagai Pers dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pers dalam arti sempit meliputi media cetak. Sementara Pers dalam arti luas meliputi semua
yang digunakan oleh masyarakat perkotaan selain media elektronik. Oleh karena
itu media massa sering digunakan sebagai alat mentransformasikan informasi kearah masyarakat atau mentransformasikan informasi diantara masyarakat itu
sendiri.
Pers sebagai lembaga kemasyarakatan yang bergerak dibidang pengumpulan dan penyebaran informasi mempunyai misi ikut mencerdaskan
masyarakat. Selama melaksanakan tugasnya, pers terkait dengan tata nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Untuk itulah, Pers sebagai lembaga
kemasyrakatan dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakatnya. (Djuroto, 2002:8)
Ketika dihadapkan pada sebuah berita atau informasi, maka secara tidak
langsung akan dapat memunculkan sikap seseorang terhadap berita tersebut. Sikap adalah suatu kecenderungan bertidak, berfikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, ataupun nilai. Sikap disini bukan perilaku tetapi
lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa orang, situasi informasi, maupun kelompok.
(Sobur, 2003:361)
Oleh karena itu pada tanggal 9 februari 2010 Jawa Pos memuat berita tentang hilangnya seorang remaja putri berumur 14 tahun yang bernama Marietta
nova Triani sabtu 6 feruari 2010 pada saat sedang berkunjung ke rumah kerabatnya di bumi serpong indah,tangerang selatan. Gadis asal sidoarjo , jawa
nova dan kedua orangtuanya menghadiri respsi pernikahan kerabat mereka di
serpong.semenjak tiba di serpong nova mulai bertingkah laku aneh “dia sepertinya ingin menemui temannya yang dikenal lewat facebook, yang tinggal di
tangerang,”menurut kerabatnya.ayah nova,heri kristiono,menuturkan bahwa sehari sebelum menghilang,putriya terlihat asyik berkirim pesan dengan ari. Kakaknya menuturkan bahwa nova berkenalan lewat facebook dengan seorang laki-laki
.katanya mereka mau ketemuan di tanah kusir papar heri ketika dikonfirmasi. Sejak saat itu nova tiba-tiba menghilang,nova diduga membawa tas berisi
pakaiannya.keluarganya menduga,ada yang menjemput nova saat keluarga sibuk mengurusi pesta. “sejak pukul 19.00 sudah tidak ada tambah heri.keluarganya akhirnya mencoba meneliti akun facebook nova.dari situ diketahui,bahwa
hubungan nova dengan ari memang sudah sangat amat dekat.ari bahkan menuliskan sebagai suami nova .di statusnya ari menuliskan sudah menikah dengan nova.dari facebook itu juga diketahui bahwa ari mengajak nova
bertemu,kesempatan tersebut muncul saat nova dan keluarganya ke tangerang pecan lalu.kapolsek serpong ajun komisaris budi hermanto membenarkan adanya
laporan tentang orang hilang,bukan penculikan tegasnya,laporan itu diterimanya kemarinn,mereka cumin bawa foto dan meminta untuk disebarkan karena anak mereka hilang itu saja,sejak saat itu personel polsek serpong menyebar foto nova
Dan selanjutnya pada tanggal 11 februari jawa pos kembali memberitakan
kasus penyalahgunaan facebook dikalangan remaja dan pemberitaan itu sendiri terdapat di rubrik metropolis isi pemberitaan tersebut menyatakan bahwa dunia
membawa dampak yang sangat besar bagi reja saat-saat ini,apalagi dunia maya memilik sihir yang sangat kuat dan pengaruh yang buruk bagi para remaja saat ini,dituturkan bahwa remaja putri yang bernama Stefani abelina tiur napitupulu
yang biasa dipanggil abel tersebut merupakan anak kedua gadis berumur 15 tahun ini merupakan salah satu remaja yang juga ikut mejadi korban dari situs perteman
yaitu facebook,ayah abel ,Binsar M.napitupulu,55,menuturkan terakhir melihat abel pada hari sabtu tanggal 6 februari 2010,saat itu pelajar kelas VII SMPN 22 surabaya pamit pergi ke sebuah acara olahraga tapi hingga keesokan harinya tak
kunjung pulang ujar bapak dari empat anak tersebut.
Dan pada keesokan harinya 10 februari 2010 melaporkan peristiwa tersebut ke polda jatim.menurut binsar,kepergian abel kali ini bukan yang
pertama.pada tanggal 23 desember 2009,abel juga pernah meninggalkan rumah selama beberapa hari tanpa pamit.”setelah saya lacak ternyata sudah sampai di
Jakarta,”ungkap binsar. Dengan bantuan saudara binsar di Jakarta,akhirnya abel ditemukan oleh kepolisian.”lalu saya jemput abel ke Jakarta.saya juga dating ke rumah pemuda yang pergi bersamanya.menurut binsar,pemuda yang bernama
januar itu memaki akun(identitas) di facebook dengan nama jeje sii kusud.binsar juga mengatakan memiliki akun facebook menuturkan sering mengecheck akun
sibarani,45,menambahkan,menghilang’nya abel untuk kali kedua diyakini untuk
menemui jeje di Jakarta.”saudara sudah saya kontak semua.menurut yahanti,saat meninggalkan rumah,abel mengenakan kaos ungun lengan pendek dan berkerah
dipadu dengan jelan jins hitam,saat pergi abel tidak membawa tas besar.dia berangkat mengendarai sepeda motor Honda revo biru dengan nopol W 5223 XB.di salah satu status abel sebelum meninggalkan rumah,tepatnya pada jumat 5
februari 2010,dia menulis,”mama cerewet”dan rapot jelek,mama konser”yhanti sendiri menuturkan memang pernah menasehati anaknya putrid kedua dari antara
empat bersaudara itu perihal nilai rapornya,”ada lima pelajaran yang di remidi.saya cumin menasehati tidak sampai ngomel-ngomel.
Dari dua pemberitaan tersebut menutrurkan bahawa Remaja merupakan
sosok yang sangat rentan terhadap hal-hal negatif. Mereka senang mencoba-coba atau meniru-niru hal-hal yang dilihatnya. Jika hal-hal yang dilihatnya sesuatu yang negatif, maka akan jadi masalah karena tidak pantas diikuti oleh remaja. Hal
ini juga dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian remaja tersebut dan merusak kejernihan pikiran serta memicu tindakan amoral. Hal tersebut
dikarenakan usia remaja yang masih labil.
Tak terkecuali dengan situs jejaring social Facebook, Facebook pun bisa berdampak negatif terhadap remaja. Diantaranya adalah kebohongan identitas
yang dicantumkan di Facebook. Di dunia maya, kita bisa menjadin apa saja yang kita inginkan. Bisa artis atlit sepakbola, atau musisi. Namun hal tersebut belum
Dan karena kebohongan identitas inilah banyak sekali remaja yang
menjadi korban kejahatan di dunia maya. Usia remaja yang masih labil membuat remaja cenderung gampang terpengaruh dan ikut-ikutan, membuat remaja tersebut
menjadi korban penipuan. Dan korban-korban penipuan dari Facebook tersebut sudah banyak di beritakan di media massa.
Keadaan demikian merupakan salah satu dampak kemajuan peradaban
manusia atau tekhnologi komunikasi maupun informasi yang sering dinilai tidak permisif. Hal itu sangat memprihatinkan dan meresahkan apabila keadaan tersebut
terus berlanjut.
Untuk menyikapi hal ini, diperlukan juga bimbingan dan dukungan dari orangtua. Sebab, orangtua juga harus memantau perkembangan anak remajanya,
dan menjaga agar sampai salah pergaulan. Terutama menyikapi fenomena Facebook yang saat ini sedang marak, serta pemberitaan di media massa yang menyebutkan bahwa banyak sekali korban-korban remaja yang disebabkan oleh
penipuan identitas di Facebook.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian terhadap fenomena komunikasi yang terjadi di internet melalui situs Facebook ini. Peneliti ingin mengetahui sikap para orangtua tentang adanya penyalahgunaan akun Facebook untuk melakukan kejahatan.
Peneliti memilih pemberitaan penyalahgunaan Facebook sebagai objek penelitian karena Facebook adalah alat komunikasi melalui media internet yang
ataupun sebagai ajang mencari jodoh bagi mereka yang tdiak mempunyai waktu
luang atau lebih. Karena itulah keberadaan Facebook kini akan menajdi gaya hidup baru bagi mereka, dan dapat dipastikan hampir setiap orang akan
mempunyai akun di Facebook.
Responden dalam penelitian ini adalah pembaca jawapos yang dikhususkan pada para orangtua yang memiliki anak remaja, yang mana anak
tersebut memiliki akun di situs jejaring social Facebook. Peneliti ingin mengetahui sikap orangtua tentang pemberitaan di harian jawa pos tentang
penyalahgunaan akun Facebook untuk kejahatan, penculikan, sampai penipuan.
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “ Sikap Orangtua terhadap pemberitaan penyalahgunaan Facebook dikalangan remaja yang terdapat di harian jawa pos ? ”
1.3 Tujuan penelitian
1.4 Kegunaan penelitian
Kegunaan penelitian ini dapat diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis.
1. Kegunaan teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan atau sumbangan dalam kajian ilmu komunikasi khususnya yang berkaitan dengan tingkat
pegetahuan orang tua dalam berkomunikasi melalui internet sebagai referensi yang berguna bagi penelitian selanjutnya.
2. Kegunaan praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan yang berkaitan dengan bagaimana sikap para orangtua terhadap pemberitaan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Surat Kabar sebagai Media Massa
Surat kabar menurut Sutisna (2003 : 289) merupakan salah satu media penyampai pesan yang mempunyai daya jangkau luas dan massal. Surat kabar
berfungsi sebagai penyampai berita kepada para pembacanya.
Munculnya media surat kabar dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan
informasi yang bersifat massa. Kata Massa dalam kaitannya dengan Media Massa mempunyai makna : Banyak orang dalam jumlah relatif besar. Heterogen, berada
tidak dalam satu tempat. Anonim, tidak saling mengenal, tidak terlembagakan, dan perhatiannya terikat pada satu pesan, yaitu Pesan dari Medium yang sama, memberikan arus balik secara tunda.
2.1.2 Pengertian Berita
Dean M. Lyle Spencer dalam bukunya yang berjudul News Writings, yang kemudian dikutip oleh George Fox Mott (News Survey Journalism), menyatakan bahwa :
“Berita dapat didefinisikan sebagai setiap fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca”
Sedangkan menurut Mitcel. V. Charnley, menyebutkan “Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal
penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas” (Muda, 2003:22)
Dja’far H. Assegaff dalam bukunya Jurnalistik Masa Kini, mendefinisikan berita dalam arti jurnalistik sebagai berikut :
“Berita sebagai laporan tentang fakta atau ide yang termasa dan terpilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang kemudian dapat menarik
pembaca. Entah karena luar biasa; karena penting atau akibatnya; karena mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan” (Assegaff, 1982 : 24)
Cakupan tersebut dapat dicatat bahwa kata-kata seperti fakta, akurat, ide, tepat waktu, menarik, penting, opini, dan sejumlah pembaca merupakan hal-hal
yang perlu mendapatkan perhatian. Dengan demikian disimpulkan bahwa berita adalah suatu fakta, ide, atau opini actual yang menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca, pendengar, penonton. (Muda, 2003 : 22).
Sebuah berita menjadi menarik untuk dibaca, didengar, atau ditonton, jika berita tersebut memiliki nilai atau bobot yang berbeda antara satu dan yang
lainnya. Nilai berita tersebut sangat tergantung pada pertimbangan seperti berikut (Muda, 2003 : 29-39)
1. Timeliness
Timeliness berarti waktu yang tepat, artinya memiliki berita yang akan disajikan harus sesuai dengan waktu yang dibutuhkan oleh masyarakat
2. Proximity
Proximity artinya kedekatan. Kedekatan disini maknanya sangat bervariasi
yakni dapat berarti dekat dilihat dari segi lokasi, pertalian, ras, profesi, kepercayaan, kebudayaan, maupun kepentingan terkait yang lainnya.
3. Prominence
Prominence artinya adalah orang yang terkemuka. Semakin seseorang itu terkenal maka akan semakin menjadi bahan yang menarik pula.
4. Consequence
Consequence artinya konsekuensi atau akibat. Pengertiannya yaitu, segala tindakan atau kebijakan, peraturan, perundangan dan lain-lain yang dapat
berakibat merugikan atau menyenangkan orang banyak merupakan bahan berita yang menarik.
5. Conflict
Conflict (konflik) memiliki nilai berita yang sangat tinggi karena konflik adalah bagian dalam kehidupan. Di sisi lain berita adalah sangat berhubungan
dengan peristiwa kehidupan. 6. Development
Development (pembangunan) merupakan materi berita yang cukup menarik apabila reporter yang bersangkutan mampu mengulasnya dengan baik.
7. Weather
8. Sport
Berita olah raga sudah lama daya tariknya.
9. Human Interest
Kisah-kisah yang dapat membangkitkan emosi manusia seperti lucu, sedih, dramatis, aneh, dan ironis merupakan peristiwa dari segi human interest.
2.1.3 Jenis Berita
Berita pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu hard news (berita berat), soft news (berita ringan), dan investigative report (laporan penyelidikan). Ketiga kategori tersebut akan dapat mewadahi apa yang telah
diuraikan diatas tentang cara memilih materi berita. Penbedaan terhadap tiga kategori tersebut didasarkan pada jenis peristiwa dan cara penggalian data. (Muda,
2005 : 40-42). 1. Hard News
Hard News adalah berita tentang peristiwa yang dianggap penting
masyarakat baik sebagai individu, kelompok, maupun organisasi. Berita tersebut misalnya tentang diberlakukannya suatu kebijakan baru pemerintah.
Ini tentu saja akan menyangkut hajat orang banyak sehingga orang ingin mengetahuinya. Karena itu harus segera diberitakan.
Reporter yang pandai bahkan seringkali menginformasikan berita tersebut
lebih awal sebelum kebijakan tersebut diturunkan. Tentu dengan mengetengahkan sumber-sumber yang dapat meyakinkan pemirsa. Misalnya
juga termasuk kejadian international, keadaan masyarakat, masalah ekonomi, kriminal, kerusakan lingkungan, maupun berita tentang berita ilmu
pengetahuan. 2. Soft News
Soft News sering juga disebut dengan feature yaitu berita yang tidak
terikat dengan aktualitas namun memiliki daya tarik bagi pembacanya. Berita-berita semacam ini seringkali lebih menitik beratkan pada hal-hal yang
dapat menakjubkan atau mengherankan pembaca. Ia juga dapat menimbulkan kekhawatiran bahkan ketakutan atau mungkin juga menimbulkan simpati. Obyeknya bisa manusia, hewan, benda, tempat, atau apa saja yang dapat
menarik perhatian pemirsa. Misalnya tentang lahirnya hewan langka di kebun binatang, anjing menggigit majikannya, atau masyarakat kecil mendapatkan
lotere milyaran rupiah.
Bagi surat kabar, berita ringan ini sangat diperlukan dalam setiap penyajian bulletin berita. Hal ini karena berita ringan juga dapat berfungsi
sebagai selingan diantara berita-berita berat yang diberitakan pada awal sajian. Secara psikologis, pembaca yang mendapatkan sajian berita berat dari
3. Investigative Report
Investigative Report disebut juga laporan penyelidikan, investigasi
adalah jenis berita yang eksklusif. Datanya tidak bisa diperoleh di permukaan, tetapi harus dilakukan berdasarkan penyelidikan. Sehingga penyajian berita seperti ini membutuhkan waktu yang lama dan tentu akan menghabiskan
energi reporternya.
Berita penyelidikan ini sangat menarik karena cara mengungkapkannya
pun tidak mudah. Seseorang reporter untuk dapat melakukan tugas ini harus memiliki banyak sumber orang-orang dalam mendapatkan jaminan untuk tidak terekspos karena keselamatan diri mereka.
Berita penyelidikan untuk media televisi akan lebih sulit dilakukan
dibandingkan dengan berita yang sama untuk media cetak. Televisi membutuhkan gambar bahkan wajah orang yang diwawancarai. Namun teknologi elektronika kini memungkinkan untuk dapat mengaburkan wajah orang yang akan
diwawancarai agar dapat terhindar dari kemungkinan bahaya atas apa yang ia sampaikan dalam wawancara televisi.
2.1.4 Pembaca Sebagai Khalayak Media Massa
Khalayak surat kabar sangat heterogen, karena semuanya hendak
artikel-artikel lainnya. Namun topik berita biasanya lebih penting daripada nomor halaman, karena yang dicari tiap pembaca juga berlainan.
Usia, pendidikan, jenis kelamin, dan status sosio-ekonomi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi apa yang hendak dibaca, demikian hasil penellitian Wilbur Schramm dan David Manning. Secara umum, pembaca muda
menyukai artikel-artikel hiburan, sedangkan mereka yang lebih berumur menyukai informasi dan masalah-masalah umum. Pembaca dewasa lebih banyak
membaca berita ketimbang pembaca muda yang lebih tertarik dengan gambar-gambar atau fotonya saja. Mereka yang berpendidikan cenderung mencari informasi, sedangkan yang kurang berpendidikan lebih suka dengan artikel-artikel
hiburan.
Jumlah surat kabar yang dibaca juga berbanding lurus dengan tingkat
pendidikan. Pembaca pria biasanya lebih serius menyimak berita ketimbang pembaca wanita. Mereka yang status sosio-ekonominya lebih tinggi cenderung lebih banyak membaca berita, artikel olahraga, dan masalah-masalah sosial.
Meskipun demikian, mereka sama senangnya menyimak gambar dan foto seperti kalangan yang statusnya lebih rendah.
2.1.5 Pengertian Sikap
kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan. (Rakhmat, 2002:39).
Dapat dipahami bahwa setiap manusia dilingkupi dengan masalah-masalah yang mengharuskan untuk memiliki sikap. Sikap dikatakan sebagai respon yang akan timbul bila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki
timbulnya reaksi individu. Respon yang timbul terjadi sangat evaluatif berarti bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu didasari oleh proses evaluasi
dalam diri individu yang memberi kesimpulan nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik atau buruk, positif atau negative, menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka, yang kemudian mengkristal sebagai potensi
reaksi terhadap objek sikap. (Rakhmat, 2001:40)
Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses belajar. Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak terapan, yaitu bahwa berdasarkan pendapat tersebut bisa disusun berbagai upaya (pendidikan, komunikasi dan lain sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang. (Rakhmat,
2001:42)
Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai
komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada tiga (3), yakni : 1. Komponen Kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang
2. Komponen Afektif
Yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi, sifatnya
evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau system nilai yang dimilikinya.
3. Komponen Konatif
Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnya. (Mar’at dalam Dayakisni, 2003:96)
Apabila dikaitkan dengan tujuan komunikasi yang terpenting adalah bagaimana cara agar suatu pesan (isi atau contents) yang disampaikan oleh
komunikator tersebut mampu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Adapun dampak yang ditimbulkan tersebut dapat diklasifikasikan
menurut kadarnya, yaitu :
a. Dampak kognitif adalah dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan seseorang menjadi tahu. Disini pesan yang disampaikan
komunikatorditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan kata lain tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran dari
komunikan, apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi oleh komunikan tersebut.
b. Dampak Afektif adalah dampak yang timbul bila ada perubahan pada apa
yang disarankan, disenangi atau dibenci khalayak. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar komunikan tahu tetapi juga tergerak
c. Dampak Konatif (behavioral), merupakn dampak yang merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, meliputi pola-pola tindakan, kegiatan
atau kebiasaan berperilaku. (Rakmat, 2005:219)
Adapun tolak ukur terjadinya pengaruh terhadap sikap seseorang dapat
diketahui melalui respon ataupun tanggapan yang dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu : (a) respon positif, jika seseorang menyatakan setuju ; (b) respon negative,
jika seseorang menyatakan tidak setuju ; (c) respon netral, jika seseorang tidak memberikan pendapatnya tentang suatu objek. (Effendy, 1993:6-7)
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dijelaskan bahwa akan terjadi
perubahan sikap komunikan apabila komunikasi yang dilakukan antara komunikator dengan komunikan mempunyai efek, apabila komunikasi dilakukan
antara komunikator dengan komunikan “gagal” maka tidak akan terjadi perubahan sikap pada komunikan. Dalam penelitian ini menunjukkan kecenderungan sikap positif, netral, atau negative dengan melihat jumlah skor yakni sangat tidak
setujun (STS), tidak setuju (TS), setuju (S) dan sangat setuju (SS). Dengan demikian dapat dipertegas bahwa untuk mengetahui sikap komunikan dapat
2.1.6. Pengertian Orang TuaTerhadap PenyalahGunaan Facebook Di Kalangan Remaja
Menurut kamus besar bahasa indonesia,oranga tua adalah Komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu dan merupakan hasil dari ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang memiliki
tanggung jawab untuk mendidik dan mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk memncapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk saiap dalam
kehidupan bermasyarakat.
Sedangkan pengertian orang tua diatas tidak lepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar
telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Secara tradisional, keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang yang
dihubungkan dengan pertalian darah, perkawinan atau adopsi (hukum) yang memiliki tempat tinggal bersama. Sedang Morgan dalam Sitorus(1988;45) menyatakan bahwa keluarga merupakan suatu grup sosial primer yang didasarkan
pada ikatan perkawinan (hubungan suami-istri) dan ikatan kekerabatan (hubungan antar generasi, orang tua – anak) sekaligus. Namun secara dinamis individu yang
2.1.7 Situs Facebook
Facebook adalah situs web jaringan sosial yang diluncurkan pada 4 Februari 2004 dan didirikan oleh Mark Zuckerberg, seorang lulusan Harvard dan mantan murid Ardsley High School. Keanggotaannya pada awalnya dibatasi untuk siswa dari Harvard College. Dalam dua bulan selanjutnya, keanggotaannya
diperluas ke sekolah lain di wilayah Boston (Boston College, Boston University, MIT, Tufts), Rochester, Stanford, NYU, Northwestern, dan semua sekolah yang
termasuk dalam Ivy League. Banyak perguruan tinggi lain yang selanjutnya ditambahkan berturut-turut dalam kurun waktu satu tahun setelah peluncurannya. Akhirnya, orang-orang yang memiliki alamat surat-e suatu universitas (seperti
.edu, .ac.uk, dll) dari seluruh dunia dapat juga bergabung dengan situs ini.
Selanjutnya dikembangkan pula jaringan untuk sekolah-sekolah tingkat
atas dan beberapa perusahaan besar. Sejak 11 September 2006, orang dengan dengan alamat surat apa pun dapat mendaftar di Facebook. Pengguna dapat memilih untuk bergabung dengan satu atau lebih jaringan yang tersedia, seperti
berdasarkan sekolah tingkat atas, tempat kerja, atau wilayah geografis.
Hingga Juli 2007, situs ini memiliki jumlah pengguna terdaftar paling
besar di antara situs-situs yang berfokus pada sekolah dengan lebih dari 34 juta anggota aktif yang dimilikinya dari seluruh dunia. Dari September 2006 hingga September 2007, peringkatnya naik dari posisi ke-60 ke posisi ke-7 situs paling
banyak dikunjungi, dan merupakan situs nomor satu untuk foto di Amerika Serika, mengungguli situs publik lain seperti Flickr, dengan 8,5 juta foto dimuat
2.1.8 Berita Penyalahgunaan Facebook Dikalangan Remaja di Jawa Pos Dalam pemberitaan surat kabar harian Jawa Pos yang berjudul“lagi
facebook makan korban” dan “hilang bersama teman facebook” baiknya para orangtua ikut berusaha memperhatikan anak-anak mereka terutama para remaja yang memiliki akun facebook,baiknya orangtua memperhatikan dengan
siapa-siapa saja anak-anak mereka berteman,dan apa saja aktifasi mereka dalam akun facebook tersebut,sehingga nantinya para orangtua tidak merasa kecolongan
apabila anak-anak mereka beteman dengan orang-orang yang mungkin saja baru mereka kenal dalam situs jejaringan facebook tersebut.
Dan disini nantinya para orangtua diharapkan dapat member pengertian
pada anak-anak meraka,agar lebih berhati-hati dalam menerima permintaan teman,dan agar meraka tidak mudah percaya begitu saja dengan orang-orang yang
baru saja mereka kenal,apalagi dalam situs jejajringan facebook,dan juga para orangtua juga nantinya dapat menemani anak-anak mereka pada saat mereka membuka akun dari jejaringan facebook tersebut,sehingga dengan demikian
oarangtua juga dapat memantau anak-anak merak,dan diharapkan tidak terjadi lagi hal-hal yang tidak diinginkan,apalagi bisa dibilang para remaja adalah sosok yang
apaling rentan menerima segala sesuatu yang baru apalagi itu melalui dunia maya,seperti saat-saat ini.
Pada penelitian ini, peneliti hanya akan mengkaji sejauh mana sikap para
orangtua di Surabaya terhadap pemberitaan di harian jawa pos yang pada kasus penyalahgunaan facebook dikalangan remaja. Dapat ditarik sebuah indicator
tentang kasus penyalahgunaan facebook dikalangan remaja yaitu sikap terhadap pemberitaan tersebut,antara lain sikap berdasarkan manfaat yang diperoleh
individu dan sikap berdasarkan pemberitaan tersebut .
Orangtua di Surabaya sebagai khalayak yang membaca pemberitaan cetak pada kasus penyalahgunaan facebook dikalangan remaja akan meperhatikan
mencoba mengerti dan dapat menerima isi pesan sehingga memunculkan respon.hal ini membuktikan bahwa pemberitaan cetak pada kasus penyalahgunaan
facebook dikalangan remaja dapat memberikan suatu sikap bagi orangtua sebagai khalayak yang membaca pemberitaan tersebut.
2.1.9 Teori S-O-R
Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini berasal dari kajian psikologi. Teori masuk ke dalam salah satu teori komunikasi sebab objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu intinya meliputi komponen sikap, opini, perilaku, dan konasi. (Effendy, 1993 :
253).
Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap
stimulus tertentu, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi khalayak. Selain itu, teori ini menjelaskan mengenai pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari proses
Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam
bentuk apa pengaruh itu terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus tersebut. Unsur-unsur dalam model ini adalah :
1. Pesan (stimulus/message). Merupakan rangsangan yang disampaikan
komunikator kepada komunikannya. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda atau lambing.
2. Komunikan (organism).
3. Efek (response). Merupakan dampak yang muncul akibat dari proses komunikasi. Efek dari perubahan sikap adalah kognitif, afektif, dan konatif.
(Effendy, 1993 : 254).
Mengutip pendapat dari Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan
bahwa dalam menelaah opini yang baru, ada 3 variabel penting, yaitu : 1. Perhatian
2. Pengertian
3. Penerimaan
Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar di atas menunjukkan hubungan teori ini dengan penelitian, dimana rangsangan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa berita
yang disajikan dengan tema Penyalagunaan Facebook di kalangan remaja, kemudian mendapat perhatian, pengertian, dan penerimaan dari masyarakat yaitu orang tua di Surabaya. Setelah itu timbul respon dari masyarakat berupa sikap.
2.2 Kerangka Berpikir
Facebook merupakan satu dari beberapa situs pertemanan dengan ide social networking untuk menjalin sosialisasi di dunia maya. Facebook adalah situs jejaring social dimana orang yang minim tekhnologinya pun bisa bergabung
dengan mudah. Facebook merupakan salah satu layanan jaringan social internet yang gratis, dimana pengguna dapat membentuk jaringan dengan mengundang
teman. Orang-orang di seluruh dunia tengah gandrung dengan mesin ajaib ini. Dengan melihat data di Alexa, Facebook adalag mesin jejaring social nomor satu. Sementara, untuk keseluruhan situs dunia, Facebook menempati
ranking ke 5 setelah Yahoo, Google, YouTube, dan Windows Live. Data ComScore Mei 2008 menyebutkan, situs web ini dikunjungi 123,9 juta orang.
Namun baru saja beberpaa hari berlalu di tahun 2009, Facebook sudah berhasil mencatat sejarah baru dengan mencatatkan adanya 150 juta pengguna aktif.
Inilah zaman baru, zaman yang merevolusi cara orang berkomunikasi dan
berjejaring. Tekhnologi telah menisbikan ruang dan waktu dan batas social. Komunikasi terjalin sedemikian intens dalam kesunyian, tanpa kata-kata. Tidak
aneka symbol. Kalaupun ada keriuhan itu terjadi hanya di dalam benak mereka yang termangu di depan komputer. Zaman yang aneh, karena kode-kode berupa
huruf dan angkamampu mencipta realitas lain di dunia maya. Realitas baru ini terepresentasikan sedemikian utuhnya meski hanya berupa symbol, mulai dari sekedar mengirim secangkir kopi, memeluk dan mencium mesra. Meski hanya
berupa kode interaktivitas ini mampu membuat enzim kimiawi pembawa emosi di dalam tubuh kita bergejolak juga. Bdi dunia maya itu terbit rasa senang, sedih,
bahagia, cemburu, kesal, dan lain sebagainya. (http://tekno.kompas..com/read/xml/2008/11/12/17403822/i/love.facebook.epide
mi.skizofrenia.)
Dengan adanya facebook yang saat ini muncul banyak sekali remaja yang menjadi korban kejahatan di dunia maya,apalagi remaja merupakan sosok yang
sangat rentan dengan hal-hal negative.para remaja ini cenderung mencoba-coba atau meniru-niru hal-hal yang dilihatnya,apalagi jika hal-hal yang dilihatnya adalah sesuatu yang negative maka akan menjadi suatu masalah karena hal tersbut
sangat tidak pantas diikuti oleh para remaja.hal ini juga dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian para remaja dan dapat merusak kejernihan pikiran
yang mengakibatkan timbulnya tindakan amoral.hal tersebut dikarenakan usia remaja yang masih sangat labil.
Dengan adanya pemberitaan tentang hilangnya remaja putri karena
penyalahgunaan facebook sehingga memperkuat bahw facebook juga dapat menimbulkan tindakan negative jika tidak ada kontrol yang baik khusunya dari
Sehingga inti dari penelitan ini adalah dapat mempengaruhi tindakan, sikap dan perilaku orangtua dalam mengontrol anaknya. Yang tadinya sosialisasi
hanya dilakukan langsung secara tatap muka, kini bergeser dengan menggunakan sarana teknologi yaitu dengan situs pertemanan Facebook ini. Boleh dikata, saat ini siapa sich yang tidak punya account di Facebook ? tetapi apakah semua
pengguna, remaja di Surabaya dapat mengerti dengan baik untuk apa fitur – fitur yang terdapat dalam Facebook tersebut, sesuai dengan fungsi Facebook sebagai
sarana komunikasi dan situs pertemanan yang sedang booming saat ini ? ataukah para remaja itu hanya sekedar mengikuti trend saja ?
. Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Stimulus
sendiri berate pesan diantara dua unsure komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang, dan gambar
kepada komunikan. Organism berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memperhatikan tanda, lambang maupun gambar. Kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan
dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya Response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi. Keberhasilan dalam proses komunikasi
adalah menimbulkan perubahan konatif, afektif, dan kognitif pada diri komunikan. Dampak atau pengaruhyang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. (Sendjaja, 1999:71) Dan definisi dari efek kognisi
Organism : Perhatian, Pengertian,
Penerimaan
Response : Sikap Orang Tua Positif
Netral Negatif
Stimulus : Pemberitaan penyalahgunaan facebook dikalangan
remaja
Gambar 2.2
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metodelogi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Adapun pengertian dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya
memaparkan situasi atau peristiwa (Rakhmat, 2002: 24). Metode deskriptif bertujuan melukiskan secara sistematis fakta ataupun karakteristik
populasi tertentu secara faktual dan cermat (Rakhmat, 2002: 22). Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yaitu data yang kongkrit (tangible) dan terukur (Ruslan, 2003: 28).
3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Sikap
Sikap yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah sikap orangtua terhadap pemberitaan penyalahgunaan facebook dikalangan remaja di harian jawa
pos yang diukur dengan mengenakan aspek sikap yang meliputi kognitif, afektif serta konatif. Aspek sikap kognitif yaitu pengetahuan orangtua tentang pemberitaan penyalahgunaan facebook dikalangan remaja atau sejauh mana
orangtua mengerti informasi tentang pemberitaan tersebut. Pada aspek afektif yaitu mengetahui bagaimana perasaan orangtua tentang adanya pemberitaan
tentang adanya pemberitaan tersebut. Pengukuran adalah dengan menggunakan
tingkat sangat setuju, setuju, tidak setuju, serta sangat tidak setuju. Untuk selanjutny dianalisis untuk mengetahui sikap orang tua dalam tiap aspek sikap.
Nilai untuk masing-masing jawaban adalah: a. Sangat Setuju (SS) = 4
b. Setuju (S) = 3
c. Tidak Setuju (TS) = 2 d. Sangat Tidak Setuju (STS) = 1
Untuk pilihan jawaban “Netral” sengaja tidak dicantumkan dalam kuesioner, responden di arahkan untuk tidak menjawab “Netral” dengan alasan: 1. Jawaban ini memiliki arti ganda, bias diartikan belum dapat memberikan
jawaban, netral atau ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda ini tidak diharapkan dalam instrumen.
2. Jawaban “Netral” menimbulakan kecenderungan untuk menjawab “Netral”,
terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan jawabannya.
3. Jawaban “Netral” akan menghilangkan banyak data penelitian, sehingga
mengurangi banyak informasi yang dapat dijaring dari responden (Hadi, 2000: 20).
Berdasarkan jumlah skor jawaban yang diterima dari masing-masing
pertanyaan, maka selanjutnya diberikan batasan-batasan dalam menentukan lebar interval dari sikap yang diukur dari tiap aspek sikap yang terbentuk apakah positif,
yang terbentuk positif maka sikap yang terbentuk menyatakan sikap positif, Jika
aspek yang terbentuk netral maka sikap yang terbentuk menyatakan sikap netral, dan Jika aspek yang terbentuk negatif dalam artian tidak mendukung maka sikap
yang terbentuk menyatakan sikap negatif. Untuk mengetahui tingkatan tersebut dengan menggunakan rumus :
Skor Jawaban Tertinggi – Skor Jawaban terendah Jenjang yang diinginkan
Range = 60 – 15 3 = 45 = 15
3
SS = 4 x 15 = 60 (nilai tertinggi)
S = 3 x 15 = 45 TS = 2 x 15 = 30
STS = 1 x 15 = 15(nilai terendah)
Jadi penentuan kategorinya adalah :
1. sikap negatif = 15 – 30 (terendah) 2. sikap netral = 31 – 45 (sedang)
Kemudian apabila skor dan tingkat interval dari tiap-tiap kategori
diketahui, maka hasil yang diperoleh akan diinterpretasikan dan di analisis.
Sikap orangtua terhadap pemberitaan penyalahgunaan facebook
dikalangan remaja yang terdapat di harian Jawa Pos dikategorikan ke dalam tiga (3) kategori positif, kategori negatif, dan kategori netral. Dikatakan positif jika oarangtua banyak yang memanfaatkan adanya pemberitaan tersebut, sementara
dikatakan negatif jika oarangtua tidak memanfaatkan adanya pemberitaan dan dikatakan netral jika orangtua masih tidak konsisten dengan adanya pemberitaan
penyalahgunaan facebook.
3.2.2 Berita penyalahgunaan facebook di harian jawa pos
Berita penyalahgunaan facebook dikalangan remaja adalah sebuah berita yang bertujuan memberikan suatu informasi kepada pembaca jawa pos khususnya orangtua bahwa sebenarnya orangtua perlu mewaspadai putra-putri mereka dalam
memngunakan situs pertemanan seperti facebook,hal ini juga dapat menjadi peringatan kepada orangtua agar selalu memberikan nasehat-nasehat kepada
putra-putri mereka bahawa,dalam menggunakan facebook mereka perlu mengetahui bagaimana batasan-batasan dalam menjalin pertemanan di facebook, kita sendiri tidak juga sepenuhnya menyalahkan situs jejaringan fecebook yang
saat-saat ini sedang marak dikalangan remaja, apalagi situs-situs seperti itu bagi para remaja menrupakan suatu hal baru dan patut untuk diikuti
Sehingga nantinya apabila ada hal-hal yang tidak diinginkan oarangtua
dapat dengan sigap mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan,dan nantinya orangtua dapat mengikuti perkembangan yang ada dan dapat
membimbing putra-putri mereka yang masih remaja dalam menerima setiap informasi yang ada, karena remaja adalah merupakan sosok yang labil dan cenderung mereka ingin ikut-ikutan dan akhirnya apabila mereka tidak menyaring
dengan baik setiap informasi yang masuk kedalam kehiudupan para remaja.
3.3 Pengukura Variabel
Variabel adalah konstruk yang sifat-sifatnya dalam bentuk skala (Rakhmat, 1999: 12). Dalam definisi operasional variabel ini akan dijelaskan
variabel-variabel yang akan diamati yang menjadi obyek pengamatan dan penelitian dengan keterkaitan kesimpulan yang dikehendaki. Oleh karena itu variabel sikap orang tua terhadap pemberitaan penyalagunaan facebook di
kalangan remaja di jawa pos diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut: 1. Komponen kognitif berkaitan dengan keyakinan atau kepercayaan orangtua
mengenai pemberitaan penyalahgunaan facebook dikalangan remaja .Pengetahuan seseorang didasarkan pada tingkat pendidikan. Jika tingkat pendidikan seseorang tinggi maka seseorang akan mudah untuk memahami
suatu informasi. Pengetahuan ini kemudian akan memberikan keyakinan tertentu dalam diri individu terhadap objek sikap. Pengetahuan disini tentang
2. Komponen afektif dibentuk oleh perasaan terhadap objek. Komponen ini
berkaitan dengan aspek emosional dari orangtua di Surabaya tentang pemberitaan penyalahgunaan facebook dikalangan remaja. Misalnya, seperti
perasaan suka atau tidak suka terhadap pemberitaan tersebut.
3. Komponen konatif berkaitan dengan kecenderungan orangtua memberikan respon positif, netral, atau negative tentang pemberitaan penyalahgunaan
facebook yang ada di harian jawa pos . Pada aspek ini seseorang berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. Jika pemberitan ini memberi dampak
positif maka orangtua akan memanfaatkan adanya pemberitaan ini. Jika respon yang diterima positif maka oarangtua mendukung serta memanfaatkan pemberitaan tersebut. Namun, bila orangtua bersikap negatif maka
kecenderungannya akan mengkritik adanya pemberitaan tersebut. Sedangkan sikap netral akan muncul jika orangtua benar-benar memanfaatkan adanya pelayanan tersebut.
3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.4.1 Populasi
Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 2003: 257). Dengan demikian populasi merupakan keseluruhan atas objek penelitian yang akan diteliti.
menetap sementara di Surabaya) . Adapun jumlah populasi dari jumlah pembaca
Jawa Pos di Kota Surabaya berjumlah 248.228 (sumber : bagian sirkulasi dan pemasaran Jawa Pos 2009). Alasan mengapa peneliti mengambil Surabaya
sebagai lokasi dalam penelitian ini adalah karena program tersebut dilakukan di Kota Surabaya.
Dipilihnya pembaca Jawa Pos yang tertuju pada orangtua adalah karena
peneliti ingin mengetahui sejauh mana opini pembaca khususnya orang tua yang mempunyai anak berusia remaja, yang terkait dengan pemberitaan penyalagunaan
facebook pada remaja yang sedang marak terjadi belakangan waktu ini, dan menjadi pembicaan banyak orang dan masuk dalam pemberitaan publik.
3.4.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik. Purposive sampling yaitu teknik pententuan sampel dengan pertimbangan
tertentu.( Sugiono , 2003:61). Dengan Kriteria :
a. membaca pemberitaan penyalahgunaan Facebook di kalangan remaja di
harian jawa pos.
Dengan pernah membaca pemberitaan penyalahgunaan Facebook dikalangan remaja berarti para orangtua mengetahui setiap detailnya pemberitaannya.
b. Berlangganaan Harian Jawa Pos minimal 6 bulan
Dengan berlangganan minimal 6 bulan diharapkan pelanggan dapat
c. Bertempat tinggal di wilayah Surabaya
d. Berdasarkan uraian di atas maka sampel yang diteliti dalam penelitian adalah keseluruhan pembaca (khusunya orangtua) harian jawa pos di Surabaya.
Untuk menentukan jumlah keseluruhan dari penduduk Surabaya yang membaca media cetak Jawa Pos, maka untuk mencapai tinggkat signifikan yang
sama dilakukan perhitungan proposisi dari populasi yang ada, dengan presisi ± 10 % dengan tingkat kepercayaan 90% menurut rumus Yamane (Rakhmat, 2007 : 82)
Maka sampel dari penelitian dapat diketahui dengan rumus Yamane, yaitu: n = N
Nd² + 1
Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi
d = derajat ketelitian 0,1 ; tingkat kepercayaan 90% (Rakhmat, 2007;82)
Menurut bagian sirkulasi dan pemasaran data pembaca Jawa Pos sejumlah 284.228 orang. (sumber : database Jawa Pos tahun 2009 baik pelanggan maupun pembeli eceran (90.558)) Dalam penelitian ini digunakan presisi 10% dan tingkat
n = N
Nd² + 1 = 284.228
284.228(0,1)² +1 = 99.9 = 100 responden
3.5 Sumber dan Jenis Data 3.5.1 Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama yang dilokasi penelitian atau objek penelitian (kuesioner). Sedangkan
data sekunder adalah data yang diperoleh oleh sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan (literatur) (Bungin, 2004 :122).
3.5.2 Jenis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis data yang dapat
diperoleh, antara lain: 1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek
penelitian (Ruslan, 2003: 29). Data ini diperoleh dari kuesioner dengan pertanyaan tertutup. Kuesioner adalah pengumpulan data yang dilakukan
(Sugiyono, 2003: 135). Peneliti telah menyediakan pilihan jawaban dengan
skala Likert untuk dipilih oleh responden. 2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia) melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi atau perusahaan (Ruslan, 2003: 29). Data sekunder diperoleh dari sumber-sumber
lain selain sumber data primer untuk mendukung keakuratan data. Data sekunder diperoleh melalui observasi, wawancara (interview), buku-buku
teks, majalah, dan internet yang mendukung obyek penelitian.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Metode teknik pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti adalah metode kuesioner yang berbentuk rangkaian atau kumpulan pertanyaan, kemudian pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam sebuah daftar pertanyaan,
kemudian dikirim kepada responden untuk diisi (Bungin, 2004: 130). Dalam penyebaran kuisioner kepada responden, responden terkait didampingi oleh
peneliti. Selain itu, peneliti akan melakukan metode wawancara dan observasi untuk mendukung data-data penelitian. Adapun instrument penelitian yang dibutuhkan adalah:
1. Kuesioner
Berupa daftar pertanyaan tertutup yang disebarkan kepada responden guna
o o
N F
P 100
3.7 Metode Analisis Data
Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel frekuensi data
yang telah diklasifikasikan dan dihitung untuk ditampilkan dalam persentase. Yaitu presentase masing-masing data yang menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan penyebaran kuisioner yang diisi oleh responden.
Data yang diperoleh dari hasil kuisioner selanjutnya akan diolah untuk mendeskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuisioner terdiri dari
mengedit, mengkode dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif untuk setiap pertanyaan yang diajukan. Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
P = Persentase Responden
F = Frekuensi Responden N = Jumlah Responden
Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh persentase yang diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya akan
39
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah Berdirinya Surat Kabar Jawa Pos
Surat kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada tanggal 1 Juli 1949
oleh perusahaan bernama PT. Jawa Pos Concern Ltd. berlokasi di Jalan Kembang Jepun 166-169. Pendirinya seorang warga negara Indonesia keturunan, kelahiran
Bangka, bernama The Chung Shen (Soeseno Tedjo). Sebagai perintis berdirinya Jawa Pos, Soeseno Tedjo mulanya bekerja di kantor film Surabaya. Soeseno Tedjo bertugas untuk menghubungi surat kabar agar pemuatan iklan filmnya
lancar dan dari situ, ia mengetahui bahwa memiliki surat kabar ternyata menguntungkan, maka pada tanggal 1 Juli 1949 surat kabar dengan nama Jawa Pos didirikan. Surat kabar saat itu dikenal sebagai harian Melayu Tionghoa
dengan pimpinan redaksi pertama yang bernama Goh Tjing Hok.
Sejak tahun 1951 pemimpin redaksinya adalah Thio Oen Sik. Keduanya
dikenal sebagai orang-orang Republikan yang tak pernah goyang. Pada saat itu The Chung Shen dikenal sebagai raja Koran karena memiliki tiga buah surat kabar yang diterbitkan dengan tiga bahasa berbeda. Surat kabar yang berbahasa
Pada tahun 1962 harian Van Vrije Pers dilarang terbit berkenaan dengan
peristiwa Trikora untuk merebut kembali Irian Jaya dari tangan Belanda. Sebagai gantinya diterbitkan surat kabar berbahasa Inggris dengan nama Indonesia Daily
News pada tahun 1981 terpaksa beerhenti karena minimnya iklan. Sedangkan
meletusnya G 30 S/PKI pada tahun 1965 menyebabkan pelarangan terbit pada harian Huo Chiau Shin Wan. Maka pada tahun 1981 hanya Jawa Pos yang tetap
bertahan untuk terbit dengan oplah yang sangat minim dan memprihatinkan hanya 10.000 eksemplar.
Pada awal terbitnya Jawa Pos memiliki cirri utama terbit pada pagi hari dengan menampilkan berita-berita umum. Terbitan Jawa Pos pertama kali dicetak di percetakan Aqil di Jalan Kiai Haji Mas Mansyur Surabaya dengan oplah 1000
eksemplar. Sejak 1 April 1954 Jawa Pos dicetak di percetakan De Virje Pers di Jalan Kaliasin 52 Surabaya dan selanjutnya dari tahun ke tahun oplahnya mengalami peningkatan.
Tercatat pada tahun 1954-1957 dengan oplah sebesar 4000 eksemplar dan mulai tahun 1958-1964 oplahnya mencapai 10.000 eksemplar. Karena perubahan
ejaan pada tahun 1958 Jawa Pos berganti menjadi Djawa Pos dan mulai tahun 1961 berubah menjadi Jawa Pos. Pada periode tahun 1971-1981 oplah tercatat pada 10.000 eksemplar, namun pada tahun1982 terjadi penurunan oplah ke 6.700
eksemplar dengan jumlah pendistribusian 2.000 eksemplar pada kota Surabaya dan sisanya pada kota lain. Penurunan tersebut terjadi karena sistem manajemen
Soeseno Tedjo sebagai pemilik perusahaan mnerima tawaran untuk menjual
mayoritas dari sahamnya pada PT. Grafiti Pers (penerbit TEMPO) pada tanggal 1 April 1982, pada tanggal itu juga Dahlan Iskan ditunjuk sebagai Pimpinan Utama
dan Pimred oleh Dirut PT. Grafiti Pers, Eric Samola, SH untuk membenahi kondisi PT. Jawa Pos Concern Ltd. Hanya dengan waktu dua tahun oplah Jawa Pos mencapai 250.000 eksemplar, dan sejak itulah perkembangan Jawa Pos
semakin menakjubkan dan menjadi surat kabar terbesar yang terbit di Surabaya. Pada tahun 1999 oplahnya meningkat lagi menjadi 320.000 eksemplar.
Pada tanggal 29 Mei 1985 sesuai dengan Akta Notaris Lim Shien Hwa, SH No. 8 Pasal 4 menyatakan nama PT. Jawa Pos Concern Ltd. diganti dengan nama PT. Jawa Pos dan sesuai dengan surat Menpen No.I/Per 1/Menpen/84
mengenai SIUPP, khususnya pemilikan saham maka 20 persen dari saham harus dimiliki karyawan untuk menciptakan rasa saling memiliki.
Melejitnya oplah Jawa Pos ini, tidak lepas dari perjuangan dan
kepopuleran Jawa Pos mengubah budaya masyarakat Surabaya, pada khususnya dan masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Waktu itu budaya masyarakat
membaca Koran adalah sore hari. Koran terbesar yang terbit di Surabaya sore hari. Ketika Jawa Pos mempelopori terbit pagi, banyak warga yang menertawai “Koran kok pagi” banyak diantaranya menolak. Banyak agen dan loper yang
menolak. Manajemen memutar otak kalau tidak ada loper dan agen, lewat apa Koran ini dipasarkan?. Akhirnya ditemukan cara lain: istri-istri atau keluarga
masih kecil, dengan cara ini keluarga Jawa Pos akan menambah pendapatan.
Ketiga, memberikan kebanggaan kepada keluarga karyawan Koran Jawa Pos atau usaha suaminya dan kelak di kemudia hari beberapa istri atau keluarga wartawan
ini menjadi agen besar Koran Jawa Pos.
Perjuangan dan kepeloporan ini ternyata membuahkan hasil termasuk perubahan mendasar di keredaksian. Warga Surabaya utamanya lebih memilih
Koran Jawa Pos dan pada tahun 1985 oplah Jawa Pos telah menembus angka 250.000 eksemplar per hari. Sampai dengan tahun 1985, harian Jawa Pos terbit 16
halaman setiap harinya dan ditambah suplemen Ronce setiap hari Senin, Rabu, Sabtu.
Pada perkembangan selanjutnya, untuk memenangkan persaingan atas
ketatnya kompetisi antara lembaga media maka Jawa Pos melakukan berbagai terobosan, diantaranya terbit 24 halaman setiap harinya. Dengan terbit 24 halaman ini, harian Jawa Pos terbagi dalam tiga sesi.
Salah satu hal yang benar-benar membuat kelompok Jawa Pos menjadi sebuah kelompok media yang sangat besar adalah adanya JPNN (Jawa Pos News
Networking). JPNN ini dibentuk sebagai salah satu sarana untuk menampung
berita dari seluruh daerah di Indonesia dan untuk keperluan sumber berita berbagai media cetak yang berada dalam satu naungan dengan kelompok Jawa
Pos, sehingga berita luar daerah tidak perlu mengerjakan layoutnya di Surabaya dan mengirimkan ke JPNN. Ketika media online sedang berkembang, Jawa Pos
Ketika dalam waktu singkat Jawa Pos mampu menembus oplah di atas
100.000 eksemplar yang semula dianggap sebagai mimpi, akhirnya Jawa Pos “bermimpi” lagi dengan ambisi menembus oplah 1 juta eksemplar. Berbagai
upaya dilakukan baik dengan redaksi pemasaran maupun lainnya untuk menembus angka itu ternyata sulit. Jawa Pos tetap bertahan dengan oplah 400.000 eksemplar. Manajemen lantas memutar otak agar sumber daya dan dana yang
dimiliki tetap optimal. Lalu muncullah ide ekspansi yakni membuat koran di daerah-daerah di Indonesia. Ide tersebut muncul dari Dahlan Iskan usai studi di
Amerika dan negara maju lainnya dimana setiap kota mempunyai satu koran. Ia berasumsi bahwa di kota-kota besar di Indonesia bisa didirikan satu koran dan ini dilakukan. Dikirimlah orang-orang terbaik Jawa Pos untuk mendirikan koran di
berbagai daerah di Indonesia. Ada yang menghidupkan usaha koran yang mau gulung tikar atau tinggal SIUPPnya saja. Ada yang kerja sama dan banyak diantaranya yang didirikan Jawa Pos.
Berhasil di satu kota dilakukan, di kota lain gagal, mencoba lagi di kota lain dan April 2001 anak perusahaan Jawa Pos sudah mencapai 99 grup.
Koran-koran yang dahulu menjadi anak perusahaan Jawa Pos kini juga mendirikan koran-koran, majalah, atau tabloid-tabloid yang menjadi cucu dari Jawa Pos.
Kini hampir di seluruh propinsi di Indonesia terdapat Jawa Pos Group
kecuali di Aceh dan NTT. Bisnisnya tidak hanya koran namun juga percetakan, pabrik kertas, real estate, hotel, bursa sampai travel agen ini semua berada
Dicetak diatas 360.000 eksemplar setiap hari, Jawa Pos kini menduduki
peringkat kedua dalam urutan sepuluh koran besar di Indonesia. Basis pemasaran terkuat berada di Jawa Timur, menyusul berkembang di Kalimantan, Sulawesi,
NTB, NTT, hingga Papua. Dengan orientasi segmentasi menengah atas, Untuk meningkatkan kualitas layanan pembaca, Jawa Pos melakukan cetak jarak jauh dengan sistem cetak jarak jauh (SCJJ) di Bali, Banyuwangi, Nganjuk, Solo,
Jakarta, Balikpapan, Banjarmasin, dan dipersiapkan di beberapa kota lain di Indonesia. Jawa Pos mulai diminati warga Indonesia yang tinggal di Malaysia dan
Arab Saudi. Kini Jawa Pos terbit 48 halaman.
1. Koran 1 (Bagian utama) memuat liputan-liputan utama mengenai peristiwa nasional maupun internasional.
2. Koran 2 (Olah raga / sportivo) memuat berita seputar olah raga.
3. Koran 3 (Metropolis) memuat berita-berita tentang daerah Surabaya dan seputar Jawa Timur.
4.1.2 Gambaran Umum Surabaya
Kota Surabaya adalah ibukota provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Dan sudah tentu menjadi sasaran dari perkembangan teknologi yang semakin cepat. Selain itu,
Surabaya adalah lokasi dimana surat kabar harian Jawa Pos melakukan aktivitas produksi kemediaannya.
harian Jawa Pos minimal 6 bulan. Pada usia tersebut orang tua mempunyai anak
beranjak remaja yang memunculkan tingkat kekhawatiran bagi mereka sebagai orang tua.
4.2. Penyajian Data dan Analisis Data 4.2.1 Identitas Responden
Data yang ada pada bagian ini adalah data-data yang diperoleh berdasarkan karakteristik responden yang meliputi usia, tingkat pendidikan
terakhir dan status responden. Data ini diperlukan untuk dapat menjelaskan secara umum responden yang ada selengkapnya tertera pada tabel-tabel berikut ini :
1. Usia Responden
Berdasarkan hasil kuesioner, maka dapat diketahui bahwasannya usia dari 100 responden dalam penelitian ini berkisar antara 35 tahun sampai dengan 60
tahun. Uintuk lebih jelasnya disajikan dalam table berikut.. Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia (n = 100)
NO USIA RESPONDEN F %
Sumber : kuesioner I.1
Dari hasil tabel 4.1 dapat dilihat bahwa responden yang diperoleh oleh peneliti berjumlah 100 responden dengan usia yang berbeda-beda. Pada tabel di
orang tua di Surabaya. Antara lain pada tabel 1 menjelaskan bahwa responden
yang berusia 35 – 40 sebanyak 40 orang sampai dengan 41 - 47 tahun sebanyak 27 orang atau 24% dari keseluruhan jumlah responden. Responden yang berusia 48 -
dengan 54 tahun sebanyak 25 orang atau 30% dari total keseluruhan responden. Sedangkan sisanya responden yang berusia 54 sampai dengan 60 tahun berjumlah 8 orang atau 8% dari total keseluruhan jumlah responden.
2. Pendidikan Terakhir Responden
Berdasarkan tabel 4.2 dibawah ini menjelaskan tentang identitas responden mengenai pendidikan terakhir yang disandang oleh responden, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan (n = 100)
NO PENDIDIKAN F %
1 SD 0 0
2 SMP / Sederajat 0 0
3 SMA / Sederajat 25 25
5 Sarjana/Pasca sarjana 75 75
JUMLAH 100 100
Sumber : kuesioner I.2
Dari hasil tabel 4.2 diketahui bahwa sebesar 75% responden memiliki pendidikan terakhir Sarjana/Pasca sarjana, 25% ressponden memilii pendidikan
SMA (Sekolah Menengah Atas), sedangkan 0% responden pendidikannya terakhirnya SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan sisanya sebesar 0%
3. Jenis Kelamin Responden
Identitas responden berikutnya adalah mengenai jenis kelamin responden, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin (n = 100)
NO JENIS KELAMIN F %
1 Laki-laki 44 44
2 Perempuan 56 56
JUMLAH 100 100
Sumber : kuesioner I.3
Dari hasil tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden y dalam penelitian ini mempunyai jenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 56%
responden . Sedangkan selebihnya dari responden dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin laki - laki, yakni 44% responden.
4.3. Sikap Orang Tua di Surabaya Terhadap Pemberitaan Penyalahgunaan Facebook Pada Kalangan Remaja di Harian Jawa Pos
Berikut ini adalah data yang menunjukkan tentang sikap responden yaitu Sikap Orang Tua di Surabaya Terhadap Pemberitaan Penyalahgunaan Facebook pada kalangan remaja di Surabaya di Harian Jawa Pos. Adapun sikap orang tua di
Surabaya mengenai penyalahgunaan facebook pada kalangan remaja di media cetak yang dalam hal ini objeknya adalah harian Jawa Pos sebagai penyalur
informasi dapat diukur dari beberapa indikator sebagai berikut : 4.3.1 Aspek Kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi