• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. adanya bermunculan berbagai macam motif batik di semua daerah kepulauan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. adanya bermunculan berbagai macam motif batik di semua daerah kepulauan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Motif batik saat ini berkembang dengan pesat, hal ini ditandai dengan adanya bermunculan berbagai macam motif batik di semua daerah kepulauan nusantara, seperti batik Cirebon, batik Indramayu, batik Pekalongan, batik Yogyakarta, batik Solo, batik Madura, batik Kalimantan, batik Sulawesi dan sebagainya, bahkan sampai ke daerah paling timur Indonesia yaitu Papua dengan istilah batik Cendrawasih. Tiap-tiap daerah ini memiliki motif batik sendiri-sendiri sesuai dengan adat dan budaya masing-masing. Dengan beragamnya motif batik tersebut menjadikan pilihan-pilihan customer terhadap motif batik juga semakin beragam, khususnya pada batik tulis. Fenomena keberagaman jenis desain, pola dan motif batik saat ini yang semakin variatif, tetapi belum mengakomodir sebagian besar konsumen kalangan muda-mudi penggemar batik yang menginginkan adanya sesuatu yang beda dan terkesan unik tapi menarik dan berkarakter, khususnya pada motif-motif yang bernuansa kontemporer yaitu perpaduan antara motif-motif klasik dan moderen, antara geometris dan non geometris dan sebagainya.

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti ke beberapa konsumen batik, khususnya dikalangan muda-mudi pada beberapa pusat penjualan batik yang terbesar di Yogyakarta dan Solo yaitu di pasar Bringharjo Yogyakarta dan pasar Klewer Solo, dari 125 orang konsumen (responden) yang di sampling secara acak (stratified random sampling) dimana teknik sampling tersebut merupakan teknik sampling yang dilakukan dengan memberikan peluang

(2)

atau kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel dalam suatu kelompok strata umur, dengan demikian sampel yang diperoleh diharapkan merupakan sampel yang representative (Sumanto, 2012), hasilnya 71,2 % menginginkan adanya suatu desain yang unik perpaduan antara motif-motif tradisional/klasik dengan motif-motif moderen yang kreatif dan inovatif tapi tidak meninggalkan nilai-nilai pakem yang ada pada batik itu, kemudian sisanya 28,8% menginginkan tetap pada motif-motif tradisional/klasik sesuai dengan pakem aslinya. Kemudian pada kuesioner tersebut 72,8% responden menginginkan adanya metode pendesainan dengan menggunakan bantuan komputer dan sisanya 27,2% tidak setuju, hal ini dapat dilihat pada Tabel hasil kuesioner awal pada Lampiran 1. Berdasarkan hasil survei awal tersebut tentang trend keinginan para konsumen batik ini kemudian peneliti melakukan penelusuran ke beberapa sentra pembuatan batik yang ada di Yogyakarta. Dari hasil pengamatan peneliti bahwa desainer batik yang ada saat ini, kebanyakan masih menggunakan metode konvensional, yang merupakan cara tradisional yang diwariskan secara turun-temurun dari desainer pendahulunya, yang jumlahnya sudah sangat terbatas dan hanya mendesain motif-motif lama/klasik, sehingga agak sulit untuk memenuhi pesanan dan keinginan para konsumen, seperti yang terdapat pada motif-motif batik tulis Yogyakarta dan Solo.

Untuk menindak lanjuti hasil survey dan pengamatan awal di lapangan maka peneliti melakukan survey lanjutan ke beberapa sentra kerajinan batik tulis yang ada di Yogyakarta, khususnya di dusun Giriloyo, desa Wukirsari, kecamatan Imogiri, kabupaten Bantul, yang merupakan sentra produk batik terbesar di pulau Jawa yang masih tetap mempertahankan nilai pakemnya, oleh ketua kelompok paguyuban batik tulis tersebut mengatakan bahwa pada saat ini, tenaga desainer

(3)

batik tulis sudah sangat sulit ditemukan, sebagian besar pengrajin batik hanya mampu melakukan proses pembatikan, mereka kesulitan untuk menciptakan desain motif-motif baru, sedangkan kemampuan mendesain dibutuhkan keahlian dan keterampilan khusus dalam hal mendesain dan merangkai motif dan sub motif pada pola-pola tertentu, sehingga para produsen batik mengalami kesulitan dalam memenuhi permintaan konsumen yang lebih menekankan pada motif-motif terkini yang merupakan hasil kompilasi perpaduan antara motif-motif tradisional/klasik dan motif moderen yang lebih kreatif, inovatif dan berkarakter, tanpa menghilangkan nilai pakemnya.

Untuk menciptakan variasi-variasi desain motif yang lebih beragam dan menarik juga dapat disimulasikan langsung dilayar komputer untuk dilihat oleh customer, maka sistem CAD (Computer Aided Design) adalah salah satu upaya yang dapat diterapkan dalam memenuhi keinginan konsumen khususnya para konsumen muda-mudi dan juga pada produsen batik yang kesulitan dalam mengatasi persoalan desain batik saat ini, dengan sistem CAD ini diharapkan dapat mengantisipasi tingginya permintaan konsumen terhadap batik tulis yang memiliki desain motif yang unik, kreatif dan inovatif tanpa meninggalkan nilai pakem yang ada pada batik itu, juga dengan waktu pendesainan yang lebih cepat. Penggunaan CAD dalam sistem pendesainan produk telah terbukti dan teruji mampu mereduksi secara signifikan waktu yang dibutuhkan seorang desainer dalam merancang maupun mengembangkan sebuah produk apabila dibandingkan dengan proses desain secara konvensional (Hsu & Sinha 1992). Sebagai contoh salah satu produsen perhiasan emas yang terkemuka di Bandung, PT Matahari Terbit, didirikan pada tahun 1958, sebelum menggunakan sistem CAD hanya mampu menghasilkan 20 model perhiasan kalung, cincin, dan

(4)

perhiasan lainnya dalam waktu 1 minggu. Setelah menggunakan sistem CAD, perusahaan ini dapat menghasilkan 50 model perhiasan dalam waktu 8 jam (Anomim, 2008). Begitu juga dengan perusahaan Lectra, salah satu produsen produk CAD untuk industri garmen menyatakan, produknya telah digunakan oleh lebih dari 10.000 industri garmen terkemuka di seluruh dunia, diantaranya beberapa merk busana yang cukup terkenal seperti Versace, Kenzo, Calvin Klein, Yves Saint Laurent, Hugo Boss, Espritdan sebagainya (Lectra, 2000).

Demikian pula halnya dengan pendesainan batik, Penelitian tentang metode pendesainan batik yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya yaitu, Wibisono dan Toha (2001) telah mengembangkan sebuah software CAD batik cap, sistem perancangan dan pewarnaan pada software tersebut menggunakan sistem database cantingcap dan database warna. Wyvill et al. (2004) mengembangkan sistem CAD batik dengan metode simulasi rekayasa retakan pada batik “rendering cracks in batik”, hasil simulasi menemukan rekayasa retakan pada gambar raster motif batik yang dapat dibentuk sesuai dengan keinginan desainer/pelanggan. Kemudian Hariadi et al. (2007) juga telah mengembangkan sebuahsoftware untuk membuat desain batik dengan nama “Batik Fraktal”. Software ini menggunakan matematika fraktal melalui transformasi fourier kemudian menghasilkan suatu desain motif dengan istilah batik fraktal.

Penelitian lain tentang batik juga telah dilakukan oleh Wardani (2013) tentang pengenalan motif batik berdasarkan metode transformasi wavalet, di mana dengan metode ini, proses identifikasi dan pengenalan citra batik dapat dilakukan dengan cepat. Fitriyaningtyas (2013) juga melakukan studi tentang semiloka terbentuknya corak dan motif batik khas kota Samarinda. Dari hasil

(5)

penelitiannya menemukan bahwa batik khas kota Samarinda dibentuk dari ragam hias sarung Samarinda dan ikan pesut yang merupakan ciri khas dan lambang kota tersebut. Kemudian Srikandini et al. (2012) juga melakukan penelitian tentang rekayasa desain batik tulis Jetis Sidoarjo melalui implementasi metode Kansei Engineering. Dari hasil penelitiannya menemukan bahwa citra atau perasaan pelanggan dalam memilih batik tulis Jetis ditentukan oleh ketertarikan konsumen secara individual terhadap sesuatu yang dijelaskan dalam kansei words.

Penelitian tentang pengembangan software CAD batik yang telah dikembangkan oleh Wibisono dan Toha (2001), Hariadiet al. (2007) dan Wyvill et al. (2004) hanya sebatas pada pengembangan software CAD batik berbasis rasteryang statis karenaSoftware tersebut tidak dilengkapi dengan sistemtools yang dapat digunakan untuk transformasi gambar dari gambarraster ke vektor, sehingga tidak dapat dilanjutkan ke sistem CAM (Computer Aided Manufacturing) untuk proses ke mesin CNC (Computer Numerically Controlled).

Dari latar belakang di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk merancang dan membuat sistem input pada software CAD berbasis kata kunci karakter untuk mendesain motif batik tulis. Dengan sistem input ini, motif-motif tradisional/klasik batik dapat dikompilasi dan dikembangkan berdasarkan variasi karakter yang ada pada masing-masing sub motif. Karakter-karakter dari sub motif ini berasal dari penilaian konsumen batik dan para desainer/pakar batik yang digali dengan metode kuesioner. Hasil pendesainan dengan metode ini dapat menghasilkan motif-motif baru yang unik, kreatif dan inovatif sesuai

(6)

dengan keinginan konsumen khususnya dikalangan muda-mudi, tanpa menghilangkan nilaioriginalitas /pakem yang ada pada batik tulis tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana merancang dan membuat sistem input pada software CAD berbasis kata kunci karakter untuk mendesain motif batik tulis yang dapat membantu produsen dan desainer batik menghasilkan motif-motif baru yang lebih cepat, kreatif dan inovatif, berdasarkan hasil kompilasi karakter yang ada pada masing-masing karakter sub motif dalam memenuhi keinginan konsumen khususnya kalangan muda-mudi?

2. Bagaimana merancang kuesioner yang mampu mem-breakdown motif batik berdasarkan karakter dari tiap-tiap sub motif yang ada sebagai sumber input pada software hingga ke tahap validasi hasil desain akhir, apakah motif hasil desain tersebut diterima di masyarakat/konsumen batik atau tidak?

3. Bagaimana mengukurperformance indicatorsistem input terhadap variable-variabel yang berpengaruh pada proses penginputan kesoftwareinduk.

1.3. Batasan Masalah

Pada penelitian ini diambil sejumlah batasan masalah sebagai berikut. 1. Software yang digunakan untuk pengembangan interface ke sistem CAD

batik tulis karakter adalah VBA (Visual Basic for Aplication) CorelDraw X6.

(7)

2. Sistem database motif dasar yang digunakan dalam software ini adalah Microsoft excel dengan format CSV, yang akan digunakan sebagai kata kunci (keyword) pada inputansoftware.

3. Motif-motif yang dikembangkan hanya sebatas pada motif-motif tradisional batik Yogyakarta dan Solo seperti ceplok, kawung, parang dan sebagainya, yang merupakan motif pakemnya.

4. Pengembangan kuesioner yang dilakukan dengan tiga tahapan yaitu tahap pertama kuesioner terbuka, tahap ke dua kuesioner tertutup dan tahap ke tiga kuesioner validasi hasil desain ke para desainer/konsumen batik, dimana kuesioner I dan II ini digunakan sebagai dasar untuk menemukan kata kunci berupa karakter dari sub-sub motif.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Merancang dan membuat sistem input pada software CAD berbasis kata

kunci karakter untuk mendesain motif batik tulis yang dapat membantu produsen dan desainer batik menghasilkan motif-motif baru yang lebih cepat, kreatif dan inovatif, berdasarkan hasil kompilasi karakter yang ada pada masing-masing karakter sub motif dalam memenuhi keinginan konsumen khususnya kalangan muda-mudi.

2. Merancang kuesioner yang mampu mem-breakdown motif batik berdasarkan karakter dari tiap-tiap sub motif yang ada sebagai sumber input pada software hingga ke tahap validasi hasil desain akhir ke masyarakat/ konsumen batik.

(8)

3. Mengukur performance indicator sistem input terhadap variable-variabel yang berpangaruh pada proses penginputan kesoftwareinduk.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi produsen/desainer batik tulis dan konsumen batik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi kepada para produsen/desainer batik tulis dalam merancang dan mengembangkan desain motif batik berbasis karakter sesuai dengan keinginan konsumen tanpa mengurangi nilai pakem yang ada pada batik tulis tersebut dengan motif-motif yang kreatif, variatif dan inovatif.

2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang sistem desain dan produksi, khususnya mengenai sistem desain dengan menggunakan bantuan komputer (CAD) dalam hal mendesain batik tulis berbasis karakter.

1.6. Keaslian Penelitian

Keaslian dan keterbaruan penelitian ini terletak pada pengembangan sistem input CAD berbasis kata kunci (keyword) karakter pada pembuatan motif batik tulis. Sistem tersebut berupa interface untuk masuk kesoftware CAD induk yang dapat digunakan untuk mendesain dan mengembangkan motif-motif batik tulis dengan menggunakan sub-sub motif hasil ekstraksi dari motif utama batik. Dengan menginputkan nama/kata kunci dari karakter tersebut, secara otomatis menampilkan sub

(9)

motif yang dimaksud, kemudian dipilih dan diproses secara otomatis untuk disusun dan disempurnakan atau dimodifikasi menjadi motif baru yang unik, kreatif dan inovatif. Kata kunci berupa “karakter” dari sub motif batik ini adalah hasil pengembangan dari beberapa kuesioner yang dinilai dari tiga stakeholder utama yaitu, produsen batik, desainer batik dan customerbatik. CAD yang menggunakan sistem input karakter untuk mendesain motif-motif batik ini belum ada dan belum pernah dikembangkan oleh peneliti sebelumnya sehingga masih sangat terbuka luas untuk dilakukan penelitian ke arah sana.

Referensi

Dokumen terkait

Penutur dan mitra tutur dalam tuturan diatas saling memahami maksud dan tujuan dari tuturan tersebut karena adanya konteks yang jelas, maksud dan tujuan tersebut yaitu

Terkait dengan kewajaran penyajian Laporan keuangan yang disusun terdiri dari Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan arus kas, Laporan Pembagian Hasil Usaha di

L’association de cette sensibilité et de leur savoir-faire technique leur permet de nouer une relation de collaboration particulière avec les artistes dont ils traduisent les

!epa"a unit "aboratorium bertugas Mempertanggungja$abkan semua kegiatan di "aboratorium, dengan dibantu o"eh semua anggota "aboratorium 6administrator>

Pentingnya microteaching dalam membentuk calon guru profesional yang apabila tidak dilakukan secara efektif, akan menimbulkan kekhawatiran terhadap merosotnya mutu pembelajaran

Mencukupi membayar hutangnya, atau membayar cicilan hutangnya. Tidak dibenarkan dana zakat diberikan untuk hutang dalam rangka bemaksiat kepada Allah, seperti judi,

Mapannya dan mantapnya identitas kenasionalan bahasa Indonesia akan terwujud jika seluruh pemakai bahasa Indonesia, mulai dari kaum elit sampai dengan kawula

Gangguan tidur itu sendiri merupakan suatu kumpulan kondisi yang dicirikan dengan adanya gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seorang