vii
ABSTRAK
Simbolon, Agustina Pitriyana. 2013. Pemanfaatan Program GeoGebra Dalam
Membantu Kesulitan Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III di SLB C Dharma Ring Putra II Yogyakarta Dalam Memahami Bentuk-Bentuk Bangun Datar. Skripsi
Program Sarjana (S-1). Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidkan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa kelas III SD SLB C Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta dalam mempelajari bangun datar dan (2) mengetahui apakah pembelajaran bentuk-bentuk bangun datar dengan Program GeoGebra dapat membantu kesulitan siswa di SLB.
Subyek dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SLB C Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta, tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 4 siswa. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan Program GeoGebra dalam memahami bentuk-bentuk bangun datar. Instrumen penelitian ini terdiri dari: (1) Lembar pengamatan, (2) Lembar wawancara, (3) Soal tes Diagnostik, (4) Soal tes hasil belajar. Analisis penelitian ini diperoleh dari hasil tes diagnostik, dan tes hasil belajar siswa, serta proses selama pembelajaran di kelas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) dari hasil tes diagnostik, siswa masih kesulitan dalam menentukan bangun datar lingkaran, bangun datar segitiga, dan bangun datar segi empat. Mereka mengalami kesulitan dalam mengingat, persepsi yang salah mengenai bentuk-bentuk bangun datar, serta tidak fokus dalam pembelajaran di kelas. (2) Hasil yang didapat dari hasil tes belajar menunjukkan bahwa siswa-siswa mampu lulus dari KKM yang telah ditentukan, ini terlihat selama proses pembelajaran dengan penggunaan media Program GeoGebra siswa aktif dalam menjawab dan mau untuk maju dalam menunjukkan bentuk-bentuk bangun datar yang peneliti minta. Dari hasil tes belajar tersebut dan proses pembelajaran tersebut guru dapat mengatasi kesulitan siswa dengan menggunakan Program
GeoGebra dalam mempelajari bentuk-bentuk bangun datar.
ABSTRACT
Simbolon, Agustina Pitriyana. , 2013. Utilization Program GeoGebra In Tunagrahita Light Helps Students Difficulties in SLB C III Class Ring Dharma Putra II Yogyakarta In Understanding Forms Build Flat. Undergraduate Thesis (S-1). Mathematics Education Studies Program, Department of Education Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Education and Science Teaching, Sanata Dharma University in Yogyakarta.
The purpose of this study was to (1) determine the difficulties experienced by students of class III SD SLB C Ring Rena Dharma Putra II Yogyakarta in studying flat wake and (2) determine whether the learning forms a flat wake with GeoGebra program can help trouble students at SLB.
The subjects of the study were all students of class III SLB C Ring Rena Dharma Putra II Yogyakarta, school year 2012/2013, amounting to 4 students. This research uses descriptive qualitative research. This study uses GeoGebra program in understanding the forms of flat wake. The research instrument consisted of: (1) Sheet observations, (2) Questionnaires, (3) Problem Diagnostic tests, (4) Problem achievement test. Analysis of this study were obtained from the results of diagnostic tests, and tests student learning outcomes, as well as during the learning process in the classroom.
The results of this study indicate that (1) the results of diagnostic tests, students are still difficulties in determining the flat circular wake, wake up flat triangular, rectangular and flat wake. They have difficulty in remembering, a wrong perception about the forms of flat wake, and does not focus on learning in the classroom. (2) The results of the study test results indicate that students are able to graduate from KKM has been determined, is seen during the learning process with the use of media GeoGebra Program students are active in the answer and want to get ahead in show flat wake forms a researcher asked. From the results of the test learning and the learning process teachers can overcome the difficulties students to use in studying the GeoGebra program forms a flat wake.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak sekali macam metode pembelajaran yang digunakan Guru
untuk membantu siswa dalam memahami suatu materi pembelajaran.
Macam-macam metode belajar tersebut adalah seperti metode diskusi,
metode demonstrasi, dan macam metode lainnya. Namun bagaimana pun
bagusnya metode, tetap saja akan terasa susah dijalankan bila siswa sendiri
pasif atau malu dalam mengutarakan pendapat. Pengaruh yang menyebabkan
anak malu untuk berpendapat dan menjadi pasif di kelas misalkan saja
pengaruh dari lingkungan, seperti dicemooh oleh siswa lain bila jawaban si
anak ternyata tidak sesuai dengan yang yang diharapkan oleh Guru. Dari sini
kita harus sudah mulai merombak cara perilaku kita, jangan hanya merombak
metode pembelajarannya saja.
Masyarakat di Indonesia masih sangat sibuk dengan metode-metode
pembelajaran seperti yang diutarakan diatas. Namun, masyarakat belum
menengok kembali, bahwa sebenarnya bukan hanya pendidikan untuk anak
normal saja yang harus ditinjau, namun pendidikan untuk anak-anak luar
biasa juga haruslah ditinjau oleh pemerintah dan masyarakat sekitar.
Dalam mengindentifikasi anak-anak yang luar biasa ini, haruslah
dihadapi dengan pendidikan yang luar biasa pula, cara yang luar biasa disini
adalah cara yang khusus yang disesuaikan dengan kelainan anak tersebut.
Dalam Undang-Undang Pokok Pendidikan No.12 tahun 1954 pasal 7 ayat 5
pendidikan dan pengajaran kepada orang-orang yang dalam keadaan
kekurangan baik jasmani maupun rohaninya supaya mereka dapat memiliki
kehidupan lahir batin yang layak. Dengan penjelasan orang-orang yang
dalam keadaan kekurangan jasmani atau rohaninya ialah orang-orang buta,
tuli, bisu, imbisil atau yang mempunyai cacat-cacat jasmani atau rohani
lainnya.
Pembelajaran dengan menggunakan media dapat membantu dalam
proses pembelajaran. Media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau
benda yang digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar dengan maksud
untuk menyampaikan pesan atau informasi pembelajaran dari sumber kepada
penerima (John D.Latuheru , 1988:14). Disini media yang di pakai adalah
media komputer dengan Program GeoGebra. Melalui media ini diharapkan
dapat membantu pemahaman siswa luar biasa ini khususnya anak-anak
tunagrahita dalam pembelajaran matematika, karena mereka memiliki tingkat
kecerdasan yang berada di bawah rata – rata. Penulis menggunakan media
komputer dalam bentuk Program GeoGebra untuk memperkenalkan
bentuk-bentuk bangun geometri. Program GeoGebra ini dapat menampilkan
berbagai macam bentuk-bentuk geometri yang sesuai dengan perintah yang
dijalankan. Melalui media komputer Program GeoGebra ini Guru maupun
siswa tunagrahita tidak perlu memakan waktu lama dalam menggambar
penulis rencanakan sebagai pengganti dari media papan tulis maupun media
alat peraga, sehingga diharapkan penguasaan materi bentuk-bentuk bangun
geometri datar dapat dicapai oleh siswa-siswa SLB C ini. Selain itu juga
peneliti ingin mencoba untuk menggantikan proses pembelajaran dengan alat
peraga yang telah biasa Guru-guru gunakan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti “Pemanfaatan
menentukan beberapa pembatasan masalah yang akan diteliti. Adapun
pembatasan masalah tersebut antara lain:
1. Pokok bahasan yang akan diteliti adalah bentuk bangun datar.
2. Subyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa- siswi kelas III SD
SLB C Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta semester gasal tahun
ajaran 2012/2013.
3. Penelitian ini hanya membahas tentang Penggunaan Program GeoGebra
dalam mengatasi kesulitan belajar siswa kelas III SD SLB C Dharma
Rena Ring Putra II Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2012/2013
C. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
merumuskan pokok masalah sebagai berikut :
1. Apa saja kesulitan-kesulitan yang dialami siswa kelas III SDLB C
Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta dalam mempelajari
bentuk-bentuk bangun datar?
2. Apakah penggunaan program GeoGebra dalam pembelajaran
memahami bentuk-bentuk bangun datar dapat membantu mengatasi
kesulitan belajar yang dialami siswa kelas III SLB Dharma Rena Ring
Putra II Yogyakarta?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran matematika
dengan pokok bahasan memahami bentuk-bentuk bangun datar.
2. Mengetahui hasil belajar siswa SLB C dalam pembelajaran matematika
dengan pemanfaatan program GeoGebra pokok bahasan bangun datar.
E. Pembatasan Istilah
1. Tunagrahita
Tunagrahita adalah anak yang memiliki taraf kecerdasan yang sangat
membutuhkan layanan pendidikan dan bimbingan secara khusus
(Mohammad Efendi, 2006:110).
2. Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar (Learning Difficulty) adalah suatu kondisi dimana
kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan sistem
standar yang telah ditetapkan. Kondisi yang demikian umumnya
disebabkan oleh sistem biologis atau fisiologis, terutama berkenaan
dengan kelainan fungsi otak yang lazim disebut sebagai kesulitan dalam
belajar spesifik, serta sistem psikologis yaitu kesulitan belajar yang
berkenaan dengan rendahnya motivasi dan minat belajar.
3. Program GeoGebra
Program GeoGebra adalah Program matematika dinamis untuk semua
tingkat pendidikan yang mencakup aritmatika, geometri, aljabar dan
kalkulus. Di satu sisi, GeoGebra adalah sistem geometri interaktif.
4. Bangun Datar
Bangun datar adalah bangun yang rata yang mempunyai dua demensi
yaitu panjang dan lebar, tetapi tidak mempunyai tinggi atau tebal (Julius
Hambali, Siskandar, dan Mohamad Rohmad, 1996)
(http://ian43.wordpress.com/2010/12/27/pengertian-bangun-datar/) . 5. Poligon
Poligon adalah gabungan dari himpunan titik P1, P2, P3, …., Pn dan ruas
ruas garis berpotongan maka titik potongnya adalah satu dari titik-titik
P1, P2, P3, …., Pn dan bukan titik yang lain (Sri Mulyani, 1999).
6. Segitiga
Segitiga adalah poligon yang mempunyai tiga sisi (Sri Mulyani, 1999).
7. Segi empat
Segi empat adalah poligon yang mempunyai empat sisi (Sri Mulyani,
1999).
8. Lingkaran
Lingkaran adalah himpunan titik-titik yang masing-masing berjarak
sama dari titik yang ditetapkan. Titik yang ditetapkan disebut pusat
lingkaran dan jaraknya disebut panjang jari-jari lingkaran (Sri
Mulyani,1999).
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru SLB
Guru dapat menemukan metode pembelajaran yang tepat untuk
menciptakan pembelajaran matematika yang lebih menarik
2. Bagi Universitas
Untuk menambah kepustakaan dan untuk pandangan dalam penelitian
sejenis, dan untuk melihat sisi lain dari dunia pendidikan yang kurang
tersentuh.
3. Bagi mahasiswa
Sebagai bahan perbandingan antara teori dengan keadaan yang
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kegiatan belajar
Dalam kehidupan sehari-hari, kita banyak sekali melakukan berbagai
kegiatan yang sebenarnya merupakan “gejala belajar”. Misalkan kita
mengenakan pakaian, makan dengan menggunakan alat-alat makan,
berkomunikasi dengan satu orang dengan yang lain, mengemudikan sepeda
motor, dan sebagainya. Gejala-gejala belajar tersebut terlalau banyak bila
disebutkan satu persatu. Mengapa disebut gejala belajar? Kemampuan
untuk melakukan itu semua diperoleh, mengingat mula-mula kemampuan
itu belum ada maka terjadilah proses perubahan dari belum mampu kearah
sudah mampu, dan proses perubahan inilah yang mengakibatkan telah
terjadi belajar. Belajar dapat dirumuskan menjadi suatu aktivitas
mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman
keterampilan dan nilai-sikap, perubahan itu bersifat secara relatif konstan
dan berbekas.
Dalam www.sekolahindonesia.com dikatakan Belajar adalah suatu
kegiatan yang harus dilakukan dalam proses penguasaan ilmu. Terdapat juga
beberapa faktor yang harus dilakukan agar suasana belajar menjadi efektif.
1. Sebelum mulai belajar, aturlah mood yang menunjang untuk belajar.
Oleh karena itu pilih waktu, lingkungan dan sikap yang tepat. Misalnya
kalau kita merasa lebih nyaman belajar pakai musik yang lembut,
siapkan saja beberapa lagu untuk diputar setiap kali kita belajar. Satu
yang pasti, tempat kita belajar dan lampu penerangan harus mendukung
supaya kita bisa betah belajar dan tidak terganggu.
2. Tandai semua bahan yang kurang di mengerti supaya bisa lebih fokus
ketika belajar. Supaya tidak ada yang terlewat ketika belajar, tak ada
salahnya mencatat poin-poin yang akan dipelajari.
3. Setelah mempelajari suatu topik tertentu, cobalah mengulang kembali
yang telah dipelajari dengan kata-kata sendiri.
4. Bila masih ada topik yang tidak dimengerti, jangan sungkan-sungkan
untuk mengulang topik tersebut. Carilah referensi dari beragam sumber,
bisa dari buku pendukung lain atau mungkin orang lain yang lebih ahli
dalam bidang tersebut seperti guru.
5. Setelah menguasai materi, jangan langsung buru-buru menutup buku,
tapi cobalah untuk mengembangkan materi yang ada. Tujuannya supaya
materi yang baru dipelajari bisa meresap benar ke pemahaman kita.
Materi bisa langgeng di memori kita tanpa perlu menghapal 100%.
Caranya buatlah pertanyaan atau kritik apa yang bakal kita sampaikan
kalau seandainya kita bertemu langsung dengan pengarang atau penemu
diterapkan ke hal-hal yang sesuai dengan minat pribadi, cobalah
membuat informasi yang menarik buat orang lain tentang materi yang
baru dipelajari itu.
Namun untuk anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental,
haruslah memerlukan beberapa keahlian khusus terutama bagi guru-guru
untuk mengelola proses belajar mengajar (Frieda Mangunsong,
1998:121-122) yang meliputi:
1. Pelajaran harus bersifat konkrit
2. Metode mengajar dengan pendekatan individual
3. Review (ulangan) hendaknya dilakukan secara kontinu
4. Jangan terlalu menuntut syarat-syarat akademik yang tinggi
5. Kata-kata yang digunakan sederhana dan cepat dipahami
6. Jangan memperlihatkan sifat yang menakut-nakuti anak
7. Isi pengajaran supaya menarik sifat anak.
B. Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari
proses psikologis dasar yang mencangkup pemahaman dan penggunaan
bahasa ajaran atau tulisan. Tetapi ada definisi lain yang dikemukakan oleh
The National Joint Commite for Learning Dissabilities (NJCLD) yang
menunjuk kepada suatu kelompok kesulitan yang didefinisikan dalam
pendengaran, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar atau kemampuan
dalam bidang studi matematika.
Untuk dapat menelusuri latar belakang kesulitan belajar yang
dihadapi siswa, kita harus melihat factor-faktor yang terdapat dalam diri
siswa. Berikut beberapa faktor yang menjadi latar belakang kesulitan anak
belajar menurut (M. Entang, 1984:13-14) :
1. Kelemahan secara fisik seperti:
a) Suatu pusat susunan saraf tidak berkembang secara sempurna luka
atau cacat, atau sakit sehingga sering membawa gangguan
emosional.
b) Penyakit menahun (asma, dan sebagainya) yang menghambat
usaha-usaha belajar secara optimal.
2. Kelemahan-kelemahan secara mental yang sukar diatasi oleh individu
yang bersangkutan dan juga oleh pendidikan, antara lain:
a) Kelemahan mental (taraf kecerdasannya memang kurang)
b) Nampaknya seperti kelemahan mental, tetapi sebenarnya:kurang
minat, kebimbangan, kurang usaha, aktifitas yang kurang terarah,
kurang semangat dan sebagainya.
3. Kelemahan-kelemahan emosional antara lain:
a) Terdapatnya rasa tidak aman
b) Penyesuaian yang salah terhadap orang-orang, situasi dan
tuntutan-tuntutan tugas dan lingkungan.
d) Tidak matangan
4. Kelemahan yang disebabkan oleh karena kebiasaan dan sikap-sikap yang
salah antara lain:
a) Banyak melakukan aktifitas yang bertentangan dan tidak
menunjang pekerjaan sekolah, menolak atau malas belajar.
b) Kurang berani dan gagal untuk berusaha memusatkan perhatian
c) Kurang kooperatif dan menghindari tanggung jawab
d) Sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran
e) Gugup
5. Tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang
diperlukan seperti:
a) Ketidakmampuan membaca, berhitung, kurang menguasai
pengetahuan dasar untuk sesuatu bidang studi yang sedang
diikutinya secara sekuensial, kurang menguasai bahasa asing
b) Memiliki kebiasaan mengajar dan bekerja yang salah.
Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki taraf kecerdasan yang
sangat rendah sehingga untuk meniti tugas perkembangannya ia sangat
membutuhkan layanan pendidikan dan bimbingan secara khusus
(Mohammad Efendi, 2006:110). Bimbingan belajar di berikan kepada anak
berkebutuhan khusus misalkan anak tunagrahita untuk memecahkan masalah
atau kesulitan yang berhubungan dengan kegiatan belajar, baik itu di
sekolah, di asrama, di luar sekolah ataupun di luar asrama. Pemberian
membantu siswa. Informasi tentang cara belajar yang efektif, bagaimana
cara melakukan diskusi yang baik, cara-cara mengembangkan kebiasaan
belajar yang baik dan cara menghilangkan kebiasaan belajar yang buruk.
Beberapa cara penanganan siswa dengan kebutuhan khusus
menurut (Jamilah K.A. Muhammad, 2008:171-172) adalah sebagai berikut:
1. Tugas dan bahan bantu
a) Beri tugas yang ringan tetapi intensif. Tugas yang ringan dapat
membantu murid untuk menikmati keberhasilan kecil dan juga
member kesempatan kepada gur untuk mendekati murid.
b) Nilai tugas murid secepat mungkin dan berilah pujian dan jawaban
lebih awal.
c) Bimbing murid dalam menggunakan berbagai metode alternatif dalam
memperoleh atau menyampaikan informasi seperti menggunakan kaset
perekam dan sebagainya.
d) Selalu adakan pertemuan dengan murid walaupun dalam waktu yang
sebentar saja untuk membuatnya terdorong untuk bertanya,
menyelesaikan tugas tepat waktu, merasa dihargai, dan menghindari
dari rasa tersaing.
2. Waktu dan ruang
a) Pastikan meja murid tidak dipenuhi dengan berbagai bahan yang tidak
diperlukan dan bombing murid belajar di ruang yang disenangi, seperti
di perpustakaan bila diperlukan. Walau bagaimanapun, guru harus
b) Apabila memulai hubungan dengan murid, usahakan murid berdekatan
dengan guru untuk memudahkan pengawasan.
c) Guru harus berusaha memisahkan murid luar biasa dari murid yang
menggangunya.
d) Variasikan waktu istirahat dan waktu aktif untuk menjaga minat dan
motivasi murid.
e) Adakan perjanjian untuk tugas tertentu supaya murid dapat menepati
tanggung jawabnya.
3. Gaya
Ada murid yang dapat belajar dengan lebih baik dengan melihat, dengan
mendengar, dan dengan menyentuh. Penyesuaian harus dibuat untuk
menentukan sistem pembelajaran yang terbaik untuk murid tersebut.
a) Untuk pelajar auditoris:
i. Beri arahan lisan dan tulisan
ii. Pastikan tugas juga diberi dalam bentuk kaset rekaman supaya
murid dapat mendengarkannya dengan seksama.
iii. Beri ujian lisan.
iv. Pastikan murid menghafal informasi penting dan merekamnya.
b) Untuk pelajar visual:
i. Gunakan kartu penanda yang mengandung warna yang terang.
ii. Biarkan murid memejamkan mata untuk membuat mereka dapat
iii. Sediakan bahan tambahan dalam bentuk visual untuk semua arahan
lisan.
iv. Dorong murid untuk mencatat nota dan memo untuk dirinya
sendiri mengenai perkataan, konsep, atau ide penting.
C. Klasifikasi Sekolah Luar Biasa
Anak Luar biasa adalah anak yang menyimpang dari rata-rata anak
normal dalam hal: ciri-ciri mental, kemampuan-kemampuan sensorik, fisik
dan neuromuscular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan
berkomunikasi, maupun kombinasi dua atau lebih dari hal-hal diatas sejauh
ia memerlukan modifikasi dari tugas-tugas sekolah, metode belajar atau
pelayanan terkait lainnya yang ditujukan untuk mengembangkan potensi
atau kapasitasnya secara maksimal (Frieda Mangunsong, 1998:4). Yang
termasuk dalam anak luar biasa disini adalah tunanetra, tunarungu,
tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak
berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. Istilah dalam anak yang
berkebutuhan khusus ini adalah anak luar biasa, dan bersekolah di Sekolah
Luar Biasa sesuai dengan kekhususannya masing-masing. Klasifikasi
Sekolah Luar Biasa adalah sebagai berikut:
1. Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam
penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan,
merekam peristiwa dari lingkungan sekitar antara 80-85% selama
manusia itu terjaga.
2. Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam
pendengaran baik permanen maupun tidak permanen.
3. Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang
signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan
ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa
perkembangan. Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.
1. Tunagrahita mampu didik atau debil (IQ : 50-75),
Anak Tunagrahita mampu didik atau debil adalah anak
tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah
biasa tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat
dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak
maksimal. Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak
tunagrahita ini antara lain:
a. Membaca, menulis, mengeja, dan berhitung
b. Menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang
lain
c. Keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja
Kesimpulan anak tunagrahita mampu didik adalah anak
tunagrahita yang dapat dididik secara minimal dalam
bidang-bidang akademis, sosial, dan pekerjaan.
2. Tunagrahita mampu latih atau imbecil (IQ : 25-50),
Anak tunagrahita mampu latih atau imbecile adalah anak
tunagrahita yang memiliki kecerdasan sedemikian rendahnya
sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program yang
diperuntukkan bagi anak tunagrahita mampu didik. Oleh karena
itu, beberapa kemampuan anak tunagrahita mampu latih yang perlu
diberdayakan, yaitu belajar mengurus diri sendiri, belajar
menyesuaikan di lingkungan rumah atau sekitarnya, mempelajari
kegunaan ekonomi di rumah, di bengkel kerja (sheltered
workshop), atau di lembaga khusus. Kesimpulannya anak
tunagrahita mampu latih berarti anak tunagrahita hanya dapat
dilatih untuk mengurus diri sendiri melalui aktifitas kehidupan
sehari-hari (activity daily living), serta melakukan fungsi sosial
kemasyarakatan menurut kemampuannya.
3. Tunagrahita mampu rawat atau idiot (IQ : 0-25).
Anak tunagrahita mampu rawat (idiot) adalah anak
tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga ia
tidak mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi. Untuk
A child who is an idiot is so low intellectually that he does not
learn to talk and usually does learn to take care of his bodily need.
Dengan kata lain, anak tunagrahita mampu rawat adalah anak
tunagrahita yang membutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang
hidupnya, karena ia tidak mampu terus hidup tanpa bantuan orang
lain (totally dependent).
Pada dasarnya, anak yang memiliki kemampuan kecerdasan
dibawah rata-rata normal atau tunagrahita menunjukkan
kecenderungan rendah pada fungsi umum kecerdasannya, sehingga
banyak hal menurut persepsi orang normal dianggap wajar terjadi
akibat dari suatu proses tertentu namun tidak demikian halnya menurut
persepsi anak yang mempunyai kecerdasan sangat rendah. Hal-hal
yang dianggap wajar oleh orang normal barangkali dianggap sesuatu
yang sangat mengherankan oleh anak tunagrahita. Semua itu terjadi
karena keterbatasan fungsi kognitif anak tunagrahita.
Fungsi kognitif adalah kemampuan seseorang untuk mengenal
atau memperoleh pengetahuan. Menurut Mussen, Conger, dan Ragan
dalam buku Mohammad Efendi kognitif dalam prosesnya melalui
tahapan yaitu persepsi, ingatan, pengembangan ide, penilaian, dan
penalaran. Oleh sebab itu meskipun usia kalender anak tunagrahita
sama dengan anak normal, namun prestasi yang diraih berbeda dengan
Dalam berbagai studi diketahui bahwa ketidakmampuan anak
tunagrahita meraih prestasi lebih baik dan sejajar dengan anak normal,
karena kesetiaan ingatan anak tunagrahita sangat lemah dibanding
dengan anak normal. Maka tidak heran jika intruksi yang diberikan
kepada anak tunagrahita cenderung tidak melalui proses analisis
kognitif seperti yang dikemukakan oleh Musen dkk. Akibatnya anak
tunagrahita jika dihadapkan pada persoalan yang membutuhkan proses
panggilan kembali pengalaman dan peristiwa yang lalu, sering kali
mengalami kesulitan.
4. Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang
disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang
bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy,
amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah
ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik
tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki
keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik,
berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak
mampu mengontrol gerakan fisik.
5. Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam
menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan
aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena
faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan
sekitar.
D. Dampak Ketunagrahitaan Segi Kognitif
Pada anak tunagrahita, pasti terjadi gangguan pada fungsi kognitif
sehingga walaupun usia kalender anak tunagrahita sama dengan anak normal
prestasi yang diraih pun pasti berbeda dengan anak normal. Inhelder dalam
penelitiannya menemukan penyandang tunagrahita berat perkembangan
kognitifnya terhambat pada tingkat perkembangan sensomotorik, dan pada
tunagrahita ringan perkembangan kognitifnya terhenti pada perkembangan
operasional konkret.
Keterlambatan perkembangan kognitif anak tunagrahita menjadi
masalah besar bagi anak tunagrahita ketika meniti tugas perkembangannya.
Beberapa hambatan yang tampak pada anak tunagrahita dari segi kognitif
dan sekaligus menjadi karateristiknya yaitu sebagai berikut:
1. Cenderung memiliki kemampuan berpikir konkret dan sukar berpikir
2. Mengalami kesulitan dalam konsentrasi
3. Kemampuan sosialisasinya terbatas
4. Tidak mampu menyimpan intruksi yang sulit
Menurut (Jamila K.A Muhamad, 2008:133-134) terdapat beberapa
contoh masalah pembelajaran lain yaitu:
1. Acalculia
Masalah dalam mengenal nomor dan perhitungan matematika. Istilah ini
kadang-kadang digunakan bila merujuk pada pemahaman matematika
yang telah lebih dulu terhambat akibat kerusakan otak.
2. Diskalkulia
Masalah dalam matematika secara umum dan dalam perhitungan
matematika pada khususnya.
3. Disleksia
Masalah dalam membaca, menulis, dan mengeja.
4. Disgrafia
Masalah dalam merencanakan dan mengatur pergerakkan fisik yang
berpengaruh pada kemampuan menulis.
E. GeoGebra
Matematika merupakan salah satu pelajaran yang dianggap sebagai
momok oleh siswa di setiap tingkatan sekolah. Hal ini karena adanya stigma
bahwa pelajaran ini adalah pelajaran yang sangat sulit karena memerlukan
ketepatan dalam proses belajarnya. Bagi pengajar, hal ini merupakan
harus mengubah pandangan siswa tentang pelajaran matematika yang telah
dianggap sebagai momok tersebut.
Media teknologi seperti komputer dapat membantu peran guru dalam
menyampaikan beberapa materi matematika, sebab komputer memiliki
potensi yang amat besar dalam membantu proses pendidikan seperti
menyelesaikan masalah-masalah grafis, presentasi ataupun perhitungan
matematis dengan cepat.
Semakin berkembangnya hardware (perangkat keras) dalam
komputer, provider Program (perangkat lunak) juga semakin memanjakan
pengguna dalam berbagai Program baru. Program dengan tampilan yang
menarik serta kemudahan dalam pemakaian semakin kita dapatkan di jaman
ini, contohnya seperti Program GeoGebra yang menarik dan mudah untuk
dapat diterapkan oleh guru-guru untuk mengajar di kelas.
Interaktif matematika software pembelajaran, GeoGebra, diciptakan
pada tahun 2002, oleh Markus Hohenwarter. Perangkat lunak ini dirancang
untuk mendukung peserta didik dalam membangun hubungan antara dua
helai matematika, geometri dan aljabar, dan, dengan demikian, untuk
mengembangkan wawasan yang lebih dalam isi matematika (GeoGebra
International Journal of Romania, Vol 1 No 1). GeoGebra adalah perangkat
lunak matematika yang dinamis untuk semua tingkat pendidikan yang
menggabungkan geometri, aljabar, table, grafik, statistik, dan kalkulus
dalam satu paket yang mudah digunakan. GeoGebra tersedia untuk beberapa
siswa dapat menggunakan Program GeoGebra ini untuk membuat dugaan
dan membuktikan teorema-teorema geometris.
GeoGebra ini pertama kali dikembangkan oleh Markus Hohenwarter
sebagai proyek tesis master pada tahun 2001. Idenya ini dia membuat suatu
perangkat lunak yang menggabungkan kemudahan penggunaan perangkat
lunak geometri dinamis.
Menurut Hohenwarter (2008) dalam GeoGebra International
Journal of Romania Vol 1 No 1, Program GeoGebra sangat bermanfaat bagi
guru maupun siswa. Tidak sebagaimana pada penggunaan Program
komersial yang biasanya hanya bisa dimanfaatkan di sekolah, GeoGebra
dapat diinstal pada komputer pribadi dan dimanfaatkan kapan dan di
manapun oleh siswa maupun guru. Bagi guru, GeoGebra menawarkan
kesempatan yang efektif untuk kreasi lingkungan belajar yang
memungkinkan siswa mengeksplorasi berbagai konsep-konsep matematis.
Beberapa pemanfaatan Program GeoGebra dalam pembelajaran
matematika adalah sebagai berikut :
1. Dapat menghasilkan lukisan-lukisan geometri dengan cepat dan teliti
dibandingkan dengan menggunakan pensil, penggaris, atau jangka.
2. Adanya fasilitas animasi dan gerakan-gerakan manipulasi (dragging)
pada Program GeoGebra dapat memberikan pengalaman visual yang
lebih jelas kepada siswa dalam memahami konsep geometri.
3. Dapat dimanfaatkan sebagai balikan/evaluasi untuk memastikan bahwa
4. Mempermudah guru/siswa untuk menyelidiki atau menunjukkan
sifat-sifat yang berlaku pada suatu objek geometri.
Dengan GeoGebra ini, diharapkan agar siswa dapat terbantu dalam
mempelajari bentuk-bentuk bangun datar dan juga melalui gerakan-gerakan
manipulasi atau gragging dalam GeoGebra dapat mempermudah
pemahaman siswa mengenai lukisan-lukisan bentuk-bentuk bangun datar
yang benar. Selain untuk siswa, guru juga dapat mempermudah untuk
menyelidiki dan menunjukkan sifat-sifat yang berlaku pada bidang geometri
kepada siswa, dengan demikian pemahaman siswa akan bidang geometri
dapat semakin baik.
Adapun tampilan layar pada GeoGebra yaitu sebagai berikut:
Gambar 2.1 Jendela Utama GeoGebra
b. Construction Tools
Gambar 2.2 Constraction Tools
klik berturut-turut pada titik A, B, C dan kembali ke titik A yang akan membuat segitiga ABC
Ruas Garis di antara Dua Titik
F. Materi Ajar
1. Pengenalan bangun segitiga
Bangun segitiga adalah poligon yang mempunyai tiga sisi.
Namun disini agar mempermudah penangkapan siswa SLB, peneliti
memberikan penjelasan terhadap bangun datar segitiga adalah yang
memiliki tiga buah titik yang tidak segaris.
Perhatikan Gambar (2.3) berikut:
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2.3 macam-macam bentuk bangun datar segitiga
Perhatikan banyak titik pada bangun tersebut. Jumlah titik
pada bangun tersebut adalah sebanyak 3 titik yang tidak segaris, yaitu
segitiga meskipun gambar dari ke empat bangun tersebut
berbeda-beda.
2. Pengenalan bangun segi empat
Bangun segi empat adalah polygon yang memiliki empat sisi,
namun agar mempermudah siswa peneliti memberikan pengertian yang
ringan bahwa bangun segi empat adalah bangun datar yang memiliki
empat titik yang tidak segaris dan yang memiliki empat buah sisi.
Perhatikan Gambar 2.4 berikut:
(a) (b)
(c) (d)
Perhatikan banyak titik pada bangun tersebut. Jumlah titik pada
bangun tersebut adalah sebanyak 4 titik yang tidak segaris, yaitu titik A, B,
C dan titik D. Maka bangun-bangun tersebut dinamakan bangun segi
empat meskipun gambar dari ke empat bangun tersebut berbeda-beda.
Namun jika terdapat empat buah titik namun saling berpotongan,
ini bukan disebut bangun segi empat. Coba lihat gambar 2.11 di bawah
ini, ini merupakan salah satu gambar yang satu sisinya saling berpotongan
pada sisi AC, dan BD.
Gambar 2.5 Sisi AC dan BD saling berpotongan
Jadi dapat ditarik kesimpulan dari empat buah Gambar segi empat
di atas, walaupun bangun datar dari keempat gambar tersebut tidaklah
sama, tetapi dapat dilihat dari ciri-cirinya yaitu mempunyai empat buah
titik yang sisinya tidak saling berpotongan, maka bangun tersebut
dinamakan bangun segi empat. Namun pada Gambar 2.5 bukanlah
merupakan bangun segi empat, karena terdapat sisi yang berpotongan.
3. Pengenalan bangun lingkaran
Bangun lingkaran adalah himpunan titik-titik yang masing-masing
berjarak sama dari titik yang ditetapkan. Titik yang ditetapkan disebut
pusat lingkaran dan jaraknya disebut panjang jari-jari lingkaran. Disini
peneliti ingin memperlihatkan bahwa bentuk lingkaran yang besar maupun
yang kecil adalah sama-sama merupakan bentuk bangun datar lingkaran.
Berikut dibawah ini merupakan berbagai macam ukuran dari bangun datar
lingkaran.
Perhatikan Gambar (2.6) berikut:
(b)
(a)
(c)
4. Menentukan bangun segitiga.
Gambar 2.7 Menentukan Bangun segitiga
Coba lihat Gambar ini, manakah yang merupakan bangun segitiga?
Bangun segitiga yang terdapat pada Gambar 2.7 adalah bangun
yang terletak di dalam bangun lingkaran, yaitu bangun yang memiliki tiga
titik A, B, dan C.
Gambar 2.8 Menentukan Bangun segitiga
Gambar 2.16 tersebut memiliki berapa banyak bangun segitiga?
Bangun tersebut memiliki dua buah bangun segitiga, yaitu bangun ABC,
dan bangun ABD.
Gambar di atas memiliki berapa banyak bangun segitiga?
Gambar tersebut memiliki dua buah bangun segitiga, yaitu bangun segitiga
ABC, dan bangun segitiga ACD.
Gambar 2.10 Menentukan Bangun segitiga
Gambar 2.10 memiliki berapa banyak bangun segitigakah?
Bangun tersebut memiliki empat buah bangun segitiga, yaitu bangun
segitiga ABE, bangun segitiga ADF, bangun segitiga BCH, dan bangun
segitiga CDG.
5. Menentukan bangun segi empat
Bangun segiempat yang terdapat pada Gambar 2.11 ialah bangun yang
terdapat di dalam bangun segiempat ABCD, yaitu bangun segi empat
EFGH.
Gambar 2.12 Menentukan Bangun segi empat
Bangun segi empat yang terdapat pada Gambar 2.12 diatas ialah bangun
segi empat BCDE.
Gambar 2.13 Menentukan Bangun segi empat
Bangun segi empat yang terdapat pada Gambar 2.13 diatas ialah bangun
segi empat DEFG.
Dari gambar 2.13 bangun datar segi empat yang terdapat pada diatas ialah
bangun segi empat ABCD.
Gambar 2.14 Menentukan Bangun segi empat
Bangun datar segi empat yang terdapat pada Gambar 2.14 diatas ialah
bangun segi empat ABCD.
6. Menentukan bangun lingkaran
Gambar 2.15 Menentukan Bangun lingkaran
Bangun lingkaran yang terdapat pada Gambar 2.15 diatas ialah
himpunan titik-titik yang masing-masing berjarak sama dari titik A.
Bangun lingkaran yang terdapat pada Gambar 2.16 diatas ialah
himpunan titik-titik yang masing-masing berjarak sama dari titik D.
Gambar 2.17 Menentukan Bangun lingkaran
Bangun lingkaran yang terdapat pada Gambar 2.17 diatas ialah
himpunan titik-titik yang masing-masing berjarak sama dari titik E.
G. Kerangka Berpikir
Belajar matematika memang bukan hal yang mudah. Apalagi bagi
siswa SLB yang tingkat kecerdasannya di bawah rata-rata. Peneliti
mempunyai ide untuk membantu cara belajar siswa SLB dengan
menggunakan media pembelajaran. Salah satu media pembelajaran itu ialah
media dengan menggunakan komputer dan dengan menggunakan Program
GeoGebra.
Pembelajaran ini akan dilakukan dengan Program GeoGebra dan
peneliti akan merancang pembelajaran serta tampilan Program GeoGebra
untuk membantu kesulitan belajar siswa. Tampilan GeoGebra ini kemudian
diujikan di dalam kelas. Setelah pembelajaran dengan Program GeoGebra
H. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan
yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Jika hasil tes
siswa meningkat dari hasil tes sebelum pembelajaran matematika dengan
topik bangun datar menggunakan fasilitas Program GeoGebra, maka
pembelajaran dengan Program GeoGebra ini dikatakan berhasil dalam
35
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di pakai dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Penelitian
Kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara
fundamental bergantung pada pengamatan terhadap pengamatan terhadap
manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang
tersebut dalam bahasanya dan dalam peristiwanya (S.Margono, 2007:36).
Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan proses pembelajaran yang terjadi
di dalam kelas.
B. Subyek Penelitian
Penelitian ini meneliti 5 siswa SD kelas III SLB C Dharma Rena Ring
Putra II Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. Disini peneliti menggunakan
subyek yang mempunyai usia dan intelegensi yang setara. Namun tingkat
antar 51-70. Tiga dari lima siswa SLB ini bertempat tinggal di Panti Asuhan
karena sudah tidak punya orangtua dan mereka di kirim dari daerah Timor. Dan
siswa yang lain masih memiliki orangtua dan bertempat tinggal dirumah.
Mereka yang bertempat tinggal di Panti Asuhan memiliki penyakit fisik di
telinga (suka mengeluarkan cairan dan berbau), tetapi penyakit ini tidak
berpengaruh dengan intelegensi mereka. Obyek dari penelitian ini adalah
Pemanfaatan Program GeoGebra dalam membantu kesulitan siswa kelas III
SLB C Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta dalam memahami
bentuk-bentuk bangun datar.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah setiap hal dalam suatu penelitian yang
datanya ingin diperoleh. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variable, yaitu
variable bebas dan variable terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
penggunaan Program GeoGebra dalam pokok bahasan bangun datar, dan
variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar dan minat siswa dalam
pembelajaran matematika pokok bahasan bangun datar.
D. Jenis Data
1. Data kesulitan siswa dan keterlibatan belajar siswa.
Data kesulitan belajar siswa ini di peroleh dari hasil tes diagnostikt yang
dilakukan oleh peneliti sebelum dilakukan pembelajaran melalui Program
GeoGebra. Dan juga melalui hasil wawancara oleh guru kelas.
Keterlibatan minat siswa diperoleh dari hasil observasi kelas saat proses
pembelajaran melalui Program GeoGebra ini berlanjut.
2. Data hasil belajar siswa
Data hasil belajar siswa ini diperoleh dari hasil tes hasil belajar yang
diberikan setiap pembelajaran melalui Program GeoGebra ini berlangsung.
Dan juga wawancara guru kelas tentang keberhasilan yang diperoleh siswa
dengan pemanfaatan Program GeoGebra ini .
E. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperukan dalam melakukan penelitian,
peneliti menggunakan beberapa metode, yaitu:
1. Pengamatan
Pengamatan merupakan kegiatan mengumpulkan data dengan cara
mengamati kegiatan suatu subyek, kemudian membuat dokumentasi
mengenai data tersebut. Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data
mengenai keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika dengan
dengan dibantu beberapa mahasiswa lain untuk mencatat proses
pembelajaran dalam lembar observasi.
Untuk pengisian lembar pengamatan hanya menuliskan tanda cek
() pada kolom Ya atau Tidak sesuai dengan keadaan yang diamati. Hal-hal
yang diamati sebagai bentuk dari aktivitas siswa adalah sebagai berikut :
a. Siswa memperhatikan pelajaran dengan seksama selama proses
pembelajaran berlangsung
b. Siswa tidak mengerjakan pekerjaan lain
c. Siswa tidak terpengaruh oleh situasi di luar kegiatan belajar mengajar
selama pembelajaran berlangsung
d. Siswa berusaha menjawab pertanyaan Guru
e. Siswa berdiskusi dengan teman lain mengenai materi
f. Siswa mau mencoba Program GeoGebra dalam proses pembelajaran
berlangsung
g. Siswa terlihat tertarik dengan Program GeoGebra
h. Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru tentang penggunaan
GeoGebra
i. Siswa bertanya kepada Guru apabila mengalami kesulitan mengenai
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data dengan cara
mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang informan atau autoritas
atau seorang ahli yang berwenang dalam suatu masalah. Tujuan
wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang
pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh
orang yang diwawancarai. Wawancara ini di lakukan sebelum dan sesudah
proses pembelajaran berlangsung, agar peneliti tahu apakah hasil sebelum
dan sesudah pembelajaran ini berlangsung dapat meningkatkan minat dan
keterlibatan belajar siswa. Berikut kisi-kisi wawancara dengan guru kelas
sebagai berikut:
a. Menanyakan pengaruh-pengaruh yang terjadi pada siswa Tunagrahita
dari hasil tes diagnostik.
b. Menanyakan apakah anak-anak SLB dapat dibantu dengan Program
GeoGebra yang akan peneliti bawa.
c. Menanyakan apakah siswa-siswi SLB dapat mengikuti intruksi dan
tidak menggangu dalam proses pembelajaran di kelas.
3. Lembar Hasil Belajar Siswa
Tes Diagnostik untuk tingkat kesulitan siswa dalam materi bangun datar.
a. Menentukan bangun datar segitiga
b. Menentukan bangun datar lingkaran
c. Menentukan bangun datar segi empat
Dalam menentukan ketiga bangun datar tersebut, Peneliti
membuat berbagai macam bentuk bangun datar, setelah itu siswa
memilih mana yang bangun segitiga, segi empat, dan lingkaran.
4. Lembar Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar ini diberikan setelah proses pembelajaran dengan
menggunakan Program GeoGebra selesai diberikan.
Berikut ini merupakan kisi-kisi tes hasil belajar dengan menggunakan
Program GeoGebra:
a. Siswa dapat menentukan bangun datar segitiga di dalam berbagai
bentuk bangun datar lainnya.
b. Siswa dapat menentukan bangun datar segi empat di dalam berbagai
bentuk bangun datar lainnya.
c. Siswa dapat menentukan bangun datar lingkaran di dalam berbagai
5. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto aktifitas siswa saat
proses pembelajaran berlangsung. Dokumentasi ini digunakan untuk
memperkuat data hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
F. Instrumen Penelitian
Dalam pengumpulan data, instrumen penelitian yang digunakan peneliti
untuk menjawab rumusan masalah, yaitu:
1. Lembar pengamatan
Lembar pengamatan ini berfungsi untuk mencatat hal-hal yang terjadi
selama proses pembelajaran berlangsung
2. Lembar wawancara
Lembar wawancara berupa pertanyaan garis besar tentang siswa dan tentang
bagaimana proses pembelajaran ini berlangsung
3. Lembar Tes Diagnostik dan Lembar Tes Hasil Belajar
Lembar kerja siswa ini berupa tes diagnostik dan tes hasil belajar setelah
proses pembelajaran dengan menggunakan Program GeoGebra untuk
G. Validasi Instrumen
Untuk mengetahui validitas setiap instrument pada penelitian ini,
peneliti melakukan teknik penilaian pakar. Teknik penilaian pakar digunakan
untuk mengetahui validitas instrument soal diagnostik, dan soal test hasil
belajar.
H. Analisis Data dan Penarikan Kesimpulan
Pada bagian ini peneliti mengamati data-data yang akan dianalisis sesuai
dengan instrument-instrumen yang telah digunakan oleh peneliti. Berikut
teknik analisis yang akan digunakan oleh peneliti:
1. Analisis data kesulitan siswa pada tes diagnostik
Peneliti menganalisis hasil tes diagnostik dengan materi bangun datar.
Penilaian ini berdasarkan analisa hasil gambar, bila gambar yang
dituliskan benar maka diberi nilai (1), bila gambar yang dituliskan di
dalam hasil pekerjaan mereka adalah gambar yang salah maka diberi nilai
(-1), dan bila mereka tidak mengerjakan diberi nilai (0). Nilai maksimal
dari test yang diberikan adalah 10, dari nilai yang sudah didapat akan
dikalikan dengan 10 agar nilai maksimal menjadi 100. Batas ketuntasan
yang diberikan oleh sekolah luar biasa ini umtuk mata pelajaran
67 siswa-siswa tersebut akan diberikan pelajaran ulang oleh peneliti
dengan menggunakan media GeoGebra.
2. Wawancara dengan guru kelas
Peneliti berbincang-bincang dengan guru kelas mengenai hasil yang
dicapai siswa di hasil test awal. Peneliti menanyakan apa sajakah yang
menjadi kesulitan-kesulitan siswa SLB mengenai materi bangun datar, dan
menanyakan hal-hal apa saja yang perlu ditekankan kepada siswa SLB,
agar pemberian materi dengan Program GeoGebra di keesokan hari dapat
berjalan dengan lancar. Peneliti juga menanyakan bagaimana cara – cara
pemberian materi yang baik, dan cara pengucapan yang baik agar
siswa-siswa SLB tersebut tidak tersinggung dan tidak bosan dengan materi yang
diajarkan oleh peneliti. Sehingga kesiapan peneliti dalam pemberian
materi dapat berjalan dengan lancar.
3. Tes hasil belajar dengan menggunakan Program GeoGebra
Ketentuan analisis pada test akhir ini sama halnya dengan analisis pada
test awal. Setelah pembelajaran dengan Program GeoGebra selesai, maka
hasil dari test yang diberikan setelah proses pembelajaran ini selesai
diperoleh dengan perhitungan seperti penilaian pada hasil tes diagnostik
sebelumnya. Hasil-hasil nilai yang diperoleh pada test akhir ini lalu
dibandingkan dengan test awal sebelum pembelajaran dengan GeoGebra
berarti pemanfaatan pembelajaran dengan menggunakan Program
GeoGebra berhasil dan dapat membantu kesulitan siswa SLB dalam
materi pembelajaran bangun datar.
I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap persiapan
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan beberapa
persiapan, yaitu:
a. Menghubungi pihak kepala sekolah SLB untuk memberitahukan
maksud dan tujuan penelitian serta meminta ijin untuk penelitian.
b. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran dalam penelitian.
c. Melakukan diskusi dengan guru kelas mengenai subyek penelitian dan
materi yang akan diberikan.
d. Menyiapkan surat-surat penelitian dan beberapa instrument
pengumpulan data.
e. Mempelajari karateristik siswa SLB dalam proses observasi.
2. Rencana Kegiatan
Peneliti dibantu dengan guru kelas melakukan kegiatan belajar
agar anak-anak tetap dalam kondisi tenang, dan tidak ribut. Kegiatan yang
dilakukan peneliti antara lain adalah:
a. Wawancara tidak terstruktur kepada guru kelas, guna mengetahui
karateristik siswa dalam proses pembelajaran di kelas
b. Melakukan observasi selama beberapa kali guna mengetahui proses
belajar mengajar siswa dan guru di kelas. Observasi dilakukan pada
hari senin dan selasa tanggal 8 Oktober 2012 ,9 Oktober 2012 ,15
Oktober 2012 dan 16 Oktober 2012, sebab pembelajran matematika
terdapat pada hari senin dan selasa dalam seminggu.
c. Memberikan sedikit pembelajaran mengenai bangun datar di kelas
tanpa Program GeoGebra, guna mengetahui apakah siswa mengalami
kesulitan atau tidak dalam mempelajari bangun datar. Pembelajaran
dilakukan pada hari senin tanggal 22 Oktober 2012, pembelajaran ini
dilakukan peneliti dengan media papan tulis.
d. Memberikan soal tes diagnostikt, guna mengukur apakah siswa sudah
mengerti mengenai materi bangun datar atau perlu dibantu oleh
peneliti dengan Program GeoGebra yang direncanakan. Soal tes
diagnostikt ini dilakukan pada hari selasa tanggal 23 Oktober 2012,
peneliti ingin mengetahui apakah siswa perlu dibantu dengan Program
GeoGebra atau tidak dengan melihat hasil tes diagnostikt yang
e. Memperkenalkan Program GeoGebra serta memberikan pembelajarn
dengan Program GeoGebra, sebab siswa masih perlu dibimbing secara
lanjut mengenai Program GeoGebra.
f. Memberikan soal remidial setelah proses pembelajaran dnegan
Program GeoGebra sudah selesai. Subyek penelitian adalah siswa
kelas III berjumlah 4 siswa, sebab yang 1 siswa tidak bias mengikuti
pembelajaran secara lanjut disebabkan karena tidak dapat dikontrol
oleh guru kelas. Test remedial ini dilakukan 2 kali di hari selasa dan
47
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN, DESKRIPSI DATA, DAN
ANALISIS DATA
1. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SLB C Dharma Rena Ring Putra II
Yogakarta yang berada di jalan kusumanegara 105 B Yogyakarta. Dalam
pembelajaran melalui Program GeoGebra dengan materi bangun datar ini,
peneliti diminta oleh Guru kelas untuk memberikan pembelajaran terlebih dahulu
mengenai materi yang terkait guna untuk mereview kembali ingatan siswa,
setelah proses pembelajaran ini selesai maka peneliti akan melihat tingkat
kesulitan siswa dengan memberikan tes diagnostik. Penelitian ini dilakukan
sebanyak dua kali, dan di setiap pertemuannya akan diberikan teshasil belajar
untuk melihat tingkat keberhasilan siswa.
Pelaksanaan penelitian akan dilalui dengan berbagai macam rangkaian
kegiatan mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga memperoleh hasil penelitian
dan analisnya, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Observasi sebelum pembelajaran
Observasi dilakukan sebanyak 4 kali setiap hari senin dan selasa
Oktober 2012. Observasi dilakukan untuk mengetahui model pembelajaran
yang dipakai oleh siswa SLB C ini. Dan juga agar peneliti tahu apa saja
yang menjadi kendala siswa dalam pembelajaran. Observasi ini juga berguna
menjadi sarana untuk mengakrabkan diri agar lebih dekat dengan siswa SLB
C.
Peneliti pertama kali melakukan observasi tentang keadaan sekolah
dan siswa-siswa yang bersekolah di SLB ini. Sekolah ini merupakan sekolah
yang terdiri dari siswa TK , SD, SMP, serta SMA. Sekolah ini juga tidak
terletak di pinggir jalan raya, jadi suasana pembelajaran di kelas tampak
tenang karena jauh dari suara berkendara bermotor. Keadaan siswa yang
duduk di bangku TK, SD, SMP, maupun SMA juga terbilang akrab, mereka
seperti kakak beradik bila bermain dengan anak TK, namun tak dapat
dipungkiri juga jika masih terdapat beberapa anak tunagrahita yang suka
kasar bila sedang bermain dengan teman-temannya seperti memukul dan
menendang.
Pada observasi kedua peneliti mengikuti proses pembelajaran.
Pembelajaran yang ada di kelas yaitu mengenai materi penjumlahan. Peneliti
melihat bahwa guru kelas yang sedang melakukan proses pembelajaran
sangat sabar dalam membimbing siswa-siswa SLB C ini, sebab daya tangkap
mereka sangatlah lamban. Sesekali selingan juga guru kelas ini memberikan
belajar mereka sangatlah sebentar. Terkadang terdapat beberapa siswa
laki-laki yang sangat aktif dan tidak dapat diatur sebab mereka cari perhatian bila
terdapat mahasiswa yang sedang ikut dalam proses pembelajaran di kelas.
Pada observasi ketiga peneliti juga mengikuti proses pembelajaran di
kelas, di obesrvasi ketiga ini, peneliti ikut membantu proses belajar siswa.
Siswa-siswa yang peneliti bantu memang sangat lamban sekali menerima
informasi dari luar, peneliti sampai melakukan berkali- kali dalam membantu
pengerjaan tugas sekolah mereka. Terkadang, apa yang peneliti ajarkan
beberapa menit yang lalu, bila diulangi kembali mereka sudah lupa apa yang
telah mereka kerjakan. Disini guru dan peneliti memang harus sabar dalam
membimbing siswa-siswa SLB ini.
Pada observasi yang terakhir ini peneliti diminta oleh guru kelas
untuk memberikan pembelajaran dipapan tulis mengenai materi bangun datar
yang akan dijadikan obyek penelitian. Sebab materi ini sudah dipelajari saat
duduk di kelas 1 SD. Pembelajaran ini hanya untuk mengingatkan kembali
materi yang dulu pernah dipelajari, sebab anak SLB ini sangat susah untuk
mengingat kembali apa yang sudah dipelajari sebelumnya. Jadi benar apa
yang dikatakan oleh
2. Tes Diagnostik
Tes Diagnostik ini dilaksanakan pada hari Selasa, 16 Oktober 2012.
mengenai bangun datar untuk mereview kembali ingatan mereka. Disini
peneliti memberikan berbagai gambar-gambar seperti segitiga, lingkaran, dan
segi empat, dan siswa diminta menuliskan nomor berapakah gambar yang
dibantu oleh peneliti dengan menggunakan program GeoGebra. Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan oleh guru kelas adalah 67,
sehingga bila hasil dari tes diagnostik ini kurang dari 67 akan menjadi
subyek penelitian pembelajaran oleh peneliti dengan menggunakan program
GeoGebra. Selain dari hasil nilai diagnostik, peneliti juga mengamati
bagian-bagian mana saja atau gambar bangun apa yang sebagian besar siswa
SLB kurang paham. Hal ini akan menjadi patokan peneliti dalam proses
pembelajaran dengan program GeoGebra.
3. Wawancara dengan guru
Wawancara dengan guru dilakukan setelah tes diagnostik dibagikan.
Berhubungan setelah pembelajaran matematika adalah jam istirahat, peneliti
untuk mempersiapkan penelitian dengan GeoGebra diselanjutnya. Peneliti
menanyakan kembali tentang bagaimana dengan proses pembelajaran dengan
membawa laptop dan proyektor lcd, apakah anak-anak akan mengganggu
dan merusak alat-alat? Dan juga peneliti meminta masukan dan pendapat
selama proses pembelajaran yang sempat peneliti ajarkan adakah yang
kurang. Hal ini berguna untuk peneliti agar informasi yang didapat bisa
membantu proses pembelajaran dengan membawa program GeoGebra.
4. Rancangan Pembelajaran Bangun Datar dengan menggunakan Program
GeoGebra
a. Kegiatan Awal
i. Salam
ii. Mengkondisikan Kelas
Dalam mengkondisikan keadaan kelas Peneliti dibantu oleh
Guru kelas sangat memakan waktu lumayan lama. Disini karena sifat
dari anak-anak Tunagrahita yang memiliki sifat yang hiperaktif
membuat mereka sangat ribut dan tidak dapat dikontrol oleh Guru
kelas. Peneliti harus menunggu sampai mereka benar-benar diam baru
pembelajaran baru dimulai.
i. Peneliti menjelaskan mengenai bangun datar segitiga, bangun datar
segi empat, dan bangun datar lingkaran.
ii. Peneliti mulai menggambarkan macam-macam bentuk bangun datar
segitiga, bangun datar segi empat, dan bangun datar lingkaran melalui
media dengan Program GeoGebra.
iii. Peneliti memanggil siswa-siswa secara satu persatu untuk
menyebutkan bangun apakah yang digambarkan oleh peneliti.
c. Kegiatan Akhir
i. Peneliti menanyakan kembali kepada siswa mengenai pembelajaran
bangun datar yang tadi masih belum jelas dipahami oleh para siswa.
ii. Peneliti membagikan soal untuk evaluasi hasil belajar.
5. Pelaksanaan Pembelajaran Bangun Datar dengan menggunakan Program
GeoGebra
Pelaksanaan pembelajaran bangun datar ini dilaksanakan di kelas.
Peneliti sudah mempersiapkan alat proyektor dan komputer untuk
memberikan pelajaran bagi siswa-siswi SLB C ini. Disini peneliti yang
menerangkan materi bangun datar kepada siswa-siswi SLB, anak-anak hanya
cukup melihat, memperhatikan, dan menjawab pertanyaan dari peneliti.
terdapat seorang siswa yang bersifat hiperaktif sehingga tidak dapat dikontrol
oleh peneliti maupun guru kelas.
Pembelajaran bangun datar dengan program GeoGebra ini sangat
disukai oleh siswa-siswi SLB ini, karena mereka baru melihat adanya
gambar-gambar bangun datar yang bisa digerak-gerakkan di layar. Hal ini
dapat memacu semangat belajar mereka, sebab menurut metode fun learning
yang diartikan metode pembelajaran di mana seorang guru dapat
menciptakan suasana hangat dan menyenangkan dalam pembelajaran akan
membuat peserta didik dapat menerima yang diajarkan oleh guru dengan
mudah dan senang hati, dan bila informasi yang diberikan dapat dengan
mudah diterima maka anak akan mudah melakukan suatu perubahan.
Pada saat pembelajaran di hari pertama, mereka sangat maudalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang peneliti berikan, bahkan sesekali
mereka maju dan menunjukkan berapa jumlah titik yang terdapat pada
bangun datar tersebut. Bahkan bila peneliti sedang menunjuk salah satu
siswa yang akan disuruh maju untuk menunjukkan jawaban yang peneliti
berikan, mereka semua dengan ramainya menjawab pertanyaan yang peneliti
sampaikan. Bila terdapat siswa yang salah menjawab pertanyaan dari
peneliti, siswa-siswa yang lain berteriak dan memberikan jawaban yang
benar. Memang dari kelima siswa SLB ini, terdapat 3 siswa yang terbilang
kelima siswa SLB ini semua termasuk bisa untuk menjawab pertanyaan dari
peneliti walaupun terdapat siswa yang lamban unutk memberikan jawaban.
Berikut ini uraian kegiatan belajar selama penelitian berlangsung :
1. Pertemuan pertama
Pembelajaran pada pertemuan pertama ini terdiri dari
memperkenalkan bangun segitiga, segi empat, dan lingkaran.
Rangkuman kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
P : Peneliti S : Siswa U : Siswa 2
A : Siswa 1 B : Siswa 4 F : Siswa 3
G : Guru Kelas
Memperkenalkan bangun datar segitiga
P : Pagi adik –adik…
S : Pagi mbak..(tidak semua menjawab dengan serentak)
P : Disini mbk sudah membawa dan mempersiapkan alat-alat untuk membantu
kalian belajar bangun datar. Senang gak?
S : Senang mbk, “Mbak itu apa namanya?” (salah satu siswa menanyakan kepada
peneliti sambil memainkan lampu pada proyektor LCD)
P : Ini namanya viewer agar gambar pada laptop dapat muncul besar di dinding.
S : (Sibuk dengan alat-alat yang peneliti bawa, lalu di bantu oleh Guru kelas agar
kondisi kelas dapat tenang, walaupun tidak bisa tenang sekali karena kondisi anak-anak yang tidak dapat diperintah)
P :
A: Segitiga.
P : Yang lain tahu tidak ini bangun apa?
S : Segitiga (sebab siswa1 sudah menjawab duluan sehingga siswa yang lain hanya
mengikutinya saja.
P :
Iya benar ini bangun segitiga, kenapa siswa1 menyebutkan ini bangun segitiga?
A: Tidak tahu.
P : Yang lain tahu tidak kenapa ini disebut bangun segitiga? S : Tidak tahu..
P :
Ini disebut bangun segitiga, sebab mempunyai tiga titik. Titik A, titik B, dan Titik C. Paham adik –adik? (Peneliti hanya menekankan titik saja, karena pada
GeoGebra ini Peneliti bisa menggerakkan atau memainkan titik-titik tersebut untuk membentuk segitiga yang lain dan juga dikhawatirkan siswa tidak mengerti mengenai sisi pada bangun segitiga)
S : Iya.
P : Ini bangun apa lagi? (sambil memindahkan salah satu titik pada segitiga yang
sebelumnya, membentuk segitiga yang lebih besar dan beda bentuk dari segitiga yang sebelumnya)
S : (Diam sejenak)
A: Segitiga (disini siswa1 memang lebih pintar sedikit dari teman-temannya) P : Kenapa disebut bangun segitiga siswa1?
A: Tidak tahu.
P : Lho kok tidak tahu? Tadi kan mbak bilang, karena memiliki 3 titik, yaitu Titik
A, Titik B, dan Titik C. (sambil diikuti oleh siswa1).
Coba ini bangun apa lagi namanya? (peneliti menggerakkan sedikit salah satu