• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

PELATIHAN PEMBUATAN BONEKA JARI DAN PENDAMPINGAN PENGGUNAANNYA BAGI

GURU-GURU TK KECAMATAN SERIRIT

Oleh:

Luh Diah Surya Adnyani (Ketua) NIP : 198309232008122001

Ni Putu Astiti Pratiwi (Anggota) NIP : 198808252015042002

I Wayan Swandana (Anggota) NIP : 198411182015041002

Putu Adi Krisna Juniarta (Anggota) NIP : 1987061222015041006

Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha

(2)
(3)

DAFTAR ISI

Halaman Muka Pengesahan Daftar Isi ... i BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Analisis Situasi ... 1

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Kegiatan ... 6

1.4 Manfaat Kegiatan ... 7

BAB II METODE PELAKSANAAN ... 8

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ...13

BAB IV PENUTUP ...17 4.1 Simpulan ... 17 4.2 Saran ...17 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Absensi Foto-Foto Kegiatan Peta lokasi

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Observasi saat Pelatihan ...13

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pemecahan Masalah P2M... 8 Gambar 2. Metode Kegiatan P2M...10 Gambar 3. Prosedur dan Alat Evaluasi...11

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58, 2009, Taman Kanak-Kanak adalah tempat yang tepat untuk membantu anak- anak yang berada dalam usia emas. Dalam usia ini, mereka berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani sesuai bakat, minat, dan sifat masing-masing. Usia emas atau dikenal dengan nama golden age merupakan usia dimana anak-anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang sangat pesat. Mereka mampu mempelajari banyak hal, meliputi aspek kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik, dan motorik dengan cepat.

Usia emas tumbuh kembang anak merupakan usia yang sangat krusial karena sekitar 80 persen otak anak berkembang pada masa ini, segala informasi dapat diserap oleh anak tanpa melihat baik buruknya (Rahman, 2002). Untuk itu anak sangat perlu memperoleh pendampingan, dan bimbingan agar informasi dapat tercerna dengan baik. Lingkungan anak seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat harus memberikan dukungan positif terhadap penyerapan informasi yang bermanfaat. Disinilah peran sekolah taman kanak-kanak diharapkan mampu memberi kontribusi untuk mengoptimalkan perkembangan anak mencerna informasi dengan meliputi beberapa aspek penting. Aspek-aspek tersebut adalah aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni yang tercermin dalam keseimbangan kompetensi sikap pengetahuan, dan keterampilan (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 146 Tahun 2014).

Karena Taman Kanak-kanak memiliki peranan yang sangat penting, maka sudah seharusnya Taman Kanak-kanak dirancang dan dikelola dengan baik. Sebuah taman kanak-kanak diharapkan memiliki guru yang berilmu, terampil, dan berwawasan luas, serta memiliki fasilitas-fasilitas penunjang yang mampu merangsang guru untuk lebih kreatif. Guru-guru TK harus mampu memberikan pelayanan yang baik, menarik, dan kreatif agar dapat membantu anak-anak TK

(6)

dalam mengembangkan aspek-aspek penting yang berkembang pada usia emas tumbuh kembang anak.

Kegiatan di sekolah yang dilaksanakan di TK haruslah menyenangkan agar anak-anak tidak merasa tertekan. Masitoh (2005) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa strategi pembelajaran yang dapat diterapkan di TK, seperti strategi pembelajaran yang berpusat pada anak, yaitu membiarkan anak merencanakan dan melakukan sesuatu, sementara guru menyediakan fasilitas, strategi pembelajaran melalui bermain, bercerita, bernyanyi, dan strategi pembelajaran terpadu.

Untuk dapat melakukan proses pembelajaran yang menarik menggunakan strategi-strategi tersebut, guru-guru TK diharapkan mampu menyiapkan media yang sesuai dengan perkembangan anak. Media adalah alat bantu yang dapat membuat anak memahami konsep yang diajarkan (Mumtahanah, 2014). Salah satu media yang dapat digunakan untuk pembelajaran di TK adalah boneka jari. Boneka jari atau dalam bahasa Inggris disebut finger puppet, dapat berupa kertas maupun kain yang dibentuk sesuai karakter yang diinginkan. Boneka tersebut berukuran mini sehingga dapat dimasukkan ke jari tangan dan kemudian dimainkan.

Strategi pembelajaran yang diungkapkan Masitoh (2005) dapat diajarkan dengan bantuan media boneka jari. Pada strategi yang berpusat pada anak, guru mempersiapkan gambar kecil-kecil dan kertas, guru membiarkan anak menggunting dan menempel dan jadilah boneka jari yang kemudian dimainkan oleh anak. Boneka jari juga bisa sebagai media untuk bernyanyi, seperti lagu dengan tema keluarga. Selain itu sangat besar kemungkinan penggunaan boneka jari untuk bercerita. Berbagai cerita dapat disampaikan dengan bantuan media boneka jari. Anak-anak juga dapat bermain menggunakan boneka jari, yaitu bermain peran menggunakan karakter boneka jari yang diselipkan di jarinya.

Mencermati bahwa media boneka jari sangat bermanfaat sebagai alat bantu untuk berbagai strategi pembelajaran untuk anak TK, maka sangat penting bagi guru TK untuk memiliki boneka jari.

(7)

Berdasarkan data yang diperoleh dari UPP Kecamatan Seririt, terdapat 29 sekolah taman kanak-kanak di kecamatan tersebut. Dari 29 TK, lima diantaranya berstatus negeri, sementara 24 lainnya berstatus swasta. Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah dan guru-guru di beberapa TK, dapat disimpulkan bahwa guru-guru TK tersebut paham bahwa di TK seharusnya anak-anak bermain sambil belajar, dan dalam kegiatan bermain itu mereka diperkenalkan materi sederhana yang telah ditentukan oleh pemerintah. Guru-guru tersebut mengetahui bahwa mereka diharapkan membantu anak-anak didiknya untuk mengembangkan aspek- aspek penting anak usia dini, seperti nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni, sehingga terdapat keseimbangan kompetensi antara sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Tantangan dan kesulitan yang dialami guru-guru TK di beberapa sekolah adalah bagaimana cara mencapai aspek-aspek tersebut dengan menyenangkan sehingga anak-anak suka dan tidak takut pergi ke sekolah. Selama ini guru-guru tersebut mengajar dengan bantuan buku TK, dan sudah mengajak anak-anak untuk bermain, bernyanyi, dan bercerita. Namun akan lebih menarik jika kegiatan- kegiatan tersebut dilakukan dengan media, seperti boneka jari. Berdasarkan wawancara, mayoritas TK tidak memiliki boneka jari.

Boneka jari tidak perlu dibeli dengan harga mahal. Guru-guru TK dapat membuat sendiri boneka jari sesuai dengan karakter yang diinginkan dan juga sesuai dengan cerita yang ingin disampaikan. Untuk itu sangat perlu diadakan pelatihan pembuatan boneka jari dan pendampingan penggunaannya bagi guru- guru TK di Kecamatan Seririt. Dengan membuat sendiri boneka jari, guru-guru dapat menuangkan kreativitasnya, yaitu dalam membentuk karakter boneka sesuai yang diinginkan dan diperlukan, seperti bentuk binatang, manusia, buah, dan lainnya. Guru-guru juga dapat membuat variasi boneka dengan berbagai warna sehingga media boneka jari akan menjadi lebih menarik.

Saat boneka jari telah dimiliki, guru-guru bisa memperkenalkan kosakata, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Guru-guru dapat menggunakan media tersebut utuk bernyanyi, bermain, dan bercerita. Dapat

(8)

dikatakan bahwa satu jenis media dapat dipakai untuk beberapa strategi pembelajaran. Hal ini sangat efektif dan efisien.

Berdasarkan teori, boneka jari merupakan suatu media pembelajaran yang digunakan untuk menarik perhatian anak sehingga anak mau terlibat dalam proses pembelajaran. Menurut Marlinda dkk. (2014), boneka jari adalah boneka yang terbuat dari bahan flannel yang kemudian dibentuk pola sesuai dengan yang diinginkan dan dibuat sedemikian rupa kemudian dimasukkan ke dalam jari-jari tangan sehingga dapat dimainkan oleh anak. Boneka jari merupakan salah satu media kegiatan mendongeng, berbicara, atau melakukan percakapan dan sangat cocok dimainkan untuk anak dalam pembelajaran di kelas.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Bhakti dkk. (2015) bahwa boneka jari adalah boneka yang dapat dimasukkan kejari tangan, berbentuk kecil seukuran jari tangan orang dewasa. Boneka jari merupakan media pembelajaran yang memiliki karakter dan bentuk tertentu sesuai dengan pembelajaran yang akan diberikan. Guru dapat sekreatif mungkin untuk membentuk boneka jari sesuai dengan tema yang dipilih. Contoh tema yang dipilih adalah keluarga, maka setidaknya karakter pada boneka jari terdapat anggota keluarga yaitu ayah, ibu, kakak, dan adik. Cara menggunakannya adalah dengan menggerakkan jari.

Boneka jari adalah mainan edukatif yang memberikan manfaat luar biasa karena memberikan pengalaman pembelajaran yang menyenangkan dan menarik perhatian anak dalam kegiatan. Zaman (2008 dalam Marlinda dkk., 2014) menjelaskan bahwa tujuan penggunaan media jari adalah untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak, mempertinggi keterampilan dan kretivitas anak, serta melatih keterampilan jari jemari tangan. Selain itu, penggunaan boneka jari juga membantu dalam mengembangkan aspek moral atau menanamkan nilai-nilai kehidupan pada anak, mengembangkan daya fantasi anak, melatih kecakapan motorik halus, serta mengembangkan kemampuan kognitif anak.

Sudah banyak penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai penggunaan boneka jari. Marlinda dkk. (2014) menyimpulkan bahwa penerapan media boneka jari dalam metode bercerita sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak, yaitu kemampuan menyimak dan berbicara serta menambah kosakata yang dimilikinya. Penggunaan boneka jari yang menggunakan bentuk-bentuk boneka yang menarik merangsang keaktifan anak untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

(9)

Tak hanya untuk anak usia dini, penggunaan boneka jari juga memberikan manfaat untuk anak di sekolah dasar. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Bhakti dkk. (2015) yang mengungkapkan bahwa model pembelajaran BCCT menggunakan teknik bermain secara langsung dengan media boneka jari menjadi salah satu metode pembelajaran aktif dan menyenangkan untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Seiring dengan meningkatnya rasa percaya diri anak, media boneka jari juga membantu anak dalam mengembangkan keterampilan berbahasa, mempertinggi keterampilan dan kreativitas anak, membantu anak belajar bersosialisasi, dan bergotong royong.

Amiliya dkk. (2014) juga mengemukakan hal yang sama yaitu media boneka jari yang dilakukan dengan kegiatan bercerita berpengaruh positif dan meningkatkan kemampuan menyimak anak usia 4 – 5 tahun. Dikatakan pula bahwa media boneka jari berbahan origami adalah suatu bentuk inovasi dari pembelajaran yang ada dan dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan menyimak anak. Namun, pada dasarnya untuk hasilnya nanti peningkatan kemampuan menyimak anak dapat dipengaruhi oleh banyak faktor salah satu diantaranya faktor dari dalam diri anak seperti kemampuan kognitif dan keadaan psikologis anak serta faktor dari guru, sekolah atau situasional. Semua faktor- faktor yang mempengaruhi kemampuan menyimak anak perlu mendapat perhatian agar kemampuan menyimak anak dapat ditingkatkan secara maksimal.

Selain meningkatkan kemampuan dalam berbahasa, media boneka jari juga mempengaruhi perkembangan emosional anak. Mufida (2013) berpendapat bahwa penggunaan media boneka jari saat bercerita membantu dalam membangun kedekatan emosional antara pendidik dengan anak. Boneka jari merupakan suatu media untuk menyalurkan dan mengembangkan emosi anak. Anak akan mulai mengekspresikan emosinya pada saat mendengarkan cerita baik senang ataupun sedih, dan dapat merangsang anak untuk meningkatkan sikap aktif antara anak dengan guru serta memungkinkan interaksi langsung

(10)

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru-guru di beberapa TK di Kecamatan Seririt, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan, yaitu:

1. Tidak adanya media boneka jari di sebagian besar TK di kecamatan Seririt.

2. Guru-guru memiliki kendala dalam membuat pembelajaran yang lebih menyenangkan.

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, Rumusan Pengabdian Masyarakat ini adalah: Dengan satu jenis media yaitu boneka jari, guru-guru TK di Kecamatan Seririt akan mampu melakukan beberapa strategi pembelajaran dengan lebih menyenangkan.

1.3 Tujuan Kegiatan

Untuk membantu para guru TK di Kecamatan Seririt dapat melaksanakan beberapa strategi pembelajaran dengan lebih menyenangkan dengan menggunakan media boneka jari, maka tujuan kegiatan ini adalah memberikan pelatihan cara pembuatan boneka jari dan aktivitas penggunaannya dalam pembelajaran, sehingga nantinya para guru dapat:

a. Memiliki minimal 5 boneka jari.

b. Mampu membuat sendiri boneka jari dengan kreasi sendiri, yaitu dengan bentuk dan gambar kosakata dan karakter tertentu.

c. Mampu merancang pembelajaran yang lebih menyenangkan dengan menggunakan boneka jari.

d. Mampu menyelenggarakan pembelajaran yang menyenangkan dan kreatif dengan menggunakan boneka jari.

(11)

1.5 Manfaat Kegiatan

Hasil Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini diharapkan akan memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan profesionalisme guru-guru TK kecamatan Seririt. Secara lebih eksplisit manfaat kegiatan ini adalah sebagai berikut:

a. Guru-guru TK di desa Kecamatan Seririt memperoleh pengalaman dalam : (1) bagaimana membuat boneka jari yang menarik, (2) bagaimana merencanakan pembelajaran menggunakan boneka jari sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan, (3) bagaimana melaksanakan beberapa strategi pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna dengan menggunakan boneka jari. Pembelajaran yang dimaksud disini adalah bermain, bernyanyi, dan bercerita menggunakan boneka jari, bisa dengan menggunakan bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.

b. Anak-anak TK di Kecamatan Seririt belajar di sekolah tanpa merasa terbebani. Mereka belajar dengan cara yang menyenangkan dan bermakna. Mereka dapat bernyanyi, memvisualisasikan dongeng saat kegiatan bercerita, dan bermain peran dengan menyenangkan karena menyelipkan boneka di jari mereka. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan dalam bahasa Indonesia atau dengan bahasa Inggris yang sederhana.

c. Secara umum Staf Dosen Universitas Pendidikan Ganesha dapat melaksanakan salah satu dharma dari tri dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian Pada Masyarakat.

(12)

Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pemecahan Masalah P2M

BAB II

METODE PELAKSANAAN

2.1 Kerangka Pemecahan Masalah

Berangkat dari permasalahan minimnya media boneka jari di sekolah TK di Kecamatan Seririt dan perlunya memberi pelatihan tentang menyelenggarakan pembelajaran yang lebih menyenangkan, maka alternatif pemecahan masalah yang dilaksanakan dalam P2M ini dapat dilihat dalam diagram alur berikut:

PERMASALAHAN

1. Tidak adanya media boneka jari di sebagian besar TK di kecamatan Seririt.

2. Guru-guru memiliki kendala

dalam membuat

pembelajaran yang

menyenangkan.

PEMECAHAN MASALAH

1. Melakukan Pelatihan pembuatan media boneka jari

sebagai media dalam

merangsang perkembangan

anak usia emas.

2. Melakukan Pelatihan dan

pendampingan untuk

merancang dan

menyelenggarakan beberapa strategi pembelajaran yang menyenangkan menggunakan media boneka jari

METODE KEGIATAN

1.Ceramah dan Diskusi

2.Praktik membuat boneka jari 3. Simulasi kelompok

4.Pendampingan pembuatan

rencana pengajaran

menggunakan media boneka jari 5.Pendampingan dalam

pengajaran menggunakan media boneka jari.

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Memberikan pelatihan pembuatan boneka jari dan pendampingan

dalam perencanaan dan

penyelenggaraan pengajaran yang menarik.

(13)

2.2 Khalayak Sasaran

Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat (P2M) ini adalah untuk membantu guru-guru TK di kecamatan Seririt, kabupaten Buleleng, agar mampu membuat media pembelajaran boneka jari, dan mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran yang lebih menyenangkan menggunakan boneka jari tersebut.

2.3 Keterkaitan

Kegiatan P2M ini akan melibatkan pihak Undiksha dan pihak penyelenggara pendidikan anak usia dini, yaitu tiga Taman Kanak-kanak di Kecamatan Seririt. Instansi-instansi yang terlibat ini memperoleh keuntungan secara bersama-sama sebagai berikut :

1. Taman Kanak-kanak di Kecamatan Seririt memperoleh manfaat dalam penyediaan media belajar boneka jari dan mendapat pendampingan dalam perencanaan dan pengajaran yang menyenangkan menggunakan boneka jari tersebut.

2. Universitas Pendidikan Ganesha melalui Lembaga Pengabdian pada Masyarakat berperan menyediakan dana, tenaga ahli, dan tim penggagas kegiatan sehingga mendukung pelaksanaan dharma ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.

2.4 Metode Pelaksanaan

Dalam upaya mengatasi kesulitan yang dialami khalayak mitra, solusi yang ditawarkan adalah dengan mengadakan pelatihan dengan menerapkan suatu metode inovatif. Metode tersebut yaitu metode peta pikiran. Adapun langkah- langkah pelaksanaan program adalah sebagai berikut. (1) pelatihan pembuatan boneka jari dan (2) pendampingan pembuatan rencana pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang menyenangkan menggunakan boneka jari yang telah dibuat. Secara skematik, metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi khalayak mitra disajikan pada Gambar 2 berikut ini:

(14)

Pelatihan Pembuatan Boneka Jari

Ceramah dan Diskusi Praktik

Pendampingan dalam Perencanaan dan Pengajaran

Simulasi kelompok Pendampingan di TK Pendampingan di TK Pendampingan di TK

Pembelajaran dengan media

boneka jari OUTPUT

Guru-guru memiliki media boneka jari dan mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran yang

menyenangkan

Dampak

Gambar 2. Metode Kegiatan P2M

Berdasarkan Gambar 2 di atas, dapat dilihat bahwa kegiatan pertama dimulai dengan melakukan pelatihan pembuatan media boneka jari. Dalam kegiatan pelatihan tersebut, terdapat ceramah mengenai teori-teori yang berkaitan dengan pendidikan anak usia dini, teori tentang strategi pembelajaran yang menyenangkan untuk anak usia dini, dan cara pembuatan media boneka jari. Kegiatan dilanjutkan di pertemuan berikutnya dengan praktik pembuatan boneka

(15)

jari berkelompok. Peserta bisa membuat boneka jari sesuai dengan kreativitas, keinginan, dan kebutuhan. Pada pertemuan ketiga, peserta diberikan materi tentang contoh-contoh kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna menggunakan media boneka jari, materi tentang lesson study, dan diakhiri dengan simulasi kelompok. Jadi, pelatihan dirancang dilaksanakan selama tiga hari: hari pertama untuk teori, hari kedua untuk pembuatan boneka jari, dan hari ketiga untuk simulasi kelompok. Setelah melakukan rangkaian kegiatan pelatihan, kegiatan dilanjutnya dengan proses pendampingan. Pendampingan dilaksanakan melalui bimbingan face to face secara berkelanjutan dalam perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajarannya di kelas. Pendampingan dilakukan di beberapa sekolah tempat guru-guru bersangkutan bertugas.

2.5 Rancangan Evaluasi

1. Prosedur dan Alat Evaluasi

Pada kegiatan P2M ini, Prosedur dan alat evaluasi yang digunakan dapat dilihat secara rinci pada gambar 3 di bawah ini.

Akhir Kegiatan

Pelaksanaan Kegiatan

Produk

Observasi, lesson study

Gambar 3. Prosedur dan Alat Evaluasi

Pada saat pelatihan, dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan kegiatan yang mencakup ketekunan dan keseriusan khalayak mitra dalam mengikuti kegiatan pelatihan. Instrumen yang dipergunakan adalah lembar observasi. Penilaian dilakukan terhadap aspek-aspek sikap dan aktivitas para guru TK yang mencirikan perilaku dan kemampuan mereka sebagai guru. Teknik

(16)

mengevaluasi perencanaan dan juga pelaksanaan pengajaran.

Pada akhir kegiatan, penilaian yang dilakukan adalah penilaian produk. Produk dari kegiatan ini adalah media boneka jari, perencanaan pembelajaran yang telah melalui proses bimbingan dan lesson study, serta video pelaksanaan pembelajaran.

2. Teknik Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan Program

Kemampuan peserta membuat boneka jari, merencanakan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna menggunakan boneka jari dianalisis secara deskriptif.

(17)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Kegiatan

Pelatihan pembuatan boneka jari dilaksanakan selama tiga hari di balai banjar desa Umeanyar kecamatan Seririt. Pembukaan pelatihan ini dihadiri oleh wakil dari ketua LPPM, ketua UPP kecamatan Seririt, dan Ketua Pengawas Kecamatan Seririt. Pembukaan dimulai pukul 10.00 pagi pada hari Sabtu tanggal 20 Mei 2016. Acara dimulai dengan pembukaan dari MC, berdoa, menyanyikan lagu Indonesia raya dan lagu Himne TK, dilanjutkan dengan sepatah dua patah kata dari Bapak Ketua UPP kecamatan Seririt, Pengawas, sambutan ketua pelaksana kegiatan, dan diakhiri dengan sambutan ketua LPPM yang sekaligus membuka acara.

Setelah upacara pembukaan, narasumber memaparkan materi tentang teori-teori yang berkaitan dengan pendidikan anak usia dini, teori tentang strategi pembelajaran yang menyenangkan untuk anak usia dini, dan cara pembuatan media boneka jari. Guru-guru TK ditambah para undangan dan tim pelaksana, mendengarkan dengan seksama dan sangat aktif dalam sesi tanya jawab.

Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan, dilakukan pula observasi guna mengamati ketekunan, keseriusan, kejujuran, serta tanggung jawab peserta pelatihan. Penilaian dilakukan dengan melihat aspek-aspek sikap peserta yang mencirikan perilaku dan kemampuan peserta. Dengan mengacu pada lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya, hasil observasi rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Hasil Observasi saat Pelatihan

No Aspek yang di observasi SS S KS TS STS

1 Ketekunan mendengarkan ceramah

yang disampaikan

90% 10%

2 Keseriusan dalam melakukan diskusi

tentang metode dan media

pembelajaran di TK

80% 20%

3 Kejujuran dalam mengemukakan

metode pembelajaran yang digunakan di TK

90% 10%

4 Keterbukaan dalam menerima

informasi baru

90% 10%

(18)

individunya, 80% sangat serius dalam melakukan diskusi tentang metode dan media pembelajaran di TK. Ada 90% guru yang dengan jujur mengemukakan metode pembelajaran yang digunakan kepada narasumber. Setelah mendapat pencerahan melalui materi yang disampaikan, 90% memiliki keterbukaan dalam menerima informasi baru, dan 90% juga terbuka dalam menerima masukan atas pertanyaan yang diajukan.

Keesokan harinya, para guru kembali untuk membuat boneka jari. Kegiatan didahului oleh penyerahan alat dan bahan kepada para kepala Sekolah TK. Para guru peserta pelatihan bekerja berkelompok dengan guru dari sekolah yang lokasinya berdekatan. Peserta bisa membuat boneka jari sesuai dengan kreativitas, keinginan, dan kebutuhan. Pada pertemuan ketiga, peserta diberikan materi tentang contoh-contoh kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna menggunakan media boneka jari, materi tentang lesson

study, dan diakhiri dengan simulasi kelompok.

Setelah melalui tiga hari pelatihan dan memiliki boneka jari, kegiatan pelatihan telah berakhir. Para guru TK telah berhasil membuat boneka jari dengan kreasi masing-masing. Berdasarkan hasil wawancara, dalam pembuatan boneka jari, guru-guru merasa terbantu dengan adanya pola yang diberikan oleh tim panitia. Pola tersebut berbentuk binatang, super hero, atau karakter tertentu yang terdiri dari tampak depan, tampak belakang, telinga, ekor, atau yang lainnya. Pola-pola tersebut bisa digunting dan dipakai untuk membuat bentuk pada kain sehingga para guru tinggal menggunting sesuai pola dan menjahitnya. Kain yang digunakan bisa kain perca ataupun kain flanel. Kain perca bisa diperoleh dari sisa kain tukang jahit, sehingga dalam pembuatan media ini secara tidak langsung guru memanfaatkan bahan-bahan yang tidak terpakai. Selain itu, hal yang dinilai positif oleh para guru adalah dalam pemilihan warna dan jenis kain, guru bisa berkreasi sehingga satu karakter bisa memiliki variasi warna yang berbeda. Sehingga satu pola untuk satu karakter bisa menjadi beberapa boneka jari dengan variasi dan kombinasi warna yang berbeda.

Adapun kesulitan yang dialami para guru dalam pembuatan boneka jari adalah pada saat memotong dan menjahit. Pada saat memotong pola guru harus berhati-hati karena boneka jari ini berukuran kecil dan bentuknya harus sesuai pola. Selain itu, para guru memerlukan waktu yang cukup untuk menjahitnya sehingga tampak rapi dan cantik. Dengan kesabaran, kerja sama, dan sambil bersenda gurau, kegiatan memotong dan menjahit dapat terlaksana dengan lancar.

Setelah menyelesaikan boneka jari, langkah selanjutnya dari kegiatan P2M ini adalah pendampingan ke sekolah-sekolah. Pendampingan dilakukan untuk mengetahui bagaimana para guru TK mengajar menggunakan media boneka jari yang telah dibuatnya. Pendampingan pertama dilakukan di TK kelompok satu. Ibu guru bercerita menggunakan boneka jari dengan

(19)

karakter ayah, ibu, kakak, dan adik. Ibu guru memulai dengan bangun pagi, mandi, sampai pergi ke sekolah. Kegiatan bercerita juga diselingi dengan bernyanyi lagu “Bangun Tidur Kuterus Mandi, dan lagu “Satu-Satu Aku Sayang Ibu”. Penanaman karakter dilakukan dengan menekankan bahwa anak-anak tidak boleh nangis saat bangun pagi, harus belajar mandiri, belajar mandi sendiri dan berpakaian sendiri. Anak-anak sebaiknya sarapan sebelum berangkat ke sekolah karena sarapan sangat penting bagi tubuh. Saat pembelajaran, dilakukan pula tanya jawab mengenai nama ayah, ibu, dan saudara mereka. Ditekankan pula anak-anak harus hormat kepada orang tua, dan sayang kepada saudara, tidak boleh berantem. Berdasarkan observasi, anak-anak sangat senang dan antusias diajar dengan media boneka jari.

Kelompok dua mengajar dengan materi warna dan bentuk. Dengan media boneka jari, anak-anak diajak untuk mengenali warna-warna di tiap boneka jari serta bentuk dari mata, telinga, dan lainnya. Kegiatan pembelajaran divariasikan dengan menyanyikan lagu “Pelangi” dan mengaitkan warna pelangi dengan warna boneka jari yang diajarkan, dan lagu “Jari-jariku” dimana anak-anak membuat bentuk dari jari telunjuk dan jempol, dan mengaitkan dengan bentuk-bentuk yang ada pada boneka jari.

Kelompok tiga menggunakan boneka jari dengan bentuk binatang untuk memperkenalkan nama, warna, dan suara binatang. Misalnya, dengan boneka jari berbentuk sapi, anak-anak diminta menyebutkan warna sapi pada boneka jari, warna sapi yang mereka lihat di kehidupan nyata, dan menirukan suaranya. Anak-anak juga diarahkan bahwa sapi memproduksi susu dan susu baik untuk kesehatan. Dengan menyebutkan “Makanan 4 Sehat 5 Sempurna”, anak-anak belajar bahwa susu adalah salah satu minuman yang sehat selain bahan makanan lain, sehingga sangat perlu mengkonsumsi makanan yang seimbang. Contoh lain adalah boneka jari singa. Anak-anak diajak mengenal binatang buas yang tidak ada di lingkungan sekitar mereka. Mereka bisa melihat binatang buas di kebun binatang.

Lain halnya dengan kelompok empat. Ibu guru mengajak anak-anak untuk kedepan untuk memperkenalkan diri dan karakter boneka jari yang dimainkannya. Anak-anak sangat antusias untuk kedepan, memasukkan boneka jari ke jari telunjuk mereka, kemudian memperkenalkan diri dengan singkat dan memperkenalkan karakter yang dimainkannya. Contohnya, “Halo, saya seekor gajah, lihat, saya sangat besar, saya punya belalai.” Anak lain maju dan memperkenalkan diri “Halo teman-teman, saya seekor anjing, guk..guk.., saya berwarna coklat, saya punya ekor.” dsb. Kegiatan ini melatih keberanian anak untuk berbicara

(20)

Kelompok lima meminta anak-anak untuk melakukan percakapan sederhana dengan boneka jari. Dua anak maju, menyelipkan boneka jari pada jari telunjuk mereka, lalu bercakap-cakap. Contohnya, boneka jari jerapah dan kucing bertemu.

A: “Halo, apa kabar jerapah?”

B:“Halo kucing, aku baik, kamu bagaimana?” A: “Aku baik juga. Jerapah, kamu suka main apa?” B: “Aku suka main bola. Kamu suka main apa?” A: “ Hmmm.. Aku suka main game.”

Kegiatan ini melatih anak untuk memulai percakapan dan berkomukikasi dengan cara melakukan tanya jawab yang sederhana dengan arahan dari guru.

(21)

BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan

Pelatihan pembuatan media boneka jari perlu dilakukan untuk guru-guru di kecamatan Seririt. Dengan pelatihan ini, para guru yang bekerja sama dalam kelompok berhasil membuat boneka jari yang bervariasi. Dengan bantuan pola karakter boneka jari, mereka menuangkan kreativitasnya sehingga menghasilkan beberapa boneka jari yang memiliki pola sama namun memiliki variasi warna dan jenis kain yang berbeda. Pada saat pendampingan pelaksanaan pembelajaran di TK dengan menggunakan boneka jari yang telah dibuat, dapat disimpulkan bahwa anak-anak sangat antusias dan tertarik dengan boneka jari yang dipakai. Pembelajaran dilakukan dengan menyenangkan dan tetap menekankan aspek sosial dan bahasa saat bercakap-cakap, aspek pengetahuan, saat mengenali bentuk, dan warna, dan aspek moral.

4.2 Saran

Berdasarkah hasil pelatihan dan pendampingan penggunaan boneka jari sebagai media dalam pembelajaran di TK, disarankan kepada para guru TK untuk membuat boneka jari dengan versi yang lebih banyak lagi. Para guru dapat menggunakan sisa kain untuk diubah menjadi boneka jari yang menarik. Selain itu, dapat pula melibatkan anak TK dalam proses pembuatan boneka jari dan penggunaannya dalam pembelajaran di kelas.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Amiliya, R.; Wilson; Y. Solfiah. 2014. Pengaruh Bercerita Dengan Media Boneka Jari

Berbahan Origami Terhadap Kemampuan Menyimak Anak Usia 4-5 Tahun di TK Angrek Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar. Artikel online pada laman

https://eprints.uns.ac.id/

Bhakti, C. P.; S. U. N. Hasan;W. Indriyani. 2015. Boneka Jari Sebagai Media untuk

Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak Usia Sekolah Dasar. Artikel online pada

laman https://eprints.uns.ac.id/

Marlinda, N. L. D.; I N. Wirya; L. A. Tirtayani. 2014. Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Boneka Jari Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan Anak Usia Dini. e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha, 2 (1). Masitoh. (2005). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Mufida, D. E. 2013. Metode Bercerita Dengan Media Boneka Tangan Untuk

Mengembangkan Kemampuan Sosial Emosional Anak Kelompok B di TK Aisiyah Bustanul Athfal II Babat Lamongan. Artikel online pada laman https://eprints.uns.ac.id/

Mumtahanah, N. (2014). Penggunaan Media Visual dalam Pembelajaran PAI. AL HIKMAH.

Jurnal Studi Keislaman. 4(1). 91-104

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58, 2009 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 146, 2014

(23)

Daftar Hadir

(24)
(25)
(26)
(27)
(28)

Peta Lokasi

Kecamatan seririt berada 22 km ke arah barat dari kota Singaraja. Perjalanan dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor sekitar 38 menit.

Gambar

Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pemecahan Masalah P2M BAB II
Gambar 2. Metode Kegiatan P2M
Tabel 3.1 Hasil Observasi saat Pelatihan

Referensi

Dokumen terkait

Dicabut oleh Menteri Keuangan berdasarkan usul dari Menteri/Pimpinan Lembaga sesuai dengan kewenangannya apabila BLU yang bersangkutan sudah tidak memenuhi persyaratan

Adapun simpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku berisiko ibu dengan kejadian infeksi VHB pada ibu hamil, tidak terdapat hubungan

Pada umur 4 dan 6 minggu efisiensi penggunaan protein ransum tidak dipengaruhi kandungan protein ransum, namun pada umur 12 minggu, ternak memanfaatkan ransum dengan pola protein

Berdasarkan atas hasil beberapa peneliti terdahulu maka peneliti akan melakukan penelitian kembali mengenai pajak, mekanisme bonus dan tunneling incentive terhadap

Nilai relasional yang terkandung dalam fitur-fitur gramatika tersebut digunakan oleh seluruh partisipan seminar (moderator, pemrasaran, pembanding utama, dan

pembentukan kelompok komunitas dan kelompok dukungan sebaya untuk Odha; memberi dukungan dan sumber daya untuk menentukan kesiapan komunitas untuk akses layanan perawatan dan

itu berkenaan dengan pembicaraan tentang berbagai cara untuk menyelesaikan masalah, harus memiliki sikap yang baik dalam menghadapi masalah dan mampu mengatasi berbagai

Tuntutan pekerja memiliki posisi yang kurang beruntung dibanding kreditor lainnya (yang juga diakui oleh pengadilan bahwa ada kreditor lain yang lebih diutamakan); WRC dan