• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Ex In Supervision untuk Meningkatkan Kemampuan Pengelolaan Pembelajaran Guru di Gugus Pergiwo Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Ex In Supervision untuk Meningkatkan Kemampuan Pengelolaan Pembelajaran Guru di Gugus Pergiwo Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1

Deskripsi Teoretik Ex-In Supervision

Di dalam institusi pendidikan, pengawasan lebih ditekankan pada kegiatan akademik. Istilah yang lebih tepat digunakan adalah supervisi. Pengawasan atau supervisi merupakan dua istilah terjemahan dari

controling”. Terdapat dua pandangan yang berbeda

terhadap makna kedua istilah ini. Di satu sisi ada yang berpendapat bahwa kedua istilah ini sama makna dan pendekatannya. Sedangkan di sisi lain ada yang mengatakan istilah pengawasan lebih bersifat otoriter atau direktif, sedangkan istilah supervisi lebih bersifat demokratis (Masaong, 2013:2).

Penulis berpendapat bahwa pengawasan dan supervisi memang merupakan salah satu dari fungsi manajemen dalam suatu organisasi sekolah. Fungsi yang dimaksud adalah fungsi controling, dimana kepala sekolah sebagai supervisor, harus bisa memberikan pelayanan untuk membantu guru-guru atau personal agar mampu meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar di sekolah. Umoh (2013:84), mengatakan bahwa:

(2)

12

teachers in the school; 5) provide a guide for staff development; 6) know the effectiveness of classroom management of teacher; 7) know the direction of the school; 8) to assess the tone of the school as well as ascertain the extent of achievement of the shool’s objectives; and 9) indentifying some of its most urgent needs”.

Penulis dapat mengartikan bahwa alasan supervisi yang dilakukan pengawas sekolah memiliki alasan, sebagai berikut:

1. Mengetahui kinerja guru dalam mengajar di sekolah.

2. Menentukan apakah guru akan dipromosikan, dipertahankan atau dipecat.

3. Meningkatkan kompetensi guru yang kurang berkompeten.

4. Menemukan kemampuan khusus atau kualitas yang dimiliki guru di sekolah.

5. Memberikan panduan, arahan untuk pengembangan staf.

6. Mengetahui efektifitas managemen kelas.

7. Mengetahui arah sekolah sesuai dengan visi dan misi sekolah.

8. Memastikan sejauh mana pencapaian tujuan yang telah dicapai oleh sekolah.

9. Mengidentifikasi beberapa kebutuhan yang paling mendesak.

Ada beberapa pengertian tentang supervisi, diantaranya yaitu:

(3)

13

profesionalitas mereka sehingga tujuan-tujuan yang dicapai di lingkungan sekolah menjadi lebih baik. 2. Mc Nerney (Sahertian, 2008:17) menyatakan bahwa

definisi dari supervisi adalah suatu prosedur, memberi arah dan mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran.

Definisi tentang supervisi yang dikemukakan Glatthorn, Mc Nerney masih bersifat umum, dan dalam perkembangannya supervisi pendidikan difokuskan dalam batasan yang lebih spesifik yaitu pada supervisi pembelajaran (Masaong, 2013:3). Definisi supervisi pembelajaran adalah usaha mendorong, mengkoordinir, dan menstimulir serta menuntun pertumbuhan guru-guru secara berkesinambungan di suatu sekolah baik secara individual maupun kelompok agar lebih efektif melaksanakan fungsi pembelajaran.

Dalam kaitannya supervisi yang dilakukan kepala sekolah, Priansa (2014:830) mengatakan “supervisi merupakan usaha memberi pelayanan agar guru menjadi lebih profesional dalam menjalankan tugas melayani peserta didiknya”. Pelayanan profesional kepala sekolah terhadap guru-guru sangat esensial bagi peningkatan kualitas proses belajar mengajar (PBM). Menurut Jones dalam Mulyasa (2003:155) supervisi merupakan “bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang berhubungan dengan tugas-tugas pendidikan”.

(4)

14

kualitas pengelolaan proses pembelajaran. Kegiatan pokok supervisi kepala sekolah adalah melakukan pembinaan guru pada khususnya dan kepada lembaga pada umumnya agar kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

Kepala sekolah sebagai pelaksana supervisi harus mampu membimbing guru-guru secara efesien yang dapat menanamkan kepercayaan, menstimulir dan usaha kooperatif yang dapat menunjukkan kemampuan membantu guru dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dan pembinaan profesional dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran (Somad, 2014:84). Dengan demikian sudah tentu setiap kepala sekolah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi, model-model supervisi, prinsip, dan subtansi supervisi akademik.

2.1.1ex-in supervision

Model supervisi dimaknai sebagai bentuk atau kerangka sebuah konsep atau pola supervisi yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan kegiatan supervisi. Sahertian ( 2008: 14)

Model ex-in supervision sebenarnya merupakan hasil pengembangan dari model supervisi akademik itu sendiri. Desain model supervisi ini dikembangkan berdasarkan kebutuhan yang diperoleh dari supervisor di luar sekolah dan di dalam sekolah.

Menurut Suhari ( 2012: 9) mengatakan bahwa

ex-in supervision adalah:

(5)

15

untuk memberi arah dalam pengembangan profesionalitas guru sehingga tujuan-tujuan yang dicapai di lingkungan sekolah menjadi lebih baik”.

Supervisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah supervisi akademik model ex-in supervision, dimana supervisi ini dilakukan oleh kepala sekolah internal dan kepala sekolah secara eksternal dalam satu gugus. Pelaksanaan supervisi yang berlangsung selama ini masih cenderung kepada inspeksi atau pengawasan saja. Supervisi yang dilakukan pengawas juga tidak rutin serta terkesan mencari kesalahan guru. Desain model supervisi ini dikembangkan berdasarkan kebutuhan di lapangan. Model ex-in Supervision

merupakan gabungan dari supervisi yang dilakukan supervisor di luar sekolah dan supervisor di dalam sekolah. Jadi bantuan supervisi diperoleh guru dari dua sumber yaitu kepala sekolah dari sekolah lain dan kepala sekolah dari dalam sekolah tersebut.

(6)

16

Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan beberapa aspek penting supervisi

ex-in supervision, yaitu:

1. Bersifat bantuan dan pelayanan kepada kepala sekolah, guru, dan staf

2. Untuk pengembangan kualitas diri guru 3. Untuk pengembangan profesional guru 4. Untuk memotivasi guru.

Aspek-aspek tersebut menuntut pengetahuan tentang konsep-konsep dan pendekatan supervisi yang ditunjang dengan kinerja serta akuntabilitas yang tinggi dari supervisor. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan supervisi sebagai layanan profesional dapat meningkatkan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran yang bermuara pula pada perwujudan hasil belajar peserta didik secara optimal (Priansa, 2014:108).

Tujuan utama supervisi pembelajaran adalah:

1. membimbing dan memfasilitasi guru dalam mengembangkan kompetensi profesinya,

2. memberi motivasi guru agar menjalankan tugasnya secara efektif,

3. membantu guru mengelola kurikulum dan pembelajaran berbasis KTSP secara efektif,

4. membantu guru membina peserta didik agar potensinya berkembang secara maksimal (Masaong, 2013:6-7).

(7)

17 “sebagai sumber informasi bagi pengembangan

profesionalisme guru dan memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Bukan saja pada memperbaiki kemampuan mengajar tetapi juga

mengembangkan potensi kualitas guru”.

Berdasarkan tujuan dan fungsi supervisi tersebut di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa agar kegiatan supervisi dapat mencapai sasaranya, maka kompetensi pengawas harus dapat dioptimalkan dalam upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya dalam mencapai tujuan pembelajaran.Dengan demikian menurut Priansa (2014:107) menyatakan bahwa esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya.

Untuk mewujudkan tujuan dan fungsi supervisi ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh supervisor dalam rangka melaksanakan kegiatan supervisinya. Prinsip-prinsip supervisi menurut Dodd dalam Buku Panduan Supervisi Akademik Dirjen PMPTK (2010:15) adalah sebagai berikut:

1. Praktis

Berkaitan dengan kemudahan dalam melaksanakan kegiatan supervisi sesuai dengan kondisi sekolah.

(8)

18

Berkaitan dengan perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran.

3. Obyektif

Berkaitan dengan masukan sesuai aspek-aspek instrumen yang akan digunakan dalam supervisi. 4. Realistis

Berkaitan dengan kenyataan sebenarnya dalam melakukan supervisi.

5. Antisipatif

Berkaitan dengan kemampuan dalam menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi. 6. Konstruktif

Berkaitan dengan pengembangan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran.

7. Kooperatif

Berkaitan dengan kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran

8. Kekeluargaan

Berkaitan dengan pertimbangan saling asah, asih, dan asuh delam mengembangkan pembelajaran. 9. Demokratis

Berkaitan dengan pemahaman bahwa supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik.

10.Berkesinambungan

Berkaitan dengan kesinambungan kegiatan supervisi akademik oleh kepala sekolah.

(9)

19

2.1.2 Ruang lingkup Supervisi Akademik

Menurut Buku Panduan Supervisi Akademik Dirjen PMPTK (2010:16-17) ruang lingkup supervisi akademik meliputi:

1. Pelaksanaan kurikulum

2. Persiapan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran oleh guru

3. Pencapaian standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi, dan peraturan pelaksananaannya. 4. Peningkatan akan mutu pembelajaran melalui:

a. Model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada standar proses.

b. Peran serta peserta didik dalam proses pembelajaran secara aktif ,kreatif,mendidik dan dialogis

c. Peserta didik dapat membentuk karakter dan memiliki pols pikir sehingga dapat melaksanakan aktifitas intelektual yang kreatif dan inovatif serta dapat berargumentasi dan mempertanyakan, serta mengkaji, menemukan, dan memprediksi,

d. Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajar yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan mendalam untuk mencapai pemahaman konsep,tidak terbatas pada materi yang diberikan guru.

e. Bertanggung jawab terhadap mutu perencanaan kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Meningkatkan rasa ingin tahunya;

2) Mencapai keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai tujuan pendidikan;

(10)

20

4) Menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah;

5) Mengolah informasi menjadi pengetahuan; 6) Mengkomunikasikan pengetahuan pada pihak

lain;

7) Mengembangkan belajar mandiri dan kelompok dengan proposi yang wajar.

Sasaran utama supervisi akademik adalah proses belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan mutu proses dan mutu hasil pembelajaran. Variabel yang mempengaruhi proses pembelajaran antara lain guru, peserta didik, kurikulum, alat dan buku pelajaran serta kondisi lingkungan dan fisik. Oleh sebab itu fokus utama supervisi akademik adalah usaha-usaha yang sifatnya memberi kesempatan kepada guru untuk berkembang secara profesional sehingga mampu melaksanakan tugas pokoknya, yaitu: memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil pembelajaran ( Buku Panduan Supervisi Akademik Dirjen PMPTK, 2010:10).

2.1.3 Model Ex In Supervision

Model supervisi merupakan sebuah konsep pola supervisi yang digunakan sabagai acuan dalam melakukan suatu kegiatan supervisi. Penelitian ini menggunakan supervisi akademik model ex-in

supervision. Menurut Allan Glatthorn dalam Masaong

(11)

21 kemampuan profesionalnya. Dengan entry point utamanya adalah KKG.

Model ex-in supervision merupakan gabungan dari supervisi yang dilaksanakan oleh supervisor di luar sekolah dan di dalam sekolah. Bantuan supervisi yang diperoleh guru berasal dari dua sumber yaitu dari supervisor di luar sekolah yakni kepala sekolah dari sekolah lain dan supervisor dari dalam yaitu kepala sekolah dari dalam itu sendiri.

Supervisi model ini menjawab keterbatasan jumlah supervisor external atau pengawas sekolah dan saling melengkapi antara kepala sekolah yang satu dengan yang lain dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi guru dalam meningkatkan profesionalnya.

Menurut Suhari (2013:21) ciri-ciri khusus yang membedakan supervisi akademik model ex-in supervision dengan model supervisi yang telah ada, antara lain:

1. Merupakan gabungan dari dua atau lebih supervisor yaitu pengawas sekolah atau kepala sekolah dari luar sebagai external supervisor dan kepala sekolah atau guru pendamping sebagai internal supervisor.

2. Ex-in supervision tidak melakukan penilaian, melainkan membantu guru dalam menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi di kelas.

(12)

22

4. Frekuensi supervisi dapat lebih sering dilakukan dari pada model supervisi yang lain, karena ketika guru menghadapi masalah dalam pembelajaran dapat langsung bertemu dengan kepala sekolah.

5. Ex-in supervision tidak bersifat inspeksi karena tidak ada proses penilaian.

Unsur-unsur pelaksana supervisi akademik model ex-in supervision yaitu:

1. Kepala Sekolah Gugus

Kepala sekolah dalam satu gugus bertindak sebagai exsternal supervisor. Ketentuan dari external supervisor adalah kepala sekolah dari sekolah lain yang masih dalam satu wilayah gugus.Tugas pokok external supervisor yaitu:

a. Menjalin komunikasi efektif dan menyampaikan data informasi hasil observasi.

b. Melaksanakan supervisi akademik berupa pemberian bantuan profesional kepada guru sesuai kebutuhan atau sesuai dengan kesulitan yang dihadapi guru ketika mengajar di kelas.

c. Menyampaikan data informasi guru kepada internal supervisor berupa catatan-catatan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi guru dalam konteks pembelajaran.

2. Kepala Sekolah Internal

Ketentuan dari internal supervisi adalah seorang kepala sekolah pada sekolah masing-masing. Tugas pokok internal supervisor yaitu:

a. Melaksanakan observasi pembelajaran oleh guru dan mencatat hasil observasi tersebut.

b. Menyampaikan data informasi hasil observasi kepada external supervisi untuk mendapat pemecahan bantuan supervisi sesuai kebutuhan guru

(13)

23

Guru mendapat supervisi dari kepala sekolah masing-masing dan kepala sekolah dari sekolah lain yang satu gugus atau pengawas sekolah juga selaku eksternal supervisi Suhari (2013:24).

Menurut Heller dalam Masaong (2013:50) model kerja sama pengembangan profesional memiliki keutungan antara lain sebagai berikut:

1. Mengembangkan suatu mekanisme bagi tim untuk saling berkomunikasi mengenai pembelajaran. 2. Kegiatannya yang bersifat kontinyu sehingga

meningkatkan motivasi belajar bagi guru-guru. 3. Interaksi intelektual dapat memberikan efek

induksi, karena terjalin sikap saling menerima dan saling memberi informasi tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 4. Ada upaya perbaikan perilaku inovatif, disiplin, self

control dalam pelaksanaan tugas-tugas mengajar. 5. Menunjukkan bahwa kepala sekolah, guru-guru

banyak belajar dari kepala sekolah lain dan saling percaya antara satu sama yang lain sebagai sumber ide-ide baru , membagi masalah yang mereka hadapi, sehingga merasa cocok dengan pengembangan profesinya.

Penulis berpendapat di samping keutungannya

ex-in supervision juga memiliki berbagai kelemahan

seperti berikut:

1. Memerlukan kemampuan manajerial yang tinggi karena cukup menyita waktu dalam pelaksanaan kegiatan.

(14)

24

3. Tanpa dukungan dari kepala sekolah dan pengawas sekolah, motivasi ekstrinsik sangat kecil, terutama yang berkaitan dengan pembiayaan dan reward (penghargaan).

4. Timbul ketergantungan dan keterikatan, yang dapat berakibat negatif. Hal ini menuntut kesadaran yang tinggi bagi setiap guru tentang pentingnya belajar sepanjang hayat dan pentingnya pengembangan profesi sebagai guru.

2.1.4 Teknik Pelaksanaan Ex-In Supervision

Ex-in supervisi merupakan salah satu model kerja sama dalam supervisi akademik yang merupakan kegiatan pembinaan dengan memberi bantuan teknis kepada guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Menurut Sullivan dan Glanz dalam Kemendiknas (2010:34) ada empat langkah pelaksanaan supervisi yaitu:

a. Perencanaan pertemuan

Pada tahap ini memutuskan fokus observasi (pendekatan umum, informasi langsung, koloboratif), menetapkan metode dan formulir observasi, mengatur observasi dan pertemuan berikutnya.

b. Observasi

(15)

25

verivikasi dan mengiterprtasikan, memilih pendekatan interpersonal.

c. Pertemuan berikutnya

Tahap ini menentukan fokus dan waktu yang akan dilakukan berikutnya.

d. Refleksi Koloboratif

Tahap ini dilakukan menemukan nilai-nilai apa, mana yang kurang bernilai, apa saran saran yang akan diberikan.

Pembinaan guru di Gugus Pergiwo adalah serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru,terutama bantuan berwujud pelayanan profesional yang dilakukan kepala sekolah atau supervisor untuk peningkatan pengelolaan pembelajaran. Kehadiran gugus sekolah sebagai prasrana pembinaan profesional Pengelolaan pembelajaran mempunyai tugas dan tanggung jawab bersama antara semua SD anggota gugus. Dalam hal ini pembentukan gugus sekolah akan sangat membantu efesiensi dan efektivitas dalam pembinaan dan pengawasan terhadap suatu sekolah (Dediknas; 2009:22).

Menurut Glickman (dalam Banun Muslim, 2010:77-80) mengemukakan ada tiga pendekatan yang diterapkan supervisor di dalam melakukakn supervisi, yakni pendekatan direktif, pendekatan koloboratif, dan non direktif. Pertama, orientasi direktif diterapkan manakala supervisor menemukan guru yang dalam pengembangan dirinya sangat rendah, sehingga perlu banyak contoh-contoh kongkrit disertai tugas-tugas.

(16)

26

tanggung jawab antara guru dengan supervisor seimbang. Ketiga Orientasi nondirektif digunakan apabila tanggung jawab guru dalam mengembangkan dan membina dirinya sendiri tinggi.

2.1.5 Peran Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Kemampuan menyusun dan melaksanakan program supervisi menjadi tugas kepala sekolah selaku supervisor. Bentuk penyusunan program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan perpustakaan, dan ujian. Sedangkan kemampuan memanfaatkan hasil supervisi pendidikan diwujudkan untuk peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan mengembangkan potensi yang ada di sekolah.(majalah Pendidikan, 2011) yang di akses tanggal 4 Januari 2015.

Peran kepala sekolah sebagai supervisor bila dilakukan dengan baik, siap membantu guru dalam memecahkan masalah pasti akan mendorong, merangsang, dan mengispirasi para guru untuk bekerja untuk mencapai keberhasilan dalam teknik mengajar. Umoh (Journal Educational Supervision for Effective Teaching In Akwa IBOM State Secondary School: Problems and Prospects, 2013:87), mengatakan bahwa:

(17)

27 instruction which will provide a favourable success and failure ratio for the students”

Penulis dapat mengatakan bahwa tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa kepala sekolah memiliki peranan dalam memantau, membina, dan memperbaiki keadaan sekolah untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan. Jadi supervisi kepala sekolah merupakan upaya dalam pembinaan untuk menjamin agar guru bekerja dengan baik serta meningkatkan kualitas pengajaran atau hasil pendidikan di sekolah, maka kepala sekolah perlu melakukan langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan, serta mengadakan perubahan dalam pengelolaan pembelajaran dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa dan menguranggi rasio kegagalan siswa.

(18)

28

sangat tepat menginggat sering berubah-ubahnya kurikulum di Indonesia. Perubahan ini sangat membutuhkan kesiapan guru sebagai agen pembelajaran.

2.2 Kemampuan Mengajar Guru

Mengajar merupakan suatu sistem yang komplek dan integrative dari sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan terhadap seseorang Darmadi (2009:42). Mengajar tidak hanya sekedar memberi informasi secara lesan, tetapi dalam mengajar guru harus dapat menciptakan situasi lingkungan belajar yang memungkinkan anak aktif dalam belajar. Untuk itu dalam mengajar pendidik dapat mengunakan beberapa keterampilan mengajar atau teaching skill, yang meliputi: a) keterampilan bertanya, b) keterampilan memberi penguat, c) keterampilan memberi variasi, d) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, e) keterampilan menjelaskan, f) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, g) keterampilan mengelola kelas, h) keterampilan mengajar perorangan. Kemampuan mengajar guru tidak terlepas dari kemampuan akademis dan non akademis (Darmadi, 2009:42).

2.2.1 Keterampilan bertanya

(19)

29 interaksi di kelas yang dinamis dan multi arah (Darmadi, 2009:1).

Kegiatan bertanya akan lebih efektif bila pertanyaan yang diajukan cukup berbobot, mudah dimengerti atau relevan dengan topik yang dibicarakan. Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan, penulis dapat mengatakan bahwa tujuan guru mengajukan pertanyaan (1) mengembangkan pendekatan CBSA (2) menimbulkan rasa ingin tahu (3) merangsang fungsi berpikir (5) menmfokuskan perhatian siswa (6) menstruktur tugas yang akan diberikan (7) mendiagnosis kesulitan belajar siswa (8) mengkomunikasikan harapan yang diinginkan oleh guru dan siswa (9) merangsang terjadinya diskusi dan memperlihatkan perhatian terhadap gagasan dan terapan siswa sebagai subyek didik.

2.2.2 Ketrampilan memberi penguat

(20)

30

2.2.3 Keterampilan memberi variasi

Variasi mengandung makna perbedaan. Dalam kaitan pembelajaran pengertian variasi menurut Darmadi (2009:3) mengatakan “variasi merujuk pada tindakan dan perbuatan guru, yang disengaja ataupun secara spontan untuk memacu dan mengikat perhatian siswa selama pelajaran berlangsung. Tujuan utama guru mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran untuk mengurangi kebosanan siswa sehingga perhatian mereka terpusat pada pelajaran.

2.2.4 Keterampilan menjelaskan

Pengertian menjelaskan dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran mengacu kepada perbuatan mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana dan sistematis sehingga dalam penyajiannya siswa dengan mudah dapat memahaminya (Darmadi, 2009:4).

Pentingnya penguasaan keterampilan menjelaskan bagi guru adalah dengan penguasaan ini memungkinkan guru dapat meningkatkan efektivitas penggunaan waktu dan penyajian penjelasannya, mengestimasi tingkat pemahaman siswa, membantu siswa memperluas cakrawala pengetahuannya, serta mengatasi kelangkaan buku sebagai sarana dan sumber belajar.

(21)

31 dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan prakondisi agar mental dan perhatian siswa tertuju pada materi pelajaran yang akan dipelajari mereka. Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan pada awal pelajaran saja melainkan juga pada awal setiap penggal kegiatan, misalnya pada saat memulai kgiatan tanya jawab, mengenalkan konsep baru, memulai kegiatan diskusi, mengawali pengerjaan tugas, dan lain-lainnya.

Menutup pelajaran merupakan kegiatan dan pernyataan guru untuk menyimpulkan atau mengakhiri kegiatan inti. Menutup pelajaran juga dapat dilakukan pada akhir setiap penggal kegiatan, misalnya mengakhiri kegiatan diskusi, tanya jawab, menindaklanjuti pekerjaan rumah yang telah dikerjakan siswa.

2.2.6 Keterampilan membimbing dikusi kelompok kecil Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu

format pembelajaran yang mempunyai ciri-ciri: 1) melibatkan 3 – 9 orang siswa setiap kelompoknya, 2) mempunyai tujuan yang mengikat, 3) berlangsung

dalam interaksi tatap muka yang informal, 4) mengembangkan sikap saling membantu, dan

5) meningkatkan pemahaman. 2.2.7 Keterampilan mengelola kelas

(22)

32

diingikan, mengulang atau meniadakan tingkah laku yang tidak diingikan Daramdi ( 2009:6). Tujuan guru mengelola kelas adalah agar semua siswa yang ada di dalam kelas dapat belajar dengan optimal dan mengatur sarana pembelajaran serta mengendalikan suasana belajar yang menyenangkan untuk mencapai tujuan belajar.

2.2.8 Keterampilan mengajar perorangan

Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan bentuk mengajar klasikal biasa yang memungkinkan guru dalam waktu yang sama menghadapi beberapa kelompok kecil yang belajar. Menurut Darmadi (2009:9) kaitannya dengan format mengajar ini ditandai oleh adanya hubungan interpersonal yang lebih akrap dan sehat antara guru dan siswa, adanya kesepakatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan dengan kemampuan, minat, cara, dan kecepatannya, adanya bantuan dari guru, adanya keterlibatan siswa dalam merancang kegiatan belajarnya, serta adanya kesempatan bagi guru untuk memainkan berbagai peran dalam kegiatan pembelajaran.

(23)

33 individual dalam proses belajar mengajar di sekolah. Cara-cara tersebut 1) akselerasi dan program tambahan, 2) pengajaran individual, 3) pengajaran unit, 4) kelas khusus bagi siswa yang cerdas, 5) kelas remidi bagi siswa yang lamban, 6) pengelompokan berdasar abilitas, 7) pengelompokan informal, 8) supervisi periode individualisasi, 9) memperkaya dan memperluas kurikulum, 10) pelajaran pilihan, 11) diferensiasi pemberian tugas dan pemberian tugas yang fleksibel, 12) sistem tutorial, 13) bimbingan individual, 14) modifikasi metod-metode mengajar.

Penulis memiliki pendapat bahwa ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan perlu dikuasai guru karena penerapannya dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa yang berbeda-beda. Selain itu, pembelajaran kelompok kecil dan perorangan memberi kemungkinan terjadi hubungan interpersonal yang sehat antara guru dengan siswa, terjadinya proses saling belajar antara siswa yang satu dengan lainnya.

2.3 Pengelolaan pembelajaran

Upaya untuk melakukan peningkatan mutu pendidikan telah sering dilakukan terutama dalam pengembangan kurikulum Daryanto (2013:311). Namun kita sangat lemah dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar atau kegiatan pendidikan dan pelatihan.

(24)

34

Sehubungan dengan masalah pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam rangka peningkatan pencapaian tujuan pendidikan yang telah diformulasikan maka pengajar perlu memiliki gambaran nyata dalam melakukkan langkah-langkah yang diperlukan.

Menurut Daryanto (2013:312), ”Pengelolaan kegiatan belajar mengajar merupakan proses pembelajaran utuh dan menyeluruh yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi pembelajaran, termasuk evaluasi programnya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan seperti yang telah ditentukan. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar atau pendidikan dalam kurikulum sangat ditentukan oleh mutu pengelolaan kegiatan belajar mengajar. Ketuntasan pengelolaan kegiatan, belajar ,mengajar ,sangat, ditentukan ,oleh kepedulian, kemauan, kapabilitas, dan kerja keras semua unsur.

Berikut alur untuk memahami pengelolaan kegiatan belajar mengajar secara umum .

BAGAN 2.1

ALUR PENGELOLAAN PEMBELAJARAN (Daryanto, 2013:312)

Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi

Natawidjaya dan Sanusi (2000:81) mengemukakan secara konseptual dan umum, Pengelolaan pembelajaran mencapai tiga aspek

(25)

35 kompetensi, yaitu kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi personal. Kinerja pendidik yang diharapkan dapat berpegang pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Senantiasa memegang komitmen dengan sungguh-sungguh dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan pendidikan.

2. Menjunjung tinggi martabat dan profesi guru

3. Melakukan yang terbaik dalam mengembangkan potensi peserta didik.

4. Bekerja keras dengan penuh pengabdian (M.Furqon:2009).

2.3.1 Perencanaan Pembelajaran

Pengelolaan pembelajaran secara utuh diawali dengan perencanaan terlebih dahulu sedangkan dalam perencanaan ada beberapa kegiatan salah satu diantaranya adalah persiapan pembelajaran. Menurut Daryanto (2013:315) kaitannya dengan persiapan pengajar sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar meliputi analisis keterkaitan materi pembelajaran, penyusunan program, sistem penjadwalan, bahan ajar, dan media pembelajaran.

(26)

36

2.3.2 Pelaksanaan Pembelajaran

Di dalam kegiatan belajar mengajar, pelaksanaan merupakan proses inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Guru melakukan segala aktivitas dalam pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusunya berupa rencana pelaksanaan pembelajaran. Menurut Daryanto (2013:315) pelaksanaan pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dan pengajar yang menggunakan segala sumber daya sesuai dengan perencanaan yang telah disiapkan sebelumnya dalam rangka mencapai tujuan. Jadi pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi guru dengan murid dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dan

untuk mencapai tujuan pengajaran. (Suryosubroto, 2009:30)

Jadi pelaksanaan pembelajaran dapat disimpulkan sebagai terjadinya interaksi guru dengan siswa dalam rangka menyampaikan bahan pembelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran harus selalu mengingat prinsip pembelajaran yaitu mengalirkan kompetensi kunci dalam setiap kegiatan dan aktivitasnya yang selalu bersentral pada fokus peserta didik. Untuk itu hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembelajaran menurut Daryanto (2013:316) adalah sebagai berikut:

(27)

37

Pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain a) pembelajaran tuntas, b)pembelajaran mandiri, c) pembelajaran berbasis kompetensi, d) pembelajaran berbasis normatif

dan adaptif, e) pembelajaran sepanjang hari, f) pembelajaran berwawasan lingkungan.

2. Metode Pembelajaran

Banyak metode yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan yang paling sering digunakan pada umumnya metode ceramah, demonstrasi, tanya jawab, diskusi, penugasan, kerja kelompok, dan sebagainya. 3. Tahap pembelajaran

Secara runtut proses pembelajaran harus diawali dengan mengkondisikan ruangan terlebih dahulu sebelum masuk subtansi inti. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan perhatian peserta didik kepada pokok permasalahan atau tema yang akan dibahas. Secara didaktik metodik, tahapan tersebut terdiri dari: a) motivasi, b) eksplorasi, c)elaborasi, d) konfirmasi, e) evaluasi.

4. Pola pelaksanaan pembelajaran

Pola pelaksanaan dapat dilakukan di dua tempat yaitu di sekolah dan di lapangan kerja. Program pelaksanaan pembelajaran harus sesuai dengan program yang disusun.

2.3.3 Evaluasi Hasil Belajar

(28)

38

Penulis memiliki pendapat bahwa penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pembelajaran yang telah ditetapkan dalam tujuan.

Menurut Subroto (2009:44) penilaian dalam proses belajar mengajar meliputi:

1. Evaluasi formatif

Evaluasi formatif adalah penilaian yang dilakukan guru setelah pokok bahasan selesai dipelajari siswa. Dalam buku Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar, penilaian formatif disebutkan dengan istilah penilaian pada akhir satuan pelajaran. Penilaian ini berfungsi untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

2. Evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif adalah penilaian yang diselenggarakan oleh guru setelah satu jangka waktu tertentu. Untuk sekolah Dasar pada akhir semester. (Arikunto, 2000:83). Penilaian sumatif berguna untuk mempeoleh nformasi tentang keberhasilan belajar siswa yang dipakai sebagai masukan utama untuk menentukan nilai rapor atau nilai akhir semester. 3. Pelaporan hasil penilaian

Dituangkan dalam buku rapor, yang merupakan laporan hasil belajar. Buku rapor berfungsi untuk laporan hasil kerja sekolah kepada orang tua murid. 4. Pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan

(29)

39 diberikan pengayaan sebelum beralih ke materi lain. (Daryanto, 2013:319)

2.3.4 Evaluasi Program

Proses evaluasi program didasarkan pada pengalaman sekolah dalam program tersebut. Menurut Daryanto (2013:319) evaluasi program merupakan proses pengukuran dan penilaian semua program yang berkenaan dengan konteks lingkungan eksternal, input,

process, output, dan outcome.

Tujuan utama evaluasi program adalah:

1. Mengukur dan menilai tingkat keberhasilan dalam mengelola semua program pembelajaran. 2. Mendeteksi penyimpangan penyelenggaraan

program pembelajaran.

3. Memperoleh data yang akurat untuk pengembangan program pembelajaran berikutnya (Daryanto, 2013:320)

2.4

Tinjauan Penelitian Terdahulu

(30)

40

masih jauh dari teori supervisi. Pelaksanaan supervisi yang berlangsung selama ini masih cenderung kepada inspeksi atau pengawasan saja. Supervisi yang dilakukan berkesan mencari-cari kesalahan dari guru. Kegiatan supervisi tidak sesuai dengan harapan kebutuhan guru. Namun demikian Nurmudi (2011:8) dalam penelitiannya menyatakan bahwa secara signifikan supervisi berpengaruh terhadap pengelolaan pembelajaran. Oleh karena itu disarankan agar kepala sekolah untuk melakukan selalu meningkatkan kualitas supervisi, meningkatkan kunjungan kelas, meninjau RPP, kesesuaian metode mengajar yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Dalawi (2012:10) meneliti tentang pelaksanaan supervisi pengawas sekolah sebagai upaya peningkatan profesionalisme guru SMP N 1 Bengkayang Pontianak.

(31)

41

2.5

Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini, kerangka berpikir diawali dengan rendahnya kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran. Rendahnya pengelolaan pembelajaran disebabkan guru masih mengajar dengan cara pola lama atau konvensional. Di samping itu kurang berfungsinya pembinaan dan pengawasan dari pengawas sekolah sehingga guru melakukan aktivitas pembelajaran dengan caranya sendiri. Sehingga kepala sekolah diharapkan dapat melaksanakan fungsi kepemimpinannya dan pengawasannya dengan baik. Kepala sekolah dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap kualitas mutu pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Agar setiap pendidikan dapat dilaksanakan dengan baik, maka kepala sekolah harus dapat mengarahkan dan membina semua guru dalam menjalankan kegiatan proses pembelajaran. Untuk dapat mengarahkan dan membina jalannya seluruh kegiatan pembelajaran guru maka kepala sekolah perlu menjalankan tugas dan fungsinya sebagai supervisor.

(32)

42

dilakukan secara koloboratif untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran.

Supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah Gugus Pergiwo adalah supervisi ex-in yang bertujuan memberi bimbingan dan pembinaan ke arah profesional guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu melalui pendekatan ex-in supervision secara terencana dan terprogram merupakan langkah yang tepat untuk dilaksanakan dalam gugus sekolah sebagai usaha untuk meningkatkan pengelolaan proses pembelajaran guru.

Berdasarkan pemikiran tersebut, dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Peningkatan PengelolaanPembelajaran Guru Melalui Ex-In Supervision

Pengelolaan Pembelajaran Guru

Rendah

Pelaksanaan

Internal Supervision

Pelaksanaan

Eksternal Supervision

KemampuanPengelolaan Pembelajaran Guru

(33)

43

2.6

Hipoteses

Berdasarkan pada masalah dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan diatas, maka hipoteses yang diusulkan oleh peneliti adalah: bahwa penerapan ex-in

supervisi dapat meningkatkan kemampuan pengelolaan

(34)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Peningkatan PengelolaanPembelajaran Guru

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dari jawaban tersebut nampak bahwa Kepala Sekolah tidak faham konsep Supervisi Akademik yang benar karena mengacu pada teori atau konsep Supervisi akademik dinyatakan

Sebelum melaksanakan supervisi akademik, kepala sekolah membuat kesepakatan dengan guru tentang instrumen yang akan digunakan. Sebelum melaksanakan supervisi akademik, kepala

Supervisi Kepala Sekolah merupakan upaya seorang kepala sekolah dalam pembinaan guru agar guru dapat meningkatkan kualitas mengajarnya dengan melalui

(3) solusi mengatasi hambatan: kepala sekolah memberikan pengertian bahwa supervisi untuk pembinaan guru dalam pengelolaan pembelajaran yang baik; fleksibelitas

Menurut pemahaman saya, supervisi klinis dengan teknik kunjungan kelas merupakan kegiatan kunjungan kelas oleh kepala sekolah guna pembinaan kinerja guru dalam

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis berjudul “ Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan supervisi etos kerja guru SD dalam mengikuti KKG melalui supervisi

supervision cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan guru mengajar di kelas. 2) Terjadi peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajran di kelas

Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perorangan. Pengawas Sekolah hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari hasil supervisi ini akan