viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SUBTEMA KEGIATAN MALAM HARI MENGACU KURIKULUM 2013
UNTUK SISWA KELAS SATU (I) SEKOLAH DASAR
Irene Putri Noventi Yunanto
Universitas Sanata Dharma 2015
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan yang bertujuan menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran mengacu pada Kurikulum 2013. Produk tersebut menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter, dan penilaian secara otentik pada kegiatan belajarnya.
Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran Jerold E. Kemp dan prosedur penelitan pengembangan yang dikemukakan oleh Bord dan Gall diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, dan (5) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I sekolah dasar.
Berdasarkan validasi dua pakar Kurikulum 2013 menghasilkan skor 4,11 (baik) dan 4,04 (baik), dan dua guru kelas I SD yang sama-sama menghasilkan skor 4,48 (sangat baik). Perangkat pembelajaran tersebut memperoleh rerata skor 4,27 dan termasuk dalam kategori “sangat baik”. Hal tersebut ditinjau dari 11 aspek yang terdapat dalam instrumen validasi, antara lain: (1) identitas rpp, (2) perumusan indikator, (3) perumusan tujuan pembelajaran, (4) pemilihan materi ajar, (5) pemilihan sumber belajar, (6) pemilihan media belajar, (7) metode pembelajaran, (8) skenario pembelajaran, (9) penilaian, (10) lembar kerja siswa dan (11) bahasa. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum 2013.
ix
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF LEARNING INSTRUMENTS BASED ON
CURRICULUM 2013 SUBTHEME “KEGIATAN MALAM HARI”
FOR ONE GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL
Irene Putri Noventi Yunanto Sanata Dharma University
2015
This research is the development of research that aims to produce products such as learning device that refers to the Curriculum 2013. The resulting product is an integrated thematic approach, scientific approach, character education, and authentic assessment on learning activities.
Procedures Jerold E. Kemp and development research procedure proposed by Bord and Gall was adapted into a more simple model of development, which is used as a basis in research. The development procedures used in the study includes five steps: (1) the potential and problems, (2) data collection, (3) the design of the product, (4) validation expert, and (5) the revision of the design, to produce the final product in the form of the device design 2013 refers to the learning curriculum for first grade elementary school students.
Based on the validation of two experts Curriculum 2013 resulted in a score of 4.11 (good) and 4.04 (good), and two grade I elementary school teachers together to produce a score of 4.48 (very good). The learning device to obtain a mean score of 4.27 and included in the category of "very good". It is observed from 11 aspects contained in the instrument validation, among others: (1) the identity RPPTH, (2) the formulation of indicators, (3) formulating learning goals, (4) the selection of teaching materials, (5) the selection of learning resources, (6) learning media selection, (7) learning method, (8) learning scenario, (9) assessment, (10) student worksheets and (11) language. Therefore, the learning the device developed already fit for use as a learning the device refers Curriculum 2013.
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SUBTEMA KEGIATAN MALAM HARI MENGACU KURIKULUM 2013
UNTUK SISWA KELAS SATU (I) SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Irene Putri Noventi Yunanto 111134172
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
HALAMAN JUDUL
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SUBTEMA KEGIATAN MALAM HARI MENGACU KURIKULUM 2013
UNTUK SISWA KELAS SATU (I) SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Irene Putri Noventi Yunanto 111134172
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
TUHAN YESUS KRISTUS
Sumber segala rahmat yang selalu memberikan kemudahan dan kelancaran disetiap langkahku
Bapak dan Ibuku tercinta
Bapak Panjang Yunanto dan Ibu Purwestriningsih yang selalu memberikan semangat dan mendukungku
Adikku Yosua Agung Wicaksono Yunanto yang selalu memberikan dukungan
Sahabat-sahabatku
Terima kasih atas segala semangat, perhatian, bantuan, dan kasih sayang yang kalian berikan
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku
v
MOTTO
Karena masa depan itu sungguh dan
harapanmu tidak akan hilang
(Amsal 23:18)
Jangan tunda sampai besok apa yang bisa engkau kerjakan pada hari ini
Jika ada niat di dalam hati yang disertai dengan usaha (tindakan untuk berani
mencoba), pastilah akan selalu ada jalan yang akan menghantarkan kepada
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SUBTEMA KEGIATAN MALAM HARI MENGACU KURIKULUM 2013
UNTUK SISWA KELAS SATU (I) SEKOLAH DASAR
Irene Putri Noventi Yunanto
Universitas Sanata Dharma 2015
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan yang bertujuan menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran mengacu pada Kurikulum 2013. Produk tersebut menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter, dan penilaian secara otentik pada kegiatan belajarnya.
Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran Jerold E. Kemp dan prosedur penelitan pengembangan yang dikemukakan oleh Bord dan Gall diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, dan (5) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I sekolah dasar.
Berdasarkan validasi dua pakar Kurikulum 2013 menghasilkan skor 4,11 (baik) dan 4,04 (baik), dan dua guru kelas I SD yang sama-sama menghasilkan skor 4,48 (sangat baik). Perangkat pembelajaran tersebut memperoleh rerata skor 4,27 dan termasuk dalam kategori “sangat baik”. Hal tersebut ditinjau dari 11 aspek yang terdapat dalam instrumen validasi, antara lain: (1) identitas rpp, (2) perumusan indikator, (3) perumusan tujuan pembelajaran, (4) pemilihan materi ajar, (5) pemilihan sumber belajar, (6) pemilihan media belajar, (7) metode pembelajaran, (8) skenario pembelajaran, (9) penilaian, (10) lembar kerja siswa dan (11) bahasa. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum 2013.
ix
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF LEARNING INSTRUMENTS BASED ON
CURRICULUM 2013 SUBTHEME “KEGIATAN MALAM HARI”
FOR ONE GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL
Irene Putri Noventi Yunanto Sanata Dharma University
2015
This research is the development of research that aims to produce products such as learning device that refers to the Curriculum 2013. The resulting product is an integrated thematic approach, scientific approach, character education, and authentic assessment on learning activities.
Procedures Jerold E. Kemp and development research procedure proposed by Bord and Gall was adapted into a more simple model of development, which is used as a basis in research. The development procedures used in the study includes five steps: (1) the potential and problems, (2) data collection, (3) the design of the product, (4) validation expert, and (5) the revision of the design, to produce the final product in the form of the device design 2013 refers to the learning curriculum for first grade elementary school students.
Based on the validation of two experts Curriculum 2013 resulted in a score of 4.11 (good) and 4.04 (good), and two grade I elementary school teachers together to produce a score of 4.48 (very good). The learning device to obtain a mean score of 4.27 and included in the category of "very good". It is observed from 11 aspects contained in the instrument validation, among others: (1) the identity RPPTH, (2) the formulation of indicators, (3) formulating learning goals, (4) the selection of teaching materials, (5) the selection of learning resources, (6) learning media selection, (7) learning method, (8) learning scenario, (9) assessment, (10) student worksheets and (11) language. Therefore, the learning the device developed already fit for use as a learning the device refers Curriculum 2013.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan berkah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Subtema Kegiatan Malam Hari
Mengacu Kurikulum 2013 untuk Siswa Kelas Satu (I) Sekolah Dasar dapat
penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis
mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik
secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan
dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, SJ.B.S.T.MA. selaku Ketua Program
Studi PGSD.
3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik.
6. Ibu Nn selaku guru kelas I SD Negeri Percobaan 3 yang telah bersedia
melakukan wawancara untuk analisis kebutuhan.
7. Ibu E selaku guru kelas I SD Bopkri Demangan 3 yang telah membantu
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
1.5 Batasan Istilah ... 8
1.6 Spesifikasi Produk ... 10
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
2.1 Kajian Pustaka ... 11
2.1.1 Kurikulum 2013 ... 11
2.1.1.1 Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ... 11
2.1.1.2 Pendidikan Karakter ... 16
2.1.1.2.1 Karakter... 16
xiii
2.1.1.2.3 Tujuan Pendidikan Karakter ... 18
2.1.1.2.4 Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter ... 19
2.1.1.3 Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi... 20
2.1.1.4 Pendekatan Tematik Integratif... 23
2.1.1.5 Pendekatan Saintifik ... 25
2.1.1.6 Penilaian Otentik... 30
2.1.1.7 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran... 35
2.2 Penelitian yang Relevan... 40
2.3 Kerangka Pikir ... 44
2.4 Pertanyaan Penelitian... 46
BAB III METODE PENELITIAN ... 47
3.1 Jenis Penelitian... 47
3.2 Prosedur Pengembangan ... 50
3.2.1 Potensi dan Masalah... 51
3.2.2 Pengumpulan Data ... 52
3.2.3 Desain Produk ... 52
3.2.4 Validasi Ahli ... 52
3.2.5 Revisi Desain ... 53
3.3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 53
3.4 Validasi Ahli Kurikulum SD 2013 ... 54
3.5 Validasi Guru SD Kelas I Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 55
3.6 Instrumen Penelitian ... 55
3.7 Teknik Pengumpulan Data... 56
3.8 Teknik Analisis Data... 56
3.8.1 Data Kualitatif ... 56
3.8.2 Data Kuantitatif ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 60
4.1 Analisis Kebutuhan ... 60
4.1.1 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 60
4.1.2 Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 65
xiv
4.2.1 Silabus ... 66
4.2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) ... 66
4.2.3 Materi Ajar dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS)... 68
4.2.4 Instrumen Penilaian ... 69
4.3 Revisi Produk... 70
4.3.1 Data Validasi Pakar Kurikulum 2013 dan Revisi Produk ... 71
4.3.2 Data Validasi Guru SD Kelas I yang Sudah Melaksanakan Kurikulum 2013 dan Revisi Produk... 73
4.4 Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 74
4.4.1 Kajian Produk Akhir ... 74
4.4.1.1 Silabus... 74
4.4.1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) ... 75
4.5 Pembahasan... 75
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN DAN SARAN... 80
5.1 Kesimpulan ... 80
5.2 Keterbatasan Pengembangan ... 81
5.3 Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 82
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Identifikasi Kesenjangan Kurikulum ...12
Tabel 2. Elemen Standar Isi ...14
Tabel 3. Elemen Standar Proses ...15
Tabel 4. Elemen Standar Penilaian ...16
Tabel 5. Waktu Pelaksanaan Penelitian ...53
Tabel 6. Konversi Nilai Skala Lima...57
Tabel 7. Kriteria Skor Skala Lima ...59
Tabel 8. Komentar Pakar Kurikulum dan Revisi ...72
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Revisi Taksonomi Bloom ... 21
Gambar 2. Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran-Kemdikbud ... 27
Gambar 3. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kemp yang Direvisi ... 35
Gambar 4. Kerangka Berpikir... 45
Gambar 5. Langkah-langkah Prosedur Pengembangan ... 48
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Penelitian Wawancara ...86
Lampiran 2 Surat Bukti Wawancara dari SD...87
Lampiran 3 Instrumen Analisis Kebutuhan ...88
Lampiran 4 Data mentah Validator Pakar Kurikulum 2013 ...91
Lampiran 5 Data mentah Validator Guru Kelas I SD...101
Lampiran 6 Silabus Tema 3 ...111
Lampiran 7 Biodata Peneliti ...147
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi ini telah membuka kesadaran masyarakat tentang
perkembangan dunia pendidikan. Hal tersebut menimbulkan sejumlah
harapan dan kecemasan dalam kemajuan pendidikan terutama pada
peningkatan mutu pendidikan yang ada di Indonesia. Namun hal tersebut
dapat diatasi dengan mengupayakan perbaikan dan peningkatan mutu
pendidikan yang secara terus-menerus dilakukan. Salah satu upaya yang
dilakukan oleh pemerintah saat ini yaitu dengan melakukan perubahan
kurikulum. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum harus bersifat dinamis, dimana kurikulum selalu mengalami
perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan
teknologi, tingkat kecerdasan peserta didik, kultur, sistem nilai, serta
kebutuhan masyarakat (Arifin, 2011: 1-2). Sifat kurikulum yang dinamis
ini yang menuntut adanya perubahan yang dilakukan secara terus menerus.
Saat ini, beberapa Sekolah Dasar (SD) di Indonesia telah menerapkan
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2006
atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang menghadirkan beribu warna baru bagi guru dan siswa dalam
pembelajaran. Kurikulum 2013 ini menuntut kreativitas guru dalam
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Kreativitas tersebut diantaranya
meliputi kreatif dalam mengembangkan perangkat pembelajaran, memilih
pendekatan, model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi
yang sajikan. Tujuan pendidikan dalam kurikulum 2013 adalah
meletakkan dasar kecerdasan, akhlak mulia, produktif, inovatif, kreatif,
dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan (psikomotor), dan
pengetahuan (kognitif) untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut. Tujuan kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor tersebut
dapat dicapai dengan adanya suatu perangkat pembelajaran yang meliputi
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran tematik harian (RPPTH),
bahan ajar, dan alat evaluasi yang valid dan reliabel. Implementasi
kurikulum tidak lepas dari ketersediaan perangkat pembelajaran yang baik
bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Tersedianya perangkat
pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang proses
pembelajaran sehingga dapat berjalan dengan baik dan dapat
meeningkatkan mutu pendidikan. Hal ini ditegaskan dengan pendapat
Yusuf (2008: 5) yang mengatakan bahwa perangkat pembelajaran
memberikan kemudahan dan dapat membantu guru dalam mempersiapkan
Implementasi Kurikulum 2013 yang sarat dengan paradigma
pembelajaran bermakna konstruktivistik yakni pembelajaran berbasis
saintifik melalui discoveri, problem based learning, project based
learning, dan inkuiri membutuhkan guru-guru yang inovatif, kreatif, dan
selalu melakukan pengembangan diri sebagai guru profesional.
Pengembangan perangkat pembelajaran di sekolah merupakan syarat
mutlak yang harus dilakukan guru dalam menyiapkan pembelajaran yang
bermutu. Perangkat pembelajaran yang dimaksud adalah Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) yang di dalamnya
berisi pengembangan strategi pembelajaran, bahan pembelajaran, media
pembelajaran, lembar kerja siswa (LKS), dan instrumen penilaian
pembelajaran, yang selama ini merupakan keterbatasan kemampuan
guru-guru SD dalam membuat RPPTH. Tumbuhnya kemampuan profesional
guru dalam mengembangkan RPPTH yang bermutu maka guru perlu
dilatih untuk mengembangkan strategi pembelajaran, media pembelajaran,
bahan pembelajaran, lembar kerja siswa, dan instrumen penilaian dalam
pembelajaran. Selanjutnya perangkat pembelajaran tersebut diintegrasikan
dengan pembelajaran di dalam kelas melalui lesson study. Dengan
demikian, pengembangan perangkat terutama RPPTH yang baik dan benar
untuk peningkatan proses pembelajaran dan mutu pendidikan di sekolah
merupakan solusi yang tepat dalam implementasi Kurikulum 2013. Selain
itu, keberhasilan implementasi kurikulum sangat ditentukan oleh
menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakannya daam proses
pembelajaran. Dengan demikian, seorang guru bukan hanya sebagai
pelaksana saja akan tetapi juga harus berperan sebagai pengembang
kurikulum itu sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Ibu
Nn, guru kelas I SD Percobaan 3 diperoleh data bahwa beliau sudah
sedikit paham mengenai kurikulum SD 2013. Menurut Ibu Nn, kurikulum
2013 merupakan kurikulum yang menggunakan pendekatan saintifik
dalam proses pembelajarannya. Perumusan indikator dan tujuan
pembelajaran yang tersedia sudah mempertimbangkan kepribadian dan
karakteristik peserta didik. Lalu Ibu Nn menjelaskan bahwa pendekatan
saintifik itu ada mengamati, menalar, mencoba, menganalisis, dan
mengkomunikasikan. Guru sering menggunakan media yang mudah
ditemukan di lingkungan sekitar yang bertujuan untuk mempermudah
pemahaman siswa. Penilaian otentik menurut Ibu Nn merupakan penilaian
yang tidak hanya dinilai dari hasil kerja anak tersebut, tetapi selama proses
pembelajaran itu berlangsung. Kemudian, beliau mengatakan masih
membutuhkan contoh rubrik penilaian non tes karena masih kesulitan
dalam membuat rubrik penilaian. Karakter yang diharapkan oleh beliau
dalam kurikulum SD 2013 adalah anak mempunyai rasa sosial yang tinggi
dengan teman-temannya, mau bekerjasama dengan temannya dan selalu
bersyukur dengan segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.
pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 yaitu dalam hal penilaian dan
membuat RPPTH. Selama ini, guru mengajar hanya mengacu pada buku
guru saja karena buku guru sudah seperti RPPTH. Guru juga mengatakan
bahwa selama mengikuti pelatihan kegiatan yang dilakukan lebih banyak
tentang menganalisis buku guru dan buku siswa jadi untuk pembuatan
rubrik penilaian beliau hanya belajar sendiri dari buku guru yang tersedia.
Selain itu, guru belum mempunyai contoh silabus, prosem, dan prota, jadi
beliau bingung apakah formatnya sama dengan KTSP atau berbeda. Ibu
Nn mengatakan masih sangat memerlukan karena perangkat pembelajaran
yang diberikan dari dinas kurang lengkap hanya berupa buku guru, buku
siswa, dan panduan kurikulum 2013. Dalam membuat perangkat
pembelajaran, guru membutuhkan contoh supaya semua orang mempunyai
persepsi yang sama. Karakteristik/ciri-ciri RPPTH yang mengacu
Kurikulum SD 2013 yang guru butuhkan sudah ada dalam buku guru jadi
jadi guru hanya tinggal mengikuti dan mengembangkannya saja.
Saran yang diberikan oleh guru terkait dengan penyusunan
perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum SD 2013 yaitu
sebaiknya guru-guru diberikan sosialisasi atau pelatihan secara
menyeluruh tentang kurikulum yang dilaksanakan. Dikarenakan selama
ini, jika ada hal-hal yang kurang mengerti maka guru akan bertanya
kepada narasumber dan kadang narasumber juga belum menguasai secara
detail. Akibatnya guru semakin kebingungan dalam menyusun perangkat
karena itu, penelitian berusaha memberikan solusi dengan
mengembangkan perangkat pembelajaran khususnya RPPTH agar
perangkat pembelajaran yang tersedia benar-benar sesuai dengan tuntutan
Kurikulum SD 2013.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran subtema “Kegiatan
Malam Hari” mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1)
Sekolah Dasar?
1.2.2 Bagaimana kualitas produk perangkat pembelajaran subtema “Kegiatan
Malam Hari” mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1)
Sekolah Dasar?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk mengembangkan perangkat pembelajaran subtema “Kegiatan
Malam Hari” mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1)
Sekolah Dasar.
1.3.2 Untuk mendeskripsikan kualitas produk prosedur perangkat pembelajaran
subtema “Kegiatan Malam Hari” mengacu kurikulum SD 2013 untuk
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menambah wawasan dan pengalaman dengan
mengembangkan perangkat pembelajaran khususnya RPPTH dengan
subtema “Kegiatan Malam Hari” yang mengacu kurikulum 2013 untuk
siswa kelas I SD semester gasal.
1.4.2 Bagi Siswa
Guru dapat memiliki perangkat pembelajaran khususnya RPPTH dengan
subtema “Kegiatan Malam Hari” yang mengacu kurikulum 2013 untuk
siswa kelas I SD semester gasal.
1.4.3 Bagi Guru
Siswa dapat memahami materi pembelajaran yang bertemakan Kegiatanku
khususnya subtema “Kegiatan Malam Hari” yang ditujukan untuk siswa
kelas I SD semester gasal .
1.4.4 Bagi Sekolah
Sekolah dapat menambah bahan bacaan khususnya pengembangan
perangkat pembelajaran subtema “Kegiatan Malam Hari” mengacu
kurikulum 2013 untuk siswa kelas I SD semester gasal.
1.4.5 Bagi Prodi PGSD
Prodi PGSD dapat menambah acuan untuk mengembangkan produk
1.5 Batasan Istilah
1.5.1 Kurikulum SD adalah seperangkat rencana dan pengaturan terkait dengan
tujuan, kompetensi dasar, materi standar, hasil belajar, dan cara yang akan
digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai
kompetensi dasar dan tujuan dari pendidikan tersebut.
1.5.2 Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat
istiadat.
1.5.3 Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke
dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal,
yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses
pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan.
1.5.4 Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang bercirikan penonjolan
dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan
tentang suatu kebenaran.
1.5.5 Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta
atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah
benar-benar dikuasai dan dicapai.
1.5.6 Perangkat pembelajaran adalah Rencana Pembelajaran Tematik Harian
(RPPTH) beserta lampirannya yang terdiri dari bahan ajar/LKS, media
pembelajaran, Instrumen penilaian yang berupa soal dan kunci jawaban
1.6 Spesifikasi Produk yang dikembangkan
1.6.1 Komponen RPPTH yang disusun lengkap, terdiri dari: bahan ajar/ LKS,
media pembelajaran, instrumen penilaian yang berupa soal dan kunci
jawaban serta tugas dan rubrik penilaian.
1.6.2 RPPTH disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi
siswa (intelektual, keterampilan, sikap sosial, dan sikap spiritual) yang
nampak dalam perumusan indikator dan tujuan pembelajaran.
1.6.3 RPPTH disusun dengan pendekatan tematik integratif yang dilakukan
dengan mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata
pelajaran ke dalam berbagai tema.
1.6.4 RPPTH disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan
saintifik yang di dalamnya terdiri dari mengamati, menanya, menalar,
mencoba/mempraktikkan, dan mengkomunikasikan tentang suatu
kebenaran.
1.6.5 Penilaian dalam RPPTH menggunakan penilaian otentik yang diperoleh
melalui hasil nyata yang didapat dari proses dan hasil belajar siswa.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Kurikulum SD 2013
Menurut UU No.22 Tahun 2003, kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan terkait dengan tujuan, kompetensi dasar, materi
standar, hasil belajar, dan cara yang akan digunakan sebagai acuan dalam
kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan dari
pendidikan tersbut. Prinsip utama dalam pengembangan Kurikulum 2013
yaitu: Pertama, Standar Kompetensi Lulusan (SKL) diturunkan dari
kebutuhan. Kedua, Standar Isi (SI) diturunkan dari standar kompetensi
lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua
mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran
diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata
pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan
kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian.
2.1.1.1 Rasional dan elemen perubahan kurikulum SD 2013
Tantangan internal dan eksternal merupakan dua hal yang harus
dihadapi seiring dengan perkembangan zaman. Hal lain yang perlu
dihadapi adalah kesenjangan kurikulum yang berlaku pada saat ini dan
Tabel. 1 Identifikasi Kesenjangan Kurikulum
KONDISI SAAT INI KONSEP IDEAL
A. KOMPETENSI LULUSAN
2 Keterampilan yang relevan
3 Pengetahuan-pengetahuan lepas 3 Pengetahuan-pengetahuan
terkait
B. MATERI PEMBELAJARAN
1 Belum relevan dengan
kompetensi yang dibutuhkan
1 Relevan dengan materi yang
dibutuhkan
2 Beban belajar terlalu berat 2 Materi esensial
3 Terlalu luas, kurang mendalam 3 Sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
KONDISI SAAT INI KONSEP IDEAL
C. PROSES PEMBELAJARAN
1 Berpusat pada guru 1 Berpusat pada peserta didik
2 Proses pembelajaran
berorientasi pada pada buku
teks
2 Sifat pembelajaran yang
kontekstual
3 Buku teks hanya memuat
materi bahasan
3 Buku teks memuat materi dan
proses pembelajaran, sistem
penilaian serta kompetensi
yang diharapkan
D. PENILAIAN
1 Menekankan aspek kognitif 1 Menekankan aspek kognitif,
afektif, psikomotorik secara
2 Tes menjadi cara penilaian
yang dominan
2 Penilaian tes pada portofolio
saling melengkapi
E. PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
1 Memenuhi kompetensi profesi
saja
1 Memenuhi kompetensi profesi,
pedagogi, sosial, dan personal
2 Fokus pada ukuran kinerja PTK 2 Motivasi mengajar
F. PENGELOLAAN KURIKULUM
1 Satuan pendidikan mempunyai
pembebasan dalam pengelolaan
kurikulum
1 Pemerintah pusat dan daerah
memiliki kendali kualitas
dalam pelaksanaan kurikulum
di tingkat satuan pendidikan
2 Masih terdapat kecenderungan
satuan pendidikan menyususn
kurikulum tanpa
mempertimbangkan kondisi
satuan pendidikan, kebutuhan
peserta didik, dan potensi
daerah.
2 Satuan pendidikan mampu
menyusun kurikulum dengan
mempertimbangkan kondisi
satuan pendidikan, kebutuhan
peserta didik, dan potensi
daerah
3 Pemerintah hanya menyiapkan
sampai standar isi mata
pelajaran
3 Pemerintah menyiapkan semua
komponen kurikulum sampai
buku teks dan pedoman
Adanya penyempurnaan pola piker, dapat dilihat dari
tantangan-tantangan dan kesenjangan yang dihadapi pada saat ini. Pola pikir
berpengaruh terhadap pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa
depan. Perubahan pola berpikir dalam pembelajaran, sebagai contoh dari
berpusat dari guru menuju berpusat pada siswa, dari satu arah menjadi
Di dalam kurikulum 2013 hanya ada 4 elemen perubahan yang
mendasar yaitu Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Proses,
Standar Isi, dan Standar Penilaian. Elemen SKL, semua jenjang
pendidikan mulai dari SD sampai dengan SMA/SMK menuntut adanya
peningkatan dan keseimbangan soft skill dan hard skill yang meliputi
aspek kompetensi sikap (afektif, attitude), ketrampilan (psikomotor), dan
pengetahuan (kognitif). Elemen Standar Isi, kedudukan mata pelajaran
kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi
mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Untuk pendekatan yang
dilakukan adalah jenjang SD tematik terpadu dalam semua mata
pelajaran.
Tabel 2. Elemen Standar Isi
Elemen Deskripsi dari 10 menjadi 6
Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah mata pelajaran
peserta didik lebih sedikit, tapi jumlah jam bertambah menjadi lebih
panjang.
Elemen Standar Proses, bahwa semua siswa (mulai SD s.d.
SMA/SMK) harus memiliki kemampuan untuk mengamati, menanya,
mengolah, menyajikan, menyimpulkan, bahkan sampai mencipta. Belajar
tidak hanya terjadi di dalam kelas, tapi juga boleh di luar kelas seperti
perpustakaan, bengkel sekolah, industri/instansi terkait, dan bahkan
masyarakat sekitar. Guru bukan satu-satunya sumber belajar, tapi juga
dapat diperoleh dari buku, koran, TV, radio, internet. Sikap (attitude)
tidak diajarkan secara verbal, tetapi siswa akan lebih banyak melihat dari
apa yang dicontohkan oleh guru dengan memberikan suri teladan yang
baik.
Elemen Standar Penilaian, jika biasanya nilai diambil dari
sebuah tes/ujian maka diubah menjadi penilaian yang otentik (mengukur
semua kompetensi mulai dari sikap, ketrampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil kerja. Setiap siswa memiliki semua rekaman
kegiatan berupa portofolio yang dibuat oleh siswa sendiri sebagai
instrumen utama penilaian. Ekstrakurikuler Pramuka akan menjadi wajib
pada semua jenjang pendidikan dasar sampai menengah.
Tabel 4. Elemen Standar Penilaian
2.1.1.2 Pendidikan Karakter
2.1.1.2.1 Karakter
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2011: 213), karakter
adalah sifat-sifat khas yang membedakan seseorang dari yang lain,
tabiat, watak. Hornby dan Parnwell (dalam Hidayatullah, 2010: 12)
nama atau reputasi. Selaras dengan definisi tersebut, Hermawan
Kertajaya (dalam Hidayatullah, 2010: 13) juga menjelaskan bahwa
karakter adalah “ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau
individu. Dari beberapa pengertian tersebut, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa karakter adalah kualitas mental atau moral
individu yang merupakan kepribadian khusus, yang membedakan
dengan individu lainnya. Karakter akan membuat seseorang menjadi
disukai atau dibenci oleh orang lain. Seseorang yang mempunyai
karakter yang baik akan disukai oleh orang lain, begitu juga sebaliknya.
2.1.1.2.2 Pendidikan Karakter
Zubaedi (2011: 15) menjelaskan bahwa pendidikan karakter
adalah usaha sengaja (sadar) untuk mewujudkan kebajikan, yaitu
kualitas kemanusiaan yang baik secara objektif. Kualitas kemanusiaan
yang dimaksud bukan hanya baik untuk individu perseorangan, tetapi
juga baik untuk masyarakat secara keseluruhan. Menurut Williams dan
Schnaps (dalam Zubaedi, 2011: 15), pendidikan karakter dipandang
sebagai “any deliberate approach by which school personnel, often in
conjuction with parent and community members, help children and
youth become caring, principled and responsible.” Maknanya yaitu
pendidikan karakter merupakan berbagai usaha yang dilakukan oleh
para personel sekolah, bahkan yang dilakukan bersama-sama dengan
orang tua dan anggota masyarakat, untuk membantu anak agar
hal ini pihak sekolah bukanlah lingkungan utama yang dapat
mendukung keberhasilan pengembangan karakter, tetapi juga
melibatkan orang tua dan masyarakat. Dari beberapa pengertian
tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah
usaha sengaja (sadar) yang dilakukan oleh para personel sekolah, orang
tua, dan masyarakat untuk menanamkan nilai-nilai kepribadian dalam
diri anak agar memiliki sifat, watak, dan tabiat yang baik dalam
kehidupan sehari-hari.
2.1.1.2.3 Tujuan Pendidikan Karakter
Menurut Zubaedi (2011: 18), pendidikan karakter secara
terperinci memiliki lima tujuan yaitu 1) mengembangkan potensi
afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki
nilai-nilai karakter bangsa, 2) mengembangkan kebiasaan dan perilaku
peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan
tradisi budaya bangsa yang religius, 3) menanamkan jiwa
kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa, 4) mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi
manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan, serta 5)
mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas, persahabatan, rasa
kebangsaan yang tinggi, dan penuh kegiatan. Menurut Kesuma (dalam
Narwanti, 2011: 17), tujuan pendidikan karakter yaitu 1) memfasilitasi
anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah; 2)
mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan
nilai-nilai yang dikembangkan sekolah; dan 3) membangun koneksi yang
harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung
jawab pendidikan karakter secara bersamaan. Berdasarkan pendapat
Zubaedi dan Kesuma terdapat persamaan dan perbedaan tujuan
pendidikan karakter. Persamaannya yaitu mengembangkan perilaku
peserta didik agar sesuai dengan nilai-nilai karakter bangsa.
Perbedaannya yaitu Zubaedi hanya mengarahkan pada pengembangan
sekolah sebagai lingkungan penanaman pendidikan karakter. Kesuma
lebih menekankan pada pengembangan sekolah, keluarga, dan
masyarakat sebagai penanaman pendidikan karakter. Dari beberapa
pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan karakter
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan, watak, dan lingkungan
pemegang peran penanaman karakter pada peserta didik (sekolah,
keluarga, dan masyarakat).
2.1.1.2.4 Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan
karakter pada satuan pendidikan, Kemendiknas (2011) telah
mengidentifikasi 25 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila,
budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu 1) kereligiusan, 2)
kejujuran, 3) kecerdasan, 4) tanggung jawab, 5) kebersihan dan
kreatif, dan inovatif, 9) kesantunan, 10) ketangguhan, 11)
kedemokratisan, 12) kemandirian, 13) keberanian mengambil resiko,
14) berorientasi pada tindakan, 15) berjiwa kepemimpinan, 16) kerja
keras, 17) percaya diri, 18) keingintahuan, 19) cinta ilmu, 20)
kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, 21) kepatuhan
terhadap aturan-aturan sosial, 22) menghargai karya dan prestasi orang
lain, 23) kepedulian terhadap lingkungan, 24) nasionalisme, dan 25)
menghargai keberagaman. Menurut Kesuma (2011: 124), nilai-nilai
yang ditanamkan dapat berupa nilai yang bersifat individual personal
maupun yang lebih sosial. Nilai yang bersifat individual personal
adalah tanggung jawab, kemurahan hati, penghargaan diri, kejujuran,
pengendalian diri, bela rasa, disiplin, daya tahan, percaya diri, dan rasa
terimakasih. Nilai yang bersifat lebih sosial adalah tanggung jawab,
kewarganegaraan, kerjasama, keadilan, dan kesediaan mendengarkan.
Tanggung jawab termasuk ke dalam nilai karakter yang bersifat
individual personal dan individual sosial karena tanggung jawab bisa
terhadap diri sendiri maupun orang lain.
2.1.1.3 Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Menurut Bloom (dalam Windie, 2013: 17), berpikir tingkat
tinggi merupakan proses kognitif yang bermanfaat untuk
mengembangkan pengetahuan peserta didik. Bloom juga mengatakan
terdapat 3 aspek yang menjadi bagian dari kemampuan berpikir tinggi
berpikir. Benyamin Bloom, menggolongkan tujuan pendidikan menjadi
tiga ranah, antara lain:
a. Ranah kognitif (berkaitan dengan kognisi atau penalaran/
pemikiran–dalam bahasa pendidikan Indonesia disebut “cipta”).
b. Ranah afektif (berkaitan dengan afeksi atau “rasa”).
c. Ranah psikomotor (berkaitan dengan psikomotor atau gerak
jasmani-jiwani, gerak-gerik jasmani yang terkait dengan jiwa;
mirip dengan “karya”–walau sebenarnya tidak sama persis.
Selain itu, Bloom memuat dimensi proses kognitif, yaitu: (1)
tahap mengingat, (2) tahap memahami, (3) tahap
menerapkan/mengaplikasikan, (4) tahap menganalisi, (5) tahap
mengevaluasi, dan (6) tahap mencipta. Tahap-tahap tersebut dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 1. Revisi Taksonomi Bloom
1. Tahap Mengingat
Tahap mengingat yaitu mengambil pengetahuan dan memori
2. Tahap Memahami
Tahap memahami yaitu mengkonstruksikan makna dari materi
pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis dan
digambar oleh guru. Menurut Winkel (2009: 274) adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok
bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu
seperti rumus matematika kedalam bentuk kata-kata, membuat
grafik, dll.
3. Tahap Menerapkan/Mengaplikasikan
Tahap menerapkan/mengaplikasikan yaitu menerapkan dan
menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu.
4. Tahap Menganalis
Menurut Winkel (2009: 275), analisis mencakup kemampuan
untuk merinci kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga
struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
5. Tahap Mengevaluasi
Tahap mengevaluasi meliputi kemampuan untuk membentuk
suatu pendapat mengenai beberapa hal. Kemampuan ini
dinyatakan dalam memberikan pendapat terhadap sesuatu.
6. Tahap Mencipta
Tahap mencipta yaitu memadukan bagian-bagian untuk
2.1.1.4 Pendekatan Tematik Integratif
Kemendikbud (dalam Husamah, 2013: 19) menjelaskan bahwa
pendekatan pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai
mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut
dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan
pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep
dasar yang berkaitan. Sedangkan menurut Sutirjo dan Sri Istuti Mamik
(dalam Mulyoto, 2013: 118) mengungkapkan bahwa pendekatan tematik
integratif adalah pembelajaran yang mengintegrasikan materi beberapa
mata pelajaran dalam satu tema pembahasan.
Selain itu, Majid (2014: 49) mengungkapkan bahwa sebagai
suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik
memiliki karakteristik-karakteristik yang khas, seperti: 1) Pembelajaran
tematik berpusat pada siswa (student centered) dalam pembelajaran
siswa sebagai subjek belajar dan guru hanya berperan sebagi fasilitator,
2) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences)
dan memberikan sesuatu yang nyata atau konkret untuk memahami suatu
hal yang lebih abstrak, 3) Pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak
begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada tema-tema yang
paling dekat berkaitan dengan kehidupan peserta didik, 4) Menyajikan
konsep-konsep dari berbagai mauatan pelajaran dalam suatu proses
mengaitkan bahan ajar dari satu muatan pelajaran dengan muatan
pelajaran lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan anak dan
keadaan lingkungan anak, dan 6) Menggunakan prinsip belajar sambil
bermain yang menyenangkan. Abdul Majid juga berpendapat bahwa
pembelajaran tematik integratif memiliki beberapa prinsip, yaitu ; 1)
Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang actual dan tema
yang dibuat menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa
muatan pelajaran, 2) Pembelajaran tematik integratif perlu memilih
materi beberapa muatan pelajaran yang mungkin saling terkait, 3)
Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan
kurikulum yang berlaku tetap, 4) Materi pembelajaran yang dapat
dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa
seperti minat, kemampuan, kebutuhan dan pengetahuan awal, dan 5)
Tidak boleh memaksakan materi pembelajaran untuk dipadukan, yang
berarti materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik
integratif merupakan pengitegrasian dari berbagai kompetensi dengan
menggunakan tema yang sudah dikaitkan dengan seluruh mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna dan berkesan
2.1.1.5 Pendekatan Saintifik
Menurut Sudarwan (2013: 23), pendekatan saintifik merupakan
pendekatan yang bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,
penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran.
Pendekatan saintifik dalam Kurikulum 2013 menurut Faiq (2013: 42)
pada hakikatnya merupakan titian emas perkembangan dan
pengembangan sikap (ranah afektif), keterampilan (ranah psikomotorik),
dan pengetahuan (ranah kognitif) siswa. Hal tersebut memperlihatkan
bahwa pendekatan ilmiah merupakan ciri khas dari Kurikulum 2013 dan
menjadi kekuatan tersendiri bagi eksistensi Kurikulum 2013 terbukti dari
Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses
pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik/
ilmiah (Sudrajat, 2013:15).
Penerapan pendekatan saintifik menurut Kemendikbud (2013:
2-3) memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi diantaranya adalah
sebagai berikut.
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas
kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa
terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis,
analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami,
memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik
dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari
materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan
objektif dalam merespon materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas,
namun menarik sistem penyajiannya.
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi: mengamati, menanya, menalar, mencoba,
membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran
sejarah. Jika dibuat skema seperti yang terdapat dalam powerpoint dari
Gambar 2. (Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran-Kemdikbud)
Pembelajaran pada pendekatan saintifik dimulai dari proses
mengamati. Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningfull learning). Konsep pembelajaran bermakna
dapat dirancang sebelumnya oleh guru, hal ini seperti yang dijelaskan
oleh Mulyasa (2013: 103) bahwa dalam pembelajaran bermakna peserta
didik perlu dilibatkan secara aktif, karena mereka adalah pusat dari
kegiatan pembelajaran serta pembentukan kompetensi dan karakter.
Metode mengamati sangat baik untuk memenuhi rasa ingin tahu dari
siswa walaupun tak dapat disangsikan memerlukan tenaga dan persiapan
yang matang. Selanjutnya setelah mengamati adalah menanya. Fungsi
dari menanya seperti yang terdapat dalam Kemdikbud (2013: 21) salah
satunya adalah membangkitkan keterampilan peserta didik dalam
berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis,
sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Hal tersebut
memperlihatkan bahwa dengan pendekatan ilmiah dapat mengasah
kemampuan siswa tidak hanya dalam berpikir tetapi juga menuangkan
pemikirannya dalam kata-kata dengan bahasa yang baik dan benar.
Bagian ketiga dari pendekatan saintifik adalah menalar, menalar
merupakan proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata
empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan. Menalar dalam Kurikulum 2013 merupakan padanan dari
associating bukan terjemahan reasoning (Kemdikbud, 2013: 27). Bagian
selanjutnya adalah mencoba, kegiatan ini tentu saja harus diiringi dengan
penggunaan metode ilmiah dan sesuai dengan kaidah-kaidah serta sikap
ilmiah. Kemudian yang terakhir adalah Membentuk Jejaring, dalam hal
ini siswa dituntut untuk partisipatif dan guru bertindak sebagai mediator,
dalam membentuk jejaring dianjurkan kepada guru untuk membentuk
kelompok yang heterogen.
Komponen-komponen yang meliputi mengamati, menanya,
menalar, mencoba dan membentuk jejaring menjadi tantangan tersendiri
bagi pelaksana kurikulum diantaranya sekolah utamanya adalah guru
mata pelajaran. Sejarah sebagai pelajaran yang memiliki porsi lebih
banyak dalam Kurikulum 2013 diharapkan menjadi salah satu mata
pelajaran yang dapat membentuk karakter peserta didik. Penerapan
pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran sejarah memberikan
tantangan besar terhadap guru sejarah. Keterbatasan sumber dan
kompetensi guru dalam mengondusifkan kondisi pembelajaran menjadi
mata pelajaran sejarah. Selanjutnya, problematika tersebut akan dijelskan
ditinjau dari berbagai aspek.
Aspek pertama yang ditinjau adalah aspek kognitif, dalam
penerapan Kurikulum 2013 aspek kognitif berkaitan dengan mengamati
dan menalar. Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningful learning) dapat dilakukan dengan
mengunjungi atau melihat langsung objek. Seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya, problematika yang diangkat adalah keterbatasan sumber.
Kegiatan mengamati yang harus melihat langsung objek menjadi
problematika tersendiri karena tidak semua objek dapat dilihat secara
nyata. Apabila tidak ada media yang memadai maka ini menyulitkan
proses pembelajaran sehingga perlu adanya dukungan kreativitas dari
guru. Selanjutnya menalar, penalaran pun perlu ditekankan bahwa
sumber yang tersedia bukanlah hasil yang fix sebagai historiografi yang
mutlak namun hal tersebut adalah interpretasi sejarawan yang bisa saja
berbeda atau ditemukan fakta baru. Guru tidak menyatakan mutlak salah
satu historiografi sebagai sejarah yang mutlak terhadap sumber yang
tersedia. Dengan demikian, ranah kognitif peserta didik diberi
kesempatan untuk mencari sendiri dan guru bertindak sebagai mediator,
agar pengetahuan itu menjadi bermakna.
Aspek selanjutnya yaitu aspek afektif, dalam hal ini kaitannya
dengan mencoba. Mencoba yang sebelumnya dijelaskan perlu memiliki
dengan mencoba siswa dituntut untuk lebih aktif. Dalam hal ini misalnya
diadakan penelitian kecil-kecilan, tentu saja sumber juga terbatas dan
kesulitan karena untuk sekolah menengah ini menjadi salah satu kendala.
Mengkaji dari hal ini, kegiatan mencoba juga merupakan kegiatan yang
memiliki kendala cukup besar uatamanya dalam pembelajaran sejarah,
jadi menurut saya tidak semua kompetensi dalam pembelajaran sejarah
dapat melakukan kegiatan mencoba, untuk itu perlu menjadi perhatian
bagi guru dalam pembuatan RPPTH dan pelaksanaanya.
Aspek yang terakhir yaitu aspek psikomotor, aspek ini berkaitan
dengan membentuk jejaring dan menanya. Menanya seperti yang
diungkapkan sebelumnya, dilakukan untuk mengembangkan
keterampilan berbicara dan membentuk jejaring yang dalam hal ini saya
artikan menjadi ‘mencipta’ jadi diharapkan setelah proses pembelajaran
siswa menghasilkan produk.
2.1.1.6 Penilaian Otentik
Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru
tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan
oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan,
membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran
telah benar-benar dikuasai dan dicapai (Nurhadi, 2004: 172). Menurut
Mueller (2006: 58), penilaian otentik merupakan suatu bentuk penilaian
yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang
pengetahuan esensial yang bermakna. Dari beberapa pengertian tersebut,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa penelitian otentik adalah proses
pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik untuk menampilkan
tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemontrasikan
penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna.
Penilaian otentik merupakan konsep besar yang meliputi
sistem pengukuran hasil belajaar dalam bentuk “produk intelektual yang
bernilai, signifikan, dan bermakna”. Bilamana guru menerapkan model
penilaian otentik untuk menghimpun informasi mengenai prestasi siswa,
maka guru menerapkan berbagai kriteria yang berkenaan dengan
konstruksi ilmu pengetahuan, disiplin dalam melakukan penelitian, serta
nilai-nilai yang dapat siswa kuasai sesuai dengan harapan sekolah.
Konsep penilaian otentik telah dikembangkan oleh Ralph
Tyler. Pada tahun 1935 Ralph Tyler menyatakan ada dua perbedaan
besar dalam mevaluasi hasil belajar siswa. Dua pendekatan besar
meliputi pertama tes dan kuis dan kedua model pengumpulan sampel
produk belajar sepanjang tahun. Jika satuan waktu belajar siswa per
semester, maka penilaian berlangsung pula selama itu. Praktek semacam
itu berkembang menjadi model yang sekarang disebut penilaian otentik
yang mencakup berbagai pendekatan termasuk penilaian portofolio,
jurnal dan blog, produk, rekaman video dari pertunjukan, dan proyek
Menerapkan model penilaian otentik berpotensi
mendatangkan berbagai manfaat dan keuntungan. Menurut Hart (2010:
15), menyatakan berbagai kelebihan penggunaan model penilaian
otententik, yaitu:
1. Siswa berperan aktif dalam proses penilaian. Pada fase ini dapat
mengurang rasa cemas, takut mendapatkan nilai jelek yang dapat
menggganggu harga dirinya.
2. Penilaian otentik berhasil digunakan dengan siswa dari berbagai
latar belakang budaya, gaya belajar, dan kemampuan akademik.
3. Tugas yang digunakan dalam penilaian otentik lebih menarik dan
mencerminkan kehidupan sehari-hari siswa.
4. Sikap yang lebih positif terhadap sekolah dan belajar dapat
berkembang.
5. Penilaian otentik mempromosikan pendekatan yang lebih berpusat
pada siswa untuk mengajar.
6. Guru memegang peran lebih besar dalam proses penilaian selain
melalui program pengujian tradisional. Keterlibatan ini lebih
mungkin untuk memastikan proses evaluasi mencerminkan tujuan
dan sasaran program.
7. Penilaian otentik menyediakan informasi yang berharga kepada
guru pada kemajuan siswa serta keberhasilan instruksi.
8. Orang tua akan lebih mudah memahami penilaian otentik dari
9. Penilaian autentik baru untuk kebanyakan siswa. Mereka mungkin
curiga pada awalnya, tahun pengkondisian dengan paper tes,
mencari jawaban yang benar tunggal, tidak mudah dibatalkan.
10. Penilaian otentik memerlukan cara baru untuk merasakan bahwa
dia sedang belajar dan dievaluasi.
11. Peran guru juga berubah. Tugas khusus, baik dalam bentuk
pekerjaan maupun dalam bentuk pengasaan pengetahuan dan
keterampilan haru harus diidentifikasi secara jelas di awal.
12. Dengan cara itu, siswa dapat memulai sesuatu yang berbaik skala
kecil dan dari awal.
Semua bentuk penilaian yang baik selalu diawali dengan
kejelasan standar yang dinyatakan, fokusnya adalah pengetahuan apa
yang seharusnya siswa ketahui dan aktivitas apa yang harus dapat siswa
kerjakan. Lebih dari itu, nalai-nilai apa yang sesungguhnya harus siswa
miliki. Contoh penilaian otentik, meliputi:
• Penampilan keterampilan siswa atau mendemonstrasikan bagaimana
siswa menerapkan ilmu pengetahuan.
• Melakukan simulasi atau bermain peran.
• Rekaman portofolio atau item strategic yang terpilih.
• Pamaran atau kompetensi yang dapat siswa tunjukkan.
Penerapan model penilaian otentik berimplikasi pada desain
pilihan ganda. Pembelajaran harus dikembangkan sehingga
menghasilkan produk belajar dalam bentuk pengetahuan dan ketrampilan
menerapkan pengetahuan pada kehidupan nyata. Produk belajar siswa
bersifat kontekstual. Berikut contoh prosedur penilaian yang dapat guru
gunakan untuk mengukur ketrampilan pemecahan masalah siswa sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang dikembangkan oleh Siswono dari
Unesa (2002: 67) dengan tujuan pembelajaran siswa dapat memecahkan
masalah secara kolaboratif. Ada pun hal yang guru nilai meliputi;
1. Siswa memberikan jawaban benar-salah tentang prosedur yang
terbaik untuk memecahkan masalah dalam kelompok.
2. Siswa menjawab rangkaian tes tentang langkah-langkah
memecahkan masalah dalam kelompok.
3. Siswa membuat rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan
bagaimana cara memecahkan masalah secara kolaborasi, kemudian
memberikan jawaban singkat terhadap pertanyaan itu.
4. Siswa merumuskan masalah baru, kemudian diminta untuk menulis
essay yang berhubungan dengan bagaimana kelompok itu harus
bekerja menyelesaikan masalah itu.
5. Siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk memecahkan masalah
baru.
6. Siswa menyajikan hasil kerja kelompok dan guru mengamati dan
2.1.2 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Model pengembangan perangkat pembelajaran yang dipilih
dalam penelitian ini adalah model Jerold E. Kemp yang direvisi. Menurut
Kemp (dalam Trianto, 2009: 179), pengembangan perangkat merupakan
suatu lingkaran yang kontinum. Model pengembangan perangkat
pembelajaran ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Gambar 3. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kemp yang Direvisi
(Trianto, 2009: 179)
Pengembangan dapat dimulai dari langkah manapun pada siklus
tersebut. Setiap langkah selalu diawali dengan perencanaan (planning).
Pengembangan selalu disertai dengan evaluasi. Evaluasi formatif
(Formative Evaluation) dilakukan pada proses pengembangan. Evaluasi
sumatif (Summative Evaluation) dilakukan pada akhir pengembangan.
pengembangan berhubungan dengan revisi. Pengembangan dapat berjalan
dengan baik karena adanya layanan pendukung (Suport Service).
Perencanaan desain pembelajaran model Kemp dapat digunakan pada
tingkat sekolah dasar, sekolah lanjutan, maupun perguruan tinggi.
Desain Pembelajaran Model Kemp (dalam Trianto, 2009: 178)
ini dirancang untuk menjawab tiga pertanyaan, yaitu:
1. Apa yang harus dipelajari siswa (tujuan pembelajaran).
2. Apa/bagaimana prosedur, dan sumber-sumber belajar apa yang tepat
untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan (kegiatan, media, dan
sumber belajar yang digunakan).
3. Bagaimana kita tahu bahwa hasil belajar yang diharapkan telah
tercapai (evaluasi).
Di bawah ini akan dipaparkan tahapan model pengembangan perangkat
menurut Kemp (dalam Trianto, 2009: 180-186):
a. Identifikasi Masalah Pembelajaran (Instructional Problems)
Tahap ini bertujuan untuk mengindentifikasi adanya
kesenjangan antara tujuan menurut kurikulum yang berlaku dengan
fakta yang terjadi di lapangan baik yang menyangkut model,
pendekatan, metode, teknik maupun strategi yang digunakan guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bahan kajian, pokok
bahasan, atau materi yang dikembangkan, selanjutnya disusun
alternatif atau cara pembelajaran yang sesuai dalam upaya
b. Analisis Siswa (Learner Characteristic)
Analisis siswa dilakukan untuk mengetahui tingkah laku
awal dan karakteristik yang meliputi ciri, kemampuan, dan
pengalaman baik individu maupun kelompok. Analisis siswa
terdiri dari:
1) Tingkah Laku Awal Siswa
Menurut Kardi (dalam Trianto, 2009: 180), perlu
adanya identifikasi keterampilan-keterampilan khusus yang
dimiliki siswa sebelum melaksanakan proses pembelajaran.
Hal itu bertujuan untuk mengetahui keterampilan khusus yang
dapat dilakukan siswa untuk memulai pembelajaran agar dapat
berjalan lancar, efektif, dan efisien.
2) Karakteristik Siswa
Menurut Ibrahim (dalam Trianto, 2009: 180), analisis
siswa meliputi karakteristik antara lain: kemampuan akademik,
usia dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadap mata
pelajaran, pengalaman, keterampilan psikomotor, kemampuan
bekerja sama, keterampilan sosial, dan sebagainya. Hasil
analisis ini dapat digunakan untuk menyiapkan perangkat
pembelajaran.
c. Analisis Tugas (Task Analysis)
Menurut Kemp (dalam Trianto, 2009: 181), analisis tugas
Analisis tugas sejalan dengan analisis tujuan. Analisis tugas ini
dilakukan untuk menentukan model pembelajaran. Analisis ini
mencakup analisis isi pelajaran, konsep, pemprosesan informasi
yang digunakan untuk memudahkan penguasaan tugas-tugas
belajar dan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) dan
Lembar Kerja Siswa (LKS).
d. Merumuskan Indikator (Instructional Objectives)
Indikator adalah tujuan pembelajaran yang diperoleh dari
hasil analisis tujuan. Perumusan indikator didasarkan pada analisis
pembelajaran dan identifikasi tingkah laku awal.
e. Penyusunan Instrumen Evaluasi (Evaluation Instrument)
Penyusunan tes hasil belajar merupakan alat evaluasi untuk
mengukur ketuntasan indikator setelah berlangsungnya proses
pembelajaran. Evaluasi adalah unsur terakhir dalam proses
perancangan pembelajaran.
f. Strategi Pembelajaran (Instructional Strategies)
Pemilihan strategi pembelajaran disusun berdasarkan tujuan
yang akan dicapai. Pada tahap ini dipilih strategi belajar mengajar
yang sesuai dengan tujuan. Kegiatan ini meliputi: pemilihan model,
pendekatan dan metode, pemilihan format.
g. Pemilihan Media atau Sumber Pembelajaran (Instructional
Pemilihan media dan sumber belajar didasarkan pada hasil
analisis tujuan, karakteristik siswa, dan tugas. Keberhasilan
pembelajaran sangat bergantung pada pemilihan sumber belajar
dan media pembelajaran.
h. Pelayanan Pendukung (Suport Service)
Selama proses pengembangan perangkat diperlukan
layanan pendukung yang berupa kebijakan kepala sekolah, guru,
tenaga terkait, laboratorium, perpustakaan, dana, fasilitas, bahan,
perlengkapan, pelayanan tenaga kerja, serta jadwal penyelesaian
tahap perencanaan dan pengembangan.
i. Evaluasi Formatif (Formative Evaluation)
Evaluasi formatif berfungsi sebagai pemberi informasi
kepada pengajar atau pengembang seberapa baik program telah
berfungsi dalam mencapai berbagai sasaran. Penilaian formatif
dilaksanakan selama pengembangan dan uji coba. Penilaian ini
berguna untuk menentukan kelemahan dalam perencanaan
pengajaran sehingga kekurangan dapat dihindari sebelum program
terpakai secara luas.
j. Evaluasi Sumatif (Summative Evaluation)
Evaluasi sumatif mengukur tingkat pencapaian
tujuan-tujuan utama pada akhir pembelajaran. Sumber informasi utama
Penilaian sumatif meliputi: hasil ujian akhir unit, dan uji akhir
untuk pelajaran tertentu.
k. Revisi Perangkat Pembelajaran (Planing Revision)
Kegiatan revisi dilakukan secara terus menerus pada setiap
langkah pengembangan. Kegiatan revisi dimaksudkan untuk
memperbaiki rancangan yang dibuat. Revisi dilakukan berdasarkan
masukan dan penilaian yang diperoleh dari kegiatan validasi
perangkat pembelajaran oleh pakar, simulasi terbatas dan uji coba
terbatas, sehingga validasi ini lebih pada tujuan kebenaran dan
kesesuaian isi pada saat menerapkannya sebagai perangkat
pembelajaran di sekolah.
Unsur-unsur di atas diperlukan bagi pengembangan perangkat
pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan
identifikasi kebutuahan awal terhadap perangkat pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan siswa kelas I SD. Perangkat pembelajaran yang baik
tidak hanya mengacu pada unsur-unsur di atas, perlu adanya suatu
instrumen untuk mengevaluasi suatu produk perangkat pembelajaran
apakah layak untuk digunakan atau tidak.
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian pengembangan perangkat pembelajaran yang mengacu
Kurikulum 2013 merupakan hal yang baru sehingga sedikit yang dapat