• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikut dalam Arsitektur Tradisional Bali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sikut dalam Arsitektur Tradisional Bali"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ARSITEKTUR BALI 2

SIKUT

OLEH KELOMPOK 11 B ANGGOTA :

UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR TAHUN 2014

1. PUTU YOGA DANAN JAYA (1304205060)

2. IB. GEDE ARISUDANA YOGA (1304205094)

3. IB. RADITYA WIDNYANA (1304205105)

4. I GEDE PRAYOGA ADHI TAMA (1304205108)

(2)

SIKUT

A. PENGERTIAN SIKUT :

Sikut adalah pedoman dasar tata ukur yang mengikat pada setiap karya arsitektur tradisional di Bali. Wujud dari sikut itu sendiri ada yang menggunakan anatomi tubuh seperti jari, lengan, dan kaki, serta ada juga yang menggunakan persepsi berdasarkan kemampuan seseorang untuk menentukan suatu ukuran, contohnya cara mengukur menggunakan pengelihatan terjauh (a penelengan) dan cara mengukur menggunakan lemparan terjauh (a penimpugan).

Secara rinci pengukuran melalui anatomi tubuh biasanya dilakukan dangan menggunakan anatomi tubuh pemilik rumah seperti telapak kaki (tapak), lengan (depa), dan jari (lengkat), serta dalam setiap penerapannya selalu ditambahkan ukuran ekstra yang dikenal dengan istilah pengurip (merupakan ukuran tambahan yang memberikan makna tertentu bagi pemiliknya). Dari unsur tangan skala ukuran berbentuk: a lengkal, a cengkal, a telek, a useran, a lek, a kacing, a musti, a sirang, a gemal, a guli tujuh, a nyari, a rai, a duang nyari, a tampak lima, a petang nyari, a tebah, tampak lima. Dari unsur lengan ukuran berbentuk: tengah depa agung, tengah depa alit, a hasta. Dari unsur kaki : a tampak dan a tampak ngandang.

(3)

(sumber:www.babadbali.com/astakosalakosali/astakosala.htm).

B. DASAR FILOSOFI :

Tuhan menciptakan manusia dengan ukuran disetiap anggota tubuhnya begitu pula manusia menciptakan bangunan agar memiliki bagian – bagian tubuh manusia seperti kepala, badan, dan kaki, serta setiap bagian bangunan diukur berdasarkan perbandingan dari anggota tubuh manusia yang telah diciptakan oleh Tuhan dengan maksud ingin menciptakan keseimbangan antara bhuawana agung dan bhuwana alit. Selain itu agar si pemilik bangunan dengan bangunannya secara psikologis menjadi satu dan akrab, terjadinya kesesuaian rasa ruang, dan dapat menghindari ketakutan pada skala ruang yang kebesaran.

C. WUJUD PENERAPANNYA :

Dalam penerapannya sikut dibedakan menjadi 3 jenis yaitu sikut karang, sikut natah, dan sikut bale/gegulak. Berikut ini adalah penjelasan dan contoh penerapan dari ketiga jenis sikut tersebut yang telah kami bagi dan kami padukan berdasarkan hubungan dan konteks wilayah penerapannya.

- MAKRO (sikut karang)

Contoh : Mengukur luas tapak/pekarangan

(4)

A penelengan

Sketsa contoh a penelengan agung

A penelengan merupakan kemampuan melihat benda terjauh seseorang yang dijadikan patokan untuk menentukan luas site atau luas lahan yang akan dibangun, menurut (Kajian dari perspektif Arsitektur) oleh I Ketut Adimarsa a penelengan memiliki ukuran rata rata pengelihatan sekitar 5 km. Umumnya digunakan untuk menentukan luas pura yang memiliki kebutuhan akan pelinggih yang cukup banyak, agar tidak menghabiskan banyak waktu dan tenaga jika mengukur dengan satuan depa luas keseluruhan site yang akan dibangun, maka dipergunakan a penelengan agung dalam menentukan luas wilayah yang akan dibangun. Contohnya dalam pengukuran Pura Besakih, bayangkan jika menggunakan satuan depa dalam mengukur luasan total pura besakih saat proses pembuatanya pasti akan memakan banyak wakatu dan tenaga dalam proses pembuatanya maka dari itu digunakan a penelengan agung untuk menentukan luas sitenya.

A panimpugan

(5)

A panimpugan merupakan kemampuan seseorang dalam melempar sebuah batu dengan jarak terjauh yang kemudian dijadikan batas dalam menetukan sebuah site, umumnya digunakan untuk mengukur luas wilayah yang lebih kecil cakupanya dari a panelengan karena kemampuan melihat mata lebih jauh dari kemampuan melempar seseorang.

-MESSO (sikut natah)

Contoh : Mengukur jarak antar bangunan

Contoh penerapan sikut pada wilayah yang messo adalah menggunakan sikut natah untuk mengukur jarak antar bangunan dalam suatu tapak. sikut natah digunakan untuk menentukan dimensi pekarangan dan proporsi bangunan, dengan memakai ukuran bagian tubuh penghuni/kepala keluarga, seperti tangan, kaki dan lainnya (Meganada:1990:61). Dasar pengukuran letak bangunan dalam pekarangan ini umumnya memakai telapak kaki ( a tapak) dengan perhitungan asta wara (Sri, Indra, Guru, Yama, Rudra, Brahma, Kala, Uma) serta ditambahkan pengurip.

Berikut ini adalah contoh gambar penggunaan satuan ukur a tapak dengan perhitungan Asta Wara dan ditambah satu ukuran a tapak ngandang sebagai pengurip.

(6)

Sumber : N.K. Acwin, 2009

(7)

-MIKRO (sikut bale/gegulak)

Contoh : Mengukur detail elemen bangunan

Gambar sketsa pengukuran sesaka

(8)

Contoh penerapan sikut dalam wilayah yang mikro adalah menentukan ukuran dan proporsi kolom atau dalam istilah bali disebut dengan nama sesaka. Sikut bale/gegulak digunakan untuk menentukan proporsi elemen bangunan. Satuan ukur yang digunakan biasanya berupa a rai, a guli, dan lain sebagainya.

Ada dua metoda dalam menentukan ukuran saka, pertama lebar saka ditentukan oleh ukuran tumpukan uang kepeng, satu refrensi menyebutkan ada ukuran sbb :

“…………mwah sikut sesakan bale magengnya, sikut satus ngemet, wenang ngangge dening wong akweh, ... " .

artinya:

“…….... kemudian ukuran besarnya tiang adalah ukuran seratus pas, ukuran ini boleh dipakai untuk umum atau orang kebanyakan, ....”

Umumnya 100 keping pis bolong sama hitungannya dengan 1 rai (sekitar 10-14 cm). Penafsiran banyak muncul, bahwa yang dimaksudkan dengan kata “seratus pas” itu adalah tumpukan seratus uang kepeng yang tentunya tebal tipisnya uang kepeng akan menentukan pula dalam ukuran nominal dari tebal tiang.

Kedua, lebar saka atau “rai” saka ditentukan oleh ukuran “guli”. Di lapangan ada ditemukan bahwa untuk nilai nominal “rai” tiang diambil dari panjang jari telunjuk, pada lain tempat ada pula yg memberikan informasi bahwa “rai” diambil dari jarak kedua mata di kepala. Rai dimaknai sebagai “prerai” yang berarti muka/kepala.

diajukan.

(9)

D. PENYIMPANGAN SIKUT YANG SERING TERJADI

Di jaman sekarang, penggunaan sikut sebagai modul dan satuan ukuran dalam menentukan skala dan proporsi bangunan di bali sudah tidak sepenuhnya lagi diterapkan, bahkan cenderung dilupakan. Hal ini menunjukan adanya pergeseran terhadap tujuan awal dibangunnya sebuah bangunan, yang dimana dulunya bangunan/ruang dihadirkan bukan hanya sekadar isi dan wadah, namun juga merupakan sebuah keharmonisan dan pemaknaan hidup.

Perumahan di kota Denpasar perumahan di Ubud

sumber ; www.baliagungproperty.com sumber ; inforumah.net

(10)

DAFTAR PUSTAKA

1. Dwijendra, N.K.Acwin. 2009. Arsitektur Rumah Tradisional Bali Berdasarkan Asta Kosala-Kosali. Denpasar: Udayana University Press.

2. Parwata, I Wayan. 2009. Humanisasi Kearifan & Harmoni Ruang Masyarakat Bali. Denpasar: Yayasan Tri Hita Karana Bali

3. http//: arsitektur-bali-berdasar-putaran.html

Gambar

Gambar denah rumah tradisional bali
Gambar sketsa pengukuran sesaka

Referensi

Dokumen terkait

(2) Orientasi bangunan, Jarak antar-bangunan, Tipe bangunan, Struktur bangunan, Massa bangunan, Bentuk atap, dan Fasade bangunan merupakan unsur kearifan lokal

Arsitektur bioklimatik menitikberatkan pada pengaturan suhu pada bangunan. Suhu merupakan aspek krusial dalam proses bertahan hidup bagi manusia. Untuk itu perlu

Penelitian ini adalah penelitian arsitektur oleh karena itu penelitian ini lebih menekankan pada peranan bangunan untuk membentuk karakter tertentu yang menjadi

Begitu besar dampak yang ditimbulkan dalam mengembangkan edukasi dan sarana kesenangan yang merata melalui suatu perancangan bangunan yang dapat mewadahi berbagai kegiatan

Bangunan Tradisional Bali dapat dipandang sebagai Arsitektur yang dilimpahturunkan dari generasi ke generasi, serta tetap dipakai dan diterima masyarakatnya karena

Sebuah accelerometer juga dapat digunakan untuk mengukur getaran yang terjadi pada kendaraan, digunakan untuk mengukur getaran yang terjadi pada kendaraan, bangunan, mesin, jarak

Artinya pembobotan dapat digunakan untuk menentukan nilai atau kuantitas bobot indikator dalam suatu perangkat instrumen untuk mengukur suatu variabel dan dapat pula digunakan untuk

Penerapan Arsitektur Ekologi pada Bangunan Tinggi Berikut merupakan contoh bangunan tinggi yang menerapkan prinsip Arsitektur Ekologi : Gedung Bintaro Jaya Xchange Mall Sumber :