• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLA JURNAL DENTINO. Pelindung : Prof. Dr. dr. H. Ruslan Muhyi, Sp. A (K) (Dekan Fakultas Kedokteran Unlam)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLA JURNAL DENTINO. Pelindung : Prof. Dr. dr. H. Ruslan Muhyi, Sp. A (K) (Dekan Fakultas Kedokteran Unlam)"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Vol II. No 2. September 2014 ISSN : 2337-5310

DENTINO

JURNAL KEDOKTERAN GIGI

Terbit setiap Maret dan September

PENGELOLA JURNAL DENTINO

Pelindung :

Prof. Dr. dr. H. Ruslan Muhyi, Sp. A (K)

(Dekan Fakultas Kedokteran Unlam)

Pembina :

Dr. dr. H. Zairin NH, Sp.OT (K), MM, SPINE, FICS

(Pembantu Dekan I - Fakultas Kedokteran Unlam)

dr. H. Syamsul Arifin, M.Pd

(Pembantu Dekan II - Fakultas Kedokteran Unlam)

dr. H. Iwan Aflanie, Sp.F, M.Kes

(Pembantu Dekan III - Fakultas Kedokteran Unlam)

Penasehat :

Dr. drg. H. RosihanAdhani, S.Sos., MS

(Ketua Program Studi Kedokteran Gigi - Fakultas Kedokteran Unlam)

Ketua :

drg. Maharani Laillyza Apriasari, Sp.PM

(Program Studi Kedokteran Gigi - Fakultas Kedokteran Unlam)

Sekretaris :

drg. Nurdiana Dewi, M.D.Sc

(Program Studi Kedokteran Gigi - Fakultas Kedokteran Unlam)

Penyunting :

drg. Maharani L.A., Sp.PM (Oral Medicine - Fakultas Kedokteran Unlam); drg. Didit

Aspriyanto (Pedodonsia - Fakultas Kedokteran Unlam); drg. Amy Nindia C. (Biologi Oral -

Fakultas Kedokteran Unlam); drg. Nurdiana Dewi, M.D.Sc. (Biologi Oral - Fakultas

Kedokteran Unlam); drg. Deby Kania T.P. (Konservasi - Fakultas Kedokteran Unlam); drg.

M.Y. Ichrom N., Sp KG (Konservasi - Fakultas Kedokteran Unlam); drg. Bayu Indra

Sukmana (Bedah Mulut - Fakultas Kedokteran Unlam); drg. Widodo (Ortodonsia - Fakultas

Kedokteran Unlam); drg. Fajar D.K., Sp Orto (Ortodonsia - Fakultas Kedokteran Unlam);

Dr. drg. H. Rosihan Adhani, MS (Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat - Fakultas Kedokteran

Unlam); drg. Cholil, M.Kes.M.M (Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat - Fakultas Kedokteran

Unlam); drg. Debby Saputera, Sp. Prosto (Prostodonsia - Radiologi - Fakultas Kedokteran

Unlam); drg. I Wayan Arya K.F (Prostodonsia - Radiologi - Fakultas Kedokteran Unlam) ;

drg. Beta Widya Oktiani (Periodonsia - Fakultas Kedokteran Unlam)

Administratif :

Hastin Atas Asih, AMKg

(3)

Vol II. No 2. September 2014 ISSN : 2337-5310

DENTINO

JURNAL KEDOKTERAN GIGI

DAFTAR ISI

1.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Wanita Hamil Dengan Perilaku Kesehatan Gigi

Dan Mulut Di Poli Kandungan RSUD Banjarbaru

Muhsinah, Emma Yuniarrahmah, Bayu Indra Sukmana

….……….

110-114

2.

Prevalensi Penyakit Periodontal Pada Perokok Di Lingkungan Batalyon Infanteri

621/Manuntung Barabai Hulu Sungai Tengah

Zuhda Febrina Ramadhani, Deby Kania Tri Putri, Cholil

………

115-119

3.

Perbandingan efektivitas pasta gigi herbal dengan Pasta gigi non herbal terhadap

penurunan indeks plak Pada siswa SDN angsau 4 pelaihari

Rizki Yulita Rahmah, Priyawan Rachmadi, Widodo

………..………

120-124

4.

Perbandingan Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanol Jahe Putih Kecil (Zingiber

Officinale Var. Amarum) 30% Dengan Chlorhexidine Glukonat 0,2% Terhadap

Candida Albicans In Vitro

Haluanry Doane Santoso, Lia Yulia Budiarti, Amy Nindya Carabelly ……….

125-129

5.

Frekuensi Susunan Gigi Tidak Berjejal Dan Berjejal Rahang Bawah Pada Bentuk

Lengkung Narrow Rahang Bawah

Puteri Islami Savitri, Priyawan Rachmadi, Widodo ………

130-133

6.

Deskripsi Gigi Impaksi Molar ke tiga Rahang Bawah Di RSUD Ulin Banjarmasin

Tinjauan pada bulan juni-agustus 2013

Nida Amalia, Siti Kaidah, Widodo ………..…..

134-137

7.

Gambaran Pola Kehilangan Gigi Sebagian Pada Masyarakat

Desa Guntung Ujung Kabupaten Banjar

Muhammad Fauzan Anshary, Cholil, I Wayan Arya ……….………

138-143

8.

Efektivitas Metode Peragaan Dan Metode Video Terhadap Pengetahuan

Penyikatan Gigi Pada Anak Usia 9-12 Tahun di SDN Keraton 7 Martapura

Amelia Nurfalah, Emma Yuniarrahmah, Didit Aspriyanto

…..……..………..

144-149

9.

Efektivitas Menyikat Gigi Metode Horizontal, Vertical Dan Roll Terhadap

Penurunan Plak Pada Anak Usia 9-11 Tahun

Destiya Dewi Haryanti, Rosihan Adhani, Didit Aspriyanto, Ike Ratna Dewi

… 150-154

10. Tingkat nursing mouth caries anak 2-5 tahun Di puskesmas cempaka banjarmasin

Nadya Novia Sari, Rosihan Adhani, Didit Aspriyanto, Teguh Hadiyanto ……

155-161

11. Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica Papaya) 100% Terhadap Waktu

Penyembuhan Luka

Eka Oktavia Ruswanti, Cholil, Bayu Indra Sukmana ……….…….

162-166

12. Efektivitas Penggunaan Infusum Daun Sirih (Piper Betle Linn) 50% dan 100%

Sebagai Obat Kumur Terhadap Peningkatan Ph Dan Volume Saliva

Dea Raissa Pratiwi, Deby Kania Tri Putri, Siti Kaidah ..……….

167-173

13. Gambaran Perawatan Saluran Akar Gigi Di Poli Gigi RSUD Ulin Banjarmasin

(4)

14. Perbandingan Efektifitas Obat Kumur Bebas Alkohol Yang Mengandung

Cetylpyridinium Chloride Dengan Chlorhexidine Terhadap Penurunan Plak

Dian Novita Sari, Cholil, Bayu Indra Sukmana ………..……….

179-183

15. Gambaran Klinis Xerostomia Pada Wanita Menopause Di Kelurahan Sungai

Paring Kecamatan Martapura

Raudah, Maharani Laillyza Apriasari, Siti Kaidah ……….………...

184-188

16. Tingkat Kebutuhan Perawatan Periodontal Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru

Rona Permata Sari Y. H. Zein, Priyawan Rachmadi, Deby Kania Tri Putri …

189-195

17. Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakaian Protesa Dengan Pemakaian Protesa

Di RSUD Ulin Banjarmasin

Nadya Pramasanti, Rosihan Adhani, Bayu Indra Sukmana

…...………...

196-199

18. Insidensi Karies Gigi Pada Anak Usia Prasekolah Di TK Merah Mandiangin

Martapura Periode 2012-2013

Mirna Dara Mustika, Amy N. Carabelly, Cholil

………

200-204

19. Perbandingan Perubahan Warna Heat Cured Acrylic Basis Gigi Tiruan Yang

Direndam Dalam Klorheksidin Dan Effervescent (Alkaline Peroxide)

Yordan Kangsudarmanto, Priyawan Rachmadi, I Wayan Arya KF ………...

205-209

20. Uji Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Batang Pisang Mauli (Musa Sp) Terhadap Sel

Fibroblas BHK (Baby Hamster Kidney) 21

Maharani Laillyza Apriasari, Rosihan Adhani, Diah Savitri...

210-214

(5)

DENTINO

JURNAL KEDOKTERAN GIGI

Vol II. No 2. September 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA HAMIL DENGAN PERILAKU

KESEHATAN GIGI DAN MULUT

DI POLI KANDUNGAN RSUD BANJARBARU

Muhsinah, Emma Yuniarrahmah, Bayu Indra Sukmana

Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

ABSTRACT

Background: Pregnant women are one of the group whose oral health vulnerable to oral disease. The

research have claimed that level of knowledge, attitudes, and behavior of pregnant women can affect their dental oral health. Some dental oral problem that can occur in pregnant women are pregnancy gingivitis, periodontitis pregnancy, pregnancy tumor, dental erosion, dental caries and teeth mobility. Purpose: The purpose of this research was to determine the correlation between knowledge level of pregnant women with dental oral health behaviors in obstetric and gynecology polyclinic of RSUD Banjarbaru. Methods: This study used quantitative methods. Samples were taken by purposive sampling method with total 60 pregnant women. Results: The categorization result of dental oral health knowledge in obstetric and gynecology polyclinic of RSUD Banjarbaru were obtained that there was no subject (0%) that in low category, 53 person subject (88,33%) in moderate category and 7 person subject (11,67%) in high category. The categorization result of dental oral health behavior in obstetric and gynecology polyclinic of RSUD Banjarbaru were obtained that there was no subject (0%) that in bad category, 44 person subject (73,33%) in moderate category and 16 person subject (26,67%) in good category. The correlation knowledge level of pregnant women with dental and oral health behaviors with Spearman statistical test were obtained p value = 0.029 (p <0.05). Conclusion: Based on the results of this study concluded that there was a significant correlation between knowledge level of pregnant women and dental oral health behavior.

Keywords : pregnant women, knowledge, behavior, dental and oral disease ABSTRAK

Latar Belakang: Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan akan penyakit gigi dan

mulut. Beberapa penelitian menyatakan bahwa tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku wanita hamil dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut. Adapun efek kehamilan pada kesehatan rongga mulut, antara lain: gingivitis kehamilan, periodontitis kehamilan, tumor kehamilan, erosi gigi, karies gigi, dan mobilitas gigi.

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat pengetahuan wanita hamil dengan perilaku

kesehatan gigi dan mulut di poli kandungan RSUD Banjarbaru. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Sampel diambil dengan metode purposive sampling sebanyak 60 orang wanita hamil. Hasil: Hasil kategorisasi pengetahuan kesehatan gigi dan mulut wanita hamil di poli kandungan RSUD Banjarbaru didapatkan tidak ada subjek (0%) berada pada kategori rendah, 53 orang subjek (88,33%) kategori sedang dan 7 orang subjek (11,67%) berada pada kategori tinggi. Hasil kategorisasi perilaku kesehatan gigi dan mulut wanita hamil di poli kandungan RSUD Banjarbaru didapatkan tidak ada subjek (0%) berada pada kategori buruk, 44 orang subjek (73,33%) kategori sedang dan 16 orang subjek (26,67%) berada pada kategori baik. Hubungan tingkat pengetahuan wanita hamil dengan perilaku kesehatan gigi dan mulut diperoleh nilai p=0,029 (p<0,05). Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan wanita hamil dengan perilaku kesehatan gigi dan mulut.

Kata-kata kunci: wanita hamil, pengetahuan, perilaku, penyakit gigi dan mulut

Korespondensasi: Muhsinah, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Veteran 128B, Banjarmasin 70249, Kalimantan Selatan, e-mail: muhsinah.m3s2@yahoo.co.id

Laporan Penelitian

110

(6)
(7)

PENDAHULUAN

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, 60% penduduk Indonesia menderita penyakit gigi dan mulut, dan salah satunya adalah penyakit periodontal sebesar 87,84%.1 Menurut Riskesdas tahun 2007, penduduk

bermasalah gigi dan mulut di Provinsi Kalimantan Selatan 29,2% dan khusus untuk kota Banjarbaru yang mengalami masalah gigi dan mulut sebesar 15,9%.2 Peningkatan prevalensi ini terjadi seiring

dengan meningkatnya usia dan gejala yang dijumpai pada seluruh populasi, dan salah satu kelompok yang rentan terhadap masalah ini adalah kelompok wanita hamil. Kehamilan adalah suatu proses alamiah, yang melibatkan perubahan fisiologi, anatomi dan hormonal. Efek perubahan hormonal pada wanita hamil akan mempengaruhi hampir semua sistem organ, termasuk rongga mulut.1,3

Beberapa studi menyatakan bahwa efek perubahan hormonal akan mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut wanita hamil, 27-100% wanita hamil mengalami gingivitis dan 10% mengalami granuloma piogenik. Lesi mukosa oral lebih sering terjadi pada wanita hamil daripada wanita yang tidak hamil.4 Penelitian yang dilakukan Apriasari

dan Hasbullah. di poli kebidanan RSUD Banjarbaru tahun 2012, melaporkan wanita hamil dengan gingivitis gravidarum 30,2 % dan epulis gravidarum 7,5 % dari 53 wanita hamil.5 Pada

penelitian Wirawan pada tahun 2012 di RSUD Banjarbaru, dilaporkan prevalensi gingivitis pada wanita hamil sebesar 40,5% dari total 42 wanita hamil.6 Hal ini disebabkan karena perubahan

hormonal dan vaskular yang menyertai dengan kehamilan akan memperberat respon gingiva terhadap plak bakteri. Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut akan mengurangi insidensi gingivitis selama kehamilan.4,7 Menurut penelitian yang

dilakukan Santoso dkk. tahun 2009, penyakit periodontal seperti gingivitis yang tidak dirawat pada wanita hamil merupakan salah satu faktor resiko bayi berat badan lahir rendah (BBLR) kurang bulan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa responden dengan kebersihan mulut kurang, mempunyai risiko 2,55 kali melahirkan bayi BBLR kurang bulan dibandingkan dengan responden dengan kebersihan mulut baik.8

Pada penelitian terhadap 320 wanita hamil di Iran tahun 2008 didapatkan hanya 5,6% sampel yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, 30% sampel yang bersikap baik terhadap kesehatan dan 34,4% sampel yang memiliki perilaku kesehatan yang baik (3). Hasil penelitian Diana di Indonesia tahun 2009 menyebutkan bahwa hanya sedikit (38%) wanita hamil yang mengetahui hubungan antara kehamilan dengan kesehatan gigi dan mulut. Selebihnya (43%) wanita hamil menjawab tidak ada hubungan antara kehamilan

dengan kesehatan gigi dan mulut. Seluruh wanita hamil pada penelitian ini, semuanya tidak ada yang mengubah cara membersihkan dan memelihara kesehatan gigi dan mulut.9 Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan dan perilaku wanita hamil terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Kurangnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut akan menyebabkan terjadinya penyakit gigi dan mulut.3Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengetahuan wanita hamil mengenai kesehatan gigi dan mulut, mengetahui perilaku kesehatan gigi dan mulut dan mengetahui hubungan tingkat pengetahuan wanita hamil dengan perilaku kesehatan gigi dan mulut.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Poli Kandungan RSUD Banjarbaru pada bulan Juli-Agustus 2013. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita hamil yang datang ke poli kandungan RSUD Banjarbaru pada bulan Juli-Agustus 2013. Pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Sampling. Sampel yang digunakan adalah 60 orang wanita hamil yang berkunjung pada periode Juli-Agustus 2013. Kriteria inklusi dalam penelitan ini adalah wanita hamil pengunjung Poli Kandungan RSUD Banjarbaru dan wanita hamil yang bersedia mengisi kuesioner.

Instrumen (alat ukur) yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Jumlah item yang telah dinyatakan valid dan reliabel untuk tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut wanita hamil sebanyak 20 item dan jumlah item untuk perilaku kesehatan gigi dan mulut wanita hamil 24 item. Penilaian skala pengetahuan dan perilaku menggunakan pengukuran skala Likert, yang dimodifikasi menjadi empat alternatif jawaban. Skor untuk pernyataan positif adalah SS=3, S=2, TS=1, STS=0, sedangkan skor pernyataan negatif SS=0, S=1, TS=2, STS=3.

Alat ukur diuji validitas dan reliabilitas sebelum penelitian. Uji validitas alat ukur skala pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dan perilaku kesehatan gigi dan mulut pada penelitian ini menggunakan Corrected Item- Total Correlation dan uji reliabilitas skala pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dan perilaku kesehatan gigi dan mulut menggunakan Alpha Cronbach. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan dengan bantuan program komputer. Subjek penelitian mengisi informed concent sebelum mengisi kuesioner. Pengisian kuesioner oleh subjek didampingi oleh peneliti. Kuesioner yang terkumpul kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan wanita hamil dengan perilaku Rifdayani : Perbandingan Efek Bakterisidal Ekstrak Mengkudu

(8)

112

kesehatan gigi dan mulut di poli kandungan RSUD Banjarbaru menggunakan uji kolerasi Spearman.

HASIL PENELITIAN

Hasil kategorisasi data variabel pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dan variabel perilaku kesehatan gigi dan mulut dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Kategorisasi Data Variabel Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut

Berdasarkan kategorisasi pada Gambar 1, maka didapatkan tidak ada subjek (0%) yang memiliki pengetahuan kesehatan gigi dan mulut berada pada kategori rendah, 53 orang subjek (88,33%) memiliki pengetahuan kesehatan gigi dan mulut kategori sedang dan 7 orang subjek (11,67%) memiliki pengetahuan kesehatan gigi dan mulut berada pada kategori tinggi. Pengetahuan dikategorikan rendah jika skor (x ≤ 24,95), sedang jika skor (24,95< x ≤47,97), dan tinggi jika skor nilainya (35,05≤ x).

Gambar 2. Kategorisasi Data Variabel Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut

Berdasarkan kategorisasi pada Gambar 2, maka didapatkan tidak ada subjek (0%) memiliki perilaku kesehatan gigi dan mulut berada pada kategori buruk, 44 orang subjek (73,33%) memiliki perilaku kesehatan gigi dan mulut kategori sedang dan 16 orang subjek (26,67%) memiliki perilaku kesehatan gigi dan mulut berada pada kategori baik. Perilaku dikategorikan buruk jika skor (x ≤ 25,03), sedang jika skor (25,03< x ≤47,97), dan tinggi jika skor nilainya (47,97≤ x).

Hasil uji normalitas menggunakan

Kolmogorov-Smirnov Test untuk pengetahuan

sebesar 0,001 (p<0.05) dan perilaku 0,033 (p<0,05). Disimpulkan bahwa data pada variabel pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dan perilaku kesehatan gigi dan mulut tidak berdistribusi normal. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman karena data tidak berdistribusi normal. Hasil analisis Spearman (r) menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat pengetahuan wanita hamil dengan perilaku kesehatan gigi dan mulut sebesar r = 0,283 dengan p = 0,029 (p<0,05). Data menunjukan adanya arah yang positif (nilai r positif) yang berarti semakin tinggi pengetahuan wanita hamil maka semakin baik perilaku kesehatan gigi dan mulut. rendahnya pengetahuan wanita hamil akan diikuti perilaku kesehatan gigi dan mulut yang buruk pula.

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan wanita hamil dengan perilaku kesehatan gigi dan mulut di Poli Kandungan RSUD Banjarbaru. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Notoatmodjo tahun 2007 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan perilaku seseorang. Penelitian Hajikazemi pada tahun 2008, juga menunjukan adanya kolerasi antara pengetahuan dengan perilaku kesehatan gigi dan mulut. Perilaku mulai dibentuk dari pengetahuan atau ranah (domain) kognitif. Subjek atau individu mengetahui rangsangan yang berupa materi atau objek dari luar dirinya, kemudian terbentuk pengetahuan baru. Pengetahuan baru ini akan menimbulkan tanggapan batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahuinya. Setelah rangsangan diketahui dan disadari sepenuhnya, akan timbul tanggapan lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap rangsangan. Pada kenyataannya, rangsangan yang diterima subjek dapat langsung menimbulkan tindakan terhadap rangsangan. Artinya seseorang tidak harus mengetahui makna dari rangsangan terlebih dahulu, dengan kata lain untuk bertindak tidak harus dilandasi dengan pengetahuan dan sikap terlebih dahulu. Hal itu didukung oleh beberapa penelitian mengenai pengetahuan dan perilaku.3,10,11

Perilaku yang dilandasi oleh pengetahuan lebih langgeng dibandingkan yang tanpa dilandasi pengetahuan. Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui pendidikan kesehatan gigi dan mulut. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: usia, intelegensi, lingkungan, sosial budaya, pendidikan, informasi dan pengalaman. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.11

Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. Maret 2014 : 102 - 109

Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 1. Maret 2014 : 102 - 109

(9)

113

Banyak orang yang keliru memilih cara pengobatan yang tepat, disebabkan mereka tidak tahu tentang penyebab penyakit dan upaya pencegahannya. Pengetahuan yang rendah terhadap kesehatan gigi dan mulut dapat menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit gigi dan mulut. Pada kenyataannya, informasi yang diterima subjek dapat langsung menimbulkan tindakan terhadap rangsangan itu. Artinya wanita hamil tidak harus mengetahui makna dari rangsangan itu terlebih dahulu untuk melakukan suatu tindakan. Perilaku kesehatan gigi dan mulut wanita hamil merupakan respon terhadap stimulus yang berhubungan dengan konsep sehat, sakit dan penyakit.11,12

Hubungan perilaku yang berupa tindakan dengan pengetahuan, kepercayaan dan persepsi dijelaskan oleh Rosenstock pada tahun 1974 dalam

Health Belief Model bahwa kepercayaan seseorang

terhadap timbulnya penyakit dan potensi penyakit, akan menjadi dasar seseorang melakukan tindakan pencegahan atau pengobatan terhadap penyakit tersebut. Pada saat hamil gigi menjadi mudah mengalami kerusakan, ibu hamil dapat melakukan pencegahan dengan mengosok gigi minimal 2 kali sehari, berkumur-kumur sehabis muntah dan kontrol ke dokter gigi minimal 1 kali selama masa kehamilan.11 Upaya agar masyarakat berperilaku

atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan ajakan, pemberian informasi, memberikan kesadaran dan sebagainya. Dampak yang timbul dari cara ini terhadap perubahan perilaku masyarakat terutama wanita hamil akan memakan waktu lama, namun bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat maka perilaku sehat selama hidup dilakukan.13

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan wanita hamil dengan perilaku kesehatan rongga mulut di Poli Kandungan RSUD Banjarbaru. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan tenaga kesehatan mengenai pentingnya kesehatan gigi dan mulut pada masa kehamilan, supaya wanita hamil tidak hanya memperhatikan janin yang ada pada kandungannya tetapi juga memperhatikan kesehatan tubuh termasuk kesehatan gigi dan mulut. Pada umumnya kehamilan berhubungan dengan rongga mulut, karena apabila kesehatan rongga mulut tidak diperhatikaan pada masa kehamilan maka akan terjadi kelainan-kelainan rongga mulut seperti gingivitis kehamilan, periodontitis, epulis gravidarum, karies, dan bayi lahir BBLR akibat terjadinya ketidakseimbangan hormon wanita dan adanya faktor-faktor iritasi lokal dalam rongga mulut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ekaputri N dan Sjahruddin FLD. Hubungan perilaku wanita hamil dalam membersihkan gigi dan mulut dengan kedalaman poket periodontal selama masa kehamilan. M I Kedokteran Gigi. 2005; 62: 90-2.

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Kalimantan Selatan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. p. 116,119.

3. Hajikazemi E, Fateme O, Shoaleh HM, Soghra N, and Hamid H. The relationship between knowledge, attitude, and practice of pregnant women about oral and dental care. Euro J, 2008; 24 (4): 556-61.

4. Sarifakioglu E, Gunduz C, and Gorpelioglu. Oral mucosa manifestations in 100 pregnant versus non-pregnant patients: an epidemiological observational study (abstract). EDJ. 2006; 16 (6): 674.

5. Apriasari, ML dan Irnamanda DH. Prevalensi gingivitis dan epulis gravidarum pada wanita hamil trimester ke tiga di RSUD Banjarbaru (Januari-Juni 2012). Dentino. 2013;1(3): 129-125

6. Wirawan, P. Prevalensi gingivitis pada wanita hamil di rumah sakit umum daerah Banjarbaru bulan Juni-Agustus 2012. Skripsi. Banjarmasin: FK Unlam.2012. p.26

7. Habashneh, Guthmiller JM, Levy S, Jonhson GK, Sequier C, Dawson DV, and Fang Q. Factors related to utilization of dental services during pregnancy. J Clin Periodontal, 2005; 32(7): 815-6.

8. Santoso O, Wildam ASR dan Dwi Retroningrum. Hubungan kebersihan mulut dan gingivitis ibu hamil terhadap kejadiaan bayi berat badan lahir rendah kurang bulan di RSUP Dr. Kariadi Semarang dan jejaringanya. Media Medika Indonesiana. 2009; 43: 288-293.

9. Diana, D. Pengetahuan, sikap, dan perilaku wanita hamil pengunjung poli ibu hamil (PIH) RSUD dr. Pirngadi Medan terhadap kesehatan gigi dan mulut selama masa kehamilan periode November-Desember 2009. Skripsi. Medan: FKG USU. 2009. p: 42-47.

10. Kholid, A. Promosi kesehatan: dengan pendekatan teori perilaku, media dan aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2012. p. 17-26.

11. Notoatmodjo S,1900 dalam Budiharto. Pengantar ilmu perilaku kesehatan dan pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: EGC. 2010. p. 1-2,6,7,24.

Muhsinah : Hubungan Tingkat Pengetahuan Wanita Hamil

(10)

114

12. Hasibuan, S. Perawatan dan pemeliharaan kesehatan gigi-mulut pada masa kehamilan. Medan: USU digital library. 2004. p.1-6. 13. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2003.p.13.

(11)

115

DENTINO

JURNAL KEDOKTERAN GIGI

Vol II. No 2. September 2014

PREVALENSI PENYAKIT PERIODONTAL PADA PEROKOK DI LINGKUNGAN

BATALYON INFANTERI 621/MANUNTUNG BARABAI HULU SUNGAI TENGAH

Zuhda Febrina Ramadhani, Deby Kania Tri Putri, Cholil

Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

ABSTRACT

Background: Periodontal disease is a periodontal tissues disease of the teeth characterized by the

presence of inflammatory gingival, periodontal pockets, and gingival recession. Plaque, calculus and bacteria accumulation is a major cause of periodontal disease, while the predisposing factors are smoking, stress, and alcohol. Smoking can cause damage of periodontal tissues and affect to the salivary antibodies (IgA) against the bacteria causing neutralize disruption the bacteria in the mouth. The heat from the burning cigarette can cause vascularization disruption and secretion of salivary. Cigarettes contain danger toxic that interfere with health.

Purpose: This study was to determine the prevalence of periodontal disease of smokers in the infantry battalion

621/manuntung Barabai, Hulu Sungai Tengah. Methods: This study was an observational descriptive study obtained from the history and clinical examination of the teeth 16, 21, 24, 36, 41, 44 and account with Periodontal disease index method. Screening was done to 45 samples that have been adapted to the inclusion criteria. Results: The results were obtained as 16 people or 35,6% were normal, 27 people or 60% with gingivitis, and 2 people or 4,4% with periodontitis. Based on the group of age at 20-30 years old was high gingivitis which is 46,7% (21 people), while the condition periodontitis in the group of age at 30-40 years old 4,4% (2 people). Conclusion: The research concluded the prevalence of periodontal disease of smoker in the infantry batalyon 621/Manuntung Barabai, Hulu Sungai Tengah more gingivitis than periodontitis.

Keywords: prevalence, periodontal disease, smoking, periodontal disease index ABSTRAK

Latar Belakang: Penyakit periodontal adalah suatu penyakit pada jaringan pendukung gigi yang

ditandai dengan adanya inflamasi gingiva, poket periodontal, dan resesi gingival. Plak, akumulasi kalkulus dan bakteri merupakan penyebab utama terjadinya penyakit periodontal, sedangkan faktor predisposisinya yaitu merokok, stres, dan mengkonsumsi alkohol. Merokok dapat menyebabkan kerusakan periodontal. merokok dapat mempengaruhi antibodi dalam saliva (IgA) terhadap bakteri sehingga terjadi gangguan dalam menetralisir bakteri di dalam mulut. Panas yang ditimbulkan dari pembakaran rokok dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi dan sekresi saliva. Kandungan yang terdapat di dalam rokok mengandung toksik yang berbahaya yang mengganggu kesehatan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi penyakit periodontal pada perokok di lingkungan batalyon infanteri 621/Manuntung Barabai, Hulu Sungai Tengah.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional yang diperoleh dari hasil anamnesa dan

pemeriksaan klinis pada gigi 16, 21, 24, 36, 41, 44 dan dihitung dengan indeks penyakit periodontal. Pemeriksaan ini dilakukan pada 45 sampel yang sudah disesuaikan dengan kriteria inklusi. Hasil: Hasil penelitian diperoleh sebanyak 16 orang atau 35,6% normal, 27 orang atau 60% mengalami gingivitis, dan 2 orang atau 4,4% mengalami periodontitis. Berdasarkan kelompok umur, pada golongan usia 20-30 tahun lebih banyak mengalami gingivitis yaitu 46,7% (21 orang), sedangkan kondisi periodontitis ada di golongan usia 30-40 tahun yaitu 4,4% (2 orang). Kesimpulan: Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa prevalensi penyakit periodontal pada perokok di lingkungan batalyon infanteri 621/Manuntung Barabai, Hulu Sungai Tengah lebih banyak mengalami gingivitis dibandingkan periodontitis.

(12)

116

Kata-kata kunci: prevalensi, penyakit periodontal, merokok, indeks penyakit periodontal

Korespondensi: Zuhda Febrina Ramadhani, Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas

Lambung Mangkurat, Jalan Veteran 128 B, Banjarmasin, KalSel, email: Febe_Bebbe@yahoo.com

PENDAHULUAN

Jaringan periodontal adalah suatu jaringan yang mengelilingi dan mendukung gigi. Struktur jaringan periodontal terdiri dari gingiva, ligamen periodontal, tulang alveolar dan sementum. Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar dan berfungsi melindungi jaringan di bawahnya. Gingiva normal memiliki warna merah muda, konsistensi yang kenyal dan tekstur

stippling atau seperti kulit jeruk. Ligamen

periodontal adalah jaringan konektif yang mengelilingi gigi dan mengikatnya ke tulang. Ligamen periodontal berfungsi melindungi pembuluh darah dan saraf, perlekatan gigi terhadap tulang dan pertahanan benturan keras akibat tekanan oklusal. Tulang alveolar adalah jaringan keras yang tersusun dari lapisan-lapisan tulang yang berfungsi sebagai penyangga gigi. Sementum adalah bagian yang menyelimuti akar gigi, bersifat keras, tidak memiliki pembuluh darah dan berfungsi sebagai perlekatan ligamen periodontal.1,2

Gingivitis dan periodontitis merupakan penyakit periodontal yang sering ditemui. Gambaran klinis dari gingivitis atau inflamasi gingiva yaitu gingiva berwarna merah sampai kebiruan dengan pembesaran kontur gingiva karena edema dan mudah berdarah jika diberikan stimulasi seperti saat makan dan menyikat gigi.3 Periodontitis

adalah suatu infeksi campuran dari mikroorganisme yang menyebabkan infeksi dan peradangan jaringan pendukung gigi, biasanya menyebabkan kehilangan tulang dan ligamen periodontal. 4

Plak dan akumulasi kalkulus serta bakteri merupakan penyebab utama terjadinya penyakit periodontal. Faktor predisposisi penyakit periodontal yaitu merokok, sering mengkonsumsi alkohol, dan stres.5,6 Penelitian sebelumnya

menyatakan bahwa peradangan pada peridodontal akan semakin parah jika kondisi oral hygiene buruk, dan mempunyai riwayat penyakit sistemik seperti diabetes mellitus.7,8

Kebiasaan merokok menyebabkan perubahan vaskularisasi dan sekresi saliva akibat panas yang dihasilkan oleh asap rokok. Perubahan vaskularisasi akibat merokok menyebabkan dilatasi pembuluh darah kapiler dan infiltrasi agen-agen inflamasi sehingga dapat terjadi pembesaran pada gingiva. Kondisi ini diikuti dengan bertambahnya jumlah limfosit dan makrofag. Tar yang terkandung dalam rokok dapat mengendap pada gigi dan menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar, sehingga mudah dilekati plak dan bakteri. Invasi kronis bakteri plak di bawah margin gingival

mengakibatkan terjadinya gingivitis yang dapat berlanjut menjadi periodontitis. Kondisi periodontitis yang parah ditandai dengan hilangnya perlekatan gingiva dengan gigi sehingga terjadi resesi gingiva serta kehilangan tulang alveolar dan gigi yang diakibatkan akumulasi sel-sel inflamasi kronis.9

Berbagai jenis rokok dan seringnya frekuensi merokok telah terbukti mempunyai hubungan kuat dengan status jaringan gingiva, kerusakan jaringan periodonsium serta tingkat keparahan periodontitis.9 Hasil penelitian

sebelumnya menyatakan bahwa perokok lebih rentan mengalami gingivitis dan periodontitis atau kerusakan jaringan periodonsium 2-7 kali lebih besar dibanding yang bukan perokok. Risiko ini ditemukan lebih tinggi terjadi pada kelompok perokok dewasa muda berusia 20-33 tahun.6

Berdasarkan Riset Kesehatan di Kalimantan Selatan (RISKESDAS,2007) menyatakan bahwa perokok lebih banyak ditemukan pada pekerja dan jumlah rokok yang dikonsumsi lebih tinggi di perdesaan dibandingkan di perkotaan.10

Tomar dan Asma (1999) dari National

Health and Nutrition Examination Survey III

(NHANES) menyatakan bahwa perokok yang mengisap lebih dari 9 batang rokok per hari kemungkinan untuk menderita periodontitis lebih besar 2,8 kali dibandingkan bukan perokok. Menurut Sitepoe (2000) berdasarkan dari jumlah rokok yang dikonsumsi setiap hari, perokok dibagi menjadi empat bagian7:

1) Perokok ringan adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 1-10 batang per hari

2) Perokok sedang adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 11-20 batang per hari

3) Perokok berat adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih dari 20 batang per hari

4) Perokok sangat berat adalah perokok yang mengkonsumsi lebih dari 30 batang per hari

Ketergantungan terhadap tembakau menjadi epidemiologi secara global yang dapat menyebabkan penyakit dan kematian. Menurut

World Health Organization (WHO) sepertiga dari

1,3 milyar perokok di dunia berasal dari populasi berusia 15 tahun ke atas. Konsumsi rokok di Indonesia dalam 30 tahun terakhir meningkat tajam, pada tahun 1970 pemakaian rokok berkisar 33 miliar batang per tahun dan menjadi 230 miliar batang pada 2006. Tingkat konsumsi rokok di Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 2. September 2014 : 115 - 119

(13)

117

Indonesia menempati urutan lima besar dunia.12,13

Berdasarkan Riset kesehatan (RISKESDAS) tahun 2007 laki-laki perokok di Kalimantan Selatan mencapai 54,5% dengan jumlah konsumsi rokok yang lebih tinggi pada kalangan pekerja dan daerah perdesaan. 10

Sampai sekarang belum terdapat data mengenai angka kejadian penyakit periodontal akibat merokok pada usia dewasa muda di daerah Kalimantan Selatan. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian di kalangan pekerja usia muda. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran angka kejadian penyakit periodontal akibat merokok di kalangan pekerja usia dewasa muda. Menurut hasil dari studi pendahuluan yang telah dilakukan diketahui beberapa prajurit dengan rentang usia 20-40 tahun di Batalyon Infanteri 621/Manuntung Barabai, Hulu Sungai Tengah memiliki kebiasaan merokok. Beberapa diantaranya pernah ada yang mengeluhkan gingivanya terkadang bengkak. Kondisi tersebut mungkin ada kaitannya dengan kebiasaan merokok yang sering dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi penyakit periodontal pada perokok di Lingkungan Batalyon Infanteri 621/Manuntung Barabai, Hulu Sungai Tengah.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional. Data diperoleh dari hasil anamnesa dan pemeriksaan klinis pada rongga mulut perokok di lingkungan Batalyon Infanteri 621/ Manuntung Barabai, Hulu Sungai Tengah. Populasi dalam penelitian adalah laki-laki perokok di lingkungan Batalyon Infanteri 621/Manuntung Barabai, Hulu Sungai Tengah. Sampel pada penelitian ini diambil dengan purposive sampling. Sampel adalah sebagian laki-laki perokok di lingkungan Batalyon Infanteri 621/Manuntung Barabai, Hulu Sungai Tengah. Kriteria inklusi : Laki-laki perokok berusia 20-40 tahun, perokok ringan (dengan ketentuan merokok lebih dari 9 batang per hari) – Perokok sedang, merokok selama ≥ 2 tahun, merokok jenis filter dan menggosok gigi minimal 2 kali sehari. Kriteria ekslusi: menggunakan gigi tiruan, mengkonsumsi minuman beralkohol, mengkonsumsi obat tertentu (phenytoin, cyclosporine A) dan memiliki penyakit sistemik.

Penelitian ini menggunakan perhitungan dengan periodontal disease index. Indeks ini digunakan untuk memeriksa keparahan inflamasi gingiva dan hilangnya perlekatan jaringan pendukung gigi. Penilaian menggunakan enam gigi yang disebut Ramfjord’s teeth yaitu, 16, 21, 24, 36, 41

,

dan 44. Skor indeks periodontal tiap individu didapat dengan menambah semua skor gigi kemudian dibagi dengan jumlah gigi yang

diperiksa. Jika hasil akhir menunjukkan berada pada 1-3 maka dikategorikan gingivitis dan jika berada pada 4-6 maka dikategorikan periodontitis. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, alat diagnostik (kaca mulut, sonde half moon, ekskavator, dan pinset), probe periodontal (WHO) yang memiliki kalibrasi dalam millimeter,

nierbekken, alkohol, tisu, dan larutan klorin.

Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan di Batalyon Infanteri 621/Manuntung Barabai, Hulu Sungai Tengah, kemudian dilakukan proses perizinan. Prosedur selanjutnya subyek penelitian akan berkumpul di tempat yang telah disediakan. Peneliti memberikan penjelasan tentang manfaat dan prosedur penelitian dan melakukan anamnesa serta memberikan lembar informed consenst sebagai tanda persetujuan menjadi subjek penelitian. Kemudian dilakukan pemeriksaan menggunakan

periodontal disease index. Data yang didapat dari

hasil pemeriksaan menggunakan periodontal disease index kemudian dicatat. Data yang telah

didapatkan kemudian ditabulasi atau dimasukkan ke dalam tabel serta disajikan dalam persentase.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian tentang prevalensi penyakit periodontal pada perokok di Lingkungan Batalyon Infanteri 621/Manuntung Barabai, Hulu Sungai Tengah dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Persentase penyakit periodontal pada perokok di lingkungan batalyon infanteri 621/Manuntung Barabai, Hulu Sungai Tengah

No Kondisi Klinis Frekuensi (orang) Persentase (%) 1 Normal 16 35,6 2 Gingivitis 27 60,0 3 Periodontitis 2 4,4 Jumlah 45 100

Berdasarkan Tabel 1 diketahui angka kejadian penyakit periodontal pada perokok di lingkungan batalyon infanteri 621/Manuntung Barabai, Hulu Sungai Tengah berupa gingivitis yaitu 27 orang atau sebesar 60%. Jumlah yang mengalami periodontitis yaitu 2 orang atau sebesar 4,4% dan jumlah yang normal yaitu 16 orang atau sebesar 35,6%. Hal ini menunjukkan dari sejumlah sampel yang diperiksa lebih dari setengahnya masuk dalam kategori gingivitis setelah dilakukan pemeriksaan dan perhitungan skor akhir.

(14)

118

Tabel 2 Persentase penyakit periodontal terhadap usia di lingkungan Batalyon Infanteri 621/Manuntung Barabai, Hulu Sungai Tengah

Kondisi periodontal Usia Total 20-30 tahun 31-40 tahun n % n % N % Normal 16 35.6 0 0 16 35.6 Gingivitis 21 46.7 6 13.3 27 60 Periodontitis 0 0 2 4.4 2 4.4 Total 37 82.2 8 17.8 45 100

Berdasarkan Tabel 2 diketahui pada usia 20 sampai 30 tahun terdapat besar sampel sebanyak 82,2% (37 orang) dengan persentase normal yaitu 35,6% (16 orang) dan persentase gingivitis 46,67% (21 orang). Pada usia 31 sampai 40 tahun terdapat besar sampel sebanyak 17,8% (8 orang). Penyakit periodontal pada kelompok umur tersebut terdiri dari gingivitis dengan persentase 13,3% (6 orang) dan periodontitis dengan persentase 4,4% (2 orang).

PEMBAHASAN

Menurut Tomar dan Asma (2000) dan Eddie Kasim (2001) hubungan antara merokok dengan terjadinya penyakit periodontal tergantung pada dosis dan selang waktu merokok. Perokok yang merokok 9 batang per hari beresiko 3 kali lebih besar untuk terjadinya penyakit periodontal di banding yang bukan merokok. Pada perokok yang merokok lebih dari 30 batang per hari beresiko 6 kali lebih besar dibanding bukan perokok, sehingga dapat dikatakan efek negatif dari merokok terhadap jaringan periodontal dipengaruhi jumlah rokok yang dikonsumsi.15

Dalam penelitian ini yang mengalami periodontitis terdapat pada kisaran usia 31 sampai 40 tahun yakni sebanyak 4,4% atau 2 orang. Hal ini dapat dihubungkan dengan lama dan jumlah merokok yang lebih besar.15 Berdasarkan hasil

anamnesa responden yang mengalami periodontitis mengkonsumsi rokok lebih dari satu kotak per hari atau kira-kira berkisar antara 16 hingga 20 batang per hari dan merokok dalam jangka waktu lebih dari 5 tahun.

Dalam jurnal Mullaly (2004) memuat tentang penelitian yang dilakukan oleh Hujoel menyatakan bahwa terjadinya kasus penyakit periodontal akibat merokok di Amerika lebih sering terjadi pada kisaran usia 30 sampai 39 tahun. Arowojolu dan Nwokorie menemu

kan

prevalensi terjadinya penyakit periodontal di Nigeria berupa periodontitis adalah sebanyak 1,6% pada usia 34 tahun. Mullaly juga menyatakan pada kasus inflamasi gingiva karena merokok selain karena

rokok dapat merubah vaskularisasi gingiva yang pada akhirnya menyebabkan inflamasi, ternyata merokok juga dapat menyebabkan perlekatan plak lebih mudah sehingga memicu terjadinya inflamasi gingiva. Pada penelitiannya, Mullaly (2004) menemukan perokok muda lebih banyak mengalami gingival bleeding dibanding bukan perokok, selain karena faktor merokok hal ini juga disebabkan oleh tingginya level kalkulus dan plak yang ditemukan pada perokok. Penelitian terdahulu oleh Mullaly di Northen Ireland menemukan dari 82 responden perokok di kisaran usia 21 sampai 33 tahun, 41% diantaranya mengalami gingivitis, hal ini dikaitkan dengan penumpukan akumulasi plak dan kalkulus akibat kebiasaan merokok.16

Hasil yang serupa juga terdapat dalam penelitian prevalensi penyakit periodontal di lingkungan Batalyon Infanteri 621/manuntung Barabai, Hulu Sungai Tengah untuk kasus gingivitis didapatkan sebanyak 46,7% atau 21 orang di kisaran usia 20 sampai 30 tahun dan 13,3% atau 8 orang di kisaran usia 31 sampai 40 tahun. Responden yang mengalami gingivitis mengkonsumsi rokok antara 10 hingga 16 batang per hari atau kira-kira satu kotak per hari dan dalam jangka waktu 2-3 tahun. Pada beberapa responden lainnya gejala klinis gingivitis tampak pada satu atau dua daerah gingiva saja sementara ada daerah gingiva lain respon peradangannya hilang dan mulai terjadi resesi gingiva.

Mullaly menyatakan periodontitis karena merokok dapat terjadi akibat konsumsi rokok dengan dosis tinggi dan dalam jangka waktu yang lama. Tidak ditemukan kasus periodontitis pada perokok yang mengkonsumsi rokok kurang dari 5 batang per hari dan memiliki kebiasaan merokok kurang dari 3 tahun. Periodontitis mungkin terjadi jika konsumsi rokok lebih dari 15 batang per hari dan dalam jangka waktu lebih dari 10 tahun.16

Pada 16 orang lainnya atau sebesar 35,6% di Batalyon Infanteri 621/Manuntung tidak termasuk dalam kategori gingivitis dan periodontitis. Berdasarkan hasil anamnesa yang dilakukan hal ini dapat dihubungkan dengan jumlah atau dosis dari rokok yang dikonsumsi tidak melebihi 10 batang per hari. Faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah penjagaan oral hygiene seperti menggunakan obat kumur. Beberapa responden lainnya juga menyatakan pernah beberapa kali memeriksakan giginya ke dokter. Menurut Gunsolley obat kumur atau mouthwash dapat digunakan untuk meningkatkan kebersihan rongga mulut. Juga mampu membunuh bakteri penyebab karies, gingivitis, dan bau mulut.17

Selain faktor penjagaan oral hygiene yang baik, ada kemungkinan faktor dari jenis rokok berpengaruh dalam kondisi jaringan periodontal. Berdasarkan dari hasil anamnesa masing-masing responden menyatakan mengkonsumsi rokok dengan merek yang berbeda. Dalam penelitiannya Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 2. September 2014 : 115 - 119

(15)

119

berkaitan dengan studi kadar nikotin dan tar oleh Kusuma Ali dkk (2012) menemukan kadar nikotin dan tar yang berbeda pada setiap merek rokok jenis filter.25 Menurut Kusuma (2010) menyebutkan

bahwa nikotin adalah salah satu bahan dari rokok yang berkaitan dengan jaringan periodontal.14

Menurut Tirtosastro S dan Murdiyati (2010) dalam penelitiannya mengenai kandungan kimia dan tembakau dan rokok juga menyatakan bahwa jenis tembakau yang digunakan juga mempengaruhi kadar nikotin yang terkandung di dalamnya.19

Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa prevalensi penyakit periodontal pada perokok di lingkungan batalyon infanteri 621/Manuntung Barabai, Hulu Sungai Tengah paling banyak mengalami gingivitis yakni 60% (27 orang), kemudian diikuti periodontitis yakni 4,4% (2 orang), sedangkan yang tidak mengalami penyakit periodontal yakni 35,6% (16 orang). Berdasarkan kelompok umur, pada golongan usia 20-30 tahun yang tidak mengalami penyakit periodontal atau normal yakni 35,6% (16 orang), gingivitis sebanyak 46,7% (21 orang) dan tidak ada yang mengalami periodontitis atau 0 %. Pada golongan usia 30-40 tahun kondisi periodontal normal adalah 0% atau tidak ada, gingivitis sebanyak 13,3% (6 orang) dan periodontitis sebanyak 4,4% (2 orang).

DAFTAR PUSTAKA

1. Newman M.G, Takei H.H, Klokkevoid P.R and Carranza F.A. Carranza’s Clinical Periodontology, 10th. St.Louis Missouri:

Saunders Elsevier, 2006: p 46-7, 68, 72-75, 116-120.

2. Campbell N.A, Reece J.B and Mitchell L.G. Biology 5th ed vol.3. Jakarta: Erlangga. 2004 .

p81-2.

3. Marcuschamer E, Hawley C.E, Israel S, Romero D.M.R and Molina M.J. A Lifetime of Normal Hormonal Events and Their Impact on Periodontal Health. Perinatol Reprord Hum. 2009; 23:53.

4. Carranza F.A, Newman M.G and Takkei H.H. Carranza’s Clinical Peridontology. 10th ed.

Philadelphia: Saunders. 2008. p495-9.

5. Sham A, Cheung L, Jin L and Corbet E. The Effects of Tobacco Use on Oral Health. Hongkong Med J. 2003; 9:271-77.

6. Dewi N.M. Peran Stres Terhadap Kesehatan Jaringan Periodontal. Jakarta: EGC. 2010. p3-4.

7. Alamsyah R.M. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal di Kota Medan. Skripsi. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. 2007.

8. Mealey L.B and Ocampo L.G. Diabetes Mellitus and Periodontal Disease. Journal Compilation 2007; 44:127-153.

9. Pejcic A, Obradovic R, Kesic L and Kojovic D. Smoking and Periodontal Disease: A review. Medicine and Biology 2007. 14(2): 53 – 9.

10. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Kalimantan Selatan: Laporan Hasil Kesehatan Dasar Provinsi Kalimantan Selatan. 2007. 11. Eley B.M and Manson J.D. Periodontics.

USA: Philadelphia. 2004. p10-11,124-5. 12. Gondodiputo S. Bahaya Tembakau dan

Bentuk-Bentuk Sediaan Tembakau. Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas kedokteran Universitas Padjajaran Bandung. 2007.

13. Curry C.M. Tobacco Use and Periodontal Disease. JCCC Honours Journal 2010; 1: 4-6. 14. Kusuma A.R.P. Pengaruh Merokok Terhadap

Kesehatan Gigi dan Mulut. Jurnal Sultan Agung Unissula 2010; (online), jilid 1, 1-6, (http// www.unissula.ac.id, diakses 25 Februari 2013).

15. Kasim E. Merokok Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Penyakit periodontal. Skripsi. Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Jakarta: Fakultas Trisakti. 2001.

16. Mullaly BH. The Influence of Tobacco Smoking on the Onset of Periodontitis in Young Person. Divisi of Periodontics. Queen’s University of Belfast. North Ireland. 2004.

17. Gunsolley. A Meta Analysis of Six Month Studies of Antiplaque and Antigingivitis Agent. American Dental Association Journal 2006; 137:1-4.

18. Kusuma Ali D, Yuwono S.S dan Wulan N.S. Studi Kadar Nikotin dan Tar Sembilan Merk Rokok Kretek Filter yang Beredar di Nganjuk. Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Malang: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. 2012.

19. Tirtosastro S dan Murdiyati A.S. Kandungan Kimia Tembakau dan Rokok. Skripsi. Malang: Universitas Tribuana Tunggadewi Malang. 2010.

(16)

120

DENTINO

JURNAL KEDOKTERAN GIGI

Vol II. No 2. September 2014

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PASTA GIGI HERBAL DENGAN

PASTA GIGI NON HERBAL TERHADAP PENURUNAN INDEKS PLAK

PADA SISWA SDN ANGSAU 4 PELAIHARI

Rizki Yulita Rahmah, Priyawan Rachmadi, Widodo

Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

ABSTRACT

Background: Plaque control is an attempt to remove and prevent the plaque accumulation on the tooth

surface. Brushing teeth is an effective method in controlling plaque. Plaque control is equipped by additional active ingredients in toothpaste form. The addition of herbal ingredients in toothpaste expected to inhibit the growth of plaque because it has the ability to inhibit the growth of microbes Purpose: The purpose of this study was to compare the effectiveness of herbal toothpaste and non herbal toothpaste in reducing plaque index.

Methods: This study was a quasi experimental design and used a nonrandomized control group pretest-posttest

design. Sampling was conducted by purposive sampling. Treatment was conducted by subject brushed their teeth with non-herbal toothpaste twice a day for 5 days, then underwent washing periods for 7 weeks, and re-treated brushed with herbal toothpaste for 5 days. Index plaque in each treatment was recorded by Patient Hygiene Performance (PHP) methods. Results: The mean plaque index before treatment was 2.78 and the mean plaque index after brushing the teeth with non-herbal toothpaste and herbal toothpaste respectively 2.19 and 1.47. Mann-Whitney statistical test showed p=0.000 (p<0.05) that indicated a significant difference between the reduction of plaque index after brushing with non herbal toothpaste and after brushing with herbal toothpaste. Conclusion: Based on the research it can be concluded that there was differences in the effectiveness between herbal toothpaste and non herbal toothpaste. Herbal toothpaste was more effective to reduce plaque index.

Key words: toothpaste, herbal, non-herbal, plaque index ABSTRAK

Latar belakang: Pengendalian plak adalah upaya membuang dan mencegah penumpukan plak pada

permukaan gigi. Menyikat gigi merupakan metode yang efektif dalam mengendalikan plak. Kontrol plak dilengkapi dengan penambahan jenis bahan aktif dalam bentuk pasta gigi. Penambahan herbal pada pasta gigi diharapkan dapat menghambat pertumbuhan plak karena memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan mikroba. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas pasta gigi herbal dengan pasta gigi non herbal terhadap penurunan indeks plak. Metode: Penelitian ini merupakan quasi experimental dan menggunakan rancangan nonrandomized control group pretest posttest design. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Perlakuan yang diberikan adalah menyikat gigi menggunakan pasta gigi non herbal dua kali sehari selama 5 hari, kemudian subjek penelitian menjalani washing periode selama 7 minggu, dan kembali diberi perlakuan menyikat gigi dengan pasta gigi herbal selama 5 hari. Indeks plak masing-masing perlakuan dicatat dengan metode Patient Hygiene Performance (PHP). Hasil: Rerata indeks plak sebelum perlakuan adalah 2,78 dan rerata indeks plak sesudah diberi perlakuan menyikat gigi dengan pasta gigi non herbal dan pasta gigi herbal masing-masing 2,19 dan 1,47. Pada uji Mann-Whitney didapatkan hasil p=0,000 (p<0,05) yang menunjukkan perbedaan yang bermakna antara penurunan indeks plak sesudah menyikat gigi dengan pasta gigi non herbal dan sesudah menyikat gigi dengan pasta gigi herbal. Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan efektivitas pasta gigi herbal dengan pasta gigi non herbal, yaitu pasta gigi herbal lebih efektif menurunkan indeks plak

Kata Kunci : pasta gigi, herbal, non herbal, indeks plak

(17)

121

Korespondensi: Rizki Yulita Rahmah, Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas

Lambung Mangkurat, Jalan Veteran 128B, Banjarmasin, KalSel, email: yulitarizki@gmail.com

PENDAHULUAN

Tingkat kebersihan rongga mulut merupakan salah satu indikator kesehatan gigi dan mulut. Kebersihan rongga mulut dapat dilihat dari ada tidaknya deposit-deposit organik, seperti pelikel, materi alba, sisa makanan, kalkulus, dan plak gigi.1

Saat ini prevalensi tertinggi penyakit gigi dan mulut adalah karies dan penyakit periodontal yang disebabkan adanya plak gigi.2 Plak merupakan

deposit lunak yang membentuk lapisan biofilm dan melekat erat pada permukaan gigi dan gusi serta permukaan keras lainnya dalam rongga mulut.3

Angka kejadian masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia tergolong tinggi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional Tahun 2007, prevalensi nasional masalah gigi-mulut adalah 23,4%. Terdapat 1,6% penduduk yang telah kehilangan seluruh gigi aslinya. Penduduk yang menerima perawatan atau pengobatan dari tenaga kesehatan gigi hanya 29,6% dari total penduduk dengan masalah gigi-mulut.4

Penelitian Kazemnejad et al (2008) menunjukkan 88,7% siswa di Tehran, Iran memiliki tingkat kesehatan periodontal yang buruk.5

Penelitian Chuckpaiwong et al (2000) di Laos menunjukkan dari 2453 responden, hanya 0,5% yang memiliki gingiva yang sehat, dan ditemukan deposit kalkulus pada 90% responden sejak berumur 12 tahun.6 Carneiro et al (2012)

melaporkan bahwa dari 785 siswa pada suatu sekolah di Tanzania, 74% memiliki plak supraginggival dan 56,9% memiliki kalkulus.7

Prevalensi penyakit periodontal menurut kelompok umur pada tahun 2004 di dua kecamatan di kota medan yakni 97,62% pada usia 15-24 tahun, 93,88% pada usia 23-34 tahun, 94,64% pada usia 34-44 tahun, dan 100% pada usia 45-65 tahun.8

Pengendalian plak adalah upaya membuang dan mencegah penumpukan plak pada permukaan gigi. Upaya tersebut dapat dilakukan secara mekanis maupun kimiawi. Penyingkiran secara mekanis merupakan metode yang efektif dalam mengendalikan plak dan gingivitis. Penyingkiran mekanis dapat meliputi penyikatan gigi dan penggunaan benang gigi. Saat ini kontrol plak dilengkapi dengan penambahan jenis bahan aktif yang mengandung bahan dasar alami ataupun bahan sintetik sebagai bahan anti mikroba. Bahan anti mikroba tersebut tersedia dalam bentuk larutan kumur dan pasta gigi.9,10,11

Penelitian Almajed (1994) menunjukkan pembersihan plak dengan menyikat gigi menggunakan pasta gigi lebih efektif dibandingkan dengan menyikat gigi tanpa pasta gigi.12 Pasta gigi

yang digunakan pada saat menyikat gigi berfungsi untuk mengurangi pembentukan plak, memperkuat

gigi terhadap karies, membersihkan dan memoles permukaan gigi, menghilangkan atau mengurangi bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut serta memelihara kesehatan gusi.13

Pasta gigi yang beredar di pasaran umumnya mengandung fluor yang efektif dalam mencegah dan mengendalikan karies gigi.14 Fluor dapat

menghambat demineralisasi email dan meningkatkan remineralisasi. Flour sangat berperan penting terhadap peningkatan kesehatan gigi.15

Pasta gigi pada umumnya mengandung bahan abrasif, air, pelembab, bahan perekat, bahan penambah rasa, bahan terapeutik, bahan desensitisasi, bahan anti-tartar, bahan pemutih, bahan pengawet, serta bahan antimikroba seperti triklosan dan klorheksidin yang berperan sebagai bahan aktif yang dapat memberikan efek inhibisi secara langsung pada pembentukan plak.16

Estafan et al (1998) melaporkan bahwa pasta gigi herbal lebih unggul dibandingkan pasta gigi konvensional dalam pengurangan plak.17

Penambahan herbal pada pasta gigi dapat menghambat pertumbuhan plak, karena beberapa jenis herbal memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan mikroba. Bahan antimikroba pada ekstrak daun sirih dan siwak berperan sebagai bahan aktif dan mampu membunuh bakteri yang menjadi penyebab terbentuknya plak. Selain itu, karena herbal berasal dari tumbuh-tumbuhan, maka bahan tersebut aman dan alami.18,19

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian mengenai perbandingan efektivitas pasta gigi herbal dengan pasta gigi non herbal terhadap penurunan indeks plak pada siswa SDN Angsau 4 Pelaihari. Tempat penelitian dipilih karena rendahnya persentase berperilaku benar dalam menyikat gigi di daerah tersebut, serta pelaksanaan kegiatan UKGS yang tidak sesuai dengan semestinya. Penelitian ini diharapkan dapat berfungsi sebagai pendataan status indeks plak pada siswa di sekolah tersebut, sehingga plak yang merupakan salah satu sumber permasalahan pada gigi dapat dicegah sedini mungkin. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas pasta gigi herbal dengan pasta gigi non herbal terhadap penurunan indeks plak

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan metode

quasi eksperimental dengan rancangan penelitian nonrandomized control group pretest posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa

kelas V dan VI di SDN Angsau 4 Pelaihari. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Besar sampel yang diambil sebanyak 30 orang dan Rahmah : Perbandingan Efektivitas Pasta Gigi Herbal

(18)

122

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusinya antara lain siswa kelas V dan VI SDN Angsau 4 Pelaihari Kalimantan Selatan Tahun Ajaran 2013/2014, bersedia untuk berpartisipasi dan dijadikan responden penelitian, minimal memiliki seluruh gigi yang diperlukan dalam pemeriksaan, yaitu gigi 16, 11, 26, 36, 31 dan 46. Kriteria eksklusinya antara lain terdapat karies pada gigi yang diperlukan dalam pemeriksaan dan memakai alat ortodonti.

Penelitian ini dilakukan di SDN Angsau 4 Pelaihari Kalimantan Selatan dengan prosedur pasien dijelaskan tentang manfaat dan prosedur penelitian dan diberikan lembar informed consent. Peneliti menyiapkan alat dan bahan yang meliputi kaca mulut (dental mirror), pinset, nierbeken, sikat gigi, alat tulis, masker, sarung tangan, handuk putih dan model peraga rahang atas dan rahang bawah. Bahan penelitian yang digunakan antara lain

disclosing solution, alkohol 70%, air mineral, pasta

gigi herbal, pasta gigi non herbal, dan kapas. Pengukuran indeks plak indeks pertama pada responden dengan menggunakan larutan pewarna plak/disclosing solution. Penggunaannya dengan cara mengoleskan kapas yang telah ditetesi

disclosing solution pada permukaan gigi-gigi yang

menjadi indeks penelitian, yaitu permukaan labial pada gigi anterior atas dan bawah, permukaan bukal gigi posterior rahang atas, dan permukaan lingual gigi posterior rahang bawah. Responden diminta berkumur dengan air mineral. Pemeriksaan Indeks plak menggunakan metode PHP (Patient Hygiene

Performance) yang dilakukan pada permukaan

mahkota gigi bagian fasial atau lingual dengan membagi tiap permukaan mahkota gigi menjadi lima subdivisi, yaitu distal, 1/3 servikal (gingival), mesial, 1/3 tengah, 1/3 insisal/oklusal. Gigi yang diperiksa adalah gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Dicatat indeks plak dari setiap sampel yang diperiksa.

Langkah selanjutnya adalah penyuluhan mengenai cara menyikat gigi yang baik dan benar, kemudian dilakukan pengukuran indeks plak kedua pada seluruh responden setelah 5 hari. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya penurunan indeks plak setelah menyikat gigi dengan pasta gigi non herbal. Indeks plak pada setiap sampel yang diperiksa dicatat. Seluruh responden diinstruksikan menyikat gigi dua kali sehari dengan pasta gigi yang biasa digunakan di rumah. Responden kemudian diistirahatkan dari pemakaian pasta gigi non herbal (washing periode) selama 7 minggu.20 Responden diinstruksikan untuk

menyikat gigi 2 kali sehari dengan menggunakan pasta gigi herbal. Pemeriksaan dan perhitungan indeks plak dilakukan kembali pada responden setelah 5 hari. Hasil pemeriksaan dicatat dalam formulir penilaian indeks plak. Hasil penilaian indeks plak pada responden sebelum dan setelah

menyikat gigi dengan pasta gigi herbal dibandingkan dengan pasta gigi non herbal.

HASIL PENELITIAN

Hasil pemeriksaan indeks plak dengan menggunakan PHP (Patient Hygiene Performance) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata indeks plak sebelum diberi

perlakuan, sesudah penggunaan pasta gigi

non herbal, dan sesudah penggunaan

pasta gigi herbal.

Penurunan indeks plak pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan diuji dengan menggunakan uji T berpasangan. Hasil penurunan indeks plak pada penggunaan kedua pasta gigi yaitu 0,000 (p<0,05), sehingga dapat dikatakan terjadi penurunan indeks plak yang signifikan pada penggunaan pasta gigi herbal dan pasta gigi non herbal. Perbedaan efektivitas pasta gigi herbal dengan pasta gigi non herbal terhadap penurunan indeks plak diuji dengan Mann Whitney dan didapatkan hasil 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara penggunaan pasta gigi herbal dan pasta gigi non herbal terhadap penurunan indeks plak.

PEMBAHASAN

Lingkungan fisik meliputi anatomi dan posisi gigi, dan anatomi jaringan sekitarnya, serta friksi atau gesekan oleh makanan yang dikunyah dapat mempengaruhi proses pembentukan plak gigi. Pemeliharaan kebersihan mulut dapat mencegah atau mengurangi penumpukan plak pada permukaan gigi.16 Pengaruh diet terhadap

pembentukan plak telah diteliti dalam dua aspek, yaitu pengaruhnya secara fisik dan pengaruhnya sebagai sumber makanan bagi bakteri di dalam plak. Jenis makanan, yaitu keras dan lunak, mempengaruhi pembentukan plak pada permukaan gigi. Plak banyak terbentuk jika kita lebih banyak mengkonsumsi makanan lunak, terutama makanan yang mengandung karbohidrat jenis sukrosa, karena akan menghasilkan dekstran dan levan yang memegang peranan penting dalam pembentukan

Indeks Plak Rata-rata Penggunaan Pasta Gigi Non Herbal Penggunaan Pasta Gigi Herbal Sebelum diberi perlakuan 2.78 2.78 Sesudah diberi perlakuan 2.19 1.47 Penurunan 0.59 1.31

Gambar

Tabel  1  Persentase  penyakit  periodontal  pada  perokok  di  lingkungan  batalyon  infanteri  621/Manuntung Barabai, Hulu Sungai Tengah
Tabel  2  Persentase  penyakit  periodontal  terhadap  usia  di  lingkungan  Batalyon  Infanteri  621/Manuntung Barabai, Hulu Sungai Tengah
Tabel 1.  Rata-rata  indeks  plak  sebelum  diberi  perlakuan, sesudah penggunaan pasta gigi  non  herbal,  dan  sesudah  penggunaan  pasta gigi herbal
Gambar  1.  Rata-rata  zona  hambat  antijamur  pada  setiap perlakuan.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bauran pemasaran adalah serangkaian alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan produk, harga, tempat (distributor), dan promosiyang di padukan oleh perusahaan

Jasa Perbankan Syariah Dengan Minat Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pada BBRS Sukowati Sragen Cabang Boyolali) ”.. Penulisan skripsi ini

Syukur Alhamdulillah segala Puji bagi Allah SWT, karena atas rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ ANALISIS PENGARUH

Pengujian yang dimaksud adalah membandingkan hasil output dari setiap simulasi obyek pada aplikasi yang dikembangkan dalam penyusunan tugas akhir dengan Electronic

Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Metode Statistik

satu dengan kelas sosial yang lain sangat jauh berbeda, lebih jauh dari perbedaan.. yang ada pada dua

Neraca pembayaran ( Balance of Payment/BOP ) adalah catatan statistik (ringkas) tentang transaksi ekonomi internasional yang dilakukan oleh penduduk suatu

[r]