ABSTRAK
Murti, Albertus Ragil Wisnu. 2015. Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi Menggunakan Metode Kooperatif Teknik Jigsaw pada Peserta Didik Kelas X SMA BOPKRI Banguntapan Bantul Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang mengkaji upaya meningkatkan
kemampuan menulis narasi pada siswa kelas X SMA BOPKRI Banguntapan Bantul
menggunakan metode kooperatif teknik jigsaw. Subyek penelitian adalah peserta didik kelas X tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis narasi.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat komponen utama, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Sebelum siklus tersebut dimulai ada tahapan disebut prasiklus untuk mengetahui kondisi awal siswa dan guru. Pengumpulan data berupa tes dan nontes yang digunakan untuk keperluan data penelitian. Analisis data menggunakan analisis data kuantitatif. Data dihitung menggunakan statistik deskriptif dan statistik parametrik yaitu mencari mean, uji t satu sampel, dan uji t sampel berpasangan.
Data penelitian menjelaskan bahwa penggunaan metode kooperatif teknik jigsaw dapat
ABTRACT
Murti, Albertus Ragil Wisnu. 2015. The Improvement Writing Narrative Skill by using Cooperative Method with Jigsaw Technique of BOPKRI Banguntapan Bantul Senior High School Grade X Students Academic Year of 2015/2016. Thesis. Yogyakarta : Sanata Dharma University Yogyakarta
This research observed the improvement writing narrative skill of BOPKRI Banguntapan Bantul Senior High School Grade X by used Cooperative Method with Jigsaw Technique. The subject of this research are Grade X Students Academic Year of 2015/2016. This research.
This research was develop by used two cycles. In which cycle include four main component, that is designing, action, observation and reflection. Before the cycles strated, there is a step that called pre cycles to find out the initial condition of the students and teacher. The test and non test data collected for this research needed. Data analyzed was using quantitative analyse data. The data calculated by used statistic deskriptive that resolve mean and parametric statistic, one sample t test and paired sample t test.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW PADA PESERTA DIDIK KELAS X SMA BOPKRI BANGUNTAPAN
BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh
Albertus Ragil Wisnu Murti 111224009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
HALAMAN MOTTO
Lakukanlah Sesuatu Seolah-olah Tidak Akan Menemui Kegagalan
Ada Dua Jalan di Hutan,dan aku. Aku Memilih Jalan Yang Jarang Dilalui Orang.
HALAMAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
Murti, Albertus Ragil Wisnu. 2015. Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi Menggunakan Metode Kooperatif Teknik Jigsaw pada Peserta Didik Kelas X SMA BOPKRI Banguntapan Bantul Tahun Ajaran 2015/2016.
Skripsi. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang mengkaji upaya meningkatkan kemampuan menulis narasi pada siswa kelas X SMA BOPKRI Banguntapan Bantul menggunakan metode kooperatif teknik jigsaw. Subyek penelitian adalah peserta didik kelas X tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis narasi.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat komponen utama, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Sebelum siklus tersebut dimulai ada tahapan disebut prasiklus untuk mengetahui kondisi awal siswa dan guru. Pengumpulan data berupa tes dan nontes yang digunakan untuk keperluan data penelitian. Analisis data menggunakan analisis data kuantitatif. Data dihitung menggunakan statistik deskriptif dan statistik parametrik yaitu mencari mean, uji t satu sampel, dan uji t sampel berpasangan.
ABTRACT
Murti, Albertus Ragil Wisnu. 2015. The Improvement Writing Narrative Skill by using Cooperative Method with Jigsaw Technique of BOPKRI Banguntapan Bantul Senior High School Grade X Students Academic Year of 2015/2016. Thesis. Yogyakarta : Sanata Dharma University Yogyakarta
This research observed the improvement writing narrative skill of BOPKRI Banguntapan Bantul Senior High School Grade X by used Cooperative Method with Jigsaw Technique. The subject of this research are Grade X Students Academic Year of 2015/2016. This research.
This research was develop by used two cycles. In which cycle include four main component, that is designing, action, observation and reflection. Before the cycles strated, there is a step that called pre cycles to find out the initial condition of the students and teacher. The test and non test data collected for this research needed. Data analyzed was using quantitative analyse data. The data calculated by used statistic deskriptive that resolve mean and parametric statistic, one sample t test and paired sample t test.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
segala rahmat dan berkatNya karena dengan pendampinganNya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi Menggunakan Metode Kooperatif Teknik Jigsaw pada Peserta
Didik Kelas X SMA BOPKRI Banguntapan Bantul Tahun Ajaran 2015/2016”.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menghaturkan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada pihak-pihak yang dengan ikhlas dan sabar rela berkorban
dan memberikan bantuan, motivasi, dan doa sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi. Terimakasih kepada :
1. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. selaku Kaprodi PBSI yang selalu sabar
dan penuh ketulusan mendampingi saya sebagai mahasiswa hingga selesai.
2. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum. dan Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku
dosen pembimbing dengan kesabaran dan ketulusan mendampingi saya dan
memberikan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsinya.
3. Seluruh dosen PBSI yang mengajar dan mendidik saya selama berproses
dalam perkuliahan.
4. Seluruh dosen di luar PBSI yang turut serta mengajar dan mendidik saya.
5. Seluruh karyawan PBSI yang dengan sabar melayani saya sebagai
mahasiswa dan memberikan kemudahan.
6. Kepala Sekolah, guru, karyawan, para siswa SMA BOPKRI Banguntapan
yang telah mengijikan saya meneliti, bekerja sama dan membantu
menyelesaikan skripsi.
7. Papa dan Mama, Heronimus Hartanto dan Caecilia Endang Sri Lestari
8. Bapak dan Ibu, Agustinus Sumarsono dan Maria Anna Isnaeni.
9. Teman hidup sekaligus sahabat saya Maria Eny Kurniati yang telah
memberikan dorongan, doa, dan motivasi tersendiri bagi penulis.
10. Buah hati saya Maria Della Strada Anggraeni Rosarine yang telah
memberikan kegembiraan luar biasa.
11. Kakak saya : Mas Catur, Mba Tiwi, Mas Markus, dan Mba Tyas yang
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
SUSUNAN PANITIA PENGUJI ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
1.5Definisi Istilah Operasional ... 5
2.2.8 Tata Bahasa ... 17
2.2.9 Diksi atau Pilihan Kata ... 18
2.2.10 Ejaan ... 18
2.2.11 Kebersihan dan Kerapian ... 19
2.3 Metode Kooperatif Tipe Jigsaw ... 19
2.3.1 Pengertian Metode Kooperatif ... 19
2.3.2 Tujuan dan Manfaat Metode Kooperatif ... 20
2.3.3 Ciri-ciri Metode Kooperatif ... 21
2.3.4 Strategi Pembelajaran Kooperatif ... 21
BAB V PENUTUP ... 56
5.1 Kesimpulan dan Implikasi ... 56
5.3 Saran ... 58
DAFTAR TABEL
3.7.1 Pedoman Observasi Aktifitas Guru Mengajar ... 33
3.7.2 Pedoman Observasi Aktifitas Siswa ... 34
3.7.3 Tabel Target Pencapaian ... 35
4.2.1 Tabel Perbandingan Prasiklus dan Siklus I ... 42
4.2.2 Tabel Perbandingan Siklus I dan Siklus II ... 45
4.2.3 Tabel Uji Normalitas Prasiklus ... 46
4.2.4 Tabel Uji T Normalitas Siklus I ... 48
4.2.5 Tabel Uji T Normalitas Siklus II ... 49
4.2.6 Tabel Uji T Sampel Berpasangan Prasiklus dan Siklus I ... 51
DAFTAR DIAGRAM
4.2.1 Diagram Ketuntasan KKM pada Siklus I ... 43
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Nama Siswa Kelas X SMA BOPKRI Banguntapan
Lampiran 2 : Lembar Observasi Guru Prasiklus
Lampiran 3 : Lembar Observasi Siswa Prasiklus
Lampiran 4 : Silabus
Lampiran 5 : RPP Siklus I
Lampiran 6 : RPP Siklus II
Lampiran 7 : Lembar Kerja Siswa Siklus I Tertinggi
Lampiran 8 : Lembar Kerja Siswa Siklus II Teringgi
Lampiran 9 : Rekapitulasi Nilai Prasiklus
Lampiran 10 : Rekapitulasi Nilai Siklus I
Lampiran 11 : Rekapitulasi Nilai Siklus II
Lampiran 12 : Surat Izin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma
Lampiran 13 : Surat Izin Penelitian dari BAPPEDA
Lampiran 14 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 15 : Foto-foto Kegiatan Penelitian
Lampiran 16 : Hasil Wawancara Guru dan Siswa
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Ketika kita mulai menulis, tidak sedikit dari kita yang mengalami kesulitan
untuk memulainya. Banyak ide yang ada di dalam pikiran kita, tetapi bagaimana
kita menyusunnya menjadi tulisan yang utuh? Sebenarnya apa yang
menyebabkan? Menulis termasuk salah satu keterampilan berbahasa. Kemampuan
menulis diperlukan untuk membuat suatu tulisan, bukan hanya sekadar tulisan
tetapi sebagai suatu cara berkomunikasi. Permasalahan tersebut dialami oleh
peserta didik SMA BOPKRI Banguntapan kelas X. Mereka mengalami kesulitan
pada keterampilan menulis dan membaca.
Kemampuan menulis dipengaruhi oleh kebiasaan menulis, banyak siswa
meremehkan keterampilan menulis. Kemampuan menulis dipengaruhi kebiasaan
membaca dan menulis. Banyak peserta didik yang belum memiliki motivasi atau
ketertarikan yang tinggi pada kebiasaan membaca dan menulis. Hal lain yang
menjadi kendala adalah proses pembelajaran yang kurang menarik dan lebih
tertariknya peserta didik pada bahasa di media sosial (Facebook, Twitter,
Blackberry Massager, dll).
Secara lebih luas lagi, budaya menulis dalam masyarakat Indonesia masih
kurang. Banyak orang Indonesia lebih memilih berbicara langsung ketika
menyampaikan pendapatnya ataupun berkomunikasi, mereka lebih memilih
adalah kurangnya antusias masyarakat Indonesia untuk membaca sehingga hal ini
menyebabkan keterampilan lainnya tidak diasah seperti menulis.
Keterampilan berbahasa ada empat yaitu keterampilan menyimak (listening
skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading
skills), dan keterampilan menulis (writing skills), walaupun dibedakan
keterampilan tersebut saling berkaitan, saling memiliki hubungan (Tarigan, 2008).
Menurut Tarigan (2008) keempat keterampilan tersebut pada dasarnya
merupakan suatu kesatuan, merupakan catur tunggal. Dalam memperoleh
keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang
teratur.
Mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian
berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Antara menulis dan
membaca terdapat hubungan yang sangat erat. Bila kita menuliskan sesuatu, kita
pada prinsipnya ingin agar tulisan itu dibaca oleh orang lain, paling sedikit dapat
kita baca sendiri pada saat lain. Demikianlah, hubungan antara menulis dan
membaca pada dasarnya adalah hubungan antara penulis dan pembaca.
Jika kita melihat urutan pendidikan Indonesia di mata dunia, Indonesia masih
berada di peringkat bawah. Berdasarkan hasil penelitian PISA (Program for
International Student Assesment) tahun 2006, kualitas pembelajaran di Indonesia
berada pada peringkat 50 dari 57 negara untuk bidang Sains, peringkat 50 dari 57
negara untuk Matematika, peringkat 49 dari 57 negara untuk kemampuan
membaca. Hal tersebut hendaknya menjadi keprihatinan kita bersama. Mengapa
itu terjadi? Bagaimana kurikulum di Indonesia? Mantan Ketua Komnas
terlalu berat. Kondisi ini membatasi ruang bagi tumbuhnya kreatifitas anak,
menyebabkan sekolah seperti “penjara” bagi anak. Ia berkata bahwa sistem
pendidikan di Indonesia memperlakukan anak seperti robot, “anak ke sekolah harus membawa “koper” berisi banyak buku, sampai dirumah harus mengerjakan
PR, habis itu teler”.
Pada umumnya guru bahasa Indonesia hanya menggunakan metode
konvensional, yaitu guru lebih banyak mengajarkan teori-teori menggunakan
metode ceramah, sedangkan siswa menyimak dan mencatat. Proses belajar yang
demikian cenderung melahirkan manusia yang berisikan intelektual statis dan
kurang kreatif.
Cara belajar setiap siswa berbeda, hal ini yang menyebabkan tingkat
pemahaman siswa yang berbeda pula. Guru perlu menerapkan metode yang
menarik dan inovatif, yang memicu semangat belajar agar anak lebih kreatif dan
inivatif. Untuk materi pembelajaran menulis narasi, guru juga perlu menggunakan
metode pembelajaran yang kreatif. Peneliti menawarkan metode kooperatif
(cooperative learning) menggunakan teknik jigsaw.
Permasalahan yang dialami peserta didik kelas X SMA BOPKRI Banguntapan
dalam keterampilan berbahasa, khususnya keterampilan menulis, perlu diatasi
dengan metode pembelajaran yang kreatif. Dalam hal ini peneliti mengadopsi
sistem pembelajaran dengan metode kooperatif teknik jigsaw. Materi menulis
yang diberikan guru adalah narasi. Materi ini diberikan di semester ganjil tahun
pelajaran 2015/2016. Keterampilan menulis narasi sebagai permasalahan yang ada
di SMA BOPKRI Banguntapan, sedangkan penyelesaiannya dengan metode
“Peningkatkan Kemampuan Menulis Narasi Menggunakan Metode Kooperatif
(Cooperative Learning) Teknik Jigsaw Pada Siswa Kelas X SMA BOPKRI
Banguntapan Tahun Ajaran 2015/2016”.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya sebagai
berikut:
Apakah kemampuan menulis teks narasi siswa kelas X SMA BOPKRI
Banguntapan meningkat setelah menggunakan metode kooperatif teknik jigsaw
dalam pembelajaran?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
peningkatan kemampuan menulis narasi dengan menggunakan metode kooperatif
teknik jigsaw.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian terbagi dalam dua aspek, yaitu aspek teoretis dan aspek praktis :
1.4.1 Aspek Teoretis
1. Melengkapi informasi mengenai pembelajaran menulis narasi dengan
menggunakan metode kooperatif teknik jigsaw.
2. Menambah informasi bagi peneliti lain tentang penelitian tindakan kelas
1.4.2 Aspek Praktis
1. Bagi guru
Peningkatan pembelajaran di SMA BOPKRI Banguntapan sehingga dapat
meningkatkan pembelajaran menulis narasi. Pembelajaran menulis narasi
berbasis metode kooperatf teknik jigsaw dapat memberi pengalaman baru
dalam mengajar.
2. Bagi siswa
Memberikan stimulasi pada siswa untuk berfikir dan berpendapat dalam
kemampuan menulis. Selain itu, dengan metode kooperatif teknik jigsaw
dapat memupuk rasa kebersamaan dan menghargai pendapat orang lain.
3. Bagi peneliti
Mengaplikasikan teori dan pengetahuan.
4. Bagi peneliti lain
Menambah wawasan untuk penelitian selanjutnya.
1.5Definisi Istilah Operasional
1. Keterampilan
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), keterampilan adalah
kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Jika keterampilan dikaitkan dengan bahasa
maka keterampilan berarti kecakapan seseorang untuk memakai bahasa dalam
menulis, membaca, menyimak dan berbicara.
2. Menulis
Menurut Lado (Tarigan, 2008) menjelaskan menulis ialah menurunkan atau
dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang
grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Gambar
atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak
menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa. Menulis merupakan suatu representasi
bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.
Hal ini merupakan perbedaan utama antara lukisan dan tulisan, antara melukis
dan menulis. Melukis gambar bukanlah menulis. Seorang pelukis dapat saja
melukis huruf-huruf Cina, tetapi tidak dapat dikatakan menulis, kalau dia tidak
tahu bagaimana cara menulis bahasa Cina, yaitu kalau dia tidak tahu bagaimana
cara menulis bahasa Cina beserta huruf-hurufnya. Dengan kriteria seperti itu,
dapatlah dikatakan bahwa menyalin/mengkopi huruf-huruf ataupun menyusun
menset suatu naskah dalam huruf-huruf tertentu untuk dicetak bukanlah menulis
kalau orang-orang tersebut tidak memahami bahasa tersebut beserta
representasinya.
3. Narasi
Narasi merupakan bagian dari wacana. Wacana adalah teks (bacaan). Wacana
merupakan rangkaian paragraf yang disusun dalam satu kesatuan maksud.
Hubungan antarparagraf dalam wacana selalu saling berkaitan. Wacana terbagi
atas lima, yaitu deskripsi, narasi, argumentasi, eksposipersuasi. Narasi adalah
cerita. Narasi adalah rangkaian paragraf yang berupa kisah tentang seseorang atau
kisah tentang sesuatu. Seseorang yang mengisahkan kebahagiaan dan penderitaan
dalam hidupnya, lalu diimbang dengan suasana hati yang terlibat, ia
teknik penyampaian yang menyelami suasana hati yang dialami oleh siapa pun
(Dadan Suwarna, 2012).
4. Metode Kooperatif Model Jigsaw
Metode kooperatif model jigsaw berkembang dari adanya krisis dan konflik
mengenai ras, etnik, dan geng yang berbeda di dalam kelas. Karena adanya krisis
tersebut, siswa tidak mau bergabung dengan yang lain. Kemudian para guru
mencari solusi dan jalan keluar untuk mengatasi krisis tersebut dengan
menggabungkan proses belajar dan proses interaksi, maka lahirlah teknik jigsaw
(Elliot Aronson , 2011).
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja
sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajardan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari
4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Ada beberapa pendekatan untuk model kooperatif, yaitu STAD (Student Teams
Achievement Devisions), tipe jigsaw, tipe investigasi kelompok, dan tipe
pendekatan struktural.
Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dkk di
Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh Slaven dkk di Universitas Jhon
Hopkins. Ditinjau dari sisi etimologi, jigsaw berasal dari bahasa Inggris yang
berarti “gergaji”. Ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle, yaitu sebuah
teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini
kegiatan belajar dengan cara bekerjasama dengan siswa lain untuk mencapai
tujuan bersama.
Pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar
kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk
kelompok kecil. Seperti yang diungkapkan Aronson (2011) bahwa teknik jigsaw
merupakan model belajar kooperatif dengan grup kecil yang heterogen dan
diawasi oleh guru.
1.6Sitematika Penulisan
Sistematika penyajian penelitian tindakan kelas ini terdiri atas lima bab, yaitu :
bab 1 berisi pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah operasional, dan sistematika
penulisan, bab II berisi landasan teori yang akan digunakan peneliti untuk
menganalisis masalah-masalah yang akan diteliti, yaitu mengenai kemampuan
menulis, pengertian narasi, dan metode kooperatif teknik jigsaw, bab III berisi
metode penelitian yang memuat tentang cara dan prosedur yang akan ditempuh
oleh peneliti untuk memperoleh data, bab IV berisi deskripsi data, analisis data,
dan pembahasan hasil penelitian, bab V berisi kesimpulan hasil penelitiaan,
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai peningkatan kemampuan menulis dan teknik jigsaw telah banyak dilakukan. Banyak sekali contoh penelitian terdahulu yang dapat peneliti jadikan contoh maupun acuan dalam penulisan skripsi ini, namun peneliti hanya menggunakan beberapa karya yang dianggap relevan. Seleksi diperlukan untuk menentukan karya yang baik dan kurang baik, hanya skripsi yang baik dan relevan yang saya pilih. Berikut ini adalah penelitian yang relevan dengan variabel-variabel yang peneliti gunakan sebagai acuan:
1. Veronika Pipin Mauli dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Menggunakan Media Gambar Seri dalam Pembelajaran Menulis Siswa Kelas IV SD Kanisius Kembaran Bantul Tahun Ajaran 2011/2012”
Peneliti menggunakan acuan skripsi tersebut di atas untuk mendapatkan gambaran mengenai pembelajaran menulis narasi. Peneliti melihat gambaran mengenai materi menulis narasi dalam skripsi ini untuk kemudian dijadikan bahan dalam penelitian kali ini.
Peneliti juga menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kemmis dan Mc Taggart, sama seperti skripsi terdahulu sehingga memudahkan peneliti dalam menggunakan metode PTK Kemmis dan Taggart.
2. Agustinus Suprimanto dalam skripsinya yang berjudul “ Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Persuasif dalam Pembelajaran Yang Menggunakan Metode Kooperatif Teknik Jigsaw pada Siswa Kelas X-2 Semester 2 SMA Stella Duce Bantul Tahun Pelajaran 2011/2012”
Peneliti menggabungkan antara skripsi yang meneliti tentang menulis narasi dan teknik jigsaw. Peneliti menggunakan acuan penelitian terdahulu seperti di atas untuk menambah bahan kajiaanya mengenai teknik jigsaw.
2.2Kajian Teori
2.2.1 Pengertian dan Batasan Menulis
Menurut Lado (1979) (Tarigan, 2008) menjelaskan menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa.
2.2.2 Fungsi Menulis
Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunitas yang tidak langsung. Kemampuan menulis perlu dimiliki setiap orang, khusunya peserta didik. Menulis dapat memicu seseorang untuk berpikir kritis, memperdalam daya tanggap dan persepsi, membantu mengurai atau mengungkapkan perasaan. Tulisan dapat membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita. Tidak jarang, kita menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang, gagasan -gagasan, masalah-masalah, dan kejadian-kejadian hanya dalam proses menulis yang aktual. Menulis adalah suatu bentuk berpikir, tetapi justru berpikir bagi pembaca tertentu dan bagi waktu tertentu. Salah satu dari tugas-tugas terpenting penulis sebagai penulis adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan berpikir, yang akan dapat menolongnya mencapai maksud dan tujuannya. Yang paling penting di antara prinsip-prinsip yang dimaksudkan adalah penemuan, susunan, dan gaya. Secara singkat: belajar menulis adalah belajar berpikir dalam/ dengan cara tertentu D’Angelo (1980) (Tarigan, 2008).
2.2.3 Tujuan Menulis
Tarigan (2008) menjelaskan maksud dan tujuan penulis adalah response atau
jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca, dapatlah
dikatakan bahwa tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar
disebut wacana informatif (informative discourse), tujuan yang bertujuan untuk
menyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse), tulisan
yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan
perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (expressive
discourse).
D’Angelo (Tarigan, 2008) menambahkan, agaknya perlu diperingatkan di sini bahwa dalam praktiknya jelas sekali terlihat bahwa tujuan-tujuan yang telah disebutkan tadi sering bertumpang-tindih, dan setiap orang mungkin saja menambahkan tujuan-tujuan lain yang belum tercakup dalam daftar di atas. Tetapi dalam kebanyakan tujuan menulis, ada satu tujuan yang menonjol atau dominan, dan yang dominan inilah memberi nama atas keseluruhan tersebut.
Sehubungan dengan tujuan penulisan sesuatu tulisan Hipple (Tarigan, 2008) merangkumnya sebagai berikut: (1) assignment purpose (tujuan penugasan), tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkumkan buku; sekretaris yang ditugaskan membuat laporan atau notula rapat), (2) altruistic purpose (tujuan altruistik), penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Seseorang tidak akan dapat menulis secara tepat guna kalau dia percaya, baik secara sadar maupun tidak sadar bahwa pembaca atau penikmat karyanya itu adalah “lawan” atau “musuh”. Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan suatu tulisan, (3) persuasive purpose ( tujuan persuasif), tulisan yang bertujuan meyakinkan para
pernyataan diri), tulisan yang bertujuan menperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca, (6) creative purpose (tujuan kreatif), tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi keinginan kreatif melebihi pernyataan diri dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian, (7) problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah), dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sebdiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca.
2.2.4 Pengertian Narasi
Narasi merupakan bagian dari wacana. Wacana adalah teks (bacaan). Wacana
merupakan rangkaian paragraf yang disusun dalam satu kesatuan maksud. Hubungan
antarparagraf dalam wacana selalu saling berkaitan. Wacana terbagi atas lima:
deskripsi, narasi, argumentasi, eksposisi, dan persuasi. Narasi adalah cerita yang
berupa rangkaian paragraf tentang seseorang atau kisah tentang sesuatu. Seseorang
yang mengisahkan kebahagiaan atau penderitaan dalam hidupnya, dengan
melibatkan suasana hati, ia sesungguhnya tengah menyampaikan wacana naratif. Ciri
wacana ini terlihat dari teknik penyampaian yang menampakkan suasana hati yang
dialami oleh siapa pun (Dadan Suwarna, 2011).
Titik Maryuni (2007) berpendapat karangan narasi adalah karangan yang
mengisahkan suatu peristiwa yang disusun secara kronologis. Karangan narasi
seseorang. Cerita atau kisah yang diketengahkan di dalam narasi dapat berupa fiksi
atau imajinatif dan dapat pula kisah faktual atau nyata.
Gorys Keraf (1982) berpendapat bahwa narasi merupakan suatu bentuk wacana
yang mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa yang membuat pembaca seolah-olah
melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Oleh karena itu, unsur yang terpenting
pada sebuah narasi adalah perbuatan dan tindakan. Selain itu, ada unsur lain yang
harus diperhitungkan, yaitu unsur waktu. Dengan demikian, pengertian narasi itu
mencakup dua unsur, yaitu perbuatan dan tindakan yang terjadi dalam suatu
rangkaian waktu. Gorys Keraf juga menegaskan bahwa karangan narasi adalah
serangkaian cerita yang bersifat fiksi dan nonfiksi. Cerita yang menunjukkan
imajinasi dan fakta atau pengalaman hidup sehari-hari serta didukung media gambar
seri membantu siswa untuk menuangkan ide ke dalam sebuah karangan narasi.
Berdasarkan uraian di atas, karangan narasi adalah karangan berupa cerita yang
mengisahkan suatu peristiwa atau pengalaman dengan urutan waktu.
2.2.5 Jenis-jenis Narasi
Gorys Keraf (2007) mengemukakan bahwa berdasarkan tujuannya, narasi dapat
dibedakan ke dalam dau jenis yaitu: (1) narasi ekspositoris bertujuan untuk memberi
informasi kepada pembaca, agar pengetahuannya bertambah. Narasi ekspositoris
pertama-tama bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui
apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan
pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Narasi ekspositoris
dapat bersifat khas atau khusus dan dapat pula bersifat generalisasi. Narasi
ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu
berulang-ulang. Narasi yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha
menceritakan suatu peristiwa yang khas yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang
khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena ia merupakan
pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja, (2) narasi sugestif disusun
dan disajikan sedemikian rupa sehingga mampu menimbulkan daya khayal pembaca.
Penulis narasi sugestif berusaha untuk memberi suatu maksud tertentu atau
menyampaikan suatu amanat terselubung kepada pembaca. Ia berusaha
menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca melalui daya khayal yang
dimilikinya.
2.2.6 Struktur Narasi
Sebuah struktur dapat dilihat dari bermacam-macam segi penglihatan. Sesuatu
dikatakan memiliki struktur apabila terdiri dari bagian-bagian yang secara fungsional
saling berhubungan, demikian pula dengan narasi. Menurut Gorys Keraf (2007)
struktur narasi antara lain sebagai berikut: (1) alur, alur dalam narasi merupakan
kerangka dasar yang penting. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus
berhubungan, bagaimana suatu kejadian yang satu dengan yang lain berkaitan,
bagaimana tokoh-tokoh harus digambarkan dan berperan dalam tindakan, dan
bagaimana situasi dan perasaan karakter yang teribat dalam tindakan-tindakan itu
terkait dalam suatu kesaatuan waktu, (2) penokohan, penokohan merupakan salah
satu ciri khas narasi yang mengisahkan tokoh cerita bergerak dalam suatu rangkaian
perbuatan atau mengisahkan tokoh cerita terlibat dalam suatu peristiwa dan kejadian
yang disusun bersama-sama sehingga mendapat kesan atau efek tunggal, (3) latar,
latar dalam karangan narasi terkadang tidak disebutkan secara jelas tempat tokoh
secara umum, misalnya di tepi hutan, di sebuah desa, dan sebagainya, (4) sudut
pandang, sudut pandang yang paling efektif untuk cerita harus ditentukan terlebih
dahulu. Sudut pandang dalam narasi menjawab pertanyaan siapakah yang
menceritakan kisah ini, orang pertama atau kedua.
2.2.7 Aspek-Aspek Karangan Narasi
Menurut Gorys Keraf (1982) karangan yang baik harus mencakup aspek judul
karangan, isi atau gagasaan, organisasi, tata bahasa, diksi atau pilihan kata, ejaan,
kebersihan dan kerapian. Aspek-aspek ini pun juga harus dimiliki karangan narasi.
Aspek-aspek tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: (1) judul karangan, judul
karangan harus menarik dan sesuai dengan tema karangan. Judul yang baik harus
memenuhi syarat sebagai berikut : (a) relevan, artinya judul mempunyai hubungan
dengan tema, (b) proaktif, artinya judul harus dapat menimbulkan keingintahuan
pembaca terhadap isi karangan. Judul yang singkat bukan berarti judul itu pendek,
akan tetapi judul itu mampu menjelaskan isi karangan, (c) singkat, artinya judul harus
berbentuk rangkaian kata yang singkat, (2) isi atau gagasan, gagasan adalah pesan
dalam dunia batin seseorang yang hendak disampaikan kepada orang lain
Widyamartaya (Gorys Keraf, 2007). Gagasan dapat berupa pendapat, pengalaman,
atau pengetahuan. Isi atau gagasan dituangkan secara tertulis sehingga dapat dibaca
dan dipahami orang lain karena bagian isi karangan merupakan inti suatu karangan. Isi
atau gagasan karangan narasi mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa yang runtut
dalam suatu kesatuan waktu. Isi karangan meliputi komponen-komponen pembentuk
suatu karangan narasi, yaitu perbuatan, penokohan, latar, sudut pandang, dan alur, (3)
organisasi, artinya karangan yang baik harus memiiki hubungan antarkata, kalimat,
organisasi karangan, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. Berikut ini akan dijelaskan
organisasi karangan secara terperinci: (a) pendahuluan, pendahuluan adalah
pembukaan atau kata pengantar dari sebuah karangan, (b) isi karangan, isi karangan
biasanya berupa pernyataan, data, fakta, contoh yang diambil dari pendapat para ahli,
hasil penelitian, kesimpuan-kesimpulan yang dapat mengukuhkan jawaban rumusan
masalah. Penyusunan isi karangan harus kritis dan logis sehingga isi karangan
meyakinkan dan benar , (c) penutup, bagian ini merupakan kesimpulan yang harus
tetap dijaga agar sesuai dengan tujuan dan mampu menyegarkan kembali ingatan
pembaca (Gorys Keraf, 1982: 104-107).
2.2.8 Tata Bahasa
Tata bahasa suatu karangan adalah susunan bahasa yang dapat dipahami pembaca.
Susunan bahasa yang baik akan membentuk suatu kalimat yang baik atau kalimat yang
efektif. Kalimat yang efektif adalah kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan
atau perasaan penulis, dan sanggup menimbulkan gagasan yang tepat dalam pikiran
pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan penulis. Kalimat efektif membentuk
paragraph, dan dari paragraf-paragraf itu akan membentuk karangan. Paragraf yang
baik harus mengandung beberapa asas yang berkenaan dengan gagasan. Menurut The
Liang Gie (Gorys Keraf, 2007), asas-asas itu adalah sebagai berikut : (1) kejelasan,
karangan harus jelas, benar dan dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Tanpa asas
kejelasan, suatu karangan sukar dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Menurut Gorys
Keraf (2007), kejelasan sebuah karangan dapat dilihat dari gagasan-gagasan yang
disampaikan kepada pembaca, (2) keringkasan, suatu karangan harus ringkas, tidak
menghamburkan kata-kata secara semena-mena, tidak mengulang butir ide yang
berbagai kalimat yang berkepanjangan, (3) ketepatan, suatu karangan harus memuat
butir-butir gagasan dan menyampaikannya kepada pembaca sesuai yang dimaksud
penulis. Oleh karena itu, agar karangannya tepat harus menaati berbagai aturan dan
ketentuan bahasa, ejaan, tanda baca, dan kelaziman bahasa tulis yang ada, (4)
kesatupaduan, sesuatu yang disajikan dalam karangan harus berkisar pada gagasan
pokok atau tema karangan. Menurut Gorys Keraf (2007), kesatuan gagasan menjadi
landasan seluruh karangan. Ada tulisan yang tidak memperlihatkan kesatuan, yaitu
tidak mengungkapkan dengan tegas apa yang dimaksud dalam karangan sehingga
pembaca tidak memahami apa yang dibacanya, (5) pertautan, suatu karangan antara
kalimat yang satu dengan yang lain, paragraf yang satu dengan yang lain harus
berkaitan, (6) penegasan, butir-butir ide harus diungkapkan dengan penekanan atau
penonjolan tertentu sehingga mengesan bagi pembaca.
2.2.9 Diksi atau Pilihan Kata
Suatu karangan harus memilih kata yang tepat. Oleh karena itu, suatu karangan
harus menggunakan pengulangan kata atau afiksasi yang tepat dan penghubung yang
tepat.
2.2.10 Ejaan
Ejaan adalah perlambangan fonem dengan huruf. Seain perlambangan fonem
dengan huruf, ejaan juga mengatur (1) ketepatan menuliskan satuan-satuan morfologi,
misalnya kata sambung, kata dasar, kata ulang, kata majemuk, kata berimbuhan, dan
partikel-partikel, (2) ketepatan menuliskan kalimat dan bagian-bagian kalimat
dengan pemakaian tanda baca seperti titik, tanda kurung, koma, dan sebagianya
Badudu (Keraf, 2007). Karangan yang baik harus memperhatikan pemakaian ejaan
huruf capital, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca yang tepat. Menurut
Pedoman Umum (EYD, 2011), pemakaian ejaan meliputi pemakaian huruf kapital,
penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca. Ejaan yang benar
harus sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
2.2.11 Kebersihan dan Kerapian
Menurut Gorys Keraf (1982), karangan dikatakan bersih dan rapi, apabila tidak
ada coretan, penulisan antara kata yang satu dengan kata yang lain tidak berjejal-jejal,
sehingga karangan tersebut kelihatan rapi dan bersih. Kebersihan dan kerapian
merupakan salah satu faktor yang dinilai dalam karangan. Keraf menegaskan bahwa
karangan narasi adalah serangkaian cerita yang bersifat fiksi dan nonfiksi. Serangkaian
cerita menunjukkan bahwa daya imajinasi dan fakta (pengalaman hidup sehari-hari)
yang didukung dengan media gambar seri dapat menjadi daya bagi siswa untuk
menuangkan ide dalam karangan narasi. Jadi, selain itu siswa dapat merangkaikan ide
cerita berdasarkan aspek-aspek dalam mengarang.
2.3 Metode Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe Jigsaw
2.3.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang
lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky. Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama,
dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak Ratna (Tukiran,
2014)
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja
sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif (cooperative
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6
orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Pada hakikatnya, pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok. Seperti
dijelaskan oleh Abdulhak (Tukiran, 2014) pembelajaran kooperatif dilaksanakan
melalui sharing proses antara peserta didik, sehingga dapat mewujudkan pemahaman
bersama antara peserta didik itu sendiri.
Tom V. Savage (Tukiran, 2014) mengemukakan bahwa cooperative learning
merupakan satu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi
siswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.
2.3.2 Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif
Elliot (2011) Pembelajaran kooperatif mempunyai 3 tujuan, diantaranya: (1)
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model kooperatif ini
memiliki keunggulan dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang
sulit, (2) agar siswa dapat menerimateman-temannya yang mempunyai berbagai
perbedaan latar belakang, (3) mengembangkan keterampilan sosial siswa; berbagi
tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk
bertanya, mau menjelaskan ide tau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.
Menurut Linda Lungren (Tukiran, 2014), ada 14 manfaat pembelajaran kooperatif
bagi siswa dengan prestasi belajar yang rendah, yaitu : (1) meningkatkan pencurahan
waktu pada tugas, (2) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi, (3) memperbaiki sikap
terhadap sekolah, (4) memperbaiki kehadiran, (5) angka putus sekolah menjadi rendah,
(6) penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar, (7) perilaku
berkurang, (10) pemahaman yang lebih mendalam, (11) meningkatkan motivasi lebih
besar, (12) hasil belajar lebih tinggi, (13) retensi lebih lama, (14) meningkatkan
kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.
2.3.3 Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri atau karakteristik sebagai berikut: (1)
siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar, (2) kelompok
dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi, sedang, dan rendah
(heterogen), (3) apabila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku, dan jenis kelamin yang berbeda, (4) penghargaan lebih berorientasi pada
kelompok daripada individu (Ibrahim, 1989).
Pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar dari
pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa
belajar keterampilan sosial, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap
demokrasi dan keterampilan berpikir logis.
2.3.4 Strategi pembelajaran Kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Terdapat 5 hal penting dalam strategi
pembelajaran yang telah ditetapkan, yaitu : (1) adanya peserta didik dalam kelompok,
(2) adanya aturan main, (3) adanya upaya belajar dalam kelompok, (4) tatap muka, (5)
evaluasi proses kelompok (Elliot, 2011).
Sihaan (Tukiran, 2014) mengemukakan 5 unsur penting yang ditekankan dalam
interaksi berhadapan, (3) tanggung jawab individu, (4) keterampilan sosisal, (5)
terjadinya proses dalam kelompok.
Anita Lee (2010) menyebutkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat lima
prinsip, yaitu sebagai berikut: (1) prinsip ketergantungan positif (positive
interpendence), yaitu keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha
yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh
kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam
kelompok akan merasa saling ketergantungan, (2) tanggung jawab perseorangan
(individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari
masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok
tersebut, (3) interaksi tatap muka (face to face promation interaction), yaitu
memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap
muka dalam melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima
informasi dari kelompok lain, (4) partisipasi dan komunikasi (participation and
communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpatisipasi aktif dan
berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran, (5) evaluasi proses kelompok, yaitu
menjadwalkan waktu secara khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja
kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya dapat bekerjasama lebih
efektif.
Untuk mengimplementasikan pembelajaran kooperatif, dapat ditempuh prosedur
sebagai berikut: (1) penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian
pokok-pokok materi pembelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan
belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi
dan siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk selumnya, (3) penilaian,
penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis yang
dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian
kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada
kemampuan kelompoknya. Seperti dijelaskan Sanjaya (2010) bahwa hasil akhir setiap
siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Hal ini disebabkan nilai
kelompok adalah bilai bersama dalam kelompoknya.
2.3.5 Teknik Jigsaw
Ada beberapa pendekatan untuk model kooperatif, yaitu STAD (Student Teams
Achievement Devisions), tipe jigsaw, tipe investigasi kelompok, dan tipe pendekatan
struktural.
Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dkk di Universitas
Texas, kemudian diadaptasi oleh Slaven dkk di Universitas Jhon Hopkins. Ditinjau
dari sisi etimologi, jigsaw berasal dari bahasa Inggris yang berarti “gergaji”. Ada juga yang menyebutnya dengan istilah fuzzle, yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan
gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja
sebuah gergaji (jigsaw), yaitu siswa melakukan kegiatan belajar dengan cara
bekerjasama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang
menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti
yang diungkapkan Anita Lee (2010) bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini
yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen, dan siswa
bekerjasama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
Dalam terapan tipe jigsaw, siswa dibagi menjadi berkelompok dengan lima atau
enam anggota kelompok belajar heterogen. Materi pelajaran diberikan pada siswa
dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggungjawab untuk mempelajari bagian
tertentu dari bahan yang diberikan. Anggota dari kelompok lain mendapat tugas topic
yang sama, yakni berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini
disebut dengan kelompok ahli (Ibrahim, 1989).
Langkah-langkah model jigsaw dibagi menjadi enam tahapan Nurhadi dan Agus
Gerrard (Tukiran, 2014), yaitu: (1) menyampaikan tujuan belajar dan membangkitkan
motivasi, (2) menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi disertai
penjelasan verbal, buku teks, atau bentuk lain, (3) mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok belajar, (4) mengelola dan membantu siswa dalam belajar kelompok dan
kerja di tempat duduk masing-masing, (5) mengetes penguasaan kelompok atas bahan
ajar, (6) memberian penghargaan atau pengakuan terhadap hasil belajar siswa. Adapun
kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut (1) melakukan kegiatan membaca
untuk menggali informasi. Siswa memperoleh topik-topik permasalahan untuk dibaca,
sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut, (2) diskusi kelompok
ahli, siswa telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu
kelompok, atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk menbicarakan topik
permasalahan tersebut, (3) laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok
asal dan menjelaskan hasil yang didapatkan dari diskusi tim ahli, (4) kuis dilakukan
mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi, (5) perhitungan skor
Menurut Stepen, Sikes dan Snapp (1978) (Abdul Majid, 2013), mengemukakan
langkah-langkah kooperatif model jigsaw sebagai berikut : (1) siswa dikelompokkan
sebanyak 1-5 orang siswa, (2) tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda,
(3) tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan, (4) anggota dari tim
yang berbeda yang telah memperlajari sib bagian yang sama bertemu dengan
kelompok baru (kelompok ahli) yang mendiskusikan sub bab mereka, (5) setelah
selesai diskusi, sebagai tim ahli tiap anggota kembali kepada kelompok asli dan
bergantian mengajar teman satu tim tentang sub bab yang mereka kuasai, dan tiap
anggota lainnya mendengarkan dengan seksama, (6) tiap tim ahli mempresentasikan
hasil diskusi, (7) guru memberi evaluasi.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki kelebihan
dan kekurangan Ibrahim (1989), di antara kelebihannya adalah: (1) dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berkerjasama dengan siswa lain, (2) siswa dapat
menguasai pelajaran yang disampaikan, (3) setiap anggota siswa berhak menjadi ahli
dalam kelompoknya, (4) dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan
positif, (5) setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain. Sedangkan kekurangannya
adalah: (1) membutuhkan waktu yang lama, (2) siswa yang pandai cenderung tidak
mau disatukan dengan temannya yang kurang pandai, dan kurang pandai pun merasa
minder apabila digabungkan dengan temannya yang pandai, walaupun lama kelamaan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penelitian ini
dilakukan karena peneliti menemukan permasalahan di SMA BOPKRI Banguntapan.
Melalui observasi awal yaitu wawancara dengan para guru bahasa Indonesia SMA
BOPKRI Banguntapan, maka ditemukanlah satu permasalahan yang ingin diteliti yaitu
menulis narasi. Pengambilan data dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan
untuk melihat situasi dan kondisi. Penelitian ini juga termasuk ke dalam ranah
penelitian eksperimental, dikarenakan para siswa siswi kelas X SMA BOPKRI
Banguntapan menjadi subjek penelitian untuk pengambilan data awal, kemudian
menerapkan metode kooperatif teknik jigsaw dalam pembelajaran, setelah itu
dilakukan pengambilan data ulang untuk kemudian dibandingkan dengan data awal.
Kasihani Kasbolah (2000) (Hermawan, 2015) penelitian tindakan kelas adalah
penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu
pembelajaran di kelas dan upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan
tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan tugas
sehari-hari di kelas.
Penelitian ini pada dasarnya dilakukan untuk perbaikan pembelajaran bahasa
Indonesia, terutama untuk meningkatkan kemampuan menulis para siswa-siswi kelas
3.2 Populasi dan Sampel
Subjek penelitian adalah para siswa kelas X SMA BOPKRI Banguntapan Bantul.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat :
SMA BOPKRI Banguntapan Bantul, yang berlokasi di Jalan Sukun
No.94 Karangbendo, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.
2. Waktu :
Penelitian diperkirakan dilaksanakan pada awal semester ganjil, sekitar
bulan Agustus-September.
3.4 Model Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK banyak dikembangkan
oleh beberapa ahli, diantaranya adalah (a) Kemmis dan Carr (1986), (b) Ebbut (1985),
(c) Kemmis dan Mc Taggart (1982), (d) Kurt Lewin (1992).
Model penelitian yang diambil adalah model PTK Kemmis dan Mc Taggart,
dengan empat komponen utama, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Empat langkah tersebut digambarkan seperti berikut (Hermawan, 2015).
3.5 Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian terbagi dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari satu kali
pertemuan, setiap pertemuan diadakan penelitian guna mengambil data. Rincian
pelaksanaan tiap siklus sebagai berikut.
3.5.1 Siklus 1
Siklus pertama diadakan dalam kurun waktu satu kali pertemuan. Pertemuan
dilakukan dan diberi tindakan atas dasar rencana yang dipersiapkan sebelumnya, yaitu
(1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Berikut
uraiannya.
1. Perencanaan
Tahap ini adalah tahap menentukan materi dan media penelitian, kemudian
dirangkum dalam RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran) dengan
memperhatikan silabus. Materi berupa menulis narasi kelas X dan metode yang
digunakan adalah metode kooperatif tipe jigsaw. Pada siklus pertama, guru
menyampaikan materi sesuai dengan RPP yang telah dibuat sebelumnya.
2. Pelaksanaan tindakan
Sesuai dengan RPP, guru mengajarkan materi dengan metode kooperatif teknik
jigsaw, dengan rincian sebagai berikut.
a) Guru memberikan tes awal untuk mengetahui kondisi siswa.
b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
c) Guru menyampaikan materi mengenai menulis narasi.
d) Guru menyampaikan mengenai teknik jigsaw, membagi siswa ke dalam kelompok
e) Guru menerangkan tugas masing-masing siswa, kemudian membagi lagi ke dalam
kelompok ahli.
f) Di dalam kelompok ahli, guru memberikan teks narasi untuk didiskusikan. Tiap
kelompok mendapat teks yang berbeda.
g) Siswa kembali ke kelompok asal, setiap siswa secara bergiliran menceritakan teks
yang didapat dalam kelompok ahli.
h) Siswa dalam kelompok asal menyusun cerita narasi kembali menurut versi
mereka.
i) Beberapa kelompok maju ke depan untuk menjabarkan hasil kerja kelompoknya.
3. Pengamatan dan Observasi
Selama pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan pengamatan dan observasi.
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan untuk refleksi
siklus berikutnya.
4. Refleksi
Pada tahapan ini, peneliti bersama guru melakukan refleksi terkait penelitian yang
telah dilakukan.
3.5.2 Siklus 2
Sama seperti siklus satu, siklus dua diadakan dalam jangka waktu satu kali
pertemuan, dengan tindakan yang telah dipersiapkan sebelumnya (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Keempat hal tersebut
diuraikan sebagai berikut.
1. Perencanaan
Mengacu pada siklus satu. Materinya adalah menulis narasi dengan menggunakan
2. Pelaksanaan tindakan
Langkah-langkah siklus dua sebagai berikut.
1) Guru memberikan tes awal untuk mengetahui perkembangan siswa.
2) Guru menyampaikan tujuan yang hendak dicapai.
3) Guru menyampaikan materi pembelajaran
4) Guru menerapkan teknik jigsaw, membagi siswa ke dalam kelompok asal.
5) Guru menerangkan tugas masing-masing siswa, kemudian membagi lagi ke dalam
kelompok ahli.
6) Di dalam kelompok ahli, guru memberikan teks narasi untuk didiskusikan. Tiap
kelompok mendapat teks yang berbeda.
7) Siswa kembali ke kelompok asal, setiap siswa secara bergiliran menceritakan teks
yang didapat dalam kelompok ahli.
8) Siswa dalam kelompok asal menyusun cerita narasi kembali menurut versi
mereka.
9) Beberapa kelompok maju ke depan untuk menjabarkan hasil kerja kelompoknya.
10) Hasil kerja dikumpulkan kepada guru.
11) Peneliti memeriksa perkembangan siswa.
3. Pengamatan dan Observasi
Peneliti melakukan pengamatan dan observasi ketika pembelajaran berlangsung.
Peneliti mengamati perbandingan siklus dua dengan siklus pertama.
4. Refleksi
Pada tahap ini, peneliti bersama guru melakukan refleksi mengenai proses,
masalah, dan kendala selama penelitian. Guru memberi saran dan tanggapan kepada
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Wawancara
Wawancara yang dipakai adalah wawancara mendalam (in-depth interviewing)
yang bersifat lentur, tidak berstruktur ketat, tidak dalam suasana formal, dan dilakukan
berulang pada informan yang sama Sutopo (1996) (Sudiatmi,dkk, 2010). Wawancara
ini memang dilakukan pada keadaan santai, di mana guru dan peneliti dalam keadaan
nyaman untuk berbincang-bincang. Seperti pernyataan Sutopo di atas bahwa
wawancara ini bersifat lentur, tidak ketat, dan dalam suasana non formal. Peneliti
mewawancarai guru dalam keadaan sedang istirahat, sekedar pertanyaan sederhana
yang dapat dijadikan fakta untuk penelitian ini. Guru yang diwawancarai ada dua
orang guru bahasa Indonesia. Selain guru, wawancara ini juga dilakukan pada
beberapa siswa.
Instrumen wawancara:
Guru
1) Apa saja persiapan guru sebelum mengajar?
2) Bagaimanakah cara untuk menyambungkan antara materi dengan kehidupan
nyata?
3) Apa saja kesulitan dalam mengajar?
4) Apakah siswa mengalami kesulitan atau hambatan keterampilan berbahasa?
5) Apa saja metode yang digunakan untuk mengatasi hambatan tersebut?
7) Berapa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) siswa dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia?
8) Apakah siswa telah mencapai KKM tersebut?
Siswa
1) Apa persiapan yang dilakukan sebelum mengikuti proses belajar pelajaran bahasa
Indonesia?
2) Apakah Anda menyukai mata pelajaran bahasa Indonesia?
3) Apakah Anda gemar menulis?
4) Apa saja hambatan ketika Anda mulai menulis?
5) Bagaimana cara untuk mengatasi hambatan tersebut?
2. Observasi langsung
Observasi ini dalam penelitian kualitatif sering disebut dengan observasi berperan
pasif Spradley (Bambang dan Titik, 2010:32). Ada beberapa alasan mengapa observasi
ini dilakukan, yakni :
1) Teknik ini didasarkan atas pengalaman secara langsung. Pengalaman langsung
merupakan alat yang ampuh untuk mengetes suatu kebenaran
2) Teknik ini memungkinkan peneliti melihat dan mengamati sendiri, kemudian
mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang pernah terjadi pada keadaan
sebenarnya
3) Pengamatan memungkinkan peneliti untuk mencatat peristiwa dalam situasi yang
berkaitan dengan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari
4) Dapat dipakai untuk mengecek, mengurangi bias manakala peneliti sulit
mengingat peristiwa atau hasil wawancara sebelumnya, ataupun karena reaksi
peneliti yang emosional pada suatu saat
5) Peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit dan untuk perilaku yang
kompleks Moleong (Sudiatmi, 2010)
6) Pengalaman langsung menjadi alat yang ampuh untuk mengetes suatu kebenaran,
hal itu tampaknya cocok untuk penelitian ini karena peneliti pernah Praktek
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA BOPKRI Banguntapan dan sampai saat ini
peneliti masih menjadi pengajar di sana.
3. Dokumentasi
Dokumen ini dimanfaatkan untuk teknik pengumpulan data karena dalam banyak
hal dokumen sebagai sumber data dapat digunakan untuk menguji, menafsirkan,
bahkan untuk meramalkan Moleong (Sudiatmi,2010). Teknik mencatat dokumen ini
digunakan untuk mengumpulkan data yang bersumber pada arsip dan dokumen yang
terdapat di sekolah yang berkaitang dengan masalah yang diteliti.
3.7 Instrumen Observasi
Tabel I Daftar
No. Butir-butir Observasi YA TIDAK
1. Guru membuka pelajaran
2. Guru melakukan presensi kehadiran
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru bertanya kepada siswa
5. Guru menggunakan metode pembelajaran yang
menarik
6. Guru mengaitkan materi dengan kehidupan
nyata
7. Guru menarik kesimpulan dan memberikan
8. Guru mengevaluasi hasil belajar
Tabel II
Pedoman Observasi Aktifitas Siswa
No. Butir-butir Observasi YA TIDAK
1. Siswa siap untuk mengikuti pelajaran bahasa Indonesia
2. Siswa memperhatikan dengan seksama
penjelasan guru
3. Siswa aktif dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru
4. Siswa memahami instruksi yang diberikan guru
5. Siswa dapat menarik kesimpulan dari
pembelajaran
6. Siswa mendapat manfaat dari pembelajaran 7. Siswa kritis terhadap materi yang disampaikan
guru
3.8 Teknik Analisis Data
Peneliti akan mencari rata-rata nilai/mean dari hasil tes siswa menggunakan
rumus : X = ∑
N
Dalam analisis ini, hasil tes diberi skor angka dan dimasukkan pada tabel statistik,
kemudian dicari skor rata-rata dalam satu kelas yang dijadikan sebagai objek penelitian.
Setelah itu hitung angka persentase yang dicapai siswa dalam kegiatan belajar. Rumus
untuk mencari persentasi keberhasilan prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut:
Prosentase = 100% N F ×
Keterangan :
F = Jumlah skor yang diperoleh siswa
N = Jumlah siswa
Cara yang digunakan oleh peneliti agar memperoleh kesimpulan yang valid adalah
a. Merekapitulasi hasil tes
b. Merekapitulasi hasil pengamatan dan observasi
Siswa dikatakan tuntas dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia apabila
memperoleh nilai 75.
Selain itu, peneliti juga akan mencari uji normalitas dan uji t dua sampel
berpasangan (paired sample t test) menggunakan program SPSS 16 (Statistical
Product and Service Solution). Uji normalitas digunakan untuk memperlihatkan
bahwa sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan, uji t
dua sampel berpasangan adalah sebuah sampel dengan subjek yang sama namun
mendapat perlakuan berbeda, dalam hal ini perlakuan diberikan pada prasiklus,
siklus I, dan siklus II.
3.9. Indikator Target Pencapaian
Indikator target pencapaian digunakan untuk mengetahui apakah hasil yang
didapat sudah meningkat dan sesuai target atau masih perlu peningkatan. Indikator
akan disajikan seperti tabel di bawah ini
Target Pencapaian
Prasiklus Siklus I Siklus II
Sebesar 0% dari jumlah seluruh siswa kelas X (22 orang).
Sebesar 50% dari jumlah seluruh siswa kelas X (22 orang).
Sebesar 70 % atau lebih dari seluruh siswa kelas X (22 orang).
3.10. Rubrik Penilaian Produk
ASPEK RINCIAN RUBRIK PENILAIAN NILAI (0-10)
Isi Cerita Selaras
dengan Judul
ISI
Isi cerita kurang selarang dengan judul
Isi cerita menyimpang dari judul yang jauh dari relevan dan tidak berkaitan dengan cerita Jalan Cerita
Runtut dan Jelas
Jalan cerita sangat runtut dan sangat jelas
Jalan cerita kurang runtut tetapi masih jelas
Jalan cerita tidak runtut dan tidak jelas
Utuh dan Tuntas Terdapat judul, isi, dan penutup serta jalan ceritanya tuntas
Terdapat judul dan isi, tetapi tidak ada penutup sehingga tidak tuntas
Terdapat isi tetapi tidak ada judul dan ceritanya belum tuntas
tetapi tidak menyimpang dari konteks
Narasi yang dibuat monoton dan keluar
Memiliki gaya bahasa sederhana
Tidak memiliki gaya bahasa dalam penulisan
Kerangka berfikir utuh, kompleks, dan saling
Memiliki pola urutan waktu dan tempat yang saling berkaitan
No 6 : 10 No 7 : 10 No 8 : 10 No 9 : 10 No 10 : 10
Jumlah skor maksimum : 100
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini disajikan hasil dan pembahasan dari hasil penelitian. Dalam bab
ini penulis akan menguraikan : (1) deskripsi data, (2) hasil penelitian, (3)
pembahasan. Berikut uraiannya mengenai ketiga hal tersebut
4.1 Deskripsi Data Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan
di SMA BOPKRI Banguntapan Bantul . Sekolah tersebut beralamat di Jln.Sukun
No.94 Karangbendo, Banguntapan, Bantul. Penelitian ini diterapkan pada peserta
didik kelas X yang berjumlah 22 orang dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Penelitian dilakukan dalam dua tahap yang dinamakan siklus, yaitu siklus
satu dan siklus dua. Tetapi, sebelum siklus tersebut dimulai diadakan prasiklus
untuk mengetahui kondisi siswa. Prasiklus dilakukan pada tanggal 21 Agustus
2015 dilakukan oleh Dra. Yasingta Prapti sebagai guru bahasa Indonesia kelas X,
peneliti mengamati guru dan siswa di dalam kelas. Guru memberikan tugas
kepada siswa berupa menulis narasi mengenai perjalanan dari rumah ke sekolah.
Hasil dari tugas itu kemudian dikonfirmasi menjadi nilai awal. Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 75.
Siklus satu dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus 2015 dan siklus dua
dilaksanakan pada tanggal 1 September 2015. Siklus satu dan siklus dua
diterapkan oleh peneliti yang dibantu Dra. Yasingta Prapti sebagai observer dan
mendokumentasikan proses penelitian.
Peneliti menggunakan metode kooperatif teknik jigsaw untuk meningkatkan