• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Tayangan Drama Korea “Goblin” terhadap Interaksi Sosial Mahasiswa Fiskom Universitas Kristen Satya Wacana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Tayangan Drama Korea “Goblin” terhadap Interaksi Sosial Mahasiswa Fiskom Universitas Kristen Satya Wacana"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Media Baru (New Media)

Perkembangan teknologi sekarang ini memberikan pengaruh yang cukup besar untuk kehidupan masyarakat era ini. Teknologi sendiri pada dasarnya sudah memiliki kontribusi dalam menciptakan keberagaman media. Mc Namus (dalam Severin dan

Tankard, 2005: 4) mengatakan bahwa ada pergeseran dari ketersediaan media yang dahulu langka dengan akses yang juga terbatas menuju media yang melimpah.1 John Vivian mengatakan keberadaan media baru seperti internet bisa melampaui pola penyebaran pesan media tradisional; sifat internet yang bisa berinteraksi mengaburkan batas geografis, kapasitas interaksi dan yang terpenting bisa dilakukan secara real time.2

Yang dimaksud diatas adalah bagaimana media baru dapat mempermudah terjadinya interaksi antar individu. Tidak peduli dimana mereka berada, dan kapan saja mereka ingin melakukan interaksi maka bisa dilakukan pada saat itu juga.

Holmes mengatakan jika di media baru khalayak tidak hanya menjadi objek sasaran dari pesan. Tetapi pada perubahan dan kemajuan teknologi media, khalayak diperbaharui perannya untuk menjadi lebih interaktif terhadap pesan tersebut. Kehadian media baru juga membawa kemajuan yang lain. Jika sebelumnya pola komunikasi yang terjadi adalah one-to-many dan one-to-one, maka sekarang bisa menjadi many-to-many

dan few-to-few.3 Istilah internet muncul karena adanya komunikasi terjadi karena ada koneksi perangkat komputer dengan perangkat komputer lainnya. Inilah mengapa internet dikatakan penghubung secara global. Global yang dimaksud bukan hanya dalam pengertian lintas Negara atau wilayah, tapi juga cara kerja yang terhubung dalam

1

Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (CYBERMEDIA) (Jakarta: Prenamedia Group, 2014), 1.

2 Ibid., hlm. 14. 3

(2)

9 jaringan (online) tanpa mempertimbangkan batasan lokasi, perangkat keras, atau program yang digunakan.

Keberadaan media baru menawarkan kapasitas untuk memperluas volume informasi yang memungkinkan individu melalui kontrol yang lebih besar dan suatu kapasitas untuk menyeleksi informasi tertentu yang mereka harapkan dapat diterima. Dalam artian dengan adanya media baru, masing-masing individu dapat memilih sendiri informasi apa yang ingin mereka terima dan tidak terima. Karena masing-masing individu dapat mengontrol volume informasi yang mereka dapatkan melalui media baru.

Internet yang merupakan bagian dari media baru adalah salah satu sumber informasi yang dapat memudahkan individu dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam kasus ini, internet sebagai media dimana para penonton drama Korea yang tidak berdomisili di Korea dapat menyaksikan drama tersebut. Jika dulu drama Korea hanya bisa dinikmati oleh warga Korea sendiri, sekarang hampir seluruh dunia bisa menikmatinya. Tidak hanya drama Korea tapi juga dengan musik pop Korea atau yang biasa disebut K-Pop dan apapun yang berasal dari Korea dapat kita dapatkan melalui

internet. Masuknya ‘demam Korea’ atau biasa disebut Korean Wave tau Gelombang Korea ini, membuat banyak individu seperti tersihir dengan apapun yang disuguhkan. Inilah mengapa Korean Wave menjadi salah satu hal yang paling diminati sekarang ini.

2.2Gelombang Korea (Korean Wave)

Gelombang Korea atau Korean Wave adalah istilah yang digunakan untuk penyebaran budaya pop Korea secara global.4 Korean Wave pada umumnya memicu banyak penikmatnya dari seluruh dunia agar tertarik untuk mempelajari bahasa Korea dan kebudayaan Korea. Fenomena ini dapat terlihat dengan maraknya penggunaan

4

(3)

10 produk Korea dari mulai makanan hingga kosmetik, juga dengan barang elektronik, hingga musik K-Pop dan juga film dan drama atau yang biasa disebut K-Drama.

Korean Wave tidak hanya berpengaruh dengan penggunaan produk Korea saja, tapi juga dengan gaya hidup penikmatnya. Misalnya seperti perubahan gaya berpakaian, gaya berbicara, dan juga pola interaksi antar penggemar yang terjadi. Contohnya dalam pola interaksi adalah penggunaan istilah Korea seperti “Annyeonghaseyo

(안녕하세요)” yang memiliki arti Halo, dan “Kamsahamnida (감사합니다)” yang memiliki arti Terima Kasih.5

2.2.1. Tayangan Drama Korea

Fenomena Korean Wave saat ini sedang menjadi merambah di beberapa stasiun televisi Indonesia. Salah satunya dengan menayangkan drama seri Korea dan acara variety show Korea. Drama seri Korea merupakan program yang memiliki banyak peminat dengan keseruan ceritanya. Tidak jauh berbeda dengan sinetron Indonesia, drama seri Korea juga memiliki berbagai konfliknya

masing-masing, yang kadang tidak terduga bagi para audiensnya. Perbedaan yang cukup signifikan dibanding dengan sinetron Indonesia adalah dimana drama Korea dibungkus hanya antara 16 - 25 episode saja. Meskipun beberapa ada yang mencapai ratusan, tetapi kebanyakkan hanya sekitaran angka di atas saja.6

Masyarakat yang mulai merasa jenuh dengan sinetron Indonesia, kebanyakan beralih untuk menonton drama seri Korea. Keberhasilan drama seri Korea mengambil hati penonton di Indonesia dimulai dengan drama Endless

5

http://asianwiki.com/Goblin_(Korean_Drama) diakses pada tanggal 3 Agustus 2017 pukul 01.01 WIB

6

Deansa Putri, Sarjana Komunikasi: “Hubungan Intensitas Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Televisi

dan Motif Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Televisi dengan Perilaku Berpakaian Remaja”

(4)

11 Love. Berdasarkan survey AC Nielsen Indonesia, serial Endless Love mencapai rating 10 yang diperkirakan ditonton sekitar 2,8 juta audiens di lima kota besar.7

Rakhmat mengatakan dorongan kebutuhan yang berbeda akan membuat orang memiliki motif yang berbeda pula dalam menggunakan televisi.8 Meskipun drama korea sekarang mulai masuk pertelevisian Indonesia. Tapi sebagian besar audiensnya masih lebih sering menggunakan media internet untuk dapat menonton drama-drama Korea. Motif yang berbeda dalam pemilihan program yang ditonton inilah yang membuat perbedaan efek yang terjadi pada setiap audiensnya.

2.2.2. Drama Goblin

Gambar 1. Poster Drama Goblin

Goblin adalah salah satu drama seri Korea yang memiliki rating yang lumayan tinggi pada saat penayangannya. Goblin menjadi salah satu tontonan

7 Ibid., hlm. 3

8

(5)

12 wajib bagi para pecinta drama Korea di akhir tahun 2016 dan awal tahu 2017 ini. Drama Goblin sendiri memiliki beberapa nama lainnya seperti Goblin: The Lonely and Great God dan Guardian: The Lonely and Great God. Sedangkan dalam bahasa Korea berjudul Sseulsseulhago Chalranhashin-Dokkaebi dan jika menggunakan Hangul (Alfabet yang digunakan untuk menulis bahasa Korea)

yaitu 쓸쓸하고찬란하神-도깨비

.

9

Drama ini disiarkan mulai dari 2 Desember 2016 hingga episode terakhirnya ditayangka pada 21 Januari 2017 kemarin. Drama ini menceritakan tentang kehidupan seorang Goblin. Goblin sendiri dalama bahasa Korea disebut dengan Dokkaebi. Dalam kebanyakan cerita rakyat Korea, Dokkaebi adalah makhluk mitologi yang memiliki sifat jahil, agak bodoh dan senang mempermainkan orang jahat. Dokkaebi sendiri berbeda dengan hantu karena dirinya bukanlah manusia yang mengalami kematian.10

Tetapi jika dalam drama ini Goblin adalah seorang pria tampan yang memiliki kehidupan abadi karena kutukan dari dewa akan apa yang pernah ia lakukan pada masa hidupnya. Goblin akan menghilang jika dia sudah menemukan pengantinnya. Ia pun harus menunggu hingga 900 tahun hingga akhirnya ia bisa bertemu dengan pengantinnya. Goblin sendiri diperankan oleh

Gong Yoo, dan pengantin Goblin diperankan oleh Kim Go-Eun, ditambah juga dengan beberapa peran pendukung lainnya.

Di Indonesia sendiri, drama-drama Korea sudah mulai banyak di tayangkan di televisi lokal. Meskipun netizen banyak yang meminta drama ini untuk ditayangkan tapi sampai saat ini belum ada yang menayangkan ulang

drama Korea “Goblin”. Sebagai gantinya 7 Agustus 2017 kemarin, drama

9

https://hanguladay.com/handy-expressions/ diakses pada tanggal 3 Agustus 2017 pukul 00.12 WIB

10http://www.gadis.co.id/ngobrol/4-fakta-legenda-dokkaebi-goblin-korea-selatan- diakses pada tanggal 3

(6)

13

“Goblin” ditayangkan secara livedi aplikasi Line. “Goblin” ditayangkan di Line Today Channel setiap hari senin sampai jumat mulai pukul 20.00 WIB.11

Bahkan dalam tayang ulang yang dilakukan Line, drama “Goblin” sudah

dilengkapi dengan subtitle bahasa Indonesia.

Jalan cerita yang menghibur, tema yang unik, pemain utama dan pemain pendukung yang mempunyai kharismanya sendiri, juga istilah-istilah unik dan

eye-catching seperti “Dokkaebi” dan “Ahjussi” (yang berarti paman) membuat

drama ini banyak menarik perhatian dari para penontonnya di seluruh dunia hingga mendapatkan rating sampai 18.6% menurut AGB Nielsen Korea di episode terakhirnya. Selain itu, drama ini memenangkan 2 penghargaan di acara 53rd Baeksang Award, yaitu ajang pemberian penghargaan bagi pelaku industri televisi dan film di Korea selatan. Dalam acara ini, penulis naskah “Goblin” memenangkan penghargaan Grand Award yang merupakan penghargaan utama dalam acara tersebut.

(7)

14 Gambar 2. Rating Drama Goblin

Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh yang terjadi setelah menonton drama Goblin pada interaksi audiensnya.

2.3Interaksi Sosial

2.3.1 Komunikasi

(8)

15 Salah satu jenis komunikasi yang banyak mempengaruhi masyarakat adalah komunikasi massa. Komunikasi massa menurut Bittner (1980: 10) adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Komunikasi massa memiliki proses komunikasi secara sekunder karena bergantug pada peralatan teknis, baik media cetak (surat kabar) maupun media elektronik (radio, televisi, media on line internet). Karena itu pesan yang disampaikan bersifat searah dan kita tidak dapat memberikan tanggapan secara langsung.

2.3.2 Sosiologi Komunikasi

Soerjono Soekanto dalam pandangannya mengatakan, sosiologi komunikasi merupakan kekhususan sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang menimbulkan proses saling pengaruh-mempengaruhi antara individu, individu dengan kelompok maupun antar kelompok. (Soekanto,2002) Secara komprehensif sosiologi komunikasi mempelajari tentang interaksi sosial dengan segala aspek yang berhubungan

dengan interaksi tersebut. Misalnya seperti bagaimana interaksi dilakukan dengan menggunakan media, bagaimana efek media sebagai akibat dari interaksi tersebut, bagaimana perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat yang terjadi karena efek media, dan juga efek sosial apa yang ditanggung masyarakat sebagai akibat dari perubahan-perubahan tersebut.

(9)

16

2.3.3 Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang perorangan dengan kelompok-kelompok manusia (Gillin dan Gillin dalam Soekanto, 2012).12 Sedangkan menurut Walgito, interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi individu lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Dengan adanya interaksi sosial dapat membuat individu memelihara tingkah laku sosialnya juga meningkatkan kuantitas dan kualitas dari tingkah laku sosialnya di dalam situasi sosial. Semua manusia berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi tidak hanya dengan kata-kata yang terucap tetapi juga dengan semua bentuk interaksi. Misalnya dengan senyuman, anggukan kepala, sikap badan yang mendukung diterimanya pengertian, sikap dan perasaan yang sama. Dengan diterimanya pengertian yang sama inilah yang disebut dengan

komunikasi.13

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi sosial. Seperti apa yang dipaparkan Soerjono Soekanto dalam bukunya, interaksi sosial akan berlangsung jika terjadi aksi dan reaksi antara kedua belah pihak14. Interaksi sosial tidak akan terjadi jika manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap system

12

Virgia Ningrum Fatnar & Choirul Anam, "Kemampuan Interaksi Sosial Antara Remaja Yang Tinggal Di Pondok Pesantren Dengan Yang Tinggal Bersama Keluarga". Jurnal Fakultas Psikologi. Vol. 2 No. 2, 2014, 72.

13

Amrin Tegar Sentosa. "Pola Komunikasi Dalam Proses Interaksi Sosial di Pondok Pesantren Nurul Islam Samarinda". Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol. 3 No. 3, 2015, 492.

14 Leni B. Amiri, Sarjana Sosiologi:

(10)

17 syarafnya sebagai akibat hubungannya tersebut. Proses interaksi sosial dapat berlangsung dengan didasari beberapa faktor, antara lain:

a. Imitasi

Imitasi memiliki peranan yang kuat dalam interaksi sosial. Imitasi sendiri merupakan peniruan secara langsung dari perilaku yang diamati. Hal ini dapat terlihat jelas dalam dunia mode, adat istiadat, dunia usaha, perilaku kejahatan dan lain sebagainya. Imitasi merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam pergaulan masyarakat.15 Jika dikaitkan dengan penelitian ini, misalnya seperti menirukan istilah-istilah korea seperti

ahjussi, dokkaebi, dan lain-lain. Atau juga dengan menirukan gaya bicara dari tokoh-tokoh yang ada di drama tersebut.

b. Sugesti

Sugesti yang dimaksud disini adalah sugesti secara psikologi, dimana seorang individu menerima cara penglihatan atau pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik. Sugesti juga merupakan proses pengoperan atau penerimaan suatu hal yang dilakukan seseorang atau masyarakat tampak

kritik atau penelitian lebih cermat.16 Jika dikaitkan dengan penelitian ini misalnya, dengan kita sebagai penonton mempercayai bahwa tokoh-tokoh yang ada dalam drama tersebut adalah sesuatu yang nyata.

c. Simpati

Simpati adalah perasaan tertariknya seseorang dengan orang yang lain. Simpati muncul dalam diri seorang individu tidak atas dasar rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses

15

Septina Nur Istiqomah, Sarjana Psikologi: "Pengaruh Kematangan Emosi dan Kecerdasan Sosial Terhadap Interaksi Sosial Siswa Program Akselerasi" (Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015), 18.

16

(11)

18 identifikasi. Dalam simpati, seseorang akan tiba-tiba tertarik kepada orang lain bukan karena salah satu ciri tertentu, melainkan keseluruhan cara-cara bertingkah laku yang menarik baginya.17 Jika dikaitkan dengan penelitian ini misalnya kita sebagai penonton akan tertarik untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang yang sama-sama menyukai drama Korea. d. Identifikasi

Identifikasi dalam psikologi memiliki arti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara fisik maupun non fisik. Proses identifikasi seringkali pertama kali berlangsung secara tidak sadar. identifikasi juga bersifat irasional yaitu dengan berdasarkan perasaan-perasaan atau kecenderungan-kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional. terakhir, identifikasi berguna untuk melengkapi sistem norma-norma, cita-cita dan pedoman-pedoman tingkah laku orang yang mengidentifikasi.18 Jika dikaitkan dengan penelitian ini misalnya penonton mencoba untuk menjadi tokoh yang ada dalam drama tersebut di dalam kehidupannya sehari-hari. Juga dengan mencoba untuk

bisa berbahasa Korea agar bisa sama seperti tokoh-tokoh dalam drama tersebut yang berkomunikasi menggunakan bahasa Korea.

Selain faktor-faktor, Soerjono juga menjelaskan bentuk-bentuk interaksi sosial. Menurut Soerjono Soekanto bentuk-bentuk interaksi sosial dapat menghasilkan proses sosial yang asosiatif dan disosiatif yaitu faktor yang dipengaruhi dari dalam dan diluar itu sendiri.19 Ada beberapa proses interaksi sosial menurut Soekanto yaitu:

17

Ibid., hlm. 19.

18

Ibid., hlm. 19.

19 Leni B. Amiri, Sarjana Sosiologi: "“Interaksi Sosial Antar Etnis” (Studi Kasus I

(12)

19 A. Proses Asosiatif:

a. Kerja Sama yang berarti suatu usaha bersama antara perorangan atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan.

b. Akomodasi sebagai suatu proses di mana orang perorangan saling bertentangan kemudian saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan.

c. Asimilasi yaitu pengembangan sikap-sikap yang sama dengan tujuan untuk mencapai kesatuan atau paling sedikit mencapai integrasi, pikiran dan tindakan.

B. Proses Disosiatif:

d. Persaingan sebagai suatu proses di mana individu atua kelompok bersaing mencari keuntungan melalui bidang kehidupan dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan kekerasan atau ancaman.

e. Konflik yaitu dimana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuan dengan jalan menantang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan.

(13)

20 Selain itu dengan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi sosial maka faktor-faktor ini yang akan digunakan oleh peneliti. Peneliti hanya memilih 2 faktor sebagai bahan penelitian yaitu faktor imitasi dan faktor identifikasi. Dalam kaitannya dengan judul penelitian ini, peneliti

mencoba untuk mengetahui apakan dengan menonton drama Korea “Goblin”

audiens akan dipengaruhi interaksi sosialnya dalam faktor imitasi dan identifikasi.

2.4Teori Kultivasi

Teori kultivasi menyatakan bahwa para pecandu (penonton berat/heavy viewers)

televisi membangun keyakinan yang berlebihan bahwa “dunia itu sangat menakutkan”.20

Ini disebabkan oleh keyakinan bahwa apa yang audiens lihat di televisi adalah apa yang mereka yakini terjadi juga di kehidupan sehari-hari. Teori ini dikemukakan oleh George Gerbner yang melakukan penelitian terhadap perilaku penonton televisi yang dikaitkan dengan materi berbagai program televisi yang ada di Amerika Serikat. Marshall McLuhan juga menyatakan bahwa televisi merupakan suatu

kekuatan yang secara dominan dapat memengaruhi masyarakat modern.21 Kekuatan ini didapatkan melalui berbagai symbol untuk memberikan berbagai gambaran yang terlihat nyata dan penting seperti sebuah kehidupan sehari-hari.

Dalam teori ini dijelaskan dua tipe penonton televisi yang mempunyai karakteristik saling bertentangan atau bertolak belakang, yaitu:

a. Para pecandu/penonton fanatik (heavy viewers)

20

Morrisan - Andy Corry Wardhani - Farid Hamid U, Teori Komunikasi Massa Media, Budaya, dan Masyarakat (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), 105.

21

(14)

21 Para pecandu adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4 jam setiap hari.

b. Penonton biasa (light viewers)

Penonton biasa adalah mereka yang menonton televisi 2 jam atau kurang setiap harinya.

Jika dikaitkan dengan penelitian ini perbedaan yang ada merupakan medianya. Dimana jika dalam teori ini medianya adalah televisi sedangkan di penelitian ini menggunakan internet. Karena drama Korea lebih mudah diakses menggunakan internet. Tipe yang dijelaskan juga sama untuk menentukan apakah audiens tersebut seorang heavy viewers atau light viewers.

2.5Daya Tarik

Daya tarik merupakan salah satu faktor yang harus dimiliki komunikator untuk menentukan berhasil atau tidaknya komunikasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), daya tarik adalah kemampuan menarik (memikat) perhatian. Tidak jauh

berbeda dengan KBBI, dalam Kamus Komunikasi daya tarik yaitu kekuatan yang mampu memikat perhatian. Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa daya tarik adalah kekuatan penampilan komunikator dalam memikat perhatian, sehingga seseorang mampu untuk mengungkapkan kembali pesan yang ia peroleh dari media komunikasi.22 Alo Liliweri dalam bukunya mengemukakan bahwa daya tarik merupakan appeals pesan yang mengacu pada motif psikologis yang mengandung pesan rasional emosional dengan himbauan akan ganjaran tertentu.23 Ada berbagai macam daya tarik dalam tayangan, misalnya:

22

Vonny Lestari, Sarjana Komunikasi: "Daya Tarik dan Kepuasan Program Acara "Show Imah" di Trans TV Terhadap Remaja Rt.01/09 Kelurahan Sarua Indah, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan." (Jakarta: Universitas Esa Unggul, 2013), 14.

23

(15)

22 a. Daya Tarik Selebritis

Suatu tayangan akan menarik jika selebritis yang penonton kenal menjadi bintang dalam tayangan tersebut.

b. Daya Tarik Humor

Adanya selipan humor dalam suatu acara merupakan salah satu hal yang dinanti dan diminati penonton.

c. Daya Tarik Musik

Musik dinikmati semua kalangan, sehingga dengan adanya musik dapat menarik perhatian penonton untuk menonton tayangan tersebut.

d. Daya Tarik Artistik

Artistik disini dapat diartikan dengan semua aspek perfilman, mulai dari sinematografi, lighting, hingga wardrobe yang ada di tayangan tersebut. e. Daya Tarik Pesan

Pesan dapat dilihat dari jalan cerita yang dibuat oleh penulis. Sehingga jika seseorang dapat mengerti pesan yang disampaikan dalam tayangan tersebut maka terdapat daya tarik yang besar dalam tayangan

tersebut.

2.6Teori Kognitif Sosial

(16)

23 manusia meniru perilaku yang dilihatnya, dan proses peniruan terjadi melalui dua cara, imitasi dan identifikasi.24

Imitasi adalah replika atau peniruan secara langsung dari perilaku yang diamati.25 Sedangkan identifikasi adalah perilaku meniru yang bersifat khusus yang mana pengamat tidak meniru secara persis seperti apa yang dilihatnya, tapi membuatnya menjadi lebih umum dengan memiliki tanggapan yang berhubungan.26 Contoh dari imitasi adalah jika seorang anak menonton Tom & Jerry dan melihat adegan pemukulan menggunakan tongkat, maka anak itu akan meniru dengan memukul temannya menggunakan tongkat juga. Lalu contoh dari identifikasi adalah, anak yang menonton Tom & Jerry tadi menonton adegan pemukulan dengan tongkat, tetapi dia tidak melakukan hal yang sama ke temannya, misalnya dia lebih memilih untuk menyiram satu ember air kepada temannya.

2.7Penelitian Terdahulu

24 Morrisan - Andy Corry Wardhani - Farid Hamid U,

Teori Komunikasi Massa Media, Budaya, dan Masyarakat (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), 98.

25

Ibid.

26 Morrisan - Andy Corry Wardhani - Farid Hamid U,

(17)

24 Penelitian sebelumnya yang terkait dalam penelitian ini bisa dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul & Teori Hasil

1. Yessi Paradina Sella Analisa Perilaku Imitasi Dikalangan

Adanya perilaku dasar remaja yang mengalami perubahan akibat paparan secara rutin oleh media televisi melalui drama seri Korea di Indosiar. Perubahan tersebut adalah perilaku meniru cara berpakaian dan memakai make up secara keseluruhan atau kita sebut dengan perilaku imitasi.

(18)

25 Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara variabel intensitas menonton tayangan drama seri Korea di televisi dan variabel motif menonton tayangan drama seri Korea di televisi

Terdapat berbagai perubahan gaya hidup para penggemar terlihat dari

Dampak sosial disosiatif yang terjadi persaingan diantara para penggemar drama Korea dalam mendapatkan drama Korea terbaru dan memiliki asesoris drama Korea terbaru. Sedangkan konteraversi yang terjadi adalah adanya pertentangan antara

(19)

26 Penelitian-penelitian di atas merupakan sebagian kecil dari penelitian mengenai efek media massa ataupun pengaruh dari isu Korean Wave. Penelitian-penelitian di atas juga mengambil aspek yang berbeda-beda. Sehingga peneliti juga melakukan hal yang hampir sama.

Persamaan yang ada dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah dimana topik yang di ambil sama yaitu mengenai dampak Korean Wave ataupun drama Korea. Lalu perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah mengenai pengaruh interaksi sosial yang terjadi di antara mahasiswa FISKOM UKSW setelah menonton drama Korea "Goblin".

2.8 Kerangka Pikir

Gambar 3. Kerangka Pikir

Drama Korea

“Goblin”

Audiens / Penonton / Penyuka Drama Korea (Mahasiswa/i FISKOM UKSW)

Teori Kultivasi - Intensitas Menonton - Daya Tarik

Pengaruh Interaksi Sosial a. Imitasi

(20)

27 Keberadaan drama Korea yang mengambil perhatian dari seluruh dunia membuat masyarakat menjadi antusias. Salah satu drama yang pada awal tahun ini sangat di gemari oleh penontonnya adalah drama Korea "Goblin". Dengan alur cerita yang unik dan juga istilah-istilah yang jarang dipergunakan dalam drama Korea pada umumnya, membuat "Goblin" mempunyai banyak penggemarnya. Para penggemarnya tidak hanya mengagumi dalam hal pemain ataupun jalan cerita saja, tapi juga sebutan-sebutan unik yang jarang di dengar tersebut. Bahkan tidak jarang penyuka drama Korea juga sesekali menggunakan istilah-istilah Korea dalam berkomunikasi satu dengan yang lain.

Seperti apa yang dijelaskan dalam bab 2 tentang interaksi sosial mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial, maka audiens meniru perilaku seperti apa yang dilihatnya, maka tidak heran jika sebagai penonton drama Korea maka akan dengan senang hati jika menggunakan istilah-istilah Korea juga. Juga dengan teori Kultivasi kita dapat mengetahui apakah seseorang termasuk dalam heavy viewers atau light viewers yang dapat membantu dalam penelitian ini.

2.9Hipotesis

Gambar

Gambar 1. Poster Drama Goblin
Gambar 2. Rating Drama Goblin
Tabel 2.1
Gambar 3. Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Arif Bangkit Kurniawan, 462007076, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Skripsi, Fakultas Ilmu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adegan-adegan pada serial drama Misaeng yang mengandung unsur nilai-nilai sosial dan untuk mengetahui nilai-nilai sosial apa

Penulis berterima kasih kepada Tuhan Yesus,karena semua berkat yang dilakukann-Nya adalah baik adanya baik Tuhan telah begitu banyak berkarya dalam kehidupan penulis dan

Kesadaran para pelajar Papua dalam usaha memahami bahasa Jawa yang digunakan dalam interaksi sosial di lingkungan sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal dapat dikatakan

gawai, serta interaksi sosial seperti apa yang dapat membuat orang

Tabel 4.9 menunjukan persamaan regresi sederhana variabel interaksi sosial terhadap literasi keuangan yitu Y= 8,767+0,362 yang berarti jika interaksi sosial meningkat

Tahap selanjutnya adalah peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu mengenai interaksi sosial. Apa itu interaksi sosial, seperti apa interaksi sosial yang terlihat

Fakor -faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial Imitasi Sugesti Identifikasi Simpati Interaksi Sosial Disosiatif Konflik, Kompetisi dan Kontraversi Contoh Interaksi Sosial