• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BERPIKIR POSITIF PADA HARGA DIRI REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH BERPIKIR POSITIF PADA HARGA DIRI REMAJA"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh : Peni Andari Putri NIM : 069114059

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh : Peni Andari Putri NIM : 069114059

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)

Dr

Dosen Pem

r. A. Priyon

Dipers

P

Te

mbimbing

no Marwan,

ii siapkan dan

Peni Andar

0691140

lah Disetuj

SJ.

n ditulis oleh

ri Putri

059

jui Oleh :

h:

(4)
(5)

iv

Mereka yang berhasil adalah

mereka yang selalu berpikiran :

Pasti bisa !

(Erich Watson)

   

(6)

v  

Aku persembahkan skripsiku ini untuk :

Tuhan Yesus Kristus

Orang tuaku

Pasangan hidupku “Mas EU”

Adikku “David”

(7)
(8)

vii ABSTAK

Penelitian kuantitatif non-eksperimental ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berpikir positif pada harga diri remaja.Hipotesis yang diajukan adalah berpikir positif berpengaruh secara signifikan pada harga diri remaja. Subjek penelitian adalah 62 siswa-siswi SMA usia remaja. Data dikumpulkan dengan menyebarkan skala berpikir positif dan skala harga diri. Uji kesahihan skala berpikir positif memperoleh 44 aitem sahih dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,831. Uji kesahihan skala harga diri memperoleh 54 aitem sahih dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,929. Metode analisis data adalah analisis regresi linear sederhana. Koefisien regresi berpikir positif pada harga diri adalah 0,143 dengan p<0,01. Hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hasil ini menunjukkan berpikir positif berpengaruh pada harga diri remaja.

(9)

viii ABSTRACT

This quantitative non-experimental research aims to investigate the influence of positif thinking on adolescent’s self esteem. The hypothesis proposed says there is positive thinking significantly influence the adolesent’s self esteem. The subjects of this study are 62 male and female high school students. Data collected with the positive thinking scale and the self esteem scale. Positive thinking scale validity test shows 44 valid items with reliability coefficient of 0.831. Self esteem scale validity test produce 54 valid items with reliability coefficient of 0.929. Data analyzed using simple linear regression analysis. Results of analysis show regression coefficient = 0,143 with p<0,01. These results indicate positive thinking significantly influence the adolesent’s self esteem.

(10)
(11)

x

menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengaruh Berpikir Positif pada Harga Diri Remaja. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi pada Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih dan penhargaan atas bantuan dan dorongan dari segala pihak dalam penulisan skripsi, yaitukepada :

1. Dr. Ch. Siwi Handayani, S.Psi., M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2. Drs. Hadrianus Wahyudi M.Si, selaku pembimbing akademik yang selalu member dukungan dan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Dr. A. Priyono Marwan SJ, selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis untuk selalu berpikir postif. Terima kasih untuk bimbingannya.

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi, terima kasih untuk ilmu-ilmu jiwanya. 5. Seluruh staf non akademik Fakultas Psikologi (Mbak Nanik, Mas

(12)
(13)

xii

HALAMAN PERSETUJUAN ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii

HALAMAN MOTTO ……… iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ……… v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… vi

ABSTRAK ……… vii

ABSTRACT ……….. viii

PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ………... ix

KATA PENGANTAR ……….. x

DAFTAR ISI ………. xii

DAFTAR TABEL ………. xv

DAFTAR LAMPIRAN ………. xvi

BAB I. PENDAHULUAN ……… 1

A.Latar Belakang Masalah ……… 1

(14)

xiii

BAB II. LANDASAN TEORI ……….. 6

A.Harga Diri ………. 6

1. Pengertian Harga Diri ………... 6

2. Pembentukan Harga Diri ... 8

3. Domain Harga Diri ………... 9

4. Penggolongan Harga Diri ………... 11

5. Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri ……... 12

B.Harga Diri Remaja………. 15

C.Berpikir Positif ………. 17

1. Pengertia Berpikir ………... 17

2. Tipe-Tipe Berpikir ………... 17

3. Pengertian Berpikir Positif ……... 19

4. Komponen Berpikir Positif ………... 20

5. Dampak Berpikir Positif ……… 21

(15)

xiv

3. Ciri-Ciri Masa Remaja ... 24

E. Dinamika Pengaruh Berpikir Positif pada Harga Diri Remaja... 26

F. Hipotesis ... 28

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ……… 29

A. Jenis Penelitian ………... 29

B. Identifikasi Variabel Penelitian ……….... 29

C. Definisi Operasional ………... 29

D. Subjek Penelitian ………... 30

E. Metode Pengumpulan Data ………... 31

F. Alat Pengumpulan Data ………... 31

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Penelitian ……… 34

H. Metode Analisis Data ……… 40

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………….……… 41

A. Pelaksanaan Penelitian ... 41

(16)

xv

E. Pembahasan ……….. 44

BAB V. PENUTUP ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Keterbatasan Penelitian ……… 47

C. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(17)

xvi

Tabel 2 Blue Print Skala Berpikir Positif Sebelum Seleksi Aitem… 32

Tabel 3 Skor Aitem-Aitem Positif Skala Harga Diri ……… 33

Tabel 4 Skor Aitem-Aitem Negatif Skala Harga Diri ……… 33

Tabel 5 Blue Print Skala Harga Diri Sebelum Seleksi Aitem ……… 34

Tabel 6 Aitem-Aitem Skala Harga Diri Setelah Seleksi Aitem …… 37

Tabel 7 Aitem-Aitem Skala Berpikir Positif Setelah Seleksi Aitem . 39

Tabel 8 Deskripsi Data Penelitian ……… 42

Tabel 9 Deskripsi Data Penelitian ……… 42

(18)

xvii

Lampiran 2 Skala Harga Diri ……… 60

Lampiran 3 Data Penelitian Skala Berpikir Positif……… 64

Lampiran 4 Data Penelitian Skala Harga Diri ... 69

Lampiran 5 Hasil Penilaian Skala Berpikir Positif ... 74

Lampiran 6 Reliabilitas Skala Berpikir Positif ... 76

Lampiran 7 Reliabilitas Skala Harga Diri ... 77

Lampiran 8 Uji Normalitas ………... 79

Lampiran 9 Uji Linearitas ………. 80

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

A. LATAR BELAKANG

Permasalahan remaja kian hari semakin beragam, seperti masalah yang terkait dengan fisik dan kesehatan, permasalahan penggunaan alkohol dan obat-obat terlarang, serta permasalahan moral, nilai dan agama. Permasalahan yang dialami oleh remaja seringkali dikarenakan harga diri yang rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Kostanski dan Gullone (1998) menemukan hampir 80% remaja mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya. Ketidakpuasan terhadap fisik ini berdampak pada kebiasaan remaja melakukan diet ketat sehingga remaja mengalami gangguan makan.

(20)

percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi.

Masalah moral, nilai, dan agama pada remaja yang sering disorot adalah masalah seks bebas. Sekarang ini kehidupan seksual dikalangan remaja sudah lebih bebas dibandingkan dahulu. Hal ini bisa kita rasakan di kota-kota besar di Indonesia, terbukanya saluran informasi seputar seks bebas beredar di masyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio, dan internet mendorong remaja melakukan hubungan seks pranikah (Anissa, 2009). Perilaku seks pranikah yang dilakukan oleh remaja akan berdampak pada hilangnya harga diri (Subandriyo, 2001).

Remaja seringkali merasa kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Kesulitan yang dialami remaja dikarenakan remaja belum berpengalaman dalam menghadapi hidup dan sering membuat keputusan tanpa pemikiran matang (Santrock, 2002).

Masa remaja merupakan masa pencarian identitas. Remaja sangat membutuhkan adanya kemantapan rasa harga diri dalam menghadapi permasalahan yang beragam. Berdasarkan sudut pandang ini harga diri pada masa remaja merupakan kebutuhan yang penting. Harga diri adalah evaluasi global mengenai diri (Santrock, 2002).

(21)

serta kompetensi diri yang disadari. Remaja mampu menerima dan menghargai dirinya apabila remaja merasa diterima dan dihargai serta menyadari kompetensi pada dirinya.

Pemenuhan kebutuhan harga diri individu, khususnya pada kalangan remaja, sangatlah penting. Hal ini terkait erat dengan dampak negatif jika remaja tidak memiliki harga diri yang tinggi. Remaja akan mengalami kesulitan dalam menampilkan perilaku sosialnya, merasa inferior dan canggung (Harter, 1990). Harter (1990) serta Hirsch & DuBois (1991) menemukan bahwa harga diri yang rendah terjadi pada awal remaja. Hasil dari harga diri yang rendah menyebabkan masalah depresi, anoreksia nervosa, dan kenakalan remaja.

Untuk mengurangi masalah remaja yang terkait dengan harga diri, seorang remaja perlu berfokus pada pengembangan harga diri. Meningkatkan harga diri dilakukan dengan berpikir positif mengenai sumber daya personal, misalnya berpikir mengenai prestasi yang telah dicapai, kemampuan spesifik yang dimiliki dan tujuan serta inisiatif (Harter, 1990, 1999; Larson, 2000).

(22)

negatif mengenai dirinya akan mempengaruhi sudut pandang remaja dalam melihat pengalaman dan kejadian hidup. Remaja akan mudah menilai secara negatif setiap pengalaman-pengalaman dalam hidupnya.

Pikiran negatif atau positif terhadap diri adalah hasil dari proses kognitif ketika seseorang mengevaluasi perilaku dan kompetensi dirinya. Evaluasi diri dapat bersifat negatif atau positif tergantung pada kecenderungan cara berpikir positif atau negatif (Seligman, 2001). Rendahnya evaluasi terhadap kompetensi, khususnya apabila dibandingkan dengan standar teman sebaya akan menyebabkan harga diri rendah.

Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti memandang bahwa pengaruh berpikir positif terhadap harga diri remaja merupakan hal yang penting untuk diketahui remaja. Di satu sisi berpikir positif merupakan cara pandang yang sebaiknya dimiliki oleh setiap remaja, dan di sisi lain harga diri merupakan kebutuhan mendasar yang dialami pada diri remaja.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut pengaruh berpikir positif pada harga diri remaja.

B. RUMUSAN MASALAH

(23)

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berpikir positif pada harga diri remaja.

D. MANFAAT PENELITIAN

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada bidang psikologi kepribadian dan perkembangan mengenai pengaruh berpikir positif pada harga diri remaja.

b. Manfaat praktis

(24)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

Landasan teori ini menguraikan mengenai harga diri, harga diri remaja, berpikir positif, remaja, dan dinamika pengaruh berpikir positif pada harga diri remaja.

A. Harga diri

Bagian ini menguraikan mengenai pengertian harga diri, pembentukan harga diri, domain harga diri, penggolongan harga diri, dan faktor yang berkaitan dengan harga diri.

1. Pengertian Harga Diri

(25)

atas nilai positif atau negatif diri yang didasarkan pada skor yang diberikan seseorang kepada dirinya dalam peran dan domain yang berbeda dalam hidup.

Brown (1998) mendefinisikan harga diri atau self esteem dalam tiga kerangka pemikiran sebagai berikut:

a. Global self esteem merupakan variabel kepribadian yang meliputi cara seseorang memandang dirinya secara keseluruhan yang bersifat relatif menetap dalam berbagai waktu dan situasi.

b. Self evaluation merupakan cara seseorang dalam mengevaluasi variabel dan atribusi yag terdapat pada diri.

c. Self feeling atau feelings of self-worth adalah keadaan emosi sesaat terutama yang muncul sebagai konsekuensi positif dan negatif.

Harga diri merupakan perasaan terhadap diri sendiri yang merupakan penilaian umum mengenai diri (Guanipa, 1999). Santrock (2002) mendefiniskan harga diri sebagai dimensi evaluatif global dari diri. Penilaian terhadap diri sendiri akan mempengaruhi proses berpikir, perasaan, keinginan, dan nilai. Huilt (2004) menambahkan bahwa harga diri adalah sebuah kecenderungan aspek emosional diri yang mengacu pada perasaan dan penilaian diri kita sendiri (penghargaan seseorang).

(26)

mampu dan berguna. Dimensi nilai berarti persetujuan seseorang bahwa mereka merasa sebagai orang bernilai.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga diri merupakan penilaian secara umum seseorang tentang dirinya baik kelebihan maupun keterbatasan dirinya, yang kemudian menjadi penopang keberhargaan diri.

2. Pembentukan Harga Diri

Harga diri tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari dan dibentuk oleh pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lain. Pembentukan harga diri telah dikonseptualisasikan oleh Erikson (1968) dalam teori perkembangan psikososial anak, remaja, dan dewasa. Menurut Erikson (1968), individu terbentuk dengan harga diri dalam proses yang panjang. Pembentukan harga diri selama masa kanak-kanak dan remaja tergantung pada bermacam-macam keberagaman intra individu dan faktor sosial.

Coopersmith (1967) mengatakan ada empat kriteria yang membangun kesuksesan individu yang menjadi sumber harga diri:

(27)

b. Significance atau keberartian individu menurut orang lain yang nampak dari adanya penerimaan, penghargaan, perhatian, dan kasih sayang dari orang lain. Penerimaan dan perhatian biasanya ditunjukkan dengan penerimaan dari lingkungan, ketenaran, dukungan dari keluarga dan masyarakat.

c. Virtue atau kebajikan yaitu nilai moral dan nilai etika serta nilai spiritual yang dianut oleh individu.

d. Competence atau kemampuan yaitu keyakinan untuk mencapai apa yang dicita-citakan. Keyakinan ini dikarenakan adanya dukungan sehingga seseorang mampu menghadapi masalah-masalah yang terjadi.

Harter (1999) mengemukakan dua faktor yang bermain penting dalam pembentukan harga diri anak dan remaja yaitu: a) Kompetensi diri dalam berbagai aspek kehidupan.

b) Pengalaman dukungan sosial yang didapat dari orang lain.

3. Domain Harga Diri

Menurut Harter (1999) terdapat delapan domain harga diri remaja, yaitu:

a) Penampilan fisik

(28)

kuat dengan penampilan fisik. Kaitan yang kuat antara penampilan fisik dengan harga diri tidak terbatas pada remaja, namun berlangsung selama masa hidup, dari masa kanak-kanak hingga setengah baya (Harter, 1999). Lord dan Eccles (1994) menambahkan bahwa konsep remaja mengenai daya tarik fisiknya merupakan prediktor terkuat untuk harga diri keseluruhannya.

b) Kemampuan skolastik

Kemampuan skolastik adalah kemampuan dan prestasi yang berhubungan dengan kegiatan di sekolah.

c) Penerimaan sosial

Penerimaan sosial seperti penerimaan dari keluarga, kawan-kawan, dan sekolah memiliki pengaruh terhadap perkembangan harga diri remaja (Harter, 1999). Sebuah studi menemukan bahwa ketika kohesivitas keluarga meningkat, harga diri remaja juga meningkat. Kohesi keluarga didasarkan pada jumlah waktu yang digunakan oleh keluarga untuk berkumpul bersama, kualitas komunikasi, dan sejauh mana remaja dilibatkan dalam pengambilan keputusan keluarga. Penilaian kawan-kawan juga dapat membentuk harga diri remaja (Harter, 1990).

d) Tata perilaku

(29)

atau mengutuk dirinya juga dapat menjadi indikator untuk melihat harga diri.

e) Kemampuan atletis

Menurut Harter (1999) kemampuan seseorang dalam bidang olah raga dan prestasi yang telah mereka capai dapat membentuk penilaian seorang remaja terhadap dirinya sendiri.

f) Kompetensi pekerjaan

Kemampuan remaja dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan di luar tugas akademik dapat berkontribusi terhadap harga diri secara keseluruhan.

g) Daya tarik romantik

Daya tarik romantik adalah kemampuan remaja dalam memikat lawan jenis mereka.

h) Persahabatan yang karib

Hubungan yang karib antara remaja dengan sahabat merupakan komponen bagi pembentukan harga diri global.

4. Penggolongan Harga Diri

Coopersmith (1967) menggolongkan harga diri menjadi tiga tingkat yaitu:

(30)

b. Harga diri sedang, yakni penilaian seseorang terhadap dirinya lebih baik dari orang pada umumnya tetapi tidak sebaik orang lain yang dipandangnya hebat dan cenderung tergantung pada penilaian orang lain.

c. Harga diri rendah, yakni penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri dimana ia merasa tidak berharga, tidak dibutuhkan, dan kurang percaya diri.

5. Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi keadaan psikologis individu, cara berpikir, dan jenis kelamin. Faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga dan status sosial ekonomi.

a. Keadaan psikologis individu

Keadaan psikologis individu ini menyangkut kesuksesan atau kegagalan yang dialami. Kesuksesan atau kegagalan mempunyai arti yang berbeda pada setiap individu, namun hal ini tetap mempengaruhi harga diri (Coopersmith, 1967).

b. Cara berpikir

(31)

c. Jenis kelamin

Beberapa peneliti melihat bahwa terdapat perbedaan tingkat harga diri antara laki-laki dan perempuan. Allgood-Merten dan Stockard (1991) menemukan bahwa laki-laki memiliki skor lebih tinggi daripada perempuan pada pengukuran harga diri. Studi yang dilakukan di negara barat menemukan bahwa rata-rata remaja perempuan mempunyai harga diri yang rendah daripada remaja laki-laki (Baumeister, 1993; Pipher, 1994).

d. Lingkungan keluaga

Para peneliti melihat bahwa kelekatan aman dengan orangtua pada masa kanak-kanak dan remaja mempengaruhi pembentukan diri, termasuk pembentukan harga diri (Arbona & Power, 2003; Laible, Carlo & Roesch, 2004). Sikap dan perlakuan orangtua di keluarga inilah yang menjadikan anak merasa diterima atau ditolak, merasa berharga atau tidak berharga.

(32)

Harter (1993) mengemukakan bahwa kurangnya dukungan orangtua terhadap remaja dapat menyebabkan perasaan depresi, penyesuaian sosial kurang memadai serta tingkah laku antisosial. Keluarga yang mempunyai toleransi akan memberikan keuntungan bagi pembentukan harga diri yang tinggi. Kelekatan dan dukungan tanpa syarat dari orangtua sangat penting dalam fase perkembangan diri. Studi terhadap remaja yang dilakukan oleh Garber dan Flynn (2001) menemukan bahwa harga diri negatif berkembang dari hasil penerimaan ibu yang rendah, sejarah ibu depresi dan konteks interpersonal negatif, seperti praktik pengasuhan negatif, sejarah maltreatment anak, dan umpan balik negatif dari orang lain.

e. Status sosial ekonomi

Pada umumnya, remaja kelas sosial menengah ke atas mempunyai harga diri lebih tinggi daripada remaja kelas sosial bawah. Harga diri yang tinggi tersebut disebabkan karena remaja kelas sosial ekonomi atas mempunyai sumber daya yang lebih. Rosenberg (1979) menemukan bahwa remaja dari kelas atas cenderung mempunyai haga diri yang lebih tinggi dibandingan dengan kelas ekonomi lainnya.

(33)

B. HARGA DIRI REMAJA

Masa remaja adalah waktu kritis untuk perkembangan harga diri (DuBois & Tevendale, 1999; Feldman & Elliott, 1990; McGuire, Neiderhiser, Reiss, Hetherington, & Plomin, 1994). Hal ini dikarenakan remaja mulai mengambil pola orang dewasa dan mulai bertanggung jawab (Chen & Faruggia, 2002; Petersen & Leffert, 1995).

Para peneliti menemukan bahwa harga diri sering kali mengalami transisi dari sekolah dasar menuju sekolah menengah (Twenge & Campbell, 2001). Beberapa peneliti menyatakan bahwa terdapat penurunan dalam harga diri selama remaja tetapi penurunanya hanya kecil.

(34)

Konsekuensi dari harga diri yang rendah bagi sebagian remaja hanya berlangsung sementara waktu. Namun pada beberapa remaja harga diri rendah dapat berkembang menjadi masalah (Usher, Finch, Gunlicks, & Zahn-Waxler, 2000).

Harga diri adalah komponen penting yang berhubungan dengan prestasi akademik, fungsi sosial, dan psikopatologi pada remaja. Dalam kaitannya dengan prestasi akademik, beberapa studi mengindikasikan bahwa remaja dengan harga diri rendah kurang sukses di sekolah (Mann, Hosman, Schaalma, & De Vries, 2004). Dalam fungsi sosial, penelitian menemukan bahwa remaja dengan harga diri rendah biasanya kurang diterima dalam kelompok teman sebayanya (Donders & Verschueren, 2004). Beberapa penelitian juga menemukan bahwa harga diri yang rendah berhubungan dengan psikopatologi remaja seperti kecemasan (Beck, Brown, Steer, Kuyken, & Grisham, 2001; Muris, Meesters, & Fijen, 2003), depresi (Harter, 1993; Mann, Hosman, Schaalma, & De Vries 2004) dan patologi makan (Stice, 2002). Brent Donnellan, Caspi, Moffitt, Robins, dan Trzesniewski (2005) menemukan hubungan antara harga diri rendah dengan masalah perilaku seperti agresi, perilaku antisosial, dan kenakalan remaja.

(35)

dimana remaja itu berada, kepuasan terhadap prestasi di sekolah maupun pergaulan dengan teman sebaya. Selain itu, kepuasan terhadap fisik yang terlihat adalah komponen penting yang mempengaruhi harga diri, dan remaja perempuan lebih besar ketidakpuasannya terhadap fisik mereka daripada laki-laki.

C. Berpikir Positif

Bagian ini menguraikan pengertian berpikir, tipe-tipe berpikir, pengertian berpikir positif, komponen berpikir positif, dan dampak berpikir positif.

1. Pengertian Berpikir

Solso (2001) mengemukakan bahwa berpikir adalah sebuah proses representasi mental yang dibentuk melalui transformasi informasi dan interaksi atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah. Definisi yang paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep dalam diri seseorang.

2. Tipe-Tipe Berpikir

Sternberg (1997) mengelompokan berpikir dalam tiga tipe: a. Berpikir analitis

(36)

memperoleh atau menyimpan informasi, memindahkan informasi, membuat perencanaan, mengambil keputusan, dan menyelesaikan masalah serta menerjemahkan pikiran ke dalam performansi.

b. Berpikir kreatif.

Berpikir kreatif adalah kemampuan untuk memecahkan masalah baru dengan cepat.

c. Berpikir praktis

Berpikir praktis adalah kemampuan dalam menempatkan berbagai cara penyelesaian masalah dan kemampuan khusus untuk memperoleh pengalaman dari orang lain.

Williams (2005) membagi berpikir menjadi dua tipe: a. Berpikir positif

Berpikir positif adalah kecenderungan individu untuk memandang segala sesuatu dari segi positifnya dan selalu berpikir optimis terhadap lingkungan serta dirinya sendiri.

b. Berpikir negatif

Berpikir negatif merupakan kecenderungan individu untuk memandang segala sesuatu dari sisi negatif. Individu dengan pola pikir negatif selalu menilai bahwa dirinya tidak mampu dan terus menerus mengingat hal-hal yang menakutkan.

(37)

sudut pandang yang negatif tentang dirinya, dunia, dan masa depan.

Tipe berpikir dalam penelitian ini adalah berpikir positif.

3. Pengertian Berpikir Positif

Peale (1996) mangemukakan bahwa berpikir positif merupakan suatu bentuk berpikir yang biasanya berusaha mencari hal terbaik dari keadaan terburuk. Peale (1996) juga mengemukakan bahwa individu yang berpikir positif selalu didasarkan fakta bahwa setiap masalah pasti ada pemecahan dan suatu pemecahan yang tepat selalu melalui proses intelektual yang sehat. Menurut Kirkegaard (2005) berpikir positif adalah salah satu poin dalam psikologi positif yang didefinisikan sebagai tendensi untuk mengharapkan kemungkinan hasil terbaik dari suatu situasi. Berpikir positif berarti penilaian umum tentang respon masa depan dan keyakinan bahwa sesuatu yang baik akan berlimpah dan sesuatu yang buruk akan jarang terjadi (Carver & Scheier, 2008).

(38)

4. Komponen Berpikir Positif

Albrecht (1992) menyebutkan empat komponen dalam berpikir positif yaitu harapan yang positif, affirmasi diri, pernyataan yang tidak menilai, dan realistic adaptation. Keterangan mengenai komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut :

a. Harapan yang positif adalah melakukan sesuatu dengan lebih memusatkan perhatian pada kesuksesan, optimisme, pemecahan masalah, dan menjauhkan diri dari perasaan takut gagal.

b. Affirmasi diri adalah memusatkan perhatian pada kekuatan diri dan melihat diri secara positif.

c. Pernyataan yang tidak menilai (non judgment thinking) merupakan pernyataan yang lebih menggambarkan keadaaan dari pada menilai keadaan. Pernyataan ataupun penilaian ini dimaksudkan sebagai pengganti pada saat seseorang cenderung memberikan pernyataan

atau penilaian yang negatif. Aspek ini akan sangat berperan dalam

menghadapi keadaan yang cenderung negatif.

d. Realistic adaptation adalah mengakui kenyataan dan segera berusaha menyesuaikan diri dari penyesalan, frustasi, dan menyalahkan diri.

(39)

sehingga terdapat tiga komponen yang membentuk berpikir positif. Keterangan mengenai ketiganya sebagai berikut :

a) Optimisme adalah mengharapkan kemungkinan hasil terbaik dari suatu situasi atau perilaku, keyakinan bahwa setiap masalah pasti ada pemecahannya.

b)Affirmasi diri merupakan melihat diri secara positif, memahami dan memanfaatkan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.

c) Memandang segala sesuatu dari segi positif yaitu tidak mudah menyalahkan diri sendiri ataupun lingkungan apabila terjadi kesalahan.

5. Dampak Berpikir Positif

a. Kepuasan hidup

Peneliti melihat bahwa berpikir positif dapat meningkatkan kepuasan hidup seseorang (Piotrowski, 2003). Berpikir positif dapat menciptakan kebahagiaan dan kepuasan hidup sehingga perasaan depresi dan kesepian dapat dihindari. Okun & Stock (1987) menambahkan bahwa komponen dalam berpikir positif merupakan prediktor untuk hidup bahagia.

b. Kesehatan

(40)

c. Produktivitas

Seligman (2001) menemukan bahwa berpikir positif dapat meningkatkan produktivitas. Dalam dunia bisnis, orang dengan rasa optimisme mempunyai performansi kerja yang lebih baik daripada orang yang pesimis. Berpikir positif dapat meningkatkan produktivitas dan menciptakan inovasi di dalam dunia kerja.

d. Harga diri

Seligman (2001) melihat bahwa berpikir positif berpengaruh pada harga diri. Individu yang mampu berpikir positif akan merasa bahwa dirinya berharga.

Penelitian ini berminat pada harga diri.

D. Remaja

Bagian ini menguraikan pengertian remaja, aspek-aspek perkembangan masa remaja, ciri-ciri masa remaja, dan tugas perkembangan remaja.

1. Pengertian Remaja

(41)

periode transisi ketika seorang individu berubah secara fisik dan psikologis dari anak-anak menuju dewasa.

Hurlock (1997) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock (1997) karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.

2. Aspek-Aspek Perkembangan pada Masa Remaja

Papalia & Olds (2001) mengemukakan tiga aspek perkembangan, yaitu: perkembangan fisik, perkembangan kognitif serta perkembangan kepribadian dan sosial.

a. Perkembangan fisik

(42)

b. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang diamati dan dialami, tetapi juga mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.

c. Perkembangan kepribadian dan sosial

Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Papalia & Olds, 2001).

3. Ciri-Ciri Masa Remaja

(43)

psikologis. Beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja (Papalia & Olds, 2001) adalah :

a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm dan stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja

b. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri.

c. Perubahan daya tarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang.

d. Perubahan nilai yang berarti perubahan dari sesuatu yang dianggap bernilai di masa kanak-kanak menjadi kurang bernilai di masa remaja.

(44)

tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.

E. Dinamika Pengaruh Berpikir Positif pada Harga Diri Remaja.

Harga diri merupakan kebutuhan mendasar pada masa remaja. Harga diri merupakan evaluasi global mengenai diri yang diekspresikan melalui sikap-sikap (Coopersmith, 1967). Remaja yang mempunyai harga diri rendah seringkali menilai bahwa dirinya tidak berharga, tidak dibutuhkan, dan kurang percaya diri. Penilaian yang negatif terhadap diri inilah yang seringkali menjadi penyebab dari berbagai masalah yang terjadi pada masa remaja.

Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan meningkatkan cara berpikir remaja. Remaja yang mempunyai penilaian negatif terhadap dirinya perlu untuk berpikir positif. Hal ini dikarenakan berpikir positif memainkan bagian penting dari harga diri. Penelitian yang dilakukan Brewin dan Furnam (1986) menemukan bahwa level harga diri yang tinggi merupakan hasil dari pikiran positif dan harga diri rendah adalah hasil dari pikiran negatif.

(45)

terhadap pengaruh eksternal. Mereka lebih tergantung pada evaluasi positif dari orang lain sehingga mereka tidak mempunyai pikiran positif dalam diri mereka. Seseorang dengan harga diri rendah lebih kuatir tentang bagaimana cara menghindari pandangan diri yang negatif. Mereka berpikir konstan tentang cara menghindari pikiran negatif dan tidak sanggup untuk berpikir positif. Penelitian ini mengasumsikan bahwa orang dengan harga diri yang tinggi lebih berdasar pada pikiran positif mereka (Kernis dkk, 1993).

Evaluasi yang dilakukan remaja pada dirinya baik kelebihan maupun kekurangan terbentuk dari cara berpikir. Remaja yang mempuyai harga diri tinggi yaitu remaja yang merasa bahwa dirinya berharga dan mampu melihat diri sebagai orang yang berhasil dipengaruhi oleh cara berpikirnya. Remaja yang berpikir positif akan melihat dirinya sebagai orang yang berharga.

(46)

merasa tidak berharga sehingga orang tersebut mempunyai harga diri yang rendah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Goodhart (1985) menemukan bahwa berpikir positif mempunyai hubungan yang signifikan dengan kondisi psikologis yang positif. Orang yang berpikir positif menunjukkan tingkat kondisi psikologis yang lebih positif, antara lain dilihat dari harga diri. Menurut Peale (1996) individu yang berpikir positif selalu memandang segala sesuatu dari segi positifnya dan berpikir optimis terhadap lingkungan serta dirinya sendiri.

Berpikir positif merupakan faktor yang mempengaruhi harga diri (Kernis dkk, 1993). Berpikir positif dan harga diri mempunyai unsur yang sama yaitu unsur berpikir. Berpikir positif merupakan cara pandang positif terhadap diri, dunia, dan masa depan. Sedangkan harga diri adalah evaluasi baik positif maupun negatif terhadap diri. Jadi dapat disimpulkan bahwa berpikir positif akan mempengaruhi evaluasi global yang dibuat individu terhadap diri. Evaluasi tersebut dapat berupa evaluasi positif maupun negative tergantung pada cara berpikir positif atau negatif. Remaja yang mampu berpikir positif maka harga dirinya akan tinggi.

F. HIPOTESIS

(47)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan mengenai jenis penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, alat pengumpulan data, dan metode analisis data.

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh berpikir positif terhadap harga diri remaja.

B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel adalah objek yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1991). Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah berpikir positif dan variabel tergantungnya adalah harga diri.

C. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional adalah spesifikasi kegiatan penelitian dalam mengukur variabel atau penegasan arti dari variabel yang digunakan dan cara yang dipakai untuk mengukurnya (Kerlinger, 2000). Berikut ini definisi operasional dari harga diri dan berpikir positif.

(48)

penopang keberhargaan dirinya. Harga diri diukur menggunakan skala harga diri.

2. Berpikir positif adalah kecenderungan memandang segala sesuatu dari segi positifnya. Berpikir positif pada penelitian ini akan diukur menggunakan skala bepikir positif.

D. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian ini adalah 62 anak SMA usia remaja di Kabupaten Bantul. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah pemilihan kelompok subjek yang

didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2004). Kriteria pemilihan subjek adalah:

a. Usia 15-18 tahun.

Dengan rentang usia tersebut, subjek masih dikategorisasikan sebagai remaja.

b. Siswa SMA

(49)

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data menggunakan dua macam skala yaitu skala berpikir positif dan skala harga diri. Metode skala berpikir positif menggunakan jenis skala pilihan ganda positif dan negatif. Skala harga diri menggunakan metode skala Likert. Dalam skala harga diri, variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan dasar untuk menyusun aitem instrument yang berupa pernyataan. Jawaban instrument mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif. yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

F. ALAT PENGUMPULAN DATA

1. Skala berpikir positif

(50)

Pemberian skor pada skala berpikir positif berdasarkan pada respon positif atau negatif yang diberikan pada suatu situasi. Pemberian skor pada skalanya dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1

Skor Aitem-Aitem Skala Berpikir Positif

Respon skor

Positif 1

Negatif 0

Tabel 2

Blue Print Skala Berpikir Positif Sebelum Seleksi Aitem

Indikator Nomor item Jumlah item

Optimisme 1, 6, 9, 11,14, 16, 20, 24, 27,

30, 34, 36, 39, 41, 45, 20 48, 51, 53, 58, 60

Affirmasi diri 2, 4, 7, 12, 15, 18, 22, 23, 26,

28, 31, 33, 38, 42, 44, 47, 20 50, 52, 55, 57

Memandang segala sesuatu 3, 5, 8, 10, 13, 17, 19, 21, 25,

dari segi positif 29, 32, 35, 37, 40, 43, 46, 20 49, 54, 56, 59

Jumlah item total 60

2. Skala harga diri

(51)

pengukuran harga diri menunjukkan bahwa subjek memiliki tingkat harga diri yang tinggi, sedangkan semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan bahwa subjek memiliki tingkat harga diri yang rendah.

Pemberian skor pada skala harga diri berdasarkan pernyataan favorabel dan unfavorabel. Pemberian skor pada skalanya dapat dilihat dalam

tabel sebagai berikut:

Tabel 3

Skor Aitem-Aitem Positif Skala Harga Diri

Respon Skor

SS 4

S 3

TS 2

STS 1

Tabel 4

Skor Aitem-Aitem Negatif Skala Harga Diri

Respon Skor

SS 1

S 2

TS 3

(52)

Tabel 5

Blue Print Skala Harga Diri Sebelum Seleksi Aitem

Indikator Nomor Item JumlahItem

G. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT PENELITIAN 1) Uji Validitas

(53)

isi yang hendak diukur. Sedangkan validitas tampang menunjukkan sejauh mana suatu skala bertampang mengukur konstruk tertentu (Azwar, 2000). Uji validitas kedua skala adalah sebagai berikut:

a. Skala Harga Diri

Uji validitas tampang dilakukan dengan memberikan skala harga diri yang sudah disusun oleh peneliti kepada 3 siswa dan 3 siswi SMA untuk melihat apakah pernyataan-pernyataan dalam skala harga diri tersebut sudah dimengerti oleh anak SMA. Dalam hal ini juga dilihat pemakaian tata bahasanya. Peneliti melihat bahwa uji validitas tampang perlu dilakukan oleh subjek dikarenakan nantinya yang akan mengerjakan skala tersebut adalah subjek. Jadi yang bisa memberikan informasi bahwa skala tersebut bertampang mengukur konstruk tertentu adalah subjek. Sedangkan uji validitas isi dilakukan oleh profesional judgment yaitu dosen pembimbing skripsi.

b. Skala Berpikir positif

Uji validitas isi dan tampang pada skala berpikir positif dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Situasi dan respon dalam skala berpikir positif disusun oleh 6 orang anak SMA yang terdiri dari 3 perempuan dan 3 laki-laki. Hal ini dilakukan dengan alasan subjek adalah orang yang memahami permasalahan yang terjadi pada masa remaja.

(54)

dan 3 laki-laki. Langkah ini ditempuh untuk mengklarifikasi pemahaman anak-anak SMA pada setiap pernyataan.

c. Pernyataan yang telah direvisi oleh 6 anak tersebut kemudian diberikan kepada 3 perempuan dan 3 laki-laki yang merupakan mahasiswa Fakultas Psikologi yang memahami kontruksi tes untuk diteliti apakah respon dari setiap situasi telah mengandung pernyataan positif dan negatif.

2) Seleksi Item

a. Skala harga diri

Uji kesahihan item menggunakan korelasi aitem total dengan program SPSS Versi 17.0 for windows. Untuk mengambil item-item yang sahih ditetapkan batasan ≥ 0,30 karena item yang mencapai koefisien minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan (Azwar, 2000). Item yang memiliki indeks daya diskriminasi kurang dari 0,30 dinyatakan gugur. Seleksi item menghasilkan 54 aitem sahih dengan koefisien korelasi > 0,30.

(55)

untuk indikator persahabatan karib. Blue print skala harga diri setelah seleksi item dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 6

Aitem-aitem skala harga diri setelah seleksi aitem

Indikator Nomor Item JumlahItem

Uji kesahihan skala berpikir positif dilakukan dengan metode expert judgment. Peneliti meminta 6 orang mahasiswa Fakultas

(56)

sudah sesuai blue print, melihat apakah item-item yang ditulis sesuai dengan kaidah penulisan yang benar dan melihat apakah item-item yang ditulis masih mengandung sosial desirability yang tinggi. Metode ini ditempuh oleh peneliti dengan alasan bahwa item-item skala berpikir positif merupakan item-item dikotomi yang hanya mempunyai dua pilihan jawaban positif dan negatif sehingga apabila dianalisis menggunakan data empiris maka akan banyak item yang gugur. Langkah-langkah penilaiannya sebagai berikut:

1) Peneliti memberikan skala berpikir positif kepada 6 orang yang sebelumnya sudah diberi penjelasan mengenai teori berpikir positif.

2) Peneliti meminta 3 orang penilai yaitu mahasiswa psikologi yang memahami kontruksi tes untuk melakukan penilaian mulai dari nomor item atas sedangkan 3 orang lainnya diminta untuk menilai dari nomor item bawah. Hal ini dilakukan untuk menghindari efek kelelahan dan kebosanan dari penilai.

3) 6 orang penilai tersebut diminta untuk memberikan penilaian dengan memberikan tanda (9) pada kolom sangat baik, baik, tidak baik, dan sangat tidak baik.

(57)

dan baik oleh minimal 4 orang dari 6 orang penilai. Untuk hasil penilaian dapat dilihat pada lampiran.

Dari uji kesahihan aitem skala berpikir positif didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 7

Aitem-Aitem Skala Berpikir Positif Setelah Seleksi Aitem

Aspek Nomor Item Jumlah Item

Optimisme 2, 3, 5, 8, 10, 13, 15, 18,

21, 24, 27, 29, 32, 34, 36, 20 38, 40, 42, 43, 44

Affirmasi diri 1, 7, 12, 17, 20, 23, 26, 10 30, 33, 37

Memandang segala 4, 6, 9, 11, 14, 16, 19, 22,

sesuatu dari segi positif 25, 28, 31, 35, 39, 41 14

Jumlah Item Total 44

3. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2000). Peneliti menggunakan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Reliabilitas ditunjukkan dengan angka atau koefisien

yang berkisar antara 0 dan 1. Reliabilitas kedua skala adalah sebagai berikut:

a. Skala harga diri

Reliabilitas skala harga diri dihitung dengan menggunakan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach pada program SPSS versi 17.0 for windows. Koefisien reliabilitas yang diperoleh sebesar 0,929. Nilai

(58)

b. Skala berpikir positif

Reliabilitas skala berpikir positif dihitung dengan menggunakan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach pada program SPSS versi 17.0 for windows. Koefisien reliabilitas yang diperoleh sebesar 0,831. Nilai

koefisien tersebut menunjukkan bahwa skala berpikir positif tersebut reliabel.

H. METODE ANALISIS DATA

(59)

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan mengenai pelaksanaan penelitian, deskripsi subjek, deskripsi data penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan.

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada hari Kamis 3 Mei dan Jumat 4 Mei 2010 pukul 15.00 dengan meminjam tempat di salah satu SD Bopkri di Bantul. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kedua skala, yaitu skala A (berpikir positif) dan skala B (harga diri).

Penelitian ini menggunakan tryout terpakai sehingga hanya satu kali penyebaran skala. Peneliti tidak melakukan uji coba alat ukur (try-uot), tetapi peneliti telah meminta professional judgment dan populasi subjek untuk memeriksa item-item dalam skala. Peneliti menggunakan tryout terpakai dikarenakan alasan teknis pelaksanaan.

B. DESKRIPSI SUBJEK

(60)

Tabel 8

Deskripsi Subjek Penelitian

Usia (tahun)

15 16 17 18 Total Mean

Laki-laki 4 18 6 7 35 8,75 Perempuan 2 13 8 4 27 6,75

C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN

Berikut ini disajikan dalam tabel, mean teoritis dan mean empiris hasil penelitian.

Tabel 9

Deskripsi Data Penelitian

Skala Mean Teoritis Mean Empiris

Harga diri 135 165,35

Berpikir positif 22 36,60

Hasil data yang dianalisis untuk variabel harga diri diperoleh rerata empirik sebesar 165,35 dan rerata teoritik sebesar 135. Sedangkan pada variabel berpikir positif diperoleh rerata empirik sebesar 36,60 dan rerata teoritis sebesar 22. Hasil ini menunjukkan bahwa kedua variabel memiliki rerata empirik lebih besar dibandingkan rerata teoritik.

D. HASIL PENELITIAN

1. Hasil Uji Asumsi

Peneliti melakukan uji asumsi dengan menggunakan uji normalitas dan uji linearitas.

a. Uji Normalitas

(61)

tidak. Pengujian normalitas menggunakan rumus One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Sebaran kedua variabel dikatakan normal

jika nilai p > 0,05. Nilai p untuk variabel berpikir positif adalah 0,996 dan untuk variabel harga diri adalah 0,576. Hasil ini mengindikasikan bahwa sebaran kedua variabel dianggap normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel berpikir positif dan variabel harga diri telah mengikuti garis lurus atau fungsi linear. Kedua variabel dikatakan mengikuti garis lurus apabila memenuhi syarat p < 0,05. Pengujian linearitas menggunakan test for linearity dalam SPSS Versi 17.0 for windows. Hasil uji linearitas

menunjukkan bahwa nilai p = 0,002 dengan p < 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bersifat linear antara berpikir positif dan harga diri.

2. Hasil Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan teknik regresi linear sederhana dengan menggunakan SPSS versi 17,0 for windows. Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya yaitu berpikir positif berpengaruh secara signifikan terhadap harga diri remaja.

(62)

variasi yang mampu diberikan oleh variabel berpikir positif pada harga diri sebesar 14,3%.

Nilai probabilitas variabel berpikir positif adalah 0,002 (p < 0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis terbukti, yaitu berpikir positif berpengaruh secara signifikan pada harga diri remaja.

E. PEMBAHASAN

Hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima, yaitu berpikir positif berpengaruh secara signifikan pada harga diri remaja. Hasil ini sesuai dengan kerangka teori.

Koefisien determinasi berpikir positif pada harga diri menunjukkan koefisien yang relatif kecil yaitu 0,143. Hasil ini mengindikasikan bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi harga diri remaja selain berpikir positif. Faktor-faktor lain tersebut dapat berasal dari faktor internal dan eksternal individu. Faktor internal meliputi keadaan psikologis individu dan jenis kelamin, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga dan status sosial ekonomi (Coopersmith, 1967). Kecilnya koefisien determinasi diduga juga dipengaruhi oleh skor skala berpikir positif yang memiliki range yang kecil yaitu 1 dan 0.

(63)

kecil yaitu 14,3 %. Hasil ini mengindikasikan bahwa 85,7 % sumbangan terhadap harga diri dipengaruhi oleh variabel lain.

Metode penyusunan skala pada penelitian ini memiliki kekhasan dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya. Penyusunan skala dilakukan oleh tim yang akrab dengan kontruksi tes berdasarkan aitem-aitem yang disusun oleh tim yang akrab dengan kondisi subjek.

Hasil komputasi indeks daya diskriminasi menunjukkan bahwa untuk setiap aspek dalam kedua skala memiliki jumlah aitem yang berbeda-beda. Azwar (1994) menyebutkan bahwa komposisi aitem dalam setiap aspek bukanlah suatu masalah. Hal ini cukup dapat dipertanggungjawabkan karena aitem-aitem dalam skala pada penelitian ini memiliki reliabilitas yang memuaskan. Koefisien reliabilitas pada skala berpikir positif adalah 0,831, sedangkan pada skala harga diri memperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,929. Besarnya nilai koefisien reliabilitas pada kedua skala menjadi pertimbangan peneliti untuk tetap membuang aitem-aitem yang memiliki indeks daya diskriminasi < 0,30.

(64)
(65)

47

BAB V

PENUTUP

Bab ini menguraikan mengenai kesimpulan dan saran.

A. KESIMPULAN

Hasil penelitian mendukung hipotesis bahwa berpikir positif berpengaruh secara signifikan pada harga diri remaja dengan koefisien determinasi sebesar 0,143. Remaja yang mampu berpikir positif maka harga dirinya akan tinggi.

B. KETERBATASAN PENELITIAN

a. Beberapa aitem indikator kemampuan atletis pada skala harga diri kurang memiliki daya diskriminasi yang baik sehingga banyak aitem yang gugur dalam proses seleksi.

b. Peneliti tidak melakukan kontrol terhadap variabel-variabel lain yang berhubungan dengan harga diri, seperti : jenis kelamin, kondisi keluarga, dan status sosial ekonomi.

(66)

C. SARAN

Peneliti mengajukan saran-saran berdasarkan hasil penelitian di atas sebagai berikut

1. Saran untuk peneliti selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya disarankan dapat memilih subjek dengan usia 18 tahun ke atas karena pada usia tersebut harga diri seseorang baik laki-laki maupun perempuan cenderung stabil.

b. Peneliti selanjutnya juga disarankan dapat menyusun aitem-aitem yang mempunyai daya diskriminasi yang baik sehingga dapat membedakan antara kelompok subjek penjawab sangat setuju dan sangat tidak setuju. Hal ini dapat ditempuh dengan cara menyusun aitem-aitem skala yang tidak mengarahkan jawaban subjek.

c. Peneliti selanjutnya disarankan dapat melakukan kontrol terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri yaitu jenis kelamin, lingkungan keluarga, dan status sosial ekonomi.

d. Peneliti selanjutnya disarankan dapat menetapkan standardisasi penilai validitas, misalnya dengan menetapkan kriteria penilai berdasarkan IPK dan nilai kontruksi tes sehingga hanya mahasiswa yang memiliki IPK dan nilai kontruksi tes yang baik saja yang boleh melakukan validasi skala.

2. Saran untuk Remaja

(67)

DAFTAR PUSTAKA

Albrecht, K. (1992). Brain power: Learn to improve your thinking skills (ed. Ke-3). New York: Simon & Schuster.

Allgood-Merten, B. & Stockard, J. (1991). Sex role identity and self-esteem: a comparison of children and adolescents. Sex Roles, 25, 129-139.

Arbona, C. & Power, T. (2003). Parental attachment, self-esteem, and anti-social behaviors among African American, European American, and Mexican American adolescents. Journal of Consulting Psychology, 50, 40–51.

Arikunto, S. (1991). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktis. Jakarta: Rineka Jaya.

Azwar, S. (1994). Seleksi aitem. Buletin Psikologi, 2, 26-33.

Azwar, S. (2000). Reliabilitas dan validitas. (Edisi ke-3). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baumeister, R.F. (1993). Self-esteem: The puzzle of low self-regard. New York: Plenum.

Beck, A. T. (1963). Thinking and depression: idiosyncratic content and cognitive distortions. Archives of General Psychiatry, 9, 324-333.

Beck, A. T. (1964). Thinking and depression: Theory and therapy. Archives of General Psychiatry, 10, 561-571.

Beck, A.T., Brown, G.K., Grisham, J., Kuyken, W., & Steer, R.A. (2001). Psychometric properties of the beck self-esteem scales. Behavior Research and Therapy, 39, 115–124.

Blake, P.C. & Slate, J.R. (1993). A preliminary investigation into the relationship between adolescent self-esteem and parental verbal interaction. The School Counselor, 41, 81-85.

Brent Donnellan, M., Caspi, A., Moffitt, T. E., Robins, R. W., & Trzesniewski, K. (2005). Low self-esteem is related to aggression, antisocial, self-esteem: The puzzle of low self-regard (pp. 87–116). New York: Plenum.

(68)

Brown, James. D. (1998). The self. New York: McGraw-Hill.

Carver, C. S. & Scheier, M. F.(2008). Perspectives on personality (Sixth Edition). Needham Heights, MA: Allyn & Bacon.

Coopersmith, J. (1967). The antecedent of self esteem. San Fransisco : Freeman & Company.

Crocker, L. & Algina, J. (1986). Introduction to classical and modern test theory. Forth Worth: Holt, Rinehart, & Winston, INC.

DuBois, D. L. & Tevendale, H. D. (1999). Self-Esteem in childhood and adolescence: vaccine oo epiphenomenon. Applied and Preventive Psychology, 8, 103–117.

Erikson, E.H. (1968). Youth, identity and crisis. New York: Norton.

Evans, D. W., Noam, G. G., Paget, K. F., Wertlieb, D., & Wolf, M. (1994). Self perception and adolescent psychopathology: A clinical–developmental perspective. American Journal of Orthopsychiatry, 64, 293–300.

Feldman, S. & Elliott, G. (1990). Adolescence: Path to a productive life or a diminished future? Carnegie Quarterly, 35, 1–13.

Fry, P. S. (1984). Development of a geriatric scale of hopelessness: Implications for counseling and intervention with the depressed elderly. Journal of Counseling Psychology. Vol. 31, Pp 322-331.

Garber, J. & Flynn, C. (2001). Predictors of depressive cognitions in young adolescents. Cognitive Theory and Research, 25, 353–376.

Gecas, V. (1982). The self-concept. Annual Review of Sociology 8, 1-33.

Gecas, V. & Schwalbe M. L. (1983). Beyond the looking-glass self: Social structure and efficacy-based self-esteem. Social Psychology Quarterly 46, 77-88.

Goodhart, D. E. (1986). The effects of positive and negative thinking on performance in an achievement situation. Journal of Personality and Social Psychology, 51, 117-124.

Guanipa, C. (1999). Self esteem. San Diego: Departmen of Counseling & School Psychology.

(69)

Hammen, C. (1992). Life events and depression: The plot thickens. American Journal of Community Psychology, 20, 179–193.

Harter, S. (1990). Identity and self development. Cambridge, MA: Harvard University Press.

Harter, S. (1993). Causes and consequences of low self-esteem in children and adolescents. Dalam R. F. Baumeister (Ed.), Self-esteem: The Puzzle of Low Self-regard (pp. 87-116). New York: Plenum.

Harter, S. (1999). The construction of the self: A developmental perspective. New York: Guilford Press.

Hirsch, B. & DuBois, D. (1991). Self-Esteem in early adolescence: The identification and prediction of contrasting longitudinal trajectories. Journal of Youth and Adolescence, 20, 53-72.

Huilt W. (2004). Self concept and self esteem. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA : Valdosta State University.

Hurlock, E . (1997). Psikologi perkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. (Edisi ke-5). Jakarta : Erlangga.

Johns, G., Raja, U. & Ntalianis, F. (2004). The impact of personality on psychological contracts. Academy of Management Journal. Vol. 47, Iss. 3, Pp 350-368.

Jordan, C. H., Zanna, M. P. & Spencer, S. J. (2003). Implicit self-esteem, explicit self-esteem and their relation to right wing authoritarianism and social dominance orientation. Canada : University of Waterloo.

Kerlinger, N.F. (2000). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Kernis, M. H., Cornell, D. P., Sun, C. R., Berry, A. & Harlow, T. (1993). There’s more to self-esteem than whether it is high or low: The importance of stability of self-esteem. Jounral of Personality and Social Psychology. Vol. 65, Iss. 6, Pp 1190-1204.

Kirkegaard, E. (2005). Positive thinking: Toward a conceptual model and organizational implications. New York: Academic Press.

(70)

Laible, D.J., Carlo, G. & Roesch, S.C. (2004). Pathways to self-esteem in late adolescence: The role of parent and peer attachment, empathy, and social behaviors. Journal of Adolescence, 27, 703– 716.

Larson, R.W. (2000). Toward a psychology of positive youth development. American Psychologist,55 (1), 170-183.

Lord, S. & Eccles, J. S. (1994). Risk and protective factors in the transition to junior high school. Journal of Early Adolescence, 14, 162-199.

Mann, M., Hosman, C.M.H., Schaalma, H.P. & De Vries, N.K. (2004). Self-esteem in an broad-spectrum approach for mental health promotion. Health Education Research, 19, 357-372.

Markus, H. & Nurius, P. (1986). Possible selves. American Psychologist, 41, 954– 969.

McGuire, S., Hetherington, E. M., Neiderhiser, J. M., Plomin, R., & Reiss, D. (1994). genetic and environmental influences on perceptions of self-worth and competence in adolescence: A study of twins, full sibships, and step-siblings. Child Development, 65, 785–799.

Muris, P., Meesters, C. & Fijen, P. (2003). The self-perception profile for children: Further evidence for its factor structure, reliability, and validity. Personality and Individual Differences, 35, 1791-1802.

Papalia, D E. & Olds, S. W.. (2001). Human development (8th ed.). Boston: McGraw-Hill.

Peale, N. V. (1996). The power of positive thinking. New York: Fireside.

Petersen, A. C. & Leffert, N. (1995). What is special about adolescence? Dalam M. Rutter (Ed.), psychosocial disturbances behavior, and delinquency. Psychological Science, 16, 328 –335.

Pipher, M. (1994). Reviving ophelia: Saving the selves of adolescent girls. New York: Ballantine.

Robbins, S. P. (1998). Organizational behavior. New Jersey: Prentice-Hall.

Rosenberg, M. (1965). Society and the adolescent self image. Princeton: Princeton University Press.

(71)

Rosenberg, M., Schooler, C., Schoenbach, C. & Rosenberg, F. (1995). Global self-esteem and specific self-esteem: difference concepts, different outcomes. American Sociological Review, 60, pp. 141-156.

Rutter,M. (1987). Psychosocial resilience and protective factors. American Journal of Orthopsychiatry, 57, 316–331.

Santrock, J.W. (2002). Life span development (perkembangan masa hidup). Jakarta: Erlangga

Seligman, M. E. P. (2001). Positive psychology, positive prevention, and positive therapy. Dalam Snyder, C.R., & Lopez S.J. (2001). Handbook of Positive Psychology. adolescents’ self-worth and school adjustment. Paper disajikan dalam konvensi Research on Adolescents, San Diego.

Smelser, N. J. & Baltes, P. B. (2001). International encyclopedia of the social and behavioral science. Amsterdam: Elsevier Science Ltd.

Solso, R. (2001). Cognitive psychology, (6th Edition). Heights, MA: Allyn & Bacon.

Sternberg, R. J. (1997).Thinking styles. New York: Cambridge University Press. Stice, E. (2002). Risk and maintenance factors for eating pathology: A

meta-analytic review. Psychological Bulletin, 128, 825-848.

Twenge, J.M. & Campbell, W.K. (2001). Age and birth cohort differences in self-esteem: A cross-temporal meta-analysis. Personality and Social Psychology Review, 5(4), 321-344.

Usher, B., Zahn-Waxler, C., Finch, C. & Gunlicks, M. (2000). The relations between global self-esteem, perceived competence, and risk for psychopathology in adolescence. Paper disajikan dalam konvensi the Society for Research on Adolescence, Chicago.

(72)
(73)

Lampiran 1

Skala A

Usia :

Jenis kelamin : Petunjuk :

Teman-teman dimohon untuk menjawab pernyataan-pernyataan berikut dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang tersedia. Usahakan agar jangan sampai ada pernyataan yang terlewat untuk dijawab. Jawaban yang teman-teman berikan tidak ada yang salah. Jawablah seluruh pernyataan sesuai dengan keadaan diri teman-teman yang sesungguhnya.

Selamat Mengerjakan!

1. Teman-temanmu terkesan tidak menyukai kamu. Apa yang kamu pikirkan?

a. Saya memang kurang bisa bergaul.

b. Banyak hal menarik dalam diri saya tetapi teman-teman belum mengetahuinya.

2. Orang tuamu membebaskan kamu dalam bergaul. Apa reaksimu? a. Orang tuaku tidak mau memperhatikanku.

b. Hal itu merupakan sebuah tanggung jawab untuk saya.

3. Kamu mendapat nilai jelek pada saat ujian di sekolah. Apa reaksi kamu? a. Setiap ujian memang sulit.

b. Ujian selanjutnya akan memberikan hasil yang lebih bagus. 4. Kamu merupakan siswa favorit di sekolah. Apa yang kamu pikirkan?

a. Saya akan mudah mendapatkan teman b. Orang lain pasti akan iri melihat saya.

(74)

b. Temanku sedang sibuk.

6. Salah satu sahabatmu menjelek-jelekan kamu. Apa yang kamu pikirkan? a. Semua orang memang tidak bisa dipercaya.

b. Kejadian itu membuat saya bisa mengerti sifat sahabat saya.

7. Kamu melihat salah satu temanmu menyontek pada saat ujian. Apa yang kamu pikirkan?

a. Saya tidak akan mungkin melakukan hal itu karena saya merasa sudah mampu.

b. Suatu saat saya mungkin akan seperti dia apabila saya tidak belajar.

8. Sepeda motor temanmu lebih bagus daripada sepeda motormu. Apa yang kamu pikirkan?

a. Orang tuaku memang tidak mengerti kebutuhanku.

b. Suatu saat orang tuaku juga bisa membelikan motor sebagus motor temanku.

9. Sebuah mobil menabrakmu pada waktu kamu sedang mengendarai motor. Apa yang kamu pikirkan?

a. Kejadian itu merupakan kesalahan pengendara mobil yang tidak hati-hati.

b. Kejadian itu membuat saya bisa belajar berhati-hati dalam mengendarai motor.

10.Kamu ditunjuk menjadi ketua kelas. Apa reaksimu? a. Teman-teman pasti akan sulit untuk diatur.

b. Teman-teman pasti mempunyai alasan yang baik mengapa mereka menunjukku.

11.Teman-temanmu selalu mengandalkan kemampuanmu dalam banyak hal. Apa yang kamu pikirkan?

(75)

b. Saya memang lebih pintar daripada mereka.

12.Kamu tidak mempunyai banyak teman untuk diajak bermain. Apa yang kamu pikirkan?

a. Penampilan saya kurang menarik jadi teman-teman enggan bermain dengan saya.

b. Teman-teman hanya belum mengetahui segi positif saya.

13.Kamu ditunjuk mewakili sekolah dalam suatu perlombaan. Apa yang kamu pikirkan?

a. Peserta lain merupakan siswa-siswa berprestasi jadi akan sulit untuk bisa menang.

b. Perlombaan tersebut pasti bisa saya menangkan. 14.Kamu terlambat masuk sekolah. Apa reaksi kamu?

a. Saya pasti akan dimarahi guru.

b. Kejadian ini merupakan pelajaran bagi saya untuk bangun lebih awal.

15.Salah satu temanmu tidak menyukaimu. Apa yang ada di pikiran kamu? a. Suatu saat dia bisa menyukai dan berteman denganku

b. Teman lain pasti mempengaruhi dia untuk membenciku.

16.Kamu ditunjuk memimpin sebuah organisasi. Apa yang kamu pikirkan? a. Hal itu dapat menambah pengalaman saya dalam berorganisasi. b. Tugas itu akan mengganggu pelajaran saya di sekolah.

17.Kamu gagal memperoleh prestasi di sekolah. Apa yang kamu pikirkan? a. Saya memang bodoh.

b. Dengan lebih giat berusaha saya pasti akan bisa karena saya mempunyai kemampuan.

(76)

b. Cita-cita merupakan hal yang belum saya pikirkan. 19.Sekolah kamu jauh dari rumah. Apa yang kamu pikirkan?

a. Saya menjadi bisa bangun pagi dan belajar berdisiplin. b. Keadaan ini membuat saya selalu terlambat sekolah.

20.Teman lawan jenis kamu tidak ada yang menyukaimu. Apa yang kamu pikirkan?

a. Saya merasa saya memang tidak menarik.

b. Mereka sebenarnya menyukai saya tetapi hanya malu mengungkapkannya.

21.Teman kamu mengingkari janji padahal kamu sudah menunggunya. Apa yang kamu pikirkan?

a. Dia banyak membuang waktuku. b. Suatu saat dia pasti akan menepatinya. 22.Kamu dimarahi guru. Apa yang kamu pikirkan?

a. Saya menjadi mengerti mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk dilakukan.

b. Guru itu memang galak dan tidak suka dengan saya.

23.Kamu mengalami kesulitan dalam mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Apa yang kamu pikirkan?

a. Saya lebih senang meminta bantuan orang lain karena saya merasa tidak mampu.

b. Saya bisa mengandalkan kemampuan yang saya miliki untuk mengatasi kesulitan itu.

24.Teman yang selama ini jahat kepadamu tiba-tiba berbalik menjadi baik. Apa yang kamu pikirkan?

(77)

25.Kamu mendapat pujian dari teman bahwa dirimu cantik/ tampan. Apa yang kamu pikirkan?

a. Mereka hanya berpura-pura memuji saya. b. Pujian itu membuat saya bisa lebih percaya diri.

26.Penampilanmu tidak semenarik teman-teman kamu. Apa yang kamu pikirkan?

a. Penampilan cantik/ tampan adalah hal yang subjektif (setiap orang mempunyai penilaian sendiri-sendiri).

b. Saya memang mempunyai banyak kekurangan.

27.Temanmu mendapat pacar yang cantik/ tampan padahal menurutmu teman kamu tersebut tidak menarik. Apa yang kamu pikirkan?

a. Pacarnya hanya memanfaatkan temanku saja.

b. Mereka memang saling mencintai dengan perbedaan itu. 28.Persiapan ujianmu terganggu karena listrik padam. Apa reaksi kamu?

a. Saya pasti tidak akan bisa mengerjakan ujian.

b. Hal ini akan menjadi pelajaran bagi saya agar saya tidak belajar mendadak.

29.Salah satu temanmu meneleponmu dan berbicara panjang lebar mengenai masalahnya padahal malam itu kamu sudah mengantuk. Apa yang kamu pikirkan?

a. Dia pasti akan terus memaksa meskipun saya jelaskan kondisi saya.

b. Teman saya pasti akan mengerti kalau saya sudah mengantuk dan tidak melanjutkan ceritanya.

30.Kamu mempunyai banyak teman. Apa yang kamu pikirkan? a. Saya memang pandai bergaul.

b. Saya akan direpotkan oleh permasalahan mereka.

(78)

a. Orang tua saya tidak mengerti saya.

b. Saya menjadi tidak terjerumus pergaulan bebas.

32.Kamu tidak diundang dalam pesta ulang tahun teman baikmu. Apa yang kamu pikirkan?

a. Teman saya sudah melupakan saya.

b. Dia hanya lupa member kabar kepada saya.

33.Teman lawan jenis kamu banyak yang meenyukaimu. Apa reaksi kamu? a. Saya merasa diri saya lebih menarik daripada teman saya yang

lain.

b. Mereka hanya ingin memanfaatkan saya.

34.Pada saat memikirkan masa depan. Apa yang kamu pikirkan? a. Kegagalan sering menjadi ketakutan saya.

b. Masa depan yang baik akan saya raih.

35. Orang tua sering memarahiku. Apa yang kamu pikirkan?

a. Orang tua hanya ingin merubah saya untuk menjadi lebih baik lagi. b. Orang tua hanya bisa marah-marah saja.

36.Salah satu temanmu mentraktir kamu tanpa alasan yang jelas. Apa yang kamu pikirkan?

a. Teman saya pasti mengharapkan sesuatu dari saya. b. Kebaikannya benar-benar tulus.

37.Kamu diajak belajar kelompok bersama teman yang mengalami kesulitan belajar. Apa yang kamu pikirkan?

a. Saya pasti akan direpotkan oleh pertanyaan-pertanyaan dia.

b. Saya bisa membantunya memahami pelajaran dengan kemampuan yang saya miliki.

(79)

b. Setiap masalah hanya membuat pusing. 39.Motor kamu mogok. Apa reaksimu?

a. Saya akan belajar memperbaikinya. b. Kejadian ini menghambat perjalanan saya.

40.Kamu gagal dalam suatu perlombaan. Apa yang kamu pikirkan? a. Saya memang sudah ragu akan menang.

b. Di perlombaan selanjutnya saya pasti akan menang. 41.Kamu merupakan siswa yang disukai guru. Apa reaksimu?

a. Teman-teman pasti akan iri kepada saya.

b. Saya akan lebih mudah dan nyaman bertanya kepada guru ketika saya mengalami kesulitan belajar.

42.Ketika berpikir tentang hari esok. Apa yang kamu pikirkan? a. Hari esok pasti akan lebih baik.

b. Hari esok pasti akan banyak masalah yang memusingkan saya. 43.Teman-temanmu kurang bisa memahami perasaanmu pada saat kamu

sedih. Apa reaksimu?

a. Suatu saat mereka akan mengerti perasaanmu.

b. Semua teman hanya mau mengerti saat kita sedang senang saja. 44.Kamu bertemu teman lama pada saat reuni sekolah. Apa yang kamu

pikirkan?

Gambar

Tabel 1 Skor Aitem-Aitem Skala Berpikir Positif
Tabel 3
Tabel 5 Blue Print Skala Harga Diri Sebelum Seleksi Aitem
Tabel 6 Aitem-aitem skala harga diri setelah seleksi aitem
+3

Referensi

Dokumen terkait

Apocrine and microapocrine secretion of digestive enzymes in insect anterior midgut cells, with the release of enzyme-containing vesicles, may be an adaptation to enhance the

Pendidikan Sejarah UPI yang telah memfasilitasi penulis dalam banyak hal. terutama kepentingan administrasi

Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya

Dimension reduction : the informative bands are selected based on the wavelet transform to produce relevant bands for making use of MLC and to test the effect of dimension

Uler wulu kang cacahe maewu-ewu mrabasa dhaerah Pasuruan iku merga saka ulahe wong-wong sing ora mretungake marang lestarine alam.. Merga akehe wong-wong kang golek kroto

.&#34; روص يهو ،ةتباثلا روصلا نم ةيرخلأا ةثلاثلا عاونلأا لمتشيو ،ةنيعم ضرع ةزهجأ مادختسا لىإ ةشاشلا ىلع اهضرع جاتيحو .ةفافش مليفلاف ضرعو ،ةتباثلا ملافلأا

Pengamatan dilakukan terhadap pertum- buhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah daun, panjang, dan lebar daun), umur tanaman, pro- duksi rajangan kering, kadar nikotin, dan un-

(1990) dalam Wei Ming Ou (2011: 196) menyatakan bahwa profesionalisme penyedia layanan memiliki dampak positif pada hubungan kualitas, jadi dapat disimpulkan dari