• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan program geogebra dalam membantu kesulitan siswa kelas III di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta dalam memahami bentuk-bentuk bangun datar : studi kasus siswa tunagrahita ringan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan program geogebra dalam membantu kesulitan siswa kelas III di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta dalam memahami bentuk-bentuk bangun datar : studi kasus siswa tunagrahita ringan."

Copied!
191
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

ABSTRAK

Simbolon, Agustina Pitriyana. 2013. Pemanfaatan Program GeoGebra Dalam

Membantu Kesulitan Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III di SLB C Dharma Ring Putra II Yogyakarta Dalam Memahami Bentuk-Bentuk Bangun Datar. Skripsi

Program Sarjana (S-1). Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidkan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa kelas III SD SLB C Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta dalam mempelajari bangun datar dan (2) mengetahui apakah pembelajaran bentuk-bentuk bangun datar dengan Program GeoGebra dapat membantu kesulitan siswa di SLB.

Subyek dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SLB C Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta, tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 4 siswa. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan Program GeoGebra dalam memahami bentuk-bentuk bangun datar. Instrumen penelitian ini terdiri dari: (1) Lembar pengamatan, (2) Lembar wawancara, (3) Soal tes Diagnostik, (4) Soal tes hasil belajar. Analisis penelitian ini diperoleh dari hasil tes diagnostik, dan tes hasil belajar siswa, serta proses selama pembelajaran di kelas.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) dari hasil tes diagnostik, siswa masih kesulitan dalam menentukan bangun datar lingkaran, bangun datar segitiga, dan bangun datar segi empat. Mereka mengalami kesulitan dalam mengingat, persepsi yang salah mengenai bentuk-bentuk bangun datar, serta tidak fokus dalam pembelajaran di kelas. (2) Hasil yang didapat dari hasil tes belajar menunjukkan bahwa siswa-siswa mampu lulus dari KKM yang telah ditentukan, ini terlihat selama proses pembelajaran dengan penggunaan media Program GeoGebra siswa aktif dalam menjawab dan mau untuk maju dalam menunjukkan bentuk-bentuk bangun datar yang peneliti minta. Dari hasil tes belajar tersebut dan proses pembelajaran tersebut guru dapat mengatasi kesulitan siswa dengan menggunakan Program

GeoGebra dalam mempelajari bentuk-bentuk bangun datar.

(8)

ABSTRACT

Simbolon, Agustina Pitriyana. , 2013. Utilization Program GeoGebra In Tunagrahita Light Helps Students Difficulties in SLB C III Class Ring Dharma Putra II Yogyakarta In Understanding Forms Build Flat. Undergraduate Thesis (S-1). Mathematics Education Studies Program, Department of Education Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Education and Science Teaching, Sanata Dharma University in Yogyakarta.

The purpose of this study was to (1) determine the difficulties experienced by students of class III SD SLB C Ring Rena Dharma Putra II Yogyakarta in studying flat wake and (2) determine whether the learning forms a flat wake with GeoGebra program can help trouble students at SLB.

The subjects of the study were all students of class III SLB C Ring Rena Dharma Putra II Yogyakarta, school year 2012/2013, amounting to 4 students. This research uses descriptive qualitative research. This study uses GeoGebra program in understanding the forms of flat wake. The research instrument consisted of: (1) Sheet observations, (2) Questionnaires, (3) Problem Diagnostic tests, (4) Problem achievement test. Analysis of this study were obtained from the results of diagnostic tests, and tests student learning outcomes, as well as during the learning process in the classroom.

The results of this study indicate that (1) the results of diagnostic tests, students are still difficulties in determining the flat circular wake, wake up flat triangular, rectangular and flat wake. They have difficulty in remembering, a wrong perception about the forms of flat wake, and does not focus on learning in the classroom. (2) The results of the study test results indicate that students are able to graduate from KKM has been determined, is seen during the learning process with the use of media GeoGebra Program students are active in the answer and want to get ahead in show flat wake forms a researcher asked. From the results of the test learning and the learning process teachers can overcome the difficulties students to use in studying the GeoGebra program forms a flat wake.

(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak sekali macam metode pembelajaran yang digunakan Guru

untuk membantu siswa dalam memahami suatu materi pembelajaran.

Macam-macam metode belajar tersebut adalah seperti metode diskusi,

metode demonstrasi, dan macam metode lainnya. Namun bagaimana pun

bagusnya metode, tetap saja akan terasa susah dijalankan bila siswa sendiri

pasif atau malu dalam mengutarakan pendapat. Pengaruh yang menyebabkan

anak malu untuk berpendapat dan menjadi pasif di kelas misalkan saja

pengaruh dari lingkungan, seperti dicemooh oleh siswa lain bila jawaban si

anak ternyata tidak sesuai dengan yang yang diharapkan oleh Guru. Dari sini

kita harus sudah mulai merombak cara perilaku kita, jangan hanya merombak

metode pembelajarannya saja.

Masyarakat di Indonesia masih sangat sibuk dengan metode-metode

pembelajaran seperti yang diutarakan diatas. Namun, masyarakat belum

menengok kembali, bahwa sebenarnya bukan hanya pendidikan untuk anak

normal saja yang harus ditinjau, namun pendidikan untuk anak-anak luar

biasa juga haruslah ditinjau oleh pemerintah dan masyarakat sekitar.

Dalam mengindentifikasi anak-anak yang luar biasa ini, haruslah

dihadapi dengan pendidikan yang luar biasa pula, cara yang luar biasa disini

(19)

adalah cara yang khusus yang disesuaikan dengan kelainan anak tersebut.

Dalam Undang-Undang Pokok Pendidikan No.12 tahun 1954 pasal 7 ayat 5

pendidikan dan pengajaran kepada orang-orang yang dalam keadaan

kekurangan baik jasmani maupun rohaninya supaya mereka dapat memiliki

kehidupan lahir batin yang layak. Dengan penjelasan orang-orang yang

dalam keadaan kekurangan jasmani atau rohaninya ialah orang-orang buta,

tuli, bisu, imbisil atau yang mempunyai cacat-cacat jasmani atau rohani

lainnya.

Pembelajaran dengan menggunakan media dapat membantu dalam

proses pembelajaran. Media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau

benda yang digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar dengan maksud

untuk menyampaikan pesan atau informasi pembelajaran dari sumber kepada

penerima (John D.Latuheru , 1988:14). Disini media yang di pakai adalah

media komputer dengan Program GeoGebra. Melalui media ini diharapkan

dapat membantu pemahaman siswa luar biasa ini khususnya anak-anak

tunagrahita dalam pembelajaran matematika, karena mereka memiliki tingkat

kecerdasan yang berada di bawah rata – rata. Penulis menggunakan media

komputer dalam bentuk Program GeoGebra untuk memperkenalkan

bentuk-bentuk bangun geometri. Program GeoGebra ini dapat menampilkan

berbagai macam bentuk-bentuk geometri yang sesuai dengan perintah yang

dijalankan. Melalui media komputer Program GeoGebra ini Guru maupun

siswa tunagrahita tidak perlu memakan waktu lama dalam menggambar

(20)

penulis rencanakan sebagai pengganti dari media papan tulis maupun media

alat peraga, sehingga diharapkan penguasaan materi bentuk-bentuk bangun

geometri datar dapat dicapai oleh siswa-siswa SLB C ini. Selain itu juga

peneliti ingin mencoba untuk menggantikan proses pembelajaran dengan alat

peraga yang telah biasa Guru-guru gunakan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti “Pemanfaatan

menentukan beberapa pembatasan masalah yang akan diteliti. Adapun

pembatasan masalah tersebut antara lain:

1. Pokok bahasan yang akan diteliti adalah bentuk bangun datar.

2. Subyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa- siswi kelas III SD

SLB C Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta semester gasal tahun

ajaran 2012/2013.

3. Penelitian ini hanya membahas tentang Penggunaan Program GeoGebra

dalam mengatasi kesulitan belajar siswa kelas III SD SLB C Dharma

Rena Ring Putra II Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2012/2013

(21)

C. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

merumuskan pokok masalah sebagai berikut :

1. Apa saja kesulitan-kesulitan yang dialami siswa kelas III SDLB C

Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta dalam mempelajari

bentuk-bentuk bangun datar?

2. Apakah penggunaan program GeoGebra dalam pembelajaran

memahami bentuk-bentuk bangun datar dapat membantu mengatasi

kesulitan belajar yang dialami siswa kelas III SLB Dharma Rena Ring

Putra II Yogyakarta?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran matematika

dengan pokok bahasan memahami bentuk-bentuk bangun datar.

2. Mengetahui hasil belajar siswa SLB C dalam pembelajaran matematika

dengan pemanfaatan program GeoGebra pokok bahasan bangun datar.

E. Pembatasan Istilah

1. Tunagrahita

Tunagrahita adalah anak yang memiliki taraf kecerdasan yang sangat

(22)

membutuhkan layanan pendidikan dan bimbingan secara khusus

(Mohammad Efendi, 2006:110).

2. Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar (Learning Difficulty) adalah suatu kondisi dimana

kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan sistem

standar yang telah ditetapkan. Kondisi yang demikian umumnya

disebabkan oleh sistem biologis atau fisiologis, terutama berkenaan

dengan kelainan fungsi otak yang lazim disebut sebagai kesulitan dalam

belajar spesifik, serta sistem psikologis yaitu kesulitan belajar yang

berkenaan dengan rendahnya motivasi dan minat belajar.

3. Program GeoGebra

Program GeoGebra adalah Program matematika dinamis untuk semua

tingkat pendidikan yang mencakup aritmatika, geometri, aljabar dan

kalkulus. Di satu sisi, GeoGebra adalah sistem geometri interaktif.

4. Bangun Datar

Bangun datar adalah bangun yang rata yang mempunyai dua demensi

yaitu panjang dan lebar, tetapi tidak mempunyai tinggi atau tebal (Julius

Hambali, Siskandar, dan Mohamad Rohmad, 1996)

(http://ian43.wordpress.com/2010/12/27/pengertian-bangun-datar/) . 5. Poligon

Poligon adalah gabungan dari himpunan titik P1, P2, P3, …., Pn dan ruas

(23)

ruas garis berpotongan maka titik potongnya adalah satu dari titik-titik

P1, P2, P3, …., Pn dan bukan titik yang lain (Sri Mulyani, 1999).

6. Segitiga

Segitiga adalah poligon yang mempunyai tiga sisi (Sri Mulyani, 1999).

7. Segi empat

Segi empat adalah poligon yang mempunyai empat sisi (Sri Mulyani,

1999).

8. Lingkaran

Lingkaran adalah himpunan titik-titik yang masing-masing berjarak

sama dari titik yang ditetapkan. Titik yang ditetapkan disebut pusat

lingkaran dan jaraknya disebut panjang jari-jari lingkaran (Sri

Mulyani,1999).

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru SLB

Guru dapat menemukan metode pembelajaran yang tepat untuk

menciptakan pembelajaran matematika yang lebih menarik

2. Bagi Universitas

Untuk menambah kepustakaan dan untuk pandangan dalam penelitian

sejenis, dan untuk melihat sisi lain dari dunia pendidikan yang kurang

tersentuh.

3. Bagi mahasiswa

Sebagai bahan perbandingan antara teori dengan keadaan yang

(24)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kegiatan belajar

Dalam kehidupan sehari-hari, kita banyak sekali melakukan berbagai

kegiatan yang sebenarnya merupakan “gejala belajar”. Misalkan kita

mengenakan pakaian, makan dengan menggunakan alat-alat makan,

berkomunikasi dengan satu orang dengan yang lain, mengemudikan sepeda

motor, dan sebagainya. Gejala-gejala belajar tersebut terlalau banyak bila

disebutkan satu persatu. Mengapa disebut gejala belajar? Kemampuan

untuk melakukan itu semua diperoleh, mengingat mula-mula kemampuan

itu belum ada maka terjadilah proses perubahan dari belum mampu kearah

sudah mampu, dan proses perubahan inilah yang mengakibatkan telah

terjadi belajar. Belajar dapat dirumuskan menjadi suatu aktivitas

mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan

yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman

keterampilan dan nilai-sikap, perubahan itu bersifat secara relatif konstan

dan berbekas.

Dalam www.sekolahindonesia.com dikatakan Belajar adalah suatu

kegiatan yang harus dilakukan dalam proses penguasaan ilmu. Terdapat juga

beberapa faktor yang harus dilakukan agar suasana belajar menjadi efektif.

(25)

1. Sebelum mulai belajar, aturlah mood yang menunjang untuk belajar.

Oleh karena itu pilih waktu, lingkungan dan sikap yang tepat. Misalnya

kalau kita merasa lebih nyaman belajar pakai musik yang lembut,

siapkan saja beberapa lagu untuk diputar setiap kali kita belajar. Satu

yang pasti, tempat kita belajar dan lampu penerangan harus mendukung

supaya kita bisa betah belajar dan tidak terganggu.

2. Tandai semua bahan yang kurang di mengerti supaya bisa lebih fokus

ketika belajar. Supaya tidak ada yang terlewat ketika belajar, tak ada

salahnya mencatat poin-poin yang akan dipelajari.

3. Setelah mempelajari suatu topik tertentu, cobalah mengulang kembali

yang telah dipelajari dengan kata-kata sendiri.

4. Bila masih ada topik yang tidak dimengerti, jangan sungkan-sungkan

untuk mengulang topik tersebut. Carilah referensi dari beragam sumber,

bisa dari buku pendukung lain atau mungkin orang lain yang lebih ahli

dalam bidang tersebut seperti guru.

5. Setelah menguasai materi, jangan langsung buru-buru menutup buku,

tapi cobalah untuk mengembangkan materi yang ada. Tujuannya supaya

materi yang baru dipelajari bisa meresap benar ke pemahaman kita.

Materi bisa langgeng di memori kita tanpa perlu menghapal 100%.

Caranya buatlah pertanyaan atau kritik apa yang bakal kita sampaikan

kalau seandainya kita bertemu langsung dengan pengarang atau penemu

(26)

diterapkan ke hal-hal yang sesuai dengan minat pribadi, cobalah

membuat informasi yang menarik buat orang lain tentang materi yang

baru dipelajari itu.

Namun untuk anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental,

haruslah memerlukan beberapa keahlian khusus terutama bagi guru-guru

untuk mengelola proses belajar mengajar (Frieda Mangunsong,

1998:121-122) yang meliputi:

1. Pelajaran harus bersifat konkrit

2. Metode mengajar dengan pendekatan individual

3. Review (ulangan) hendaknya dilakukan secara kontinu

4. Jangan terlalu menuntut syarat-syarat akademik yang tinggi

5. Kata-kata yang digunakan sederhana dan cepat dipahami

6. Jangan memperlihatkan sifat yang menakut-nakuti anak

7. Isi pengajaran supaya menarik sifat anak.

B. Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari

proses psikologis dasar yang mencangkup pemahaman dan penggunaan

bahasa ajaran atau tulisan. Tetapi ada definisi lain yang dikemukakan oleh

The National Joint Commite for Learning Dissabilities (NJCLD) yang

menunjuk kepada suatu kelompok kesulitan yang didefinisikan dalam

(27)

pendengaran, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar atau kemampuan

dalam bidang studi matematika.

Untuk dapat menelusuri latar belakang kesulitan belajar yang

dihadapi siswa, kita harus melihat factor-faktor yang terdapat dalam diri

siswa. Berikut beberapa faktor yang menjadi latar belakang kesulitan anak

belajar menurut (M. Entang, 1984:13-14) :

1. Kelemahan secara fisik seperti:

a) Suatu pusat susunan saraf tidak berkembang secara sempurna luka

atau cacat, atau sakit sehingga sering membawa gangguan

emosional.

b) Penyakit menahun (asma, dan sebagainya) yang menghambat

usaha-usaha belajar secara optimal.

2. Kelemahan-kelemahan secara mental yang sukar diatasi oleh individu

yang bersangkutan dan juga oleh pendidikan, antara lain:

a) Kelemahan mental (taraf kecerdasannya memang kurang)

b) Nampaknya seperti kelemahan mental, tetapi sebenarnya:kurang

minat, kebimbangan, kurang usaha, aktifitas yang kurang terarah,

kurang semangat dan sebagainya.

3. Kelemahan-kelemahan emosional antara lain:

a) Terdapatnya rasa tidak aman

b) Penyesuaian yang salah terhadap orang-orang, situasi dan

tuntutan-tuntutan tugas dan lingkungan.

(28)

d) Tidak matangan

4. Kelemahan yang disebabkan oleh karena kebiasaan dan sikap-sikap yang

salah antara lain:

a) Banyak melakukan aktifitas yang bertentangan dan tidak

menunjang pekerjaan sekolah, menolak atau malas belajar.

b) Kurang berani dan gagal untuk berusaha memusatkan perhatian

c) Kurang kooperatif dan menghindari tanggung jawab

d) Sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran

e) Gugup

5. Tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang

diperlukan seperti:

a) Ketidakmampuan membaca, berhitung, kurang menguasai

pengetahuan dasar untuk sesuatu bidang studi yang sedang

diikutinya secara sekuensial, kurang menguasai bahasa asing

b) Memiliki kebiasaan mengajar dan bekerja yang salah.

Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki taraf kecerdasan yang

sangat rendah sehingga untuk meniti tugas perkembangannya ia sangat

membutuhkan layanan pendidikan dan bimbingan secara khusus

(Mohammad Efendi, 2006:110). Bimbingan belajar di berikan kepada anak

berkebutuhan khusus misalkan anak tunagrahita untuk memecahkan masalah

atau kesulitan yang berhubungan dengan kegiatan belajar, baik itu di

sekolah, di asrama, di luar sekolah ataupun di luar asrama. Pemberian

(29)

membantu siswa. Informasi tentang cara belajar yang efektif, bagaimana

cara melakukan diskusi yang baik, cara-cara mengembangkan kebiasaan

belajar yang baik dan cara menghilangkan kebiasaan belajar yang buruk.

Beberapa cara penanganan siswa dengan kebutuhan khusus

menurut (Jamilah K.A. Muhammad, 2008:171-172) adalah sebagai berikut:

1. Tugas dan bahan bantu

a) Beri tugas yang ringan tetapi intensif. Tugas yang ringan dapat

membantu murid untuk menikmati keberhasilan kecil dan juga

member kesempatan kepada gur untuk mendekati murid.

b) Nilai tugas murid secepat mungkin dan berilah pujian dan jawaban

lebih awal.

c) Bimbing murid dalam menggunakan berbagai metode alternatif dalam

memperoleh atau menyampaikan informasi seperti menggunakan kaset

perekam dan sebagainya.

d) Selalu adakan pertemuan dengan murid walaupun dalam waktu yang

sebentar saja untuk membuatnya terdorong untuk bertanya,

menyelesaikan tugas tepat waktu, merasa dihargai, dan menghindari

dari rasa tersaing.

2. Waktu dan ruang

a) Pastikan meja murid tidak dipenuhi dengan berbagai bahan yang tidak

diperlukan dan bombing murid belajar di ruang yang disenangi, seperti

di perpustakaan bila diperlukan. Walau bagaimanapun, guru harus

(30)

b) Apabila memulai hubungan dengan murid, usahakan murid berdekatan

dengan guru untuk memudahkan pengawasan.

c) Guru harus berusaha memisahkan murid luar biasa dari murid yang

menggangunya.

d) Variasikan waktu istirahat dan waktu aktif untuk menjaga minat dan

motivasi murid.

e) Adakan perjanjian untuk tugas tertentu supaya murid dapat menepati

tanggung jawabnya.

3. Gaya

Ada murid yang dapat belajar dengan lebih baik dengan melihat, dengan

mendengar, dan dengan menyentuh. Penyesuaian harus dibuat untuk

menentukan sistem pembelajaran yang terbaik untuk murid tersebut.

a) Untuk pelajar auditoris:

i. Beri arahan lisan dan tulisan

ii. Pastikan tugas juga diberi dalam bentuk kaset rekaman supaya

murid dapat mendengarkannya dengan seksama.

iii. Beri ujian lisan.

iv. Pastikan murid menghafal informasi penting dan merekamnya.

b) Untuk pelajar visual:

i. Gunakan kartu penanda yang mengandung warna yang terang.

ii. Biarkan murid memejamkan mata untuk membuat mereka dapat

(31)

iii. Sediakan bahan tambahan dalam bentuk visual untuk semua arahan

lisan.

iv. Dorong murid untuk mencatat nota dan memo untuk dirinya

sendiri mengenai perkataan, konsep, atau ide penting.

C. Klasifikasi Sekolah Luar Biasa

Anak Luar biasa adalah anak yang menyimpang dari rata-rata anak

normal dalam hal: ciri-ciri mental, kemampuan-kemampuan sensorik, fisik

dan neuromuscular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan

berkomunikasi, maupun kombinasi dua atau lebih dari hal-hal diatas sejauh

ia memerlukan modifikasi dari tugas-tugas sekolah, metode belajar atau

pelayanan terkait lainnya yang ditujukan untuk mengembangkan potensi

atau kapasitasnya secara maksimal (Frieda Mangunsong, 1998:4). Yang

termasuk dalam anak luar biasa disini adalah tunanetra, tunarungu,

tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak

berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. Istilah dalam anak yang

berkebutuhan khusus ini adalah anak luar biasa, dan bersekolah di Sekolah

Luar Biasa sesuai dengan kekhususannya masing-masing. Klasifikasi

Sekolah Luar Biasa adalah sebagai berikut:

1. Tunanetra

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam

penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan,

(32)

merekam peristiwa dari lingkungan sekitar antara 80-85% selama

manusia itu terjaga.

2. Tunarungu

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam

pendengaran baik permanen maupun tidak permanen.

3. Tunagrahita

Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang

signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan

ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa

perkembangan. Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.

1. Tunagrahita mampu didik atau debil (IQ : 50-75),

Anak Tunagrahita mampu didik atau debil adalah anak

tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah

biasa tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat

dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak

maksimal. Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak

tunagrahita ini antara lain:

a. Membaca, menulis, mengeja, dan berhitung

b. Menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang

lain

c. Keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja

(33)

Kesimpulan anak tunagrahita mampu didik adalah anak

tunagrahita yang dapat dididik secara minimal dalam

bidang-bidang akademis, sosial, dan pekerjaan.

2. Tunagrahita mampu latih atau imbecil (IQ : 25-50),

Anak tunagrahita mampu latih atau imbecile adalah anak

tunagrahita yang memiliki kecerdasan sedemikian rendahnya

sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program yang

diperuntukkan bagi anak tunagrahita mampu didik. Oleh karena

itu, beberapa kemampuan anak tunagrahita mampu latih yang perlu

diberdayakan, yaitu belajar mengurus diri sendiri, belajar

menyesuaikan di lingkungan rumah atau sekitarnya, mempelajari

kegunaan ekonomi di rumah, di bengkel kerja (sheltered

workshop), atau di lembaga khusus. Kesimpulannya anak

tunagrahita mampu latih berarti anak tunagrahita hanya dapat

dilatih untuk mengurus diri sendiri melalui aktifitas kehidupan

sehari-hari (activity daily living), serta melakukan fungsi sosial

kemasyarakatan menurut kemampuannya.

3. Tunagrahita mampu rawat atau idiot (IQ : 0-25).

Anak tunagrahita mampu rawat (idiot) adalah anak

tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga ia

tidak mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi. Untuk

(34)

A child who is an idiot is so low intellectually that he does not

learn to talk and usually does learn to take care of his bodily need.

Dengan kata lain, anak tunagrahita mampu rawat adalah anak

tunagrahita yang membutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang

hidupnya, karena ia tidak mampu terus hidup tanpa bantuan orang

lain (totally dependent).

Pada dasarnya, anak yang memiliki kemampuan kecerdasan

dibawah rata-rata normal atau tunagrahita menunjukkan

kecenderungan rendah pada fungsi umum kecerdasannya, sehingga

banyak hal menurut persepsi orang normal dianggap wajar terjadi

akibat dari suatu proses tertentu namun tidak demikian halnya menurut

persepsi anak yang mempunyai kecerdasan sangat rendah. Hal-hal

yang dianggap wajar oleh orang normal barangkali dianggap sesuatu

yang sangat mengherankan oleh anak tunagrahita. Semua itu terjadi

karena keterbatasan fungsi kognitif anak tunagrahita.

Fungsi kognitif adalah kemampuan seseorang untuk mengenal

atau memperoleh pengetahuan. Menurut Mussen, Conger, dan Ragan

dalam buku Mohammad Efendi kognitif dalam prosesnya melalui

tahapan yaitu persepsi, ingatan, pengembangan ide, penilaian, dan

penalaran. Oleh sebab itu meskipun usia kalender anak tunagrahita

sama dengan anak normal, namun prestasi yang diraih berbeda dengan

(35)

Dalam berbagai studi diketahui bahwa ketidakmampuan anak

tunagrahita meraih prestasi lebih baik dan sejajar dengan anak normal,

karena kesetiaan ingatan anak tunagrahita sangat lemah dibanding

dengan anak normal. Maka tidak heran jika intruksi yang diberikan

kepada anak tunagrahita cenderung tidak melalui proses analisis

kognitif seperti yang dikemukakan oleh Musen dkk. Akibatnya anak

tunagrahita jika dihadapkan pada persoalan yang membutuhkan proses

panggilan kembali pengalaman dan peristiwa yang lalu, sering kali

mengalami kesulitan.

4. Tunadaksa

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang

disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang

bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy,

amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah

ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik

tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki

keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik,

berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak

mampu mengontrol gerakan fisik.

5. Tunalaras

Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam

(36)

menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan

aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena

faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan

sekitar.

D. Dampak Ketunagrahitaan Segi Kognitif

Pada anak tunagrahita, pasti terjadi gangguan pada fungsi kognitif

sehingga walaupun usia kalender anak tunagrahita sama dengan anak normal

prestasi yang diraih pun pasti berbeda dengan anak normal. Inhelder dalam

penelitiannya menemukan penyandang tunagrahita berat perkembangan

kognitifnya terhambat pada tingkat perkembangan sensomotorik, dan pada

tunagrahita ringan perkembangan kognitifnya terhenti pada perkembangan

operasional konkret.

Keterlambatan perkembangan kognitif anak tunagrahita menjadi

masalah besar bagi anak tunagrahita ketika meniti tugas perkembangannya.

Beberapa hambatan yang tampak pada anak tunagrahita dari segi kognitif

dan sekaligus menjadi karateristiknya yaitu sebagai berikut:

1. Cenderung memiliki kemampuan berpikir konkret dan sukar berpikir

2. Mengalami kesulitan dalam konsentrasi

3. Kemampuan sosialisasinya terbatas

4. Tidak mampu menyimpan intruksi yang sulit

(37)

Menurut (Jamila K.A Muhamad, 2008:133-134) terdapat beberapa

contoh masalah pembelajaran lain yaitu:

1. Acalculia

Masalah dalam mengenal nomor dan perhitungan matematika. Istilah ini

kadang-kadang digunakan bila merujuk pada pemahaman matematika

yang telah lebih dulu terhambat akibat kerusakan otak.

2. Diskalkulia

Masalah dalam matematika secara umum dan dalam perhitungan

matematika pada khususnya.

3. Disleksia

Masalah dalam membaca, menulis, dan mengeja.

4. Disgrafia

Masalah dalam merencanakan dan mengatur pergerakkan fisik yang

berpengaruh pada kemampuan menulis.

E. GeoGebra

Matematika merupakan salah satu pelajaran yang dianggap sebagai

momok oleh siswa di setiap tingkatan sekolah. Hal ini karena adanya stigma

bahwa pelajaran ini adalah pelajaran yang sangat sulit karena memerlukan

ketepatan dalam proses belajarnya. Bagi pengajar, hal ini merupakan

(38)

harus mengubah pandangan siswa tentang pelajaran matematika yang telah

dianggap sebagai momok tersebut.

Media teknologi seperti komputer dapat membantu peran guru dalam

menyampaikan beberapa materi matematika, sebab komputer memiliki

potensi yang amat besar dalam membantu proses pendidikan seperti

menyelesaikan masalah-masalah grafis, presentasi ataupun perhitungan

matematis dengan cepat.

Semakin berkembangnya hardware (perangkat keras) dalam

komputer, provider Program (perangkat lunak) juga semakin memanjakan

pengguna dalam berbagai Program baru. Program dengan tampilan yang

menarik serta kemudahan dalam pemakaian semakin kita dapatkan di jaman

ini, contohnya seperti Program GeoGebra yang menarik dan mudah untuk

dapat diterapkan oleh guru-guru untuk mengajar di kelas.

Interaktif matematika software pembelajaran, GeoGebra, diciptakan

pada tahun 2002, oleh Markus Hohenwarter. Perangkat lunak ini dirancang

untuk mendukung peserta didik dalam membangun hubungan antara dua

helai matematika, geometri dan aljabar, dan, dengan demikian, untuk

mengembangkan wawasan yang lebih dalam isi matematika (GeoGebra

International Journal of Romania, Vol 1 No 1). GeoGebra adalah perangkat

lunak matematika yang dinamis untuk semua tingkat pendidikan yang

menggabungkan geometri, aljabar, table, grafik, statistik, dan kalkulus

dalam satu paket yang mudah digunakan. GeoGebra tersedia untuk beberapa

(39)

siswa dapat menggunakan Program GeoGebra ini untuk membuat dugaan

dan membuktikan teorema-teorema geometris.

GeoGebra ini pertama kali dikembangkan oleh Markus Hohenwarter

sebagai proyek tesis master pada tahun 2001. Idenya ini dia membuat suatu

perangkat lunak yang menggabungkan kemudahan penggunaan perangkat

lunak geometri dinamis.

Menurut Hohenwarter (2008) dalam GeoGebra International

Journal of Romania Vol 1 No 1, Program GeoGebra sangat bermanfaat bagi

guru maupun siswa. Tidak sebagaimana pada penggunaan Program

komersial yang biasanya hanya bisa dimanfaatkan di sekolah, GeoGebra

dapat diinstal pada komputer pribadi dan dimanfaatkan kapan dan di

manapun oleh siswa maupun guru. Bagi guru, GeoGebra menawarkan

kesempatan yang efektif untuk kreasi lingkungan belajar yang

memungkinkan siswa mengeksplorasi berbagai konsep-konsep matematis.

Beberapa pemanfaatan Program GeoGebra dalam pembelajaran

matematika adalah sebagai berikut :

1. Dapat menghasilkan lukisan-lukisan geometri dengan cepat dan teliti

dibandingkan dengan menggunakan pensil, penggaris, atau jangka.

2. Adanya fasilitas animasi dan gerakan-gerakan manipulasi (dragging)

pada Program GeoGebra dapat memberikan pengalaman visual yang

lebih jelas kepada siswa dalam memahami konsep geometri.

3. Dapat dimanfaatkan sebagai balikan/evaluasi untuk memastikan bahwa

(40)

4. Mempermudah guru/siswa untuk menyelidiki atau menunjukkan

sifat-sifat yang berlaku pada suatu objek geometri.

Dengan GeoGebra ini, diharapkan agar siswa dapat terbantu dalam

mempelajari bentuk-bentuk bangun datar dan juga melalui gerakan-gerakan

manipulasi atau gragging dalam GeoGebra dapat mempermudah

pemahaman siswa mengenai lukisan-lukisan bentuk-bentuk bangun datar

yang benar. Selain untuk siswa, guru juga dapat mempermudah untuk

menyelidiki dan menunjukkan sifat-sifat yang berlaku pada bidang geometri

kepada siswa, dengan demikian pemahaman siswa akan bidang geometri

dapat semakin baik.

Adapun tampilan layar pada GeoGebra yaitu sebagai berikut:

(41)

Gambar 2.1 Jendela Utama GeoGebra

b. Construction Tools

Gambar 2.2 Constraction Tools

klik berturut-turut pada titik A, B, C dan kembali ke titik A yang akan membuat segitiga ABC

Ruas Garis di antara Dua Titik

(42)

F. Materi Ajar

1. Pengenalan bangun segitiga

Bangun segitiga adalah poligon yang mempunyai tiga sisi.

Namun disini agar mempermudah penangkapan siswa SLB, peneliti

memberikan penjelasan terhadap bangun datar segitiga adalah yang

memiliki tiga buah titik yang tidak segaris.

Perhatikan Gambar (2.3) berikut:

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2.3 macam-macam bentuk bangun datar segitiga

Perhatikan banyak titik pada bangun tersebut. Jumlah titik

pada bangun tersebut adalah sebanyak 3 titik yang tidak segaris, yaitu

(43)

segitiga meskipun gambar dari ke empat bangun tersebut

berbeda-beda.

2. Pengenalan bangun segi empat

Bangun segi empat adalah polygon yang memiliki empat sisi,

namun agar mempermudah siswa peneliti memberikan pengertian yang

ringan bahwa bangun segi empat adalah bangun datar yang memiliki

empat titik yang tidak segaris dan yang memiliki empat buah sisi.

Perhatikan Gambar 2.4 berikut:

(a) (b)

(c) (d)

(44)

Perhatikan banyak titik pada bangun tersebut. Jumlah titik pada

bangun tersebut adalah sebanyak 4 titik yang tidak segaris, yaitu titik A, B,

C dan titik D. Maka bangun-bangun tersebut dinamakan bangun segi

empat meskipun gambar dari ke empat bangun tersebut berbeda-beda.

Namun jika terdapat empat buah titik namun saling berpotongan,

ini bukan disebut bangun segi empat. Coba lihat gambar 2.11 di bawah

ini, ini merupakan salah satu gambar yang satu sisinya saling berpotongan

pada sisi AC, dan BD.

Gambar 2.5 Sisi AC dan BD saling berpotongan

Jadi dapat ditarik kesimpulan dari empat buah Gambar segi empat

di atas, walaupun bangun datar dari keempat gambar tersebut tidaklah

sama, tetapi dapat dilihat dari ciri-cirinya yaitu mempunyai empat buah

titik yang sisinya tidak saling berpotongan, maka bangun tersebut

dinamakan bangun segi empat. Namun pada Gambar 2.5 bukanlah

merupakan bangun segi empat, karena terdapat sisi yang berpotongan.

(45)

3. Pengenalan bangun lingkaran

Bangun lingkaran adalah himpunan titik-titik yang masing-masing

berjarak sama dari titik yang ditetapkan. Titik yang ditetapkan disebut

pusat lingkaran dan jaraknya disebut panjang jari-jari lingkaran. Disini

peneliti ingin memperlihatkan bahwa bentuk lingkaran yang besar maupun

yang kecil adalah sama-sama merupakan bentuk bangun datar lingkaran.

Berikut dibawah ini merupakan berbagai macam ukuran dari bangun datar

lingkaran.

Perhatikan Gambar (2.6) berikut:

(b)

(a)

(c)

(46)

4. Menentukan bangun segitiga.

Gambar 2.7 Menentukan Bangun segitiga

Coba lihat Gambar ini, manakah yang merupakan bangun segitiga?

Bangun segitiga yang terdapat pada Gambar 2.7 adalah bangun

yang terletak di dalam bangun lingkaran, yaitu bangun yang memiliki tiga

titik A, B, dan C.

Gambar 2.8 Menentukan Bangun segitiga

Gambar 2.16 tersebut memiliki berapa banyak bangun segitiga?

Bangun tersebut memiliki dua buah bangun segitiga, yaitu bangun ABC,

dan bangun ABD.

(47)

Gambar di atas memiliki berapa banyak bangun segitiga?

Gambar tersebut memiliki dua buah bangun segitiga, yaitu bangun segitiga

ABC, dan bangun segitiga ACD.

Gambar 2.10 Menentukan Bangun segitiga

Gambar 2.10 memiliki berapa banyak bangun segitigakah?

Bangun tersebut memiliki empat buah bangun segitiga, yaitu bangun

segitiga ABE, bangun segitiga ADF, bangun segitiga BCH, dan bangun

segitiga CDG.

5. Menentukan bangun segi empat

(48)

Bangun segiempat yang terdapat pada Gambar 2.11 ialah bangun yang

terdapat di dalam bangun segiempat ABCD, yaitu bangun segi empat

EFGH.

Gambar 2.12 Menentukan Bangun segi empat

Bangun segi empat yang terdapat pada Gambar 2.12 diatas ialah bangun

segi empat BCDE.

Gambar 2.13 Menentukan Bangun segi empat

Bangun segi empat yang terdapat pada Gambar 2.13 diatas ialah bangun

segi empat DEFG.

(49)

Dari gambar 2.13 bangun datar segi empat yang terdapat pada diatas ialah

bangun segi empat ABCD.

Gambar 2.14 Menentukan Bangun segi empat

Bangun datar segi empat yang terdapat pada Gambar 2.14 diatas ialah

bangun segi empat ABCD.

6. Menentukan bangun lingkaran

Gambar 2.15 Menentukan Bangun lingkaran

Bangun lingkaran yang terdapat pada Gambar 2.15 diatas ialah

himpunan titik-titik yang masing-masing berjarak sama dari titik A.

(50)

Bangun lingkaran yang terdapat pada Gambar 2.16 diatas ialah

himpunan titik-titik yang masing-masing berjarak sama dari titik D.

Gambar 2.17 Menentukan Bangun lingkaran

Bangun lingkaran yang terdapat pada Gambar 2.17 diatas ialah

himpunan titik-titik yang masing-masing berjarak sama dari titik E.

G. Kerangka Berpikir

Belajar matematika memang bukan hal yang mudah. Apalagi bagi

siswa SLB yang tingkat kecerdasannya di bawah rata-rata. Peneliti

mempunyai ide untuk membantu cara belajar siswa SLB dengan

menggunakan media pembelajaran. Salah satu media pembelajaran itu ialah

media dengan menggunakan komputer dan dengan menggunakan Program

GeoGebra.

Pembelajaran ini akan dilakukan dengan Program GeoGebra dan

peneliti akan merancang pembelajaran serta tampilan Program GeoGebra

untuk membantu kesulitan belajar siswa. Tampilan GeoGebra ini kemudian

diujikan di dalam kelas. Setelah pembelajaran dengan Program GeoGebra

(51)

H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan

yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Jika hasil tes

siswa meningkat dari hasil tes sebelum pembelajaran matematika dengan

topik bangun datar menggunakan fasilitas Program GeoGebra, maka

pembelajaran dengan Program GeoGebra ini dikatakan berhasil dalam

(52)

35

BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di pakai dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Penelitian

Kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara

fundamental bergantung pada pengamatan terhadap pengamatan terhadap

manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang

tersebut dalam bahasanya dan dalam peristiwanya (S.Margono, 2007:36).

Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan proses pembelajaran yang terjadi

di dalam kelas.

B. Subyek Penelitian

Penelitian ini meneliti 5 siswa SD kelas III SLB C Dharma Rena Ring

Putra II Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. Disini peneliti menggunakan

subyek yang mempunyai usia dan intelegensi yang setara. Namun tingkat

(53)

antar 51-70. Tiga dari lima siswa SLB ini bertempat tinggal di Panti Asuhan

karena sudah tidak punya orangtua dan mereka di kirim dari daerah Timor. Dan

siswa yang lain masih memiliki orangtua dan bertempat tinggal dirumah.

Mereka yang bertempat tinggal di Panti Asuhan memiliki penyakit fisik di

telinga (suka mengeluarkan cairan dan berbau), tetapi penyakit ini tidak

berpengaruh dengan intelegensi mereka. Obyek dari penelitian ini adalah

Pemanfaatan Program GeoGebra dalam membantu kesulitan siswa kelas III

SLB C Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta dalam memahami

bentuk-bentuk bangun datar.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah setiap hal dalam suatu penelitian yang

datanya ingin diperoleh. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variable, yaitu

variable bebas dan variable terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

penggunaan Program GeoGebra dalam pokok bahasan bangun datar, dan

variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar dan minat siswa dalam

pembelajaran matematika pokok bahasan bangun datar.

D. Jenis Data

(54)

1. Data kesulitan siswa dan keterlibatan belajar siswa.

Data kesulitan belajar siswa ini di peroleh dari hasil tes diagnostikt yang

dilakukan oleh peneliti sebelum dilakukan pembelajaran melalui Program

GeoGebra. Dan juga melalui hasil wawancara oleh guru kelas.

Keterlibatan minat siswa diperoleh dari hasil observasi kelas saat proses

pembelajaran melalui Program GeoGebra ini berlanjut.

2. Data hasil belajar siswa

Data hasil belajar siswa ini diperoleh dari hasil tes hasil belajar yang

diberikan setiap pembelajaran melalui Program GeoGebra ini berlangsung.

Dan juga wawancara guru kelas tentang keberhasilan yang diperoleh siswa

dengan pemanfaatan Program GeoGebra ini .

E. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperukan dalam melakukan penelitian,

peneliti menggunakan beberapa metode, yaitu:

1. Pengamatan

Pengamatan merupakan kegiatan mengumpulkan data dengan cara

mengamati kegiatan suatu subyek, kemudian membuat dokumentasi

mengenai data tersebut. Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data

mengenai keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika dengan

(55)

dengan dibantu beberapa mahasiswa lain untuk mencatat proses

pembelajaran dalam lembar observasi.

Untuk pengisian lembar pengamatan hanya menuliskan tanda cek

() pada kolom Ya atau Tidak sesuai dengan keadaan yang diamati. Hal-hal

yang diamati sebagai bentuk dari aktivitas siswa adalah sebagai berikut :

a. Siswa memperhatikan pelajaran dengan seksama selama proses

pembelajaran berlangsung

b. Siswa tidak mengerjakan pekerjaan lain

c. Siswa tidak terpengaruh oleh situasi di luar kegiatan belajar mengajar

selama pembelajaran berlangsung

d. Siswa berusaha menjawab pertanyaan Guru

e. Siswa berdiskusi dengan teman lain mengenai materi

f. Siswa mau mencoba Program GeoGebra dalam proses pembelajaran

berlangsung

g. Siswa terlihat tertarik dengan Program GeoGebra

h. Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru tentang penggunaan

GeoGebra

i. Siswa bertanya kepada Guru apabila mengalami kesulitan mengenai

(56)

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data dengan cara

mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang informan atau autoritas

atau seorang ahli yang berwenang dalam suatu masalah. Tujuan

wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang

pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh

orang yang diwawancarai. Wawancara ini di lakukan sebelum dan sesudah

proses pembelajaran berlangsung, agar peneliti tahu apakah hasil sebelum

dan sesudah pembelajaran ini berlangsung dapat meningkatkan minat dan

keterlibatan belajar siswa. Berikut kisi-kisi wawancara dengan guru kelas

sebagai berikut:

a. Menanyakan pengaruh-pengaruh yang terjadi pada siswa Tunagrahita

dari hasil tes diagnostik.

b. Menanyakan apakah anak-anak SLB dapat dibantu dengan Program

GeoGebra yang akan peneliti bawa.

c. Menanyakan apakah siswa-siswi SLB dapat mengikuti intruksi dan

tidak menggangu dalam proses pembelajaran di kelas.

3. Lembar Hasil Belajar Siswa

Tes Diagnostik untuk tingkat kesulitan siswa dalam materi bangun datar.

(57)

a. Menentukan bangun datar segitiga

b. Menentukan bangun datar lingkaran

c. Menentukan bangun datar segi empat

Dalam menentukan ketiga bangun datar tersebut, Peneliti

membuat berbagai macam bentuk bangun datar, setelah itu siswa

memilih mana yang bangun segitiga, segi empat, dan lingkaran.

4. Lembar Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar ini diberikan setelah proses pembelajaran dengan

menggunakan Program GeoGebra selesai diberikan.

Berikut ini merupakan kisi-kisi tes hasil belajar dengan menggunakan

Program GeoGebra:

a. Siswa dapat menentukan bangun datar segitiga di dalam berbagai

bentuk bangun datar lainnya.

b. Siswa dapat menentukan bangun datar segi empat di dalam berbagai

bentuk bangun datar lainnya.

c. Siswa dapat menentukan bangun datar lingkaran di dalam berbagai

(58)

5. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto aktifitas siswa saat

proses pembelajaran berlangsung. Dokumentasi ini digunakan untuk

memperkuat data hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

F. Instrumen Penelitian

Dalam pengumpulan data, instrumen penelitian yang digunakan peneliti

untuk menjawab rumusan masalah, yaitu:

1. Lembar pengamatan

Lembar pengamatan ini berfungsi untuk mencatat hal-hal yang terjadi

selama proses pembelajaran berlangsung

2. Lembar wawancara

Lembar wawancara berupa pertanyaan garis besar tentang siswa dan tentang

bagaimana proses pembelajaran ini berlangsung

3. Lembar Tes Diagnostik dan Lembar Tes Hasil Belajar

Lembar kerja siswa ini berupa tes diagnostik dan tes hasil belajar setelah

proses pembelajaran dengan menggunakan Program GeoGebra untuk

(59)

G. Validasi Instrumen

Untuk mengetahui validitas setiap instrument pada penelitian ini,

peneliti melakukan teknik penilaian pakar. Teknik penilaian pakar digunakan

untuk mengetahui validitas instrument soal diagnostik, dan soal test hasil

belajar.

H. Analisis Data dan Penarikan Kesimpulan

Pada bagian ini peneliti mengamati data-data yang akan dianalisis sesuai

dengan instrument-instrumen yang telah digunakan oleh peneliti. Berikut

teknik analisis yang akan digunakan oleh peneliti:

1. Analisis data kesulitan siswa pada tes diagnostik

Peneliti menganalisis hasil tes diagnostik dengan materi bangun datar.

Penilaian ini berdasarkan analisa hasil gambar, bila gambar yang

dituliskan benar maka diberi nilai (1), bila gambar yang dituliskan di

dalam hasil pekerjaan mereka adalah gambar yang salah maka diberi nilai

(-1), dan bila mereka tidak mengerjakan diberi nilai (0). Nilai maksimal

dari test yang diberikan adalah 10, dari nilai yang sudah didapat akan

dikalikan dengan 10 agar nilai maksimal menjadi 100. Batas ketuntasan

yang diberikan oleh sekolah luar biasa ini umtuk mata pelajaran

(60)

67 siswa-siswa tersebut akan diberikan pelajaran ulang oleh peneliti

dengan menggunakan media GeoGebra.

2. Wawancara dengan guru kelas

Peneliti berbincang-bincang dengan guru kelas mengenai hasil yang

dicapai siswa di hasil test awal. Peneliti menanyakan apa sajakah yang

menjadi kesulitan-kesulitan siswa SLB mengenai materi bangun datar, dan

menanyakan hal-hal apa saja yang perlu ditekankan kepada siswa SLB,

agar pemberian materi dengan Program GeoGebra di keesokan hari dapat

berjalan dengan lancar. Peneliti juga menanyakan bagaimana cara – cara

pemberian materi yang baik, dan cara pengucapan yang baik agar

siswa-siswa SLB tersebut tidak tersinggung dan tidak bosan dengan materi yang

diajarkan oleh peneliti. Sehingga kesiapan peneliti dalam pemberian

materi dapat berjalan dengan lancar.

3. Tes hasil belajar dengan menggunakan Program GeoGebra

Ketentuan analisis pada test akhir ini sama halnya dengan analisis pada

test awal. Setelah pembelajaran dengan Program GeoGebra selesai, maka

hasil dari test yang diberikan setelah proses pembelajaran ini selesai

diperoleh dengan perhitungan seperti penilaian pada hasil tes diagnostik

sebelumnya. Hasil-hasil nilai yang diperoleh pada test akhir ini lalu

dibandingkan dengan test awal sebelum pembelajaran dengan GeoGebra

(61)

berarti pemanfaatan pembelajaran dengan menggunakan Program

GeoGebra berhasil dan dapat membantu kesulitan siswa SLB dalam

materi pembelajaran bangun datar.

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap persiapan

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan beberapa

persiapan, yaitu:

a. Menghubungi pihak kepala sekolah SLB untuk memberitahukan

maksud dan tujuan penelitian serta meminta ijin untuk penelitian.

b. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam proses

pembelajaran dalam penelitian.

c. Melakukan diskusi dengan guru kelas mengenai subyek penelitian dan

materi yang akan diberikan.

d. Menyiapkan surat-surat penelitian dan beberapa instrument

pengumpulan data.

e. Mempelajari karateristik siswa SLB dalam proses observasi.

2. Rencana Kegiatan

Peneliti dibantu dengan guru kelas melakukan kegiatan belajar

(62)

agar anak-anak tetap dalam kondisi tenang, dan tidak ribut. Kegiatan yang

dilakukan peneliti antara lain adalah:

a. Wawancara tidak terstruktur kepada guru kelas, guna mengetahui

karateristik siswa dalam proses pembelajaran di kelas

b. Melakukan observasi selama beberapa kali guna mengetahui proses

belajar mengajar siswa dan guru di kelas. Observasi dilakukan pada

hari senin dan selasa tanggal 8 Oktober 2012 ,9 Oktober 2012 ,15

Oktober 2012 dan 16 Oktober 2012, sebab pembelajran matematika

terdapat pada hari senin dan selasa dalam seminggu.

c. Memberikan sedikit pembelajaran mengenai bangun datar di kelas

tanpa Program GeoGebra, guna mengetahui apakah siswa mengalami

kesulitan atau tidak dalam mempelajari bangun datar. Pembelajaran

dilakukan pada hari senin tanggal 22 Oktober 2012, pembelajaran ini

dilakukan peneliti dengan media papan tulis.

d. Memberikan soal tes diagnostikt, guna mengukur apakah siswa sudah

mengerti mengenai materi bangun datar atau perlu dibantu oleh

peneliti dengan Program GeoGebra yang direncanakan. Soal tes

diagnostikt ini dilakukan pada hari selasa tanggal 23 Oktober 2012,

peneliti ingin mengetahui apakah siswa perlu dibantu dengan Program

GeoGebra atau tidak dengan melihat hasil tes diagnostikt yang

(63)

e. Memperkenalkan Program GeoGebra serta memberikan pembelajarn

dengan Program GeoGebra, sebab siswa masih perlu dibimbing secara

lanjut mengenai Program GeoGebra.

f. Memberikan soal remidial setelah proses pembelajaran dnegan

Program GeoGebra sudah selesai. Subyek penelitian adalah siswa

kelas III berjumlah 4 siswa, sebab yang 1 siswa tidak bias mengikuti

pembelajaran secara lanjut disebabkan karena tidak dapat dikontrol

oleh guru kelas. Test remedial ini dilakukan 2 kali di hari selasa dan

(64)

47

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN, DESKRIPSI DATA, DAN

ANALISIS DATA

1. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SLB C Dharma Rena Ring Putra II

Yogakarta yang berada di jalan kusumanegara 105 B Yogyakarta. Dalam

pembelajaran melalui Program GeoGebra dengan materi bangun datar ini,

peneliti diminta oleh Guru kelas untuk memberikan pembelajaran terlebih dahulu

mengenai materi yang terkait guna untuk mereview kembali ingatan siswa,

setelah proses pembelajaran ini selesai maka peneliti akan melihat tingkat

kesulitan siswa dengan memberikan tes diagnostik. Penelitian ini dilakukan

sebanyak dua kali, dan di setiap pertemuannya akan diberikan teshasil belajar

untuk melihat tingkat keberhasilan siswa.

Pelaksanaan penelitian akan dilalui dengan berbagai macam rangkaian

kegiatan mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga memperoleh hasil penelitian

dan analisnya, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Observasi sebelum pembelajaran

Observasi dilakukan sebanyak 4 kali setiap hari senin dan selasa

(65)

Oktober 2012. Observasi dilakukan untuk mengetahui model pembelajaran

yang dipakai oleh siswa SLB C ini. Dan juga agar peneliti tahu apa saja

yang menjadi kendala siswa dalam pembelajaran. Observasi ini juga berguna

menjadi sarana untuk mengakrabkan diri agar lebih dekat dengan siswa SLB

C.

Peneliti pertama kali melakukan observasi tentang keadaan sekolah

dan siswa-siswa yang bersekolah di SLB ini. Sekolah ini merupakan sekolah

yang terdiri dari siswa TK , SD, SMP, serta SMA. Sekolah ini juga tidak

terletak di pinggir jalan raya, jadi suasana pembelajaran di kelas tampak

tenang karena jauh dari suara berkendara bermotor. Keadaan siswa yang

duduk di bangku TK, SD, SMP, maupun SMA juga terbilang akrab, mereka

seperti kakak beradik bila bermain dengan anak TK, namun tak dapat

dipungkiri juga jika masih terdapat beberapa anak tunagrahita yang suka

kasar bila sedang bermain dengan teman-temannya seperti memukul dan

menendang.

Pada observasi kedua peneliti mengikuti proses pembelajaran.

Pembelajaran yang ada di kelas yaitu mengenai materi penjumlahan. Peneliti

melihat bahwa guru kelas yang sedang melakukan proses pembelajaran

sangat sabar dalam membimbing siswa-siswa SLB C ini, sebab daya tangkap

mereka sangatlah lamban. Sesekali selingan juga guru kelas ini memberikan

(66)

belajar mereka sangatlah sebentar. Terkadang terdapat beberapa siswa

laki-laki yang sangat aktif dan tidak dapat diatur sebab mereka cari perhatian bila

terdapat mahasiswa yang sedang ikut dalam proses pembelajaran di kelas.

Pada observasi ketiga peneliti juga mengikuti proses pembelajaran di

kelas, di obesrvasi ketiga ini, peneliti ikut membantu proses belajar siswa.

Siswa-siswa yang peneliti bantu memang sangat lamban sekali menerima

informasi dari luar, peneliti sampai melakukan berkali- kali dalam membantu

pengerjaan tugas sekolah mereka. Terkadang, apa yang peneliti ajarkan

beberapa menit yang lalu, bila diulangi kembali mereka sudah lupa apa yang

telah mereka kerjakan. Disini guru dan peneliti memang harus sabar dalam

membimbing siswa-siswa SLB ini.

Pada observasi yang terakhir ini peneliti diminta oleh guru kelas

untuk memberikan pembelajaran dipapan tulis mengenai materi bangun datar

yang akan dijadikan obyek penelitian. Sebab materi ini sudah dipelajari saat

duduk di kelas 1 SD. Pembelajaran ini hanya untuk mengingatkan kembali

materi yang dulu pernah dipelajari, sebab anak SLB ini sangat susah untuk

mengingat kembali apa yang sudah dipelajari sebelumnya. Jadi benar apa

yang dikatakan oleh

2. Tes Diagnostik

Tes Diagnostik ini dilaksanakan pada hari Selasa, 16 Oktober 2012.

(67)

mengenai bangun datar untuk mereview kembali ingatan mereka. Disini

peneliti memberikan berbagai gambar-gambar seperti segitiga, lingkaran, dan

segi empat, dan siswa diminta menuliskan nomor berapakah gambar yang

dibantu oleh peneliti dengan menggunakan program GeoGebra. Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan oleh guru kelas adalah 67,

sehingga bila hasil dari tes diagnostik ini kurang dari 67 akan menjadi

subyek penelitian pembelajaran oleh peneliti dengan menggunakan program

GeoGebra. Selain dari hasil nilai diagnostik, peneliti juga mengamati

bagian-bagian mana saja atau gambar bangun apa yang sebagian besar siswa

SLB kurang paham. Hal ini akan menjadi patokan peneliti dalam proses

pembelajaran dengan program GeoGebra.

3. Wawancara dengan guru

Wawancara dengan guru dilakukan setelah tes diagnostik dibagikan.

Berhubungan setelah pembelajaran matematika adalah jam istirahat, peneliti

(68)

untuk mempersiapkan penelitian dengan GeoGebra diselanjutnya. Peneliti

menanyakan kembali tentang bagaimana dengan proses pembelajaran dengan

membawa laptop dan proyektor lcd, apakah anak-anak akan mengganggu

dan merusak alat-alat? Dan juga peneliti meminta masukan dan pendapat

selama proses pembelajaran yang sempat peneliti ajarkan adakah yang

kurang. Hal ini berguna untuk peneliti agar informasi yang didapat bisa

membantu proses pembelajaran dengan membawa program GeoGebra.

4. Rancangan Pembelajaran Bangun Datar dengan menggunakan Program

GeoGebra

a. Kegiatan Awal

i. Salam

ii. Mengkondisikan Kelas

Dalam mengkondisikan keadaan kelas Peneliti dibantu oleh

Guru kelas sangat memakan waktu lumayan lama. Disini karena sifat

dari anak-anak Tunagrahita yang memiliki sifat yang hiperaktif

membuat mereka sangat ribut dan tidak dapat dikontrol oleh Guru

kelas. Peneliti harus menunggu sampai mereka benar-benar diam baru

pembelajaran baru dimulai.

(69)

i. Peneliti menjelaskan mengenai bangun datar segitiga, bangun datar

segi empat, dan bangun datar lingkaran.

ii. Peneliti mulai menggambarkan macam-macam bentuk bangun datar

segitiga, bangun datar segi empat, dan bangun datar lingkaran melalui

media dengan Program GeoGebra.

iii. Peneliti memanggil siswa-siswa secara satu persatu untuk

menyebutkan bangun apakah yang digambarkan oleh peneliti.

c. Kegiatan Akhir

i. Peneliti menanyakan kembali kepada siswa mengenai pembelajaran

bangun datar yang tadi masih belum jelas dipahami oleh para siswa.

ii. Peneliti membagikan soal untuk evaluasi hasil belajar.

5. Pelaksanaan Pembelajaran Bangun Datar dengan menggunakan Program

GeoGebra

Pelaksanaan pembelajaran bangun datar ini dilaksanakan di kelas.

Peneliti sudah mempersiapkan alat proyektor dan komputer untuk

memberikan pelajaran bagi siswa-siswi SLB C ini. Disini peneliti yang

menerangkan materi bangun datar kepada siswa-siswi SLB, anak-anak hanya

cukup melihat, memperhatikan, dan menjawab pertanyaan dari peneliti.

(70)

terdapat seorang siswa yang bersifat hiperaktif sehingga tidak dapat dikontrol

oleh peneliti maupun guru kelas.

Pembelajaran bangun datar dengan program GeoGebra ini sangat

disukai oleh siswa-siswi SLB ini, karena mereka baru melihat adanya

gambar-gambar bangun datar yang bisa digerak-gerakkan di layar. Hal ini

dapat memacu semangat belajar mereka, sebab menurut metode fun learning

yang diartikan metode pembelajaran di mana seorang guru dapat

menciptakan suasana hangat dan menyenangkan dalam pembelajaran akan

membuat peserta didik dapat menerima yang diajarkan oleh guru dengan

mudah dan senang hati, dan bila informasi yang diberikan dapat dengan

mudah diterima maka anak akan mudah melakukan suatu perubahan.

Pada saat pembelajaran di hari pertama, mereka sangat maudalam

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang peneliti berikan, bahkan sesekali

mereka maju dan menunjukkan berapa jumlah titik yang terdapat pada

bangun datar tersebut. Bahkan bila peneliti sedang menunjuk salah satu

siswa yang akan disuruh maju untuk menunjukkan jawaban yang peneliti

berikan, mereka semua dengan ramainya menjawab pertanyaan yang peneliti

sampaikan. Bila terdapat siswa yang salah menjawab pertanyaan dari

peneliti, siswa-siswa yang lain berteriak dan memberikan jawaban yang

benar. Memang dari kelima siswa SLB ini, terdapat 3 siswa yang terbilang

(71)

kelima siswa SLB ini semua termasuk bisa untuk menjawab pertanyaan dari

peneliti walaupun terdapat siswa yang lamban unutk memberikan jawaban.

Berikut ini uraian kegiatan belajar selama penelitian berlangsung :

1. Pertemuan pertama

Pembelajaran pada pertemuan pertama ini terdiri dari

memperkenalkan bangun segitiga, segi empat, dan lingkaran.

Rangkuman kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

P : Peneliti S : Siswa U : Siswa 2

A : Siswa 1 B : Siswa 4 F : Siswa 3

G : Guru Kelas

Memperkenalkan bangun datar segitiga

P : Pagi adik –adik…

S : Pagi mbak..(tidak semua menjawab dengan serentak)

P : Disini mbk sudah membawa dan mempersiapkan alat-alat untuk membantu

kalian belajar bangun datar. Senang gak?

S : Senang mbk, “Mbak itu apa namanya?” (salah satu siswa menanyakan kepada

peneliti sambil memainkan lampu pada proyektor LCD)

P : Ini namanya viewer agar gambar pada laptop dapat muncul besar di dinding.

S : (Sibuk dengan alat-alat yang peneliti bawa, lalu di bantu oleh Guru kelas agar

kondisi kelas dapat tenang, walaupun tidak bisa tenang sekali karena kondisi anak-anak yang tidak dapat diperintah)

(72)

P :

A: Segitiga.

P : Yang lain tahu tidak ini bangun apa?

S : Segitiga (sebab siswa1 sudah menjawab duluan sehingga siswa yang lain hanya

mengikutinya saja.

P :

Iya benar ini bangun segitiga, kenapa siswa1 menyebutkan ini bangun segitiga?

A: Tidak tahu.

P : Yang lain tahu tidak kenapa ini disebut bangun segitiga? S : Tidak tahu..

P :

Ini disebut bangun segitiga, sebab mempunyai tiga titik. Titik A, titik B, dan Titik C. Paham adik –adik? (Peneliti hanya menekankan titik saja, karena pada

GeoGebra ini Peneliti bisa menggerakkan atau memainkan titik-titik tersebut untuk membentuk segitiga yang lain dan juga dikhawatirkan siswa tidak mengerti mengenai sisi pada bangun segitiga)

S : Iya.

P : Ini bangun apa lagi? (sambil memindahkan salah satu titik pada segitiga yang

sebelumnya, membentuk segitiga yang lebih besar dan beda bentuk dari segitiga yang sebelumnya)

S : (Diam sejenak)

A: Segitiga (disini siswa1 memang lebih pintar sedikit dari teman-temannya) P : Kenapa disebut bangun segitiga siswa1?

A: Tidak tahu.

P : Lho kok tidak tahu? Tadi kan mbak bilang, karena memiliki 3 titik, yaitu Titik

A, Titik B, dan Titik C. (sambil diikuti oleh siswa1).

Coba ini bangun apa lagi namanya? (peneliti menggerakkan sedikit salah satu

Gambar

Jendela grafik
Gambar 2.4  macam-macam bentuk bangun datar segi empat
Gambar 2.6 macam-macam bentuk bangun datar lingkaran
Gambar  2.16  tersebut memiliki berapa banyak bangun segitiga?
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

 Participative management : berperan serta aktif dalam kegiat-an yang terkait dengan pendidikan dan guru.. Kedudukan

Pertanahan Nasional kepada yang menangani ketransmigrasian atas areal yang dicadangkan untuk lokasi permukiman transmigrasi dengan wewenang untuk merencanakan peruntukan

The objectives of this study are to develop a new method for sin- gle tree stem detection based on high density ALS data using (i) point and object part level 3D shape descriptors,

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berguna kepada pengembangan pengelolaan sistem penjaminan mutu di Perguruan Tinggi khususnya di

Menurut Gosling dan Huang (2010), integritas harus dikaitkan dengan masalah komunitas. Integritas harus memberi dampak pada lingkungan. Konsistensi kata, sikap dan tindakan tidak

Prosedur pelaksanaan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas, sesuai dengan Standard Operating Procedures

para dosen yang ingin dihormati oleh mahasiswanya, jangan tinggalkan sholat malam. para pemimpin yang ingin dipatuhi oleh bawahannya, lakukan sholat malam