• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II SITUASI PSIKOLINGUISTIK DALAM UNGKAPAN EMOSI PADA SISWA SMP DHARMA WIWEKA DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II SITUASI PSIKOLINGUISTIK DALAM UNGKAPAN EMOSI PADA SISWA SMP DHARMA WIWEKA DENPASAR"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

28 BAB II

SITUASI PSIKOLINGUISTIK DALAM UNGKAPAN EMOSI PADA SISWA SMP DHARMA WIWEKA DENPASAR

2.1 Pengantar

Situasi emosi dapat terjadi di mana-mana, di sekolah: di kantin sekolah, di toilet, di perpustakaan, di lapangan, di ruang kelas, dan di manapun siswa berada. Ketentuan dalam percakapan terjadi pada siswa yang melakukan suatu percakapan dengan ungkapan emosi di setiap kondisi yang tidak terduga. Suatu kejadian murni tidak dapat diulangi dengan kejadian yang serupa pula, sebab ungkapan emosi adalah totalitas murni yang tidak dapat direka-reka. Seiring dengan keadaan di atas, ungkapan emosi pada siswa dapat terjadi di mana-mana. Hal ini dikarenakan ungkapan emosi terjadi dalam komunikasi.

Komunikasi dengan berbahasa dilakukan dalam bermacam-macam situasi. Secara umum situasi berbahasa dibedakan menjadi dua, yaitu situasi resmi dan tidak resmi. Situasi resmi siswa di kelas dituntut menggunakan bahasa baku, bahasa yang mengacu pada aturan. Situasi yang tidak resmi lebih tepat menggunakan bahasa tidak baku, yaitu bahasa yang lebih mengutamakan fungsi utama berbahasa dibandingkan aturan berbahasa. Bahasa tidak baku digunakan agar suasana lebih akrab dan lebih komunikatif. Untuk itu, siswa tersebut bisa saja mengunakan bahasa keseharian yang tidak mengutamakan aturan bahasa.

Bahasa yang digunakan oleh siswa dalam situasi emosi yaitu bahasa tidak resmi. Dengan menggunakan bahasa tidak resmi akan terasa lebih akrab dan

(2)

mengenai sasaran yang ditujukan penutur ke petutur yang hendak melakukan dialog percakapan langsung dan tidak langsung. Salah satu tempat yang sering menjadi latar terjadinya emosi yang paling dominan adalah sekolah. Sekolah terdiri atas banyaknya siswa berbeda gender dan baik siswa emosi ditentukan itu berdasarkan nilai rapot siswa yaitu rendah, sedang dan tinggi. Dalam berkomunikasi, masing-masing individu di atas mengadakan interaksi tersebut yang diwujudkan dalam tindak tutur dan gerak tubuh. Tindak tutur dalam suatu interaksi terkadang dapat mengundang kemarahan, ketertekanan, ketakutan, ketidaknyamanan, dan kecemasan yang diwujudkan dengan berbagai cara.

Rajeg dalam disertasinya berjudul Metafora Bahasa Indonesia menyatakan bahwa metafora emosi bahasa Indonesia merupakan fenomena yang menarik dan dapat ditemukan di kehidupan sehari-hari. Menurut Rajeg, metafora linguistik sebagai fenomena bahasa dan metafora konseptual sebagai fenomena pikiran yang difokuskan pada metafora emosi dalam bahasa Indonesia (Rajeg, 2007:3-4). Situasi yang diungkapkan oleh siswa itu disebabkan oleh metafora bahasa yang mengalami perubahan-perubahan. Jadi, siswa dapat berubah konteks situasi dalam sewaktu-waktu hanya tergantung pada metafora bahasa apa yang akan diungkapkan pada lawan bicaranya.

Situasi psikolinguistik dalam ungkapan emosi siswa pada bab ini dikaji berdasarkan ilmu psikolinguistik. Psikolinguistik merupakan suatu ilmu yang mengkaji bahasa dan ilmu kejiwaan. Psikolinguistik berurusan dengan telaah akusisi bahasa dan tingkah laku linguistik terutama mekanisme psikologi yang bertanggung

(3)

jawab terhadap dua aspek tersebut (Langaker dalam Pateda, 1986:12). Penggunaan bahasa oleh penutur bukan secara acak, melainkan harus mempertimbangkan beberapa faktor, antara lain siapa yang berbicara, siapa lawan bicaranya, topik apa yang sedang dibicarakan dan di mana peristiwa tutur itu terjadi.

Kecerdasan emosional memengaruhi nilai rapot siswa yang rendah, sedang, dan tinggi. Nilai rapot siswa yang rendah, sedang, dan tinggi ada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur atau evaluasi dan emosi juga sebagai perasaan dan pikiran-pikiran khas, suatu keadaan dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi dapat dikelompokkan pada rasa amarah, kesedihan, takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel dan malu.

Komunikasi yang baik akan membuat situasi menjadi baik pula tetapi komunikasi yang berbentuk tindakan yang akan merugikan sesama baik itu dari penutur ke petutur maupun menjadikan komunikasi yang tidak lancar sehingga percakapan dalam situasi yang berbeda menimbulkan tindakan pernyataan emosi berbahasa Indonesia yang tidak terkendali.

2.2 Situasi Psikolinguistik dalam Pernyataan Emosi pada Siswa dengan Nilai Rendah, Sedang, dan Tinggi

Ketika membicarakan emosi dalam suatu konteks pernyataan emosi berbahasa Indonesia, tidak terhindar dari kondisi apa yang menyebabkan situasi tersebut menjadi suasana yang mefokuskan pada keadaan yang dituntut. Analisis yang dilakukan menggunakan tiga teori, yaitu teori belajar bahasa oleh Watson teori

(4)

sampling oleh Thomson, dan teori peristiwa tutur oleh Chaer, dan Agustina, Leonie. Ketiga teori ini digunakan bersamaan karena dapat saling melengkapi. Untuk dapat menganalisis pernyataan emosi dalam percakapan pada siswa emosi dengan nilai rendah, sedang, dan tinggi yang ditentukan oleh hasil nilai tersebut, perpaduan teori tersebut akan diterapkan data yang dianalisis berdasarkan keadaan yang nyata.

Membicarakan situasi yang terjadi tidak bisa dipisahkan dari konteks sosial karena konteks sosial meliputi latar atau tempat bahasa itu, artinya tindak tutur tersebut digunakan berdasarkan tempat yang ditujukan sehingga dapat menghasilkan komunikasi yang baik. Kemudian latar psikologi situasi yang berlangsung ketika situasi pada saat tindak tutur berlangsung menjadi formal-informal atau dari serius menjadi santai. Misalnya, pada saat berdiskusi di ruang kelas merupakan tindak tutur langsung menjadi formal, di luar ruang kelas guru dan siswa mengungkapkan tindak tutur langsung dengan pemakaian bahasa yang serius atau bersifat santai.

Untuk lebih mengetahui pengirim atau penerima dalam komunikasi yang harus digunakan biasanya dibedakan atas jenis kelamin laki-laki, perempuan, usia, status sosial dan kedekatan sosial. Percakapan yang berlangsung antara siswa yang laki-laki lebih dominan keras dibandingkan dengan perempuan. Hal itu bisa terjadi karena perempuan lebih lembut daripada pria.

Teori belajar bahasa Watson (Soemanto, 2012:125) memperkenalkan proses belajar sebagai proses hubungan stimulus-response. Data analisis pernyataan emosi berdasarkan pada siswa emosi, untuk mengenal tingkah laku siswa senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenai atau memikirkan situasi di mana

(5)

tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, siswa terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah. Jadi, tingkah laku siswa lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi.

Teori sampling Thomson (Soemanto, 2012:146) berkaitan erat dalam data penelitian ini sebab teori ini menekankan pada inteligensi. Kecerdasan emosional merupakan berbagai bidang pengalaman, berbagai pengalaman itu terkuasai oleh pikiran manusia tetapi tidak semuanya, terkuasai sebagian saja yang mencerminkan kemampuan mental. Tidak semua siswa akan diperlakukan sama dalam kecerdasan emosional siswa tersebut yang memiliki nilai rendah, sedang, dan tinggi. Pembicaraan tentang kecerdasan emosional telah mengundang berbagai permasalahan timbul setelah memikirkan hubungan antara kecerdasan emosional dan emosi itu dengan berbagai macam hal dalam kehidupan manusia.

Berdasarkan data yang ditemukan, pernyataan emosi berbahasa Indonesia terdapat dalam berbagai situasi, yaitu situasi di ruang kelas, di kantin, di lapangan, di perpustakaan, sedangkan di luar sekolah tidak ditemukan. Pernyataan emosi berbahasa Indonesia siswa SMP Dharma Wiweka Denpasar disajikan seperti di bawah ini.

2.2.1 Situasi Psikolinguistik Emosi pada Siswa dengan Nilai Rendah

Situasi psikolinguistik yang terdapat dalam berbagai bentuk konteks situasi yang berbeda dengan lokasi tempatnya, sifat dan tindakan yang menunjukkan siswa tersebut mengekspresikan pernyataan emosi pada lawan bicaranya. Pernyataan emosi

(6)

yang sering dilakukan oleh siswa emosi yang dianalisis tiga puluh orang siswa laki-laki dan termasuk perempuan dengan kelas berbeda yang memiliki nilai rapot rendah dengan nilai lima dan nilai enam ini sebagai analisis data siswa emosi, sangat bertentangan dengan ungkapan yang dalam penggunaan bahasa lisan maupun tertulis. Terkadang dalam berbahasa, siswa dengan nilai rendah lebih menonjolkan bahasa verbal dan nonverbal karena siswa dengan nilai rendah lebih cepat terpengaruh dengan situasi tempat siswa tersebut berada.

Penggunaan bahasa dan pilihan ragam bahasa sekaligus memadukannya dengan aspek nonverbal dalam mewujudkan komunikasi yang efektif. Aspek nonverbal baik secara kuantitas maupun secara kualitas sehingga dapat menimbulkan tanggapan psikologis yang bersifat negatif. Penggunaan ragam bahasa kasar yang ditimbulkan oleh siswa emosi dengan nilai rendah menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Bali, bahasa Indonesia dan bahasa daerah asal siswa tersebut yang artinya satu konteks situasi bisa saja menggunakan dua bahasa kasar atau lebih.

Situasi emosi pada siswa dengan nilai rendah dalam pernyataan emosi siswa berbahasa Indonesia ada dalam beberapa situasi, situasi di Kantin, situasi di Perpustakaan, situasi di Lapangan, situasi di Toilet, dan situasi di Ruang Kelas. Data disajikan dalam bentuk tabel seperti di bawah ini.

(7)

Tabel 1. Data Pernyataan Emosi Siswa dengan Nilai Rendah Situasi di Kantin No. Sifat Kalimat

Indikator Deskriptor

01 Marah Jijik -Mie ayamnya lengket dan bau.

02 Curiga -Oh, masak sepuluh ribu nasi bungkusnya?

03 Kesel -Kok, sedikit sekali nasinya. 04 Benci -Gak suka belanja disitu, harganya

kemarin tidak naik tiba-tiba naik. 05 Bosan -Bu, jajannya hanya ini saja ya?

06 Takut Was-was -Makan di kantin menjamin kebersihan tidak?

07 Ragu-ragu -Bu, minuman ini terjamin tidak. 08 Malu -Saya malu makan jajan ini saja. 09 Sedih Sesal -Percuma belanja disini.

10 Dongkol -Jalan jauh-jauh tetapi makanannya habis.

11 Putus asa -Bagaimana ini aku tidak membawa uang untuk bayar.

12 Kecewa -Aku kecewa denganmu, disuruh bayar malah kabur kemarin.

13 Senang Puas -Cukup perut aku kenyang.

14 Suka -Makanannya enak Bu.

Keterangan:

Data 01 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan adalah siswa VIIIi yang memberi stimulus-respon ke ibu kantin sebagai pelaku tutur. Kedua, pernyataan emosi tersebut menimbulkan reaksi emosi.

Pernyataan emosi pada siswa perempuan ke pedagang di kantin dalam data 01 terdapat pada tuturan Mie ayamnya lengket dan bau.Tuturan tersebut termasuk sebuah ungkapan jijik. Tuturan Mie ayam lengket dan bau dinyatakan sebagai pernyataan emosi verbal berbahasa Indonesia.

Data 02 dan data 09 dituturkan oleh tiga orang. Laki-laki dan ibu kantin. Siswa pertama, adalah siswa kelas VIIIi memberi stimulus-respon ke ibu kantin. Kedua, siswa laki-laki kelas VIIIf dan ketiga ibu kantin adalah pedagang kantin di sekolah. Semua itu menimbulkan reaksi pernyataan emosi.

(8)

Pernyataan emosi pada siswa ke pedagang di kantin dalam data 02 terdapat pada tuturan Oh, masak sepuluh ribu nasi bungkusnya?. Tuturan tersebut termasuk sebuah keluhan. Tuturan Oh, masak sepuluh ribu nasi bungkusnya? dinyatakan sebagai pernyataan verbal dalam pernyataan emosi berbahasa Indonesia.

Siswa yang ingin membeli nasi bungkus tidak jadi karena mendengarkan tuturan tersebut pedagang kantin menjadi kesal. Sedangkan siswa yang berkelas VIIIf hanya menunjukkan reaksi membalikkan muka dan dengan tuturan percuma belanja di sini pada data 09. Tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur yang merupakan kekecewaan pada pedagang kantin yang tiba-tiba saja menaikkan harga jajan, dari hari-hari yang lalu masih saja sama dan dengan kecewa siswa tersebut membalikkan muka dengan penuh sesal.

Data 03 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa adalah laki-laki siswa kelas VIIIi dan kedua adalah ibu kantin sebagai pelaku tutur. Kedua, pernyataan emosi tersebut menimbulkan reaksi emosi.

Pernyataan emosi pada siswa laki-laki ke pedagang kantin dalam data 03 terdapat pada tuturan Kok, sedikit sekali nasinya. Tuturan tersebut sebagai pernyataan emosi siswa perempuan kepada pedagang kantin yang membungkus nasi sedikit padahal nasi tersebut sudah dibayar mahal tetapi porsinya masih sedikit.

Data 04 dituturkan oleh siswa laki-laki kelas VIIIe. Pernyataan emosi tersebut menimbulkan reaksi emosi diungkapkan oleh siswa laki-laki.

Pernyataan emosi pada siswa laki-laki yang tidak menyukai suasana kantin sekolah dengan tuturan Gak suka belanja disitu, harganya kemarin tidak naik tiba-tiba naik terdapat pada data 04.Tuturan tersebut termasuk rasa bencinya siswa laki-laki sebab harga yang dinaikkan itu hanya ditunjukkan pada siswa laki-laki-laki-laki tidak

(9)

termasuk siswa yang lain. Sebabnya adalah pedagang kantin tahu bahwa siswa tersebut kaya.

Data 05 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan adalah siswa kelas VIIIg dan kedua, ibu kantin sebagai pelaku tutur. Kedua pernyataan emosi tersebut menimbulkan reaksi emosi.

Pernyataan emosi pada siswa perempuan ke pedagang kantin dalam data 05 terdapat pada tuturan Bu, jajannya hanya ini saja ya?. Tuturan tersebut dinyatakan sebagai pernyataan emosi siswa perempuan ke pedagang kantin yang tidak melayani dan lebih mengutamakan pedagang kantin yang lain. Hal inilah yang menimbulkan pernyataan emosi siswa kepada pedagang kantin.

Data 06 dututurkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan adalah siswa kelas VIIIe dan siswa laki-laki yang berkelas VIIIi dan kedua, siswa tersebut menimbulkan reaksi pernyataan emosi.

Pernyataan emosi yang diungkapkan oleh kedua siswa terhadap pedagang kantin sekolah yang tidak bersih tersebut diungkapkan pada tuturan Makan di kantin menjamin kebersihan tidak pada data 06. Tuturan tersebut diluapkan dalam bentuk pernyataan emosi siswa.

Data 07 dituturkan pada siswa laki-laki kelas VIIIg dan ibu kantin.

Pernyataan emosi yang diungkapkan pada siswa laki-laki terhadap pedagang kantin terdapat pada tuturan Bu minuman ini terjamin tidak? pada data 07. Tuturan tersebut termasuk sebuah keraguan siswa laki-laki terhadap minuman yang berwarna beda. Tuturan Bu minuman ini terjamin tidak? pada data 07 dinyatakan sebagai pernyataan emosi.

Data 08 dituturkan oleh dua orang. Pertama, adalah siswa perempuan kelas VIIIf dan kedua, seorang ibu pedagang kantin.

(10)

Pernyataan emosi yang diungkapkan siswa perempuan kepada siswa pedagang kantin yang menuturkan ungkapan Saya malu makan jajan ini saja pada data 08. Tetapi pedagang kantin merasa tersinggung mendengar ungkapan siswa perempuan tersebut yang memancing pedagang kantin yang menjual jajan sehingga dialog tersebut saling menuduh satu sama lain.

Data 10 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa laki-laki kelas VIIIf dan kedua, seorang pedagang kantin.

Pernyataan emosi pada siswa laki-laki terhadap pedagang kantin dalam data 10 terdapat pada tuturan Jalan jauh-jauh tetapi makanannya habis. Tuturan tersebut termasuk sebuah perkataan dongkol. Tuturan Jalan jauh-jauh tapi makanannya habis dinyatakan sebagai pernyataan emosi. Siswa ingin membeli jajan yang ada di kantin seperti biasanya tetapi sesampai di kantin telah habis padahal siswa laki-laki telah memberitahukan kepada pedagang agar menyisakan jajan tersebut. Pedagang kantin merasa bersalah tetapi dalam hati pedagang meluapkan ungkapan emosi.

Data 11 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan kelas VIIIi dan kedua, seorang pedagang kantin.

Pernyataan emosi pada siswa perempuan terhadap pedagang kantin dalam data 11 terdapat pada tuturan Bagaimana ini aku tidak membawa uang untuk bayar. Tuturan tersebut termasuk sebuah ungkapan putus asa. Tuturan Bagaimana ini aku tidak membawa uang untuk bayar dinyatakan sebagai pernyataan emosi. Siswa tersebut tidak bisa membayar karena lupa membawa uang sehingga ekspresi yang diungkapkan adalah perasaan putus asa.

(11)

Data 12 dituturkan oleh dua orang. Pertama, adalah siswa perempuan kelas VIIIe dan kedua, siswa laki-laki yang kelas VIIIe.

Pernyataan emosi pada siswa perempuan ke salah satu teman sekelasnya di kantin dalam data 12 terdapat pada tuturan Aku kecewa denganmu di suruh bayar malah kabur kemarin. Tuturan tersebut termasuk sebuah pernyataan kecewa. Tuturan Aku kecewa denganmu di suruh bayar malah kabur kemarin dinyatakan sebagai pernyataan emosi verbal. Siswa perempuan sangat kecewa terhadap teman sekelasnya yang seharusnya membayar malah kabur tanpa memberitahu pada dialog di atas menimbulkan pernyataan emosi.

Data 13 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa laki-laki kelas VIIIh dan kedua, pedagang kantin.

Pernyataan emosi pada siswa laki-laki terhadap pedagang kantin pada data 13 terdapat pada tuturan Cukup perut aku kenyang. Tuturan tersebut termasuk sebuah rasa puas. Tuturan Cukup perut aku kenyang dinyatakan sebagai pernyataan emosi siswa laki-laki ke pedagang kantin karena pedagang kantin memaksa siswa tersebut untuk menambahkan makanan.

Data 14 dituturkan oleh dua orang. Pertama, adalah siswa perempuan kelas VIIIe dan kedua, pedagang kantin.

Pernyataan emosi pada siswa perempuan terhadap pedagang di kantin pada data 14 terdapat pada tuturan Makanannya enak Bu. Tuturan tersebut termasuk sebuah pernyataan suka. Tuturan Makananya enak Bu dinyatakan sebagai pernyataan emosi, karena makanan yang dimakan oleh siswa perempuan terasa enak dan sesuai dengan keinginan.

(12)

Tabel 2. Data Pernyataan Emosi Siswa dengan Nilai Rendah Situasi di Perpustakaan

No. Sifat Kalimat

Indikator Deskriptor

01 Marah Jengkel -Guru datang ke perpustakaan lama sekali.

02 Bosan -Malas! dari pada baca buku lebih baik kerjain teman.

03 Benci -Aku paling benci dengan guru ini.

04 Suntuk -Malas berada lama di dalam

perpustakaan.

05 Sedih Kesal -Aku Malas membaca!. 06 Gembira -Baca buku apa baca buku.

07 Puas -Enak ya, ganggu-ganggu.

Keterangan:

Data01 dituturkan oleh dua orang. Pertama, adalah siswa laki-laki kelas VIIIe dan kedua, guru kelas VIIIe.

Pernyataan emosi yang pada siswa laki-laki terhadap guru kelas VIIIe data 01 terdapat pada tuturan Guru datang ke perpustakaan lama sekali. Tuturan tersebut membuat hati siswa laki-laki merasa jengkel kepada guru kelas VIIIe. pada data 01 tuturan Guru datang ke perpustakaan lama sekali mengakibatkan siswa tersebut mengungkapkanpernyataan emosi yang berupa rasa tertekan.

Siswa laki-laki yang merasa tertekan semakin merasa tertekan saat itu pula siswa laki-laki keluar dari ruangan perpustakaan. Tuturan tersebut merupakan kekecewaan siswa laki-laki kepada gurunya yang lama tidak muncul untuk mengajar siswa di perpustakaan.

Data 02 dituturkan oleh dua orang yaitu siswa dan guru. Siswa laki-laki kelas VIIIh dan guru kelas VIIIh.

Pernyataan emosi yang diungkapkan pada siswa laki-laki terhadap guru kelas VIIIh pada data 02 terdapat pada tuturan Malas! dari pada baca buku lebih baik kerjain teman. Tuturan tersebut diungkapkan oleh siswa dalam hati. Tuturan Malas!

(13)

dari pada baca buku lebih baik kerjain teman dinyatakan sebagai pernyataan emosi kepada guru yang memberi tugas membaca buku terlalu banyak sehingga anak tersebut merasa bosan terhadap guru tersebut.

Data 03 dituturkan oleh dua orang yaitu siswa laki-laki kelas VIIIi dan guru kelas VIIIi.

Pernyataan emosi pada siswa laki-laki terhadap guru kelas VIIIi pada data 03 terdapat pada tuturan Aku paling benci dengan guru ini. Tuturan diungkapkan dalam hati siswa laki-laki yang benci terhadap guru tersebut karena siswa tidak bisa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Untuk itu, siswa melampiaskan emosi kebencian yang diungkapkan lewat perasaannya.

Data 04 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan kelas VIIIf dan kedua, guru kelas VIIIf.

Pernyataan emosi pada siswa perempuan terhadap guru kelas VIIIf pada data 04 terdapat pada tuturan Malas berada lama di dalam perpustakaan. Tuturan tersebut merupakan sebuah rasa kesuntukan siswa perempuan pada situasi yang tidak mendukung sehingga proses belajar terganggu. Pernyataan emosi tersebut dilimpahkan kepada guru, akibat proses belajar tidak sesuai dengan kurikulum belajar.

Data 05 dituturkan oleh siswa perempuan kelas VIIIg dan siswa perempuan adalah teman sekelas siswa tersebut.

Pernyataan emosi pada siswa perempuan kelas VIIIg pada data 05 terdapat pada tuturan Aku malas membaca! Ungkapan siswa perempuan tersebut merupakan rasa kekesalan terhadap teman sebangkunya yang tidak ikut mengambil bagian membaca tugas yang telah diberikan guru kepada mereka.Tetapi salah satu siswa

(14)

perempuan tersebut merasa kesal dan tidak ada minat untuk melanjutkan membaca sehingga keluarlah tuturan Malas membaca!.

Data 06 dituturkan oleh dua orang siswa. Pertama, siswa laki-laki kelas VIIIf yang sedang belajar di perpustakaan dengan kelakuannya yang tidak disukai oleh teman kelasnya. Kedua, seorang siswa perempuan merasa terganggu.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa laki-laki terhadap teman sekelasnya pada data 06 terdapat pada tuturan baca buku apa baca buku. Tuturan tersebut walau dalam hati siswa laki-laki gembira tetapi bagi siswa perempuan dalam tuturan tadi merupakan sebuah kejengkelan. Tuturan baca buku apa baca buku dinyatakan sebagai pernyataan emosi untuk memancing terhadap siswa perempuan tersebut menjadi malu. Siswa perempuan merasa malu karena tuturan tersebut diucapkan dengan nada sedang. Hal itu dibuktikan dengan wajah yang memerah dan tidak berani menatap wajah siswa laki-laki tersebut.

Data 07 dituturkan oleh dua orang siswa. Pertama, siswa laki-

laki kelas VIIIh dan kedua, siswa perempuan adalah teman sekelasnya.

Pernyataan emosi pada siswa laki-laki terhadap siswa perempuan kelas VIIIh pada data 07 terdapat pada tuturan Enak ya, ganggu-ganggu. Tuturan tersebut merupakan sebuah ungkapan rasa puas pada diri siswa laki-laki tersebut karena sudah menganggu teman sekelasnya. Tindakan di atas merupakan ekspresi emosi rasa puas pada lawa jenis. Akibatnya siswa tersebut tidak mefokuskan dirinya pada pelajaran tetapi mengganggu teman sekelasnya.

(15)

Tabel 3. Data Pernyataan Emosi Siswa dengan Nilai Rendah Situasi di Lapangan

No. Sifat Kalimat

Indikator Deskriptor

01 Marah Jengkel -Panas-panas disuruh lari jauh. 02 Kesal -Olahraga lagi-olahraga lagi. 03 Benci -Aku benci dengan olahraga ini.

04 Cemas -Bagaimana caranya lompat jauh aku tidak bisa.

05 Cemburu -Dia bisa lari pasti saya bisa.

06 Curiga -Sepertinya kita akan di hukum karena melangar.

07 Bosan Terus-terus lari bosan Bu. 08 Suntuk -Setan! minggir dong. Keterangan:

Data 01 dituturkan oleh dua orang, siswa laki-laki VIIIf dan guru penjaskes. Pertama guru penjaskes adalah guru olahraga yang sedang memberikan materi penjaskes.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa laki-laki kelas VIIIf pada data 01 terdapat pada tuturan panas-panas disuruh lari jauh. Tuturan tersebut termasuk dalam tutur kesal kepada guru olahraga yang terlalu memberi materi penjaskes.Tuturan tersebut dinyatakan sebagai pernyataan emosi terhadap guru penjaskes yang menyuruh lari berkali-kali dan siswa laki-laki tersebut menjadi tertekan.

Data 02 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan berkelas VIIIh dan kedua, guru penjaskes. Guru penjaskes adalah guru olahraga yang sedang memberikan materi penjaskes.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa laki-laki kelas VIIIh pada data 02 terdapat pada tuturan Olahraga lagi-olahraga lagi. Tuturan tersebut termasuk dalam bentuk pengulangan kata-kata dan menyatakan emosi penuh rasa kekesalan kepada guru olahraga yang terlalu memberikan materi pelajaran. Tuturan olahraga

(16)

lagi-olahraga lagi dinyatakan sebagai pernyataan emosi terhadap guru penjaskes yang meyuruh siswa tersebut berolahraga.

Data 03 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan kelas VIIIg dan kedua, guru penjaskes.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa perempuan kelas VIIIg pada data 03 terdapat tuturan Aku benci dengan olahraga ini.Tuturan tersebut termasuk ke dalam tuturan benci kepada guru olahraga.Tuturan dinyatakan sebagai pernyataan emosi terhadap guru penjaskes.

Data 04 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan berkelas VIIIf dan kedua, guru penjaskes.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa perempuan kelas VIIIf pada data 04 terdapat pada tuturan Bagaimnana caranya lompat jauh aku tidak bisa. Tuturan tersebut temasuk ke dalam tuturan kecemasan yang diberikan guru tersebut sehingga siswa perempuan merasa cemas dan mengungkapkan emosi dalam hati.

Data 05 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa laki-laki berkelas VIIIg dan kedua, teman kelasnya.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa laki-laki kelas VIIIg data 05 terdapat pada tuturan Dia bisa lari pasti saya bisa. Tuturan tersebut termasuk ke dalam tuturan cemburu kepada teman sekelasnya yang telah mampu lari dibandingkan dengan siswa laki-laki tersebut.

Data 06 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa laki-laki kelas VIIIg. Kedua, teman sekelasnya.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa laki-laki kelas VIIIg pada data 06 terdapat pada tuturan sepertinya kita akan dihukum karena melangar. Tuturan tersebut termasuk ke dalam tuturan pelanggaran besar dan kemungkinan kedua siswa tersebut dihukum. Hal itu menimbulkan ungkapan emosi.

(17)

Data 07 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan kelas VIIIi dan kedua, guru penjaskes.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa perempuan kelas VIIIi terhadap guru penjaskesnya, pada data 07 terdapat pada tuturan Terus-terus lari bosan Bu. Tuturan tersebut termasuk dalam tuturan kebosanannya pada mata pelajaran penjaskes sehingga ungkapan kebosanannya dituangkan dalam bentuk pernyataan emosi terhadap guru penjaskes.

Data 08 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa laki-laki berkelas VIIIg dan kedua, teman sekelasnya.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa laki-laki kelas VIIIg terhadap teman sekelasnya pada data 08 terdapat pada tuturan Setan! minggir dong. Tuturan tersebut termasuk tutur kesuntukan kepada teman lawan lari yang seenaknya lari tanpa ada aba-aba dari guru penjaskes, sehingga pernyataan yang timbul adalah ungkapan makian.

Tabel 4. Data Pernyataan Emosi Siswa dengan Nilai Rendah Situasi di Toilet

No. Sifat Kalimat

Indikator Deskriptor

01 Marah Jengkel -Jancuk!, cepet kencingnya. 02 Jijik -Puki mai!, bau kamar mandinya,

cepat kau kencing.

03 Dongkol -Kamu tidur dalam kamar mandi! 04 Senang Bahagia -Lega rasanya.

Keterangan:

Data 01 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa laki-laki kelasVIIIf dan kedua, siswa laki-laki kelas VIIIh.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa laki-laki kelas VIIIf terhadap siswa laki-laki kelas VIIIh pada data 01 terdapat pada tuturan Jancuk!

(18)

cepat kencingnya. Tuturan tersebut merupakan kejengkelan siswa laki-laki kepada siswa kelas VIIIh karena terlalu lama di dalam kamar mandi dia menuturkan ungkapan makian.

Data 02 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa laki-laki kelas VIIIh dan kedua, siswa perempuan kelas VIIIg.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa laki-laki terhadap siswa perempuan kelas VIII pada data 02 terdapat pada tuturan Puki mai, bau kamar mandinya cepat kau kencing!. Tuturan tersebut merupakan kejengkelan siswa laki-laki terhadap siswa perempuan yang berasal dari kelas VIIIh dinyatakan sebagai pernyataan emosi berbahasa Indonesia karena setelah mendengarkan tuturan siswa laki-laki tersebut siswa perempuan menjadi tertekan. Rasa tertekan tersebut dikarenakan siswa laki-laki menuturkan dengan teriakan dan tidak memperhatikan siswa perempuan sebagai lawan bicaranya.

Data 03 ditunjukkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan kelas VIIIg dan kedua, siswa perempuan kelas VIIIi yang menimbulkan respon emosi. Pernyataan emosi pada siswa perempuan kelas VIIIg terhadap siswa perempuan kelas VIIIi terdapat pada tuturan Kamu tidur di dalam kamar mandi! Tuturan tersebut termasuk dalam tuturan jengkel dikarenakan siswa perempuan tersebut sangat lama di dalam toilet. Mendengarkan tuturan tersebut siswa perempuan merasa tertekan dengan perkataan Kamu tidur di dalam kamar mandi!.

Data 04 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan yang berkelasVIIIh. Kedua, teman sekelasnya.

(19)

pada data 04 terdapat pada tuturan Lega rasanya. Tuturan tersebut merupakan ungkapan bahagia karena siswa perempuan tersebut merasa nyaman dan tidak ada beban menahan kencingnya.

Tabel 5. Data Pernyataan Emosi Siswa dengan Nilai Rendah Situasi di Ruangan Kelas

No. Sifat Kalimat

Indikator Deskriptor

01 Marah Jengkel -Malas belajar terus.

02 Kesal -Soal aku susah.

03 Murka -Kamu gak ada hak

menyuruh aku diam. 04 Takut Curiga -Aku heran kok dia bisa

jawab.

05 Bosan -Ahh, mending keluar kelas

malas belajar.

07 Malu -Malu tadi tidak bisa jawab.

08 Ragu-ragu -Benar tidak ya

jawabannya. Keterangan:

Data 01 dituturkan oleh siswa laki-laki kelas VIIIf.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa laki-laki kelas VIIIf pada data terdapat pada tuturan Malas belajar terus. Tuturan tersebut merupakan kejengkelan siswa laki-laki terhadap dirinya sendiri karena merasa tidak mampu menjawab.

Data 02 dituturkan oleh siswa perempuan dari kelas VIIIf.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa kelas VIIIf pada data terdapat pada tuturan Soal aku susah. Tuturan tersebut merupakan ungkapan kesal kepada salah satu teman sebangku siswa perempuan itu yang menyatakan rasa kekesalannya bahwa teman sekelasnya pelit membagikan ilmu pengetahuan sehingga siswa perempuan itu malas mengerjakan soal yang susah tersebut.

(20)

Data 03 dituturkan oleh siswa laki-laki kelas VIIIi.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa kelas VIIIi pada data terdapat pada tuturan Kamu gak ada hak menyuruh aku diam. Tuturan tersebut merupakan pernyataan emosi siswa laki-laki kepada teman sebangkunya yang menyuruh untuk diam tetapi siswa laki-laki tersebut merasa benci dengan kelakuan teman sebangkunya.

Data 04 ditunjukkan oleh siswa perempuan kelas VIIIg.

Pernyataan emosi pada siswa perempuan kelas VIIIg pada data 04 terhadap pada tuturan Aku heran, kok dia bisa jawab?. Tuturan tersebut hanya diungkapkan dalam hati karena salah satu teman sekelasnya yang lebih pintar dan bisa menjawab ketimbang dirinya sendiri.

Data 05 ditunjukkan oleh dua orang. Pertama, siswa laki-laki dan kedua, siswa perempuan kelas VIIIi.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa perempuan pada data 05 terdapat.pada tuturan Aah, keluar kelas malas belajar. Tuturan tersebut merupakan ungkapan emosi siswa laki-laki kepada siswa perempuan untuk tidak menghalangi siswa laki-laki keluar dari ruang kelas sebab siswa tersebut malas belajar. tuturan siswa laki-laki diungkapkan dalam bentuk bosan pada situasi belajar.

Data 06 dituturkan oleh siswa perempuan kelas VIIIg.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa perempuan pada data 06 terdapat pada tuturan .Aduh, susah banget pertanyaannya. Tuturan tersebut merupakan ungkapan kecemasan siswa perempuan yang merasa dirinya tidak mampu

(21)

untuk menjawab mata pelajaran yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, siswa perempuan mengungkapkan pernyataan emosi pada dirinya sendiri.

Data 07 dituturkan oleh siswa laki-lakirkelas VIIIh.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa laki-laki kelas VIIIi pada data 07 terdapat pada tuturan Malu tidak bisa jawab. Tuturan tersebut merupakan rasa malu siswa itu pada diri sendiri yang tidak bisa menjawab. ungkapan emosi yang menunjukkan pernyataan emosi adalah siswa tersebut menunjukkannya dalam sikap dan ekspresi hati.

Data 08 dituturkan oleh siswa laki-laki kelas VIIIe.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa laki-laki kelas VIIIe pada data 08 terdapat pada tuturan Benar tidak ya jawabannya. Tuturan tersebut merupakan keraguan siswa laki-laki pada dirinya sendiri sehinggga siswa tersebut mengungkapkan pernyataan emosi pada dirinya sendiri.

2.2.2 Situasi Psikolinguistik Emosi pada Siswa dengan Nilai Sedang

Siswa emosi dengan nilai sedang terkadang hanya memprioritaskan kecerdasan emosional dan sikapnya di tempat siswa tersebut itu berada dengan penuh hati-hati, namun terkadang siswa tersebut bisa berada pada situasi dengan sikap yang berbeda dikarenakan siswa tersebut sewaktu-waktu dapat saja berubah tanpa disadari oleh dirinya. Artinya, siswa emosi dengan nilai standar terkadang saja tidak bisa menjawab pertanyaan guru. Bisa saja faktor lupa yang menyebabkan hal demikian terjadi. Siswa tersebut bisa mengingatnya karena siswa tidak suka belajar dan hanya mendengarkan dengan baik ketika guru menerangkan mata pelajaran tersebut dan

(22)

situasi yang ada pada konteksnya itu tergantung pada masing-masing siswa yang lebih merespon pemberolehan bahasa.

Pembuktian siswa dengan kecerdasan emosional saja belum cukup memberikan secara signifikan bahwa yang emosi kemungkinan bisa saja menjadi tidak emosi dan yang tidak emosi bisa saja menjadi yang lebih cerdas daripada yang emosi. Besar kemungkinan hal demikian dipengaruhi oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan eksternal-internal.

Faktor lingkungan mempengaruhi siswa di luar sekolah dengan situasi yang berbeda contohnya saja ketika melihat orang dewasa berbicara kepada orang yang tua dengan nada keras atau etika berbicara kurang diperhatikan, ini adalah salah satu contoh kenapa siswa yang di luar lebih dominan menangkap tindakan yang kurang mendidik lebih cepat ketimbang dibandingkan dengan hal-hal yang berbau pendidikan.

Simpen dalam orasi ilmiahnya mengatakan bahwa kekerasan verbal terjadi di mana saja, begitu pula di sekolah. Pernyataan emosi berbahasa Indonesia yang dipakai oleh siswa untuk mengugkapkan keinginan dan penolakan terhadap apa yang akan dituturkan oleh petutur ke penutur, oleh sebab itu bahasa adalah alat mempengaruhi manusia untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya tersebut. Artinya, pernyataan emosi siswa tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh bahasa yang diungkapkannya tetapi keadaan atau kejadian yang ada di lingkungan tersebut.

Bahasa lisan yang diungkapkan siswa baik itu siswa dengan nilai standar maupun siswa belum tentu adalah sama. Besar kemungkinan bahasa yang dipakai

(23)

terkadang terkesan kasar, tinggi, rendah, datar, dan berbicara dengan suara melengking. Berbagai macam cara siswa untuk mengungkapkan kecerdasan emosionalnya sendiri kepada guru atau teman sekelasnya.

Cara pengungkapan tindak tutur tersebut kadang kala bersifat membodohi diri artinya siswa merasa diri lebih unggul daripada teman sekelasnya. Siswa yang dengan nilai standar enam dan nilai tujuh hanya mengungkapkan tindakan-tindakannya sendiri yang bisa saja membuat guru atau teman sekelasnya emosi, karena faktor malas yang diartikan dalam kategori tidak bisa menjadi siswa yang cerdas.

Perhatikan dengan baik cara berbicara siswa dengan nilai standar lebih menonjolkannya dengan bahasa nonverbal. Berdasarkan data yang ditemukan pada data yang telah dikumpulkan dalam pernyataan emosi siswa berbahasa Indonesia dengan nilai sedang disajikan di bawah ini dalam bentuk tabel secara berturut-turut mulai dari situasi di kantin, situasi di perpustakaan, situasi di lapangan, situasi di toilet, dan terakhir situasi di ruang kelas.

Tabel 1. Data Pernyataan Emosi Siswa dengan Nilai Sedang pada Situasi di Kantin

No. Sifat Kalimat

Indikator Deskriptor

01 Marah Jengkel -Brengsek!, jangan dorong-dorong, sakit tahu.

02 Jijik -Udah desak-desaan, keringatmu nempel lagi.

03 Kesal -Bu, ayam gorengnya tidak matang. 04 Dongkol - Saya tidak punya uang masak harus

ngesot.

(24)

06 Muak - Malas lihat mukamu terus, tidak ada nafsu makan.

07 Kecewa - Jangan di bungkus nasinya Bu sudah telat.

08 Kesal - Harga jajannya tidak bisa di kurangi ya Bu.

Keterangan:

Data 01 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan kelas VIIIi dan Kedua, siswa laki-laki kelas VIIIf.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada seorang siswa perempuan kelas VIIIi pada data 01terdapat pada tuturan Brengsek!, jangan dorong-dorong sakit tahu. Tuturan diungkapkan oleh siswa perempuan kepada siswa laki-laki terjadi dalam bentuk makian. Pernyataan emosi yang diungkapkan oleh siswa perempuan kepada siswa laki-laki karena siswa tersebut mendorong tanpa meminta permisi untuk lewat.

Data 02 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan kelas VIIIe dan kedua, siswa laki-laki teman sekelasnya.

Pernyataan emosi siswa berbahasa Indonesia pada siswa laki-laki kelas VIIIe pada data 02 terdapat pada tuturan Udah desak-desaan keringatmu nempel lagi. Tuturan tersebut merupakan tutur rasa jijik terhadap siswa laki-laki yang seluruh badannya bau keringat. Akibatnya perempuan kelas VIIIe emosi kepada siswa laki-laki tersebut.

Data 03 ditunjukkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan kelas VIIIh dan kedua, pedagang kantin.

Pernyataan emosi berdasarkan Indonesia pada siswa perempuan kelas VIIIh pada data 03 terdapat pada tuturan Bu, ayam gorengnya tidak matang. Tuturan tersebut merupakan rasa kesal terhadap pedagang kantin. Siswa perempuan itu

(25)

merasa pelayanan makan di kantin tidak memuaskan dikarenakan ayam goreng tidak matang sehingga siswa mengungkapkan emosi kepada pedagang tersebut.

Data 04 ditunjukkan oleh dua orang. Pertama, siswa laki-laki kelas VIIIg dan kedua, pedagang kantin.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa laki-laki kelas VIIIg pada data 04 terdapat pada tuturan Saya tidak punya uang masak harus ngesot. Tuturan tersebut merupakan rasa dongkol ke siswa laki-laki pada pedagang kantin yang tanpa sengaja memaksa siswa laki-laki untuk membeli jajan yang ada di kantin. siswa laki-laki menjadi emosi dan siswa tersebut meninggalkan kantin dengan rasa emosi.

Data 05 ditunjukkan oleh dua orang. Pertama, siswa laki-laki kelas VIIIh dan kedua, pedagang kantin.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa laki-laki kelas VIIIh pada data 05 terdapat pada tuturan. Saya gak suka dipaksa Bu. Tuturan tersebut merupakan rasa sebel siswa laki-laki kepada pedagang kantin yang memaksa untuk membeli makanan yang sudah dua hari. Perkataan pedagang kantin tersebut membuat siswa laki-laki menyatakan emosi.

Data 06 ditunjukkan oleh dua orang. Pertama, siswa laki-laki dan kedua, siswa perempuan kelas VIIIh.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa laki-laki kelas VIIIh pada data 06 terdapat pada tuturan Malas lihat mukamu terus tidak ada nafsu makan. Tuturan siswa laki-laki kepada teman sekelasnya yaitu perempuan merasa muak karena temannya tersebut melahap makanan tanpa mengetahui etika makan.

(26)

Data 07 ditunjukkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan kelas VIIIi dan kedua, pedagang kantin.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia siswa perempuan terhadap pedagang kantin terdapat pada dengan tuturan Jangan dibungkus nasinya Bu, sudah telat. Tuturan tersebut merupakan tuturan siswa perempuan lain ke pedagang kantin karna tidak terpenuhi akibat faktor kesibukan ibu kantin siswa-siswa lain yang membeli daganggannya.

Data 08 ditunjukkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan kelas VIIIf dan kedua, pedagang kantin.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia siswa tuturan harga jajannya tidak bisa dikurangi ya Bu? Tuturan tersebut termasuk tuturan yang merupakan sebuah keluhan. Siswa tersebut berniat untuk menanyakan harganya tidak bisa dikurangi lagi sebab uang yang dibawa hanya lima ribu saja. Ibu pedagang kantin merasa terganggu dengan pernyataannya dan merasa jengkel. Pembicararaan yang dilakukan dialog tersebut disebabkan oleh pedagang kantin tersebut. Apabila pedagang kantin tidak terfokuskan pada satu konteks situasi, kejadian yang serupa tidak akan terjadi tanpa ada pancingan emosi.

Tabel 2. Data Pernyataan Emosi Siswa dengan Nilai Sedang pada Situasi di Perpustakaan

No. Sifat Kalimat

Indikator Deskriptor

01 Marah Jengkel -Bajingan!, tidak bisa diam, rebut sekali.

02 Murka -Jangan pegang kepalaku!.

03 Kesel -Bangsat!, kelakuanmu buat

aku ilfil.

04 Bosan -Cukup membaca mataku

sakit.

(27)

depan kelas dengan tenang.

06 Malu -Kalau tidak bisa

membacamalu donk. 07 Ragu-ragu -Saya ragu, bisa tidak

membaca buku yang susah ini.

08 Senang Bahagia -Buku ini bagus dan menyentuh.

09 Puas -Nilai-nilai dalam buku ini

bermanfaat . Keterangan:

Data 01dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan kelas VIIIe. Kedua, seorang laki-laki teman sekelasnya.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa emosi terhadap teman sekelasnya yang nakal terdapat pada data 01pada tuturan Bajingan! tidak bisa diam, ribut sekali. Tuturan tersebut merupakan sebuah suruhan untuk diam. Tuturan tersebut menimbulkan kejengkelan siswa laki-laki itu kepada teman sekelasnya. Mendengar perkataan siswa perempuan tadi, siswa laki-laki merasa kesal dan tidak menghiraukannya.

Data 02 ditunjukkan oleh dua. Pertama, siswa perempuan dan kedua, laki-laki yang kelas VIIIi.

Pernyataan emosi siswa berbahasa Indonesia siswa perempuan terhadap siswa laki-laki pada data 02 terdapat tuturan Jangan pegang kepalaku, ganggu aja. Tuturan tersebut adalah penyataan emosi siswa perempuan terhadap sikap siswa laki-laki yang mencoba untuk mengganggu dan memainkan kepala siswa perempuan tanpa izin.

Data 03 ditunjukkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan kelas VIIIg dan kedua, siswa laki-laki teman sekelasnya.

Pernyataan emosi pada siswa perempuan terhadap siswa laki-laki pada data 03 terdapat pada tuturan Bangsat! kelakuanmu buat aku ilfil. Tuturan tersebut termasuk

(28)

ungkapan rasa kesel siswa perempuan terhadap siswa laki-laki yang tiada hentinya menganggu siswa perempuan tersebut. Hal tersebut menimbulkan pernyataan emosi.

Data 04 ditunjukkan oleh siswa laki-laki kelas VIIIi.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa laki-laki terhadap dirinya sendiri yang mengalami kelainan membaca dia membaca dengan waktu yang lama. Siswa laki-laki hanya bisa mengutarakan ungkapan emosi dalam sebuah ungkapan hati. Tuturan yang diungkapkan Cukup membaca mataku sakit. Tuturan tersebut merupakan tekanan emosi siswa pada dirinya.

Data 05 ditunjukkan oleh siswa perempuan kelas VIIIe.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa perempuan terhadap dirinya pada data 05 terdapat pada tuturan Saya bisa tidak berpidato di depan kelas dengan tenang. Tuturan itu diungkapkan oleh siswa perempuan pada dirinya yang kurang percaya diri sebab siswa tersebut merasa bahwa teman-temannya lebih bisa berpidato dibandingkan dengan dirinya.

Data 06 ditunjukkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan dan kedua, siswa laki-laki kelas VIIIf.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa perempuan terhadap teman sebangkunya pada data 06 terdapat pada tuturan Kalau tidak bisa membaca malu dong. Tuturan itu diungkapkan oleh siswa perempuan kepada teman sebangkunya dengan ungkapan emosi karena teman sebangkunya tidak bisa membaca diakibatkan kecerdasan emosionalnya standar.

Data 07 ditunjukkan oleh siswa laki-laki kelas VIIIh.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa terhadap dirinya sendiri terdapat pada tuturan Saya ragu, bisa tidak membaca buku yang susah ini. Perkataan

(29)

itu dituturkan oleh siswa perempuan dengan mengekspresikan pada dirinya lewat bentuk dialog. Tuturan Saya ragu dengan diri saya, bisa tidak membaca buku yang susah ini, dinyatakan sebagai amarah keragu-raguan pada diri sendiri, karena merasa diri tidak mampu sehingga menimbulkan sebuah emosi.

Data 08 ditunjukkan oleh siswa perempuan kelas VIIIf.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia siswa perempuan pada data 08 terdapat pada tuturan Buku ini bagus dan menyentuh. Ungkapan yang diluapkan oleh siswa perempuan itu merupakan pernyataan emosi dalam bentuk rasa bahagia.

Data 09 ditunjukkan oleh siswa perempuan kelas VIIIi.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa perempuan kelas VIIIi pada data 09 terdapat pada tuturan Nilai-nilai dalam buku ini bermanfaat untuk saya. Tuturan tersebut merupakan sebuah ungkapan rasa puas. Melalui tuturan tersebut, siswa itu mengungkapkan rasa puas pada dirinya.

Tabel 3. Data Pernyataan Emosi Siswa dengan Nilai Sedang pada Situasi di Toilet

No. Sifat Kalimat

Indikator Deskriptor

01 Marah Jengkel -Dek, habis dari kamar mandi siram dong. 02 Jijik -Kontol!, beraknya siapa yang tidak

disiram.

03 Bosan -Taek!, lama sekali yang ada di dalam. Keterangan:

Data01 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa kelas VIIIf dan Kedua, siswa perempuan kelas VIIIg.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa kelas VIIIf terdapat pada tuturan Dek, habis dari kamar mandi siram dong. Tuturan tersebut merupakan sebuah pernyataan siswa yang menyatakan bahwa adik kelas VIIIf di dalam kamar mandi

(30)

terlalu lama sehingga menimbulkan rasa jengkel siswa kelas kepada siswa kelas VIIIg terhadap adik kelasnya.

Data 02 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa laki-laki kelas VIIIi dan kedua, siswa laki-laki kelas VIIIe.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia yang diungkapkan oleh siswa laki-laki kelas VIIIi terdapat pada tuturan Kontol, beraknya siapa yang tidak disiram. Pernyataan itu diungkapkan oleh siswa laki-laki kelas VIIIi kepada siswa laki-laki kelas VIIIe. Dia mengalami tekanan emosi. Keadaan itu membuat kedua siswa tersebut mengeluarkan pernyataan emosi verbal.

Data 03 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan kelas VIIIg dan kedua, siswa perempuan kelas VIIIh.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia yang diungkapkan oleh siswa yang perempuan terdapat pada tuturan Taek!, lama sekali yang di dalam. Tuturan tersebut merupakan sebuah pernyataan emosi. Ungkapan yang diungkapkan oleh siswa laki-laki kelas VIIIh yang menerima pernyataan emosi berbahasa yang menyuruh siswa perempuan cepat keluar dari kamar mandi.

Tabel 4. Data Pernyataan Emosi Siswa dengan Nilai sedang pada Situasi di Lapangan

No. Sifat Kalimat

Indikator Deskriptor

01 Marah Jengkel -Sudah sakit kaki disuruh lari lagi. 02 Bosan -Malas olahraga nilainya terus jelek. 03 Suntuk -Sudah keringat, lama lagi olahraga. 04 Cemas - Saya takut nilai olahraganya jelek. 05 Gugup - Saya tidak bisa lempar lembing. 06 Malu - Saya gendut takut diketawain oleh

teman-teman. Keterangan:

Data 01 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan kelas VIIIi dan kedua, guru penjaskesnya.

(31)

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa perempuan kelas VIIIi terdapat pada tuturan Sudah sakit kaki, disuruh lari lagi. Tuturan tersebut merupakan sebuah pernyataan. Siswa itu menyatakan melalui tuturan 01 bahwa dia merasa jengkel pada guru olahraganya. Tuturan Sudah sakit, disuruh lari lagi dinyatakan sebagai pernyataan emosi karena guru olahraganya tidak memperhatikan kondisi fisik siswa tersebut. Hal itu menimbulkan amarah secara langsung.

Data 02 ditunjukan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan kelas VIIIh dan kedua, guru penjaskes.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia yang diungkapkan pada data 02 oleh siswa perempuan kelas VIIIh dengan tuturan Malas olahraga nilainya terus jelek. Tuturan itu siswa mengungkapkan luapan rasa emosinya dikarenakan nilainya. Siswa tersebut sering dan rajin mengikuti olahraga tetapi nilainya masih saja rendah. Siswa tersebut tidak menyadari dan tidak berusaha dengan giat dalam belajar. Kepribadian ini menunjukkan bahwa seseorang tidak pernah menyentuh buku dan mencobah untuk berusaha belajar.

Data 03 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan kelas VIIIf dan kedua, guru penjaskes.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa perempuan kelas VIIIf pada data 03 terdapat pada tuturan Sudah keringat, lama lagi olahraga. Tuturan tersebut merupakan sebuah keluhan siswa perempuan pada guru penjaskesnya yang lama sekali memberi arahan, padahal jam selesai sudah tiba tetapi tetap saja olahraga terus berlanjut.

Data 04 ditunjukkan oleh dua orang. Pertama, siswa laki-laki kelas VIIIe dan kedua, guru penjaskes.

(32)

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa laki-laki kelas VIIIe pada data04 terdapat pada tuturan Saya takut nilai olahraganya jelek. Ungkapan siswa tersebut merupakan sebuah kecemasan dalam hati dan siswa tersebut merasa terancam akan nilai yang diberikan guru penjaskesnya.

Data 05 dituturkan oleh siswa perempuan kelas VIIIi.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa perempuan kelas VIIIi terdapat pada tuturan Saya tidak bisa lempar lembing. Tuturan tersebut merupakan keluhan siswa perempuan yang tidak bisa lempar lembing dan siswa tersebut merasa tidak nyaman dengan keadaan di sekitanya.

Data 06 dituturkan oleh siswa perempuan kelas VIIIe.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa perempuan kelas VIIIe pada data 06 terdapat pada tuturan Saya gendut takut diketawain oleh teman-teman. Tuturan tersebut merupakan sebuah pernyataan malu siswa perempuan terhadap teman-temannya dikarenakan badan siswa perempuan itu terlalu besar.

Tabel 5. Data Pernyataan Emosi Siswa dengan Nilai Sedang pada Situasi di Ruang Kelas

No. Sifat Kalimat

Indikator Deskriptor

01 Marah Jengkel -Babi! rugi duduk sama orang yang bodoh.

02 Curiga -Kamu nyontek ya, dapat jawaban darimana?.

03 Bosan -Mendengar saja saya sudah malas. 04 Benci -Aku benci sekali dengan mata

pelajaran matematika.

05 Kesel -Bisa tidak kerjain tugasnya diam. 06 Takut Cemas -Saya cemas dengan hasil ujian

nanti.

(33)

08 Ragu-ragu -Jawaban dia benar apa tidak ya. 09 Kawatir -Aduh! aku belum kerjain tugas,

gimana ini ya. Keterangan:

Data 01 ditunjukkan oleh dua siswa laki-laki kelas VIIIh.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa laki-laki terhadap teman sebangkunya terdapat pada tuturan Babi! rugi duduk sama orang yang bodoh. Ungkapan emosi siswa laki-laki ke teman sebangkunya merupakan sebuah emosi jengkel yang diibaratkan sama malasnya dengan hewan babi yang habis makan langsung tidur.

Data 02 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan kelas VIIIe dan kedua, siswa laki-laki teman sebangku siswa perempuan.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia siswa pintar terhadap teman sebangkunya terdapat pada tuturan Kamu nyontek ya, dapat jawaban darimana?. Tuturan tersebut merupakan sebuah pernyataan emosi siswa perempuan yang merasa jawabannya dicontek oleh teman sebangkunya.

Data 03 ditunjukkan oleh dua orang. Pertama, siswa laki-laki kelas VIIIh dan kedua, guru kelas bahasa Indonesia.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia siswa laki-laki kelas VIIIh terdapat pada tuturan endengar saja saya sudah malas. Tuturan yang diungkapkan oleh siswa itu kepada guru Bahasa Indonesia dalam bentuk rasa bosan. Dia merasa bosan karena yang diajarkan kepada siswa adalah bahan ajaran yang sama seperti lima hari yang lalu.

Data 04 ditunjukkan oleh dua orang. Pertama, siswa laki-laki kelas VIIIi dan kedua, guru kelas Matematika.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa laki-laki kelas VIII terdapat pada tuturan Aku benci sekali dengan mata pelajaran Matematika. Tuturan yang

(34)

diungkapkan di atas adalah tuturan siswa laki-laki terhadap gurunya tersebut dan diungkapkan dalam hati. Guru matematika selalu menghukumnya jika siswa laki-laki itu tidak menjawab dengan benar.

Data 05 ditunjukkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan kelas VIIIe dan kedua, siswa laki-laki adalah teman duduk sebangku siswa perempuan kelas VIIIe.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa perempuan terhadap teman sebangkunya kelas VIIIe terdapat pada tuturan Bisa tidak kerjain tugasnya, diam. Tuturan itu diungkapkan oleh siswa perempuan terhadap teman sebangkunya yang selalu berbicara.

Data 06 ditunjukkan oleh siswa perempuan kelas VIIIf.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa perempuan kelas VIIIf terdapat pada tuturan Saya cemas dengan hasil ujian nanti. Tuturan itu diungkapkan oleh siswa dalam hati, Hal ini dinyatakan dengan perasaan cemas. Siswa tersebut sedang memikirkan nilai baik apa buruk sehingga siswa perempuan itu merasa tidak tenang.

Data 07 ditunjukkan oleh siswa laki-laki kelas VIIIg.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia siswa laki-laki kelas VIIIg terdapat pada tuturan Jawab pertanyaan tadi salah lagi. Ungkapan pernyataan siswa tersebut merupakan sebuah perasaan malu pada dirinya sendiri dan teman-teman yang menertawakan kesalahan jawaban siswa laki-laki tersebut.

Data 08 ditunjukkan oleh dua orang. Pertama, siswa laki-laki kelas VIIIi dan kedua, siswa laki-laki adalah teman sebangku.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia siswa laki-laki kelas VIIIi terdapat pada tuturan Jawaban dia benar apa tidak ya?. Tuturan siswa ditunjukkan pada

(35)

dirinya dalam ungkapan perasaan dalam hati. luapan emosi yang dituangkan berbentuk rasa keragu-raguan.

Data 09 ditunjukkan oleh siswa laki-laki kelas VIIIh.

Pernyataan emosi siswa laki-laki kelas VIIIh terdapat pada tuturan Aduh, aku belum kerjain tugas, gimana ini ya. Tuturan yang diungkapkan siswa laki-laki merupakan ungkapan rasa kawatir karena siswa tersebut belum mengerjakan tugas. Kekahwatirannya menghantui kecerdasan emosional siswa tersebut.

2.2.3 Situasi Psikolinguistik Emosi pada Siswa dengan Nilai Tinggi

Berbicara tentang adanya hubungan antara nilai kecerdasan emosional siswa dengan tingkat kecerdasan emosional orang tua siswa tersebut, hal ini tidak lepas dengan pembicaraan tentang hereditas dalam hubungan dengan kecerdasan emosional. Tingkat nilai tinggi siswa ditentukan oleh hereditas dari orang tua. Dengan perkataan lain, orang tua mewariskan inteligensi tidak hanya melalui hereditas tetapi dapat juga melalui “matemal justification”.

Pendidikan di sekolah dapat menunjukkan bahwa pendidikan dapat meningkatkan skor-skor nilai yang diambil dari hasil terakhir nilai rapor siswa dengan nilai delapan dan nilai sembilan, namun nilai yang dipilih meningkat atau tidak. Artinya nilai siswa yang masih terlalu muda mengalami perubahan tidak tetap, karena kapasitas mental siswa yang masih terlalu muda tidak berkembang dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan perkembangan mental siswa sebaya lainnya. Meskipun siswa mempunyai kekuatan yang sama, pada tahap perkembangan tertentu

(36)

seorang siswa dapat memiliki nilai tinggi, sedangkan dalam tahap yang lain memiliki nilai di atas rata-rata.

Siswa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan nilai. Banyak pula penelitian yang membuktikan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara laki-laki dengan perempuan. Dari hasil nilai yang perempuan terutama memiliki kelebihan dalam hal yang menyangkut penggunaan bahasa, hafalan-hafalan dan reaksi. Di lain pihak laki-laki berkelebihan dalam penalaran abstrak, penguasaan matematik, dan mekanika. Perbedaan mengenai kedua hal di atas disebabkan oleh faktor lingkungan pada perbedaan sifat secara tidak langsung oleh adanya interaksi X dan interaksi Y yang mengakibatkan perbedaan.

Kecerdasan emosional yang menganalisis linguistik merupakan kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tertulis. Linguistik berkaitan dengan penggunaan dan pengembangan bahasa secara umum, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Siswa yang memiliki kecerdasan emosional mampu berbahasa dengan lancar dan dapat mengembangkan pengetahuannya dengan bahasa yang baik pada saat berkomunikasi.

Komponen kecerdasan siswa adalah kecerdasan linguistik keterkaitan antara kecerdasan secara umum dan pemerolehan, pemahaman, persepsi, atau produksi bahasa. Selanjutnya, kematangan kognisi terkait dengan pemerolehan dan pembelajaran bahasa, terutama bahasa kedua. Mempelajari bahasa kedua melibatkan dua perangkat kemampuan yang dihasilkan oleh siswa dengan nilai tinggi.

(37)

Dalam pemerolehan bahasa tidak sedikit kajian yang telah dilakukan untuk memperoleh informasi yang jelas mengenai keterkaitan tersebut. Pemerolehan bahasa yang secara langsung berhubungan dengan usia dan kematangan kognisi siswa. Perkembangan bahasa saling mempengaruhi antara kecerdasan dan kemampuan atau perkembangan bahasa. Kecerdasan dengan kemampuan menyimak pemahaman dan produksi ujaran bebas yang menguji keterkaitan antara nalar dengan menentukan gagasan pokok sebuah bacaan, semuanya memperlihatkan tidak ada atau korelasi negatif antara tingkat kecerdasan dengan kemampuan berbahasa.

Situasi emosi pada siswa dengan nilai tinggi dalam pernyataan emosi siswa berbahasa Indonesia ada dalam beberapa situasi, yaitu situasi di kantin, situasi di perpustakaan, situasi di lapangan, situasi di ruang kelas, dan situasi di ruang kelas. Perhatikan selanjutnya penyajiannya tabel 1. Data Pernyataan Emosi Siswa dengan Nilai Tinggi pada Situasi di Kantin.

Tabel 1. Data Pernyataan Emosi Siswa dengan Nilai Tinggi pada Situasi di Kantin

No. Sifat Kalimat

Indikator Deskriptor

01 Marah Jengkel -Boleh saya lewat, sempit ini?.

02 Curiga -Saya pencet untuk memastikan pencet atau tidak.

03 Bosan -Makananya ini aja, tidak ada yang lain.

04 Jijik -Ihh, tikusnya di atas piring. 05 Kesel -Nasinya sedikit sekali bu.

06 Was-was -Jangan terlalu banyak makan nanti bisa sakit perut.

07 Ragu-ragu -Tempo hari yang lalu nasinya tidak bau, sekarang bisa menyengat ya?.

(38)

Keterangan:

Data 01 dituturkan oleh siswa perempuan kelas VIIIf.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia siswa perempuan kepada salah seorang teman kelas yaitu laki-laki yang lain terdapat pada tuturan Boleh saya lewat sempit ini?.Tuturan tersebut merupakan sebuah pernyataan emosi. Siswa perempuan ITU merasa resah dengan situasi kantin, banyak siswa berdesakan.

Data 02 ditunjukkan oleh dua. Pertama, siswa perempuan kelas VIIIi dan kedua, pedagang kantin.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia siswa perempuan kelas VIIIi terdapat pada data 02 tuturan Saya pencet untuk memastikan busuk apa tidak. Tuturan tersebut merupakan kecurigaan siswa perempuan yang membeli tahu isi ke pedagang kantin, Merasa tahu isinya lembek dan bau, siswa tersebut memegang tetapi pedagang kantin merasa tersinggung karena dagangannya dinilai buruk.

Data 03 ditunjukkan oleh dua orang. Pertama, siswa laki-laki kelas VIIIg dan kedua, pedagang kantin.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia yang diungkapkan siswa laki-laki kelas VIIIg terdapat pada tuturan Makanannya ini aja, tidak ada yang lain.Tuturan siswa laki-laki itu memancing amarah emosi pedagang. Siswa laki-laki tersebut tahu dan bosan dengan dagangan yang tidak menarik minatnya.

Data 04 ditunjukkan oleh dua orang. Siswa perempuan kelas VIIIi danpedagang kantin.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia yang diungkapkan oleh siswa perempuan kelas VIIIi terdapat pada tuturan Ihh, tikusnya di atas piring.Ungkapn siswa perempuan menunjukkan rasa jijik pada kantin di sekolah. Mengetahui itu, pedagang merasa tersinggung padahal maksud siswa perempuan tersebut baik yaitu untuk menjaga kebersihan di kantin.

(39)

Data 05 ditunjukkan oleh dua orang. Pertama, siswa laki-laki kelas VIIIe dan kedua, pedagang kantin.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia yang diungkapkan siswa laki-laki kelas VIII terdapat pada tuturan Nasinya sedikit sekali Bu. Ungkapan siswa oleh ditunjukkan kepada pedagang kantin dengan rasa kesel padahal siswa tersebut telah membayar mahal tetapi pedagang tersebut memberi nasi dengan porsi yang sediki, hal itu menimbulkan pernyataan emosi siswa yang diluapkan dalam hati.

Data 06 ditunjukkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan kelas VIIIg dan kedua, pedagang kantin.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia siswa perempuan kelas VIIIg terdapat pada tuturan Jangan terlalu banyak makan, nanti bisa sakit perut.Ungkapan yang diungkapkan dalam tuturan di atas merupakan rasa hati-hati siswa tersebut dalam memilih makanan di kantin kaerna kebanyakan makanan mengandung bahan yang tidak alami dan menyebabkan ketidaknyamanan pada perut.

Data 07 ditunjukkan oleh dua orang. Pertama, siswa laki-laki kelas VIIIh dan kedua, pedagang kantin.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia siswa laki-laki kelas VIIIh terdapat pada tuturan Tempo hari yang lalu nasinya tidak bau, sekarang bisa menyengat ya?.Ungkapan itu dituturkan oleh siswa laki-laki tersebut karena dia merasa ragu dengan semua harga di kantin lebih cepat naik padahal seminggu yang lalu masih murah harganya, hal demikian itu membuat pedagang kantin tersinggung.

(40)

Tabel 2. Data Pernyataan Emosi Siswa dengan Nilai Tinggi pada Situasi di Perpustakaan

No. Sifat Kalimat

Indikator Deskriptor

01 Marah Jengkel -Aku lagi serius baca jangan ganggu. 02 Sedih Frustasi -Aduh, banyak resensi yang harus

dikumpulkan.

03 Senang Suka -Aku ingin memiliki buku novel ini. Keterangan:

Data 01 ditunjukkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan kelas VIIIf dan kedua, adalah siswa teman sebangkunya yaitu siswa laki-laki.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia siswa laki-laki kelas VIIIf terdapat pada tuturan Aku lagi serius baca jangan ganggu.Tuturan tersebut merupakan ungkapan kejengkelan siswa perempuan kepada siswa laki-laki yang nakal. Hal demikian itu menimbulkan siswa perempuan menjadi emosi.

Data 02 ditunjukkan oleh siswa perempuan kelas VIIIf kepada guru yang mengajar di kelas VIIIf.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia siswa perempuan kelas VIIIf terdapat pada tuturan Aduh, banyak resensi yang harus dikumpulkan. Ungkapan itu dituturkan oleh siswa tersebut merupakan rasa frustrasinya siswa pada guru yang memberi tugas terlalu banyak.

Data 03 ditunjukkan oleh siswa laki-laki kelas VIIIi.

Pernyataan berbahasa Indonesia siswa laki-laki kelas VIIIi terdapat pada tuturan Aku ingin memiliki buku ini.Tuturan itu diungkapkan siswa laki-laki pada dirinya yang merasa suka dengan sebuah buku. Ungkapan tersebut berupa pernyataan emosi yang dituangkan lewat perasaan hati.

(41)

Tabel 3. Data Pernyataan Emosi Siswa dengan Nilai Tinggi pada Situasi di Lapangan

No. Sifat Kalimat

Indikator Deskriptor

01 Marah Jengkel -Aduh, kok lama olaraganya! 02 Bosan -Kapan ya giliranku lari.

03 Takut Cemas -Gimana ini sebentar lagi aku maju kakiku keseleo.

04 Senang Bahagia -Ya dong, aku memenangkan juara satu. Keterangan:

Data 01 dituturkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan kelas VIIIg dan kedua, guru olahraga.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia siswa perempuan kelas VIIIg terdapat tuturan Aduh, kok lama.Tuturaan tersebut merupakan ungkapan dalam hati kejengkelan siswa perempuan itu diekspresikan kepada guru penjaskesnya yang waktu untuk mengajar olahraga.

Data 02 ditunjukkan oleh dua orang. Pertama, siswa laki-laki kelas VIIIg dan kedua, guru penjaskes.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia pada siswa laki-laki itu kepada guru penjaskesnya yang lama mengajar padahal giliran siswa tersebut untuk melompat jauh. Pernyataan itu terdapat pada tuturan Kapan ya giliranku lari.

Data 03 ditunjukkan oleh dua orang. Pertama, siswa perempuan kelas VIIIg dan kedua, guru penjaskes.

Pernyataan emosi berbahasa Indonesia siswa perempuan kelas VIIIg terdapat pada tuturan Gimana ini sebentar lagi aku maju kakiku keseleo. Ungkapan yang dituturkan oleh siswa tersebut merupakan sebuah rasa kecemasan, bahwa siswa tersebut sedang sakit tetapi disuruh tetap olahraga.

Data 04 ditunjukkan oleh siswa perempuan kelas VIIIe.

Pernyataan emosi siswa perempuan tersebut diungkapkan dalam tuturan Ya, dong aku memenangkan juara satu. Tuturan tersebut diungkapkan oleh siswa

(42)

perempuan itu dengan rasa bahagia karena perjuangannya tidak sia-sia sehingga siswa tersebut menang dan menjadi juara satu.

Tabel 4. Data Pernyataan Emosi Siswa dengan Nilai Tinggi pada Situasi di Ruang Kelas

No. Sifat Kalimat

Indikator Deskriptor

01 Marah Jengkel -Brengsek ngapain gangguin aku.

02 Curiga -Dasar bajingan jangan-jangan dia pencurinya.

03 Benci -Guru ini galak aku gak suka.

04 Cemas - Nilaiku banyak perubahan.

05 Gugup - Ya, sebentar lagi giliranku. 06 Senang Bahagia -Nilaiku tinggi terus.

07 Suka -Aku paling suka pelajaran ini. Keterangan:

Data 01 ditunjukkan oleh siswa laki-laki kelas VIIIe.

Pernyataan emosi diungkapkan oleh siswa laki-laki pada tuturan Brengsek ngapain gangguin aku.Ungkapan siswa tersebut berupa kejengkelannya kepada teman sebangkunya.

Data 02 dituturkan oleh siswa perempuan kelas VIIIh.

Pernyataan emosi diungkapkan oleh siswa perempuan itu terdapat pada tuturan Dasar bajingan jangan-jangan dia pencurinya. Ungkapan yang dituturkan oleh siswa perempuan kepada teman sekelasnya dengan menunjukkan rasa kecuriga terhadap tingkah laku temannya yang sangat mencolok.

Data 03ditunjukkan oleh siswa laki-laki kelas VIIIi.

Pernyataan emosi siswa diungkapkan pada tuturan Guru ini galak aku gak suka. Ungkapan tersebut merupakan rasa benci siswa pada guru yang galak. Ketika mata pelajaran berlangsung guru tersebut selalu memarahi siswa laki-laki itu tanpa

(43)

alasan jelas. Akibatnya, siswa tersebut mencurahkan rasa tidak sukanya menjadikan rasa benci terhadap guru tersebut.

Data 04 ditunjukkan oleh siswa perempuan kelas VIIIh.

Pernyataan emosi yang diungkapkan oleh siswa perempuan tersebut berupa tuturan Nilaiku banyak perubahan. Pernyataan emosi itu diungkapkan oleh siswa berupa rasa gugup atas nilainya yang banyak mengalami perubahan.

Data 05 ditunjukkan oleh siswa laki-laki kelas VIIIe.

Pernyataan emosi yang diungkapkan dalam tuturan Ya, sebentar lagi giliranku. Ungkapan yang diungkapkan oleh siswa tersebut berupa ungkapan gugup terhadap dirinya sendiri. Tuturan Ya, sebentar lagi giliranku adalah ungkapan siswa laki-laki yang tidak mau mengikuti lari sebab siswa laki-laki merasa dirinya tidak mampu untuk berlari.

Data 06 ditunjukkan oleh siswa perempuan kelas VIIIg.

Pernyataan emosisiswa perempuan itu terdapat pada tuturan nilaiku tinggi terus. Ungkapan yang diungkapkan oleh siswa perempuan itu merupakan ungkapan bahagia. Hasil kerja keras yang dilakukan dengan serius mendapatkan apa yang diharapkan yaitu hasil nilai yang memuaskan.

Data 07ditunjukkan oleh siswa perempuan kelas VIIIi.

Pernyataan emosi yang diungkapkan oleh siswa perempuan dengan tuturan Yes, aku paling suka pelajaran ini merupakan ungkapan dalam bentuk rasa suka terhadap pelajaran yang disukainya.

Gambar

Tabel 1. Data Pernyataan Emosi Siswa dengan Nilai Rendah Situasi di Kantin  No.                   Sifat  Kalimat
Tabel 2. Data Pernyataan Emosi Siswa dengan Nilai Rendah Situasi di Perpustakaan
Tabel 3. Data Pernyataan Emosi Siswa dengan Nilai Rendah Situasi di Lapangan
Tabel 4. Data Pernyataan Emosi Siswa dengan Nilai Rendah Situasi di Toilet
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tim BBPI merekomendasikan 4 (empat) kelompok alat penangkapan ikan yang lebih sesuai sebagai pengganti Pukat tarik khususnya CANTRANG meliputi : alat yang dijatuhkan atau

Asosiasi antara usia dan pemahaman mengenai pelecehan seksual mungkin difasilitasi oleh pengalaman di mana semakin tinggi usia maka seseorang semakin banyak terpapar informasi

Pengabdian ini berangkat dari permasalahan ibu-ibu yang kurang mempunyai ketrampilan dan pendidikan yang memadai untuk bekerja di kantor. Maka untuk memberi solusi tersebut diadakan

Medical Center ITS (MC ITS) merupakan klinik yang dimiliki oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Medical Center ITS melayani pasien dari civitas akademik ITS dan

Untuk itu, menghindari pencatatan persediaan yang manual, dibutuhkan suatu wadah layanan sistem informasi persediaan barang yang dapat mempermudah manajemen perusahaan

Berdasarkan permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah masih adanya penurunan growth sales produk kosmetik Wardah perbulannya dan hasil pra survey dengan

ENDAH ISTIANA, Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Maret 2014, Pertimbangan Dinas Perhubungan Kabupaten Kediri Dalam Pemberian Ijin

Melakukan analisa hubungan fungsional (Hub. Hasil pada point 18 merupakan hasil yang digunakan untuk perencanaan ruang laut. Perencanaan ruang laut tersebut dapat