ABSTRAK
Riko Marbun, Nim: 0809525016. Pendidikan Multikultural pada Sekolah Pembauran SMA Sultan Iskandar Muda. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Februari 2013.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa pendidikan multikultural yang diterapkan padas sekolah pembauran merupakan suatu strategi yang efektif untuk menanamkan sikap penerimaan terhadap perbedaan. Pada akhir kejatuhan rezim Orde Baru kita melihat banyak sekali konflik muncul yang mengedepankan isu-isu perbedaan baik secara etnis, agama, budaya, dan lain-lain. Konflik-konflik tersebut menunjukkan betapa rentannya rasa kebersamaan yang dibangun dalam suatu Negara-Bangsa, betapa kentalnya prasangka antara kelompok dan betapa rendahnya nilai-nilai multikulturalisme.
Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan pendidikan multikultural pada sekolah pembauran Sultan Iskandar Muda Medan kemudian mengungkapkan strategi dan pendekatan yang dilakukan sekolah pembauran Sultan Iskandar Muda Medan dalam pelaksanaan pendidikan multikultural di sekolah tersebut. Dan mengetahui sikap dan pandangan masyarakat terhadap sistem pendidikan di sekolah tersebut. Dalam mengumpulakn data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui dokumentasi, observasi, wawancara, dan angket.
ii
Abstract
Riko Marbun, Nim: 0809525016. Multicultural Education in Educational Assimilation SMA Sultan Iskandar Muda. Medan State University Graduate Program, Februari 2013.
This study revealed that multicultural education adopted school padas blending is an effective strategy to inculcate an attitude of acceptance of
difference. At the end of the fall of the New Order regime we see a lot of conflicts arise that puts the issues both ethnic differences, religious, cultural, and others. These conflicts demonstrate how vulnerable sense of who created the Nation-State, how kentalnya prejudice between groups and how low the values of multiculturalism.
Research purposes to describe how the implementation of multicultural education in schools assimilation Sultan Iskandar Muda Field then reveals the strategies and approaches that schools assimilation Sultan Iskandar Muda Field in the implementation of multicultural education in the schools. And knowing the attitudes of the community towards education in the school system. In
mengumpulakn data, researchers used data collection techniques through documentation, observation, interviews, and questionnaires.
From this study it was revealed as school integration and promote the concept of multicultural education, Educational Foundation of Sultan Iskandar Muda has its own ways to implement the concept of multicultural education. The strategy taken is to develop a design materials, methods, and curriculum as a guide for each teacher to develop RKH and RPP. Besides the selection of
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Sang Maha Karya dan Sumber Pengetahuan yang selalu memberikan kebijaksanaan, kekuatan dan kelimpahan. Berkat-NYA sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Tesis ini berjudul: “ Pendidikan Multikultural Pada Sekolah Pembauran SMA Sultan Iskandar muda”, sejak mulai persiapan sampai
selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan semangat semangat, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.Bapak Prof. Dr. Usman Pelly, MA. selaku Pembimbing I yang telah mengarahkan dan memberikan support kepada penulis serta menuangkan ilmu sehingga peneliti mengerti hakikat penelitian itu sebenarnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian in.
2.Bapak Dr. Phil. Ichwan Azhari, MS, selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
3.Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Prodi Antropologi Sosial , yang telah banyak memberikan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang bermakna bagi penulis selama penulis menjadi mahasiswa di jurusan Antropologi Sosial. 4.Bapak Edy Jitro Sihombing, M.Pd selaku Kepala SMA Perguruan Sultan
iv sekolah Sultan Iskandar Muda yang telah banyak membantu penulis selama mengadakan penelitian hingga selesainya tesis ini.
5.Bapak Sofyan Tan, selaku pemilik Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah yang sedang Beliau kelola.
6.Ibu Isnayanti, selaku kepala lingkungan XI kelurahan Sunggal dimana Perguruan Sultan Iskandar Muda berada. Beliau telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, dimana penulis mendapatkan berbagai informasi yang dapat menunjang terselesaikanya tesis ini selama proses penelitian.
7.Drs. Darwin Siregar, M.Pd, selaku Kepala SMA Negeri 15 Medan yang merupakan ketua sub rayon SMA Sultan Iskandar Muda, yang telah banyak membantu penulis selama proses penelitian berlangsung, dimana penulis banyak mendapatkan informasi tentang Sekolah Sultan Iskandar Muda sehingga data-data dalam penelitian ini dapat terlengkapi.
8.Lisnawati Susman, SH, selaku kepala SMP Negeri 9 Sunggal yang lokasinya dekat dengan Perguruan Sultan Iskandar Muda, yang telah banyak memberikan masukan, pengalaman dan informasi penting bagi terlaksananya penelitian ini sampai tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. 9.Teman-teman mahasiswa jurusan Antropologi Sosial yang seangkatan
10.Teristimewa buat istriku tercinta, Tiar Delimawati Tambunan, M.Si, yang telah dengan sungguh-sungguh memberikan dukungan dan dorongan serta perhatian yang penuh kasih sayang kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perkulian sampai dengan selesainya tesis ini.
11.Dan tidak lupa untuk anak-anakku tersayang, Rima Sabtine Daomara Marbun, Dwita Soave Natio Marbun, Tabitha Aquila Lamsari Marbun, terlebih khusus untuk putraku yang paling kecil Agripa Argatama Marbun telah memberikan inspirasi yang tak ternilai.
Adapun tesis ini masih jauh dari sempurna maka dari itu penulis masih mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Semoga Tuhan memberikan balasan yang baik atas bantuan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis. Dengan penuh harapan kiranya tesis ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.
Medan, Februari 2013 Penulis
vi
1.2 Identifikasi Masalah ... 7
1.3 Perumusan Masalah ... 7
1.4 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 10
2.1 Pendidikan ... 10
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
3.1 Jenis Penelitian ... 26
3.2 Obyek Penelitian ... 26
3.3 Fokus Penelitian ... 27
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 27
3.4 Teknik Analisa Data ... 28
3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30
4.1 Sejarah Berdirinya Yayasan Pendidikan Sultan Iskandar Muda (YPSIM) ... 30
4.2 Visi, Misi, dan Sumber Daya Sarana dan Prasarana Sekolah ... 38
4.3 Pelaksanaan Pendidikan Multikultural di Sekolah YPSIM ... 42
4.3.1 Mencegah Diskriminasi ... 42
4.3.2 Keragaman Budaya ... 44
4.4 Strategi Pengimplementasian Pendidikan Multikultural Di YPSIM ... 47
4.4.1 Design Materi, Metode, dan Kurikulum ... 49
4.4.2 Rekruitmen Siswa dan Pengajar ... 62
4.4.3 Budaya Sekolah ... 68
A. Rumah Ibadah ... 68
B. Kegiatan Keagamaan... 74
4.4.4 Budaya Kelas ... 78
A. Pengaturan Tempat Duduk ... 78
B. Berdoa Menurut Agama Masing-masing ... 81
4.4.5 Kegiatan-kegiatan Siswa ... 82
A. Klub Olahraga, Seni, Musik, Sains dan Bahasa ... 82
B. Radio Keberagaman ... 83
C. Simpul Siswa ... 83
D. Pesantren Kilat, Retreat, Dan Lain-lain ... 84
4.4.6 Program Anak Asuh Silang Berantai dan Subsidi Silang .... 87
4.4.7 Pemilihan Pengurus OSIS ... 96
4.5 Pandangan Masyarakat di Sekitar Sekolah Sultan Iskandar Muda ... 97
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 103
5.1 Kesimpulan ... 103
5.2 Saran ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 106
Riko MarbunPascasarjana Aansos 2009 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar BelakangKeberadaan bangsa Indonesia sebagai negara yang plural dan hidup berdampingan dengan berbagai latarbelakang budaya, ras, dan agama yang berbeda membawa dampak terjadinya benturan-benturan budaya. Benturan-benturan tersebut dapat saja terjadi sebagai suatu ketidakpahaman dan tidak adanya suatu penghargaan terhadap eksistensi keragaman sebagai suatu kenyataan yang dihadapi sebagai masyarakat Indonesia. Melihat kenyataan tersebut, pendidikan di Indonesia harus peka menghadapi arus perputaran globalisasi. Gelombang demokrasi menuntut oengakuan perbedaan dalam tubuh bangsa Indonesia yang majemuk.
Masyarakat Indonesia kini sedang berada dalam era reformasi, seyogyanya telah menata kehidupan baru dengan bangunan masyarakat yang multicultural. Masyarakat multicultural tidak hanya mengakui pluralitas kelompok etnik agama atau ras sebagai setumpuk keanekaan, tetapi berusaha merangkai dan merajut kebersamaan itu dalam kesederajatan dan keadilan dalam kesejahteraan, sehingga merupakan sebuah permadani nusantara yang mosaic dan indah (Pelly: 2003).
masih belum semua bisa menerima keberagaman tersebut terlebih keberagaman di lingkungan dunia pendidikan. Pada hal dari jaman dahulu masyarakat Indonesia telah ditanamkan pendidikan tentang “Bhineka Tunggal Ika”. Semboyan tersebut masih hanya sebatas ucapan belaka, untuk menerapkan masyarakat Indonesia kelihatan masih enggan. Hal ini dapat kita lihat di lingkungan sekolah, misalnya di sekolah-sekolah negeri yang ada di kota Medan, banyak sekolah-sekolah yang hanya memiliki dua mata pelajaran agama saja ,yaitu agama islam dan kristen . Padahal di Indonesia ini ada lima agama yang diakui oleh pemerintah dan peneliti juga telah meninjau bahwa di kota Medan agama yang dianut oleh masyarakatnya bukan hanya dua saja, melainkan lebih dari dua.
Sedikitnya selama tiga dasawarsa, kebijakan yang sentralistis dan pengawalan yang ketat terhadap isu perbedaan telah menghilangkan kemampuan masyarakat untuk memikirkan, membicarakan dan memecahkan persoalan yang muncul dari perbedaan secara terbuka, rasional dan damai. Kekerasan antar kelompok yang meledak secara sporadis pada Mei 1998 di berbagai kawasan di Indonesia dan tahun 1994 di Medan yang bermula dari demonstrasi kaum buruh yang menuntut kenaikan upah dan pada akhirnya berubah menjadi kerusuhan anti Tionghoa menunjukkan betapa rentannya rasa kebersamaan yang dibangun dalam Negara kita ini, betapa kentalnya prasangka antara kelompok dan betapa rendahnya saling pengertian antar kelompok.
Riko MarbunPascasarjana Aansos 2009 3 dari Yugoslavia, Cekoslakia, Zaire hingga Rwanda, dari bekas Uni Soviet sampai Sudan, dari Srilangka, India hingga Indonesia. Konflik panjang tersebut melibatkan sentimen etnis, ras, golongan dan juga agama.
Indonesia sebagai salah satu negara yang terdiri dari beragam agama, suku, ras, kebudayaan, dan bahasa menjadikan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang majemuk (masyarakat mutikultural). Dalam keberagamannya masyarakat kita juga sering mengalami konflik horizontal manakala keberagaman tersebut tidak dikelolah dengan baik. Bila kita menoleh ke belakang pada tahun 1965-1966 Pemerintah ORBA yang berkuasa pada saat itu, oleh karena didasari pada ketakutan akan berkembangnya faham komunis di Indonesia sehingga mengeluarkan larangan penggunaan bahasa, tradisi dan kesenian Tionghoa di tempat-tempat umum.
Lalu pada tahun 1967 keluar Kepres no 14 tahun 1967 Tentang larangan dan pelaksanaan adat dan agama Tionghoa di tempat umum disusul dengan keluarnya Traktat 1968 yang menutup sekolah-sekolah Tionghoa dan menghimbau orang Indo Tionghoa agar mengganti nama Tionghoa mereka dengan nama Indonesia sebagai komitmen mereka hidup di bumi Indonesia. Semua hal tersebut di atas adalah merupakan upaya pemerintah pada saat itu untuk mengurangi atau menghilangkan pengaruh komunis (RRC) di Indonesia.
kemudian (setelah peristiwa Mei 1998) diharapkan dapat mensukseskan proses integrasi dalam hal ini pembauran masyarakat Indonesia yang multietnis.
Indonesia sebagai Negara yang mengedepankan kehidupan yang adil dan memandang bahwa setiap warga Negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama juga menjamin setiap warga negaranya dalam hal berkeyakinan, seperti yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 2 yang berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.
Dalam kehidupan yang beragam seperti bangsa kita ini menjadi tantangan untuk mempersatukan bangsa Indonesia menjadi satu kekuatan yang dapat menjunjung tinggi perbedaan dan keberagaman masyarakatnya dan peristiwa Sumpah Pemuda 1928 merupakan bukti bahwa keberagaman bangsa Indonesia yang menjadi titik temu kesadaran bersama untuk mengesampingkan perbedaan demi tujuan yang lebih besar.
Azra (2007) menekankan bahwa pembentukan masyarakat multicultural Indonesia yang sehat tidak bisa secara taken for granted atau trial and error, melainkan harus diupayakan secara sistematis, programatis, integrated dan berkesinambungan bahkan perlu percepatan (akselerasi). Salah satu strategi penting dalam mengakselerasikannya adalah melalui pendidikan multicultural yang diselenggarakan melalui seluruh lembaga pendidikan baik formal maupun non formal. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pendidikan dalam mentransformasi nilai multicultural dalam masyarakat.
Riko MarbunPascasarjana Aansos 2009 5 budaya,suku,ras,etnis maupun agama. Pendidikan multikultural menurut Stavenhagen (1996 dalam Ma’Hadi 2004). adalah pendidikan yang mengakui adanya keragaman etnik dan budaya masyarakat suatu bangsa,”Religious,linguistic,and national minoritas ,as well as indigenous and tribal peoples were often
subordinated,sometimes forcefully and against their will,to the interest of the state
and the dominant society. While many people…..had to discard their own
cultures,languages,religions and traditions,and adapt to the alien norms and customs
that were consolidated and reproduced through national institutions,including the
educational and legal system.
Pendidikan multikultural dapat dirumuskan sebagai wujud kesadaran tentang keberagaman kultural, hak-hak asasi manusia serta pengurangan atau penghapusan berbagai jenis prasangka untuk membangun suatu kehidupan masyarakat yang adil dan maju. Meskipun secara formal bangsa Indonesia mengakui keberagaman, namun pada kenyataannya tidak demikian, karena dari beberapa kasus yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia konflik yang muncul lebih banyak diakibatkan oleh pertentangan etnis, budaya, ras, dan agama. Pertentangan etnis yang terjadi di negeri ini beberapa tahun terakhir ini mengajarkan betapa pentingnya pendidikan multikultural bagi masyarakat.
Bila kita lihat sekolah-sekolah di Medan dimana siswanya berasal dari berbagai etnis dan agama misalnya Sekolah Sutomo, Budi Murni, Raksana, St.Thomas, atau sekolah-sekolah lain yang sejenis, dimana sekolah-sekolah tersebut menyelenggarakan pendidikan dengan tidak mempertimbangkan kemultietnikan dan keberagaman agama yang ada di tengah-tengah masyarakat. Sekolah-sekolah tersebut memperlakukan semua anak dengan cara yang sama (terjadi penyeragaman) seperti model sekolah pada masa Pemerintahan ORBA yaitu satu bahasa, tidak ada pengakuan terhadap sekolah terhadap agama diluar kelima agama yang diterapkan oleh pemerintah ORBA, bahkan pendidikan agama hanya yang diberikan hanya agama Islam dan Kristen. Yang paling ironisnya masih ada sekolah menerapkan pendidikan agama hanya satu agama saja misalnya: Pendidikan agama Islam saja, pendidikan agama Kristen saja, dan pendidikan agama Khatolik saja. Hal tersebut sangat bertentangan dengan semboyan Bangsa Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika, yang memiliki arti “keberagaman”. Walaupun berbeda agama, bahasa, suku ras maupun warna kulit, tetapi tetap satu. Satu hati dan satu jiwa dalam membangun bangsa yaitu Bangsa Indonesia.
Riko MarbunPascasarjana Aansos 2009 7 materi pembelajaran tetapi juga melakukan reformasi dalam system pembelajaran itu sendiri, seperti model “Sekolah Pembauran Sultan. Iskandar Muda” di Medan yang memfasilitasi interaksi siswa dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda serta menyusun program anak asuh lintas kelompok.
Didasari oleh hal-hal diatas maka peneliti merasa termotivasi untuk melakukan penelitian tentang bagaimana pendidikan multikultural di sekolah pembauran Sultan Iskandar Muda Medan, hingga mereka menjadi ikon dalam pembauran dan hidup bertoleransi dalam perbedaan.
1.2
Identifikasi MasalahAda beberapa aspek yang dapat memberikan penjelasan pendidikan multikultural di sekolah.
1. Sekolah formal maupun non formal dapat menjadi transformer di masyarakat untuk mentransformasikan nilai multikultural.
2. Sekolah pembauran Sultan Iskandar Muda melalui reformasi sistem pembelajarannya dapat memfasilitasi interaksi siswa-siswa dari berbagai latar belakang etnis, budaya dan agama.
1.3
Perumusan MasalahDalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah :
1. Bagaimana pendidikan multikultural dilaksanakan di sekolah pembauran Sultan Iskandar Muda Medan .
3. Bagaimana sikap dan pandangan masyarakat terhadap sistem pendidikan di sekolah tersebut.
1.4
Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan pendidikan multikultural pada sekolah pembauran Sultan Iskandar Muda Medan
2. Mengungkapkan strategi yang dilakukan sekolah pembauran Sultan Iskandar Muda Medan dalam pelaksanaan pendidikan multikultural di sekolah
3. Mengetahui sikap dan pandangan masyarakat terhadap sistem pendidikan di sekolah tersebut.
1.5
Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
 Mendeskripsikan strategi dan pendekatan apa yang diperlukan dalam pelaksanaan pendidikan multikultural di sekolah pembauran Sultan Iskandar Muda Medan
 Memberikan cakrawala tentang sikap dan pandangan masyarakat terhadap pendidikan multikultural di sekolah pembauran Sultan Iskandar Muda Medan  Memberikan manfaat secara teoretis bagi studi lanjutan, terutama bagi mereka
yang tertarik dengan fenomena pendidikan multikultural
Riko MarbunPascasarjana Aansos 2009 9 2. Manfaat Praktis
 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pendidikan multikultural di sekolah pembauran St. Iskandar Muda Medan  Dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian lebih lanjut
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
 Konsep pendidikan multikultural di YPSIM digagas pada dasarnya adalah
untuk mengatasi persoalan antara pribumi dan etnis Tionghoa yang selama ini
belum mencapai keharmonisan dan integrasi sosial.
 Gagasan pendidikan multikultural dianggap dapat mengakomodir kesetaraan
dalam perbedaan-perbedaan dalam masyarakat baik berupa perbedaan etnis,
ras, agama, sosial, dan ekonomi dalam suatu sekolah pembauran.
 Signifikansi pendidikan multikultural adalah sebagai sarana alternatif untuk
mencegah disharmonisasi dalam masyarakat yang ditanamkan melalui
penghargaan dan penerimaan perbedaan sebagai suatu keniscayaan. Hal ini
dapat dilihat dari implementasi keberadaan rumah ibadah dari masing-masing
etnis, seperti Islam yaitu Mesjid, Kristen yaitu Gereja, dan Budha yaitu Vihara.
 Pendidikan multikultural dijadikan sebagai pembina agar siswa tidak
tercerabut dari akar budayanya. Ini dapat dilihat dari visi YPSIM yaitu
“mendidik generasi muda Indonesia menjadi manusia cerdas, religius,
humanis, dalam bingkai kesetaraan dan keberagaman”. YPSIM berusaha
membina dan mendidik siswa untuk menjadi manusia yang unggul dan siap
ketika berhadapan dengan realitas sosial budaya di era globalisasi tetapi
dengan tidak mencerabut mereka dari akar budaya yang dimiliki
masing-masing siswa.
 Strategi dalam penerapan pendidikan multikultural dilakukan melalui
105 dikuasai oleh siswa berdasarkan tingkatan tertentu. Implementasi konsep
pendidikan multikultural dikembangkan oleh YPSIM melalui indikator yang
akan dicapai oleh para siswa dalam pengimplementasiannya dalam kehidupan
masyarakat. Indikator tersebut menjadi panduan bagi guru untuk
mengembangkan RKH dan RPP serta silabus yang dijadikan sebagai perangkat
pembelajaran oleh guru. Seluruh warga sekolah baik guru, pegawai bahkan
siswa berasal dari suku, Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Mandailing,
Batak Karo, Melayu, Jawa, dan Tionghoa. Menado, dan bahkan ada juga suku
India Tamil yang menuntut ilmu di YPSIM. Demikian selanjutnya dalam hal
kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler walau tidak dilakukan rekayasa, akan tetapi
siswa-siswa sudah terbiasa berinteraksi berbaur antar suku, agama dan budaya
yang berbeda-beda tanpa melakukan diskriminasi.
 Menciptakan masyarakat multikultural yang dilandasi atas filosofi pohon
Bisbul dan rumah tawon. Makna atas filosofi pohon Bisbul dan rumah tawon
adalah bahwa setiap manusia tidak bisa hidup sendiri. Mereka harus saling
melengkapi dengan keadaan masyarakat yang berbeda-beda secara etnis,
agama, ras, ekonomi dan sosial. merealisasikan bahwa setiap manusia tidak
bisa hidup sendiri. Mereka harus saling melengkapi dengan keadaan
masyarakat yang berbeda-beda secara etnis, agama, ras, ekonomi dan sosial.
 Konsep multukultural yang dikembangkan oleh YPSIM tidak hanya diterapkan
disekolah saja, akan tetapi bagaimana sekolah tetap melibatkan masyarakat
luas sehingga anak didik tidak hanya mengenal keberagaman di sekolah saja.
Keterlibatan masyarakat dalam aktivitas sekolah adalah sebagai upaya berbagi
visi pendidikan toleransi, menjaga konsistensi kebijakan sekolah dan
pendidikan toleransi secara bersama-sama. Keterlibatan masyarakat luar
sekolah dalam pendidikan multikultural yang dikembangkan oleh YPSIM
adalah melalui Program Anak Asuh Silang Berantai dan Subsidi Silang dan
bantuan sosial. Dengan program-program tersebut, masyarakat mengenal dan
memberikan apresiasi terhadap seluruh konsep multikultural yang
dikembangkan oleh YPSIM.
 Pandangan masyarakat tentang YPSIM sejauh ini sangat mengapresiasi dan
mendukung akan konsep multikultural yang diterapkan di sekolah tersebut.
Dengan melibatkan masyarakat luar sekolah atau masyarakat luas dengan
memberikan bantuan pendidikan maka anak-anak yang terancam putus sekolah
akan mendapatkan kesempatan untuk menyelesaikan pendidikannya.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka disarankan beberapa
hal berikut:
1. Diharapkan pemerintah agar menyadari realitas akan keadaan masyarakat
Indonesia sehingga pemerintah harus mendesain kurikulum yang berdasarkan
pada semangat multikulturalisme.
2. Kepada seluruh guru, dosen, staf pengajar, dan praktisi pendidikan lainnya
hendaknya harus menanamkan nilai-nilai multikulturalisme dalam setiap
proses belajar mengajar (PBM) dengan memberikan pemahaman atas realitas
multikultural sesuai dengan kondisi-kondisi yang ada didekat kehidupan para
107 DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu, Nur Uhbiyati 2007. Ilmu Pendidikan. PT Rineka Cipta. Jakarta
Azra Azyumardi 2007. Keragaman Indonesia: Pancasila dan Multikulturalisme,
Makalah
Barth, Frederick. (1988). Kelompok Etnik dan Batasanya (terj.), Jakarta : UI Press
Beeby C.E.1081. Pendidikan di Indonesia. Lembaga Penelitian Pendidikan dan
Penerangan Ekonomi Sosial. Jakarta
______________ http: // www. Kajian di. Worpres. Com. Pendidikan Multikultural.
Posted on. 07/18/2010. Artikel oleh Idris
______________ http: // id. Wikipedia.org/ wiki/ pendidikan. Posted on 10/22/2010
Carey, Peter. (2008), Orang Cina Bandar Tol, Canda dan Perang Jawa, : Perubahan Persepsi tentan Cina 1775-1825, Jakarta : Komunitas Bambu
Daeng, Hans J, (1985), Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan Tinjauan Antropologis, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
, (2008), anti Cina, Kapitalisme Cina dan Anti Cina, Jakarta :
Komunitas Bambu.
Danandjaja, James. 1984. Faktor Indonesia. Ilmu Gosip, Dongeng dan Lain-lainnya.
Grafiti Jakarta
Dawis Aimee, 2010. Orang Indonesia Tionghoa, Mencari Identitas. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
Hamzah, Alfian (ed.), (1998) Kapok jadi nonpri : Warga Tionghoa Mencari Keadilan,
Bandung : Zaman Wacana Mulia
Liliweri, Alo (1994), Prasangka Sosial dan Komunikasi Antar Etnik, Prisma, Nomor
12, tahun XXIII
Mahfud Choirul. 2009. Pendidikan Multikultural. Pustaka Pelajar Yogyakarta.
Marjani Gustiana Isya. 2009. Multikulturalisme dan Pendidikan: Relevansi Pendidikan Dalam Membangun Wacana Multikulturalisme di Indonesia.
ACIS. Surakarta.
Moleong, Lexy 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosda Karya.
Ma’hady Muhaemin el. Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural. Posted on
05/27/2004
Manger, Martin N, (1994), Race and Ethnic Relations : American and Global Perspectives, California : Wordsworth Publishing Company.
Nasution S. 2001. Sejarah Pendidikan Indonesia. Bumi Aksara. Jakarta.
Nazir, Moh. 1995. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring.
Pelly, Usman, dkk. 1986. Masalah Asimilasi Antar Pelajar Pribumi dan Non Pribumi, Pada Sekolah Pembauran Yang Berlatar Belakang Keagamaan dan Umum di Kotamadya Medan (Studi Perbandingan Tentang Asimilasi di Kalangan Pelajar Dalam Rangka Perwujudan Kesatuan Bangsa). Laporang penelitian
Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Dirjen Dikti Depdikbud.
Pembauran Kebangsaan. 2010. dalam berbagi pengalaman untuk memupuk persatuan
dan kesatuan bangsa. Posted on 10/21/2010.
Adam, James D Pendidikan Multikultural dan Paket Multikultural 2007. Posted on
05/22/2007.
Sekolah Pembauran Mengajarkan Keberagaman. 2009. Artikel Radio Nederland.
Posted on 10/22/2010.
Simatupang, Lono Lastoro, (2003), Meninjau Ulang Etnik dan Ras, Makalah Diskusi
Komunitas Studi Budaya Etnik (Komsbat) 28 Maret 2003
Stavenhagen, Rudolfo. 1996. Education for A Multicultural World. Injasque de Lors
(et all). Paris. Unesco.
Suparlan, Parsudi, ed, Manusia, Kebudayaan dan Lingkunganya, Jakarta : Rajawali,
1984
Tan, Sofyan 2004. Jalan Menuju Masyarakat Anti Diskriminasi. Kippas. Medan
Tilaar, H.A.R. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan. Pengantar Pedagogik
Transformatif untuk Indonesia. Grasindo. Jakarta.
Ujan Ata Andre, Molan Benyamin, M. Nugroho ST, Joko S Warsito, Putranto Hendar. 2009. Multikulturalisme. Indeks. Jakarta.