• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN COPING DAN PERFORMA PEMAIN SEPAK BOLA DALAM SUATU PERTANDINGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN COPING DAN PERFORMA PEMAIN SEPAK BOLA DALAM SUATU PERTANDINGAN"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM SUATU PERTANDINGAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

PANJI ARYO PUTRO 009114045

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)
(3)
(4)

tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,... Penulis

(5)

...To Da r e Is To Do ...

“ Gapailah langit, karena j ika meleset pun, kau

tetap akan berada di antara bintang- bintang”

(n. n. )

(6)

Kupersembahkan karya sederhana untuk Tuhan Yang Maha Pengasih dan untuk

orang-orang yang mencintai aku yang telah memberikan warna-warni kehidupan

dalam setiap langlah hidupku…

Untuk papa Sutarman dan mama Sri Mulyani tercinta

Untuk yang terkasih kakakku mbak Dyah Kusumaningsih

dan adikku Agung Wibowo

(7)

PEMAIN SEPAK BOLA DALAM SUATU PERTANDINGAN

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterampilan coping dan performa pemain pemain sepak bola dalam suatu pertandingan. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah ada hubungan antara keterampilan coping dan performa pemain sepak bola dalam suatu pertandingan.

Subjek penelitan berjumlah 41 orang pemain sepak bola profesional yang berasal dari tim Persik Kediri, Persija Jakarta, PSS Sleman, dan PSIM Yogyakarta. Pengukuran variabel keterampilan coping menggunakan skala keterampilan coping dan pada variabel performa dalam suatu pertandingan menggunakan alat pengukuran dan penilaian performa yang diadaptasi dari alat yang digunakan oleh PA Sport dan tim PSS Sleman. Dari hasil uji coba diperoleh koefisien reliabilitas untuk skala keterampilan coping sebesar 0,953.

Hasil analisis data menyatakan bahwa sebaran data normal dan tidak linear. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi dari Spearman dengan taraf signifikansi 0.05 (uji 2 ekor) dan diperoleh koefisien korelasi sebesar -0.043 dengan taraf signifikansi 0.791. Dengan demikian, hipotesis hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara keterampilan

coping seorang pemain sepak bola dan performanya dalam suatu pertandingan ditolak atau dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara keterampilan

(8)

PERFORMANCE IN A GAME ON SOCCER PLAYERS

Panji Aryo Putro 009114045 Faculty of Psychology Sanata Dharma University

This research is correlation research. This research was aimed to verify the correlation between coping skill and performance in a match on soccer player. The hypotesis proposed in this research was that there is correlation between coping skill and performance of a soccer player in a match.

(9)

Akhirnya... tugas akhir atau skripsi ini, yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Sanata Dharma, dapat terselesaikan.

Meskipun dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak terdapat kesulitan dan kendala, namun penulis yakin bahwa selesainya skripsi ini tidak lepas atas bantuan dan dorongan yang telah diberikan oleh berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan kali ini penulis hendak menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya kepada:

1. Tuhan Yesus Yang Maha Kuasa dan Maha Kasih; Tuhan, terima kasih atas nafas kehidupan yang telah dicurahkan dalam kehidupanku sehingga aku memperoleh kekuatan untuk menyelesaikan satu masa dalam hidupku.

2. Pak P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu ML. Anantasari, M. Si., selaku dosen pembimbing skripsiku;

terima kasih buat kesabaran, kebaikan, dan bimbingan yang ibu berikan selama ini. Trim’s banget ya, bu...:)

(10)

6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

7. Mbak Nanik, Mas Gandung, dan Pak Gi di Sekertariat Fakultas

Psikologi USD, jasa-jasamu tidak kalah besar dengan yang lainnya.

Matur nuwun sanget nggih ...

8. Mas Muji di Lab. Psikologi, terima kasih untuk bantuannya selama ini, terima kasih juga buat semua joke-mu. Hidup Muji “Beckham” ... dan Halleluya! O iyo mas, ... hidup” the Reds” Liverpool!!!

9. Mas Doni di Ruang Baca, terima kasih untuk semua bantuanmu dan terima kasih juga buat ademnya ruanganmu. Mas Don, aku wis lulus ki! Skripsiku tolong dijogo tenanan yo...!!!

10. Seluruh karyawan Universitas Sanata Dharma, termaksud penjaga parkir dan satpam, yang kenal dengan penulis.

11. Sri Sultan Hamengkubowono X, selaku Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di tim PSIM Yogyakarta.

12. Kepala Dinas Perijinan Pemkot. Yogyakarta.

(11)

Jakarta, tepatnya pada turnamen Piala Emas Bang Yos 2006.

15. Pak Jamil, selaku sekretaris turnamen Piala Emas Bang Yos 2006, atas

kemudahan dan ijinnya untuk melakukan penelitian selama turnamen. 16. Terima kasih untuk Pak Syukrian, pak Daniel R., dan tim Persik Kediri

atas bantuan dan kesediaannya untuk menjadi bagian (subjek) dari penelitian ini; maju terus Macan Putih...!!!

17. Terima kasih untuk Bang Ferry Indra Sjarief dan tim Persija Jakarta

atas bantuan dan kesediaannya untuk menjadi bagian (subjek) dari penelitian ini; buktikan kalau taring Macam Kemayoran masih tajam...!!!

18. Matur Nuwun kagem Pak Bambang Nurdjoko, pak Y. Oroh, pak Pras, dan tim PSS Sleman atas bantuan dan kesediaanya untuk untuk menjadi bagian (subjek) dalam penelitian ini; ayo Elang Jawa-ku, kudukung kau untuk masuk ke dalam Super Liga 2008...!!!

19. Matur nuwun kagem Mas Taufiq, Mas Desi, pak Nugroho Swasto, pak Sofyan Hadi dan tim PSIM Yogyakarta atas bantuan dan kesediaannya untuk menjadi bagian (subjek) dalam penelitian ini; hidup Laskar Mataram...!!!

(12)

Mama!!!

21. Special untuk kakakku mbak Dyah Kusumaningsih dan adikku Agung

Wibowo plus (calon adik ipar...?) Ochie, terima kasih untuk “warna” yang kalian berikan dalam hidup dik / mas Ari selama ini...apapun “keadaannya” kalian tetap satu daging denganku dan Ari juga terus

menyayangimu!!!

22. Simbah Kakung (alm.) – Simbah Putri Warso dan Simbah Kakung

(alm.) – Simbah Putri Karto; untuk (alm.) simbah kakung, khususnya (alm.) simbah kakung Karto, Ari minta maaf atas kemalasan Ari sehingga skripsi Ari belum selesai sebelum engkau meninggalkan Ari untuk selamanya...; untuk simbah putri Warso & simbah putri Karto, Ari juga minta maaf untuk kenakalan dan kemalasan Ari selama ini, terima kasih juga untuk semua doa dan dukunganmu selama ini... 23. Semua Pakde – Budeku dan Om – Bulikku, khususnya untuk Pakde

Narno, Bude Narmi, Pakde Mino, Bude Mur, Om Darsono, Om Mul – Bulik Ratna dan Om Yun – Bulik Hani; terima kasih untuk segala macam support yang kalian berikan selama ini.

24. Semua sepupuku; mas Bambang – mbak Endah, mas Gusman – mbak

Woro, mas Tomi – mbak Murni, mas Sugeng – mbak Winda, mas

Wiwit – mbak Kristin, mas Dino – mbak Ninik, mas Jati – mbak Umi,

(13)

dik Ellen, si kembar dik Evan – dik Bella, dik Yoga, nong El, dik

Woro, dik Wuri, dik Sari, dik Raihan, dik Rian, dik Tami, dik Rio, dik

Tika, dik Indah, dik Sania, dik Aria, dik Rahma ...i love you all!!!

25. Semua keponakanku.

26. Teruntuk adeku tercinta, Christina Pradanti Sulisputri. Terima kasih untuk kesabaran dan pengertian dalam menghadapi segala “keanehan” akang... terima kasih untuk segala warna-warni yang telah kita lalui bersama... terima kasih untuk adamu yang selalu memberikan semangat dalam setiap langkah hidupku... terima kasih atas segala bentuk cinta dan kasih sayang yang ade berikan untuk akang... I Love You Always, My Ade!!!

27. Keluarga besar eyang A. Darsono, terima kasih atas hari-hari yang

boleh kita lalui bersama dan terima kasih juga untuk segala bentuk perhatian yang diberikan kepada penulis.

28. Tante Elisabeth M. dan Ign. Dwiki P. S., terima kasih atas perhatian dan segala bentuk dukungan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

29. Para pandawa WONG LIMO beserta srikandinya, then_must Andreas Ari K. – mbak Yopie A. plus dik Bintang Adrian Arraya Putra K.,

bang Adrianus “predator” Pradigdiyo – dik Monica Anggit “anggito”

(14)

“Menemukan Makna Di Dalam Kebersamaan”.

30. Para bidadari SEMEDI beserta pengawalnya, mbak Ahdarini – mas

Totok, Ign. Ria Natalia – mas Adi, my T Luisa – mas Yudi, mbak Regina Isnawati Oktavia – mas Popo, Retno Astuti W. – Dion Sweta U., Dwi Shinta S. – Alb. Didik, Ulin Sari Kartika H. – mas Wicak, R. A. Andini, Celeste Urmeneta, dan Petonella Ellen B. – bang Jerry.

Kalian memang “kekasih gelapku” yang teramat setia...;)

31. Teruntuk sobat-sobat perjuangku selama kuliah, Leo Agung Kristyo R. – dik Lia, Widya Wiryawan, Ken Pradnya, Widya Wulandari, Bhirawa S. – MM. Yuliastuti, Aluisia Anita P., Monica Kris A., Melany, Maria Nofaola, Meiriza K. – mas Dedi, Vicky Dyah K. – mas Wisnu, J. Doni Maradona, Yani M., Heru Asmoro, Dony Thompson P., E. Yoyok Linggarjanto, E. Meri, Fx. Joko K., Indah Sari K., Stanislaus Y., ...cuma ada dua kata untuk membalas segala “kehebatan” kalian semua, TERIMA KASIH!!!

32. Teman-teman angkatan 2000 lainnya; Miswadi, profesor Hendra, Sudarto, Lengkong, cak Damus, Reni, Aril, Lintang, Pipit, Suster, Ia, Dewi, Veenu, Niken, Cyria, Ika, Tia, Tina, Merdeka, Sisca, Febry, mas

(15)

33. Kakak-kakak dan adik-adik di Fak. Psikologi USD, khususnya mas

Dea, mas Radix, mas Pram, bang Martin, mas Irfan, mas Ardi, mas

Ari, mas Bram, mas Ian, Paidjo, Yudis, Ekko “lemu”, Eko “kodok”,

mas Doni, Galih, Gerry, Agung “Akrie”, mbak Ika, mbak Ony, mbak

Rani, dik Puspa, Aris, Sius “gibon”, dan yang lainnya.

34. Teman-teman KKN-ku, angkatan XXVI – kelompok 36 (Sisca, Wisnoe, Andre, Yolin, Cicie, Meri, plus Sius), dan seluruh penduduk Jali; khususnya bu Yanto, mas Tono – mbak Wiwiek, Ari, dan Kidung. 35. Komunitas SUKET, GENTA RAKYAT, dan tim sepak bola Psikologi

USD; ayo... tunjukkan terus karya-karya dan prestasimu!!!

36. Personil Reload (dulu Pendopo) dan crew, tak tunggu kegaranganmu dan ...KEEP ON ROCKIN THE WORLD!!!

37. Terima kasih untuk om Jopie Leepel, om Tumpak Sihite, Rully Nerre, Tyastono Taufik, bang Edward “Edu” Tjong, dan mas Sri Widadi atas pengalaman dan cerita-cerita tentang dunia sepak bola. Kapan ya aku bisa ketemu lagi sama kalian....???

38. Terima kasih untuk bang Tigor Shalom, mas Ali Reza, dan seluruh

(16)

39. Pak Idrus Hamid, selaku staf dari PSSI Pusat.

40. Untuk pak Paulus Lie selaku pendeta dari GKI Gejayan dan seluruh

majelis – jemaat GKI Gejayan.

41. Untuk om Bambang dan bu Dede selaku pendeta di GKI Buaran, Jakarta, serta seluruh majelis – jemaat GKI Buaran

42. Buat teman-teman dari masa kecilku (TK – SD), teman-teman SMP – SMU, teman-teman semasa kuliah dan teman-teman permainanku yang lainnya. Special untuk Ami, Franky, Thomas, Felix, Chandra, dan Michael “Kecap”.

43. Karyawan Laris dan Laris 2 MM, mbak Prapti, mas Arfan, mbak Bintar, mas Edi, mbak Ririn, mbak Siti, mbak Nita, mas Bintang, plus

mbak Desi dan mbak Nita.

44. Teruntuk kendaraan tempurku tercinta “Tank Biru” B 7225 EI dan ruang imajinasiku. Tanpa keberadaan dan kesetiaanmu, perjuanganku akan terasa berat. Buat laptop dan printerku plus kertas-kertas, tanpa keberadaanmu juga, skripsi ini tidak mungkin ada.

45. Kota Yogyakarta dan Jakarta, tempat (kota) dimana penulis banyak

(17)

berpikir dalam hidupku.

Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun akan diterima demi kebaikan bersama.

Yogyakarta, ... Penulis

(18)

Halaman Judul... i

Halaman Persetujuan Pembimbing... ii

Halaman Pengesahan... iii

Pernyataan Keaslian Karya... iv

Halaman Motto... v

Halaman Persembahan... vi

Abstrak... vii

Abstract... viii

Kata Pengantar... ix

Daftar Isi... xviii

Daftar Tabel... xxii

Daftar Lampiran... xxiii

Daftar Gambar... xxv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian... 10

(19)

1. Pengertian Coping... 12

2. Pengertian Keterampilan Coping... 13

3. Jenis-jenis Keterampilan Coping... 14

4. Aspek Keterampilan Coping... 15

5. Hasil Keterampilan Coping... 18

B. PERFORMA SAAT PERTANDINGAN SEPAK BOLA... 19

1. Sepak Bola... 19

2. Performa Pemain Sepak Bola... 21

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Performa Pemain Sepak Bola... 23

4. Pengukuran Performa Pemain Sepak Bola... 25

C. HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN COPING DAN PERFORMA PEMAIN SEPAK BOLA DALAM SUATU PERTANDINGAN... 33

D. HIPOTESIS... 39

BAB III METODE PENELITIAN... 40

A. Jenis Penelitian... 40

B. Identifikasi Variabel Penelitian... 40

1. Variabel Bebas... 40

(20)

2. Performa Dalam Suatu Pertandingan... 41

D. Subjek Penelitian... 42

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data... 43

1. Keterampilan Coping... 43

2. Performa Dalam Suatu Pertandingan... 46

F. Validitas, Seleksi Item, dan Reliabilitas... 51

1. Validitas... 51

2. Seleksi Item... 52

3. Reliabilitas... 53

G. Metode Analisis Data... 53

H. Persiapan Penelitian... 54

1. Uji Coba Alat Ukur... 54

2. Alat Ukur Setelah Uji Coba... 55

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 57

A. Orientasi Kancah Penelitian dan Pelaksanaan Penelitian... 57

1. Orientasi Kancah Penelitian... 57

a. Persija Jakarta... 57

b. Persik Kediri... 58

c. PSS Sleman... 58

(21)

1. Deskripsi Data Penelitian... 61

2. Kategorisasi... 62

a. Keterampilan Coping... 62

b. Performa Dalam Pertandingan... 63

C. Uji Hipotesis... 63

1. Uji Asumsi... 63

a. Uji Normalitas Sebaran... 64

b. Uji Linearitas... 64

2. Uji Hipotesis... 65

D. Perbandingan Hasil Penelitian Antara Subjek Penelitian di Tim Persija Jakarta, Persik Kediri, PSS Sleman, dan PSIM Yogyakarta... 66

E. Pembahasan... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 76

A. Kesimpulan... 76

B. Keterbatasan Penelitian... 76

C. Saran... 77

(22)

Tabel 1 : Data Performa Pemain Sepak Bola dalam Pertandingan

Juventus – Lecce... 29 Tabel 2 : Performa Emile Heskey... 31 Tabel 3 : Performa Patrick Vieira... 32 Tabel 4 : Distribusi Item Skala Keterampilan Coping

Sebelum Try-out... 46 Tabel 5 : Poin Performa... 48 Tabel 6 : Data Statistik Seorang Pemain Sepak Bola dalam

Suatu Pertandingan... 49 Tabel 7 : Jumlah Item Keterampilan Coping Setelah Uji Coba... 55 Tabel 8 : Blue-print dan Distribusi Item Skala Keterampilan Coping

(23)

Lampiran A

1. Format Skala Keterampilan Coping Untuk Uji Coba... 85 2. Analisis Item Awal Skala Keterampilan Coping... 92 3. Analisis Item Skala Keterampilan Coping Setelah Penyamarataan Item.. 95

Lampiran B

(24)
(25)

Gambar 1 Skema Hubungan Keterampilan Coping dan Performa Seorang Pemain Sepak Bola

(26)

A. Latar Belakang

Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga terpopuler di dunia. Sekjen Konfederasi Sepakbola Asia (AFC – Asian Football Confederation), Peter Veleppan, mengatakan bahwa sepakbola adalah cabang olahraga yang paling popular, paling banyak dimainkan orang, dan paling digemari di muka bumi (Bola, 15 Juli 2005). Piala Dunia 2002 yang lalu ditonton oleh total 28,8 miliar penonton di seluruh dunia (Scheunemann, 2005).

Dewasa ini sepakbola tidak hanya dipandang sebagai salah satu cabang olahraga semata akan tetapi sepakbola juga dapat dijadikan sebagai suatu lahan bisnis yang cukup menguntungkan, jadi dengan kata lain sepakbola merupakan suatu industri besar yang cukup menjanjikan. Seperti halnya industri-industri besar lainnya yang dapat memberikan penghasilan yang memadai bagi orang-orang yang terlibat didalamnya, demikian pula dengan sepakbola. Setiap pemain, pelatih, dan juga pemilik dari sebuah klub atau tim sepakbola profesional dimungkinkan untuk mendapat penghasilan atau upah yang cukup tinggi.

(27)

pemain sepakbola pada hakikatnya merupakan gabungan dari banyak faktor (Gunarsa, 1996). John Billing (dalam Gunarsa, 1996), mengemukakan bahwa performansi seorang atlet merupakan gabungan dari sejumlah aspek, yaitu: fisik, kepribadian, ketrampilan (skill), kebugaran tubuh dan intelegensia. Jadi, jika seorang atlet sepakbola ingin menunjukkan performansi yang baik dalam setiap pertandingan yang dijalaninya maka atlet yang bersangkutan harus memiliki kemampuan teknik bermain sepakbola dan fisik yang memadai atau bahkan sempurna, disamping itu si atlet juga harus memiliki kontrol emosi, mental, dan kepribadian yang baik pula. Kemampuan intelegensia yang dimiliki oleh seorang atlet sepakbola juga dapat menentukan kualitas permainannya atau performansi dalam pertandingan.

(28)

memenuhi semua tantangan atau tuntutan seperti yang telah disebutkan sebelumnya akan dapat menentukan performa atau penampilannya dalam suatu pertandingan yang sedang dijalaninya (Luxbacher, 1999).

Secara garis besar, penampilan seorang atlet dalam suatu pertandingan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor teknis dan faktor non-teknis (Gunarsa, 1999). Faktor teknis adalah faktor-faktor yang berhubungan langsung dengan olahraga itu sendiri, seperti perasaan takut akan kekalahan, kecemasan untuk tidak dapat menampilkan performa terbaiknya, dan sebagainya; termaksud juga hal-hal yang telah disebutkan pada paragraf sebelumnya. Sedangkan faktor non-teknis adalah faktor-faktor yang tidak memiliki hubungan secara langsung dengan olahraga itu sendiri, seperti terdapat persoalan pribadi dalam kehidupan sosial dari atlet yang bersangkutan.

(29)

akan meningkat. Seiring dengan meningkatnya kesalahan, maka akan muncul pikiran-pikiran negatif, yang selanjutnya akan menambah goncangan, menambah kesalahan dan akibatnya seorang atlet akan menjadi panik atau performanya menjadi buruk dan dalam keadaan seperti itu tentu seorang atlet tinggal menunggu kekalahan saja (Gunarsa, 1999). Demikian pula dalam sepakbola, jika seorang atlet atau pemain sepakbola tidak dapat segera mengatasi kecemasan atau permasalahan yang terjadi, baik yang bersumber dari faktor teknis maupun faktor non-teknis, maka kemungkinan atlet yang bersangkutan tidak akan dapat menampilkan performansi terbaiknya dalam pertandingan yang akan dihadapinya.

(30)

Sebagai salah satu contoh pemain sepak bola yang mengalami stres dalam hidupnya dan mempengaruhi performanya dalam pertandingan yang diikutinya adalah Adriano, pemain top asal negara Brazil yang bermain untuk tim Internazionale Milan, Italia. Selama berlangsungnya Liga Italia dalam periode Maret 2006 sampai dengan November – Desember 2006 Adriano tidak pernah mencetak satu gol pun ke gawang lawan. Sebagai seorang penyerang atau striker, tugas atau peran utamanya adalah untuk menciptakan gol ke gawang lawan dan selama karirnya sebagai pemain sepak bola, Adriano terkenal sebagai penyerang yang produktif menciptakan gol. Menurut pengamatan dari pelatih Internazionale Milan, Roberto Mancini, Adriano sedang mengalami kelelahan dan menderita beban psikologis yang berat. Beban psikologis yang dialami oleh Adriano bersumber dari masalah-masalah atau kejadian yang terjadi dalam kehidupannya, seperti harapan yang terlalu besar dari pendukungnya, masalah dengan kekasihnya, kehilangan ayahnya (meninggal), ditinggal pergi sahabatnya, dan semakin berkembangnya permainan para pesaingnya (Soccer, 11 November 2006).

Pemain sepakbola di Indonesia, dalam akhir-akhir ini, juga banyak yang mengalami stress atau merasa tertekan dalam setiap menghadapi suatu pertandingan. Fenomena tersebut dapat terlihat dari banyaknya pemain yang mudah terpancing emosinya dalam suatu pertandingan yang digelar dalam rangka Liga Djarum Indonesia 2005 yang telah berlalu. Faktor mental yang tidak siap menerima kekalahan, merasa diperlakukan tidak adil atau di-kerjai

(31)

sering memancing emosi seorang pemain, bahkan juga offisial tim (pelatih, asisten pelatih, dan manajer tim), dalam suatu pertandingan (Bola, 15 Juli 2005).

Dalam menghadapi berbagai macam tuntutan dan tekanan tersebut, setiap pemain sepakbola memiliki respon atau sikap yang berbeda-beda untuk mengatasi atau menyelesaikannya, dan jika pemain yang bersangkutan tidak dapat mengatasi atau menyelesaikan berbagai macam tuntutan dan tekanan itu maka si pemain akan mengalami stress. Istilah yang biasa dipakai untuk menyebut respon atau sikap untuk mengatasi tekanan atau stres adalah coping. Pearlin & Schooler (dalam Liestiani, 2001) mengemukakan bahwa coping

merupakan bentuk tingkah laku individu untuk melindungi diri dari tekanan-tekanan psikologis yang ditimbulkan oleh problematika pengalaman sosial. Rasmun (2004) mengemukakan bahwa coping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi stresfull, coping juga merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik.

Kemampuan seseorang individu untuk merasakan suatu situasi dengan teliti dan berdasar pada persepsi yang akurat, dan kemampuan untuk mengembangkan strategi yang menolong dan efektif untuk mengatasi sumber stress (stressors) dapat disebut sebagai keterampilan coping

(32)

Keterampilan coping yang dimiliki atau dikembangkan oleh seseorang pemain sepakbola dapat berbeda dengan pemain lainnya, sesuai dengan bentuk dari coping itu sendiri, yaitu Problem Focused Coping dan Emotional Focused Coping. Pemilihan strategi coping yang tepat sangatlah penting, jika seseorang pemain melakukan kesalahan dalam pemilihan strategi coping akan berdampak buruk dalam permainannya. Mengembangkan keterampilan

coping, ketika menghadapi suatu permasalahan atau stres, akan sangat berguna dan dapat memberikan suatu perbedaan yang besar dalam hidup (www.coolnurse.com). Jadi, jika seorang pemain sepakbola tidak dapat mengembangkan ketrampilan coping yang dimilikinya dengan baik maka pemain yang bersangkutan akan mendapatkan kesulitan untuk dapat bermain maksimal dan untuk menampilkan permainan (performa) terbaiknya.

Sebagai contoh bentuk pemilihan coping yang salah adalah seorang pemain sepakbola terkenal di Indonesia bernama Kurniawan Dwi Yulianto. Sebagai seorang pemain sepakbola yang sangat top dalam era 1990-an, dirinya merasakan mendapat tekanan atau tuntutan yang bisa dikatakan berlebihan. Dirinya merasa selalu mendapatkan tuntutan supaya berpenampilan atau berperforma bagus dalam setiap pertandingan dan juga harus mempersembahkan kemenangan. Dalam menghadapi keadaan tersebut Kurniawan melakukan kesalahan dalam mengembangkan keterampilan coping

(33)

pergaulan bebas yang telah ia rasakan semenjak dirinya memperoleh pengalaman bertanding di luar negeri. Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, bahwa narkoba akan memberikan dampak atau efek yang buruk jika dikonsumsi secara tidak benar dan hal itu terlihat dalam kualitas permainan yang ditampilkan oleh Kurniawan dalam setiap pertandingan. Performansi Kurniawan waktu itu sangat menurun drastis dan juga dirinya sempat dikucilkan oleh komunitas sepakbola di Indonesia.

Contoh lain mengenai pentingnya keterampilan coping bagi seorang pemain sepak bola adalah berawal dari padatnya jadwal pertandingan yang harus dilalui oleh seorang pemain sepak bola, khususnya dalam kompetisi sepak bola Liga Indonesia. Mantan pelatih tim Persebaya Surabaya, Jacksen F. Tiago, mengatakan bahwa terlalu padatnya jadwal bertanding akan mengakibatkan kelelahan yang luar biasa pada diri pemain dan hal ini akan menimbulkan masalah psikologis pada pemain yang bersangkutan (Kompas, 5 Februari 2004).

(34)

Menurut penjelasan-penjelasan diatas tampak bahwa ketrampilan untuk menggunakan dan mengembangkan coping dengan baik bagi seorang pemain sepakbola akan dapat mempengaruhi performanya dalam setiap pertandingan. Sudrajat (dalam Gunarsa, 1996) mengatakan bahwa dimensi psikologi, yang dalam hal ini adalah ketrampilan untuk menggunakan coping, merupakan salah satu di antara beberapa faktor yang dapat menentukan tampilan atau performansi dari seorang atlet dalam suatu pertandingan. Gunarsa (1996) mengemukakan bahwa faktor mental merupakan suatu faktor yang sangat berpengaruh besar terhadap penampilan puncak (peak performance) seorang atlet. Singer (dalam Gunarsa, 1996) juga mengemukakan bahwa penampilan puncak seorang atlet melibatkan tiga aspek yang saling berhubungan secara harmonis, yaitu mental, emosi, dan fisik.

Berdasarkan penjelasan pada paragraf-paragraf sebelumnya, mengenai pentingnya aspek psikologis bagi seorang atlet, maka peneliti hendak melihat hubungan antara keterampilan coping dengan performansi yang akan dimunculkan oleh seorang pemain sepakbola dalam suatu pertandingan.

B. Rumusan Masalah

(35)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keterampilan coping dan performa pemain sepakbola dalam suatu pertandingan yang dijalaninya.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan berfungsi sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan lebih lanjut penelitian yang sudah ada atau bahkan untuk melakukan penelitian baru, khususnya yang relevan dengan aspek psikologis dari seorang atlet (pemain sepakbola) dan atau performanya dalam pertandingan yang dijalaninya.

2. Bagi Pemain Sepak Bola

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu bahan refleksi bagi pemain sepak bola mengenai keterampilan coping

yang dimilikinya dan performanya dalam suatu pertandingan yang dijalaninya.

3. Bagi Tim-tim Sepak Bola di Indonesia

(36)

4. Bagi Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Badan Liga Sepak Bola Indonesia (BLI)

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan gambaran kepada BLI dan PSSI mengenai keterampilan

coping dan performa dalam pertandingan para pemain sepakbola di Indonesia. Disamping itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk mengembangkan kualitas kompetisi sepakbola yang ada di Indonesia.

5. Bagi Pembaca

(37)

A. Keterampilan Coping

1. Pengertian Coping

Dalam bahasa Indonesia, coping yang sering disebut sebagai suatu strategi atau cara untuk menghadapi masalah adalah mekanisme yang biasa dilakukan seseorang untuk menanggulangi stres yang sedang dihadapinya. Menurut Kamus Lengkap Psikologi (2002), coping behavior

(tingkah laku atau tindakan penanggulangan) adalah sembarang perbuatan; dalam mana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan sesuatu (tugas atau masalah).

(38)

mengurangi tekanan. Rasmun (2004) berpendapat bahwa coping

merupakan proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi

stressfull. Lazarus (dalam Liestiani, 2001) mengemukakan bahwa coping

juga dapat dipandang sebagai faktor penyeimbang dalam usaha individu mempertahankan dirinya selama menghadapi situasi yang dapat menimbulkan stress.

Berdasarkan definisi-definisi dari para ahli mengenai coping yang telah disebutkan pada paragraf sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa coping adalah usaha yang dilakukan individu untuk mengatasi suatu keadaan atau situasi yang menekan, menantang atau mengancam hidupnya yang nantinya dapat menimbulkan stres pada individu yang bersangkutan. Coping dilakukan baik secara sadar maupun tidak.

2. Pengertian Keterampilan Coping

Menurut Kamus Psikologi (2000), keterampilan atau skill adalah kecakapan atau keterampilan yang diperoleh melalui proses belajar. Kamus saku Bahasa Inggris (Oxford, 1991) menjelaskan bahwa skill atau keterampilan adalah kemampuan atau kecakapan untuk melakukan sesuatu.

Parry (1990), mengemukakan bahwa keterampilan coping

(39)

bahwa mekanisme coping adalah suatu keterampilan dalam hal penyesuaian diri terhadap masalah-masalah dalam hidup.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan coping adalah suatu kecakapan atau kemampuan untuk merespon dan mengurangi situasi yang menekan atau mengancam dan situasi stressfull yang dimiliki oleh individu melalui proses belajar atau berdasarkan pengalaman.

3. Jenis-jenis Keterampilan Coping

Lazarus (dalam Pierce, 1995) membedakan keterampilan coping

menjadi dua jenis:

a. Instrumental coping skill

Jenis keterampilan coping ini berorientasi pada masalah atau problem individu. Biasanya digunakan untuk berhubungan dengan tuntutan lingkungan yang sedang terjadi.

b. Palliative coping skill

Jenis keterampilan coping ini dilakukan untuk membebaskan perasaan-perasaan negatif yang muncul beserta dengan kehadiran dari stressor. Usaha yang dilakukan dalam jenis keterampilan ini berupa pengalihan perhatian, relaksasi, restrukturisasi kognitif, dan sebagainya.

(40)

hubungan yang baik dengan lingkungan sekitarnya (sosial), menjalankan hobi yang disukai, selalu memiliki pikiran yang positif, memiliki kemampuan untuk fokus terhadap masalah atau pekerjaan yang sedang dihadapi, melakukan relaksasi, makan, merokok, dan sebagainya.

Orang yang terampil melakukan coping adalah orang yang tanggap terhadap tekanan atau ancaman, yang nantinya dapat menimbulkan stres pada dirinya, yang sedang terjadi pada dirinya. Dengan kata lain orang tersebut akan segera mengatasi atau mengurangi situasi yang menekan atau mengancam hidupnya, supaya nantinya tidak menimbulkan stres dalam hidupnya. Keterampilan coping seseorang dapat dilatih dan dikembangkan (Jacksen, 2005).

(41)

4. Aspek Keterampilan Coping

Keterampilan coping memiliki beberapa aspek didalamnya (NN.,

www.journal-writing.webdjinni.net, 2006): a. Reaksi terhadap stres

Dimaksudkan dalam hal ini adalah mengacu pada keterampilan atau kemampuan untuk tetap berfungsi secara normal atau seperti biasa pada saat berada dalam keadaan stres atau dalam keadaan tertekan. Hal ini berhubungan juga dengan bagaimana seseorang memandang hal-hal mengecewakan (kesalahan) yang terjadi dalam hidupnya. Kuncinya adalah belajar dari kesalahan kita, juga belajar dari segala hal, dan menikmati keberhasilan kita.

b. Percaya atau bersandar pada diri sendiri

Keterampilan atau kemampuan untuk mempercayai atau bergantung pada diri kita sendiri. Ada kalanya kita merasa terbantu oleh orang lain saat kita bertanya atau meminta pendapat dari mereka, akan tetapi pada akhirnya, diri kita sendirilah yang harus memutuskan pendapat mana yang harus diikuti dan memilih jalan hidup kita sendiri.

(42)

merespon segala hal atau situasi baru yang ada dalam lingkungan sekitar kita.

d. Memiliki sumber daya

Maksudnya adalah keterampilan atau kemampuan untuk menemukan jalan keluar terhadap segala permasalahan yang sedang dihadapi. Menemukan jalan keluar tidaklah mudah, namun dengan memiliki sumber daya atau kecerdikan dari diri kita sendiri, kita dapat menemukan jalan keluar itu.

e. Kemampuan untuk beradaptasi (adaptif)

Keterampilan atau kemampuan untuk dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan, fleksibilitas, dan berpikiran yang terbuka. Keterampilan tersebut akan dapat membantu kita dalam menghadapi segala perubahan yang terjadi dalam hidup kita.

f. Sikap proaktif

Dimaksudkan dalam hal ini adalah keterampilan atau kemampuan untuk mengatasi masalah sebelum masalah tersebut muncul, dengan kata lain, kemampuan untuk memahami apa yang kita inginkan atau butuhkan dan kemampuan mengambil tindakan saat diperlukan. Diperlukan suatu keberanian untuk mengambil atau menanggung resiko dari tindakan-tindakan yang akan dilakukannya itu.

g. Kemampuan untuk menikmati saat tenang

(43)

sekitar kita, dan menghargai hidup kita yang berada dalam dunia yang sangat sibuk. Disamping itu juga termaksud kemampuan untuk membiarkan sisi kekanakan yang ada dalam diri kita untuk muncul ke permukaan pada saat yang tepat.

5. Hasil Keterampilan Coping

Menurut Breakwell (1986), coping atau keterampilan coping yang dimiliki oleh seorang individu terdapat tiga target hasil yang harus dicapai, minimal satu diantaranya, yaitu:

a. Penghilangan aspek yang mengancam.

b. Pergerakan individu ke dalam situasi yang tidak mengancam. c. Perbaikan struktur individu.

Hasil dari suatu coping atau keterampilan coping akan berpengaruh pada satu atau lebih dari wilayah-wilayah berikut:

a. Wilayah psikologis

Hasil-hasil psikologis meliputi reaksi emosional, kesehatan mental secara umum dan kinerja (performance) dalam mengerjakan suatu tugas.

b. Wilayah sosial

(44)

c. Wilayah fisiologis

Hasil-hasil fisiologis meliputi tingkat reaksi fisiologis jangka pendek (sistem syaraf otonom, hormon, kekebalan, dan perubahan neuroregulator) hingga perubahan kesehatan jangka pendek (misal, perkembangan penyakit jantung koroner).

Seorang individu yang memiliki keterampilan coping yang baik akan memproduksi atau menghasilkan hal-hal yang mempertahankan dan bahkan mengembangkan kecenderungan-kecenderungan positif yang dimiliki oleh individu yang bersangkutan. Sebagai contoh: performa kerjanya semakin meningkat, memiliki kehidupan sosial yang baik, tidak mengidap penyakit-penyakit yang berbahaya (misal: jantung), dan sebagainya.

B. Performa Saat Pertandingan Sepak Bola

1. Sepak Bola

(45)

Sepak bola merupakan salah satu cabang olah raga yang berskala internasional, oleh karena itu ketentuan dan peraturan yang mendukung jalannya suatu pertandingan sepak bola juga harus dibuat atau ditetapkan secara internasional pula (Luxbacher, 2004).

Federation Internationale de Football Association, atau biasa disingkat dengan FIFA (dalam Dinata, 2004), sebagai induk organisasi sepak bola di dunia mengeluarkan peraturan-peraturan mengenai pertandingan sepak bola, diantaranya adalah:

a. Lapangan permainan harus berbentuk empat persegi panjang, dengan

ukuran 75-90 meter x 90-120 meter.

b. Gawang dengan ukuran tinggi x panjang : 2,44 meter x 7,32 meter. c. Bola berbentuk bulat dengan berat 600-700 gram.

d. Jumlah pemain yang terdapat dalam lapangan adalah 22 orang pemain, dengan masing-masing tim atau regu berjumlah 11 orang pemain. e. Setiap pemain diharuskan memakai sepatu khusus sepak bola dan

pelindung tulang kering.

f. Durasi normal dalam setiap pertandingan resmi adalah 2 x 45 menit dan 2 x 15 menit jika menggunakan sistem perpanjangan waktu.

g. Dalam setiap pertandingan resmi sepak bola selalu dipimpin oleh

(46)

pertandingan dan belum atau tidak terjadi pelanggaran). Penjaga gawang diperbolehkan untuk menyentuh bola dengan menggunakan tangan atau lengannya hanya di dalam kotak penalti atau area di depan gawangnya sendiri.

Sejumlah pemain (biasanya tiga orang pemain) dapat digantikan oleh pemain cadangan yang dimiliki oleh masing-masing tim atau regu pada masa permainan / pertandingan. Dalam pertandingan resmi, pemain yang telah digantikan oleh pemain cadangan tidak dapat bermain kembali dalam pertnadingan tersebut.

Sepakbola secara umum dapat diartikan sebagai suatu permainan olahraga yang dimainkan secara beregu (dua regu atau tim) dengan masing-masing regu terdiri dari 11 orang pemain. Kedua regu yang bertanding berusaha atau bertanding untuk memasukan bola sebanyak-banyaknya ke dalam gawang lawang pada sebuah area pertandingan yang berbentuk empat persegi panjang dan dengan durasi waktu selama 2 x 45 menit.

2. Performa Pemain Sepak Bola

(47)

sebagai kegiatan seorang individu untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan cara-cara tertentu pula.

Dalam menjalani suatu aktifitas atau kegiatan tersebut, seorang individu juga melakukan suatu atau beberapa gerakan atau gerak. Gerakan atau gerak yang dilakukan oleh individu yang bersangkutan dipengaruhi oleh faktor emosi dan faktor situasional. Emosi adalah reaksi kompleks yang mengait satu tingkat kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam yang diikuti atau diserta oleh perasaan atau afektif. Untuk dapat menguasai suatu keterampilan gerak, seseorang membutuhkan kemampuan untuk mengarahkan dan mengontrol perasaannya secara tepat sebelumnya dan saat melakukan tugas. Faktor situasional adalah keadaan lingkungan disekitar individu yang melakukan interaksi untuk mendukungnya dalam belajar secara maksimal agar tercapai suatu keterampilan yang diinginkannya (dalam Wijaya, 2004).

(48)

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa performa pemain sepak bola adalah keterampilan gerak, dasar dan manipulatif, yang ditampilkan oleh seorang pemain sepak bola dalam suatu pertandingan yang dijalaninya dengan dilandasi oleh emosi, interaksi sosial, dan kognitif. Gerakan atau gerak tersebut harus dapat terlihat secara nyata dan juga harus dipenuhi dengan aktifitas-aktifitas lainnya yang mendukung; seperti berlari, menendang, melompat, melempar, menguasai suatu obyek (bola), dan unsur-unsur gerakan lainnya yang terdapat dalam aspek olahraga, khususnya dalam sepak bola.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Performa Pemain Sepak Bola

Penguasaan teknik-teknik dasar bermain sepak bola yang baik, sedikit banyak, akan mempengaruhi performa seorang pemain sepak bola dalam suatu pertandingan yang sedang dijalaninya. Harsono (1998) mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi performa dari seorang atlet:

a. Faktor-faktor yang ada hubungannya dengan organisasi pertandingan; seperti kondisi lapangan atau stadion, penonton, wasit, dan sebagainya. b. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan dari atlet yang

bersangkutan; seperti gaya atau kebiasaan hidup, lingkungan sosialnya, dan sebagainya.

(49)

d. Kecemasan dan arousal yang dialami oleh atlet yang bersangkutan. Dewazien (dalam Wijaya, 2004) mengungkapkan bahwa performa seorang pemain sepak bola dipengaruhi oleh empat faktor; yaitu faktor kognitif (IQ dan strategi), faktor fisik (stamina, postur tubuh, skill, dan kemampuan teknik), faktor psikologis (motivasi, mental atau kepercayaan diri, dan emosi), dan faktor sosial (relasi sosial dari pemain yang bersangkutan dan tekanan dari media atau pers).

Situs www.soccerperformance.org (2005) membagi faktor yang dapat mempengaruhi performa seorang pemain sepak bola menjadi dua bagian besar; yaitu faktor yang berasal dan dapat dikontrol langsung oleh pemain yang bersangkutan (seperti keadaan fisik, psikologis dari pemain yang bersangkutan, skill dan teknik yang dimiliki oleh pemain itu, dan strategi atau taktik yang akan digunakan oleh timnya), dan faktor yang bersumber dari luar dan tidak dapat diprediksi atau dikontrol secara langsung oleh pemain yang bersangkutan (seperti keberuntungan, wasit, keadaan atau strategi dari tim lawan, kondisi penonton, dan faktor sosial lainnya).

Setyobroto (2001) berpendapat bahwa terdapat delapan dimensi yang dapat mempengaruhi performa dari seorang atlet (pemain sepak bola), yaitu:

a. Dimensi kesegaran jasmani. b. Dimensi keterampilan.

(50)

d. Dimensi anthropometri. e. Dimensi fisiologi. f. Dimensi biomekanika.

g. Dimensi kemampuan inteljensia. h. Dimensi mental / kepribadian.

Faktor-faktor dan dimensi yang telah disebutkan sebelumnya saling terkait satu dengan yang lainnya dan dapat menentukan atau mempengaruhi performa seorang pemain sepak bola. Dengan kata lain, faktor dan dimensi tersebut saling mendukung satu dengan yang lainnya guna menentukan performa yang akan ditampilkan seorang pemain sepak bola dalam pertandingan yang akan dijalaninya.

4. Pengukuran Performa Pemain Sepak Bola

(51)

bola, seperti pelatih sepak bola. Pengukuran performa seorang pemain sepak bola adalah penilaian secara statistik terhadap performa yang ditampilkan oleh seorang pemain dalam sebuah pertandingan. Performa seorang pemain sepak bola dapat dilihat dalam permainan dari pemain sepakbola itu sendiri. Oleh karena itu, pengukuran ini dapat dilakukan dengan menilai permainan dari pemain sepak bola itu sendiri.

Secara garis besar permainan sepak bola dikelompokkan kedalam dua bagian, yaitu teknik dengan bola dan teknik tanpa bola. Teknik dengan bola terdiri dari beberapa teknik dasar, seperti:

a. Kontrol bola

Kontrol bola merupakan teknik untuk menerima atau menghentikan bola.

b. Mengumpan (passing)

Mengumpan merupakan teknik untuk memberikan bola kepada teman dengan menggunakan bagian-bagian dari kaki atau menggunakan kepala (heading).

c. Menembak (shooting)

Menembak merupakan teknik untuk menendang atau mengarahkan bola kedalam gawang lawan dengan tujuan untuk mencetak gol. Menembak atau mencetak gol juga dapat menggunakan kepala.

d. Menggiring bola (dribble)

(52)

pemain berlari melintasi / melewati lawan atau untuk maju ke ruang yang terbuka (Luxbacher, 2004). Menggiring atau men-dribble bola dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan punggung kaki, dengan bagian dalam kaki, dan dengang kaki bagian luar (Dinata, 2004). Sebagian besar pemain sepak bola handal juga dapat menggiring bola dengan menggunakan kepalanya.

e. Merebut bola (tackling)

Tackling merupakan keterampilan atau teknik dalam bertahan yang digunakan mencuri atau mengambil bola dari lawan (Luxbacher, 2004).

f. Menjaga gawang (untuk penjaga gawang atau kiper)

Keterampilan atau teknik yang dimiliki oleh seorang kiper, sebagian besar, berbeda dengan keterampilan yang dimiliki oleh pemain dengan posisi yang lain. Untuk menjadi seorang penjaga gawang atau kiper, seorang pemain harus mampu menangkap atau memblok semua tipe / jenis tembakan yang mengarah ke gawangnya (Luxbacher, 2004). Selain itu kiper juga harus dapat memberikan kontribusi berupa umpan yang akurat ketika timnya hendak memulai serangan.

(53)

Disamping teknik dasar seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam permainan sepak bola juga terdapat beberapa kemampuan atau teknik yang juga harus dimiliki oleh para pemain, yaitu:

a. Kerjasama tim, yaitu kekompakkan para pemain didalam sebuah tim

atau regu. Permainan sepak bola merupakan permainan yang dimainkan oleh dua regu yang saling berhadapan dengan tujuan untuk menyarangkan bola kedalam gawang lawannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, sebuah regu atau tim yang terdiri dari 11 orang pemain harus memiliki pemikiran yang sama. Dengan kata lain masing-masing dari 11 orang pemain tersebut haruslah tercipta rasa saling pengertian diantara sesama pemain lainnya. Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh Luxbacher (2004):

Taktik beregu mengarahkan kesebelas anggota ke arah satu sasaran utama dan membantu menempatkan semua pemain pada “halaman” yang sama. Serangan dan pertahanan yang sukses dibangun oleh kelompok, hasil dari usaha pemain yang terkoordinasi, dan dapat dicapai hanya jika semua pemain memiliki pemahaman terhadap prinsip dasar yang mendasari permainan.

b. Fisik dan stamina, sepak bola merupakan sebuah cabang olahraga yang

sangat membutuhkan kemampuan fisik dan stamina yang kuat atau prima. Hanya dengan fisik dan stamina yang prima, disamping dengan

skill yang dimiliki, seorang pemain sepak bola dapat bermain secara optimal.

(54)

disebabkan supaya permainan / pertandingan dapat terlihat lebih menarik. Kekreatifitasan yang dimiliki oleh seorang pemain sepak bola sangat erat kaitannya dengan tingkat intelejensia yang dimiliki oleh pemain yang bersangkutan, khususnya yang terkait dalam bidang sepak bola. Kekreatifitasan seorang pemain dapat diperoleh atau dapat bertambah seiring dengan seringnya si pemain melakukan latihan dan menjalankan pertandingan.

Pengukuran performa seorang pemain sepak bola didapat dari hasil data penilaian statistik mengenai permainan sepak bola atau teknik-teknik yang ditampilkan oleh pemain yang bersangkutan dalam sebuah pertandingan.

(55)

Tabel 1

Data Performa Pemain Sepak Bola

Dalam Pertandingan Juventus – Lecce (Minggu, 26/2)

Bola, 28 Februari 2006

Angka-angka dibelakang nama-nama pemain merupakan nilai dari performa yang mereka tampilkan selama pertandingan, semakin tinggi nilai yang mereka dapat maka semakin tinggi atau baik pula performa yang mereka (pemain yang bersangkutan) tampilkan dalam pertandingan tersebut.

Pemain sepak bola dikelompokkan kedalam tiga posisi dasar dalam setiap pertandingannya, yaitu pemain belakang (goalkeeper dan defender),

Juventus Lecce

Penonton: 26.721 (Delle Alpi)

Gol: 0-1 Del Vecchio 10’, 1-1 Emerson 18’, 2-1 Kovac 44’, 3-1 Del Piero 88’ pen

Sepak Pojok: 8-3

Waktu Ekstra: 3’ dan 3’

Kartu Merah: Camorani 51’ (L)

(56)

pemain tengah (midfielder), dan pemain depan (striker). Secara umum, masing-masing posisi tersebut memiliki tugas yang berbeda-beda; pemain belakang bertugas sebagai pertahanan bagi timnya, pemain tengah bertugas sebagai penyeimbang antara pertahanan dan penyerangan dari timnya, dan pemain depan bertugas untuk mencetak gol. Namun Luxbacher (2004) berpendapat bahwa saat ini sepak bola memberikan tugas atau tuntutan yang lebih banyak pada pemain untuk dapat menyerang sekaligus bertahan, dengan pengecualian pada posisi kiper atau penjaga gawang.

Penilaian atau pengukuran performa pemain sepak bola, berdasarkan posisinya masing-masing, dapat dilihat dari beberapa contoh dibawah ini:

Heading Challenges 17 10

(57)

Tabel diatas merupakan contoh analisa performa dari seorang pemain sepak bola dengan posisi sebagai pemain depan bernama Emile Heskey. Huruf S yang terdapat dalam masing-masing kategori atau aspek menandakan keberhasilan si pemain dalam melakukan suatu gerakan atau tugas (S = Successful). Secara keseluruhan, berdasarkan tabel diatas, Emile Heskey memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menyerang maupun bertahan bagi timnya.

Tabel diatas merupakan analisa performa dari pemain dengan posisi sebagai pemain tengah yang bernama Patrick Vieira. Vieira, dalam pertandingan tersebut, terlihat memberikan kontribusi yang cukup baik bagi timnya. Pada tabel diatas terlihat bahwa Patrick Vieira bermain cukup konsisten sebagai penyeimbang pertahanan dan penyerangan timnya.

(58)

sebelumnya, peneliti akan menggunakan beberapa gerakan atau aspek yang digunakan sebagai standar penilaian atau pengukuran performa dari seorang pemain. Adapun gerakan atau aspek yang akan dipakai sebagai standar pengukuran performa adalah mencetak gol, assist, interception,

tackle, shooting (on target atau off target), pelanggaran, kartu hukuman, dan ditambah dengan lama bermain dari pemain yang bersangkutan. Untuk posisi kiper atau penjaga gawang ditambah dengan gerakan atau aspek penyelamatan (saves) dan kemasukan. Pemakaian dan penilaian aspek atau gerakan tersebut juga didasarkan atau disesuaikan dengan standar yang dipakai oleh sebuah lembaga yang diakui secara resmi oleh F.A. (Football Association – Persatuan Sepak bola Inggris), PA Sport, dalam rangka pengukuran atau penilaian performa para pemain dalam Liga Inggris (FA Premier League).

Setiap aspek atau gerakan yang berhasil ditampilkan oleh seorang pemain akan dikalikan dengan skor performa dari masing-masing aspek guna mendapatkan skor akhir performa dari pemain yang bersangkutan.

C. Hubungan Antara Keterampilan Coping dan Performa Pemain Sepak

Bola Dalam Pertandingan

(59)

itu akan merasa tertekan dan mengalami stres. Jika tekanan atau stres yang dialaminya itu tidak sesegera mungkin diatasi maka hal tersebut, secara tidak langsung, dapat mempengaruhi kinerja atau performanya dalam melakukan suatu tugas, yang dalam hal ini adalah bermain sepak bola.

Untuk itu, jika seorang pemain sepak bola mengalami stres atau merasa tertekan dalam kehidupan sehari-harinya maka pemain yang bersangkutan harus sesegera mungkin melakukan tindakan atau respon untuk mengatasi atau menguranginya supaya performa atau kinerjanya (dalam bermain sepak bola) tidak terganggu. Tindak mengatasi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah menggunakan dan mengembangkan keterampilan coping

yang dimiliki oleh pemain tersebut. Keterampilan coping merupakan suatu tingkah laku yang biasa digunakkan oleh seorang individu untuk mengatasi suatu situasi yang dapat merugikan hidupnya (www.enpsychlopedia.com). Dengan mengembangkan keterampilan coping yang telah dimiliki oleh seorang individu, ketika sedang menghadapi suatu permasalahan atau ketika sedang merasa stres, akan sangat berguna didalam kehidupannya.

(60)

diasumsikan memiliki pikiran yang tenang dan memiliki kondisi badannya (fisik) yang segar sehingga diasumsikan atau diperkirankan pemain yang bersangkutan dapat bermain dengan baik selama satu (90 menit) pertandingan yang akan dijalani nantinya. Contoh berikutnya, untuk aspek kemampuan untuk beradaptasi, jika seorang pemain sepak bola yang berpindah tim tidak dapat melakukan adaptasi terhadap suasana atau kondisi dari tim barunya itu maka diasumsikan pemain tersebut akan mengalami kesulitan untuk bekerja sama dengan rekan-rekan barunya itu.

(61)

dalam setiap pertandingan yang dijalaninya selama jangka waktu tersebut tersebut dapat dikatakan menurun (Soccer, 11 November 2006).

Performa atau kinerja seorang pemain sepak bola dalam setiap atau suatu pertandingan ditentukan berdasarkan baik atau buruknya permainan mereka dalam pertandingan itu. Penilaian terhadap baik atau buruknya permainan dari seorang pemain dapat dilihat dari tingkat keberhasilannya dalam melakukan suatu gerakan atau teknik dasar yang dapat bermanfaat bagi timnya, atau dengan kata lain pemain tersebut memberikan kontribusi yang cukup besar bagi permainan timnya. Semakin tinggi tingkat keberhasilan seorang pemain melakukan gerakan yang bermanfaat bagi timnya maka semakin baik atau tinggi pula performa yang dapat dicapai oleh pemain tersebut.

Dewazien (dalam Wijaya, 2004) mengungkapkan bahwa performa seorang pemain sepak bola dalam sebuah pertandingan ditentukan oleh empat faktor, yaitu faktor kognitif (IQ, kemampuan teknik atau skill, dan pemahaman strategi), faktor fisik (stamina, postur tubuh), faktor psikologis (mental atau kepercayaan diri, motivasi, dan emosi), dan faktor sosial (relasi sosial yang dimiliki oleh pemain yang bersangkutan).

(62)

secara nyata dapat menentukan performa seorang pemain sepakbola dalam sebuah pertandingan. Faktor psikis juga memiliki pengaruh yang tidak kalah besarnya dengan faktor-faktor yang lain, karena dimungkinkan terdapat beberapa kondisi dalam sebuah pertandingan yang akan mempengaruhi kondisi psikis seorang pemain, yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap performa bertanding pemain yang bersangkutan.

Harsono (2003) juga berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi performa seorang pemain sepakbola dalam sebuah pertandingan, yaitu faktor yang berhubungan langsung dengan organisasi pertandingan, faktor yang berhubungan dengan keadaan dari si pemain yang bersangkutan, faktor yang berhubungan dengan latihan dan pelatih, dan faktor mengenai kecemasan dan arousal yang dialami oleh pemain yang bersangkutan.

Faktor-faktor tersebut juga saling berhubungan atau saling mendukung antara satu dengan yang lainnya dan dapat mempengaruhi kesiapan seorang pemain sepak bola dalam menghadapi suatu pertandingan yang nantinya, dapat diasumsikan, juga akan mempengaruhi performa yang akan ditampilkan oleh pemain yang bersangkutan dalam pertandingan tersebut.

(63)

dalam sebuah pertandingan dan mengembangkan keterampilan coping

merupakan salah satu diantaranya. Untuk itu jika seorang pemain sepak bola dapat menggunakan dan menggembangkan keterampilan coping dengan baik maka dapat diasumsikan pemain tersebut mampu untuk menampilkan performa terbaiknya dalam suatu pertandingan. Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa penjelasan diatas adalah keterampilan coping dari seorang pemain sepak bola memiliki hubungan yang positif terhadap performanya dalam suatu pertandingan. Semakin baik atau tinggi tingkat keterampilan coping dari seorang pemain sepak bola maka semakin baik atau tinggi pula performa yang dapat ditampilkannya dalam suatu pertandingan.

(64)

Gambar 1

Skema Hubungan Keterampilan Coping dan Performa Seorang Pemain Sepakbola dalam Suatu Pertandingan

D. Hipotesis

Berdasarkan asumsi teoritis yang telah diuraikan diatas, maka dapat diajukan hipotesis bahwa ada hubungan antara keterampilan coping dan performa pemain sepak bola dalam suatu pertandingan.

Pemain Sepak Bola

Keterampilan Coping Tinggi

Mental Buruk

Stres / Tertekan

Tegang

Keterampilan Coping Rendah

Mental Baik

Adaptif

Rileks

Performa Baik Performa Buruk

(65)

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi (Suryabrata, 2003).

B. Identifikasi Varibel Penelitian

Terdapat dua macam variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Variabel Bebas : Keterampilan coping

2. Variabel Tergantung : Performa dalam suatu pertandingan sepak bola

C. Definisi Operasional

1. Keterampilan Coping

(66)

Keterampilan coping seorang pemain sepak bola nampak dalam dalam skor total yang dihasilkan dari skala keterampilan coping. Semakin tinggi skor yang diperoleh oleh seorang pemain maka menunjukkan bahwa pemain yang bersangkutan memiliki keterampilan coping yang tinggi, dan jika skor yang diperoleh rendah maka menunjukkan rendahnya keterampilan coping dari pemain yang bersangkutan.

2. Performa Dalam Suatu Pertandingan Sepak Bola

Performa dalam suatu pertandingan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah keterampilan gerak dasar yang dihasilkan atau ditampilkan oleh seorang pemain sepak bola dalam suatu pertandingan yang dilandasi oleh emosi, interaksi sosial, dan kognitif dalam sebuah pertandingan. Gerakan yang ditampilkan adalah suatu aktifitas yang dapat mendukung jalannya suatu pertandingan sepak bola; seperti menembak (shooting), mencetak gol, assist atau umpan yang menghasilkan gol,

tackle, interception atau menggagalkan serangan musuh, pelanggaran, off side, kartu hukuman, dan ditambah dengan waktu atau lamanya bertanding dari pemain yang bersangkutan.

(67)

pada saat pertandingan. Semakin tinggi skor atau rating yang diperoleh seorang pemain maka dapat diasumsikan semakin baik pula performanya, dengan kata lain pemain yang bersangkutan banyak menghasilkan gerakan atau poin yang positif dan menghasilkan gerakan atau poin negatif yang minimal.

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah pemain sepak bola yang tergabung atau berasal dari empat tim atau perkumpulan sepakbola, yang menjadi peserta dalam Kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia 2007, yang sedang dalam masa persiapan dalam menghadapi kompetisi Liga Indonesia 2007, yaitu Persik Kediri, Persija Jakarta, PSS Sleman, dan PSIM Yogyakarta.

Pemain yang akan diambil atau dipakai sebagai subyek penelitian adalah pemain sepak bola profesional yaitu seorang atlet yang memiliki keahlian dalam bermain sepak bola dan berprofesi atau berkarier sebagai pemain sepak bola, yang terdaftar atau telah resmi dikontrak oleh tim-tim yang menjadi tempat atau subjek penelitian.

(68)

mempengaruhi performanya dalam suatu pertandingan sepakbola yang dijalaninya.

Subyek penelitian dipilih secara purposive sampling yaitu pemilihan kelompok subyek berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2004).

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1. Keterampilan Coping

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk keterampilan

coping adalah skala keterampilan coping. Skala ini menggunakan skala tipe Likert, dengan jawaban: SS, S, TS, dan STS.

Skala keterampilan coping disusun berdasarkan aspek-aspek dalam keterampilan coping (NN., www.journal-writing.webdjinni.net, 2006): a. Reaksi terhadap stres

(69)

b. Percaya atau bersandar pada diri sendiri

Merupakan suatu keterampilan atau kemampuan untuk mempercayai atau bergantung pada diri kita sendiri. Ada kalanya kita merasa terbantu oleh orang lain saat kita bertanya atau meminta pendapat dari mereka, akan tetapi pada akhirnya, diri kita sendirilah yang harus memutuskan pendapat mana yang harus diikuti dan memilih jalan hidup kita sendiri.

c. Kemampuan untuk melakukan pendekatan secara tepat terhadap situasi Merupakan suatu keterampilan atau kemampuan untuk mengamati atau menganalisa dan dapat masuk dalam segala situasi pada lingkungan sekitar kita. Dengan mempercayai insting serta kemampuan untuk membuat keputusan, kita dapat dengan cepat merespon segala hal atau situasi baru yang ada dalam lingkungan sekitar kita.

d. Memiliki sumber daya

Merupakan suatu keterampilan atau kemampuan untuk menemukan jalan keluar terhadap segala permasalahan yang sedang dihadapi. Menemukan jalan keluar tidaklah mudah, namun dengan memiliki sumber daya atau kecerdikan dari diri kita sendiri, kita dapat menemukan jalan keluar itu.

e. Kemampuan untuk beradaptasi (adaptif)

(70)

yang terbuka. Keterampilan tersebut akan dapat membantu kita dalam menghadapi segala perubahan yang terjadi dalam hidup kita.

f. Sikap proaktif

Merupakan suatu keterampilan atau kemampuan untuk mengatasi masalah sebelum masalah tersebut muncul, dengan kata lain, kemampuan untuk memahami apa yang kita inginkan atau butuhkan dan kemampuan mengambil tindakan saat diperlukan. Diperlukan suatu keberanian untuk mengambil atau menanggung resiko dari tindakan-tindakan yang akan dilakukannya itu.

g. Kemampuan untuk menikmati saat tenang atau saat santai

Merupakan suatu keterampilan atau kemampuan untuk mencari waktu hanya untuk diri kita sendiri, menikmati hidup serta lingkungan sekitar kita, dan menghargai hidup kita yang berada dalam dunia yang sangat sibuk. Disamping itu juga termaksud kemampuan untuk membiarkan sisi kekanakan yang ada dalam diri kita untuk muncul ke permukaan pada saat yang tepat.

(71)

kecenderungan untuk lebih memilih jawaban yang ditengah (netral) atau disebut juga dengan centraltendency effect. Kecenderungan tersebut dapat dihilangi dengan meniadakan pilihan jawaban netral atau ragu-ragu.

Item berjumlah 98 pertanyaan. Distribusi atau penyebaran item dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4

Distribusi Item Skala Keterampilan Coping Sebelum Try-out

Item secara tepat terhadap situasi

menikmati saat tenang atau saat santai

2. Performa Dalam Suatu Pertandingan Sepak Bola

(72)

menunjukkan rating atau baik buruknya performa yang ditampilkan oleh pemain yang bersangkutan.

Tabel penilaian statistik yang digunakan dalam penelitian dibuat berdasarkan acuan dari tabel statistik atau box score yang dibuat oleh asosiasi atletik atau olah raga tingkat perguruan tinggi di Amerika (NCAA) dengan beberapa modifikasi atau perubahan. Modifikasi atau perubahan dilakukan dengan alasan untuk penyesuaian dengan aspek-aspek yang digunakan dalam penelitian untuk pengukuran performa seorang pemain sepak bola dalam sebuah pertandingan.

Pengisian tabel penilaian statistik dilakukan dengan cara memberikan poin atau nilai satu untuk setiap aspek atau kategori yang terdapat dalam tabel yang dapat dihasilkan atau ditampilkan oleh seorang pemain dalam sebuah pertandingan. Aspek atau kategori yang akan dipakai sebagai sumber penilaian antara lain adalah interception

(menggagalkan serangan lawan), tackle (merebut bola dari lawan), foul

(pelanggaran), kartu hukuman yang diterima (kartu kuning – kartu merah),

off side, assist (umpan yang menghasilkan gol), shoot atau tembakan (on targetoff target), gol, dan waktu atau lama bermain.

(73)

Tabel 5 Poin Performa

Poin Performa + Poin Performa -

Mencetak Gol + 2 Pelanggaran - 1

Proses pengisian sampai pengolahan tabel penilaian statistik seorang pemain sepak bola akan dilakukan oleh sebuah tim kecil yang dibentuk oleh peneliti. Tim tersebut berisikan peneliti sendiri, ditambah dua atau tiga orang rekan dari peneliti dan dibantu oleh individu-individu yang berkompeten dalam bidang sepak bola.

Penilaian terhadap performa seorang pemain sepak bola, dan juga aspek atau kategori penilaian yang dipakai, menggunakan standar penilaian dari sebuah lembaga di Inggris yang bertugas untuk memberikan penilaian terhadap performa para pemain sepak bola yang berlaga dalam

English Premier League (EPL / Liga Sepak Bola Inggris) dan juga dipakai oleh salah satu klub yang dijadikan tempat (subjek) penelitian oleh peneliti, yaitu tim PSS Sleman.

(74)

Tabel 6

Data Statistik Seorang Pemain Sepak Bola dalam Suatu Pertandingan

Nama pemain : D. Kuyt (Liverpool) Pertandingan : Charlton vs Liverpool ( 0 – 3 )

Kategori

Total tackle 0

Tackle berhasil 0

Menggagalkan serangan musuh 1

Off-side 1

Tembakan mengarah ke gawang 1

Gol 1

Lama Bermain 90’

Angka-angka yang tertera pada tabel diatas menunjukkan jumlah total gerakan atau kejadian yang dapat dilakukan oleh seorang pemain sepak bola (D. Kuyt) dalam sebuah pertandingan yang telah dilaluinya. Contoh: dalam pertandingan tersebut, D. Kuyt melakukan gerakan menembak atau tembakan sebanyak satu kali.

(75)

gol (+2) + skor assist (+1) + skor tackle berhasil (0) + skor interception

(+1) + skor shoot on goal (+1) + skor clean sheet (+2) + skor lama bermain (2 babak / +2) + skor pelanggaran dilakukan (-1) + skor kartu kuning (0) + skor kartu merah (0) + skor off side (-1) + skor shoot off target (0) = 7. Jadi skor akhir atau skor performa yang didapat oleh D. Kuyt adalah 7.

Standar diatas mencatat gerakan-gerakan yang terdapat dalam suatu permainan atau pertandingan sepak bola yang dihasilkan atau ditampilkan oleh seorang pemain sepak bola.

Poin diberikan tanpa melihat perbedaan posisi dari pemain (kecuali kiper atau penjaga gawang), karena menurut Luxbacher (2004) tanggung jawab terhadap posisi pemain semakin dipersempit dan terdapat sedikit perubahan peranan. Sepak bola dewasa ini menuntut seorang pemain untuk dapat menyerang sekaligus bertahan dengan baik, pengecualian diberikan kepada posisi kiper atau penjaga gawang.

Gambar

Tabel 1 Data Performa Pemain Sepak Bola
Tabel 2 Performa Emile Heskey
Tabel 3
Skema Hubungan Keterampilan Gambar 1 Coping dan Performa Seorang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis data primer terdiri dari : (1) perilaku mencari informasi “Pangan dan Gizi” meliputi frekuensi dan level mencari informasi, (2) perilaku menyampaikan informasi

Klasifikasi komoditas pertanian di Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro menggunakan Analisis Tipologi Klassen menghasilkan empat klasifikasi komoditas pertanian

pengambilan keputusan pembelian adalah suatu proses psikologis yang dilalui oleh konsumen atau pembeli, prosesnya yang diawali dengan tahap menaruh perhatian ( attention )

·  Taysir Abu Saada ­ Fatah Fighter and sniper ­  http://www.hopeforishmael.org ·  Three Former Islamic Terrorists  o  http://www.3xterrorists.com 

Selanjutnya, kita atur grid kita sesuai bangunan rumah yang hendak di desain dengan cara pilih “Define” – “coordinate/system grids..”, lalu akan muncul9. Klik

Latar belakang penelitian ini yaitu proses pembelajaran masih cenderung menggunakan metode konvensional, sehingga menimbulkan masalah siswa menjadi pasif dalam

Disamping itu program kerja ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi sekolah dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan kegiatan kepramukaan pada SMP Negeri 1 Peterongan.

Dalam kajian mereka, hubungan yang tidak baik yang ditunjukkan oleh ibu bapa telah memberi tekanak emosi yang mendalam kepada anak remaja yang boleh membawa mereka kepada masalah