• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perbandingan Pelarut Etanol dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Perbandingan Pelarut Etanol dan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Usulan Penelitian

Pengaruh Perbandingan Pelarut Etanol dan Asam Asetat

terhadap Karakteristik Ekstrak Pewarna Bunga Pacar

(Impatiens balsamina) sebagai Pewarna Alami Makanan

I Gusti Made Teddy Pradana

1311205024

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

BUKIT JIMBARAN

2015

(2)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i Daftar Isi... ii BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang 1

1.2Rumusan Masalah 3

1.3Tujuan Penelitian 3

1.4 Manfaat Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1.Pelarut Etanol (C2H5OH) 4

2.2.PelarutAsam Asetat (CH3COOH) 5 2.3.Bunga Pacar Air (Impatiens balsamina) 7

2.4.Pewarna 8

2.5.Hipotesis 9

BAB III METODE PENULISAN... 10

3.1.Bahan dan Alat 10

3.2.Tempat dan Waktu 10

3.3.Rancangan Percobaan 10

3.4. Prosedur Penelitian 11

3.5.Variabel yang Diamati 13

DAFTAR PUSTAKA 15

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Warna merupakan faktor kualitas yang penting bagi makanan. Warna bersamaan dengan bau, rasa, dan tekstur memegang peranan penting dalam penerimaan makanan (Man, 1997). Menyadari pentingnya warna, maka produsen makanan seringkali menambahkan pewarna pada produk makanannya baik berupa pewarna alami (pigmen) ataupun pewarna sintetik. Sejak ditemukannya pewarna sintetik, penggunaan pigmen semakin menurun, meskipun tidak hilang sama sekali. Pewarna sintetik lebih disukai karena lebih ekonomis, praktis dan sifat pewarnaannya yang stabil dan seragam. Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh pewarna sintetik diantaranya adalah sifatnya yang karsinogenik dan beracun (Winarno, 1997). Kekhawatiran akan keamanan penggunaan pewarna sintetik mendorong pengembangan pewarna alami sebagai bahan pewarna makanan.

Salah satu pigmen alami yang sering digunakan dalam makanan adalah antosianin. Antosianin merupakan pigmen berwarna merah, ungu dan biru yang biasa terdapat pada jenis tanaman. Antosianin dapat menggantikan penggunaan pewarna sintetik rhodamin B, carmoisin, dan amaranth sebagai pewarna merah pada produk pangan. Antosianin dapat digunakan sebagai pewarna dalam minuman penyegar, kembang gula, produk susu, roti dan kue, produk sayuran, produk ikan, lemak dan minyak, selai, jelly, manisan, produk awetan dan sirup buah (Burdock, 1997).

Ditinjau dari aspek fungsionalnya, antosianin dalam bunga pacar mempunyai khasiat yang sangat unggul sebagai sumber antioksidan alami. Seperti telah diketahui bahwa manfaatnya adalah untuk meluruhkan zat radikal. Zat-zat radikal, yaitu senyawa atau ion yang kehilangan satu elektron kulit yang mengandung energi ekstra. Zat-zat radikal ini dapat menyebabkan penyakit degeneratif, kanker, jantung koroner, katarak, dan cacat pada anak (Kumalaningsih, 2006). Berbagai manfaat positif dalam

(4)

antosianin terhadap kesehatan manusia adalah untuk melindungi lambung dari kerusakan, menghambat sel tumor, meningkatkan kemampuan penglihatan mata, serta berfungsi sebagai senyawa anti-inflamasi yang melindungi otak dari kerusakan. Selain itu, beberapa studi juga menyebutkan bahwa senyawa tersebut mampu mencegah obesitas dan diabetes, meningkatkan kemampuan memori otak dan mencegah penyakit neurologis, serta menangkal radikal bebas dalam tubuh sebagai antioksidan (Jackman and Smith, 1996).

Akhir-akhir ini penggunaan bahan tambahan pangan khususnya pewarna banyak mendapat sorotan karena produsen pangan olahan terutama skala industri rumah tangga banyak menyalahgunakan pewarna yang sebenarnya bukan untuk pangan. Dengan berkembangnya industri pengolahan pangan dan terbatasnya jumlah pewarna alami, menyebabkan penggunaan zat warna sintetis meningkat. Elmatris (2008) menemukan bahwa terdapat lebih dari separuh sampel (75%) menggunakan zat pewarna sintetis seperti Ponceau 4R dan Erythrosin untuk memerahkan kripik balado yang beredar di Bukittinggi. Tingginya penggunaan pewarna dalam industri makanan harus segera diarahkan agar menggunakan pewarna makanan yang sesuai dengan makanan, dalam artinya layak konsumsi.

Hasil penelitian oleh Arinaldo (2011) menemukan bahwa penambahan 5% asam asetat adalah perlakuan terbaik pada efektivitas ekstraksi zat warna antosianin pada terung belanda dengan karakteristik mutu karakteristik mutu adalah kosentrasi antosianin 1478 mg/L, pH 2,8, rendemen 20,2%, sisa pelarut 18,2%.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti melakukan pengujian dengan membandingkan pelarut etanol (C2H5OH) dan asam asetat

(CH3COOH) terhadap karakteristik ekstrak pewarna bunga pacar (Impatiens

balsamina) sebagai pewarna alami makanan.

(5)

1.2. Rumusan Masalah

Dari pemaparan permasalahan yang telah dipaparkan pada latar belakang, diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh perbandingan pelarut etanol(C2H5OH) dan asam

asetat (CH3COOH) terhadap karakteristik ekstrak pewarna bunga

pacar (Impatiens balsamina) ?

2. Berapakah perbandingan pelarut etanol (C2H5OH) dan asam asetat

(CH3COOH) untuk mendapatkan ekstrak pewarna dengan

karakteristik terbaik ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah:

1. Untuk mengetahui pengaruh perbandingan pelarut etanol (C2H5OH)

dan asam asetat (CH3COOH) terhadap karakteristik ekstrak pewarna

bunga pacar (Impatiens balsamina).

2. Untuk mengetahui perbandingan pelarut etanol (C2H5OH) dan asam

asetat (CH3COOH) untuk mendapatkan ekstrak pewarna dengan

karakteristik terbaik.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini ialah:

1. Sebagai rujukan/refrensi penelitian selanjutnya mengenai pengaruh perbandingan pelarut etanol(C2H5OH) dan asam asetat (CH3COOH)

terhadap karakteristik ekstrak pewarna bunga pacar (Impatiens

balsamina).

2. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai bunga pacar (Impatiens balsamina) yang dapat dijadikan sebagai pewarna alami pada perbandingan pelarut etanol (C2H5OH) dan asam asetat

(CH3COOH) tertentu.

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pelarut Etanol (C2H5OH)

Etanol atau etil alkohol (C2H5OH) merupakan bahan kimia organik

yang mengandung oksigen yang paling eksotik karena kombinasi sifat-sifat uniknya yang dapat digunakan sebagai pelarut, germisida, minuman, bahan anti beku, bahan bakar, bahan depressant dan khususnya karena kemampuannya sebagai bahan kimia intermediet untuk menghasilkan bahan kimia yang lain.

Etanol merupakan nama IUPAC dari bahan kimia ini. Selain itu, nama etil alkohol juga lazim digunakan. Nama alkohol nama umum yang berasal dari bahasa arab dan merupakan gabungan dari dua kata yaitu al dan kohl yang didefinisikan sebagai debu lembut yang digunakan oleh wanita Asia untuk menggelapkan alis mata.

Etanol merupakan senyawa penyusun minuman beralkohol. Sebagai minuman beralkohol, etanol telah dikenal sejak dahulu oleh raja-raja Mesir. Sebagai bukti adalah fakta tentang Nabi Nuh yang dipercaya telah berkebun anggur yang dapat difermentasi menjadi minuman beralkohol (Kirk, 1951).

Pada kondisi standar/atmosferik, etanol merupakan cairan volatil yang mudah terbakar, jernih dan tidak berwarna, aromanya menyegarkan, mudah dikenali dan berkarakter khas. Cairan ini juga mudah larut dalam air.

Sifat fisik dan kimia etanol tergantung pada gugus hidroksilnya. Gugus ini menyebabkan polaritas molekul dan menyebabkan ikatan hidrogen antarmolekul. Kedua sifat tersebut menyebabkan perbedaan sifat fisik alkohol berat molekul rendah dengan senyawa hidrokarbon yang mempunyai berat molekul ekuivalen. Spektrografi infra merah menunjukkan bahwa dalam keadaan cair ikatan hidrogen terbentuk karena tarik-menarik antara atom hidrogen pada gugus hidroksil molekul satu dengan atom hidrogen pada gugus hidroksil molekul yang kedua. Sifat tersebut dapat dianalogikan seperti sifat air, walaupun ikatan pada air lebih kuat sehingga membentuk gugusan yang

(7)

lebih dari dua molekul. Ikatan hidrogen pada etanol terjadi etanol terjadi pada fase cair, sedang pada fase gas senyawa ini bersifat monomerik.

2.2 Pelarut Asam Asetat (CH3COOH)

Asam asetat dengan rumus struktur CH3COOH dikenal juga dengan

asam etanoat merupakan bahan kimia organik, dinamakan cuka karena rasanya yang asam dan baunya yang menyengat. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati. Asam asetat merupakan nama trivial atau nama

dagang dari senyawa ini, dan merupakan nama yang paling dianjurkan oleh

IUPAC. Nama ini berasal dari kata Latin acetum, yang berarti cuka. Nama sistematis dari senyawa ini adalah asam etanoat. Asam asetat glasial merupakan nama trivial yang merujuk pada asam asetat yang tidak bercampur air. Disebut demikian karena asam asetat bebas-air membentuk kristal mirip es pada 16.7°C, sedikit di bawah suhu ruang. Singkatan yang paling sering digunakan, dan merupakat singkatan resmi bagi asam asetat adalah AcOH atau HOAc dimana Ac berarti gugus asetil, CH3−C(=O)−. Dalam keadaan murni, asam asetat bebas air (asam asetat glasial) merupakan cairan tidak berwarna yang menyerap air dari lingkungan (bersifat higroskopis) dan membeku dibawah 16,7oC (62oF) menjadi sebuah kristal padat yang tidak berwarna. Asam asetat merupakan satu dari asam karboksilat yang paling sederhana (berikutnya adalah asam format), merupakan regensia dan bahan kimia industri yang sangat penting yang dipakai untuk memproduksi berbagai macam bahan.

(8)

kemudahan bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia.

Asam asetat diproduksi secara sintetis maupun secara alami melalui fermentasi bakteri. Sekarang hanya 10% dari produksi asam asetat dihasilkan melalui jalur alami, namun kebanyakan hukum yang mengatur bahwa asam asetat yang terdapat dalam cuka haruslah berasal dari proses biologis. Dari asam asetat yang diproduksi oleh industri kimia, 75% diantaranya diproduksi melalui karbonilasi metanol. Sisanya dihasilkan melalui metode-metode alternative.

Produksi total asam asetat dunia diperkirakan 5 juta ton per tahun, setengahnya diproduksi di Amerika Serikat. Eropa memproduksi sekitar 1 juta ton per tahun dan terus menurun, sedangkan Jepang memproduksi sekitar 0.7 juta ton per tahun. 1.51 juta ton per tahun dihasilkan melalui daur ulang, sehingga total pasar asam asetat mencapai 6.51 juta ton per tahun. Perusahan produser asam asetat terbesar adalah Celanese dan BP Chemicals. Produsen lainnya adalah Millenium Chemicals, Sterling Chemicals, Samsung, Eastman, dan Svensk Etanolkem.

Asam asetat merupakan salah satu bahan kimia antara yang digunakan dalam pembuatan vinil asetat monomer (VAM), asam tereptalik yang dimurnikan (PTA), asetat anhidrat, asam monokloroasetat (MCA), dan ester asetat. Penggunaan terbesar untuk asam asetat adalah sebagai bahan baku untuk memproduksi vinil asetat monomer (VAM). Asam asetat juga digunakan untuk pembuatan asam tereptalik yang dimurnikan (PTA), yang mana merupakan bahan antara penting untuk berbagai aplikasi, termasuk serat poliester, botol untuk air dan minuman ringan, film fotografis dan pita magnetik.

Penggunaan yang penting lainnya untuk asam asetat adalah dalam produksi asetat anhidrat. Asetat anhidrat digunakan dalam aplikasi yang luas, satu yang utama adalah dalam pembuatan asetat selulosa. Asetat selulosa digunakan untuk membuat serat tekstil dan filter rokok. Aplikasi lain dari asetat anhidrat adalah plastik, bahan kimia pertanian dan farmasi. Asam monokloroasetat (MCA) dibuat dari asam asetat dan klorin. Pengguunaan

(9)

utama dari MCA adalah karboksimetil selulosa (CMC). CMC digunakan dalam berbagai aplikasi termasuk makanan, farmasi, kosmetik dan tekstil. MCA juga digunakan untuk membuat herbisida pada pertanian. Asam asetat digunakan untuk pembuatan berbagai macam ester asetat; yang paling penting adalah etil asetat, n-butil asetat dan isopropil asetat.

Asam asetat pekat bersifat korosif dan karena itu harus digunakan dengan penuh hati-hati. Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata permanen, serta iritasi dan juga dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan, dan perubahan yang mematikan pada keasaman darah.

2.3Bunga Pacar (Impatiens balsamina)

Salah satu tumbuhan obat adalah pacar air (Impatiens balsamina) dari

suku Balsaminaceae. Tumbuhan pacar air mempunyai beberapa warna bunga

yaitu merah, putih, kuning, jingga dan ungu. Kandungan kimia yang terkandung

dari bunga diantaranya antosianin (sianidin, delpinidin, pelargonidin, malpidin),

kamperol, monoglikosida, biji mengandung saponin dan fixel oil, akar sianidin, monoglikosida. Pemeriksaan kandungan kimia daun pacar air belum dilakukan, sehingga perlu dilakukan skrining fitokimia dari daun pacar air dan juga tumbuhan pacar air ini belum terdapat pada monografi tumbuhan yaitu Materia Medika Indonesia (MMI) sebagai petunjuk karakterisasi simplisia.

Tumbuhan ini memiliki banyak khasiat obat, diantaranya bagian yang digunakan adalah biji, daun, bunga dan akarnya. Biji digunakan untuk mengatasi terlambat haid, sulit melahirhan, rasa tersumbat ditenggorokan, bengkak akibat terbentur (memar), tumor perut, dan kanker saluran cerana dibagian atas. Bunga digunakan untuk mengatasi terlambat haid, dan bengkak karena gumpalan bekuan darah. Daun digunakan untuk mengatasi keputihan dan nyeri haid. Akar digunakan untuk mengatasi rematik, leher kaku, sakit pinggan, terlambat haid. (Anggriani,2010).

(10)

Dalam masyarakat Bali bunga pacar sering digunakan sebagai sarana upacara keagamaan. Terkadang dalam pembuatan sesajen, untuk mewarnai digunakan bunga pacar sesuai warna yang diinginkan. Perwarnaan dilakukan secara sederhana dan belum ada penegembangan untuk mewarnai makanan.

2.4Pewarna

Secara luas aditif pangan telah ada lebih dari 2.500 jenis yang digunakan untuk preservative (pengawet) dan pewarna (dye). Zat-zat aditif ini digunakan untuk mempertinggi penerimaan konsumen terhadap suatu produk (Dixit et al, 1995). Oleh karena itu produsen pun berlomba menawarkan aneka produknya dengan tampilan yang menarik dan warna-warni. Jenis pewarna yang sering ditemukan dalam beberapa produk pangan diantaranya adalah Sunset Yellow dan Tartrazine. Tartrazine dan Sunset Yellow secara komersial digunakan sebagai zat aditif makanan, dalam pengobatan dan kosmetika yang sangat menguntungkan karena dapat dengan mudah dicampurkan untuk mendapatkan warna yang ideal dan juga biaya yang rendah dibandingkan dengan pewarna alami (Pedro et al, 1997).

Di samping itu terdapat pula pewarna sintetis Rhodamin B ditemukan dalam produk pangan yang seharusnya digunakan untuk pewarna tekstil. Walaupun memiliki toksisitas yang rendah, namun pengkonsumsian dalam jumlah yang besar maupun berulang-ulang menyebabkan sifat kumulatif yaitu iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan, dan gangguan hati (Trestiati, 2003).

Penelitian dan publikasi tentang keberadaan pewarna sintetis telah dilakukan berupa Rhodamin B dan Metanil Yellow di Kabupaten Kulon Progo (Vepriati, 2007), Sunset Yellow, Tartrazine dan Rhodamin B di Sukabumi (Jana, 2007).

Hasil penelitian lain juga pada makanan jajanan siswa SD di Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung diperoleh data bahwa Rhodamin B pada berbagai jenis kerupuk, jelli/agar-agar, aromanis, dan minuman dalam kadar yang cukup tinggi antara 7.841- 3226,55 ppm. Sehingga perkiraan asupan yang diterima anak SD kelas 4 sebesar 0,455 mg/kg-hari, perkiraan

(11)

asupan yang diterima anak SD kelas 5 sebesar 0.379 mg kg-hari, dan perkiraan asupan yang diterima anak SD kelas 6 sebesar 0,402 kghari (Trestiati, 2003).

Antosianin merupakan zat warna yang berperan memberikan warna merah berpotensi menjadi pewarna alami untuk pangan dan dapat dijadikan alternatif pengganti pewarna sintetis yang lebih aman bagi kesehatan (Citramukti, 2008). Antosianin adalah kelompok pigmen yang berwarna merah sampai biru yang tersebar dalam tanaman (Abbas, 2003). Pada beberapa buah-buahan dan sayuran serta bunga memperlihatkan warna-warna yang menarik yang mereka miliki termasuk komponen warna yang bersifat larut dalam air dan terdapat dalam cairan sel tumbuhan (Fennema, 1976). Antosianin adalah suatu kelas dari senyawafl avonoid yang secara luas terbagi dalam polifenol tumbuhan. Flavonol, fl avon-3-ol, fl avon, fl avanon, dan fl avanol adalah kelas tambahan fl avonoid yang berada dalam oksidasi dari antosianin. Larutan pada senyawa fl avonoid adalah tak berwarna atau kuning pucat (Harborne, 1987). Antosianin stabil pada pH 3,5 dan suhu 50oC, mempunyai berat molekul 207,08 g/mol dan rumus molekul C15H11O (Fennema, 1996).

2.5Hipotesis

Dari rumusan permasalahan diatas, penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Perbandingan pelarut etanol (C2H5OH) dan asam asetat (CH3COOH)

berpengaruh nyata terhadap karakteristik ekstrak pewarna bunga pacar (Impatiens balsamina).

2. Perbandingan pelarut etanol (C2H5OH) dan asam asetat (CH3COOH)

(12)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Bahan dan Alat

3.1.1Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak bunga

pacar yang diambil dari Kebun Green House Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Udayana pada bulan Maret 2015 dan telah di ekstrak di

Laboratorium Bersama, Gedung Agrokomplek Universitas Udayana. Selain

ektrak bunga pacar, penelitian menggunakan bahan kimia seperti larutan etanol, larutan asam asetat dan aquades serta medium nasi.

3.1.2Alat

Alat kimia yang digunakan adalah berupa alat-alat gelas seperti elemeyer, gelas kimia/beaker, gelas ukur, pipet tetes, dan centrifuge serta selop tangan.

3.2Tempat dan Waktu

Penelitian dibagi menjadi dua yaitu penelitian eksperemental dan uji organoleptik. Penelitian eksperimental dilaksanakan di Laboratorium Bersama, Gedung Agrokomplek, Kampus Sudirman, Universitas Udayana pada pagi hari tanggal 15 April 2015. Selanjutnya pada sore hari pada tanggal yang sama dilaksanakan uji organoleptik kepada responden civitas akademika Universitas Udayana Kampus Sudirman. Dari 1 hari penelitian, data yang diperoleh kemudian .dianalisis agar bisa disimpulkan sebagai upaya transfer gagasan.

3.3Rancangan Percobaan

Penelitian ini bersifat eksperimental di laboratorium yang kemudian

dilanjutkan dengan uji organoleptik sehingga dapat di analisis dan deskripsikan.

Pertama dilakukan pengujian langsung pengaruh perbandingan pelarut etanol dan

asam asetat terhadap karakteristik ekstrak bunga pacar (Impatiens balsamina)

sebagai pewarna alami makanan. Kemudian dilakukan pengujian secara

organoleptik menggunakan responden secara acak (random). Data kualitatif yang

(13)

didapatkan dari hasil uji organoleptik selanjutnya dibobot agar mendapatkan data

dalam bentuk nilai (kuantitatif). Nilai ini kemudian di analisis data secara statistik

dengan menggunakan metode anova atau Rancangan Acak Lengap (RAL)

sehingga diperoleh hasil yang menunjukan perbandingan terbaik pelarut etanol

dan asam asetat terhadap karakteristik ekstrak bunga pacar (Impatiens balsamina)

sebagai pewarna alami makanan.

3.4Prosedur Penelitian

3.4.1Uji Ekperimental

Eksperimen pertama dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perbandingan perlarut etanol dan asam asetat terhadap karakteristik ekstrak pewarna bunga pacar. Pertama dibuat larutan kontrol pewarna ekstrak pacar. Ambil 10ml ekstrak bunga pacar dan 10ml aquades pada gelas beaker dengan menggunakan pipet tetes, taruh pada gelas ukur yang telah disiapkan. Campur larutan aquades dan ekstrak bunga pacar menggunakan centrifuge dalam waktu 2 menit sehingga larutan tercampur rata. Selanjutnya buat larutan dengan campuran 10ml ekstrak bunga pacar dan 10ml etanol, dan larutan 10ml ekstrak bunga pacar dan 10ml asam asetat serta larutan 10ml ekstrak bunga pacar dan 5ml etanol+5ml asam asetat. Lakukan pencampuran dengan metode dan waktu yang sama dengan pembuatan larutan ekstrak dan aquades. Masing-masing larutan dicampurkan pada medium 5g nasi yang telah disiapkan. Aduk menggunakan spatula hingga campuran warna merata pada nasi.

(14)

Diagram 1. Prosedur Penelitian Uji Eksperimental.

3.4.2Uji Organoleptik

Medium nasi yang telah diberi pewarna ekstrak bunga pacar sesuai pelarut yang telah melalui uji eksperemental/laboratorium kemudian di ujikan kepada responden secara acak. Responden yang diambil adalah 100 civitas akademika Universitas Udayana Kampus Sudirman terdiri dari pegawai, dosen, dan mahasiswa dengan usia 18-50 tahun. Kreteria utama responden uji organoleptik tidak mengalami kendala dalam penentuan warna (buta warna) dan memiliki indra pengecap yang baik. Adapun variabel yang di uji dalam organoleptik adalah tekstur, warna, aroma, rasa dan kesukaan secara keseluruhan.

3.4.3Analisis Data

Data kualitatif yang didapatkan dari hasil uji organoleptik selanjutnya

dibobot agar mendapatkan data dalam bentuk nilai (kuantitatif). Nilai ini

kemudian di analisis data secara statistik dengan menggunakan metode

anova atau Rancangan Acak Lengap (RAL) sehingga diperoleh hasil yang

menunjukan perbandingan terbaik pelarut etanol dan asam asetat terhadap

karakteristik ekstrak bunga pacar (Impatiens balsamina) sebagai pewarna

alami makanan.

Pembuatan Larutan

(%pelarut+%ekstrak)

Pencampuran

centrifuge dalam waktu 2 menit

Campur larutan Pewarna dengan medium

(15)

Diagram 2. Diagram alir prosedur penelitian.

3.5Variabel yang Diamati

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:39).Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga varibel, yaitu varibel bebas/independen (variabel X), variabel terikat/dependen (variabel Y) dan Variabel Kontrol. Adapun penjelasan dari kedua variabel tersebut adalah sebagi berikut.

3.5.1Variabel Bebas/Independen (variabel X)

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen/terikat (Sugiyono, 2009:39). Variabel bebas atau independen dalam penelitian ini adalah perbandingan pelarut etanol dan asam asetat.

3.5.2Variabel Terikat/Dependen (variabel Y)

Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang di pengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas

Penelitian Uji Eksperimental

Penelitian Uji Organoleptik

(16)

(Sugiyono, 2009:39).Variabel terikat atau dependen dalam penelitian ini adalah karakteristik ekstrak pewarna bunga pacar (Impatiens balsamina).

3.5.3Variabel Kontrol

Variabel control adalah variable yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variable independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh factor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah pH bahan penelitian, cara penyimpanan bahan, waktu pencampuran, suhu pencampuran, kecepatan sentrifugasi, dan waktu sentrifugasi.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.2003. Identifikasi dan Pengujian Stabilitas Pigmen Antosianin Bunga Kana (Canna coccinea Mill) serta Aplikasinya pada Produk Pangan, Skripsi Jurusan THP Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Anggriani, R.2010. Karakteristik Tanaman Pacar Air (Impatiens balsamina).

Universitas Sumatra Utara, Sumatra Utara.

Arinaldo, Bes.2011. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Asam Asetat pada Pelarut Etanol terhadap Efektivitas Ekstraksi Zat Warna Antosianin Terung Belanda. Universitas Andalas, Sumatera Barat.

Burdock, G.A.1997.Enyclopedia of Food and Color Additives.CRC Press, Inc.New York.

Citramukti, I.2008.Ekstraksi dan Uji Kualitas Pigmen Antosianin Pada Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus costaricensis), (Kajian Masa Simpan Buah dan Penggunaan Jenis Pelarut), Skripsi Jurusan THP Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Dixit, S. Pandey RC, Das M and Khanna SK.1995. Food quality surveillance on colours in eatables sold in rural market of Uttar Pradesh. J.Food Sci. Technol. 32 : 375 – 376

Elmatris.2008.Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Zat Pewarna pada Keripik Balado yang Beredar di Bukittinggi.Universitas Andalas, Sumatera Barat.

Fennema, O.R.1976.Principle of Food Science, Marcell, Decker Inc, New York. Fennema, O.R.1996.Food Chemistry, Marcel Dekker Inc., New York.

Harborne, J.B.1987.Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Penerbit ITB Bandung, Bandung.

Jackman, R. L. dan J.L Smith. 1996. Anthocyanin and Betalain. Di dalam Hendry, G.A.P. dan J.D. Houghton (eds). Natural Food Colorants, Second Edition. Capman and Hall. London.

(18)

Jana, J. 2007. Studi Penggunaan Pewarna Sintetis (Sunset Yellow, Tartrazine dan Rhodamin B) Pada Beberapa Produk Pangan di Kabupaten Sukabumi. FMIPA. UMMI.

Kirk, R. E., and R. F. Othmer.1951.Encyclopedia of Chemical Technology, vol. 9, John Wiley and Sons Ltd, Canada.

Kumalaningsih, Sri dan Suprayogi. 2006. Tamarillo (Terung Belanda) Tanaman Berkhasiat Penyedia Antioksidan Alami. Trubus Agrisarana. Surabaya Man, J.M. de. 1997. Kimia Makanan. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Pedro, L.L, Leticia LM, Luis IMR, Katarzyna W, Kazimierz W, and Judith A.H.

1997. Extraction of Sunset Yellow and Tartrazine by Ion-pair Frmation With Adogen-464 and Tfeir Simultaneous Determination by Bivariate Calibration and Derivative Spectrophotometry. Analyst. 122 : 1575 – 1579.

Sugiyono.2009.Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV Alfabeta: Bandung, Jawa Barat.

Trestiati, M. 2003.Analisis Rhodamin B pada Makanan dan Minuman Jajanan Anak SD (Studi Kasus : Sekolah Dasar di Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung). Thesis. ITB. Bandung.

Vepriati, N. 2007. Surveilans Bahan Berbahaya pada Makanan di Kabupaten Kulon Progo. Dinkes Kulon Progo.

Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini sedang melakukan penelitian tentang Pengetahuan Suami Tentang Kontrasepsi Mantap Pada Pria di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru Medan Tahun 2010.. Penelitian

Dari hasil perhitungan nilai tingkat efektivitas pada table 4 maka dapat diketahui bahwa 90% responden menggunakan smartphone sebagai sarana untuk mendapatkan

Nilai posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yang mempunyai nilai rata-rata tertinggi adalah kelas eksperimen ini membuktikan bahwa dengan

4.3 Pembuatan Laporan Hasil Monitoring Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Program Studi pada Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya pada bagian Pusat Pengawasan

Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan

Alhamd li Allâhi Rabb al-„Ălamĭn, lâ Hawl walâ Quwwat illâ bi Allâh al-„Ăliyy al-„Ădhĭm, dengan hanya rahmat-Mu serta hidayah-Nya penulisan skripsi yang berjudul

berbasis lesson study ini telah dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang berpusat kepada siswa dan sikap guru dalam menggunakan

Kegiatan ini memberikan manfaat yang cukup besar dalam kelestarian alam dan lingkungan, diantaranya adalah dengan terbinanya para generasi muda ini dalam organisasi