• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN DI DIVISI GROCERY PT. HERO SUPERMARKET Tbk. CABANG HERO SOLO SQUARE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN DI DIVISI GROCERY PT. HERO SUPERMARKET Tbk. CABANG HERO SOLO SQUARE"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

26

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN DI DIVISI GROCERY

PT. HERO SUPERMARKET Tbk. CABANG HERO SOLO SQUARE

MIFTAKHUL ’ARFAH HADIANI

Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta

ABSTRAK

PT. Hero Supermarket Tbk Cabang Hero Solo Square adalah perusahaan retail yang menyediakan kebutuhan sehari-hari dan menjual kurang lebih 900 macam produk, yang terbagi menjadi 2 macam, yaitu fresh item dan grocery. PT.Hero Supermarket Tbk Cabang Hero Solo Square bekerjasama dengan lebih dari 68 perusahaan sebagai supplier extern untuk memenuhi permintaan konsumen. Pada kondisi real, perusahaan sering mengalami overstock untuk produk-produk yang hampir expired maupun rusak. Stock out juga kadang terjadi sehingga kebutuhan konsumen ada yang tidak terpenuhi. Beberapa supplier tidak mau menerima retur dari produk yang telah dibeli dan jika produk-produk tersebut hampir expired maupun rusak akan digolongkan dalam produk broken stock. Hal ini mampu menurunkan keuntungan (profit) yang diperoleh perusahaan. Dalam penelitian ini dilakukan analisis pengendalian persediaan menggunakan model Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP) dan perbandingan biaya pesan antara hasil perhitungan metode EOQ dengan metode yang diterapkan perusahaan saat ini. Dengan penerapan metode EOQ besarnya biaya pemesanan yaitu Rp. 201.563,92. Sedangkan dengan metode yang diterapkan perusahaan, besarnya biaya pemesanan yaitu Rp. 472.650. Selisih dari kedua biaya tersebut adalah Rp. 271.086,08. Dari selisih tersebut diperoleh nilai penghematan sebesar 57,35 %

Kata Kunci : persediaan, retail, EOQ, ROP

PENDAHULUAN

Persediaan adalah suatu elemen yang penting dalam operasional badan usaha. Tanpa adanya persediaan badan usaha akan dihadapkan pada risiko tidak dapat memenuhi kebutuhan para langganan sehingga mengakibatkan target pelayanan terhadap pelanggan tidak terpenuhi (Gaspersz, 2004).

Pengendalian persediaan memiliki arti yang sangat penting karena merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pelayanan perusahaan retail. Pengendalian persediaan di PT. Hero Supermarket Tbk dipusatkan di bagian grocery store room. Produk yang harus disediakan oleh PT. Hero Supermarket sekitar 900 jenis terdiri dari fresh item dan grocery serta dipesan dari 68 supplier.

Keputusan yang menyangkut berapa banyak dan kapan harus melakukan pemesanan merupakan hal yang khusus dalam masalah persediaan, terlebih lagi bila kebutuhan persediaan terdiri dari beberapa jenis produk, dengan pemasok yang

berbeda serta anggaran yang terbatas (Fogarty, 1991).

Pada kondisi real, perusahaan mengalami fluktuasi persediaan yang cukup tinggi. Pada saat diperkirakan permintaan naik, perusahaan akan menimbun produk dalam jumlah banyak, sehingga besar kemungkinan untuk terjadi overstock jika permintaan sebenarnya lebih rendah dari perkiraan. Sebaliknya, pada saat perusahaan memperkirakan permintaan akan sedikit, perusahaan belum menerapkan sistem safety stock sehingga tidak bisa memenuhi permintaan konsumen yang tiba-tiba meningkat melebihi persediaan yang ada atau sering disebut dengan istilah stock out.

Ada beberapa supplier yang tidak mau menerima retur dari produk yang telah dibeli. Jika produk-produk tersebut hampir expired maupun rusak akan digolongkan dalam produk broken stock. Hal ini mampu menurunkan keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Salah satu visi dari PT Hero Supermarket Tbk. adalah ”Untuk

▸ Baca selengkapnya: cabang irian supermarket

(2)

mendapatkan profit yang tinggi, maka kepuasan pelanggan harus diutamakan agar pelanggan menikmati pelayanan berbelanja di Hero”. Sehubungan d

visi dan misi tersebut, maka PT Supermarket menghindari terjadinya

out. Hal ini berkaitan dengan

yang harus dipenuhi oleh pihak

Gambar 1. Persentase

Cabang Hero Solo Square t

(PT. Hero Supermarket Tbk Cabang Hero Solo Square)

Pada akhir bulan Januari 2007 terdapat 10 % dari total kurang lebih 1200 produk atau sama dengan kurang lebih 120 produk yang ada di PT Hero Supermarket Tbk. yang mengalami stock out

pada bulan Desember 2007 peningkatan persentase jumlah

sebesar 20 % dibandingkan pada bulan Januari 2010 menjadi 30%. Kekurangan atau tidak tersedianya suatu item yang diperlukan oleh konsumen dapat be

lost sale dan mengurangi profit

Supermarket Tbk Cabang Hero Solo Square.

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana merencanakan pengendalian persediaan dengan menggunakan analisis EOQ dan ROP untuk mengurangi jumlah over stock

?

Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah merencanakan

persediaan dengan menggunakan analisis EOQ dan ROP untuk mengurangi jumlah

over stock dan stock out.

ingin diperoleh dengan adanya

adalah memberikan masukan kepada perusahaan dalam merencanakan pengendalian persediaan.

0% 20% 40%

10%20%

mendapatkan profit yang tinggi, maka kepuasan pelanggan harus diutamakan agar pelanggan menikmati pelayanan . Sehubungan dengan visi dan misi tersebut, maka PT Hero menghindari terjadinya stock . Hal ini berkaitan dengan service level yang harus dipenuhi oleh pihak perusahaan

dalam melakukan pelayanan konsumen.

Pada tahun 2007

yang cukup signifikan dalam menurunkan profit PT Hero Supermarket Tbk

dapat dilihat pada Gambar 1.

Persentase stock out semua produk di PT Hero Supermarket Tbk Cabang Hero Solo Square tahun 2007

(PT. Hero Supermarket Tbk Cabang Hero Solo Square)

Pada akhir bulan Januari 2007, terdapat 10 % dari total kurang lebih 1200 produk atau sama dengan kurang lebih 120 di PT Hero Supermarket

stock out. Sedangkan

ber 2007 terjadi peningkatan persentase jumlah stock out sebesar 20 % dibandingkan pada bulan Januari 2010 menjadi 30%. Kekurangan atau tidak tersedianya suatu item yang diperlukan oleh konsumen dapat berakibat dan mengurangi profit PT. Hero Supermarket Tbk Cabang Hero Solo Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan permasalahan merencanakan persediaan dengan menggunakan analisis EOQ dan ROP untuk

over stock dan stock out

Tujuan dari kegiatan penelitian ini pengendalian persediaan dengan menggunakan analisis EOQ dan ROP untuk mengurangi jumlah

Manfaat yang

ingin diperoleh dengan adanya penelitian ini adalah memberikan masukan kepada dalam merencanakan

Pada penelitian ini, batasan permasalahan yang digunakan adalah

a. Penelitian dilakukan pada divisi

grocery di PT. Hero Supermarket Tbk

Cabang Hero Solo Square.

b. Data yang digunakan dalam laporan kerja praktek ini merupakan data pada bulan Juni dan Juli

c. Pembahasan hanya dibatasi pada produk-produk yang tidak bisa dikembalikan ke supplier.

Pada penelitian ini, asumsi digunakan antara lain :

a. Tingkat permintaan diketahui, be konstan dan deterministik

b. Leadtime, yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan, diketahui dan bersifat konstan.

c. Tidak diperbolehkan adanya

d. Ukuran pemesanan kontinyu dengan tingkat pemesanan tak terhingga. e. Biaya produk bersifat

f. Diskon berdasarkan besarnya pemesanan produk tidak diperhitungkan. 20%30%30% 40% 30% 20% 30% 40% 20% 40% 30%

27

melakukan pelayanan kepada Pada tahun 2007 terjadi stock out yang cukup signifikan dalam menurunkan Hero Supermarket Tbk. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.

semua produk di PT Hero Supermarket Tbk

Pada penelitian ini, batasan permasalahan adalah :

Penelitian dilakukan pada divisi di PT. Hero Supermarket Tbk Cabang Hero Solo Square.

Data yang digunakan dalam laporan kerja praktek ini merupakan data pada bulan Juni dan Juli 2007.

Pembahasan hanya dibatasi pada produk yang tidak bisa dikembalikan ke supplier.

ni, asumsi-asumsi yang digunakan antara lain :

Tingkat permintaan diketahui, bersifat konstan dan deterministik.

, yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan, diketahui dan bersifat Tidak diperbolehkan adanya shortage

pemesanan kontinyu dengan tingkat pemesanan tak terhingga. Biaya produk bersifat independent.

berdasarkan besarnya pemesanan produk tidak

(3)

28

METODE

Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, dan untuk suku cadang bagi mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang. Tidak ada perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan, meskipun sebenarnya persediaan hanyalah suatu sumber dana yang menganggur, karena sebelum persediaan digunakan berarti dana yang terikat di dalamnya tidak dapat digunakan untuk keperluan yang lain (Herjanto,1999). Menurut Herjanto (1999), sistem pengendalian persediaan adalah mekanisme mengenai bagaimana mengelola masukan-masukan yang sehubungan dengan persediaan menjadi output, di mana untuk itu diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar tertentu.

Persediaan secara umum dapat diartikan sebagai stok bahan atau material sebagai pembentuk organisasi persediaan yang termasuk ke dalam interaksi bahan, produk-produk setengah jadi, orang-orang, mesin-mesin dan ketersediaan gudang. Pengertian persediaan menurut Gaspersz (2004), adalah :“Penyimpanan dari barang dan stok, termasuk bahan baku (raw material), work-in-process (WIP), produk akhir (finished products), dan supplies ”. Tersine (1994) mendefinisikan persediaan sebagai :“Material yang menganggur atau belum selesai yang berada pada keadaan menunggu penjualan, penggunaan, atau perpindahan pada waktu yang akan datang”.

Dari beberapa definisi sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa persediaan merupakan suatu barang atau bahan baik itu bahan mentah, bahan setengah jadi atau barang jadi yang dengan sengaja disimpan sebagai persediaan guna mengantisipasi permintaan pada waktu yang akan datang sehingga dapat menunjang kelancaran proses produksi dan memberikan keuntungan perusahaan. Pengadaan persediaan tersebut bertujuan agar perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi terhadap kebutuhan pelanggan dengan adanya jaminan tersedianya barang

yang diperlukan, mengurangi resiko kehilangan pembeli keterlambatan kedatangan barang atau bahan baku yang diperlukan perusahaan, mempertahankan kestabilan dan kelancaran arus produksi, mencapai penggunaan mesin yang optimal, mendapatkan keuntungan yang ekonomis jika produksi atau pembelian dilakukan dalam jumlah besar dan memelihara hubungan yang baik dengan supplier dan terjaminnya kontinuitas supply.

Pada dasarnya persediaan dimaksudkan untuk mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk membuat barang produksi yang selanjutnya disampaikan kepada konsumen.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Persediaan

Menurut Gaspersz (2004), persoalan persediaan dapat diklarifikasi dalam banyak cara, namun beberapa karakteristik yang pada umumnya berpengaruh pada suatu sistem:

a. Permintaan (demand). Pengetahuan untuk mengetahui kebutuhan di masa yang akan datang dapat dibagi dalam tiga kelas :

1) Permintaan bahan baku yang akan datang diketahui dengan pasti, disebut sebagai persoalan persediaan dengan kepastian (Inventory Problem Under Certainty).

2) Permintaan bahan baku untuk waktu yang akan datang tidak dapat diketahui dengan pasti, disebut persoalan dengan resiko (Inventory Problem Under Risk).

3) Permintaan bahan baku untuk waktu yang akan datang tidak dapat diketahui dengan pasti baik jumlahnya maupun kemungkinannya disebut dengan persoalan persediaan dengan ketidakpastian (Inventory Problem

Under Uncertainty).

b. Pengisian Kembali Persediaan (Replenishment). Pengisian kembali persediaan pada umumnya bisa dikendalikan oleh pengambil keputusan, pola pengisian kembali

(4)

29

persediaan yang seketika pada umumnya terjadi apabila berhubungan dengan pembelian-pembelian atau pemesanan kepada pihak diluar organisasi yang bersangkutan. Sedangkan pola

uniform dan batch biasanya terjadi

bila pengisian kembali persediaan diusahakan dari dalam organisasi itu sendiri

c. Waktu Ancang-Ancang (Lead Time). Waktu ancang-ancang atau lead time adalah lamanya waktu antara keputusan untuk mengisi persediaan diambil, sampai saat persediaan siap untuk melayani permintaan. Waktu ancang ini biasanya konstan, bisa variabel dan dapat pula distribusi kemungkinan tertentu.

d. Pembatas. Pembatas (constraint) adalah pernyataan yang membatasi di dalam sistem persediaan, seperti misalnya pembatas yang berhubungan dengan ruangan, modal, tingkat pelayanan, tenaga kerja dan lain sebagainya

e. Ongkos-Ongkos Persediaan. Ada tiga macam biaya atau ongkos yang berhubungan dengan sistem persediaan yaitu ongkos penyimpanan (holding cost), biaya kekurangan persediaan (shortage

cost) dan ongkos pemesanan (procurement cost).

Model Sistem Persediaan

Tersine (1994) berpendapat bahwa, pada sistem persediaan, ketidakpastian yang tidak dapat dihindarkan dapat berasal dari :

a. Pemakai (user) yang berupa fluktuasi kebutuhan yang dicerminkan oleh variansi atau standar deviasi permintaan.

b. Pemasok (supplier) yang berupa waktu pengiriman barang yang dicerminkan oleh waktu ancang-ancang.

Dihadapkan pada sistem probabilistik tersebut maka dalam persediaan diperlukan adanya cadangan pengaman. Dengan demikian persoalan kebijakan persediaan dalam sistem persediaan probabilistik meliputi hal berikut :

a. Menentukan besarnya ukuran pemesanan.

b. Menentukan saat pemesanan dimulai. c. Menentukan besarnya cadangan

pengaman.

Untuk menentukan kebijakan persediaan ini dikenal dua metode dasar yaitu metode Q dan metode P yang merupakan dasar penurunan metode pengendalian yang lain. Asumsi yang dikembangkan dalam pembahasan kedua model ini adalah :

Permintaan barang yang bersifat probabilistik dengan distribusi permintaan diketahui.

a. Waktu ancang-ancang (lead time) konstan.

b. Harga barang yang dipesan konstan tidak tergantung pada ukuran pemesanan.

c. Biaya pengadaan tetap untuk setiap kali pemesanan.

d. Biaya simpan per unit per tahun tetap tidak tergantung besarnya barang yang disimpan.

Ditinjau dari segi biaya, adanya fenomena probabilistik ini menyebabkan tambahan elemen biaya kekurangan persediaan dan biaya simpan cadangan pengaman perlu diperhitungkan dalam perhitungan biaya total persediaan selain biaya pengadaan. Pada sistem ini, baik permintaan maupun waktu ancang-ancang (lead time) bersifat probabilistik. Berdasarkan permintaan dan lead time yang demikian itu, maka sistem ini dapat dibedakan menjadi tiga macam:

a. Sistem persediaan probabilistik dengan permintaan yang berubah tetapi lead time tetap.

b. Sistem persediaan probabilistik dengan permintaan tetap tetapi lead

time berubah-ubah.

c. Sistem persediaan probabilistik dengan permintaan dan lead time yang berubah-ubah.

Karena sifat probabilistik dari permintaan dan lead time tersebut, maka tidak dapat diramalkan secara tepat jumlah unit yang harus disediakan selama lead

time. Untuk menjamin agar permintaan

selama lead time dapat dipenuhi, diperlukan sejumlah unit persediaan tertentu yang lazim disebut safety stock.

(5)

30

Safety stock dimaksudkan sebagai

persediaan cadangan yang digunakan untuk terpenuhinya permintaan selama lead

time yang melebihi jumlah yang diharapkan.

Model probabilistik dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Sistem Persediaan Probabilistik. Dari Gambar 2 dapat diketahui,

bahwa lead time tidak tetap begitu pula permintaan selama lead time (L). Pada

cycle I permintaan (D) lebih besar dari

jumlah unit yang diharapkan, sehingga hal ini mengurangi safety stock. Makin besar

safety stock makin menjamin pelayanan

sebab resiko kekurangan persediaan menjadi semakin kecil. Akan tetapi dengan meningkatnya jumlah safety stock akan memperbesar modal yang terikat dalam persediaan, begitu pula halnya dengan ongkos persediaan atau ongkos penyimpanan.

Menentukan besarnya persediaan dengan sistem persediaan probabilistik ini

dapat dilakukan dengan cara sedemikian rupa sehingga safety stock berada pada tingkat yang dapat memberikan suatu keseimbangan yang tepat antara ongkos kekurangan persediaan dan ongkos safety

stock.

Menurut Tersine (1994) dalam Betty (2007), terdapat dua pendekatan dalam menentukan besarnya persediaan dengan sistem persediaan probabilistik, yaitu pendekatan dalam menentukan jumlah persediaan dan waktu pemesanan. Klasifikasi dari kedua pendekatan ini bisa dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Klasifikasi Pendekatan Sistem Persediaan Probabilistik

(Tersine,1994)

Reorder Point Model

Menurut Gaspersz (2004), pada dasarnya metode ROP (sinonim : order

point, trigger level, statistical order point)

merupakan suatu teknik pengisian kembali

inventori apabila total stock on-hand plus

on-order jatuh atau berada di bawah titik

pemesanan kembali (reorder point =ROP). ROP merupakan metode inventori yang menempatkan suatu pesanan untuk lot

Cycle I Cycle II L L S S Q waktu ROP

(6)

31

tertentu apabila kuantitas on-hand berkurang sampai tingkat yang ditentukan terlebih dahulu yang dikenal sebagai titik pemesanan kembali (ROP). ROP dihitung berdasarkan formula :

ROP = DLT +SS

Di mana :

ROP = titik pemesanan kembali (Reorder Point) DLT = Permintaan selama waktu tunggu SS = Stok pengaman (safety stock)

Asumsi yang digunakan untuk model ini antara lain:

a. Pengisian kembali dilakukan seketika. b. Lead time deterministik.

Pada suatu sistem persediaan, pola dari permintaan akan selalu berubah dan

tidak tidak beraturan, seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Dalam Gambar 4 dijelaskan tiga siklus dari sistem persediaan. Pada siklus pertama, permintaan selama lead time sangat tinggi sehingga menyebabkan terjadinya stock

out. Pada siklus kedua, permintaan selama lead time kurang dari yang diperkirakan dan

terjadi pengisian kembali sebelum jumlah safety stock dicapai. Pada siklus ketiga, permintaan selama lead time lebih tinggi yang diperkirakan, tetapi safety stock mampu mencukupi permintaan tersebut. (Tersine, 1994)

Gambar 4. Model Persediaan ROP

(Tersine, 1994)

Persediaan

Pengamanan

(Safety

Stock)

Model persediaan tradisional diasumsikan baik permintaan maupun tenggang waktu pengiriman pasok adalah tetap. Namun dalam permintaan dan tenggang waktu yang berubah-ubah sehingga beresiko dan dapat dirugikan. Hal ini dapat diatasi dengan menyimpan persediaan dalam jumlah yang besar, yang disebut persediaan penyangga (safety

stock). Makin besar persediaan ini maka

semakin besar resiko dalam bentuk dana yang terikat dalam persediaan, kemungkinan kerusakan barang dan kemungkinan penambahan biaya lainnya. Dalam hal ini harus diupayakan untuk memperkecil resiko kehabisan persediaan.

Walaupun resiko persediaan dapat diperkecil dengan memperkecil persediaan penyangga, resiko yang berhubungan dengan buruknya pelayanan persediaan menjadi meningkat, termasuk biaya-biaya pemesanan tertunda (back order),

kehilangan penjualan, gangguan pada produksi, dan seterusnya. Cadangan pengaman akan menjadi besar dalam hal:

1) Ongkos kekurangan persediaan yang mahal.

2) Tingkat pelayanan yang diinginkan tinggi.

3) Variasi kebutuhan yang menjadi besar.

4) Variasi waktu ancang-ancang yang dimiliki besar.

Besarnya safety stock adalah SS = Z

LT

( d

)

Dimana

Z : Service level yang diinginkan LT : Lead time

σd : Standar deviasi dari tingkat kebutuhan

Hubungan antara safety stock dan

service level ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5 menunjukkan bahwa semakin tinggi service level maka semakin tinggi pula jumlah safety stock dan biaya persediaan.

(7)

32

Gambar 5. Hubungan antara Safety Stock dan Service Level

( Tersine, 1994)

Safety Stock bisa ditentukan dari

minimasi biaya penyimpanan dan biaya

stock out jika diketahui, atau berdasarkan service level yang telah ditetapkan manajemen.

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan yaitu data sekunder yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi dan dikumpulkan oleh pihak PT Hero Supermarket Tbk Cabang Hero Solo Square. Data-data tersebut diperoleh dari bagian Divisi Grocery PT Hero Supermarket Tbk Cabang Hero Solo Square. Data sekunder yang dikumpulkan berupa :

a. Data umum perusahaan

b. Data perusahaan supplier yang tidak menerima Credit Note

c. Data produk-produk dari perusahaan

supplier yang tidak menerima Credit

Note

d. Data penjualan 50 produk dari perusahaan supplier yang tidak menerima Credit Note periode Juni dan Juli 2007

e. Data pemesanan 50 produk dari perusahaan supplier yang tidak menerima Credit Note periode Juni dan Juli 2007

f. Data biaya persediaan (biaya pesan dan biaya simpan)

g. Data lain-lain yang menunjang penelitian ini.

Pengolahan Data

Pada tahap ini, data-data yang telah diperoleh pada tahap pengumpulan data, kemudian dilakukan pengolahan terhadap data-data tersebut. Langkah-langkah penelitian bisa dilihat pada Gambar 6.

(8)

33

Gambar 6. Metodologi Penelitian

Perhitungan

Economic

Order

Quantity (EOQ), Safety Stock (SS),

Reorder Point (ROP), dan maximum

inventory.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam perhitungan Economic Order Quantity (EOQ), Safety Stock (SS), Reorder Point (ROP), dan maximum inventory yaitu :

a. Economic Order Quantity (EOQ)

1) Mengetahui data permintaan produk-produk yang tidak bisa dikembalikan ke supplier periode Juli 2007.

2) Mengetahui biaya simpan tiap item produk-produk yang tidak bisa dikembalikan ke supplier.

3) Mengetahui biaya pesan tiap item produk yang tidak bisa dikembalikan ke supplier untuk satu kali pemesanan

4) Melakukan perhitungan Economic

Order Quantity (EOQ) untuk

masing-masing produk yang tidak bisa dikembalikan ke supplier.

b. Safety Stock (SS)

1) Mengetahui permintaan mingguan produk-produk yang tidak bisa dikembalikan ke supplier periode Juli 2007.

2) Mencari nilai deviasi standar dari permintaan mingguan produk-produk yang tidak bisa dikembalikan ke supplier

3) Mengetahui prosentase tingkat pelayanan perusahaan

4) Mencari nilai Z dari table distribusi normal (policy factor)

5) Melakukan perhitungan Safety Stock

(SS) untuk masing-masing produk

yang tidak bisa dikembalikan ke supplier.

c. Reorder Point (ROP).

1) Mengetahui jumlah hari kerja dalam periode Juli 2007.

2) Mengetahui permintaan harian produk-produk yang tidak bisa dikembalikan ke supplier periode Juli 2007.

3) Mengetahui lead time

4) Mengetahui nilai safety stock (SS) produk-produk yang tidak bisa dikembalikan ke supplier periode Juli 2007.

5) Melakukan perhitungan Reorder Point (ROP) untuk masing-masing

produk yang tidak bisa dikembalikan ke supplier periode Juli 2007

d. Maximum Inventory

1) Mengetahui nilai Economic Order

(9)

34

tidak bisa dikembalikan ke supplier periode Juli 2007.

2) Mengetahui nilai Safety Stock (SS) produk-produk yang tidak bisa dikembalikan ke supplier periode Juli 2007.

3) Melakukan perhitungan Maximum

Inventory untuk masing-masing produk yang tidak bisa dikembalikan ke supplier periode Juli 2007.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis dalam penelitian ini terdiri dari analisis perhitungan Economic Order

Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP) dan

perbandingan biaya pesan antara hasil perhitungan EOQ dengan metode yang diterapkan perusahaan saat ini.

a. Analisis Economic Order Quantity

(EOQ)

Untuk dapat melaksanakan pengadaan produk dalam perusahaan, harus diadakan pemesanan terlebih dahulu. Dalam pelaksanaan pemesanan ini persoalan yang mungkin akan dihadapi perusahaan adalah menentukan berapa jumlah pemesanan yang paling optimal, sebelumnya manajemen perusahaan akan memperhitungkan baiya-biaya persediaan yang harus dikeluarkan dalam pemesanan tersebut.

Kuantitas pemesanan yang optimal (Economic Order Quantity) adalah merupakan suatu jumlah pemesanan produk yang akan dapat mencapai biaya persediaan yang paling minimal. Dengan adanya kuantitas optimal ini diharapkan biaya-biaya persediaan yang timbul akan dapat ditekan serendah-rendahnya sehingga efisiensi persediaan produk dalam perusahaan dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya.

Berdasarkan perhitungan pada pengolahan data diperoleh contoh hasil sebagai berikut :

1) Jumlah optimal setiap kali pemesanan Frestea Fruity Markisa 200 ml adalah 18 botol (1 botol = 1 item )

2) Jumlah optimal setiap kali pemesanan Coca-cola Can 330 ml adalah 27 kaleng.

3) Jumlah optimal setiap kali pemesanan Coca-cola Diet LKL 330 ml adalah 10 kaleng.

4) Jumlah optimal setiap kali pemesanan Fanta Orange Pet 1.5 L adalah 8 botol.

5) Jumlah optimal setiap kali pemesanan Frestea Fruity Apel 200 ml adalah 17 botol.

b. Analisis Reorder Point (ROP)

Untuk mengatasi ketidak-pastian produk dari supplier harus dicari titik pemesanan kembali yang paling optimal (reorder point = ROP). Namun sebelumnya harus dicari terlebih dahulu waktu tunggu (lead time) yang tepat untuk produk tersebut.

Adapun yang dimaksud reorder

point adalah saat atau titik dimana

harus diadakan pemesanan lagi sedemikian rupa sehingga penerimaan atau kedatangan produk yang dipesan itu tepat pada waktu dimana persediaan di atas safety stock sama dengan nol. Sedangkan lead time adalah jangka waktu sejak dilakukannya pemesanan sampai saat datangnya produk yang dipesan.

Besar Reorder Point (ROP) berbanding lurus dengan besar demand dan leadtime. Jadi semakin besar

demand dan leadtime maka semakin

besar pula nilai Reorder Point (ROP). Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan reorder point adalah:

a. Penggunaan produk selama tenggang waktu mendapatkan produk yaitu waktu yang meliputi dimulainya usaha-usaha untuk memesan produk tersebut diterima dan ditempatkan dalam gudang. b. Besarnya safety stock yaitu jumlah

persediaan pengaman yang harus ada untuk menjamin kelangsungan proses bisnis.

Berdasarkan perhitungan pada pengolahan data diperoleh contoh hasil sebagai berikut :

(10)

35

1) Jika stock produk Frestea Fruity Markisa 200 ml telah mencapai jumlah 3 botol maka perlu diadakan pemesanan kembali.

2) Jika stock produk Coca-cola Can 330 ml telah mencapai jumlah 15 kaleng maka perlu diadakan pemesanan kembali.

3) Jika stock produk Coca-cola Diet LKL 330 ml telah mencapai jumlah 2 kaleng maka perlu diadakan pemesanan kembali.

4) Jika stock produk Fanta Orange Pet 1.5 L telah mencapai jumlah 3 botol maka perlu diadakan pemesanan kembali.

5) Jika stock produk Frestea Fruity Apel 200 ml telah mencapai jumlah 3 botol maka perlu diadakan pemesanan kembali.

c. Analisis Perbandingan Hasil Penelitian dengan Kondisi di Perusahaan.

Setelah dilakukan perhi-tungan pada pengolahan data, maka diperoleh penghematan biaya pemesanan produk-produk yang tidak bisa dikembalikan ke supplier. Perbandingan biaya pesan metode EOQ dengan metode yang saat ini diterapkan perusahaan adalah : Dengan EOQ= Rp. 201.563,92 Dengan metode perusahaan = Rp. 472.650,00 Selisih = Rp. 472.650,00 - Rp. 201.563,92 = Rp. 271.086,08 Nilai pengurangan =(Rp.271.086,08/Rp.472.650,00) x100% = 57,35450744 %

Dengan penerapan metode EOQ besarnya biaya pemesanan yaitu Rp. 201.563,92. Sedangkan dengan metode yang diterapkan perusahaan besarnya

biaya pemesanan yaitu Rp. 472.650. Selisih dari kedua biaya tersebut yaitu Rp. 271.086,08. Dari selisih tersebut diperoleh nilai penghematan sebesar 57,35 %.

KESIMPULAN

Penelitian pengendalian perse-diaan di PT Hero Supermarket Tbk Cabang Hero Solo Square dapat menyimpulkan bahwa dengan menggunakan analisis model

Economic Order Quantity (EOQ) dan Re-Order Point (ROP), diperoleh nilai penghematan sebesar 57,35 % dibandingkan dengan metode penghitungan yang saat ini berjalan di perusahaan, sehingga bisa digunakan sebagai masukan untuk pengendalian persediaan dan mengurangi terjadinya over stock dan stock

out.

DAFTAR PUSTAKA

Fogarty, D.W. et al. (1991). Production & Inventory Mangement. South Western Publishing Co.

Gaspersz, Vincent . (2004). Production Planning and Inventory Control. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Herjanto, Eddy. (2003). Manajemen

Produksi dan Operasi. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Tersine, R.J. (1994). Principles of Inventory and Materials Management. Fourth Edition. Prentice-Hall. Inc., New Jersey.

Yuliastuti, Beti. (2007). Skripsi. Pengendalian Persediaan Obat Gawat Darurat di Sub Gudang Obat Instalasi Farmasi RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Gambar

Gambar 1. Persentase
Gambar 3. Klasifikasi Pendekatan Sistem Persediaan Probabilistik
Gambar 5. Hubungan antara Safety Stock dan Service Level
Gambar 6.  Metodologi Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menetapkan harga perolehan persediaan, perusahaan menerapkan dengan harga standar yang dikeluarkan departemen akunting pusat, kecuali untuk persediaan minuman, yaitu coca

SIPPB&S menghasilkan 8 Tabel output yaitu suggested order , pembelian, evaluasi supplier , pembayaran tagihan, persediaan dalam pemesanan, persediaan akhir item

Berdasarkan Tabel 4.51, diketahui bahwa sebanyak 39 orang atau sekitar 65% menjawab setuju dengan pernyataan jaminan produk yang diberikan perusahaan kepada konsumen baik

Jika perusahaan kekurangan persediaan, maka perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan dalam jumlah besar, sehingga untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, perusahaan

Hero Supermarket Tbk sudah cukup baik dengan adanya fungsi dan wewenang setiap bagian, pengendalian terhadap pengawasan barang, adanya kebijakan, nilai- nilai etika

Jika perusahaan kekurangan persediaan, maka perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan dalam jumlah besar, sehingga untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, perusahaan

Safety Stock adalah Persediaan yang dilakukan untuk mengantisipasi adanya unsur ketidakpastian, permintaan dan penyediaan Berdasarkan hasil perhitungan safety stock

Dalam melakukan persediaan bahan baku maupun produk juga harus dilakukan suatu perencanaan dan pengendalian dengan baik agar perusahaan dapat memenuhi permintaan konsumen dengan tepat