• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE EKSPERIMEN SEDERHANA DALAM PEMBELAJARAN KALOR TERHADAP SIKAP DAN PRESTASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 CAWAS KLATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH METODE EKSPERIMEN SEDERHANA DALAM PEMBELAJARAN KALOR TERHADAP SIKAP DAN PRESTASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 CAWAS KLATEN"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE EKSPERIMEN SEDERHANA DALAM PEMBELAJARAN KALOR

TERHADAP SIKAP DAN PRESTASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 CAWAS KLATEN

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh :

Nama : Mareta Nugraha Putri NIM : 041424031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

PENGARUH METODE EKSPERIMEN SEDERHANA DALAM PEMBELAJARAN KALOR

TERHADAP SIKAP DAN PRESTASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 CAWAS KLATEN

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh :

Nama : Mareta Nugraha Putri NIM : 041424031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2009

(3)
(4)
(5)
(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

! ! " ! " !

(7)
(8)

ABSTRAK

Mareta Nugraha Putri. Pengaruh Metode Eksperimen Sederhana Dalam Pembelajaran Kalor Terhadap Sikap dan Prestasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Cawas Klaten. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Pengaruh metode eksperimen sederhana dalam pembelajaran kalor terhadap sikap siswa kelas VII dan (2) Pengaruh metode eksperimen sederhana dalam pembelajaran kalor terhadap prestasi belajar siswa kelas VII.

Penelitian ini dilaksanakan pada Oktober-November 2008, dengan mengambil sampel sebanyak 60 siswa pada kelas VII SMP Negeri 1 Cawas Klaten.

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental murni, yaitu penelitian yang menggunakan treatment yang jelas dan melihat akibat dari treatment tersebut. Penelitian ini menggunakan kelas kontrol yang digunakan sebagai kelas pembanding dalam penggunaan metode. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif.

Instrumen yang digunakan adalah pretes, postes dan kuesioner. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa digunakan tes prestasi belajar (pretes dan postes) dan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran dengan metode eksperimen sederhana digunakan kuesioner sikap. Data tes prestasi belajar siswa yang diperoleh dianalisis dengan membandingkan skor pretes dan skor postes. Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data tersebut adalah tes-t dependen dan independent. Sedangkan data skor sikap siswa terhadap metode eksperimen sederhana diskor kemudian dikategorikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Metode eksperimen sederhana pada pembelajaran kalor berpengaruh terhadap sikap siswa. (2) Metode eksperimen sederhana pada pembelajaran kalor mempengaruhi prestasi belajar siswa kelas VII.

(9)

ABSTRACT

Putri, Mareta Nugraha. The Influence of a Simple Experiment method in the Learning of Heat for Students Attitude and Achievement of SMP Negeri 1 Cawas Klaten Seven Graders. Physics Education Study Program, Department of Science and Mathematics Education, Faculty of Teachers and Training Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta 2009.

This research was aimed to find out (1) The influence of a simple experiment in the learning of heat for seven grader students attitude and (2) The influence of a simple experiment method in the learning of heat for seven grader students achievement.

This research was held on October to November 2008. The sample of this research were 60 students of SMP Negeri 1 Cawas Klaten.

The type of this research was pure experimental which using clear treatment and seeing the effects from the treatment. This research also used a control class used at the comparator class in the use of the method. This research was a quantitative research.

(10)

KATA PENGANTAR

Kami panjatkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan berkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan skipsi dengan judul “Pengaruh Metode Eksperimen Sederhana Dalam Pembelajaran Kalor Terhadap Sikap dan Prestasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Cawas Klaten”

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pendidikan, pada program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Skripsi ini tidak akan tersusun tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segenap hati kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Romo Dr. Paulus Suparno, S.J, M.S.T. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan segala kasih, perhatian dan kesabaran.

2. Bapak Drs. Fr. Y. Kartika Budi, M.Pd., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah membantu dalam memperlancar proses penyelesaian skripsi. 3. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si., selaku Kepala Program Studi

Pendidikan Fisika yang telah membantu selama proses perkuliahan dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi.

4. Bapak Sugeng, Ibu Heni, Bapak Sunarjo dan Mas Agus selaku staf sekretariat JPMIPA yang telah membantu kelancaran dalam menyelesaikan skripsi.

(11)

5. Bapak Trihono S.Pd selaku kepala sekolah SMP N 1 Cawas, Klaten yang telah memberikan kesempatan, kerjasama dan dukungan selama penelitian. 6. Almarhum Bapak Benny Suprapto Amd. Pd selaku guru pembimbing yang

dengan semangat membantu sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan. 7. Adik-adikku tersayang kelas VII SMP N 1 Cawas, yang dengan semangat

membantu sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan.

8. Bapak dan Ibuku Sugiyono yang selalu mengasihiku dan memberikan seluruh cintanya untuk keberhasilanku.

9. Tunanganku Mas Agung Nugroho yang telah memberikan perhatian, dorongan, semangat serta cinta kasihnya untukku. Kau sangat berarti dalam hidupku.

10.Kakak dan adikku terkasih : Tiwi Kristanti, Setyo Tri Atmojo, Cahyo Asih Gunawan, Exellabia Goenti Tiatiara dan Shema Tienwan Gavriel atas kasih, doa, dukungan dan semangat yang telah diberikan.

11.Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Fisika : Aris, Dwi, Ika, Tia. 12.Teman-teman KKN : Reni dan Ison yang memberikan semangat dan

membantu dalam mengerjakan skripsi.

13.Spesial untuk kekasih jiwaku, Yesus Kristus. Bagi Dia sgala kemuliaan, hormat pujian dan kuasa sampai selama-lamanya.

Kami menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran akan kami terima dengan senang hati. Akhirnya kami berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 18 Februari 2009 Penulis

(12)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Pembimbing... ii

Halaman Pengesahan ...iii

Lembar Pernyataan Persetujuan ... iv

Halaman Persembahan... v

Pernyataan Keaslian Karya ... vi

Abstrak ... vii

Abstract ... viii

Kata Pengantar... ix

Daftar Isi ... xi

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Tabel... xv

Daftar Lampiran ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

(13)

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Pembelajaran Fisika ... 6

1. Pandangan Konstruktivisme terhadap pembelajaran... 6

2. Alat peraga ... 8

a. Klasifikasi alat peraga... 9

b. Jenis Alat peraga... 9

c. Manfaat alat peraga... 10

B. Metode Eksperimen... 10

C. Sikap... 11

1. Komponen sikap... 12

2. Ciri-ciri sikap ... 13

D. Prestasi Belajar... 14

E. Kalor ... 16

F. Hubungan Teori dengan Penelitian ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 24

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

C. Waktu dan Tempat Penelitian... 25

D. Treatment... 25

E. Instrument ... 34

1. Kuesioner Sikap Siswa ... 34

2. Pretes dan postes ... 36

(14)

F. Validitas Instrumen ... 45

G. Metode Analisis Data ... 45

1. Kuesioner Sikap Siswa ... 45

2. Pretes dan postes ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 51

B. Data Penelitian ... 53

1. Kuesioner Sikap Siswa ... 53

2. Tes Prestasi Belajar Siswa ... 56

C. Analisis Data dan Pembahasan ... 60

1. Analisis Sikap Siswa ... 60

2. Analisis Prestasi Belajar Siswa ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN ... 71

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Molekul zat padat... 18

Gambar 2.2

Molekul zat cair ... 18

Gambar 2.3

Molekul zat gas ... 19

Gambar 2.4

Skema perubahan wujud... 19

Gambar 3.1

Rangkaian percobaan pengaruh kalor terhadap suhu benda... 26

Gambar 3.2

Rangkaianpercobaan perubahan wujud mencair dan membeku... 28

Gambar 3.3

Rangkaian percobaan perubahan wujud melenyap dan menyublim ... 29

Gambar 3.4

Rangkaian percobaan perubahan wujud menguap dan mengembun ... 30

Gambar 3.5

Rangkaian percobaan perpindahan kalor secara konduksi ... 32

Gambar 3.6

Rangkaian percobaan perpindahan kalor secara konveksi ... 33

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data percobaan pengaruh kalor tehadap suhu ... 27

Tabel 3.2 Data percobaan pengaruh kalor terhadap wujud benda... 28

Tabel 3.3 Data percobaan melenyap dan meyublim... 30

Tabel 3.4 Data percobaan menguap dan mengembun ... 31

Tabel 3.5 Distribusi soal kuesioner sikap menurut indikatornya ... 35

Tabel 3.6Soal Pretes dan Postes berdasarkan materi dan kriteria pemahaman yang dicapai... 37

Tabel 3.7 Jumlah soal menurut materi, kriteria... 43

Tabel 3.8 Skor dan kriteria jawaban ... 46

Tabel 3.9Jumlah skor jawaban kuesioner sikap setiap siswa... 46

Tabel 3.10Distribusi sikap setiap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan alat peraga... 47

Tabel 3.11 Kategori Sikap Siswa ... 47

Tabel 3.12 Penskoran Untuk Setiap Kriteria ... 48

Tabel. 4.1 Skor dan kategori Sikap Siswa kelas Eksperimen ... 53

Tabel. 4.2 Skor dan kategori Sikap Siswa Kelas kontrol... 55

Tabel 4.3 Skor Pretes dan Postes Kelas Eksperimen... 57

Tabel 4.4 Skor Pretes dan Postes Kelas Kontrol ... 58

Tabel 4.5 Jumlah siswa menurut kategori sikap pada kelas eksperimen... 60

Tabel 4.6 Jumlah siswa menurut kategori sikap pada kelas kontrol ... 61

Tabel 4.7 Analisis Data Kelas Eksperimen... .63

Tabel 4.8 Analisis Data Kelas Kontrol ... 64

(17)

Tabel 4.9 Analisis Skor Pretes Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 65 Tabel 4.10 Analisis Skor Postes Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 66

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat permohonan ijin penelitian... 72

Lampiran 2. Surat keterangan telah melakukan penelitian ... 73

Lampiran 3. Surat Permohonan Peminjaman Alat ... 74

Lampiran 4.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas eksperimen... 75

Lampiran 5.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol... 88

Lampiran 6. Soal Pretes-Postes ... 97

Lampiran 7. Jawaban Pretes-Postes... 101

Lampiran 8. Jawaban Tes siswa ... 105

Lampiran 9. Kuesioner... 108

Lampiran 10 Jawaban Kuesioner siswa ... 109

Lampiran 11. Foto Pembelajaran... 110

Lampiran12. Gambar Alat peraga ... 111

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang kegiatannya didominasi oleh siswa. Yang ditekankan bukan bagaimana guru mengajar, melainkan bagaimana guru menciptakan situasi, merancang kegiatan, membimbing dan membantu siswa, sehingga siswa terlibat dalam kegiatan yang relevan dan berkesinambungan. Dengan kata lain kualitas pembelajaran tidak terletak bagaimana baik tidaknya guru memberi informasi atau menerangkan, tetapi terletak pada kualitas dan kuantitas keterlibatan siswa dalam proses belajar, seberapa banyak siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan aktif membentuk pengetahuannya sendiri serta memunculkan motivasi untuk menemukan pengetahuan baru. Pelajaran fisika bertujuan agar siswa menguasai konsep-konsep fisika dan mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi oleh sikap-sikap ilmiah untuk memecahkan masalah fisika.

(20)

senang dan tidak senang itu berpengaruh terhadap prestasi siswa dalam pembelajaran fisika. Rasa senang tidaknya dalam diri siswa seharusnya mendapat perhatian khusus dari guru, sehingga siswa tidak takut pada pelajaran fisika.

Dunia pendidikan semakin dituntut peranannya untuk dapat menghasilkan manusia yang berkualitas. Jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama merupakan tempat untuk menyiapkan sumber daya manusia yang handal. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan tidak dapat lepas dari proses belajar mengajar. Peningkatan kualitas pendidikan harus diawali dari proses belajar mengajar karena proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama di sekolah. Proses belajar mengajar sendiri nantinya akan terkait dengan masalah prestasi belajar sebagai hasil akhir dari belajar itu sendiri.

(21)

Dari masalah-masalah yang timbul seperti diatas, maka untuk meningkatkan mutu pendidikan fisika dalam proses pembelajaran perlu memaksimalkan penggunaan alat peraga dan alat laboratorium. Salah satu metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam proses membangun pengetahuan adalah metode eksperimen sederhana.

Metode eksperimen sederhana akan menimbulkan minat siswa terhadap materi yang akan disampaikan oleh pengajar, sehingga siswa tertarik untuk terlibat dalam proses kegiatan belajar. Dengan demikian pembelajaran khususnya fisika dengan metode eksperimen sederhana diharapkan lebih baik dibandingkan dengan metode ceramah. Untuk melakukan perubahan tersebut, yang perlu dilakukan dalam pembelajaran fisika adalah menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan dengan mengoptimalkan penggunaan alat peraga dan alat laboratorium. Ketika siswa sudah mulai senang dan tertarik dengan metode eksperimen sederhana diharapkan dapat mempengaruhi sikap siswa dalam proses belajar mengajar yang pada akhirnya prestasi siswa dapat meningkat.

Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti sikap dan prestasi siswa yang disebabkan oleh penggunaan alat peraga serta alat laboratorium dalam pembelajaran kalor.

(22)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan diskripsi latar belakang ini, maka dapat ditarik beberapa pokok permasalahan yang perlu dikaji dalam penelitian :

1. Bagaimana pengaruh metode eksperimen sederhana dalam pembelajaran kalor terhadap sikap siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cawas Klaten ?

2. Apakah metode eksperimen sederhana dalam pembelajaran kalor mempengaruhi prestasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cawas Klaten ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh metode eksperimen sederhana pada pembelajaran kalor terhadap sikap siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cawas Klaten

(23)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru dan calon guru

Menambah pengetahuan dan wawasan terhadap metode eksperimen sederhana terhadap sikap dan prestasi belajar siswa.

2. Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam hal menentukan kebijaksanaan dan dalam evaluasi kebijaksanaan terutama yang berkaitan dengan upaya peningkatan kemampuan fisika siswa yang akhirnya akan menambah mutu sekolah.

3. Universitas

(24)

6 BAB II LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Fisika

1. Pandangan Konstruktivisme terhadap pembelajaran

(25)

Menurut Piaget (dalam Suparno, 2001:117-118), pengetahuan seseorang merupakan abstraksi atas suatu obyek atau hal. Piaget membedakan adanya dua macam abstraksi: abstraksi sederhana dan abstraksi reflektif.

a. Abstraksi sederhana adalah abstraksi yang didasarkan pada obyek itu sendiri. Dalam abstraksi ini, orang menemukan sifat-sifat obyek itu sendiri secara langsung. Pengetahuan tersebut merupakan abstraksi langsung atas obyek itu.

b. Abstraksi reflektif adalah abstraksi yang didasarkan pada koordinasi, relasi, operasi, dan penggunaan yang tidak langsung keluar dari sifat obyek-obyek itu. Abstraksi ditarik tidak dari obyek itu sendiri, tetapi dari tindakan terhadap obyek itu.

(26)

menyediakan alat-alat yang mendorong agar siswa aktif (Suparno, 2001:143).

Secara khusus Moates mengatakan bahwa konsepsi sebagai gambaran mental tentang suatu konsep terbentuk sebagai hasil aktivitas manusia baik mental maupun fisik yang disebutkan sebagai proses persepsi, yaitu proses memberi arti pada sederetan informasi yang berhasil ditangkap dan direkam oleh indra, dan menempatkannya pada stuktur kognitif yang telah terbentuk sebelumnya (Kartika Budi, 1998: 168).

2. Alat peraga

Banyak cara untuk mencapai keberhasilan dalam mengajar. Keaktifan siswa dalam mencoba atau mengerjakan sesuatu amat besar artinya dalam pendidikan dan pengajaran. Percobaan-percobaan yang siswa lakukan akan memantapkan hasil studinya. Untuk menjadikan sesuatu yang sulit atau belum diketahui menjadi jelas dan mudah maka guru dapat menggunakan alat peraga sebagai alat yang digunakan untuk mempermudah siswa memahami pelajarannya.

(27)

Alat peraga menurut (Adimassana, 2007:52) adalah salah satu bentuk dari alat bantu pembelajaran yang berfungsi untuk meragakan atau merepresentasikan suatu benda, karena benda yang sebenarnya tidak dapat ditunjukkan secara langsung atau tidak dapat dibawa. Contoh: gambar, lukisan, foto dan lain-lain.

Dengan menggunakan alat peraga di dalam pengajaran berarti memberikan pengalaman belajar kepada siswa mulai dari sesuatu yang abstrak menuju kepada sesuatu yang konkrit

a. Alat peraga menurut (Sriyono, 1992:123) diklasifikasikan sebagai berikut :

1). Alat peraga visual

Segala sarana yang dapat mempengaruhi daya pikir siswa lewat panca inderanya, dengan cara memperlihatkan benda aslinya, benda tiruan, gambar atau yang sejenisnya.

2). Alat peraga auditif

Segala sarana yang dapat mempengaruhi daya pikir siswa dengan cara menerangkan, memberikan persamaan kata, contoh-contoh kalimat dan sebagainya.

b. Jenis alat peraga menurut (Sriyono, 1992:123) diklasifikasikan sebagai berikut :

1). Alat peraga dua dimensi

(28)

2). Alat peraga tiga dimensi

Benda asli dan model. Alat ini mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tinggi.

c. Manfaat alat peraga menurut (Ruseffendi 1979:1)

1). Proses belajar mengajar termotivasi. Baik murid maupun guru, dan terutama murid, minatnya akan timbul. Ia akan senang, terangsang, tertarik, dan karena itu akan bersikap positif terhadap pengajaran.

2). Konsep abstrak tersajikan dalam bentuk konkrit dan karena itu lebih dapat dimengerti, dan dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat yang lebih rendah.

3). Hubungan antara konsep abstrak dengan benda-benda di alam sekitar akan lebih dapat difahami.

Konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkrit yaitu dalam bentuk model, dapat dipakai sebagai obyek penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi bertambah banyak.

B. Metode Eksperimen

(29)

Metode eksperimen dibedakan menjadi dua diantaranya : 1. Eksperimen terbimbing atau terencana.

Dalam eksperimen terbimbing seluruh jalannya percobaan sudah dirancang oleh guru sebelum percobaan dilakukan oleh siswa. Langkah-langkah yang harus dibuat siswa, peralatan yang harus digunakan, apa yang harus dimati dan diukur semuanya sudah ditentukan sejak awal. Data yang harus dikumpulkan dan kesimpulan mana yang akan dituju cukup jelas.

2. Eksperimen bebas.

Dalam eksperimen bebas, guru tidak memberikan petunjuk pelaksanaan percobaan secara rinci. Dengan kata lain, siswa harus lebih banyak berpikir sendiri, bagaimana akan merangkai rangkaian, apa yang harus diamati, diukur, dan dianalisis serta disimpulkan.

C. Sikap

(30)

sikap merupakan suatu respon evaluatif terhadap suatu rangsangan berupa informasi, obyek, gejala, atau peristiwa yang dialami. Respon tersebut dapat berupa pernyataan atau perilaku, misalnya menyenangkan, membosankan, menarik, bermanfaat, dan sebagainya. Sikap seseorang tampak dari pernyataan setuju atau tidak, mendukung atau tidak, senang atau tidak, sedangkan perilaku yang menyatakan sikap antara lain bekerja dengan sungguh, tekun, dan melakukan dengan senang hati.

Komponen-komponen sikap (menurut Azwar Syarifudin : 1996), sikap seseorang dipengaruhi oleh 3 komponen yang saling berhubungan yaitu komponen kognitif, komponen affektif, dan komponen tingkah laku.

a. Komponen kognitif

Berupa pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang didasarkan pada informasi yang berhubungan dengan obyek. Komponen kognitif yang melekat pada sistem tersebut meliputi menguntungkan atau tidak menguntungkan, baik atau buruk, dan diterima atau ditolak.

b. Komponen affektif

Komponen affektif menunjukkan pada dimensi emosional dari sikap yaitu emosi yang berhubungan dengan obyek. Obyek yang dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan dan disukai atau tidak disukai.

c. Komponen tingkah laku

(31)

kognotif dan affektif. Bila individu mempunyai sikap yang positif terhadap obyek, ia akan bersedia membantu, memperhatikan, dan membuat suatu yang menguntungkan obyek tersebut. Sebaliknya, jika ia mempunyai sikap yang negatif, ia kan mengencam, mencela, menyerang dan membicarakan kejelekan obyek tersebut.

Menurut Theresia Warsini (2000:13) ciri-ciri sikap terhadap suatu obyek sebagai berikut :

a. Merupakan gejala psikologis yang berhubungan dengan motivasi, emosi, persepsi dan proses kognitif.

b. Disertai perasaan atau emosi yang menimbulkan suatu penilaian terhadap suatu obyek mengenai rasa tertarik/tidak tertarik, baik/buruk, berguna/tidak berguna dan lain-lain.

c. Penilaian dan perasaan terhadap obyek menimbulkan sikap positif atau negatif.

d. Sikap menyebabkan kecenderungan untuk berbuat yaitu mendekati atau menjauhi obyek.

e. Bila terjadi kecenderungan untuk mendekati obyek maka ada keinginan untuk tahu dan belajar serta melibatkan diri.

f. Mengandung tiga komponen, meliputi komponen kognitif, komponen affektif, dan komponen tingkah laku

g. Sikap ditampakkan dalam bentuk pernyataan tingkah laku.

(32)

atau perilaku, misalnya menyenangkan, membosankan, menarik, bermanfaat, dan sebagainya. Sikap seseorang tampak dari pernyataan setuju atau tidak, mendukung atau tidak, senang atau tidak, sedangkan perilaku yang menyatakan sikap antara lain bekerja dengan sungguh, tekun, dan melakukan dengan senang hati.

D. Prestasi Belajar

Menurut Winkel (1986) prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang dicapai. Proses belajar yang dialami siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan atau pemahaman dalam bidang ketrampilan, nilai dan sikap. Adanya perubahan itu tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan siswa terhadap pertanyaan, tugas atau ujian yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar itu berbeda-beda sifatnya, tergantung dari bidang yang didalamnya siswa menunjukkan prestasi, misalnya dalam bidang pengetahuan dan pemahaman. Prestasi belajar adalah bukti yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dilakukan.

Menurut Fudyartanto (1975) prestasi belajar berkaitan erat dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan hingga seberapa jauh kemampuan yang dimiliki dalam menghadapi ujian untuk menyelesaikan soal-soal dengan baik. Pengertian prestasi belajar adalah taraf kemampuan anak untuk menguasai sejumlah pengetahuan dan ketrampilan.

(33)

diperoleh setiap orang adalah berbeda-beda. Keberhasilan siswa dalam belajar dapat diketahui dari evaluasi hasil belajarnya, yaitu dengan diberikannya tes prestasi atau test hasil belajar. Yang dimaksud dengan test hasil belajar adalah suatu test yang mengukur prestasi seseorang dalam suatu bidang sebagai hasil belajar yang khas, yang dilakukan secara sengaja yaitu dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan nilai. Hasil belajar yang khas dilakukan secara sengaja sebagai suatu hasil pengukuran disebut prestasi belajar, apabila hasil proses belajar merupakan kemampuan yang sungguh-sungguh aktual yang diperoleh sewaktu mempelajari suatu bahan pelajaran. Fungsi utama test hasil belajar adalah mengukur keberhasilan belajar siswa dan sekaligus pula mengukur keberhasilan guru dalam mengajar suatu mata pelajaran

Menurut Zainal Arifin (1990), ada 5 fungsi utama prestasi belajar antara lain :

1. Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik

2. Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

3. Sebagai bahan informasi dalam motivasi pendidikan, artinya bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam mengingatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.

(34)

indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan, sedangkan indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik dalam masyarakat.

5. Dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Apabila orang belajar, maka ia akan memperoleh hasilnya yaitu perubahan dalam dirinya. Sedangkan hasil yang diperoleh setiap orang adalah berbeda-beda. Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang diraihnya dan prestasi belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi belajarnya, yaitu dengan memberikan test.

E. Kalor

1. Pengertian Kalor

Kalor menurut Widagdo (2007:77) merupakan suatu bentuk energi. Kalor adalah perpindahan energi panas dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah. Kalori (kal) merupakan satuan kalor yang biasa digunakan untuk untuk menyatakan kandungan energi. Satu kalori adalah (1 kal) adalah yaitu banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 g air agar suhunya naik 10C. Satuan yang lebih besar adalah satu kilokalori (1 kkal). Yaitu banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 kg air agar suhunya naik 10C. Hubungan satuan kalori dan kilokalori adalah :

(35)

Kalor tergolong energi, maka satuan kalor juga dapat dinyatakan dalam joule (J). Hubungan satuan kalori dengan joule adalah :

1 kal = 4,2 J atau 1 J = 0,24 kal

2. Pengaruh kalor terhadap wujud benda

Kalor merupakan energi panas yang terima atau dilepaskan oleh sebuah benda. Kalor yang diterima oleh sebuah benda dapat mengubah suhu benda. Makin banyak kalor yang diberikan, makin banyak pula perubahan suhu pada benda. Dapat disimpulkan bahwa kalor mengubah suhu benda (Widagdo, 2007:79)

Menurut Widagdo (2007:80) pada perubahan wujud benda terjadi karena pengaruh kalor. Perubahan wujud dapat terjadi karena benda menerima kalor. Perubahan wujud juga dapat terjadi karena benda melepaskan kalor. Wujud benda menurut (Agustiyanti, 2008:48) dibedakan menjadi tiga diantaranya :

a. Zat padat

(36)

Gambar 2.1 Gambar molekul zat padat b. Zat cair

Letak partikel-partikelnya masih berdekatan tetapi susunannya tidak teratur. Tarik menarik antar partikelnya tidak begitu kuat sehingga partikel-partikel itu dapat bergeser dari tempatnya tetapi sukar untuk lepas dari kelompoknya. Hal ini yang menyebabkan bentuk zat cair tidak tetap tetapi volumenya berubah. Gambar 2.2 menunjukkan gambaran molekul pada zat cair.

Gambar 2.2 Gambar molekul zat cair c. Gas

(37)

Gambar 2.3 Gambar molekul zat gas.

Perubahan wujud zat menurut Widagdo (2008:82) dapat digambarkan pada skema berikut (Gambar 2.4) :

Gambar 2.4 Gambar skema perubahan wujud.

Pada peristiwa perubahan wujud ada yang memerlukan kalor, tetapi ada juga yang melepaskan kalor. Perubahan wujud yang memerlukan kalor adalah menguap, mencair, memuai sedangkan yang melepaskan kalor adalah mengembun, membeku, menyublim.

Perubahan wujud benda diantaranya:

a. Mencair, peristiwa perubahan wujud dari padat menjadi cair. b. Menguap, peristiwa perubahan wujud dari cair menjadi uap

atau gas.

c. Menyublim, peristiwa perubahan wujud dari gas menjadi padat.

Gas

Padat Cair

a d

f

e

(38)

d. Melenyap, peristiwa perubahan wujud dari padat menjadi gas. e. Mengembun, peristiwa perubahan wujud dari uap atau gas

menjadi cair.

f. Membeku, peristiwa perubahan wujud dari cair menjadi padat.

3. Kalor jenis dan kapasitas kalor

Menurut Widagdo (2008:90) kalor menyatakan banyaknya energi panas yang berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Sedangkan suhu menyatakan derajat panas suatu benda.

Pemberian kalor menyebabkan suhu benda berubah. Makin banyak kalor yang diberikan pada suatu benda, maka suhu benda tersebut makin tinggi. Sehingga kalor sebanding dengan perubahan suhu. Selain bergantung pada massa dan perubahan suhu, kalor yang diperlukan agar suhu benda naik juga bergantung pada jenis zat.

Maka kalor yang diperlukan agar suhu benda naik adalah : Q = m c ∆T

Keterangan :

Q = banyaknya kalor (kal atau joule) c = kalor jenis zat (J/kg C0atau kal/gr C0) m = massa zat (kg)

T= perubahan suhu (C0)

(39)

kapasitas kalor. Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan m gram zat agar suhunya naik 1C. Kapasitas kalor dirumuskan sebagai :

C = m c Keterangan :

C = kapasitas kalor ( J/kg )

c = kalor jenis zat (J/kg C0atau kal/gr C0) m = massa zat (kg)

4. Perpindahan Kalor

Ada tiga cara perpindahan kalor menurut Widagdo (2008:97) diantaranya : a. Konduksi

Konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu benda tanpa disertai perpindahan partikel benda itu. Perpindahan kalor secara konduksi berlangsung pada benda padat. Misalnya tembaga dipanaskan dan pada salah satu ujung tembaga kita pegang, tidak lama setelah ujung tembaga mengenai api ujung yang kita pegang terasa panas. Pada peristiwa konduksi partikel benda tidak berpindah, tetapi pertikel hanya bergetar disekitar posisinya saja. Penerapan perpindahan kalor secara konduksi dalam kehidupan sehari-hari contohnya setrika

b. Konveksi

(40)

konveksi terjadi pada benda cair atau gas yang mengalami pemanasan. Pada benda cair misalnya ketika merebus air pada panci. Pemanasan mengakibatkan air pada bagian bawah panci menjadi cepat panas, akibatnya air panas pada bagian panci akan naik dan air dingin pada permukaan panci kan turun. Dengan demikian terjadi perpindahan kalor. Sedangkan peristiwa perpindahan kalor di udara contohnya gerak asap pabrik yang mengalir ke atas. Pada perpindahan kalor secara konveksi disertai perpindahan partikel benda tersebut. Penerapan perpindahan kalor secara konveksi dalam kehidupan sehari-hari contohnya saa memasak air dalam panci.

c. Radiasi

(41)

F. Hubungan Teori dengan Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan berbagai macam dasar teori yang terkait dengan penelitian :

1. Membuat treatmen penelitian yaitu pembelajaran fisika menggunakan metode eksperimen sederhana dengan teori konstruktivisme.

2. Membuat instrument penelitian yaitu kuesioner sikap untuk mengetahui sikap siswa terhadap metode eksperimen sederhana dan soal tes dengan materi kalor untuk mengetahui prestasi belajar siswa. 3. Menganalisis data yang diperoleh kemudian memperoleh bukti apakah

(42)

24 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental murni, yaitu penelitian yang menggunakan treatment yang jelas dan melihat akibat dari treatment tersebut. Treatment yang digunakan peneliti ialah mengajar dengan metode eksperimen sederhana kemudian melihat pengaruh dari metode tersebut terhadap sikap dan prestasi siswa. Penelitian ini juga menggunakan kelas kontrol yang digunakan sebagai kelas pembanding dalam penggunaan metode. Pada kelas kontrol pembelajaran menggunakan metode ceramah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Disebut penelitian kuantitatif karena dibutuhkan data berupa angka-angka yang pada akhirnya akan dianalisis dengan menggunakan metode statistik.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cawas Klaten.

(43)

24 C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan

Tempat : SMP Negeri 1 Cawas Klaten. Waktu : 15 - 29 Oktober 2008

D. Treatment

Treatment yang dilakukan pada sampel adalah dengan melibatkan sampel pada proses pembelajaran fisika dengan metode eksperimen sederhana pada topik kalor. Peneliti mengajar dengan menggunakan alat peraga dan alat laboratorium fisika. Dengan menggunakan alat peraga dan alat laboratorium fisika siswa dapat mempunyai pengalaman langsung bersentuhan dengan obyek. Dengan cara ini siswa dapat menjalani proses mengkontruksi pengetahuan baik berupa konsep, ide maupun pengertian tentang sesuatu yang sedang dipelajarinya. Dalam konteks belajar seperti ini, aktivitas siswa menjadi syarat mutlak agar siswa mampu membangun pengetahuannya, bukan hanya untuk mengumpulkan banyak fakta melainkan dapat menemukan sesuatu (pengetahuan) dan mengalami perkembangan pemikiran sebagaimana yang telah dipaparkan pada dasar teori. Kegiatan pembelajaran diantaranya :

Kegiatan I : Pengaruh kalor terhadap suhu a. Tujuan Pembelajaran

(44)

b. Alat :

- Termometer - Air

- Gelas tahan panas - Korek api

- Pembakar spirtus (busen) - Tripot

- Kasa

c. Siswa diminta memasukkan air kedalam gelas sampai setengah gelas terisi, kemudian diletakkan diatas tripot yang beralaskan kasa.

d. Selanjutnya siswa diminta memasang termometer dengan menggunakan penyangga.

Gambar 3.1 Rangkaian percobaan pengaruh kalor terhadap suhu benda

(45)

f. Kemudian siswa diminta mengamati perubahan skala yang tertera pada termometer setiap 2 menit sebanyak 5 kali. Untuk setiap data yang diperoleh dimasukkn dalam tabel 3.1

Tabel 3.1 Tabel data percobaan pengaruh kalor terhadap suhu Waktu 2 menit 4 menit 6 menit 8 menit 10 menit Suhu air (00C)

Kegiatan II : Pengaruh kalor terhadap wujud benda a. Tujuan :

- Siswa dapat menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda dengan menggunakan alat.

b. Alat :

- Beker gelas tahan panas - Lilin

- Pemanas spirtus (busen) - Korek api

- Kertas HVS - Air

(46)

c. Percobaan ke 1: Mencair dan membeku

- Siswa diminta memasukkan lilin dalam gelas, dan diletakkan pada tripot yang beralaskan kasa.

- Kemudian siswa diminta memanaskannya dengan pembakar spirtus dan siswa mengamati perubahan yang terjadi pada lilin. - Setelah itu siswa diminta matikan pembakar spirtus, kemudian

siswa mengamati lilin yang ada dalam gelas.

Gambar 3.2 Rangkaian percobaan perubahan wujud mencair dan membeku

- Peneliti meminta siswa menuliskan hasil pengamatan pada tabel 3.2 yang telah disediakan.

Tabel 3.2 Tabel data percobaanmencair dan membeku Pembakar spirtus

dinyalakan

Pembakar spirtus dimatikan

(47)

Percobaan ke 2: Melenyap dan menyublim

- Siswa diminta memasukkan kapur barus kedalam gelas, kemudian siswa diminta meletakkan selembar kertas pada mulut gelas.

- Setelah itu siswa diminta memanaskannya diatas tripot yang sudah diberi kasa dengan pembakar spirtus.

- Selanjutnya siswa diminta mengamati kapur barus yang ada didalam gelas.

- Setelah siswa mengamati apa yang terjadi pada kapur barus, selanjutnya siswa diminta mengambil kertas yang kemudian diletakkan pada mulut gelas dan siswa mengamati apa yang terjadi pada kertas.

Gambar 3.3 Rangkaian percobaan perubahan wujud melenyap dan menyublim

(48)

Tabel 3.3 Tabel Data percobaan melenyap dan menyublim Kapur barus

dipanaskan

Yang menempel pada kertas

Penjelasan

Percobaan ke 3: Menguap dan mengembun

- Siswa diminta memasukkan air dalam gelas, kemudian diletakkan pada tripot yang beralaskan kasa dan dipanaskan dengan menggunakan pemanas spirtus sampai mendidih. - Selanjutnya siswa diminta mengamati, setelah itu siswa diminta

meletakkan kertas pada mulut gelas.

- Kemudian siswa diminta mengamati apa yang terjadi pada kertas tersebut

Gambar 3.4 Rangkaian percobaan perubahan wujud menguap dan mengembun

(49)

Tabel 3.4 Tabel data percobaan menguap dan mengembun

Air dipanaskan Yang terjadi pada kertas

Penjelasan

Kegiatan III : Menyelidiki perpindahan kalor a. Tujuan :

- Siswa dapat menyelidiki perpindahan kalor secara konduksi, konveksi dan radiasi dengan menggunakan alat peraga dan alat laboratorium.

b. Alat

- Batang besi - Lilin - Korek api

- Cerobong asap buatan - Obat nyamuk bakar c. Percobaan 1: Konduksi

- Siswa diminta memanaskan salah satu ujung besi pada lilin yang menyala

(50)

Gambar 3.5 Rangkaian percobaan perpindahan kalor secara konduksi

- Selanjutnya siswa diminta menuliskannya dilembar yang telah disediakan

Percobaan 2: Konveksi

- Siswa diminta menyalakan lilin dan membakar obat nyamuk. - Kemudian siswa meletakkannya lilin dibawah salah satu

cerobong dan meletakkan obat nyamuk bakar ditengah-tengah kotak.

- Setelah itu siswa diminta mengamati gerakan asap pada cerobong (asap lebih cepat dan banyak keluar pada cerobong A atau B).

(51)

Gambar 3.6 Rangkaian percobaan perpindahan kalor secara konveksi

- Selanjutnya siswa diminta menuliskan jawaban di kertas yang telah disediakan.

Percobaan 3: Radiasi

- Siswa diminta menyalakan lilin, kemudian siswa diminta mendekatkan tangan disekitar lilin tersebut

- Selanjutnya siswa diminta merasakan tangannya.

- Setelah itu siswa diminta menuliskan jawaban pada lembar jawab yang telah disediakan.

(52)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Dalam penelitian instrument yang digunakan ialah tes dan kuesioner.

1. Kuesioner sikap siswa

(53)

Tabel 3.5

(54)

Indikator Jumlah dilaksanakan seperti yang telah saya alami.

Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui prestasi belajar siswa sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen sederhana. Prestasi belajar dibatasi pada peningkatan antara pre tes dan post tes. Dengan menggunakan test ini diharapkan peneliti dapat melihat ada tidaknya peningkatan prestasi belajar.

(55)

Aspek kognitif yang dipakai empat jenis aspek yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Dalam soal uraian aspek sintesis dan evaluasi tidak diikut sertakan, karena aspek ini terlalu tinggi artinya membutuhkan kemampuan berfikir komplek untuk tingkat SMP. Kriteria soal untuk pretes dan postes berdasarkan materi dan pemahaman dapat dilihat pada tabel 3.6. Dan pada tabel 3.7 dituliskan jumlah soal menurut materi dan kriteria.

Tabel 3.6

Soal Pretes dan Postes berdasarkan materi dan kriteria pemahaman yang dicapai.

Materi Kriteria – kriteria pemahaman yang dicapai

(56)

Materi Kriteria – kriteria

2. Pemahaman 1. Berapa besar nilai satu

kalori?Jelaskan! 2. Ketika kita

(57)
(58)
(59)

Materi Kriteria – kriteria

(60)
(61)

Tabel 3.7

Jumlah soal menurut materi, kriteria.

(62)

Konsep Kriteria Jumlah soal

Alasan

3. Aplikasi 4 Menerapkan

konsep untuk memecahkan masalah secara teoritis maupun praktis.

4. Analisis. 4 Dapat menganalisis hubungan antar konsep dari pemahaman siswa sehingga siswa dapat menjawab soal-soal

(63)

F. Validitas Instrumen

Validitas mengukur atau menentukan apakah suatu test sungguh mengukur apa yang ingin diukur yaitu apakah sesuai dengan tujuan. Validitas menunjuk pada kesesuaian penuh arti, bergunanya kesimpulan yang dibuat peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Kesimpulan valid jika sesuai denga tujuan penelitian (Suparno, 2000).

Validitas dalam penelitian ini adalah validitas isi karena dalam mengukur sikap siswa digunakan instrument yang berupa kuesioner. Kuesioner disusun berdasarkan indikator sikap yang mencakup sikap siswa dalam pembelajaran lihat (tabel 3.5). Dan pembuatan tes disesuaikan dengan tujuan dan materi pelajaran yang diberikan. Dalam mengukur prestasi siswa instrument yang digunakan berupa test uraian karena memudahkan peneliti dalam melihat pemahaman siswa dalam pembelajaran. Penyusunan soal berdasarkan kisi-kisi soal yang memuat materi pelajaran dan kriteria pemahaman siswa (lihat tabel 3.6). Dan dalam pembuatan tes juga menggunakan validitas konstruksi, karena mengunakan kriteria pemahaman yang dicapai oleh siswa.

G. Metode Analisis Data 1. Sikap Siswa

(64)

dari pengisian kuesioner oleh siswa. Sikap dibatasi pada pernyataan senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, tertarik atau tidak tertarik terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Peneliti memberikan skor untuk tiap soal kemudian menjumlahkan skor yang diperoleh tiap siswa dan menentukan kriteria yang dicapai siswa. Tabel 3.8 dituliskan skor dan kriteria jawaban.

Tabel 3.8 Tabel Skor dan kriteria jawaban

Skor Kriteria Jawaban

1 sangat tidak senang, sangat tidak setuju, sangat tidak tertarik.

2 tidak senang, tidak setuju, tidak tertarik. 3 senang, setuju, tertarik.

4 sangat senang, sangat setuju, sangat tertarik.

Jumlah soal 5 dengan memiliki skor tertinggi 20. Pada tabel 3.9 tebel jumlah skor jawaban kuesioner sikap setiap siswa.

Tabel 3.9

Tabel jumlah skor jawaban kuesioner sikap setiap siswa Item Kuesioner Sikap

No Absen

siswa 1 2 3 4 5

(65)

Tabel 3.10 merupakan tabel distribusi sikap setiap siswa terhadap pembelajaran dengan metode eksperimen sederhana.

Tabel 3.10

Tabel distribusi sikap setiap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen sederhana.

No Absen siswa

Skor Sikap

Pada tabel 3.11 Tabel kategori sikap Tabel 3.11

Kategori Sikap Siswa Interval (%) Kategori Sikap

16 - 20 Sangat Positif 11 – 15 Positif

(66)

2. Soal Pretes dan Postes

a. Pemberian skor untuk hasil jawaban soal pretes dan postes pada tabel 3.12

Tabel 3.12

Penskoran Untuk Setiap Kriteria

Kriteria Jumlah Soal Skor Maksimum

1 4 4

2 4 8

3 4 12

4 4 16

Jumlah skor 40

Penilaian untuk masing-masing kriteria dan soal diuraikan di bawah ini:

1) Kriteria pertama (soal no 1 - 4) skor maksimal tiap soal 1. (a)Jika memberikan jawaban definisi yang jelas sesuai

pertanyaan skor 1.

(67)

2) Kriteria kedua (Soal no 5 - 8) skor maksimal tiap soal 2. (a)Jika memberikan jawaban yang benar dan alasan benar skor 2 (b)Jika memberikan jawaban yang benar dan alasan salah skor 1 (c)Jika tidak memberikan jawaban skor 0

3) Kriteria ketiga (Soal no 9 - 12) skor maksimal tiap soal 3. (a)Jika memberikan jawaban beserta data, masalah benar dan

analisis benar skor 3.

(b)Jika memberikan data, masalah benar dan analisis salah skor 2.

(c)Jika memberikan data benar, masalah dan analisis salah skor 1.

(d)Jika memberikan data, masalah dan analisis salah skor 0.

4) Kriteria keempat (Soal no 13-16) skor maksimal tiap soal 4. (a)Jika memberikan jawaban beserta data, masalah benar dan

analisis benar skor 4.

(b)Jika memberikan jawaban beserta data, masalah salah dan analisis benar skor 3.

(c)Jika memberikan jawaban beserta data, masalah benar dan analisis salah skor 2.

(68)

(e) Jika memberikan jawaban beserta data, masalah salah dan analisis salah skor 0.

b. Menganalisis nilai menggunakan statistik Uji–T dengan SPSS. Untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen sederhana mempengaruhi prestasi siswa, digunakan Uji-T dependent dengan level signifikan

α

= 0.05

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara prestasi siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode ekserimen sederhana dengan ceramah, digunakan uji-t independen level signifikan 0.05.

(69)

51 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 – 29 Oktober 2008. Penelitian dimulai dengan mempresentasikan hal-hal yang terkait dengan penelitan kepada guru. Hal ini dilakukan agar guru mengetahui penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas VII A dan VII B. Kelas VII A sebagai kelas eksperimen sedangkan kelas VII B sebagai kelas kontrol. Pembelajaran yang dilaksanakan peneliti di SMP Negeri 1 Cawas, hari dan jam belajar kedua kelas berbeda. Sehingga peneliti harus melakukan penelitian sebanyak 3 kali pertemuan untuk kelas VIIA dan 2 kali untuk kelas VII B.

Tanggal 15 Oktober 2008, pertemuan pertama untuk kelas VII A, peneliti memberikan soal-soal mengenai kalor sebagai tes awal ( pretes ) waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal pretes adalah 50 menit. Kemudian peneliti menjelaskan materi mengenai pengertian kalor dengan menggunakan metode eksperimen sederhana selama 40 menit

(70)

Tanggal 22 Oktober 2008, pertemuan kedua untuk kelas VII A peneliti melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen sederhana untuk menjelaskan pengaruh kalor terhadap wujud benda kalor jenis dan kapasitas kalor. Peneliti membentuk kelompok, tiap kelompok terdiri dari 2 siswa. Setiap kelompok mendapatkan alat, kemudian alat digunakan ketika guru menjelaskan atau selama pembelajaran berlangsung. Peneliti meminta salah satu kelompok untuk menjelaskan peristiwa yang telah dialami saat menggunakan alat dan kelompok yang lain dapat menambah jawaban untuk memperjelas. Pembelajaran ini dilakukan selama 90 menit.

Tanggal 24 Oktober 2008, pertemuan kedua untuk kelas VII B, peneliti melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan metode klasik yaitu ceramah untuk menjelaskan materi perpindahan kalor. Pembelajaran ini dilakukan selama 15 menit. Kemudian peneliti memberikan postes selama 50 menit. Setelah siswa selesai mengerjakan soal, peneliti memberikan kuesioner dan siswa diminta mengisi jawaban sesuai petunjuk kuesioner.

(71)

B. Data Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memperoleh data yang meliputi; kuesioner sikap siswa dan skor prestasi belajar siswa.

Data hasil penelitian sebagai berikut: 1. Sikap Siswa

Dengan menggunakan kuesioner sikap peneliti ingin mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen sederhana. Pada tabel 4.1 dituliskan skor dan kategori sikap setiap siswa pada kelas eksperimen.

Tabel. 4.1 Skor dan Kategori Sikap Siswa kelas Eksperimen

Kode siswa Skor Kategori

1 15 Positif

2 17 Sangat Positif

3 18 Sangat Positif

4 15 Positif

5 18 Sangat Positif

6 15 Positif

7 15 Positif

8 20 Sangat Positif

9 19 Sangat Positif

(72)

Kode siswa Skor Kategori 13 20 Sangat Positif 14 18 Sangat Positif 15 19 Sangat Positif 16 16 Sangat Positif

17 15 Positif

18 19 Sangat Positif

19 15 Positif

20 16 Sangat Positif 21 18 Sangat Positif

22 15 Positif

23 20 Sangat Positif 24 18 Sangat Positif 25 19 Sangat Positif

26 15 Positif

27 14 Positif

28 15 Positif

(73)

Pada tebel 4.2 dituliskan skor dan kategori sikap setiap siswa pada kelas kontrol.

Tabel. 4.2 Skor dan Kategori Sikap Siswa Kelas kontrol

Kode siswa Skor Kategori

1 9 Negatif

2 13 Positif

3 10 Negatif

4 14 Positif

5 10 Negatif

6 10 Negatif

7 12 Positif

8 11 Positif

9 14 Positif

10 15 Positif

11 10 Negatif

12 14 Positif

13 15 Positif

14 10 Negatif

15 11 Positif

16 15 Positif

17 13 Positif

(74)

Kode siswa Skor Kategori

19 14 Positif

20 13 Positif

21 9 Negatif

22 14 Positif

23 13 Negatif

24 11 Negatif

25 15 Positif

26 10 Negatif

27 13 Positif

28 11 Negatif

29 15 Positif

30 10 Negatif

2. Tes Prestasi Belajar Siswa

(75)

Tabel 4.3 Skor Pretes dan Postes Kelas Eksperimen Kode siswa Skor pretes Skor postes

1 18 32

2 19 32

3 13 30

4 12 26

5 20 34

6 14 32

7 17 29

8 24 36

9 21 32

10 18 33

11 12 20

12 14 24

13 17 30

14 8 25

15 24 35

16 14 29

17 16 32

18 14 33

19 21 34

(76)

Kode siswa Skor pretes Skor postes

21 18 26

22 20 33

23 13 30

24 20 28

25 10 24

26 21 33

27 15 30

28 17 34

29 14 22

30 20 37

Tabel 4.4 Skor Pretes dan Postes Kelas Kontrol Kode siswa Skor pretes Skor postes

1. 18 24

2 20 29

3 21 28

4 19 23

5 13 30

6 20 32

(77)

Kode siswa Skor pretes Skor postes

8 10 22

9 19 29

10 15 20

11 10 15

12 17 32

13 22 23

14 21 28

15 8 30

16 13 16

17 15 23

18 18 20

19 13 25

20 12 24

21 20 25

22 21 32

23 20 28

24 13 28

25 11 20

26 24 29

27 16 29

(78)

Kode siswa Skor pretes Skor postes

29 13 33

30 17 24

C. Analisis Data dan Pembahasan 1. Analisis Sikap Siswa

Berdasarkan data yang diperoleh maka peneliti dapat mengetahui sikap siswa dan mengkategorikannya menurut tabel kategori (lihat tabel 3.11). Berikut ini jumlah siswa menurut kategori sikap pada kelas eksperimen lihat tabel 4.5

Tabel 4.5 Jumlah Siswa Menurut Kategori Sikap Pada Kelas Eksperimen

Kategori Sikap Jumlah Siswa

Sangat Positif 20

Positif 10

Negatif -

(79)

Pada tabel 4.6 dituliskan jumlah siswa menurut kategori sikap pada kelas kontrol.

Tabel 4.6

Jumlah Siswa Menurut Kategori Sikap Pada Kelas Kontrol Kategori Sikap Jumlah Siswa

Sangat Positif -

Positif 18

Negatif 12

Sangat Negatif -

Secara keseluruhan pada tabel 4.5 dan 4.6 menujukkan bahwa sikap siswa terhadap pembelajaran dengan metode eksperimen sederhana sangat posif dibanding dengan pembelajaran dengan ceramah. Hal ini dapat dilihat lebih banyak siswa yang bersikap sangat positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen sederhana.

Untuk memperkuat dari hasil analisis sikap, peneliti juga menganalisis dengan menjumlahkan hasil skor sikap siswa seluruh kelas dibagi jumlah siswa seluruh kelas untuk mendapatkan rata-rata skor seluruh siswa.

Analisis skor rata-rata pada kelas eksperimen

(80)

setelah dimasukkan ke dalam tabel 3.11 kategori sikap, sikap siswa pada kelas eksperimen ialah sangat positif.

Analisis skor rata-rata pada kelas kontrol

= 12,2

setelah dimasukkan ke dalam tabel 3.11 kategori sikap, sikap siswa pada kelas kontrol ialah positif.

Hal ini dapat dilihat bahwa rata-rata skor pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding pada kelas kontol sehingga menunjukkan siswa bersikap sangat positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen sederhana.

2. Analisis Prestasi Belajar Siswa

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh metode eksperimen sederhana terhadap prestasi belajar siswa, maka peneliti menggunakan data satu kelompok yang dites 2 kali, yaitu pretes dan postes. Data tersebut dianalisis menggunakan tes-t dependen dan independen. Berikut ini hasil analisis data menggunakan program SPSS.

a. Analisis data pretes dan postes kelas eksperimen

(81)

Tabel 4.7 Analisis Data Kelas Eksperimen

Soal Mean Std. Deviasi N t Sig. 2 Tailed Pretes 16,933 4,152 30

Postes 30,267 4,234 30 -22,756 0,00

Selisih mean pretes dan postes adalah 13,333. Uji t menguji Ho: µpretes= µpostes, memberikan nilai t = -22,756

dengan derajat kebebasan = n -1 = 30 – 1 = 29. Output SPSS memberikan nilai p-value (sig. 2 tailed) = 0,00. Nilai p-value lebih kecil dari α = 0,05, sehingga merupakan bukti kuat menolak Ho: µpretes= µpostes. Kesimpulan, mean pretes dan

postes tidak sama atau dengan kata lain hasilnya signifikan. Jadi pembelajaran dengan metode eksperimen sederhana mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

b. Analisis data pretes dan postes kelas kontrol

(82)

Tabel 4.8 Analisis Data Kelas Kontrol

Soal Mean Std. Deviasi N t Sig. 2

Tailed

Pretes 16,467 4,108 30

Postes 26,033 4,796 30 -10,160 0,00

Selisih mean pretes dan postes adalah 9,567. Uji t menguji Ho: µpretes= µpostes, memberikan nilai t = -10,160

dengan derajat kebebasan = n -1 = 30– 1 = 29. Output SPSS memberikan nilai p-value (sig. 2 tailed) = 0,000. Nilai p-value lebih kecil dari α = 0,05, sehingga merupakan bukti kuat menolak Ho: µpretes= µpostes. Kesimpulan, mean pretes dan

postes tidak sama atau dengan kata lain hasilnya signifikan. Jadi strategi pembelajaran klasik atau ceramah mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

c. Analisis data skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(83)

independen untuk melihat apakah hasil belajar dengan kedua strategi pembelajaran tersebut sungguh-sungguh berbeda. Tabel 4.9 berikut adalah hasil analisis data nilai pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 4.9

Analisis Nilai Pretes Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol

Pretes Mean Std. Deviasi N t Sig. 2 Tailed

Kls.Eksperimen 16,933 4,152 30

Kls. Kontrol 16,467 4,108 30 0,438 0,663

Berdasarkan tabel di atas mean nilai pretes kelas eksperimen (µ1) dan kelas kontrol (µ2), yaitu 16,933 dan

16,467. Jumlah siswa (N) kedua kelas tersebut sama besar, yaitu 30 orang. Hasil uji-t independen untuk hipotesis Ho: µ1=

µ2 terhadap H1: µ1≠ µ2 memberikan nilai t = 0,438 dan

p-value(sig.2 tailed) = 0,663. Karena p-value lebih besar dari 0,05, maka Ho: µ1= µ2 diterima. Sehingga dapat disimpulkan

(84)

d. Analisis data skor postes kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Berdasarkan hasil analisis c, diperoleh bahwa rata-rata (mean) pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda atau tidak signifikan. Hasil analisis kemudian dilanjutkan dengan menganalisis data nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk melihat apakah purata (mean) postes kedua kelas ini sama atau berbeda. Peneliti menggunakan tes-t independen untuk menganalisis data tersebut. Tabel 4.10 berikut menunjukkan hasil analisis data nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 4.10

Analisis Nilai Postes Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol

Postes Mean Std. Deviasi N t Sig. 2 Tailed

Kls.Eksperimen 30,267 4,234 30

Kls. Kontrol 26,033 4,796 30 3,624 0,00

Berdasarkan tabel 4.10 mean nilai postes kelas eksperimen (µ1) dan kelas kontrol (µ2), yaitu 30,267 dan 26,033. Jumlah

siswa (N) kedua kelas tersebut sama besar, yaitu 30 orang. Hasil uji-t independen untuk hipotesis Ho: µ1= µ2 terhadap H1:

(85)

0,00. Karena p-value lebih kecil dari 0,05, maka Ho: µ1= µ2

diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa purata (mean) nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda.

(86)

68 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dan hasil analisis data pembelajaran fisika pada pokok bahasan kalor dengan menggunakan metode eksperimen sederhana dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengaruh metode eksperimen sederhana dalam pembelajaran kalor terhadap sikap siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cawas Klaten adalah sangat positif.

2. Penggunaan metode eksperimen sederhana dalam pembelajaran kalor mempengaruhi prestasi belajar siswa, hal ini terbukti adanya peningkatn hasil tes belajar siswa.

B. Saran

1. Bagi guru dan calon guru dapat lebih mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga pada topik pembelajaran yang lainnya yang relevan sehingga prestasi belajar siswa dapat lebih ditingkatkan kembali.

(87)

69 69 DAFTAR PUSTAKA

Adimassana. 2007. Bahan Kuliah Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Agustiyani, Retno. 2008. Aksi Fisika KTSP. Klaten Utara: Sinar Abadi. Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Instruksional, Prinsip-Teknik-Prosedur.

Bandung: PT. Remadja Rosdakarya.

Azwar, Syarifudin. 1996. Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Budi, Kartika. 1998. Pendidikan Sains Yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisius.

Budi, Kartika. 2001. Berbagai Srategi Untuk Melibatkan Siswa Secara Aktif Dalam Proses Pembelajaran Fisika di SMU, Effektifitasnya, dan Sikap Mereka Pada Stategi Tersebut. Widya Dharma, April, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Fudyartanto. 1975. Pengantar Psikologi Umum 1. Jakarta: Bina Aksara. Haryati, Mimin. 2007. Sistem Penilaian Pada KTSP. Jakarta: Erlangga. Mangunwiyoto, Widagdo. 2007. Pokok-pokok Fisika SMP untuk kelas VII.

Jakarta: Erlangga.

Masidjo. 1995. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Yogyakarta:Kanisius. Ruseffendi. 1979. Pengajaran Matematika Modern seri ke 4. Bandung:

Tarsito.

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta.

Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget.

Yogyakarta: Kanisius.

Suparno, Paul dkk. 2002. Revormasi Pendidikan Sebuah Rekombenasi.

Yogyakarta: Kanisius.

(88)

70 70 Warsini, Theresia. 2000. Studi Perbedaan Sikap, Motivasi, dan Prestasi Belajar Matematika Antara Kelas Unggulan dan Kelas Regular di

Kelas III SLTP Susteran Purwokerto. Skripsi Fakultas Kegururan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Winkel, W.S.. 1996. Psikologi Pengajaran edisi revisi. Jakarta: Gramedia.

(89)

71 71

(90)
(91)
(92)
(93)

75 75

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Cawas Klaten Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/Semester : VII/1 Alokasi waktu : 40 menit

Standar Kompetensi

- Memahami wujud zat dan perubahannya

Kompetensi Dasar

- Mendiskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Indikator

Siswa dapat memahami pengertian kalor.

Siswa dapat menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan suhu.

A. Materi Pokok : Kalor Pengertian Kalor

Kalor merupakan suatu bentuk energi. Kalor adalah perpindahan energi panas dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah. Kalori (kal) merupakan satuan kalor yang biasa digunakan untuk untuk menyatakan kandungan energi. Satu kalori adalah (1 kal) adalah yaitu banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 g air agar suhunya naik 10C. Satuan yang lebih besar adalah satu kilokalori (1 kkal). Yaitu

(94)

76 76 banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 kg air agar suhunya naik 10C. Hubungan satuan kalori dan kilokalori adalah :

1 kilokalori = 1000 kalori

Kalor tergolong energi, maka satuan kalor juga dapat dinyatakan dalam joule (J). Hubungan satuan kalori dengan joule adalah :

1 kal = 4,2 J atau 1 J = 0,24 kal

B. Kegiatan Pembelajaran. 1 Kegiatan I (awal/pendahuluan)

a. Guru menyapa siswa, tanya jawab berbagai hal terkait kondisi siswa. b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

c. Guru menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan.

2. Kegiatan II

a. Guru menjelaskan materi mengenai pengertian kalor.

b. Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.

c. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil termometer, air, gelas tahan panas, pemanas spirtus (busen), korek api, tripot, kasa.

d. Guru memperkenalkan nama dan kegunaan benda-benda tersebut kepada siswa.

e. Guru menjelaskan pengertian kalor dan menjelaskan pengaruh kalor terhadap suhu benda dengan menggunakan alat-alat yang telah disediakan bersama-sama siswa.

f. Sebelum melakukan percobaan, guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai percobaan yang akan dilakukan

(95)

77 77 3. Kegiatan III (akhir/penutup)

a. Guru meminta siswa untuk mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajari dalam pelajaran.

b. Guru memberikan pertanyaan secara lisan kepada siswa guna mengetahui sejauh mana siswa mengerti.

c. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya apabila ada kesulitan atau belum paham.

C. Sumber Belajar

1. Buku Fisika SMP untuk Kelas VII. 2. Alat.

a) Termometer b) Air

c) Gelas tahan panas d) Pemanas spirtus (busen) e) Korek api

Gambar

Tabel 4.10 Analisis Skor Postes Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ........... 66
Gambar 2.1 Gambar molekul zat padat
Gambar 2.3 Gambar molekul zat gas.
Gambar 3.1 Rangkaian percobaan pengaruh kalor terhadap suhu benda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Korporasi dapat dikenakan sebagai pelaku turut serta atau penyertaan terhadap perbuatan organ-organ yang ada didalamnya,

Dari cara yang digunakan yang dilihat adalah hasil dari gerak dasar menendang bola menggunakan kaki bagian dalam yaitu sebagian besar benar dan akurasi yang

Simpulan penelitian ini adalah penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan mengarang pada pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri

 Fermentasi yang lebih lama akan menghasilkan lendir yang tidak beracun yang tersusun dari bakteri asam laktat dan selulosa terlarut, yang disebut sebagai cuka biang....  Pada

Karena, selain untuk melakukan penindakan terhadap pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai, kegiatan patroli laut juga memiliki fungsi pencegahan terhadap terjadinya pelanggaran

Kegagalan GMIT Pola Tribuana Kalabahi akan pelayanan pastoral membawah GMIT Pola Tribuanan Kalabahi belum sepenuhnya dapat merealisasikan tugas gereja yang semestinya..

orientasi kawasan dengan penataan massa bangunan sudut simpangan dan penambahan suatu elemen estetis pada pusat / median simpangan jalan Bagian Utara kawasan terdiri dari

anda menjadi sehat, apabila anda dalam keadaan sakit atau melakukan healing untuk sesama maka lakukan lebih dari lima menit, paling lama 20 menit.BAB IIIENERGY HIDUP