• Tidak ada hasil yang ditemukan

Integrasi Tasawuf Dan Sains (7)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Integrasi Tasawuf Dan Sains (7)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

NAMA : DIAN EL ARAFIAH SARAGIH NIM : 0702173191

SEMESTER/ JURUSAN : I/ SISTEM INFORMASI-5 DOSEN PENGAMPU : DR. JA’FAR, MA

INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS

A. Integrasi dalam Sejarah Islam

Dalam sejarah Islam Klasik, budaya integrasi keilmuan telah dikenal dan dikembangkan dengan canggih. Center for Islamic Philosophical Studies and Informastion (CIPSI) menyebut 261 ilmuwan, teolog, dan saintis Muslim yang menguasai bidang, baik ilmu-ilmu kewahyuan maupun ilmu-ilmu rasional dan empirik. Muslim klasik menempuh pola hidup sufistik, dan kajian-kajian ilmiah mereka diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan religius dan spiritual. Para filsuf dari mazhab Paripatetik merupakan pemikir Muslim yang berhasil mengintegrasikan filsafat Yunani dengan ajaran Islam yang bersumberkan kepada Al-Qur’an dan Hadits yakni :

 Al-Jahiz (w.869) adalah ahli dalam bidang sastra Arab, biologi, zoologi, sejarah, filsafat, psikologi, teologi, dan politik;

 Al-Kindi (w. 873 M) menguasai seluruh cabang filsafat seperti metafisika, etika, logika, psikologi, kedokteran, farmakologi, matematika, astrologi, optik, zoologi dan meteorologi;

 Al-Raji (w. 925) adalah ahli dalam bidang filsafat, kimia, matematika, sastra, dan kedokteran;

 Al-Farabi (w. 950) menguasai berbagai cabang filsafat, antara lain metafisika, etika, logika, matematika, musik, dan politik;

 Ibn Bajjah (w. 1138) adalah tokoh yang dikenal sebagai seorang astronom, filsuf, musisi, dokter, fisikawan, psikolog dan botanis;

 Ibn Thufail (w. 1185) juga seorang ahli filsafat, kedokteran dan hukum Islam;

 Al-Ghazali (w. 1111) adalah seorang teolog, filsuf, dan sufi;

(2)

 Ikhwan al-Shafa (abad 10 Masehi) adalah kelompok filsuf menguasai filsafat,

 Ibn Rusyd (w. 1198) adalah pakar kedokteran, hukum Islam, matematika, dan filsafat;

 Ibn Sina (w. 1037) menguasai filsafat, kedokteran, astronomi, kimia, geografi, geologi, psikologi, logika, matematika, fisika, dan puisi;

 Fakhr al-Din al-Razi (w. 1209)dikenal sebagai ahli filsafat, tasawuf, kedokteran, tafsir, dan fikih;

Secara keilmuwan, mereka banyak menguasai banyak disiplin ilmu, dan secara personal mereka berperan sebagai seorang Saintis Muslim yang berpola hidup religius dan sufistik. Selain dari mazhab paripetik, sejarah Islam juga menyebutkan keberadaan para filsuf dari mazhab Isyaraqiyah dan mazhab Hikmah al-Muta’aliyah yang sukses mengintegrasikan ilmu-ilmu rasional dengan ilmu kewahyuan diantaranya :

 Suhrawadi (w. 1191) yang dikenal sebagai ahli filsafat, tasawuf, zoroastrianisme, dan platonisme;

 Nash al-Din al-Thusi (w. 1274) merupakan pakar dalam bidang astronomi, biologi, kimia, matematika, filsafat, fisika, teologi, tasawuf dan hukum Islam;

 Quthb al-Din al-Syirazi (w. 1311) dikenal sebagai ahli bidang astronomi, matematika, kedokteran, fisika, musik, filsafat, dan tasawuf;

 Mulla Sadra (w. 1640) adalah seorang pakar teologi, hukum Islam, tafsir, hadits, dan tasawuf;

 Baha al-Din Amili (w. 1621) merupaka seorang fakih, ahli hadis, filsuf, matematikawan dan arsitek;

Dapat disimpulkan bahwa mereka sukses mengintegrasikan antara dua jenis ilmu tersebut, dan mengintegrasikan keduanya dengan keyakinan dan perilaku hidup mereka sehari-hari.

B. Integrasi dalam Ranah Ontologi

(3)

bermakna teori keberadaan tersebut atau dimaknai sebagai ilmu tentang esensi segala sesuatu. Dengan demikian, ontologi adalah ilmu tentang keberadaan, dan istilah ontologi ditujukan keoada pembahasan tentang objek kajian ilmu. Para sufi memang lebih banyak memfokuskan kepada masalah kedekatan kepada Alah Swt. Dari aspek ini, dapaat dilihat titk singgung antara tasawuf [falsafi] dengan sains, sebab tasawuf bukan hanya membahas tentang bagaimana mendekatkan diri kepada Allah Swt. Atau hakikat wujud-Nya juga mengenai hakikat alam dan manusia sebagaimana sains juga hendak mengkaji dan menelaah fenomena-fenomena alam terutama berbagai persoalan tentang mineral, tumbuhan, hewan, dan manusia.

Berbeda dari saintis Barat sekuler, filsuf sufi dan muslim berpendapat bahwa ada hubungan erat antara alam dengan Allah Swt. Menurut Ibn’Arabi (w. 1240), alam diciptakan Allah Swt. Melalui proses tajalli yaitu :

 Tajalli Dzati, bentuk penciptaan potensi;

 Tajalli Syuhudi, bentuk penampakan diri dari dalam citra alam semesta;

Santis Muslim sebagai peneliti alam empirik (terutama dunia mineral, tumbuhan, binatang dan manusi) harus menyadari bahwa alam merupakan ciptaan dan manifesti Allah Swt, dan ajaran Islam mengajarkan bahwa alam merupakan tanda-tanda keberadaan dan kekuasaan-Nya, sehingga penelitian terhadap alam diharapkan dapat menumbuhkan dan memperkokoh keimana terhadap-Nya, bukan menjauhkan manusia dari-Nya sebagaimana ditemukan dalam banyak teori ilmuwan-ilmuwan Barat-sekuler.

C. Integrasi dalam Ranah Epistemologi

(4)

Sebagian sufi memanfaatkan metode irfani untuk mendapatkan pemahaman mendalam mengenai dunia metafisik dan dunia fisik (mineral, tumbuhan, hewan, dan manusia). Dalam kitabnya, Risalah Anwar fi ma Yumnah Shahib Khalwah min al-Asrar, Ibn ‘Arabi menceritakan hasil dari berbagai zikirnya. Melalui zikir, Ibn ‘Arabi mampu menembus berbagai dunia, mulai dari dunia fisik sampai dunia gaib. Pada zikir awal, Ibn ‘Arabi dibawa ke dunia mineral, dan ia diperkenalkan pada berbagai jenis mineral dan manfaat medisnya. Ketika terus melanjutkan zikirnya, Ibn ‘Arabi dibawa ke dunia tumbuh-tumbuhan, dan ia dikenalkan pada berbagai jenis dan manfaat tumbuhan tersebut. Dari perspektif Islam, kesucian jiwa manusia menjadi syarat utama unutk memperoleh ilmu secara langsung dari sumber asalnya, yaitu Allah Swt. Yang diketahui memiliki sifat al-‘Alim.

D. Integrasi dalam Ranah Aksiologi

Aksilogi berasal dari bahsa Yunani, axios yang bermakna nilai, dan logos yang berarti teologi. Aksiologi bermakna teori nilai, investigasi terhadap asal, kriteria, dan status metafisik dari nilai tersebut. Aksiologi juga dimaknai sebagai studi tentang manfaat akhir dari segala sesuatu. Suriasumantri menyimpulkan bahwa aksiologi sebagai bagian dari kajian ilmu membahas tentang kegunaan dan penggunaan ilmu, yang berkaitan antara penggunaan ilmu dengan kaidah moral. Jadi, aksiologi membahas tentang nilai kegunaan ilmu, tujuan pencaharian dan pengembangan ilmu, kaitan antara penggunaan dan pengembangan ilmu dengan kaidah moral, serta tanggung jawab. Kajian Aksiologi lebih ditujukan kepada pembahasan manfaat dan kegunaan ilmu, dan etika akademik ilmuwan.

(5)

Referensi

Dokumen terkait

Istilah aksiologi berasal dari bahasa Yunani, axios yang bermakna nilai, dan logos yang.

Istilah epistemologi berasal dari bahasa yunani, episteme yang bermakna pengetahuanan, dan logos yang bermakna ilmu atau eksplansi, sehingga epistemologi berarti teori

Para Saintis Muslim selain memiliki kemampuan dalam ilmu rasional, ilmu empirik, mereka juga harus menguasai ilmu-ilmu religius seperti dalam kajian ilmu tasawuf, hadis,

Dapat disimpulkan bahwa para ilmuan Muslim klasik tidak hanya mengembangkan ilmu- ilmu rasional dan empiric seperti fisika, puisi, matematika, musik,, astronomi, arsitektur,

bidang ilmua-ilmu kealaman ,para pemikir muslim klasik menempuh pola hidup sufistik,dan kajian kajian ilmiah mereka diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan

tasawuf juga memiliki jangkauan dan hubungan dengan ilmu lainnya.. Ilmu tasawuf juga memiliki hubungan dengan ilmu

Sedangkan kemampuan mereka menguasai ilmu-ilmu rasional dan empiric adalah bahwa semua ilmu tersebut dikategorikan sebagai ilmu fardh al-kifayah yang diwajibkan sebagian

metafisika yang merupakan bagian dari filsafat; dan membahas teori tentang keberadaan. seperti makna keberadaan dan karekteristik esensial