• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Lks menggunakan model pembelajaran berbasis masalah mengacu kurikulum 2013 pada subtema Indonesiaku bangsa yang berbudaya untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Lks menggunakan model pembelajaran berbasis masalah mengacu kurikulum 2013 pada subtema Indonesiaku bangsa yang berbudaya untuk siswa kelas V Sekolah Dasar."

Copied!
412
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MENGACU KURIKULUM SD 2013 PADA SUBTEMA INDONESIAKU BANGSA YANG BERBUDAYA

UNTUK SISWA KELAS LIMA (V) SEKOLAH DASAR Marselina Lombo

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa LKS berbasis model PBM mengacu kurikulum 2013.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembngan LKS berbasis model PBM ini menggunakan model penelitian dan pengembangan hasil modifikasi antara model pengembangan Borg dan Gall dan Sugiyono. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkah yaitu: (1) analisis masalah, (2) pengumpulan data, (3) pengembangan produk, (4) validasi produk, dan (5) revisi produk, hingga menghasilkan desain produk final berupa LKS berbasis model PBM mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas V Sekolah Dasar. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas V SD N Kalasan I, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas LKS berbasis model PBM oleh dua orang ahli kurikulum SD 2013 dan dua orang guru kelas V Sekolah Dasar.

Validasi berpedoman pada 12 aspek LKS seperti 1) Identitas atau judul LKS, 2) Kompetensi Dasar yang akan dicapai, 3) Waktu penyelesaian, 4) Peralatan atau bahan yang dibutuhkan, 5) Informasi singkat, 6) Langkah kerja, 7) Tugas yang harus dilakukan, 8) laporan yang harus dikerjakan, 9) Masalah yang ditampilkan, 10) Aspek yang dikembangkan, 11) Penggunaan EYD, dan 12) Tampilan LKS. Berdasarkan hasil validasi dari keduabelas aspek tersebut diperoleh skor rerata 4,02. Skor tersebut menunjukkan bahwa LKS model PBM mengacu Kurikulum SD 2013 subtema Indonesiaku, Bangsa yang Berbudaya untuk siswa kelas V Sekolah Dasar memiliki kualitas “Baik”. Hal ini menunjukkan LKS berbasis model PBM yang dikembangkan sudah layak untuk digunakan atau uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran dalam kegiatan pembelajaran di kelas V Sekolah Dasar.

(2)

SUBTHEME INDONESIAKU, BANGSA YANG BERBUDAYA BASED ON 2013 ELEMENTARY CURRICULUM FOR FIRST GRADE (V) OF ELEMENTARY SCHOOL

Marselina Lombo Universitas Sanata Dharma

2016

This research was conducted because there were still many teachers who needed example of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum. The main objective of this research was to produce learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum and using integrative thematic approach, scientific approach, character building and authentic assesment in the learning activity.

This research was research and development. The development of learning instrument used a procedure of development of learning instrument by Jerold E Kemp. It also used research and development procedure which proposed by Bord and Gall. Those two development procedures were adapted to be a simpler learning model, which became the base of the research. The development procedure used in this research covered five steps, they were (1) potentian and problem, (2) data gathering, (3) product design, (4) experts’ validation, (5) design revision, which finally produced final product design in the form of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum for fourth grade students of elementary school. The research instrument was need analysis interview and questionnaire. The interview was used for the need analysis of teachers of the first grade of SD Negeri Kalasan 1, Sleman, while the questionnaire was used to validate the quality of the learning instrument by two experts of 2013 curriculum and two teachers of the first grade of elementary school.

According to the validation, the two experts of 2013 curriculum showed result on the score of 4,11 (good) and 4,15 (good), and the two teachers of the first grade of elementary school showed result on the score of 4,57 (very good) and 4,86 (very good). The learning instrument got mean score 4,42 and it was categorized as “very good”. The result of the validation was based on 11 aspects which were: (1) daily lesson plan identity, (2) formulation of indicators, (3) formulation of learning objective, (4) choice of learning material, (5) choice of learning source, (6) choice of learning media, (7) learning method, (8) learning scenario, (9) assessment, (10) student task, and (11) language. Therefore, the learning instrument which was developed has been approriate to be used in the learning instrument referring to 2013 curriculum.

(3)

i

PADA SUBTEMA INDONESIAKU BANGSA YANG BERBUDAYA UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Marselina Lombo

NIM. 121134272

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI (PPGT) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

Karyainikupersembahkanuntuk:

Tuhan Yesus Kristus

Yang selalu memberi berkat, kemudahan, dan kelancaran dalam mengerjakan Skripsi ini

Alm.Ayahanda dan Ibunda Tercinta Jermias Lombo dan Sarah Lombo Mbuik

Yang selalu mendoakan serta menjadikanku seorang yang kuat dan tegar

Kakak dan Adik-adikku

Kk Ferdiana Lombo sek, Kk Welmince Lombo sek, Kk Ernat Ello sek, Alm. Kk Ayub Lombo, Adik Alfriana Lombo, Adik Papi Lombo, dan Adik

Dance Lombo

yang selalu menghadirkan tawa dalam keletihanku

Keluarga Besarku Keluarga Lombo & Mbuik

Yang selalu mendukung, memotivasi dan setia menantikan keberhasilanku

Kedua Sahabatku

kk Marche Pah & Enu Susi Jelek

Yang selalu mendukung, memotivasi , mengingatkanku untuk selalu mengerjakan tugas-tugas, menjadi teman curhat dan menjadi Kakak &

(7)

v

selalu mengerjakan tugas-tugas

PPGT Angkatan 2011 dan 2013

Yang selalu meluangkan waktu untuk memberitahu dan menyemangatiku dalam mengerjakan penelitian dan pengembangan ini.

Yang Terkasih Toni Laheroi Adoe, S.Pd.

Yang selalu memberikan dukungan, doa serta motivasi dalam menyelesaikan penelitian ini

Dosen-dosen Terkasih

Pak Puji, Ibu Maslichah, Ibu Ika, Pak Galih, Pak Rohandi, Pak Paulus dan Pak Rusmawan

Yang selalu menasehati dan memperbaiki kesalahan selama mengikuti perkuliahan

Keluarga Besar Student Residence

Pamong dan teman-teman SR

Yang selalu memberikan kasih sayangnya kepadaku

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku

Universitas Sanata Dharma

(8)

vi

Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh

kepercayaan, kamu akan menerimaNya.

(Matius 21:22)

Simpanlah di depanmu itu Tuhan dimana pun kamu berada dan

kemana pun kamu pergi.

Keyakinan dan kesungguhan dalam berusaha adalah gerbang menuju

tangga keberhasilan.

”Kesuksesan adalah milik orang-orang yang mau berusaha”

(9)
(10)
(11)

ix

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MENGACU KURIKULUM SD 2013 PADA SUBTEMA INDONESIAKU BANGSA YANG BERBUDAYA

UNTUK SISWA KELAS LIMA (V) SEKOLAH DASAR Marselina Lombo

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa LKS berbasis model PBM mengacu kurikulum 2013.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembngan LKS berbasis model PBM ini menggunakan model penelitian dan pengembangan hasil modifikasi antara model pengembangan Borg dan Gall dan Sugiyono. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkah yaitu: (1) analisis masalah, (2) pengumpulan data, (3) pengembangan produk, (4) validasi produk, dan (5) revisi produk, hingga menghasilkan desain produk final berupa LKS berbasis model PBM mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas V Sekolah Dasar. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas V SD N Kalasan I, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas LKS berbasis model PBM oleh dua orang ahli kurikulum SD 2013 dan dua orang guru kelas V Sekolah Dasar.

Validasi berpedoman pada 12 aspek LKS seperti 1) Identitas atau judul LKS, 2) Kompetensi Dasar yang akan dicapai, 3) Waktu penyelesaian, 4) Peralatan atau bahan yang dibutuhkan, 5) Informasi singkat, 6) Langkah kerja, 7) Tugas yang harus dilakukan, 8) laporan yang harus dikerjakan, 9) Masalah yang ditampilkan, 10) Aspek yang dikembangkan, 11) Penggunaan EYD, dan 12) Tampilan LKS. Berdasarkan hasil validasi dari keduabelas aspek tersebut diperoleh skor rerata 4,02. Skor tersebut menunjukkan bahwa LKS model PBM mengacu Kurikulum SD 2013 subtema Indonesiaku, Bangsa yang Berbudaya untuk siswa kelas V Sekolah Dasar memiliki kualitas “Baik”. Hal ini menunjukkan LKS berbasis model PBM yang dikembangkan sudah layak untuk digunakan atau uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran dalam kegiatan pembelajaran di kelas V Sekolah Dasar.

(12)

x

SUBTHEME INDONESIAKU, BANGSA YANG BERBUDAYA BASED ON 2013 ELEMENTARY CURRICULUM FOR FIRST GRADE (V) OF ELEMENTARY SCHOOL

Marselina Lombo Universitas Sanata Dharma

2016

This research was conducted because there were still many teachers who needed example of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum. The main objective of this research was to produce learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum and using integrative thematic approach, scientific approach, character building and authentic assesment in the learning activity.

This research was research and development. The development of learning instrument used a procedure of development of learning instrument by Jerold E Kemp. It also used research and development procedure which proposed by Bord and Gall. Those two development procedures were adapted to be a simpler learning model, which became the base of the research. The development procedure used in this research covered five steps, they were (1) potentian and problem, (2) data gathering, (3) product design, (4) experts’ validation, (5) design revision, which finally produced final product design in the form of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum for fourth grade students of elementary school. The research instrument was need analysis interview and questionnaire. The interview was used for the need analysis of teachers of the first grade of SD Negeri Kalasan 1, Sleman, while the questionnaire was used to validate the quality of the learning instrument by two experts of 2013 curriculum and two teachers of the first grade of elementary school.

According to the validation, the two experts of 2013 curriculum showed result on the score of 4,11 (good) and 4,15 (good), and the two teachers of the first grade of elementary school showed result on the score of 4,57 (very good) and 4,86 (very good). The learning instrument got mean score 4,42 and it was categorized as “very good”. The result of the validation was based on 11 aspects which were: (1) daily lesson plan identity, (2) formulation of indicators, (3) formulation of learning objective, (4) choice of learning material, (5) choice of learning source, (6) choice of learning media, (7) learning method, (8) learning scenario, (9) assessment, (10) student task, and (11) language. Therefore, the learning instrument which was developed has been approriate to be used in the learning instrument referring to 2013 curriculum.

(13)

xi

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan LKS Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Mengacu Kurikulum SD 2013 Pada Subtema Indonesiaku, Bangsa yang Berbudaya untuk Siswa Kelas Lima (V) Sekolah Dasardapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penelitibanyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S. Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD. 3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku koordinator PPGT PGSD USD.

4. Drs. PaulusWahana, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing dan validator Pakar Kurikulum 2013 yang selalu memberikan masukan yang positif dalam bimbingan dan motivasi selama penyusunans kripsi ini serta memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

5. Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A. selaku validator PakarKurikulum SD 2013 yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

6. Semua dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti selama ini.

7. Sarjono, S.Pd.,SD. selaku Kepala Sekolah SD Negeri Kalasan 1 yang telah memberikan bantuan selama peneliti melakukan penelitian di sekolah.

8. Uswatun Khasanah, S.Pd. selaku guru kelas V SD Negeri Kalasan 1 yang telah membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian.

(14)
(15)

xiii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... .x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Batasan Istilah ... 8

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... .11

1. Kurikulum SD 2013 ... .11

a. Pengertian Kurikulum 2013 ... .11

b. Karakteristik dan Implementasi Kurikulum 2013 ... ..12

c. Urgensi Pengembangan Kurikulum 2013 ... 13

d. Alasan Perubahan Kurikulum 2013 ... ..14

e. Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ... ..14

f. Pendekatan saintifik dan Tematik Integratif...16

(16)

xiv

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 31

a. Ciri-ciri Model Problem Based Learning... 33

b. Hakikat Model Pembelajaran berbasis Masalah ... 35

c. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 36

d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 37

e. Manfaat Model Pembelajaran Berbasis masalah ... 39

f. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 40

g. Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 42

3. Lembar Kerja Siswa ... 44

a. Pengertian Lemar Kerja Siswa ... 44

b. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Lembar Kerja Siswa dalam Pembelajaran ... 45

c. Jenis-jenis Lembar Kerja Siswa ... 46

d. Unsur-unsur Lembar Kerja Siswa ... 48

e. Langkah-langkah Membuat Lembar Kerja Siswa ... 49

B. Penelitian yang Relevan ... 50

C. Kerangka Pikir ... 53

D. Pertanyaan Penelitian ... 54

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 56

B. Prosedur Pengembangan ... 56

1. Potensi dan Masalah ... 64

2. Pengumpulan Data ... 64

3. DesainProduk ... 65

4. ValidasiDesain ... 66

5. RevisiDesain ... 67

C. Teknik Analisis Data ... 67

1. DataKualitatif ... 67

2. Data Kuantitatif ... 67

D. Intrumen Penelitian ... 70

E. Teknik Pengumpulan Data ... 71

F. Validasi Model PBM ... 76

(17)

xv

A. Analisis Kebutuhan ... 78

1. HasilWawancaraAnalisis Kebutuhan ... 79

2. Pembahasan Hasil WawancaraAnalisisKebutuhan ... 84

B. Deskripsi Produk Awal... 84

C. Data Hasil Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 dan Revisi Produk ... 86

D. Data Hasil Validasi Guru Kelas V SD Pelaksana Kurikulum SD 2013 dan Revisi Produk ... 88

E. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 90

1. Kajian Produk Akhir ... 90

2. Pembahasan ... 92

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 95

B. Keterbatasan Penelitian ... 96

C. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 98

LAMPIRAN ... 101

(18)

xvi

Bagan 1.Keberagaman Pendekatan PBM...37

Bagan 2. Kerangka Berpikir...53

Bagan 3. Langkah-langkah pengembangan menurut Sugiyono...57

Bagan 4. Langkah-langkah pengembangan Borg dan Gall...60

(19)

xvii

Tabel 2. Sintaksis Problem Based Learning...38

Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian...67

Tabel 4. Panduan wawancara survei Kebutuhan...69

Tabel 5. Kuesioner Instrumen validasi kualitas LKS...71

Tabel 6. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif dengan skala Lima...75

Tabel 7. Kriteria Skor Skala Lima...77

Tabel 8: Kesamaan Langkah-langkah pendekatan saintifik & Model...85

Tabel 9. Saran Pakar Kurikulum SD 2013 dan Revisi...87

Tabel 10. Saran Guru SD Kelas Vpelaksana Kurikulum SD 2013 dan Revisi...89

(20)

xviii

Lampiran 1 Surat Ijin Wawancara ... 101

Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Wawancara ... 102

Lampiran 3 Rangkuman Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 103

Lampiran 4 Data Mentah Skor Validasi Ahli Kurikulum SD 2013 ... 106

Lampiran 5Data Mentah Skor Validasi Guru Kelas V SD Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 112

Lampiran 6 Data Mentah Skor Lampiran 1 Silabus ... 118

Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) ... 173

Lampiran 8 Biodata Penulis ... 395

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata “didik” dan mendapat imbuhan berupa awalan ‘pe’ dan akhiran ’an’

yang berarti proses atau cara perbuatan mendidik. Pengertian pendidikan menurut Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, pengertian pendidikan yaitu tuntutan dalam hidup tumbuhnya anak-anak yang bermaksud menuntun segala kekuatan kodrati pada anak-anak itu supaya mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat mampu menggapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

UU No. 20 Tahun 2003 Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar dapat menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.

(22)

diwujudkan melalui pencapaian seperangkat kompetensi, agar siswa dapat bertahan hidup serta menyesuaikan diri dan berhasil dalam kehidupan di masa yang akan datang. Untuk itu, sekolah diharapkan dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional sesuai landasan kurikulum yang berlaku.

UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 butir 19 tentang sistem pendidikan nasional menjelaskan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Kurniasih & Sani, 2014: 3). Berdasarkan hal tersebut dapat didefinisikan bahwa kurikulum merupakan suatu perangkat pembelajaran yang dijadikan sebagai acuan dalam mengembangkan suatu proses pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan siswa yang dapat diusahakan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Perangkat pembelajaran tersebut antara lain rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), silabus, bahan ajar dan lembar kerja siswa (LKS). Kurikulum 2013 mengajarkan kepada siswa untuk lebih aktif mencari tahu dengan cara berdiskusi dalam kelompok maupun menyelesaikan latihan secara mandiri. Guru hanya sebagai fasilitator bagi siswa, sehingga siswa lebih aktif mencari tahu sendiri.

(23)

adalah dengan mengunakan Lembar Kerja Siswa. Lembar Kerja Siswa merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembaran kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik secara mandiri maupun secara berkelompok dan bersifat teoritis maupun praktis yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa selama pelaksanaan proses pembelajaran.

Menurut Yunus, A. (2014: 159) salah satu model pembelajaran yangdigunakan oleh guru adalah Model Pembelajaran Berbasis Masalah (MPBM). Model pembelajaran ini mengharuskan siswa senantiasa mengembangkan kemampuan berpikir, kemampuan memecahkan masalah pada siswa selama proses pembelajaran. Model ini memfasilitasi siswa untuk berperan aktif di dalam kelas dan bekerja berkelompok melalui aktivitas memikirkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, menemukan prosedur yang diperlukan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan, memikirkan situasi kontektual, memecahkan masalah dan menyajikan solusi masalah.

(24)

membutuhkan pendampingan, monitoring, buku, media pembelajaran (khususnya yang terkait dengan buku). Beliau juga mengatakan bahwa model pembelajaran yang biasa digunakan oleh para guru-guru dalam menerapkan kurikulum 2013 adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa atau siswa yang lebih proaktif dalam proses pembelajaran sehingga peran guru hanya sebagai fasilitator. Model pembelajaran yang biasa digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah Saintifik, Model pembelajaran bersasis dan pembelajaran berbasis lingkungan.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah yang mengacu kurikulum 2013 mampu mengeksplorasi tahapan-tahapan saintifik learning. Guru U mengatakan bahwa dalam kurikulum 2013 memiliki kekhasan komponen-komponen utama dalam (RPP) yang menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah mampu menonjolkan langkah-langkah penyelesaian masalah yang dapat dituangkan dalam Lembar Kerja Siswa atau (LKS) yang telah disesuaikan dengan lingkungan dan kondisi lokal yang ada di sekitar. Lembar Kerja Siswa atau (LKS) dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah harus memiliki komponen-komponen diantaranya adalah sebagai berikut; identitas, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan langkah-langkah atau petunjuk kerja yang jelas.

(25)

Lembar Kerja Siswa atau (LKS) dikarenakan membutuhkan waktu yang relatif lama. Penyebab dari kesulitan dalam penyusunan tersebut karena adanya target pokok bahasan per hari dan juga kurangnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa. Beliau juga menyusun Lembar Kerja Siswa setelah tema-tema di buku ajar sudah habis atau selesai diajarkan kepada siswa.

Guru U mengatakan bahwa SDN Kalasan I juga masih membutuhkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Beliau juga menjelaskan karakteristik Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa yang baik merupakan Lembar Kerja Siswa yang memenuhi komponen-komponen permendiknas, dan guru U juga menyarankan agar menggunakan tematik integratif dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, dan Lembar Kerja Siswa dimunculkan dengan jelas pada skenario pembelajaran.

(26)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah:

1. Bagaimana langkah-langkah mengembangkan produk berupa LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema Indonesiaku, Bangsa yang Berbudaya untuk siswa kelas V Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kualitas produk LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema Indonesiaku, Bangsa yang Berbudaya untuk siswa kelas V Sekolah Dasar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah:

1. Mengembangkan produk berupa LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema Indonesiaku, Bangsa yang Berbudaya untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

2. Mendeskripsikan kualitas produk prosedur LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema Indonesiaku, Bangsa yang Berbudaya untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi mahasiswa

(27)

Indonesiaku, Bangsa yang Berbudaya untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

2. Bagi guru

Bagi guru dapat memperoleh inspirasi terkait dengan penelitian Research and Development (R&D), dan memperoleh contoh LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema Indonesiaku, Bangsa yang Berbudaya untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

3. Bagi siswa

Bagi siswa dapat memperoleh pembelajaran yang lebih baik dan bermakna sehingga dapat memperoleh prestasi belajar yang memuaskan, khususnya pengembangan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema Indonesiaku, Bangsa yang Berbudaya untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

4. Bagi sekolah

(28)

5. Bagi Prodi PGSD

Bagi prodi PGSD dapat memperoleh bahan bacaan tambahan perpustakan terkait dengan penelitian Research and Development (R&D) khususnya dalam upaya pengembangan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema Indonesiaku, Bangsa yang Berbudaya untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar.

E. Batasan Istilah

Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah:

1. Kurikulum SD 2013 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah dasar dengan menerapkan pembelajaran tematik integratif, pendekatan saintifik, dan penguatan pendidikan karakter serta mengunakan penilaian otentik.

(29)

3. Model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan Tujuan dari penelitian ini ialah:

1. Komponen LKS yang disusun lengkap, terdiri dari: a) Identitas LKS yang meliputi:

1) Judul LKS 2) Nama siswa 3) Nomor urut siswa b) Kompetensi Inti c) Kompetensi Dasar d) Indikator

e) Petunjuk atau langkah kerja f) Soal

(30)

3. LKS dilengkapi dengan RPPTH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian). Jumlah RPPTH sebanyak 6 buah sesuai dengan jumlah pembelajaran dalam Indonesiaku, Bangsa yang Berbudaya.

4. RPPTH memuat langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah yakni dengan tidak menghilangkan langkah-langkah pendekatan saintifik dan tematik integratif. Kegiatan mengamati, menanya, dan menalar tetap dimunculkan dalam kegiatan inti pembelajaran pada RPPTH.

5. Petunjuk kerja pada LKS memuat langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah secara detail dan jelas dan dipadukan dengan langkah-langkah pendekatan saintifik.

6. LKS menampilkan masalah nyata yang sering dihadapi oleh siswa dalam kesehariannya sehingga memudahkan siswa dalam menganalisis dan menemukan solusi pemecahannya.

(31)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Kajian Pustaka

1. Kurikulum SD 2013

a. Pengertian Kurikulum 2013

Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia olahraga zaman Yunani kuno yang berasal dari kata curur dan curere. Kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari atau mengistilahkannya dengan tempat berpacu atau tempat berlari dari mulai start sampai finish (Sanjaya, 2008: 3).

(32)

pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi yang bersifat tematik integratif.

b. Karakteristik dan Implementasi Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 memiliki beberapa ciri yang paling mendasar (Kurniasih & Sani, 2013: 22) sebagai berikut:

1) Menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi.

2) Siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritis.

3) Memiliki tujuan agar terbentuknya generasi produktif, kreatif, inovatif, dan efektif.

4) Khusus untuk tingkat Sekolah Dasar, pendekatan tematik integrative member kesempatan siswa untuk mengenal dan memahami suatu tema dalam berbagai mata pelajaran.

5) Pelajaran IPA dan IPS diajarkan dalam berbagai mata pelajaran Bahasa Indonesia.

(33)

1) Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar, yang menyangkut metodologi pembelajaran, yang nilainya pada pelaksanaan uji kompetensi uru (UKG) baru mencapai rata-rata 44, 46.

2) Kompetensi akademik di mana guru harus menguasai metode penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa.

3) Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar tidak bertindak sosial kepada siswa dan teman sejawat lainnya.

4) Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru sebagai seorang yang akan digugu dan ditiru siswa.

c. Urgensi Pengembangan Kurikulum 2013

(34)

dari kegiatan menyusun kurikulum, mengimplementasikan, mengevaluasi, dan memperbaiki sehingga diperoleh suatu bentuk kurikulum yang dianggap ideal. Selain pengembangan kurikulum, ada pula pembinaan kurikulum atau curriculum building yang merupakan upaya atau kegiatan mempertahankan dan sebagai penyempurnaan pelaksanaan kurikulum yang telah ada sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum potensial (program kurikulum) dengan maksud memperoleh hasil yang semaksimal baik.

d. Alasan Perubahan Kurikulum 2013

Perubahan kurikulum tidak dapat dirumuskan secara tepat. Ladjid (2005: 7) mengatakan bahwa ada beberapa faktor penyebab terjadinya perubahan kurikulum antara lain: Perluasan dan pemerataan kesempatan belajar, peningkatan mutu pendidikan, relevansi pendidikan dan efektivitas serta efisiensi pendidikan.

e. Elemen Perubahan Kurikulum 2013 Elemen perubahan kurikulum antara lain: 1) Perubahan

2) Standar Kompetensi Lulusan

(35)

3) Perubahan Standar Isi

Perubahan Standar Isi dari kurikulum sebelumnya yang mengembangkan kompetensi dari mata pelajaran menjadi fokus pada kompetensi yang dikembangkan menjadi mata pelajaran melalui pendekatan tematik integratif (Standar Proses).

4) Perubahan Standar Proses

Perubahan pada Standar Proses berarti perubahan strategi pembelajaran. Guru wajib merancang dan mengelola proses pembelajaran aktif yang menyenangkan. Peserta didik difasilitasi untuk mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta. Sebagai catatan dengan adanya perubahan ini; (1) perubahan metode mengajar ini bisa dilakukan ketika para guru menguasai metode-metode mengajar yang efektif sehingga dapat tampil dengan baik dalam proses pembelajaran sehingga dapat menyenangkan bagi anak didik dan mudah dipahami. (2) untuk mencapai perubahan pada proses ini, maka guru dituntun atau dilatih secara terus-menerus (didampingi selama proses belajar mengajar).

5) Perubahan Standar Evaluasi

(36)

a. Penambahan jumlah jam belajar di SD

Beberapa perubahan drastis yang ada pada kurikulum 2013, diantaranya waktu belajar ditambah, tetapi jumlah mata pelajarannya dikurangi. Pada tingkat SD, dari 10 mata pelajaran (mapel) dikurangi menjadi 6 mapel, yaitu; Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, Agama, Matematika. Sosial Budaya, dan Olahraga.

b. Penambahan jumlah jam belajar di SMP

Perubahan jumlah jam belajar di SMP adalah: (1) Jumlah jam belajar siswa di SMP berubah dari 32 jam/minggu menjadi 38 jam perminngu. (2) kalau belajar 5 hari berarti setiap hari anak belajar 8 jam setiap hari. Dalam hal ini jika ada penambahan jumlah jam belajar maka akan berdampak pada siswa saat proses belajar mengajar sehingga mereka merasa bosan dikarenakan terlalu lama jadi guru harus kreatif untuk membuat proses pembelajarannya menyenangkan.

f. Pendekatan Saintifik dan Tematik Integratif

(37)

kepetingan diri sendiri. Mereka mempelajari materi yang berdasarkan fakta atau fenomena tertentu, sesuai dengan KD yang sudah dikembangkan oleh guru. Berdasarkan fakta atau fenomena tersebut mereka mengamati, mempertanyakan, mencari jawaban sendiri dari berbagai sumber yang relevan, dan bermuara pada sebuah jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

Ada beberapa karakteristik mengenai pembelajaran saintifik adalah sebagai berikut.

1) Materi pembelajaran dipahami dengan standar logika yang sesuai dengan taraf kedewasaannya. Mereka berusaha menerimanaya dengan tidak dogmatis; tetapi memungkinkan bagi mereka untuk mengkritis, mengetahui prosedur pemerolehannya, bahkan kelemahan-kelemahannya.

2) Interaksi pembelajaran berlangsung secara terbuka dan objekti. Siswa mempunyai kesempatan seluas-luasnya untuk memukakan pemikiran, perasaan, sikap dan pengalamannya. Mereka tetap memerhatikan sikap ilmiah dan tanggung jawabnya.

3) Siswa didorong untuk berpikir analisis dan kritis; tepat dalam memahami, mengidentifikasi, memecahkan masalah, serta mengaplikasikan materi-materi pembelajaran.

(38)

pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar yang tercantum dalam tabel berikut.

Tabel 1. Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya

Langkah pembelajaran

Kegiatan Belajar Kompetensi yang Dikembangkan Mengamati 1. Membaca sumber-sumber

tertulis

2. Mendengarkan informasi lisan

3. Melihat gambar 4. Menonton tayangan 5. Menyaksikan fenomena

alam, sosial, budaya.

Melatih kesungguhan dalam mencari informasi,

menemukan fakta, ataupun suatu persoalan.

Menanya Mengajukan pertanyaan

tentang hal yang tidak dipahami dari suatu yang diamatinya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut bersifat faktual ataupun problematis.

Mengembangkan rasa ingin tahu dan sikap kritis.

Menalar 1. Mengumpulkan sejumlah informasi atau fakta dalam rangka menjawab pertanyaan permasalahan yang diajukan. Caranya yaitu membaca referensi, melakukan wawancara, melakukan pengamatan lapangan, atau kegiatan penelitian di laboratorium. 2. Mengolah informasi atau

fakta yang telah dikumpulkan menjadi

sebuah rumusan

kesimpulan, sesuai dengan masalah yang telah diajukan.

Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajar,

mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Mengasosiasikan Menerapakan

(mengembangkan),

memperdalam) pemahaman atas suatu persoalan kepada persoalan lain yang sejenis atau yang berbeda.

Mengembangkan kemampuan

(39)

Mengomunikasikan Menyampaikan hasil kegiatan belajar kepada orang lain secara jelas dan komunikatif, baik lisan maupun tulisan.

Mengembangkan sikap jujur, percaya diri, bertanggung jawab, dan toleran dalam

menyampaikan pendapat kepada orang lain dengan memerhatikan pula kejelasan,

kelogisan dan keruntutan

sistematikanya.

Pada penerapan kurikulum 2013, disajikan dalam model pembelajaran Tematik Integratif. Model pembelajaran Tematik Integratif ini sangat mengharapkan siswa agar mampu mengembangkan nalar dibanding hafalan.

g. Penilaian Otentik

(40)

berkaitan dengan kontruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

Menurut Kurniasih dan Sani (2013: 61) berpendapat yang sama tentang teknik penilaian dalam Kurikulum 2013. Namun pada aspek pengetahuan, teknik penilaian hanya berupa tes tulis dan tes lisan sedangkan aspek keterampilan terdiri dari penilaian performace atau kinerja, penilaian produk, penilaian proyek, dan portofolio. Di bawah ini adalah penjelasan tentang teknik-teknik penilaian dalam setiap aspek.

1) Sikap

a) Observasi

Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indra, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. b)Penilaian diri

Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya terkait kompetensi yang hendak dicapai. Instrumen yang digunakan adalah lembar penilaian diri.

c) Penilaian antar teman

(41)

yang hendak dicapai. Instrumen yang digunakan adalah lembar penilaian teman sejawat.

d)Jurnal

Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

2) Pengetahuan

a) Tes tulis adalah tes yang soal dan jawabannya tertulis. Bentuk-bentuk tes tulis antara lain: pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.

b) Tes lisan

Tes lisan adalah tes yang diberikan oleh guru kepada peserta didik secara lisan (diucapkan) sehingga peserta didik menjawab pertanyaan tersebut.

c) Penugasan

(42)

3) Keterampilan

a) Performance atau kinerja

Penilaian performance atau kinerja adalah penilaian yang meminta siswa untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.

b) Produk

Penilaian produk adalah penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam membuat produk teknologi dan seni tiga dimensi. Guru tidak hanya menilai hasil akhir dari pekerjaan siswa namun juga prosesnya.

c) Proyek

Penilaian proyek adalah penilaian terhadap tugas yang mengandung investigasi dan harus diselesaikan dengan periode atau waktu tertentu. Proyek dilakukan melalui tiga tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.

d) Portofolio

(43)

a. Perangkat Pembelajaran 1) Silabus

Silabus merupakan garis besar program pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional (2008: 16)mendefinisikan silabus adalah rencana pembelajaran pada satu atau kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Akbar, 2013: 7).

Silabus adalah salah satu produk nyata yang dapat diamati sebagai hasil dari aktivitas pengembangan kurikulum. Atau dengan kata lain, silabus adalah produk dari pengembangan kurikulum (Kurniawan, 2014: 112). Ada beberapa komponen silabus (Akbar, 2013: 8) antara lain:

a) Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran berisi nama sekolah, mata pelajaran/ tema, kelas/ semester.

b) Standar kompetensi

(44)

nasional, diwujudkan dengan hasil belajar peserta didik secara minimal.

c) Kompetensi dasar

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu (Chamsiatin dalam Akbar, 2013: 9). Kompetensi dasar dijabarkan dari standar kompetensi. Pengembang silabus dapat mengambilnya begitu saja dari standar isi yang sudah disusun oleh pemerintah pusat (kemendiknas).

d) Materi pokok

Materi pokok adalah materi pelajaran yang harus dipelajari dan dibangun oleh peserta didik sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar. Materi pokok mencakup nilai, pengetahuan, sikap, fakta. Konsep, prinsip, teori, hukum, dan prosedur yang dibangun dengan pola urutan prosedur, hierarkis, atau kombinasi. Materi pelajaran dapat dikembangkan sesuai substansi SK, KD, dan indikator yang bisa digali, dielaborasi, dan dikonfirmasi dari berbagai sumber belajar.

e) Kegiatan belajar mengajar (KBM)

(45)

sumber dan media, juga lingkungan belajar lain demi pencapaian kompetensi (Chamsiatin dalam Akbar, 2008: 10). f) Indikator pencapaian kompetensi

Indikator pencapaian kompetensi merupakan penanda perubahan nilai, pengetahuan, sikap, keterampilam, dan perilaku yang dapat diukur. Indikator digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan tujuan pembelajaran, substansi materi, sumber dan media, serta alat penilaian.

g) Taksonomi bloom sebagai rujukan pengembangan indikator dan tujuan pembelajaran

Bloom membagi ranah pendidikan menjadi kognitif, afektif, dan psikomotor, secara bertingkat-tingkat dari rendah ke tingkat tinggi.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) RPP adalah rencana pelaksanaan pembelajaran yang pengembangannya mengacu pada suatu KD tertentu di dalam kurikulum atau silabus. RPP dibuat sebagai pedoman bagi guru dalam mengajar, sehingga pelaksanaannya bisa terarah, sesuai dengan KD yang telah ditetapkan (Kosasih, 2014: 144).

(46)

b) RPP adalah rencana pembelajaran yang pengembangannya mengacu pada suatu KD tertentu di dalam kurikulum/silabus.RPP dibuat sebagai pedoman bagi guru dalam mengajar, sehingga pelaksanaannya bisa terarah, sesuai dengan KD yang telah ditetapkan (Kosasih, 2014: 144).

c) Secara umum komponen RPP sama dengan komponen silabus yaitu: tujuan, materi, metode, media dan alat serta penilaian. Namun dalam silabus cakupan setiap komponennya masih umum dan luas, sedangkan dalam RPP uraian setiap komponennya sudah khusus dan terbatas.

d) Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa RPPTH adalah rencana pelaksanaan pembelajaran harian yang dirancang oleh guru berdasarkan komponen-komponennya dalam mempersiapkan kegiatan pembelajaran di kelas agar lebih terarah selama satu hari.

e) Dalam pengembangan RPP diawali dengan identifikasi silabus, kemudian dikembangkan jejaring tema. Dengan merujuk pada jaring-jaring tema, kemudian mengembangkan RPP.

3) Lembar Kerja Siswa (LKS)

(47)

petunjuk pelakasanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik bersifat teoretis, atau praktis yang mengacu kepada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa dan penggunaannya tergantung dengan bahan ajar lain.

Syarat yang harus dipenuhi oleh seorang guru adalah guru harus cermat dan memiliki pengetahuan serta ketrampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja siswa harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai atau tidaknya sebuah kompetensi dasar yang dikuasai oleh siswa. Prastowo (2014: 273) menyebutkan delapan unsur LKS secara spesifik, antara lain:

a) Judul

b) Kompetensi Dasar yang akan dicapai c) Waktu penyelesaian

d) Peralatan atau bahan yang dibutuhkan e) Informasi singkat

f) Langkah kerja

g) Tugas yang harus dilakukan h) Laporan yang harus dikerjakan. 4) Instrumen Penilaian

(48)

instrumen yang jelas dan detail. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarsiswa adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik (Kosasih, 2014: 134).

b. Kelebihan Kurikulum 2013

1) Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi disekolah.

2) Adanya penilaian dari semua aspek

Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya di dapatdari nilai ujian saja tetapi juga di dapat dari nilai nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain-lain.

3) Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi.

4) Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

5) Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistik domain sikap, ketrampilan dan pengetahuan.

6) Banyak sekali kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan seperti pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills.

(49)

9) Tidak lagi memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci karena pemerintah sudah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks pedomaan.

10) Sifat pembejaran sangat kontektual

11) Moningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial dan personal.

12) Buku dan kelengkapan dokumen disiapkan lengkap sehingga memicu dan memacu guru untuk membaca dan menerapkan budaya literasi, dan membuat guru memiliki ketrampilan membuat RPP dan menerapkan pendekatan scientific secara.

c. Kekurangan kurikulum 2013

1) Banyak salah kaprah, karena beranggapakan dengan kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru.

(50)

3) Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan saintifik. 4) Kurangnya ketrampilan guru merancang RPP

5) Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik.

6) Tugas menganalisis SKL, KI, KD, Buku Siswa dan Buku Guru belum sepenuhnya dikerjakan oleh guru, dan banyak guru yang hanya menjadi plagiat dalam hal ini.

7) Tidak pernah guru dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013, karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama.

8) Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013 karena UN masih menjadi faktor penghambat.

9) Terlalu banyaknya materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik, belum lagi persoalan guru yang kurang berdedikasi terhadap mata pelajaran yang dia ampu.

10) Beban belajar siswa dan guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(51)

berpusat kepada siswa. dengan kata lain, ketika mengajar di kelas, guru harus berupaya untuk menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat membelajarkan siswa, dapat mendorong siswa belajar, atau memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dapat menggunakan model pembelajaran inovatif, salah satunya adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah.

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata (Trianto, 2007: 67). Pembelajaran berbasis masalah, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa dengan melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah serta memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Ngalimun, 2012: 89). Dari pendapat kedua para ahli di atas memiliki persamaan yaitu pada model pembelajaran berbasis masalah, siswa terlibat aktif dalam memecahkan suatu permasalahan.

(52)

masalah-masalah praktis, berbentuk, ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam pebelajar.”

Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa PBM dapat memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa. dengan kata lain, penggunaan PBM dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehdupan sehari-hari (Ngalimun, 2012: 90).

a. Ciri-ciri Model Pembelajaran berbasis Masalah

(53)

kecil, (6) menuntut pebelajar untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja. Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model PBM dimulai dengan adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran.

Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrows (publikasi tahun 2005) menjelaskan karakteristik dari PBM, yaitu:

1) Learning is student-centered

Proses pembelajaran dalam PBM lebih menitikberatkan kepada siswasebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBM didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.

2) Authentic problems from the organizing focus for learning

Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti. 3) New information is acquired through self-directed learning

(54)

sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.

4) Learning occurs in small groups

Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaboratif, maka PBM dilaksakan dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas.

5) Teachers act as facilitators.

Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Namun, guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong siswa agar mencapai target yang hendak dicapai. b. Hakikat model pembelajaran berbasis masalah

Pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBM adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah, sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut, sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Ward dalam Ngalimun, 2012: 89).

(55)

berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan (Duch dalam Shoimin, 2014: 130).

PBM merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk mengkonfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitasnya yang ada (Tan dalam Rusman, 2012: 232).

c. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Dalam jurnal ilmiah didaktika yang ditulis oleh Saleh (2013), karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah dapat dirinci sebagai berikut:

1) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.

2) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur.

3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective).

4) Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar, dan bidang baru dalam belajar.

(56)

6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM;

7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;

8) Pengembangan keterampilan inquiry (menemukan) dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.

9) Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.

(57)

Menurut Rusman (2013: 232), alur proses Pembelajaran Berbasis Masalah dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Bagan 1. Alur Proses Pembelajaran Berbasis Masalah

Pada bagan 1 tersebut siswa diminta untuk menentukan masalah, menganalisis masalah, pertemuan dan laporan, mencari solusi, dan membuat kesimpulan.

d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran berbasis masalah ini tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada

Pertemuan dan Laporan Menentukan

Masalah

Analisis Masalah dan Isu

Penyajian Solusi dan refleksi

Kesimpulan dan Integrasi

Belajar Pengarahan Diri

Belajar Pengarahan Diri

Belajar Pengarahan Diri

(58)

siswa. Model ini dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, keterampilan intelektual, belajar berperan berbagai orang dewasa melalui pelibatan siswa dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi Self-regulated Learner.

menerapkan model ini, terdapat sintaks model pembelajaran berdasarkan masalah yang dikemukakan oleh Hamdatama (2014: 212) ialah sebagai berikut:

Tabel 2. Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Fase Peran Guru

1. Orientasi siswa kepada

Masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan segala hal yang akan dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

2. Mengorganisasi siswa

untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.

3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Gurumendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen atau pengamatan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyajikan karya yang sesuai, melaksanakan eksperimen atau pengamatan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

(59)

e. Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Masalah

PBM mempunyai berbagai potensi manfaat (Amir, 2008: 26) antara lain:

1) Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi ajar.

Dengan konteks yang ekat, dan sekaligus melakukan deep learning (karena banyak mengajukan pertanyaan menyelidik) bukan surface learning (yang sekadar hafal saja), maka pemelajar akan lebih memahami materi.

2) Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan

Dengan kemampuan pendidik membangun masalah yang sarat dengan konteks praktik, pemelajar bisa “merasakan” lebih baik konteks operasinya di lapangan.

3) Mendorong untuk berpikir

Dengan proses yang mendorong pembelajar untuk mempertanyakan, kritis dan kreatif, pemelajar dianjurkan untuk tidak terburu-buru menyimpulkan, mencoba menemukan landasan atas argumennya, dan fakta-fakta yang mendukung alasan.

4) Membangun kerja tim, kepemimpin, dan keterampilan sosial Karena PBM dikerjakan dalam kelompok-kelompok kecil, maka dapat mendorong terjadinya pengembangan kecakapan kerja tim, dan kecakapan sosial.

(60)

Dengan struktur masalah yang agak mengambang, merumuskannya, serta dengan tuntutan mencari sendiri pengetahuan yang relevan akan melatih mereka untuk manfaat ini. 6) Memotivasi belajar.

Dengan PBM kita punya peluang untuk membangkitkan minat dari pemelajar, karena kita menciptakan masalah dengan konteks pekerjaan. Dengan masalah yang menantang, siswa akan senang dan bersemangat untuk menyelesaikannya.

f. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut (Nata, 2009: 250) model pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah dinilai memiliki berbagai kelebihan sebagai berikut: 1) Dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan

dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja;

2) Dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, yang selanjutnya dapat mereka gunakan pada saat menghadapi masalah yang sesungguhnya di masyarakat kelak;

3) Dapat merangsang pengembangan kemampuan berpikir secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses pembelajarannya, para siswa banyak melakukan proses mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai aspek.

(61)

pembelajaran berbasis masalah lebih lanjut menemukan bahwa pelajar akan: meningkat kecakapan pemecahan masalahnya,lebih mudah mengingat, meningkat pemahamannya, meningkat pengetahuannya yang relevan dengan dunia praktik, mendorong mereka penuh pemikiran, membangun kepemimpinan dan kerja sama, kecakapan belajar dan memotivasi pelajar.

Menurut (Sanjaya, 2008: 210), menjelaskan bahwa sebagai suatu strategi pembelajaran, model PBM memiliki beberapa keunggulan di antaranya:

1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

(62)

dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.

6) Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah dan sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa,bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.

7) Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

8) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

9) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

(63)

g. Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Dalam jurnal ilmiah didaktika yang ditulis oleh Saleh (2013), Beberapa kelemahan strategi pembelajaran berbasis masalah antara lain:

1) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

2) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui pembelajaran berbasis masalah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.

4) PBM tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBM lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah.

5) Dalam suatu kelas yang memiki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.

(64)

7) Membutuhkan kemampuan guru yang mampu mendorong kerja siswa dalam kelompok secara efektif, artinya guru harus memilki kemampuan memotivasi siswa dengan baik.

8) Adakalanya sumber yang dibutuhkan tidak tersedia dengan lengkap.

(65)

3. Lembar Kerja Siswa

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kerja siswa ini juga merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelakasanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik bersifat teoretis, atau praktis yang mengacu kepada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa dan penggunaannya tergantung dengan bahan ajar lain.

b. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Lembar Kerja Siswa dalam Pembelajaran

(66)

Andriani dalam Prastowo (2014: 270) menyatakan bahwa Lembar Kerja Siswa memiliki fungsi, tujuan, dan manfaat yang berbeda-beda selama pembelajaran. Di bawah ini akan diuraikan fungsi, tujuan, dan manfaat dari adanya Lembar Kerja Siswa.

1) Fungsi Lembar Kerja Siswa

a) LKS sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik namun lebih mengaktifkan siswa.

b) LKS sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan.

c) LKS sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya akan tugas untuk berlatih.

d) LKS memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa. 2) Tujuan penggunaan Lembar Kerja Siswa

a) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan.

b) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan.

c) Melatih kemandirian belajar siswa.

d) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada siswa. 3) Manfaat Lembar Kerja Siswa

(67)

c. Jenis-jenis Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa terdiri dari berbagai jenis. Perbedaan jenis Lembar Kerja Siswa dipengaruhi oleh perbedaan maksud dan tujuan pengemasan materi. Menurut Prastowo (2014: 272), terdapat lima jenis Lembar Kerja Siswa, yaitu:

1) LKS yang Penemuan (Membantu Siswa Menemukan Suatu Konsep) LKS ini memuat hal-hal yang harus dilakukan oleh siswa, meliputi: melakukan, mengamati, dan menganalisis. Guru merumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh siswa kemudian siswa mengamati fenomena dari hasil kegiatannya. Setelah itu, guru memberikan pertanyaan analisis yang membantu siswa untuk mengaitkan fenomena yang diamati dengan konsep yang dibangun oleh siswa di dalam pikirannya.

2) LKS yang Aplikatif-Integratif (Membantu Siswa Menerapkan dan Mengintegrasikan Berbagai Konsep yang telah Ditemukan)

LKS ini membantu siswa untuk menerapkan berbagai konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. LKS ini dapat didahului dengan kegiatan menonton video yang mengandung nilai-nilai pelajaran. Setelah itu, siswa langsung mempraktekkannya dalam kesehariannya.

3) LKS yang Penuntun (Berfungsi sebagai Penuntun Belajar)

(68)

Sebelum mengerjakan LKS ini, siswa diminta untuk membaca buku pelajaran. Siswa dituntut untuk mencari, menghafal, dan memahami materi pelajaran yang terdapat di dalam buku.

4) LKS yang Penguatan (Berfungsi sebagai Penguatan)

LKS penguatan diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu. Materi yang dikemas di dalam LKS lebih menekankan pada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku ajar. LKS ini lebih tepat jika digunakan dalam pengayaan.

5) LKS yang Praktikum (Berfungsi sebagai Petunjuk Praktikum)

Dalam bentuk LKS ini, petunjuk praktikum merupakan salah satu konten dari LKS.

d. Unsur-unsur Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa memiliki beberapa unsur dalam penyususnannya dan akan lebih kompleks jika dibandingkan dengan unsur-unsur buku ajar. Menurut Prastowo (2014: 273) LKS terdiri dari beberapa unsur utama yang meliputi:

1) Judul

2) Petunjuk belajar

3) Kompetensi dasar atau materi pokok 4) Informasi pendukung

(69)

Namun demikian, beliau juga mengatakan lagi bahwa yang lebih spesifiknya itu format Lembar Kerja Siswa memiliki delapan unsur yaitu: 1) Judul

2) Kompetensi Dasar yang akan dicapai 3) Waktu penyelesaian

4) Peralatan atau bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas 5) Informasi singkat

6) Langkah kerja

7) Tugas yang harus dilakukan 8) Laporan yang harus dikerjakan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan delapan unsur pengembangan LKS.

e. Langkah-langkah Penyusunan Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa yang baik harus dirancang melalui langkah-langkah yang jelas dan berurutan. Menurut Prastowo (2014: 274) mengungkapkan beberapa langkah membuat Lembar Kerja Siswa antara lain:

1) Melakukan Analisis Kurikulum Tematik

(70)

2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Peta ini sangat diperlukan untuk mengetahui materi apa saja yang harus ditulis dalam LKS. Peta Kebutuhan LKS dibuat untuk mengetahui materi-materi yang harus ditulis dalam LKS.

3) Menentukan Judul LKS

Judul LKS yang mengacu Kurikulum 2013 disesuaikan dengan tema utama dan pokok bahasan yang diperoleh dari pemetaan Kompetensi Dasar dan materi pokok atau pengalaman belajar antarmata pelajaran di Sekolah Dasar.

4) Penulisan LKS

Penulisan LKS juga dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.

a) Merumuskan indikator dan atau pengalaman belajar antarmata pelajaran dari tema sentral yang telah disepakati.

b) Menentukan alat penilaian c) Menyusun materi

d) Menyusun materi berdasarkan struktur LKS 5) Mengembangkan LKS Bermakna

(71)

a) Menentukan tujuan pembelajaran yang akan dimasukkan ke dalam LKS

b) Mengumpulkan materi

c) Menyusun elemen atau unsur-unsur LKS d) Pemeriksaan dan penyempurnaan.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan mencakup berbagai aspek. Ada yang melakukan penelitian terkait bidang studi atau mata pelajaran, ada yang melakukan hanya pada satu mata pelajaran. Oleh sebab itu peneliti mencoba menggunakan sumber lain yang hampir sama dengan penelitian pengembangan lembar kerja siswa. Berikut ini adalah dua penelitian relevan yang hampir sama dengan penelitian pengembangan lembar kerja siswa.

Gambar

Tabel 1. Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan  Kegiatan Belajar dan Maknanya
Tabel 2. Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Tabel 6. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif  dengan skala Lima
Tabel 7. Kriteria Skor Skala Lima
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adalah SIM yang menyediakan informasi untuk digunakan olehb. fungsi sumber daya

This war was motivated by the struggle for territory between the Kauravas (descendants of King Dhritarashtra) and the Pandavas (descendants of Pandu).. According to Javanese

Bagaimana hasil belajar siswa setelah dilaksanakan pembelajaran IPA dengan memggunakan metode

Struktur balok adalah suatu struktur yang terdiri dari sebuah batang yang dijepit pada satu ujungnya atau ditumpu oleh dua buah dukungan atau lebih, sehingga

By flouting maxim of quantity, the speaker tries to say his statement carefully and clearly, because speaker does not want to make misleading to other people considering he

Catatan : Ada dokumen kalender pendidikan program yang disusun oleh lembaga dan disahkan oleh lembaga, foto sosialisasi kalender ditempelkan didinding,

Penyebab kontaminasi antara lain : mikroorganisme pathogen, bahan pangan hewani dan nabati beracun, bahan kimia beracun, dan bahan makanan tambahan.Sekitar 80% keracunan

Sedangkan secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk perkembangan lembaga keuangan syariah, khususnya BMT untuk lebih menggali potensi yang ada