• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKANDALAM TRADISI “GREBEG” MAULUD DUSUN BENTISAN DESA SUKOMARTO KECAMATAN JUMO KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKANDALAM TRADISI “GREBEG” MAULUD DUSUN BENTISAN DESA SUKOMARTO KECAMATAN JUMO KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-

NILAI PENDIDIKANDALAM TRADISI “GREBEG”

MAULUD DUSUN BENTISAN DESA SUKOMARTO

KECAMATAN JUMO KABUPATEN TEMANGGUNG

TAHUN 2014

SKRIPSI

Disusun Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun Oleh :

ERMA NAHDLIYATUL FUTIHAH

NIM 111 10 187

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(2)

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Teip. (0298) 323706,323433 Fax 323433

Salatiga 50721

Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@stainsalatiga.ac.id

DEKLARASI















Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Erma Nahdliyatul Futihah

NIM : 1110187

Fakultas : Tarbiyah

Jurusan : PAI

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 10 November 2014 Penulis

(3)

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Teip. (0298) 323706,323433 Fax 323433

Salatiga 50721

Website : www.staisalatiga.ac.id E-mail : administrasi@stainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GREBEG MAULUD DUSUN BENTISAN DESA SUKOMARTO KECAMATAN JUMO

KABUPATEN TEMANGGUNG

DISUSUN OLEH

ERMA NAHDLIYATUL FUTIHAH 111 10 187

Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, SekolahTinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 24 D

esember 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr. Agus Waluyo, M.Ag

Sekretaris Penguji : Sri Guno Najib C.M.A

Penguji I : Drs. Taufiqul Mu‟in, M.Ag

Penguji II : Rovi‟in, M.Ag

(4)

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Teip. (0298) 323706,323433 Fax 323433

Salatiga 50721

Website : www.staisalatiga.ac.id E-mail : administrasi@stainsalatiga.ac.id

NOTA DINAS

Salatiga, 24 Desember2014 Kepada

Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan pembimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Nilai-nilai Pendidikan Dalam Tradisi Grebeg Maulud Bentisan

Desa Sukomarto Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung Tahun 2014

Nama : Erma Nahdliyatul Futihah

NIM : 11110187

Jurusan/Progdi: Tarbiyah/PAI

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga untuk diajukan dalam sidang Munaqosah.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Pembimbing Skripsi

(5)

ABSTRAKS

Judul : Nilai-nilai Pendidikan Dalam Tradisi Grebeg Malud Bentisan

Desa Sukomarto Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung Tahun 2014

Nama : Erma Nahdliyatul Futihah

NIM : 11110187

Latar belakang pembuatan skripsi ini untuk membuktikan ada tidaknya nilai-nilai pendidikan dalam tradisi Grebeg Bentisan.Dalam tradisi grebeg bentisan terdapat beberapa rangkaian acara yang memiliki banyak unsur pendidikanya, mulai dari awal acara yaitu pembacaan tahlil dan doa untuk para arwah orang-orang bentisan yang sudah meninggal pada umumnya dan pada khususnya pembacaan doa di tujukan kepada ulama/wali yang ada di desa bentisan yaitu simbah Kyai Tuan Sayid Abdurrahman beliau merupakan tokoh yang mencetuskan nama desa bentisan, dari situ dapat diambil sebuah pendidikan islam yaitu berbakti kepada orang tua. Berkaitan dengan uraian tersebut di atas maka timbul suatu keinginan dari peneliti untuk mengadakan penelitian guna mengetahui maksut, tujuan, dan nilai-nilai pendidikan dari upacara Tradisi Grebeg yang telah mentradisi di kalangan masyarakat Jawa pada umumnya dan masyarakat Desa Bentisan pada khususnya. Di mana masyarakat yang berdomisili di Desa Bentisan dan sekitarnya beranggapan bahwa pelaksanaan dari kegiatan tradisi grebeg tersebut mengandung nilai-nilai pendidikan.Dalam merumuskan permasalahan tersebut, perlu adanya sistematika analitik untuk mencapai sasaran yang menjadi objek kajian, sehingga pembahasan akan lebih terarah pada pokok masalah. Hal ini dimaksudkan agar terhindar dari pokok masalah dengan pembahasan yang tidak ada relevansinya.Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1). Bagaimanakah sejarah tradisi grebeg Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung?, 2). Ritual apa saja yang terdapat dalam prosesi grebeg Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung?, 3). Nilai nilai Pendidikan apa saja yang terdapat dalam tradisi grebeg Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung?.

(6)
(7)

MOTTO

سانلل مهعفنأ سانلا ريخ

“Sebaik

-Baik Manusia Adalah Orang Yang

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh keikhlasan dan rasa syukur, skripsi ini saya persembahkankepada:

1. Ayahanda (Khoeroni) dan Ibunda (Siti Sholihah). Semoga ananda dapat

mengukir“bahagia” pada hari-hari bapak dan ibu selanjutnya setelah kisah

berat danpanjang terlampui, tidak lupa Ayahanda (Badrodin) dan Ibunda (Sholiyah) dengan doa restu bapak ibu sekalian juga karya ini ada.

2. Seorang sahabat penyayang pelindung pengasih dan pemberi ketentraman

mas Mahrosin yang memberikan inspirasi serta penguat hati ketika lemah

dan yang selalu membangkitkan “semangat dalam lelah” dalam perjalanan

penyelesaian skripsi ini.

3. Kakak-kakakku mbak ely,mas mahbub dan kakak iparku mas shoim.

Yangselama ini tak pernah berhenti menanamkan semangat dan mencurahkankepeduliannya selama ini.

4. Sahabat-sahabatku di pondok Al Falah (mbak umi, mbak chunul, dek epy,

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta alam yang Maha Rahman dan Maha Rahim, tempat memohon pertolongan dan ampunan, tempat berlindung dari segala kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan. Barang siapa diberi petunjuk oleh-Nya, maka tidak ada yang mampu menyesatkan dan barang siapa disesatkan-Nya, maka tidak ada yang mampu memberi petunjuk.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kehadirat Rasulullah Saw, keluarga, sahabat, serta orang-orang yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Dengan kerendahan hati dan penuh kesadaran , penulis sampaikan bahwa skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Perjalanan yangmelelahkan dalam penyelesaian skripsi ini, akan lebih berarti dengan ucapanterima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantudalam proses ini. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada:

1. Ayahanda Khoeroni dan ibunda Siti Sholihah tercinta yang telah

mencurahkan pengorbanan dan doa restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.

2. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama

Islam Negeri (STAIN) Salatiga

3. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah.

(10)

5. Bapak Sukron Ma‟mun. S.Hi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Bapak Ghufron M,Ag, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu

memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik.

7. Seluruh Dosen STAIN Salatiga dan para stafnya yang telah memberikan

ilmu dan bantuannya bagi penulis, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

8. Bapak K.H. Zoemri RWS beserta ibu Hj. Latifah selaku pengasuh PPTI Al

Falah yang telah membina, mendidik, dan mencurahkan ilmunya serta doa kepada penulis selama studi di ponpes.

9. Bapak Miftahudin, S.Ag, selaku kepala Desa Sukomarto yang telah

memberikan berbagai informasi serta ijin penelitian bagi penulis.

10.Mas mahrosin yang senantiasa setia menemani, yang selalu bersedia untuk

direpotkan dan sahabat pendengar yang bijak ketika penulis mengeluarkan keluh-kesahnya.

11.Kakak-kakak tercinta mas mahbub, mbak ely, mas shoim, yang tiada henti

mengingatkan agar terus semangat dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

12.Teman-teman seperjuangan mbak umi, mbak indah, mbak rizka, mbak

ulin, mbak khanif, maz arifin yang selalumensupport penulis untuk tidak

bosan-bosan berusaha menjadi lebih baik.

(11)

14.Seluruh warga masyarakat Bentisan atas kerjasamanya dan doanya skripsi ini dapat selesai tepat waktu.

15.Teman-teman se-Tarbiyah angkatan 2010 dan seluruh pihak yang tidakbisa penulis sebutkan satu persatu di sini yang telah memberikan bantuandan

dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.

Kepada semuanya, penulis mengucapkan terima kasih disertai do‟a

semoga segala kebaikannya diterima sebagai amal sholih dan mendapatkan

balasan berlipat dari-Nya. Serta proses yang selama ini penulis alami semoga

bermanfaat di kemudian hari, sebagai bekal mengarungi kehidupan.

Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini melainkan Dia yang

Maha Sempurna.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih perlu

menyempurnakan baik dari segi substansial (isi) maupun metodologi.Oleh

karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang konstruktif dari semua

pihak guna kesempurnaan skripsi ini.Dan penulis berharap semoga tulisan ini

mempunyai nilai guna dan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca

pada umumnya.

Salatiga, 24 Desember 2014 Penulis

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………. i

PERNYATAAN KEASLIAN ……….. ii

PENGESAHAN ……… iii

NOTA PEMBIMBING ……….... iv

ABSTRAK ……… v

MOTTO ………. vii

PERSEBAHAN ………... viii

KATA PENGANTAR ……….. ix

DAFTAR ISI ………. xi

DAFTAR TABEL ………. xv

BAB I PENDAHULUAN .………….……….. 1

A. Latar Belakang ………. 1

B. Rumusan Masalah ………... 7

C. Tujuan Penelitian ………. 7

D. Kegunaan Penelitia ……….. 8

E. Penegasan Istilah ………. 8

F. Landasan Teori ……… 11

G. Metode Penelitian ……… 13

H. Prosedur Pengumpulan Data ………... 17

(13)

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……… 21

A. Grebeg ……….. 21

1. Pengertian Grebeg ……….. 21

2. Sejarah Grebeg ……… 21

B. Pendidikan ………. 24

1. Pengertian Pendidikan ………. 24

2. Tujuan Pendidikan ………... 26

3. Subjek Pendidikan ……….. 28

4. Objek Pendidikan ……… 35

5. Metode ……… 37

6. Media ……….. 40

7. Evaluasi ……….. 41

8. Bentuk-bentuk Pendidikan ………. 42

BAB III PAPARAN DATA ...………..………. 45

A. Paparan Data ……… 45

1. Gambaran Umum Lokasi ………... 45

2. Sejarah Desa Bentisan ……… 46

3. Kependudukan ……… 47

4. Kondisi Geografis ……….. 47

5. Kondisi Sosial, Agama dan Budaya ……….. 48

B. Temuan Penelitian….……….. 49

a. Grebeg Bentisan ……….. 49

(14)

c. Tempat-tempat Upacara ……….. 50

d. Upacara Ritual Adat Dalam Tradisi Grebeg ……… 53

BAB IV PEMBAHASAN ……… 55

A. Sejarah Tradisi Grebeg ……… 55

B. Prosesi Tradisi Grebeg ………. 58

C. Nilai-nilai Pendidkan Dalam Tradisi grebeg ……….. 61

1. Nilai Pendidikan Sosial ………. 62

2. Nilai Pendidikan Agama Islam………... 69

3. Nilai Pendidikan Kebudayaan ……… 89

BAB V PENUTUP ………... 95

A. Kesimpulan ……… 95

B. Saran ……….. 96 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN :

PAPARAN HASIL WAWANCARA FOTO-FOTO

NOTA PEMBIMBING

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebelum datangnya agama Hindu dan Budha di Jawa, orang Jawa telah mengenal suatu keyakinan yang bersifat sinkritisme, yaitu Animisme dan Dinamisme.Di sinilah akar permasalahanya dari keyakinan orang Jawa hingga saat ini, sedangkan ajaran Hindu dan Budha hanya sebagai pewarna saja.Dan masuknya agama-agama wahyu termasuk agama Islam ternyata tidak mematikan keyakinan dan paham ini.Ia tetap berjalan secara pasang surut mengikuti perubahan waktu dan perkembangan zaman. Hal itu terwujud dalam bentuk kepercayaan adanya danyang-danyang yang berarti hantu penjaga (rumah, pohon, dan sebagainya) di tempat-tempat tertentu dan percaya adanya dewa-dewa yang menguassai tempat-tempat di bagian bumi ini.

(16)

pertunjukan wayang diekpresikan tatakrama feodal yang halus yang berlaku di keraton (Simuh, 1999: 119).Melalui seni masyarakat Jawa tertarik dan menyukainya sebagai hiburan pada jaman dahulu mereka juga mendapatkan makna yang disampaikan oleh wali melalui pertunjukan wayang tersebut.

Menurut Koentjaraningrat (1984:5), “kebudayaan itu mempunyai

paling sedikit tiga wujud, ialah :

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan,

nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari

manusia dalam masyarakat.

3. Wujud kebudayaan sebagi benda-benda hasil karya manusia”.

Wujud pertama bersifat abstrak, dalam artian tak ada bukti kongkrit, tak dapat diraba atau difoto.Wujud kedua bersifat tentang pola tingkah laku manusia dan bias diobservasi, difoto dan didokumentasikan. Sedangkan wujud ketiga adalah merupakan seluruh total dari hasil aktivitas pembuatan dan karya-karya manusia dalam masyarakat, hal ini dapat berwujud benda-benda atau hal-hal yang berwujud dan dapat diraba.

Ada dua faktor yang menyebabkan keyakinan atau paham kejawen ini masih berlangsung sampai sekarang ini, yaitu :

1. Faktor intern

(17)

merupakan campuran (sinkretisme) kebudayaan agama pendatang, Hindu, Budha, Islam dan Kristen, kejawen (sinkretisme) adalah percampuran Hindu-Budha-Islam, meskipun berupa percampuran namun ajaran kejawen masih berpegang pada tradisi Jawa asli sehingga dapat dikatakan mempunyai kemandirian sendiri, orang Islam tradisional menganggap kejawen adalah merupakan kelengkapan utama dalam kehidupan sehari-hari. Belum lengkap dalam menjalankan agama Islam tanpa dicampuri dengan nilai-nilai ajaran kejawen, kalangan orang jawa masih banyak melakukan ritual-ritual kuno seperti ciri magis pewayangan, pengorbanan kerbau atau hewan tertentu bahkan ketika mereka sudah menyatakan keislamannya. Karena mereka menjalankan agama hanya sebatas pada pelaksanaan syariat rukun islam yang lima. Sedangkan mereka butuh ketenangan batin dan media atau sarana mendekatkan diri kepada Tuhan.

2. Faktor Ekstern

Hal ini banyak diwarnai oleh perjalanan sejarah Jawa.Selain didalam buku horoskop Jawa (primbon) disebutkan adanya larangan keras untuk mantuatau menggelar hajatan (pernikahan) di bulan Suro pada hari Senin dan Selasa.Atau pada tanggal 6, 11, 13, 14, 17, 18, 27 yang mereka

sebut sebagai tanggal-tanggal naas atau sial.Paham kejawenjustru

dikokohkan oleh Islam yang diajarkan oleh para Walisongo, antara lain

(18)

Kebudayaan mempunyai berbagai bentuk dan beberapa unsur.Salah satu unsur di antara unsur-unsur atau nilai yang ada dalam kebudayaan adalah sistem religi atau kepercayaan.Dari unsur yang berupa sistem religi tersebut, dapat berwujud sistem keyakinan dan gagasan dari tuhan, dewa-dewa, roh para leluhur dan sebagainya.Hal ini dimaksudkan agar manusia memiliki kemantapan, keseimbangan dalam kehidupan lahiriyah maupun batiniyah.Sistem religi atau kepercayaan yang merupakan pondasi dan pegangan hidup masyarakat dapat diaktualisasikan atau diwujudkan dalam bentuk upacara yang dilaksanakan dalam masyarakat setempat guna memperingati, memuliakan terhadap roh para leluhur yang oleh masyarakat tersebut dianggap dapat mendatangkan pengaruh kepada manusia yang masih hidup.

Kebudayaan sebagai hasil budi manusia, dalam hal berbagai bentuk dan menifestasinya, dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak kaku, melainkan selalu berkembang dan berubah dan membina manusia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kultural dan tantangan zaman tradisional untuk memasuki zaman modern.

(19)

Tujuan pendidikan pun adalah melestarikan dan selalu meningkatkan kebudayaan itu sendiri, dengan adanya pendidikanlah kita bisa mentransfer kebudayaan itu sendiri dari generasi ke generasi selanjutnya.

Dilihat dari sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk menimbang dan menghubungkan potensi individu. Adapun dari sudut pandang kemasyarakatan, pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai-nilai budaya dari generasi tua kepada generasi muda, agar nilai-nilai budaya tersebut tetap terpelihara (Hasan Langgulung:1998).

Dalam konteks ini dapat dilihat hubungan antara pendidikan dengan tradisi budaya serta kepribadian suatu masyarakat betapapun sederhananya masyarakat tersebut. Hal ini dapat dilihat bahwa tradisi sebagai muatan budaya senantiasa terlestarikan dalam setiap masyarakat, dari generasi ke generasi. Hubungan ini tentunya hanya akan mungkin terjadi bila para pendukung nilai tersebut dapat menuliskannya kepada generasi mudanya sebagai generasi penerus.

(20)

tidak dapat dipisahkan karena saling membutuhkan antara satu sama lainnya.

Dalam tradisi grebeg bentisan terdapat beberapa rangkaian acara yang memiliki banyak unsur pendidikanya, mulai dari awal acara yaitu pembacaan tahlil dan doa untuk para arwah orang-orang bentisan yang sudah meninggal pada umumnya dan pada khususnya pembacaan doa di tujukan kepada ulama/wali yang ada di desa bentisan yaitu simbah Kyai Tuan Sayid Abdurrahman beliau merupakan tokoh yang mencetuskan nama desa bentisan, dari situ dapat diambil sebuah pendidikan islamyaitu berbakti kepada orang tua seperti yang telah disabdakan nabi Muhammad Saw:

shaleh yang mendoakan kedua orang tuanya (HR Abu Daud).

(21)

pendidikan.Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti mengambil judul

skripsi “NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI “GREBEG”

MAULUD DI DUSUN BENTISAN DESA SUKOMARTO

KECAMATAN JUMO KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014”.

B. RumusanMasalah

Dalam merumuskan permasalahan tersebut, perlu adanya sistematika analitik untuk mencapai sasaran yang menjadi objek kajian, sehingga pembahasan akan lebih terarah pada pada pokok masalah. Hal ini dimaksudkan agar terhindar dari pokok masalah dengan pembahasan yang tidak ada relevansinya . Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.Bagaimanakah sejarah tradisi grebeg di dusun Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung?

2.Bagaimanakah prosesi tradisi grebeg di dusun Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung?

3.Nilai nilai Pendidikan apa saja yang terdapat dalam tradisi grebeg di dusun Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dengan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan Untuk:

1. Mengetahi sejarah tradisi di dusun grebeg Bentisan Sukomarto Jumo

(22)

2. Bagaimanakah prosesi tradisi di dusungrebeg Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung.

3. Mengetahui nilai nilai Pendidikan apa saja yang terdapat dalam tradisi

grebeg di dusun Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung. D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut :

1. Bagi Akademik, memperkaya khasanah pengetahuan terkait dengan nilai

pendidikan/edukasi dalam tradisi Grebeg Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung.

2. Bagi Masyarakat, sebagai sumbangan informasi bagi segenap masyarakat

yang beragama Islam untuk tetap menjaga nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam tradisi Grebeg Bentisan Sukomarto Jumo Kabupaten Temanggung.

3. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk mengembangkan wawasan

dan sikap ilmiah serta sebagai bahan dokumen untuk penelitian lebih lanjut.

Praktik nilai-nilai pendidikan itu dapat diterapkan setelah penelitian ini terlaksanakan.

E. Penegasan Istilah

(23)

1. Nilai

Nilai adalah prinsip atau hakikat yang menentukan harga atau nilai dan makna bagi sesuatu, atau sesuatu yang tidak terbatas (Abdul Aziz, 2009: 119).

Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting/berguna bagi kemanusiaan misal, budaya yang dapat menunjang kesatuan bangsa harus dilestarikan (kamus umum bahasa Indonesia, 1982:677)

2. Pendidikan

Pendidikan adalah hidup.Pendidikan adalah segala

pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. (Redja Mudyahardjo, 2010:3).

Dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1982:204)

Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.

3. Tradisi

Dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1982:959).Tradisi

(24)

Berdasarkan kepada kepercayaan terhadap nenek moyang

dan leluhar yang mendahului.Tradisi berasal dari kata “traditium”

pada dasarnya berarti segala sesuatu yang di warisi dari masa lalu. Tradisi merupakan hasil cipta dan karya manusia objek material, kepercayaan, khayalan, kejadian, atau lembaga yang di wariskan dari sesuatu generasi ke generasi berikutnya.seperti misalnya

adat-istiadat,kesenian dan properti yang

digunakan.http://tasikuntan.wordpress.com

4. Grebeg

DenysLombard dalam (Santoso, 2010:9) menegaskan bahwa grebeg adalah kelanjutan dari suatu ritual kuno yang telah terbukti ada sejak abad ke-14 yang berfungsi untuk memulihkan kepaduan kerajaan.

(25)

F. Landasan Teori

Kehidupan manusia dan alam dipengaruhi oleh dinamika perkembangan yang pesat dan disadari oleh manusia modern.Kesadaran tersebut merupakan suatu kepekaan yang mendorong manusia agar secara kritis menilai kebudayaanya.Evaluasi ini secara praktis mendorong manusia menyusun kembali peradabannya. Usaha untuk menilai proses perkembangan budaya ternyata selalu diajukan dalam setiap lingkungan kebudayaan dan dalam setiap tahap perkembangan. Selain itu ada kecenderungan bahwa budaya semakin berkembang menuju ke suatu

dunia yang oleh Kluckhohn (1999) disebut “dunia yang secara

antropologis peka”. Hal demikian berarti manusia dewasa ini semakin

sadar akan unsur-unsur persamaan dan perbedaan dalam eksistensi sebagai manusia, antara manusia yang hidup pada zaman dulu dan sekarang dengan kebudayaannya sendiri-sendiri ternyata ada hubungan timbal balik serta ada kesamaan unsur sekaligus perbedaanya (kluckhohn 1999).

(26)

essensial-sesungguhnya dari upacara perayaan sekaten karena fokus mereka tertuju hanya pada pameran saja.

Menurut Ragil Pamungkas (2006:31-32), “Dalam Agama Islam

tidak mengajarkan sesembahan terhadap benda-benda selain hanya kepada Allah Swt. Akan tetapi setelah Islam masuk di tanah Jawa, para Walisongo tidak menghilangkan budaya-budaya asli orang Jawa melainkan para Walisongo memasukkan ajaran-ajaran Islam dalam upacara atau ritual tersebut dengan mengganti keberadaan sesaji dengan penyajian baru

seperti menu tumpeng dan kenduri”. Contoh dari ritual-ritual asli Jawa

yang telah dimasuki ajaran-ajaran Islam diantaranya seperti upacara :Mitung Dino, Patang Puluh Dino, Nyatus, Mendak, Nyewu, dan lain-lain. Acara-acara tersebut yang dulunya ketika belum dimasuki ajaran Islam hanya diisi dengan acara ritual yang berisi slametan, makan bersama, bahkan bakar kemenyan, kemudian setelah Islam datang dan melalui dakwah para wali, kemudian acara tersebut sedikit-demi sedikit dimasuki ajaran islam dengan di isi dengan bacaan-bacaan kalimat tahlil, tahmid,

serta bacaan-bacaan yang terdapat dalam Al Qur‟an dan Al Hadis.

Upacara tradisi merupakan bagian dari adat istiadat yang merupakan salah satu upaya masyarakat Jawa untuk menjaga keharmonisan dengan alam, dunia roh, sesamanya, sebagai perwujudan

dari itu, masyarakat Indonesia sekarang ini masih memiliki

(27)

dilakukanya beberapa upacara tradisional, diantaranya : upacara jamasan pusaka, sekaten, upacara tabuhan, upacara grebeg, dan lain sebagainya.

Dalam agama Islam, Nabi Muhammad merupakan Rosul pembawa ajaran Islam di muka bumi, sehinggah hari kelahirannya diperingati oleh umat Islam.Karena Nabi Muhammad sebagai pembawa kebenaran. Selain itu dalam ajaran Islam disebutkan bahwa orang harus selalu bersyukur atas segala sesuatu yang telah diberikan oleh Allah (QS,14:7). Oleh sebab itu, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah, masyarakat bentisan mengemasnya dalam bentuk upacara tradisional.Salah satu budaya tradisisonal yang hingga saat ini tetap dipertahankan keberadaanya adalah upacara tradisi Grebeg di Desa Sukomarto.Pada dasarnya upacara tradisi ini merupakan upacara memperingati hari kelahiran Nabi Mihammad Saw.Upacara tersebut sebagai wujud rasa syukur atas diutusnya Nabi Muhammad Saw dan syukur atas nikmat rizki, kesehatan, serta keberkahan hidup yang telah Allah berikan.Maka upacara tersebut diadakan setiap tahun sekali dalam penyelenggaraan grebeg perayaan grebeg ini diadakan pada bulan maulud.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986:9) pada

(28)

dipertantangkan dengan pengamatan kualitatif.Mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secarafundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasanya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahanya. Sedangkan menurut Bogdan dan Tailor (2010:3) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, penelitian kualitatif berupa deskriptif kata-kata atau lisan sehingga atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak menggunakan perhitungan.

Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa

(29)

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan, sedangkan instrument penelitian data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat di gunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrument pendukung. Oleh karena itu, kehadiran meneliti secara langsung sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang di teliti, sehinnga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainnya di sini mutlak dilakukan.

3. Lokasi Penelitian

(30)

Mayoritas mata pencaharian warga Bentisan adalah bertani.Penulis memilih desa ini sebagai obyek penelitian karena penulis sendiri adalah warga asli desa tersebut, sehingga memudahkan bagi penulis untuk menyelesaikan karya ini dan mudah untuk mengorek berita-berita/info yang dibutuhkan dalam penyelesaian penelitian ini. Selain itu grebeg bentisan terbilang unik karena adanya perpaduan tradisi Jawa dengan tradisi Islam yang sangat apik didalamya sehingga penulis tertarik untuk meneliti apakah dalam tradisi grebeg ini terdapat nilai-nilai pendidikanya ataukah tidak.

4. Sumber data

(31)

H. Prosedur Pengumpulan Data

a. Metode Observasi

Observasi biasa di artikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian, (Hadari Nawawi, 1990: 100). Peneliti berusaha untuk mengamati dan mendengarkan dalam rangka mengamati dan mendengarkan dalam rangka memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap fenomena social keagamaan (perilaku, kejadian-kejadian, keadaan, benda dan simbol-simbol tertentu) selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan dan alalisis. Metode observasi digunakan untuk mengamati tradisi grebeg Bentisan di Desa Sukomarto Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung.

b. Metode Wawancara

Wawancara identik dengan pengumpulan data dengan bertanya langsung, lisan maupun tertulis kepada nara sumber. Jadi,

“wawancara adalah usaha mengumpulkan informasi dengan

mengajukan pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan

pula” (Hadari Nawawi, 1990:111).Ciri utamanya adalah kontak

(32)

tentang bentuk tradisi grebek Bentisan di Desa Sukomarto Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung.

Sumber berita yang akan diwawancarai oleh penulis beberapa masyarakat Bentisan diantaranya adalah pencetus tradisi grebeg, kepala Desa, tokoh masyarakat, warga Bentisan dan

sekitarnya yang bisa memberikan sumber berita untuk

menyelesaikan penelitian ini.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan menggunakan dokumen yang ada.Dengan metode ini dapat diperoleh catatan atau arsip yang berhubungan dengan penelitian (Rumidi, 2004:131).Dokumen yang diperoleh penulis dalam hal ini adalah berupa kumpulan dari beberapa pengamatan langsung kelokasi penelitian.

Dokumen-dokumen yang dikumpulkan bermacam-macam dari berbagai sumber, bisa berupa dokumen foto proses tradisi grebeg berlangsung, bisa juga berupa dokumen penting tentang sejarah dan lain-lainya yang berhubungan dengan tradisi grebeg.

I. Analisis Data

Menurut Noeng Muhadjir (1996:104) mengatakan, “Analisis data

(33)

hasil observasi, wawancara dan lainya. Untuk meningkatkanpemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti dan menyajikanya sebagai temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut

analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna”.

Sedangkan Menurut Imam Suprayogo dan Tabroni (2001:192),

“kegiatan analisis data selama pengumpulan data dapat dimulai setelah

peneliti memahami fenomena sosial yang sedang diteliti dan setelah

mengumpulkan data yang dapat dianalisis”. Kegiatan-kegiatan analisis

selama penulisan mengumpulkan data meliputi :

a. Menetapkan fokus penelitian.

b. Penyusunan temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah

terkumpul.

c. Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan

temuan-temuan pengumpulan data sebelumnya.

d. Pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitik dalam rangka

pengumpulan data berikutnya; dan

e. Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data berikutnya.

(34)

berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Jadi, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi

dat, penyajian data serta menarik kesimpulan (verifikasi),

(Milles,1992:16-18).

(35)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Grebeg

1. Pengertian Grebeg

Menurut sejarah kata Grebeg berasal dari kata “gumebreg”

yang berarti riuh, ribut, dan ramai.Tentu saja ini menggambarkan suasana grebeg yang memang ramai dan riuh.(Aditya Surya dalam Santoso, 2010:23).

Grebeg atau garebeg adalah upacara sesajen yang bertujuan mempersatukan seluruh lapisan masyarakat, diadakan 3 kali setahun yaitu (1) Grebek maulud untuk memperingati lahirnya nabi Muhammad Saw; (2) Grebek besar untuk mengenang tokoh legendaris Islam Hasan dan Husain; (3) Grebeg puasa sebagai pernyataan syukur atas berakhirnya bulan puasa Ramadhan (Soemarjan, 1981:33).

Inti dari upacara grebeg ini sebetulnya seperti selamatan yaitu makan bersama, hanya saja dalam bentuk besar dan dihadiri oleh masyarakat.Untuk keperluan ini disediakan nasi dan lauk pauk (dibentuk gunungan).Gunungan dipromosikan dari kraton ke Masjid besar, disembahyangi oleh penghulu dan kemudian dibagi kepada hadirin, groneman dalam (Santoso, 2010:24).

2. Sejarah Grebeg

(36)

tidak terkecuali tradisi grebeg ini.Pada awalnya grebeg merupakan upacara yang berwujud pertunjukan Jawa-Islam dengan misi dakwah. Kesenian yang ditampilkan antara lain shalawatan, kubrosiswo,

samporahan, dan dziba‟an yang diiringi gamelan rebana dan terbang.

Upacara itu digelar satu minggu dengan ditandai keluarnya Gamelan (gong) dari keraton untuk dibunyikan di Masjid Agung.Mengingat upacara ini dianggap suci dan sakral, pengunjung yang hendak melihat

disaratkan mencuci kaki dan membaca kalimat syahadat.

(www.Joglo.com)

(37)

kepercayaan masyarakat setempat yang dulunya masih memeluk agama Hindu dan Budha. Sejak saat itu hingga sekarang Grebeg selalu menarik perhatian banyak orang. (Suryonegoro, 2001:81-82)

Diantara para wali sanga, sunan kali jaga sangat terkenal sebagai seorang wali yang berjiwa besar, ulama, pemimpin, dan filosof. Kaum cendekiawan dan bangsawan simpatik kepada beliau karena caranya menyiarkan agama Islam disesuaikan dengan tata cara budaya masyarakat setempat waktu itu. Disamping itu, beliau juga seorang wali yang kritis dan kreatif. Terbukti dengan inisiatifnya membuat wayang kulit yang mengisahkan cerita Hindu dari Hindia yang kemuadian dimodifikasi mejadi cerita yang syarat akan unsur islam kemudian digunakan oleh sunan kalijaga sebagai media dakwah menyebarkan agama Islam. Hal itu dilakukan karena pertimbangan bahwa masyarakat jawa pada waktu itu masih banyak yang berkepercayaan agama nenek moyang Hindu dan Budha, atu dengan kata lain masyarakat masih memegang teguh tradisi adat istiadat lama.

(38)

dahulu, kemudian membaca dua kalimat syahadat atau dalam bahasa arabnya syahadatain sebagai syarat memeluk agama islam. Istilah dua kalimat syahadat yang diucapkan sebagai syahadatain ini karena orang Jawa susah dalam pengucapanya kemudian berangsur-angsur berubah menjadi syakatain dan pada akhirnya menjadi istilah sekaten sampai sekarang.

Acara sekaten saat itu dimeriahkan dengan pertunjukan pentas seni tradisional, yaitu pertunjukan pentas wayang dengan lakon punokawan dengan senjata ampuh jimat kalimosodo (dua kalimat syahadat).(Santoso, 2010:26) dan pada saat ini acara sekaten kebanyakan ditambah dengan adanya acara pasar malam.

Munculnya beberapa tradisi jawa yang telah diwarnai oleh unsur islam tak luput dari campur tangan penyebar agama Islam sendiri di Jawa, Wali Sanga adalah tokoh agama Islam yang menyerukan kebenaran Islam di Jawa dengan metode penyampuran budaya Jawa dengan unsur Islam sebagai media dakwahnya, berikut ini kita akan membahas bagaimana proses Islamisasi di pulau Jawa. B. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

(39)

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan menurut Omar Muhammad Toumy Al-Syaibani, pendidikan adalah: proses mengubah tingkahlaku indifidu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan sebagai profesi diantara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.

Menurut Hasan Langgunung, pendidikan adalah: suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang dididik.

Menurut Ahmad Fuat Al Ahwani pendidikan adalah pranata yang bersifat sosial yang tumbuh dari pandangan hidup tiap masyarakat.Pendidikan senantiasa sejalan dengan pandangan falsafah hidup masyarakat tersebut, atau pendidikan itu pada hakikatnya mengaktualisasikan falsafah dalam kehidupan nyata.

(40)

dengan upaya menegakkan spiritual dan falsafah yang dipilih dan disetujui untuk memperoleh kenyamanan hidupnya.

Makna dari ungkapan tersebut ialah bahwa tujuan pendidikan diambil dari tujuan masyarakat, dan perumusan operasionalnya ditujukan untuk mencapai tujuan tersebut, dan disekitar tujuan pendidikan tersebut terdapat atmosfer falsafah hidupnya.dari keadaan yang demikian itu, maka falsafah pendidikan yang terdapat dalam suatu masyarakat berbeda dengan falsafah pendidikan yang etrdapat pada masyarakat lainya, yang disebabkan perbedaan sudut pandang masyarakat, serta pandangan hidup yang berhubungan dengan sudut pandang tersebut.

Naquib Attas (1992:53), mendefinisikan pendidikan menurut Islam sebagai pengenalan dan pengetahuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia, tentang tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu di dalam tatanan Islam adalah usaha agar manusia mengenali kedudukan Tuhan dalam kehidupan ini.

2. Tujuan Pendidikan

Menurut Jalaludin, secara garis besar tujuan pendidikan dapat dilihat dari tujuh dimensi utama:

1) Dimensi hakikat penciptaan manusia pendidikan bertujuan untuk

(41)

2) Dimensi tauhid pendidikan bertujuan untuk upaya pembentukan sikap takwa.

3) Dimensi moral pendidikan bertujuan untuk manusia sebagai

pribadi yang bermoral.

4) Dimensi perbedaan individu pendidikan bertujuan untukuntuk

membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secra optimal, dengan tidak mengabaikan adanya factor perbedaan individu serta menyesuaikan pengembangannya dengan kadar kemampuan dari potensi yang masing-masing

5) Dimensi social pendidikan bertujuan untukpembentukan manusia

social yang sebagai dasar perilaku

6) Dimensi professional pendidikan bertujuan untuk membimbing dan

mengembangkan peserta didik sesuai dengan bakatnya masing-masing, dengan demikian diharapkan mereka dapat memiliki keterampilan yang sesuai dengan bakat yang dimiliki, hingga keterampilan itu dapat digunakannya untuk mencari nafkah sebagai penopang hidupnya.

7) Dimensi ruang dan waktu pendidikan bertujuan untuk

membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik seccara optimal agar mereka mampu menopang keselamatan dan kesejakteraan hidup di dunia dengan perintah syariat Islam.

(42)

menetapkan materi pelajaran, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :

1) Materi harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2) Ditulis secara garis besar.

3) Urutan sesuai dengan urutan tujuan

4) Berkesinambungan antara materi

5) Disusun secara hierarkis

Materi pelajaran mana yang harus dipilih, tentu tidak semua bahan atau materi diberikan mengingat keterbatasan waktu

dan pertimbangan-pertimbangan lain, seperti kemampuan

siswa.Menetapkan materi, memperhatikan tujuan pengajaran, urgensi kurikulum nilai kegunaan, dan terbatasnya sumber bahan.Dalam menentukan materi pelajaran kita harus ingat bahwa materi tersebut tidak boleh bertentangan dengan Alquran dan hadis. Jika perlu para pendidik unsur-unsur Islami dalam materi pelajaran yang akan diajarkan.

3. Subjek Pendidikan

(43)

1) Fisik

- Sehat jasmani dan rohani

- Tidak mempunyai cacat tubuh yang menimbulkan ejekan/

cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik

2) Mental/kepribadian

- Berkepribadian/berjiwa Pancasila

- Mampu mengayati GBHN

- Mencintai bangsa dan sesame manusia dan rasa kasih sayang

kepada anak didik

- Berbudi pekerti luhur

- Berjiwa kreatif, dapat meamnfaatkan rasa pendidikan yan gada

secara maksimal

- Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa

- Mampu mengembangkan kretivitas dan tanggung jawab yang besar

akan tugasnya

- Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi

- Bersifat terbuka, peka, dan inovatif.

- Menunjukkan rasa cinta kepada profesinya.

- Ketaatannya akan disiplin

- Memiliki sense of humor

3) Keilmiahkan/pengetahuan

(44)

- Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu menerapkan dalam tugasnya sebagai pendidik

- Memahami, menguasai, seta mencintai ilmu pengetahuan yang

akan diajarkan

- Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang yang lain

- Sering membaca buku-buku ilmiah

- Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama yang

berhubungan dengan bidang studi

- Memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar-mengajar

4) Keterampilan

- Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar

- Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan

structural, interdisipliner, fungsional, behaviour, dan teknologi.

- Mampu menyusun garis besar prohram pengajaran (GBPP)

- Mampu memecahkan dan melaksanakan tekik-teknik mengajar

yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan

- Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan

- Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan

luar sekolah

(45)

ini pendidik harus memperhatikan dirinya sendiri atau instropeksi diri sendiri.

Guru yang ideal adalah guru yang dapat menempatkan

dirinya sebagai seorang yang „digugu’dan

‘ditiru’(Moh.Roqib,2009:36). Hal ini, berarti guru haruslah orang

yang memiliki kepribadian, ia tidak menguasai sejumlah pengetahuan tetapi juga berbagai sumber nilai-nilai kehidupan, yang bermaanfaat bagi siswa. Guru juga harus dapat berintraksi dengan masyarakat.

Guru juga harus memiliki beberapa

kompetensi.Kompetensi guru berarti sejumlah kemampuan (pengetahuan, sikap, dan ketrampilan) yang harus dimiliki oleh sorang guru. Atau jelasnyabahwa guru hendaknya memiliki kemampuan baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru :

Menurut A.Samana (1999:51-69) Kompetensi guru sangat banyak, tetapi dapat dikelompokkan menjadi :

1) Kompetensi kepribadian (atau personal)

Seorang guru harus mempunyai kepribadian yang mencerminkan tindak-tanduk guru pada umumnya. Seorang pendidik harus menjadikan dirinya sebagai sosok teladan para peserta didiknya

(46)

Seorang guru harus mempunyai sikap professional terhadap bidang pekerjaan yang dimilikinya yaitu mampu melaksanakan kegiatan belajar mengajar.Seorang pendidik juga diharapkan mampu membimbing dan memotivasi peserta didiknya.

3) Kompetensi sosial

Seorang guru harus mampu menempatkan dirinya ditengah-tengah masyarakat yang mengharapkan dirinya untuk

selalu mempunyai kemampuan “mengajar”.Seorang pendidik

diharapkan mampu membantu anak didiknya dalam mencari

nilai-nilai hidup dan mengembankan kepribadiannya serta

pengetahuannya di tengah masyarakat.

4) Kompetensi pedagogi

Seorang guru harus memiliki intelektual yang baik yaitu : mempunyai pengetahuan yang tentang apa yang akan diajarkan, mempunyai dasar-dasar pengetahuan yang luas tentang tujuan pengajaran yang hendak dicapai, menguasai metode mengajar, memiliki dasar pengetahuan untuk membimbing siswa menyangkut bakat, minat, kebutuhan, dan aspirasi.

Sedangkan menurut Nashih Ulwan (1981) seorang pendidik harus memiliki lima kriteria, yaitu :

1) Bertakwa kepada Allah

2) Ikhlas

(47)

4) Santun, lemah lembut

5) Punya rasa tanggung jawab

Berbeda dengan pendapat di atas, Abu Bakar Ahad AS Sayyid berpendapat bahwa seorang pendidik harus mempunyai beberapa kepribadian, yaitu :

1) Mengenakan busana muslim bagi pendidik muslimah

2) Hendaklah memelihara jenggot bagi pendidik laki-laki

muslim„peliharalah jenggotmu dan rapikan kumismu.

3) Memulai pembicaraan dengan Basmalah dan Salawat Nabi „setiap

perkara yang penting tidak dimulai dengan Basmalah atau Hamdalah, maka terputuslah barokah dari Allah.

Lebih lanjut menurut Zahara Idris, bahwa para pendidik adalah mereka yang memiliki criteria sebagai berikut :

1. Mempunyai pengetahuan yang bulat, up to date, tentang apa yang

akan diajarkan

2. Mempunyai dasar-dasar pengetahuan yang luas tentang tujuan

pengajaran yang hendak dicapai

3. Memiliki dasar pengetahuan untuk membimbing siswa

menyangkut bakat, minat, kebutuhan, dan aspirasi

4. Menguasai metode mengajar

(48)

1) Zuhud, tidak mementingkan materi (tidak materialistik), dan mengajar karena mencari keridaan Allah

2) Bersih, yaitu berusaha membersihkan diri dari berbuat dosa dan

kesalahan secara fisik, serta membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela dengan cara membersihkannya syirik, sifat ria, dengki, maupun permusuhan

3) Ikhlas, antara lain dengan cara menyesuaikan antara perkataan

dan perbuatan, serta tidak malu mengatakan secara jujur, bahwa saya tidak tahu terhadap masalah yang belum ia ketahui

4) Suka pemaaf, yaitu memiliki sifat pemaaf yang tinggi

5) Berperan sebagai bapak bagi siswa

6) Menguasai materi pelajaran

Pendapat yang lain lagi datang dari Abd Rahman al-Nahlawi (1992:164). Tokoh ini mengemukakan bahwa syarat seorang pendidik meliputi sifat dan perilaku seperti :

1) Harus memiliki sifat robbani

2) Menyempurnakan sifat rabbani dengan keihklasan

3) Memiliki rasa sabar

4) Memiliki kejujuran dengan menerangkan apa yang diajarkan

dalam kehidupan pribadi

5) Meningkatkan wawasan pengetahuan dan kajian

(49)

7) Mampu bersikap tegas dan meletakkan sesuatu sesuai dengan tempatny (proposisi) sehingga ia akan mampu mengontrol diri dan siswa

8) Memahami dan menguasai psikologis anak dan

memperlakukan mereka sesuai dengan kemampuan intelektual dan kesiapan psikologisnya

9) Mampu mengasai fenomena kehidupan, sehingga memahami

berbagai kecenderungan dunia beserta dampak yang akan ditimbulkan bagi peserta didik

10)Dituntut memiliki sifat adil (objektif) terhadap peserta didik

4. ObjekPendidikan

Yang dimaksud objek dalam sistem pembelajaran adalah peserta didik.Peserta didik merupakan sasaran sekaligus sebagai subjek pendidikan.Oleh sebab itu dalam memahami hakikat peserta didik, para pendidik perlu dilengkapi pemahaman tentang ciri-ciri umum peserta didik (Tim Dosen FIP-IKIP Malang, 2003:106-128). Setidaknya secara umum peserta didik memiliki lima ciri, yaitu :

1) Peserta didik sedang dalam keadaan berdaya, maksudnya ia

dalam keadaan berdaya untuk menggunakan kemampuan, kemauan, dan sebagainya.

2) Mempunyai kemauan untuk berkembang ke arah dewasa.

(50)

4) Peserta didik melakukan penjelajahan terhadap alam sekitarnya dengan potensi-potensi dasar ynag dimiliki secara individu.

Diharapkan perkembangan potensi peserta didik akan sejalan dengan fitrahnya yang hakiki,yaitu makhluk yang memiliki potensi untuk berkembang dan dikembangkan, dengan tujuan akhirnya adalah agar dapat berperan sebagai pengabdi Allah yang setia.

1) Konsep Al Insan (Djamaluddin Darwis, 1996:99-106).

a) Khalifah/potensi politik

Manusia adalah makhluk yang diangkat sebgai khalifah Allah. Adapun tugas pokok manusia sebagai khalifah adalah untuk mewujudkan kemakmuran dan untuk mewujudkan kebahaiaan dalam kehidupan di bumi ciptaan tuhan-Nya

b) Manusia yang memiliki hidayat

Kemampuan dasar yang berbentuk potensi ini secara umum disebut sebgai hidayah, yang terdiri atas :

- Ghozirah yang di dalamnya terhimpun sejumlah unsur seperti

insting/fitrah, dorongan ingin tahu, harga diri, seksual,

mempertahankan diri dari dorongan primer lainnya, yang pada intinya merupakan dorongan manusia untuk mempertahankan hidup

- Hissiyah potensi yang berperan sebagai alat kominkasi. Potensi

(51)

teratur dan terencana, terprogram, serta berkesinambungan sesuai dengan tujuan agama.

- Aqliyah potensi intelek. Dengan menggunakan akal manusia dapat

meningkatkan kualitas dirinya hingga dapat menjadikan

lingkungannya bermanfaat.

- Diniyah potensi agama. Potensi ini dapat ditumbuh kembangkan

dengan cara pemberian informasi tentang norma-norma agama,

pembentukan sikap dan pelatihan-pelatihan rutin yang

berkesinambungan, terutama dalam pelaksanaan ibadat.

2) Konsep manusia sebagai Al Nas homosocius/potensi social

Potensi ini adalah potensi manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk social, wujudnya berupa kecenduerungan untuk bergaul dan menjalin hubungan antar sesama manusa (Ismail Thoib, 2008:10)

3) Konsep manusia sebagai Al Basr fisiologis/fitrah ekonomi/fitrah

seni/mempertahankan hidup dan fitrah melangsungkan hidup (Ismail Thoib, 2008:9)

Potensi ini dimaksud sebagai daya manusia untuk mempertahankan hidupnya dalam upaya memenuhi kebutuhan jasmani demi kelangsungan hidup.

5. Metode

(52)

pelajaran. Menurut Syaiful Bahri (2000:184-206). Jenis-jenis metode mengajar antara lain :

1) Metode ceramah adalah penuturan materi pelajaran secara lisan.

2) Metode tanya jawab atau dialog metode mengajar yang

memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat lalu lintas dua arah, pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.

3) Metode diskusi adalah tukar menukar informasi, pendapat, dan

unsure-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.

4) Metode tugas atau resitasi adalah pemberian tugas yang bisa

dilaksanakan di sekolah, di rumah, dan di perpustakaan, dan di temapt-tempat lain. Kemudia siswa yang telah melaksanakan tugas memberikan laporan yang disebut resitasi.

5) Metode kerja kelompok adalah metode mengajar yang menjadikan

siswa dapat bekerja dalam situasi kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil.

6) Metode demonstrasi atau eksperimen adalah metode mengajar

(53)

7) Metode problem solving adalah metode mengajar dimana para guru memberikan suatu permasalahan dana siswa diharapkan mencari jalan keluarnya.

8) Metode sistem regu adalah metode mengajar diamna guru

membagi siswa dalam regu dan diharapkan belajar dan bekerja bersama regu yang telah terbentuk tersebut.

9) Metode latihan atau drill adalah metode mengajar diamana guru

memberikan latihan-latihan soal kepada siswa.

10)Metode karyawisata adalah metode mengajar dimana guru

mengjaka siswa berkarya wisata ke tempat-temapt yang berhubungan dengan materi pelajaran.

11)Metode manusia sumber atau resource person adalah metode

mengajar dimana guru mendatangkan ahli adalam bidangnya untuk menerangkan langsung kepada siswa.

12)Metode simulasi adalah meotde mengajar diama guru menciptakan

koalisi tertentu seperti yang ada di kehidupan nyata untuk tujuan pembelajaran

13)Metode sosiodrama adalah metode mengajar dimana guru

menugaskan siswa untuk mengadakan survey di masyarakat secara langsung.

14)Metode survey masyarakat adalah metode mengajar dimana guru

(54)

Penggunaan metode mengajar dilaksanakan secara selektif dan variatif. Artinya disesuaikan dengan banyak pertimbangan (tujuan, materi, kemampuan guru dan siswa), dan penggunaannya tidak sendiri-sendiri, artinya dalam satu proses belajar mengajar dapat digunakan banyak metode mengajar, dengan pertimbangan efektivitas pengajaran. Sebetulnya menentukan metode mengajar juga erat kaitannya denga meodel, strategi, pendekatan dan juga teknik yang digunakan dalam proses belajar mengajar.

6. Media

Media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan atau informasi yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran atau media pembelajaran dapat disebut juga sebgai sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajran. Dengan kata lain media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa, sehingga terjadi proses belajra (Usam.M.Basyiruddin,2002:12). Media pembelajaran dibagi tiga, yaitu :

1) Media audio adalah media yang menghasilkan suara, contoh :

kaset, tape recorder, dan radio.

2) Media visual adalah media yang memperlihatkan rupa atau bentuk.

(55)

a) Media visual dua dimensi.

- Media visual dua dimensi pada bidang tidak transparan, contoh :

gambar di atas kertas karton, gambar yang diproyeksikan dengan opaque projector, grafik, diagram poster, gambar cetak dan lain-lain.

- Media visual dua dimensi pada bidang trasparan, contoh : slaid,

lembar transparan untuk OHP

b) Media visual tiga dimensi, contoh : benda asli, model, contoh

barang, dan alat tiruan sederhana.

c) Media audio visual : adalah media yang menghasilkan rupa dan

suara dalam satu unit, contoh : film bersuara, video, dan televise (Usman.M.Basyiruddin, 2002:28-32)

7. Evaluasi

Evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk predikat pada tingkat kinerja akademik yang dicapai siswa. Jenis instrumen evaluasi adalah sebagai berikut :

1) Tes, dibagi menjadi tiga, yaitu :

a) Tes tulis

- Tes objektif (B/S, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi, dan

lain-lain)

- Tes subjektif atau esai (terbatas dan tak terbatas)

b) Tes lisan (tes lisan kelompok maupun individu)

(56)

2) Non tes, untuk menilai aspek tingkah laku, seperti sikap, minat, perhatian, motivasi, dan lain sebagainya. Jenisnya antara lain :

a) Observasi

b) Wawanara

c) Skala penilaian

d) Check list dan lain sebagainya

8. Bentuk-Bentuk Pendidikan

Bentuk-bentuk pendidikan meliputi formal, nonformal, dan informal sebagai sebuah sistem. Pendidikan formal yang disebut perdidikan persekolahan, berupa rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku, misalnya SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK, dan bangku Perkuliahan. pendidikan nonformal lebih difokuskan pada pemberian keahlian atau skill guna terjun ke masyarakat. Pendidikan informal adalah satu fase pendidikan yang berada disamping pendidikan formal dan nonformal.

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal, nonformal, dan informal adalah ketiganya hanya dapat dibedakan tetapi sulit dipisah-pisahkan karena keberhasilan pendidikan dalam arti terujudnya keluaran perndidikan yang berupa sumber daya manusia sangat bergantung kepada sejauh mana ketiga sub-sistem tersebut berperanan.

(57)

pendidikan tersebut adalah serangkaian satu kesatuan yang saling menyertai satu dengan yang lainnya. Begitu pula di dalam tradisi upacara grebeg sendiri merupakan suatu upacara bersama tentunya tidak lepas dari rangkaian pendidikan tersebut dengan kata lain di dalam upacara grebeg, mulai dari perlengkapan upacara, prosesi serta hal-hal lain yang ada dalam upacara tersebut, sudah pasti mengandung nilai-nilai pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari serangkaian upacara tersebut, namun nilai-nilai itu tidak langsung tampak seperti pendidikan itu sendiri.Nilai-nilai pendidikan dalam tradisi ini, kita bisa melihat hal-hal yang terdapat di dalam tradisi tersebut. Hali ini dapat di buktikan mengapa sebagian besar prosesi upacara melibatkan banyak orang yang saling gotong royong untuk mesukseskan acara Grebeg tersebut, ini merupakan suatu bentuk pembelajaran bahwa kita hidup sebagai mahluk sosial selalu berdampingan satu dengan lainya tak akan akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Untuk itu kita diajarkan untuk saling menghormati, menghargai eksistensi orang lain dan menyadari bahwa semua orang mempunyai hak dan kewajiban masing-masing yang harus diselesaikan dalam hidupnya.

(58)
(59)

BAB III

PAPARAN DATA

A. Paparan Data

1. Gambaran Umum Lokasi

Desa Sukomarto merupakan salah satu dari 13 desa di Kecamatan Jumo. Jarak dari Ibu Kota Kecamatan sekitar 4 Km dan dari Ibu Kota Kabupaten sekitar 21 Km. Desa ini mempunyai luas wilayah 186,75 Ha yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari lahan pertanian. Penduduk Desa Sukomarto berjumlah 2.360 jiwa termasuk kategori masyarakat Agraris Religius.

Desa Sukomarto mempunyai potensi sumber daya alam yang cukup besar di antaranya tersedianya lahan pertanian yang sangat subur untuk tanaman pangan dan hortikultur.Desa ini juga mempunyai potensi yang cukup bagus di bidang peternakan terutama ternak itik (bebek bentisan) sangat terkenal dikalangan masyarakat Temanggung dan ternak sapi, juga sangat berpotensi di bidang perikanan.

Di sektor budaya Desa Sukomarto termasuk desa yang kaya akan budaya, adat, dan kesenian tradisional. Budaya adat yang berkembang di kalangan masyarakat Desa Sukomarto antara lain

berupa kegiatan ziarah kubur, sodaqoh massal tiap malam jum‟at legi,

(60)

Kuda Lumping, Warokan, Kubro Siswo, Dayaan, Bantulan, Zanzanen, Mauludan, Rebana, dan Ringgitan.

2. Sejarah Desa Bentisan

Bentisan adalah nama salah satu dusun di Desa Sukomarto Kecamatan Jumo. Konon ceritanya ketika zaman Sultan Trenggono Raja Demak, telah datang seorang Habaib (keturunan Rasul) yang berasal dari Hadramaut Yaman Selatan sekaligus beliau adalah seorang Ulama yang mempunyai kharisma dan ilmu tinggi, datang ke wilayah Kedu Temanggung. Selanjutnya beliau singgah di Dusun Bentisan Desa Sukomarto Kecamatan Jumo. Masyarakat Bentisan

Sukomarto menyebutnya dengan nama “ Simbah Kyai Tuan Sayyid

Abdurrahman “. Beliau dipercaya masih kerabat dekat dengan Raden

Rahmat (Sunan Ampel) Surabaya.Beliau datang ke wilayah Temanggung ini dalam rangka menyebarkan agama Islam yang saat itu wilayah Karesidenan Kedu diperkirakan masih menjadi pusat kebudayaan Hindu.Salah satu media dakwah yang beliau gunakan adalah lewat pendekatan budaya serta media pertanian dan perternakan.Sayyid Abdurrahman juga diyakini seorang waliyullah yang mempunyai karomah yang sangat besar. Nama Bentisan

diperkirakan berasal dari bahasa Arab “ Baitu Sani “ artinya tempat

(61)

Abdurrahman.Orang jawa saat itu belum bisa berbahasa Arab dengan baik sehingga nama Baitu Tsani menjadi Bentisan.

3. Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Sukomarto pada tahun 2014 adalah 2.226 jiwa terdiri dari 1.103 laki-laki dan 1.123 wanita. Tersebar di enam Dusun yaitu: Wangangsuko, Gembiro, Toyomerto, Tampingan, Senet, dan Dusun Bentisan. Terpecah menjadi enam rukun tetangga dan empat rukun warga, menempati pemukiman seluas 11.10 ha/m2.

4. Kondisi Geografis

Desa Sukomarto terletak sekitar 23 km dari kota Kabupaten dan 4 km jarak ke kota Kecamatan. Bentisan sendiri adalah Dusun yang letaknya paling selatan, disebelah barat berbatasan Dengan dusun Toyomerto sebelah selatan terbentang sungai Guntur yang airnya mengalir deras pengairi area persawahan, sebelah timur dan utara merupakan area persawahan yang subur. Lokasi Bentisan berada di dataran rendah dengan lahan sawah subur yang luas.

(62)

5. Kondisi Sosial, Agama, dan Budaya

Masyarakat pedesaan memiliki jiwa sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat perkotaan, begitu juga dengan masyarakat Bentisan memiliki jiwa sosial yang tinggi, memiliki kehidupan bermasyarakat yang tenteram, damai, selaras, jauh dari perubahan yang dapat menimbulkan konflik. Masyarakat hidup bersama, bekerja sama, dan berhubungan erat satu sama lain, dengan sifat-sifat yang hampir seragam. Dengan kata lain rasa kekeluargaan masyarakat Desa Bentisan lebih kental.

Di sektor budaya Desa Sukomarto termasuk desa yang kaya akan budaya, adat, dan kesenian tradisional. Budaya adat yang berkembang di kalangan masyarakat Desa Sukomarto antara lain berupa kegiatan ziarah

kubur, sodaqoh massal tiap malam jum‟at legi, , bersih deso, sodaqoh tolak

balak, sadranan, khoul, kirim doa dan tumpengan. Sedangkan kesenian yang ada di Desa Sukomarto berupa Kuda Lumping, Warokan, Kubro Siswo, Dayaan, Bantulan, Zanzanen, Mauludan, Rebana, dan Ringgitan.

(63)

sehingga sebagian besar anak mereka bersekolah dan diasramakan dipondok pesantren, sehingga nilai-nilai Ahlaq dan budaya Islam warga bentisan masih tetap terjaga dengan baik.

Warga Bentisan sebagian besar menganut paham Ahlissunan Waljamaah mereka termasuk warga yang taat dan sangat religius.Mereka juga aktif dalam kegiatan organisasi ke NU an, ibu-ibu mengikuti muslimat, kaum muda-mudi mengikuti IPNU IPPNU dan juga ansor. Tradisi-tradisi ke NU an juga sering dilakukan seperti tahlilan, dzibaan/berjajen, manaqiban dan tradisi-tradisi lain yang diikuti bersama sehingga memepererat tali persaudaraan antar warga.

B. Temuan Penelitian a. Grebeg Bentisan

Grebeg Bentisan adalah perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan limpahan rizki yang melimpah dari berbagai usaha warga Bentisan, berkah kesehatan dan kesejahteraan hidup, disamping itu budaya Grebeg bisa menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan, masyarakat mempunyai rasa dekat dan memiliki antara satu dengan yang lainya, melestarikan budaya dan adat tradisional secara turun temurun menjadikan jatidiri kita sebagai Bangsa Indonesia yang berbudaya tinggi dan berbudi pekerti.

(64)

khususnya sektor pertanian yang merupakan icon yang akan dipamerkan dalam prosesi Grebeg, hasil panen petani akan diarak dan kemudian dibagikan kepada pengunjung. Selain itu menurut Kepala Desa Bentisan Bpk. Miftahudin, S. Ag beliau mengatakan adanya budaya Grebeg ini untuk mempersiapkan Desa Sukomarto sebagai Desa Wisata Budaya Religi.

b. Waktu Diadakanya Grebeg

Dari hasil wawancara penulis dengan warga desa Bentisan yaitu Bpk. Rosin waktu diadakanya grebeg ini adalah setiap bulan maulud yaitu bulan ke tiga dari penanggalan Hijriyah. Sebagai

patokan kapan hari akan diadakan grebeg yaitu hari jum‟at di

minggu ke dua dari bulan maulud.

c. Tempat-Tempat upacara

Serangkaian upacara Grebeg berpusat di tiga tempat, yakni di

area komplek wisata religi “Makam Sayyid Abdurrahman“ Dusun

(65)

Sebelah selatanya lagi ada pendopo yang biasanya oleh para peziarah digunakan untuk Sholat atau beristirahat sejenak, bangunan pendopo ini didominasi dengan ukiran batu yang melambangkan beberapa hewan kesukaan yang dipelihara oleh Simbah Tuan Sayyid Abdurahman ketika masa hidupnya ada beberapa hewan yang diukir pada dinding pendopo diantaranya burung, kuda,. Di depan pendopo ini Kepala Desa menyebarkan sedekah sejumlah mata uang logam, ambang pintu depan pendopo digunakan untuk upacara ritual penerimaan gunungan selamatan hasil bumi oleh Kepala Desa dan pemuka agama yang kemudian memanjatkan doa bagi keselamatan, kesentosaan serta kesejahteraan seluruh rakyat. Selain itu, tempat ini digunakan pula untuk penyambutan terhadap tamu-tamu penting diantaranya Habib Muhammad Bin Ali Bin Agil dari Ampel Surabaya beliau adalah keturunan dari Simbah Tuan Sayyid Abdurrahman, pemuka agama, pemuka masyarakat, sesepuh desa dan beberapa pegawai pemerintahan. Tempat ini sekaligus merupakan tempat akhir prosesi perayaan upacara Grebeg yang ditandai dengan pembagian gunungan hasil bumi pada masyarakat.

(66)

Allah lewat karamah beliau Simbah Tuan Sayyid Abdurrahman. Pengunjung boleh mengambil air tersebut bebas tanpa harus membelinya.

Balai desa dan Lapangan desa merupakan dua tempat yang lokasinya berdekatan hanya terpisah oleh jalan yang merupakan jalan utama menuju dusun Bentisan, balai desa digunakan untuk pergelaran budaya yang didatangkan dari beberapa desa di Kabupaten Temanggung, pergelaran budaya yang ditampilkan diantaranya Kuda Lumping, Warokan, Kubro Siswo / Dayaan, dan Wayang Kulit. Pentas seni ini dilaksanakan di hari kelima dalam rangkaia Grebeg Bentisan.

(67)

d. Upacara Ritual Adat Dalam Tradisi Grebeg

1. Bersih Diri / Sesuci

Falsafahnya: seorang pemimpin harus mau membersihkan dirinya dari berbagai kotoran baik lahir maupun batin (jasmani maupun rohani) dalam hal ini dilakukan dengan cara berwudhu.

2. Ziarah Makam

Falsafahnya:

a). Seorang pemimpin harus selalu ingat akan jasa dan perjuangan para pendahulu sehingga terobsesi untuk selalu meneruskan dan melestarikan perjuangan para pendahulunya.

b). Mengingatkan kepada para pemimpin bahwa semua manusia pasti akan mati sehingga para pemimpin agar hati-hati dalam semua perilaku dan langkahnya.

3. Siram Bumi

Menyiramkan air ke bumi dengan harapan agar kebutuhan air di bumi ini dicukupi oleh yang Maha Kuasa sehingga Bumi menjadi Subur Makmur Gemah Ripah Loh Jinawi.

4. Siram Gunung

(68)

5. Pati Geni

Menyiramkan air kepada kerumunan manusia untuk mematikan aura panas dan aura jahad yang menyelimutinya dengan harapan semua masyarakat diberi ketenangan, ketentraman, dan kedamaian.

6. Idin / Tabur Uang

Menyebarkan uang receh dalam jumlah banyak kepada para pengunjung grebeg dalam acara puncak sebelum pembagian tumpeng hasil bumi, tabur uang ini dilakukan dengan tujuan sedekah.

7. Hastungkoro / Do‟a

Memohon keselamatan, kesejahteraan, kebaikan dan kesuksesan warga masyarakat Desa Bentisan dan semua masyarakat yang hadir dalam acara grebeg.

8. Penyajian Tumpeng dan Gunungan

(69)

BAB IV

PEMBAHASAN

Kumpulan data yang dianalisis ini bersumber dari hasil wawancara dengan Kepala Desa Bentisan dan orang-orang yang memegang kendali upacara Grebeg Bentisan serta masyarakat Bentisan yang dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang ada. Mengaju pada fokus penelitian ini, maka penulis akan sajikan berikut:

A. Sejarah Tradisi Grebeg

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai sejarah dan latar belakang, alat yang digunakan, prosesi dan aspek pendidikan nilai religius dan gotong-royong tradisi

Skripsi ini ditulis berdasarkan latar belakang yang ditemukan penulis di lapangan bahwa siswa merasa kesulitan dalam menggunakan mikroskop dan nilai praktikum yang

Bab ini menyajikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup, metode penelitian, dan sistematika penulisan tugas akhir/skripsi Sistem

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk membuktikan ada tidaknya hubungan antara kecepatan lari 50 meter dan

Skripsi ini ditulis berdasarkan latar belakang yang ditemukan penulis di lapangan bahwa siswa merasa kesulitan dalam menggunakan mikroskop dan nilai praktikum yang

Nilai gotong royong dalam upacara Tradisi Sedekah Desa ini telihat dalam pelaksanaan atau penyelenggaraan yang dilakukan bersama- sama antara warga masyarakat Dusun

Rahayu, Fia Nur. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Tradisi Saparan di Dukuh Warak Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti Salatiga Tahun 2017. Jurusan Pendidikan

Hasil penelitian adalah dalam tradisi merti dusun di Dusun Karang Padang terdapat nilai-nilai pendidikan yang dapat ditanamkan kepada masyarakat khususnya kaum