• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa yang besar adalah bangsa yang yang menghargai sejarah. Mempelajari sejarah berarti belajar dari pengalaman tentang hal yang telah terjadi di masa lalu. Keberhasilan yang terjadi di masa lalu dapat memberikan pengalaman yang berharga, sedangkan kegagalan yang terjadi di masa lalu merupakan pelajaran serta dapat menjadi inspirasi untuk masa yang akan datang. Sejarah juga dapat menjadi sarana rekreatif dengan memberikan kesenangan estetis yang didapat dari karya sastra sampai peninggalan bersejarah yang kemudian menjadikannya sebagai wisata intelektual dan imajinasi tanpa dibatasi ruang dan waktu. Kegiatan wisata tersebut dapat dilakukan seolah-olah sang penikmat sejarah dapat mengarungi ruang dan waktu dan bepergian ke tempat yang berbeda dengan situasi yang berbeda tanpa harus beranjak dari tempat duduknya.Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menikmati kegiatan wisata ini. Salah satunya adalah dengan mengunjungi bangunan bersejarah dan museum. Bangunan-bangunan bersejarah tersebut pada masa ini dijadikan sebagai cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya yang menjelaskan bahwa :

1. Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.

(2)

2

Yunita, 2015

3. Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap.

4. Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan manusia.

5. Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu.

6. Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.

Berdasarkan data tahun 2008 tentang daftar kawasan dan bangunan cagar budaya, terdapat sekitar 200 lebih bangunan bersejarah peninggalan jaman penjajahan dahulu yang masih terawat maupun yang sudah tidak terawat atau terbengkalai. Keberadaan bangunan bersejarah tersebut sedikit banyak memberi pengaruh terhadap kepariwisataan Kota Bandung. Selain itu, sangat penting juga menjaga nilai-nilai sejarah yang terkandung didalam bangunan-bangunan tersebut demi kepentingan ilmu pengetahuan dan warisan budaya Indonesia. Dengan adanya cagar budaya di Kota Bandung ini, pariwisata Indonesia akan menjadi lebih variatif.

(3)

cagar budaya di Bandung. Bangunan rumah dengan luas 150 meter persegi yang memiliki enam ruangan ini merupakan peninggalan bersejarah dari istri kedua mantan orang nomor satu di Indonesia, Ir. Sukarno. Bangunan yang diresmikan oleh istri Gubernur Jawa Barat, Netty Heryawan, diharapkan dapat menjadi pemicu ide-ide perempuan Indonesia, khususnya di daerah Jawa Barat. Rumah ini juga diharapkan dapat berfungsi sebagai pemahaman dan pemanfaatan sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan pariwisata demi kesadaran akan jati diri bangsa dan kepentingan nasional.

Tidak banyak perabotan yang terdapat di rumah bersejarah ini. Namun dapat dijumpai beberapa koleksi foto Ibu Inggit Garnasih beserta keterangannya. Terdapat juga salah satu peninggalan bersejarah yang menarik, yaitu replika batu pipisan yang pada jaman dulu sering digunakan untuk membuat jamu oleh Ibu Inggit Garnasih sebagai mata pencaharian dan penyambung hidup wanita hebat tersebut. Selain itu, masih terdapat ruang baca presiden pertama Indonesia, Ir. Sukarno yang didalamnya terdapat surat nikah dan surat cerai antara Ir. Sukarno dan Ibu Inggit Garnasih. Di dalam rumah ini juga dipajang Piagam Penghargaan Satya Lancana Perintis Kemerdekaan yang diberikan oleh Ir. Sukarno kepada Ibu Inggit Garnasih. Barang-barang peninggalan sejarah tersebutlah yang dapat menjadi potensi wisata edukatif sekaligus rekreatif bagi masyarakat yang berkunjung ke rumah bersejarah tersebut.

(4)

4

Yunita, 2015

Selain itu, Rumah Bersejarah Inggit Garnasih ini memiliki nilai sejarah yang dapat menjadi media pembelajaran bagi pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat umum. Namun sampai saat ini, rumah tersebut tidak dapat digunakan secara maksimal sebagai bahan pembelajaran, sehingga tidak banyak yang mengenal sosok salah satu pahlawan kemerdekaan ini. Selain itu, kisah hidup Ibu Inggit Garnasih ini dapat dijadikan contoh bagi kaum wanita dalam mempertahankan rasa nasionalisme dan sisi feminim ciri khas wanita tanah Sunda. Sangat banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari sosok ibu bangsa ini, tidak hanya sejarahnya, tapi juga perilaku dan kesabarannya dalam mendukung Presiden pertama RI untuk mempertahankan bangsanya.

Menurut peneliti, hal diatas juga didukung dengan kurangnya perhatian pemerintah dalam pengembangan atraksi maupun promosi salah satu cagar budaya ini. Meskipun telah diresmikan menjadi rumah yang bernilai sejarah, namun keberadaan rumah ini masih kurang menarik perhatian masyarakat. Dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 19 Tahun 2009 Bab 3 Pasal 5 Poin D menyebutkan bahwa pemerintah daerah memiliki wewenang dan kewajiban untuk mengatur lebih lanjut hal-hal khusus dalam suatu perencanaan dan/atau pelaksanaan kegiatan pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan kawasan dan bangunan cagar budaya. Namun masih belum terlihat dengan jelas peran pemerintah dalam pengembangan dan pengelolaan Rumah Bersejarah Inggit Garnasih ini.

Dalam pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti, kondisi Rumah Bersejarah Inggit Garnasih kurang menarik minat pengunjung. Tidak banyak yang dapat dilakukan oleh peneliti maupun wisatawan lainnya saat berkunjung ke sana. Tidak banyak pula objek yang dapat dilihat disana. Belum lagi tidak adanya benda atau souvenir yang dapat dibawa pulang oleh wisatawan menjadikan Rumah

Bersejarah Inggit Garnasih kurang diminati oleh wisatawan baik wisatawan dalam negeri maupun wisatawan luar negeri.

(5)

wisatawan untuk mengunjungi tempat bersejarah ini. Dengan dikembangkannya potensi tersebut, wisatawan dapat melakukan kegiatan wisata edukasi dan dapat lebih mengenal sejarah yang terdapat di Kota Bandung, khususnya sejarah tentang Ibu Inggit Garnasih dan Presiden RI pertama.

Berbagai kondisi diatas membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang Rumah Bersejarah Inggit Garnasih sebagai bentuk apresiasi mahasiswa terhadap pelestarian peninggalan sejarah dan fungsinya sebagai salah satu objek wisata di Kota Bandung. Maka dari itu peneliti mengambil judul “Pengembangan Atraksi Wisata di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih, Bandung” guna menjadikan Rumah Bersejarah Inggit Garnasih sebagai salah satu objek wisata yang dapat dikenal secara luas dan dapat memberikan kesadaran akan jati diri bangsa.

B. Identifikasi Masalah

Adapun masalah yang dipaparkan dalam penelitian ini adalah pengembangan atraksi wisata di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih. Potensi yang dimiliki oleh Rumah Bersejarah Inggit Garnasih masih belum dikembangkan secara maksimal. Selain itu, nilai sejarah yang terkandung di dalam bangunan bersejarah ini kurang diketahui oleh masyarakat luas. Penelitian ini difokuskan untuk masalah pengembangan atraksi wisata di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih sehingga potensi yang dimiliki oleh bangunan bersejarah ini dapat dimaksimalkan dan dapat lebih menarik perhatian masyarakat.

C. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah diatas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana nilai sejarah yang terkandung dalam Rumah Bersejarah Inggit Garnasih?

2. Apa saja dan bagaimana atraksi wisata yang ada di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih?

(6)

6

Yunita, 2015

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengkaji nilai sejarah yang terkandung dalam Rumah Bersejarah Inggit Garnasih.

2. Mengidentifikasi dan menganalisis atraksi wisata yang telah ada di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih.

3. Menganalisis pengembangan atraksi wisata di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih.

E. Manfaat Penelitian

Setelah Peneliti mengkaji permasalahan yang ada, maka peneliti dapat menyimpulkan beberapa manfaat dari Penelitian ini. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti sendiri, sebagai insan pariwisata harus dapat mengembangkan potensi wisata yang terdapat di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih sebagai salah satu bangunan bersejarah yang dapat dijadikan objek wisata di Kota Bandung.

2. Bagi pengelola, sebagai masukan untuk mendorong perkembangan industri pariwisata khususnya bangunan bersejarah dan museum agar dapat menjadi objek wisata baru yang edukatif dan rekreatif.

3. Bagi masyarakat, sebagai wacana agar dapat mengenal Rumah Bersejarah Inggit Garnasih dan menjadikannya sebagai salah satu tujuan wisata yang edukatif dan rekreatif.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka peneliti memaparkan definisi operasional sebagai berikut :

(7)

2. Atraksi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) merupakan sesuatu yang menarik perhatian atau daya tarik. Atraksi wisata dalam penelitian ini adalah daya tarik dari seni, budaya, warisan sejarah, tradisi, kekayaan alam atau hiburan yang terdapat di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih dan dapat menarik wisatawan untuk datang ke Rumah Bersejarah Inggit Garnasih tersebut.

3. Museum yang dimaksud dalam penelitian ini adalah museum menurut International Council of Museum yang mendefinisikan museum sebagai

sebuah lembaga yang tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk khalayak umum, merawat, meneliti, menginformasikan dan memamerkan untuk tujuan studi, pendidikan dan kesenangan benda-benda pembuktian manusia dan lingkungannya untuk tujuan study dan rekreasi.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. BAB I – PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat, serta definisi operasional.

2. BAB II – KAJIAN TEORI

Berisi seputar teori dan kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini.

3. BAB III – METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dijabarkan mengenai metode yang digunakan dalam mencapai tujuan penelitian yang diharapkan.

4. BAB IV – PEMBAHASAN

Dalam bab ini semua hasil temuan selama penelitian akan dijelaskan dan dibahas berdasarkan teori yang berlaku.

5. BAB V – KESIMPULAN & REKOMENDASI

(8)

Yunita, 2015

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

[image:8.612.158.518.219.464.2]

Peneliti mengambil lokasi di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih, jalan Inggit Garnasih No. 8, Ciateul, Bandung.

Gambar 3.1. Peta Rumah Bersejarah Inggit Garnasih

Sumber : http://www.thearoengbinangproject.com/petawisata/peta-rumah-inggit-garnasih-bandung/

B. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya peneliti mengungkapkan sejumlah cara yang diatur secara sistematis, logis, rasional, dan terarah tentang bagaimana pekerjaan sebelum, ketika dan sesudah pengumpulan data. Metode penelitian pada dasarnya adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

(9)

yang berlaku pada sebuah karya tulis ilmiah sehingga penelitian yang dilakukan dapat menjawab secara ilmiah perumusan masalah yang telah ditetapkan.

Metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus cocok dengan pendekatan penelitian yang dipilih. Prosedur, teknik, serta alat yang digunakan dalam penelitian harus cocok pula dengan metode penelitian yang ditetapkan. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti perlu menjawab sekurang-kurangnya tiga pertanyaan pokok (Nazir dalam Hariyanto 2012) yaitu:

1. Urutan kerja atau prosedur apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan suatu penelitian?

2. Alat-alat (instrumen) apa yang akan digunakan dalam mengukur ataupun dalam mengumpulkan data serta teknik apa yang akan digunakan dalam menganalisis data?

3. Bagaimana melaksanakan penelitian tersebut?

Jawaban atas ketiga pertanyaan tersebut memberikan kepada peneliti urutan-urutan pekerjaan yang terus dilakukan dalam suatu penelitian. Hal ini sangat membantu peneliti untuk mengendalikan kegiatan atau tahap-tahap kegiatan serta mempermudah mengetahui kemajuan (proses) penelitian. Metode penelitian menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan cara apa data tersebut diperoleh dan diolah/dianalisis.

(10)

30

Yunita, 2015

C. Populasi

Dalam melakukan penelitian kegiatan pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting. Sebelum mengumpulkan data terlebih dahulu peneliti harus menentukan populasi dari objek penelitian.

Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi namun dinamakan social situation (Spradley dalam Sugiyono, 2012). Situasi social disini terdiri atas tiga

elemen taitu : tempat (place), Pelaku (actor) dan aktivitas (Activity) yang berinteraksi secara sinergis. Sebagaimana di ungkapakan oleh sugiyono (2012) bahwa situasi sosial tersebut bisa disebut dengan objek penelitian yang ingin diketahui “apa yang terjadi?” di dalamnya. Populasi merupakan sekelompok objek yang dapat dijadikan sumber penelitian, dalam hal ini merupakan situasi sosial maka objek penelitian tersebut yaitu benda-benda, manusia ataupun peristiwa yang terjadi sebagai objek penelitian. Berdasarkan uraian tersebut populasi penelitian ini adalah :

1. Place : Rumah Bersejarah Inggit Garnasih

2. People : wisatawan, keluarga dan pengelola Rumah Bersejarah Inggit Garnasih

(11)

D. Sampel

Menurut Sugiyono (2009) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya dapat diberlakukan untuk populasi.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling nonprobability sampling, purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2014:219). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keluarga Ibu Inggit Garnasih, yaitu Pak Tito Zeni Asmarahadi selaku cucu Ibu Inggit Garnasih, ahli sejarah, yaitu Bapak Mif Baihaqi yang mengetahui sejarah perjalanan Ibu Inggit Garnasih, pengelola Rumah Bersejarah Inggit Garnasih yaitu Museum Negeri Sri Baduga beserta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat yang dulu mengelola rumah bersejarah tersebut, serta komunitas LOKRA yang mengetahui sejarah Ibu Inggit Garnasih.

(12)

32

Yunita, 2015

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneiliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya turun ke lapangan. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif ada yang di sebut dengan keabsahan data.

Dalam penelitian ini peneliti membutuhkan alat bantuan untuk mendapatkan informasi atau data yang di butuhkan. Beberapa alat bantu yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah :

1. Pedoman observasi

Pedoman observasi dibutuhkan untuk mencocokan keadaaan sekitar baik itu latar atau setting serta kejadian dan proses sesuai dengan kriteria atraksi wisata serta kriteria pengembangan yang akan dilakukan. Pedoman observasi yang dimaksud adalah checklist lapangan.

2. Pedoman wawancara

Acuan atau tuntunan wawancara yang digunakan kepada sampel atau informan untuk mendapatkan data pada objek yang di teliti yaitu Rumah Bersejarah Inggit Garnasih.

3. Alat dokumentasi

Alat dokumentasi digunakan untuk mengambil data berupa gambar dan hasil wawancara yang dibutuhkan oleh peneliti.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

(13)

mengetahui hal-hal secara mendalam mengenai kondisi eksisting Rumah Bersejarah Inggit Garnasih. Pihak yang akan diwawancara merupakan orang yang mendiami Rumah Bersejarah Inggit Garnasih, pengelola, penduduk sekitar, wisatawan, ahli sejarah, komunitas, serta pihak dari pemerintah.

2. Pengamatan (Observation)

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat secara dekat kondisi eksisting dan atraksi yang terdapat di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih.

3. Dokumentasi

Dokumentasi ditunjukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan peneliti.

4. Analisis Data

Analisis data merupakan sebuah proses penting dalam sebuah penelitian analisis data digunakan untuk memproses data yang telah ditemukan oleh peneliti sehingga data tersebut bisa menjadi sebuah kesimpulan yang dapat diterima secara faktual. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah di fahami oleh diri sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2012).

Berdasarkan pengertian di atas maka peneliti membagi dua proses analisis data dalam melakukan penelitian ini. pertama yaitu Analisis Sebelum di Lapangan dan Analisis Data di Lapangan.

1. Analisis Sebelum di Lapangan

(14)

34

Yunita, 2015

2. Analisis Data di Lapangan

Analisis yang digunakan oleh peneliti adalah model Miles dan Huberman, dimana analisis ini dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga menghasilkan data yang jenuh. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2012) menjelaskan Aktifitas dalam analisis ini ada 3 yaitu :

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh di rangkum, lalu di pilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah di reduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila perlu.

b. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, Flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data maka akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

c. Conclusion/ Verification

(15)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengembangan atraksi wisata di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih, maka dapat diterik kesimpulan bahwa Rumah Bersejarah Inggit Garnasih merupakan salah satu tempat bersejarah yang dapat dijadikan suatu destinasi wisata yang memberikan pengetahuan tentang perjuangan seorang wanita bernama Inggit Garnasih. Inggit Garnasih. Adapun jawaban dari rumusan masalah pada penelitian ini meliputi :

1. Nilai sejarah yang terkandung dalam Rumah Bersejarah Inggit Garnasih.

Nilai sejarah yang terdapat dalam rumah bersejarah ini bukan hanya dilihat dari rumahnya saja yang merupakan cagar budaya, rumah bersejarah serta museum, tetapi juga dilihat dari kisah perjuangan orang-orang didalamnya. Nilai sejarah inilah yang menjadi sarana rekreatif bagi pengunjung tanpa dibatasi ruang dan waktu. Adapun nilai-nilai sejarah tersebut adalah :

a. Perjuangan Inggit Garnasih sewaktu mendampingi Ir. Sukarno,

b. Perjuangan Inggit dalam membiayai keluarganya,

c. Perjuangan Ir. Sukarno dan Inggit Garnasih serta teman-temannya dalam memperjuangkan kemerdekaan,

d. Perjuangan Inggit dalam membela harga dirinya,

e. serta pesan moril yang disampaikan dari sifat-sifat wanita Sunda yaitu Inggit Garnasih saat mendampingi dan setelah diceraikan oleh Sukarno

2. Atraksi wisata yang terdapat dalam Rumah Bersejarah Inggit Garnasih dan kondisinya.

(16)

100

Yunita, 2015

a. Something to see : bangunan rumah bersejarah tersebut, peninggalan bersejarah serta foto-foto milik Ir. Sukarno dan Inggit Garnasih.

b. Something to do : tour keliling Rumah Bersejarah Inggit Garnasih, melakukan diskusi dengan juru pelihara rumah tersebut, adanya kegiatan bedah buku, monolog dan kegiatan-kegiatan lain untuk memperingati tanggal-tanggal yang berhubungan dengan Inggit Garnasih.

c. Something to buy : sampai saat ini masih belum ada benda atau cinderamata yang dapat dibeli oleh pengunjung. Kondisi benda-benda peninggalan yang terdapat dalam Rumah Bersejarah Inggit Garnasih saat ini dianggap baik oleh narasumber, namun masih kurang lengkap. Sedangkan kegiatan yang dilakukan sudah baik karena mengacu pada kegiatan yang berhubungan dengan Inggit Garnasih. Meskipun begitu, atraksi wisata yang dimiliki oleh Rumah Bersejarah Inggit Garnasih sekarang masih dianggap belum memadai karena masih kurang diketahui oleh masyarakat luas.

3. Pengembangan atraksi wisata yang dapat dilakukan di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih

Pengembangan yang dilakukan dilihat dari benda peninggalan Ibu Inggit Garnasih dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan benda-benda peninggalan yang asli atau membuat replikanya, menatanya dengan ketentuan penataan dan keamanan, serta penghematan ruang dan media interpretasi dengan menampilkan foto-foto sebagai slide show.

Pengembangan yang dilakukan pada atraksi Rumah Bersejarah Inggit Garnasih yaitu membuat tour keliling rumah berdasarkan storyline, membuat kegiatan seni budaya bertemakan Ibu Inggit

(17)

melakukan kegiatan membuat jamu dan bedak dengan resep milik Ibu Inggit.

Selain itu, pengembangan dilakukan dalam hal penataan seperti, pembuatan alur cerita atau storyline berdasarkan sejarah dan kehidupan Ibu Inggit Garnasih, penataan benda-benda menurut alur cerita tersebut, penambahan keterangan dan petunjuk arah yang mendukung penataan sesuai storyline.

Sedangkan pengembangan dari akomodasi dan transportasi, lebih menyesuaikan kepada kondisi eksisting adanya akomodasi dan transportasi di sekitar Rumah Bersejarah Inggit Garnasih. Dalam hal promosi dan pemasaran, dilakukan secara tidak langsung seperti, pembuatan acara di dalam Rumah Bersejarah Inggit Garnasih, pembuatan tour situs bersejarah Ir. Sukarno, serta pembuatan cinderamata untuk dibeli pengunjung. Promosi dan pemasaran secara langsung meliputi pembuatan leaflet, pemasangan iklan di media cetak dan website.

Pengembangan untuk menahan lama kunjungan pengunjung dilakukan dengan cara penambahan benda-benda Ibu Inggit Garnasih, penyediaan makanan dan minuman yang dapat dibeli oleh pengunjung, pengadaan toko cinderamata dengan jenis yang beragam, serta membuat kegiatan pembuatan jamu dan bedak bagi pengunjung.

(18)

102

Yunita, 2015

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah dipaparkan diatas, peneliti mengajukan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan seperti berikut :

a. Rumah Bersejarah Inggit Garnasih memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan, tidak hanya oleh pengelola, tetapi masyarakat yang peduli akan sejarah terutama sejarah Ibu Inggit Garnasih dan Ir. Sukarno. Pengelola harus dapat melengkapi koleksi Rumah Bersejarah Inggit Garnasih dan masyarakat harus dapat mendukung penggunaan Rumah Bersejarah Inggit Garnasih sebagai atraksi wisata budaya yang terdapat di Kota Bandung.

b. Pengenalan Rumah Bersejarah Inggit Garnasih bagi masyarakat dapat dilakukan dengan cara berwisata ke rumah tersebut dan sangat efektif dilakukan kepada generasi muda. Hal itu dimaksudkan agar pembelajaran tentang sejarah menjadi lebih menarik dan lebih mudah diingat. Maka dari itu, promosi dan pemasaran yang dilakukan oleh pengelola maupun komunitas harus dapat ditingkatkan lagi.

c. Adanya Rumah Bersejarah Inggit Garnasih ini dapat menjadi cambuk bagi masyarakat untuk lebih menghargai sejarah, dan menimbulkan kecintaan pada tanah air. Pengelola harus dapat memfasilitasi Rumah Bersejarah Inggit Garnasih dengan interpreter yang baik dan mengerti betul dengan sejarah Inggit Garnasih.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2013). Pengertian dan Definisi Kebudayaan Menurut Para Ahli.[Online].

Tersedia :http://openmind4shared.blogspot.com/2013/11/pengertian-dan-definisi-kebudayaan-menurut-para-ahli.html. [13 April 2014]

Anonim. (2013). Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata.[Online].

Tersedia :http://ilmupengertian.blogspot.com/2013/02/pengertian-objek-dan-daya-tarik-wisata.html. [13 April 2014]

Artin, B. (2011). Konsep Pemanfaatan Bangunan Bersejarah [Online]. Tersedia :

http://artinbayu.blogspot.in/2011/03/konsep-pemanfaatan-bangunan-bersejarah.html. [11 Maret 2015]

Budihardjo. (1989). Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno di Surakarta/Sidharta. Yogyakarta : Gajah Mada Universitas Press.

Budiman, HG. (2013). Inggit Garnasih.[Online].

Tersedia :http://hgbudiman.wordpress.com/2013/08/21/inggit-garnasih/ [13 April 2014]

Djadja. (2013). Inggit Garnasih :Kasih Seorang Ibu Pada Indonesia.[Online]. Tersedia :http://djadja.wordpress.com/2013/12/23/inggit-garnasih-kasih-seorang-ibu-pada-indonesia/ [13 April 2014]

Haryanto. (2012). Pendekatan, Jenis dan Metode Penelitian. [Online]. Tersedia : http://belajarpsikologi.com/pendekatan-jenis-dan-metode-penelitian-pendidikan/ [11 Maret 2015]

Keumala. (2013). Inggit Garnasih Perempuan Hebat di Belakang Soekarno.[Online].

Tersedia :http://perempuankeumala.wordpress.com/2013/12/24/inggit-garnasih-perempuan-hebat-di-belakang-soekarno/ [13 April 2014]

K.H, Ramadhan. (2002). Kuantar ke Gerbang “Kisah Cinta Inggit dengan Sukarno”. Bandung : Kiblat

Lubis, M.S. (2008). Kajian Tentang Perjuangan Inggit Garnasih (1888-1984). Bandung : Masyarakat Sejarawan Cabang Jawa Barat

(20)

Yunita, 2015

Purwanto. (2004). “Kualitas Produk Wisata Terhadap Minat Berkunjung Kembali ke Kebun Binatang Surabaya”. Jurnal Ilmiah Pariwisata. 9.

Spillane, J. (1994). Pariwisata Indonesia (Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan).Yogyakarta :Kanisius.

Soekadijo. (1997). Anatomi Pariwisata. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Suganda, Her. (2015). Jejak Soekarno di Bandung (1921-1934). Jakarta : Kompas Sugiyono. (2004). Statistik Untuk Penelitian. Bandung :Alfabeta

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung :Alfabeta

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Suwantoro, G. (2004). Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya

Wahab, S. (2003). Manajemen Kepariwisataan. Jakarta : PT. Pradnya Paramita Yulianto, Kresno, dkk. (2013). Museum Tematik di Indonesia. Jakarta : Direktorat

Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Gambar

Gambar 3.1. Peta Rumah Bersejarah Inggit Garnasih

Referensi

Dokumen terkait

BAB IV RUMAH TJONG A FIE SALAH SATU OBJEK WISATA BANGUNAN BERSEJARAH DI KOTA MEDAN 4.1 Keunikan dari Rumah Tjong A Fie

Maka dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada analisis pengembangan atraksi wisata di Cipanas Cileungsing, namun sesuai dengan preferensi wisatawan.. Penelitian ini

PENGEMBANGAN ATRAKSI OUTBOUND BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL SUNDA DI ALAM WISATA CIMAHI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Strategi pengembangan atraksi wisata guna meningkatkan kunjungan wisatawan di kawasan wisata kampung cikidang di kabupaten Bandung Barat.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis potensi wisata paralayang sebagai pengembangan wisata minat khusus di Gunung Panten Kabupaten

Pengembangan Potensi Atraksi Wisata Budaya Dalam Upaya Menarik Minat Wisatawan Berkunjung Di Museum Sri Baduga.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Berdasarkan hasil penelitian dengan judul Partisipasi Masyarakat dalam Festival Palang Pintu sebagai atraksi Wisata Budaya di Kawasan Kemang, dapat disimpulkan

Strategi pengembangan yang dapat dirumuskan adalah 1 Atraksi wisata air perahu motor ditinjau dari kekuatan Strenght, untuk atraksi wisata air perahu motor sudah ada seperti sudah