• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedaulatan Negara negara-negara budaya negara-negara budaya negara-negara budaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kedaulatan Negara negara-negara budaya negara-negara budaya negara-negara budaya"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Kedaulatan Negara

Abdullah azzam 8111415309

Fakultas Hukum

(2)

PENDAHULUAN

Negara merupakan subjek hukum yang memiliki kedudukan paling utama dibanding dengan subjek-subjek hukum internasional lainnya. Pendirian yang menyatakan bahwa perjanjian internasional hanya berlaku dalam wilayah suatu negara yang menjadi pesertanya setelah diundangkannya undang – undang pelaksanaannya (implementing legislation) yang lazim dikenal dengan teori transformasi merupakan perwujudan lain dari teori bahwa hanya negara merupakan subjek hukum internasional1, Dalam Pasal 1 konvensi Montevideo 27 December 1933 mengenai

hak dan kewajiban Negara mengisyaratkan bahwa Negara sebagai subjek dalam hukum internasional harus memiliki empat unsur konstitutif yaitu : penduduk yang tetap, wilayah tertentu, pemerintahan, salah satu syarat yang dituliskan dalam konvensi Montevideo yaitu adanya suatu kedaulatan, yang mengatur mengenai kekuasaan tertinggi dalam penyelenggaran negara, Istilah kedaulatan sendiri seringkali dijumpai atau ditemukan dalam berbagai macam pengertian, dan masing-masing memiliki perbedaan yang prinsipil. Misalnya pengertian kedaulatan apabila dimaknai dalam perspektif hukum Internasional lebih sering dipandang dalam konteks hubungan ekstern atau hubungan antar negara, sedangkan dalam perspektif hukum Tata Negara, pengertian dipandang dalam konteks hubungan intern yaitu hubungan negara ke dalam.

Kedaulatan juga dipandang sebagai konsep mengenai kekuasan tertinggi dalam penyelenggaraan negara. Pemaknaan kedaulatan seperti ini merupakan arti yang bersifat teknis ilmiah yaitu dengan mengidentikkannya dengan penyelanggaraan kegiatan bernegara. Banyak para ahli hukum yang membuat defenisi tersendiri tentang kedaulatan, salah satunya yaitu definisi yang dikemukakan oleh seorang ahli pemikir besar tentang negara dan hukum asal perancis, yaitu Jean bodin, menurutnya kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi terhadap para warga negara dan rakyatnya, tanpa ada suatu pembatasan apapun dari undang – undang, kedaulatan merupakan kekuasaan tertinggi untuk membuat hukum di dalam suatu negara2.

Ketika membicarakan mengenai kedaulatan dalam konteks penyelenggaraan negara maka muncullah suatu pertanyaan yaitu apa dan siapa yang memegang kekuasaan tertinggi dan membuat keputusan akhir dalam kegiatan kenegaraan atau dalam bentuk pertanyaan darimanakah kedaulatan itu berasal atau bersumber sehingga padanya melekat kekuasaan tertinggi tersebut. Dalam kajian ilmu hukum dan ilmu politik dikenal adanya lima teori kedaulatan, yaitu teori kedaulatan Tuhan, teori kedaulatan Raja, teori kedaulatan Rakyat, teori kedaulatan Negara, dan teori kedaulatan Hukum.Namun dalam pokok bahasan dalam paper ini kelompok kami akan menitik beratkan pada membahasan mengenai kedaulatan Negara, yang merupakan tema pokok kelompok kami, demi untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Internasional.

PEMBAHASAN

1 mochtar kusumaatmdja , etty r agus Pengantar hukum internasional, hlm 96

(3)

A. Pengertian Kedaulatan Negara

Asal kata kedaulatan yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah souvereignity berasal dari kata Latin superanus berarti yang teratas. Secara umum kedaulatan dapat diartikan sebagai to govern itself (memerintah dirinya sendiri). Negara sebagai sebuah entitas sudah pasti memiliki kedaulatan, hal itu berarti Negara memiliki kekuasaan tertinggi untuk melakukan segala hal terhadap apa saja yang ada di dalam negaranya. Kedaulatan dalam Bahasa Prancis sering diartikan sebagai The Pride of Nations, atau harga diri suatu bangsa. Dalam hal ini terkandung suatu pengertian bahwa bangsa dalam suatu negara yang merdeka memiliki kewenangan atau kekuasaan untuk secara ekslusif dan bebas melakukan kegiatan kenegaraan sesuai kepentingannya asalkan kegiatannya tersebut tidak bertentangan dengan kepentingan negara lain dan Hukum Internasional. 3Boer Mauna menyatakan “Kedaulatangan ialah kekuasaan tertinggi yang dimiliki

oleh suatu negara untuk secara bebas melakukan berbagai kegiatan sesuai kepentingannya asal saja kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional.4 Mengenai hal tersebut

kiranya dapat diterima adanya pendapat yang menyatakan bahwa kedaulatan itu artinya adalah kekuasaan yang tertinggi dalam suatu negara. Dalam Undang – Undang Dasar Negara kita sekarang inipun, Undang – Undang Dasar 1945, di dalam penjelasaanya dikatakan bahwa kedaulatan itu adalah kekuasaan yang tertinggi.

Negara dikatakan berdaulat atau souvereign karena kedaulatan merupakan suatu sifat atau ciri hakiki Negara. Bila dikatakan bahwa Negara itu berdaulat, dimaksudkan bahwa Negara itu mempunyai kekuasaan tertinggi. Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi. Negara berdaulat memang berarti bahwa Negara itu tidak mengakui suatu kekuasaan yang lebih tinggi dari pada kekuasaannya sendiri. Ruang berlaku kekuasaan tertinggi ini dibatasi oleh batas wilayah Negara itu, artinya suatu Negara hanya memiliki kekuasaan tertinggi di dalam batas wilayahnya. Jadi pembatasan yang penting ini yang melekat pada pengertian kedaulatan itu sendiri dilupakan oleh orang yang beranggapan bahwa kekuasaan yang dimiliki oleh suatu Negara menurut paham kedaulatan itu tidak terbatas. Bahwa kedaulatan suatu Negara terbatas dan bahwa batas ini terdapat dalam kedaulatan Negara lain merupakan konsekuensi yang logis dari paham kedaulatan sendiri5.

Kedaulatan adalah merupakan kekuasaan absolut atas suatu wilayah tertentu. Kekuasaan absolut atas wilayah tersebut menjadi dasar bagi pembentukan negara (Jenik Radon, 2004: 1995). Pemahaman tentang konsep kedaulatan negara ini sangat membantu dalam mencermati dan mengevaluasi kedudukan negara dalam konteks hubungan internasional yang sangat dinamis. Tampaknya tidak dapat ditetapkan suatu definisi tunggal tentang kedaulatan. Terminologi kedaulatan memiliki beragam makna dan penafsiran. Istilah kedaulatan seringkali diberi makna berbeda - beda oleh akademisi, jurnalis, politisi, pejabat internasional, juris dan kalangan lain dengan latar belakang profesi, budaya, dan disiplin intelektual yang juga berbeda-beda (Winston P.Nagan, &CraigHammer. 2004: 143-145). Istilah ini dapat memiliki makna berbeda bagi orang yang berbeda, yang masing-masing memiliki latar belakang beragam pula. Istilah kedaulatan

3 Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, 2006, Hukum Internasional Kontemporer, PT Refka

Aditama, Bandung, hlm. 169

4 Boer mauna, pengantar hukum internasional, hlm. 24.

(4)

mungkin memiliki makna berbeda dalam ilmu hukum, ilmu politik, sejarah, filsafat, dan bidang-bidang lain yang berkaitan dengannya. Ada berbagai pendekatan, beragam kategorisasi dan berbagai variasi tentang penggunaan konsep kedaulatan. Kedaulatan dapat merujuk pada kedaulatan domestik, kedaulatan interdependensi, kedaulatan hukum internasional, dan kedaulatan negara yang absolut. Kedaulatan sebagai konsep yang menunjuk pada kekuasaan utama dan tertinggi untuk memutuskan dapat dianalisis dan dikualifikasikan berdasarkan perspektif/sudut pandang unsur-unsur yang berhadapan, yaitu kedaulatan hukum atau kedaulatan politik; kedaulatan internal atau eksternal; kedaulatan yang tunggal atau kedaulatan yang dapat dibagi; kedaulatan pemerintah atau rakyat (DanSarooshi, 2004: 25 ; Jens Bartelson , 2006:463 ).

James J Sheehan mengemukakan pandangan yang sangat kritis, bahwa salah satu permasalahan terkait konsep kedaulatan (sovereignty) adalah tentang definisi. Kedaulatan adalah suatukonsep politik, namun demikian, tidak seperti halnya konsep tentang demokrasi atau monarki; kedaulatan bukanlah tentang tempat kekuasaan itu berada. Kedaulatan tidak sama halnya dengan parlemen atau birokrasi; karena kedaulatan tidak menggambarkan institusi-institusi yang menjalankan kekuasaan. Kedaulatan juga tidak dapat disamakan dengan tertib hukum (order) maupun keadilan(justice); karena kedaulatan tidak menggambarkan tujuan dari pelaksanaan kekuasaan. Kedaulatan adalah suatu hal dan meliputi banyak hal (toe one or the many) (James J Sheehan, 2006:419). Konsep tentang kedaulatan adalah suatu hal yang berkaitan dengan hubungan antara kekuasaan politik dan bentuk-bentuk otoritas lainnya. Kedaulatan dapat dipahami dengan mencermati bahwa ; pertama, kekuasaan politik adalah berbeda dengan kerangka organisasi atau otoritas lain di dalam masyarakat seperti religius, kekeluargaan dan ekonomi; kedua, kedaulatan menegaskan bahwa otoritas publik semacam ini bersifat otonom dan sangat luas(autonomous andpre eminent) sehingga lebih tinggi (superior) dari institusi yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan dan independen atau bebas dari pihak luar. Wacana tentang konsep kedaulatan negara seringkali juga ditandai dengan cara menetapkan otoritas politik yang utama; antara lembaga domestik dan otonomi internasional. Dalam praktik internasional, hal ini dapat dilihat dari pengakuan dan tindakan kolektif negara - negara dalam menyelesaikan suatu masalah yang melibatkan otoritas lembaga domestik dan otoritas internasional. Dalam kaitannya dengan kedaulatan, dapat dikemukakan catatan bahwa hukum merupakan aspek yang sangat penting. Hukum merupakan fondasi atau landasan bagi terciptanya ketertiban politik, bahkan ada pendapat yang menyatakan bahwa hukum merupakan "the sole guarantor of the continuity of 'civilization "(Anthony Pagden, 2002 dalam James J Sheehan, 2006: 42-43). Tata hukum dapat menjadi instrumen untuk menjamin keberlanjutan keberadaban. Kristalisasi teoritik tentang hubungan antara hukum dengan kedaulatan dapat ditemukan dalam doktrintentang kedaulatan sebagaimana dikemukakan oleh Jean Bodin pada abad keenambelas.

(5)

berdaulat adalah negara merdeka dan tidak berada di bawah kekuasaan negara lain (Jens Bartelson, 2006:463). Dalam hukum internasional, kedaulatan negara (state sovereignty) dan kesederajatan (equality) antar negara merupakan konsep yang diakui dan menjadi dasar bekerjanya sistem hukum internasional itu. Hukum internasional secara tradisional mengakui bahwa negara sebagai entitas yang merdeka dan berdaulat, berarti negara itu tidak tunduk pada otoritas lain yang lebih (Miguel Gonzalez Marcos, 2003:1; Martin Dixon & Robert Mc. Corquodale, 2000,: 248 ). Kedaulatan dan kesederajatan negara merupakan atribut yang melekat pada negara merdeka sebagai subyek hukum internasional. Pengakuan terhadap kedaulatan negara dan kesederajatan antar negara juga merupakan dasar bagi personalis negara dalam sistem hukum internasional (Ian Brownlie, 1990:287 ). Kedaulatan mendasari beberapa hak yang diakui oleh hukum internasional seperti misalnya; hak kesederajatan (equality), yurisdiksi wilayah (territorialjurisdiction), hak untuk menentukan nasionalitas bagi penduduk di wilayahnya, hak untuk mengijinkan dan menolak atau melarang orang untuk masuk dan keluar dari wilayahnya, hak untuk melakukan nasionalisasi (R.C. Hingorani, 1982:117-118). Dalam kepustakaan hukum internasional, konsep kedaulatan negara juga menjadi dasar salah satu doktrin yang dikenal dengan istilah Act of State Doctrine. Doktrin ini di Inggris dikenal dengan istilah: "the Sovereign Act Doctrine". Doktrin hukum yang muncul pada abad ke sembilan belas (XIX) ini menegaskan:

" Every sovereign State is bound to respect the independence of every sovereign State, and the courts of one country will not sit in judgement on the acts of the government of another done within its own territory". Menurut Act of State Doctrine, setiap Negara berdaulat wajib mengormati kemerdekaan negara berdaulat lainnya (Robert I Bledsoe & Boleslaw A Boczek, 1987:3). Kedaulatan merupakan konsep yang sangat penting dalam tertib hukum domestik maupun internasional, dan merupakan titik persinggungan antara kedua sistem tertib hukum tersebut. Kedaulatan negara merupakan salah satu norma fondasional dalam sistem hukum internasional. Konsekuensinya, konsep tentang negara yang berdaulat sebagai kesatuan otoritas yang tidak tunduk pada pihak manapun merupakan penyangga sistem tata hukum internasional yang menjunjung tinggi prinsip non-intervensi dan kesepakatan (con sent) negara. Namun demikian, dalam wacana dan praksis mutakhir konsep kedaulatan negara telah mengalami perubahan; sehingga kedaulatan negara dalam pengertian yang absolut tidak dapat dipertahankan lagi (Michael JStruett,2005:70-180).

(6)

Hukum itu berlaku baik terhadap orang-orang, benda-benda maupun perbuatan-perbuatan hukum yang dilakukan disana.6

Bagaimana suatu negara akan mengatur wilayahnya tidak dapat dicampuri oleh negara lain tanpa persetujuannya. Ini adalah prinsip teritorial, yang memberikan kepada setiap bangsa (negara) hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Adapun dasar hukum dari persamaan kedaulatan dan kedudukan Negara dapat ditemukan dalam pasal 1 ayat (2) Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai tujuan organisasi ini yaitu, untuk memajukan hubungan persahabatan antar bangsa-bangsa berdasarkan penghargaan atas asas persamaan hak dan hak bangsa-bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri. Pasal 2 ayat (1) nya lebih lanjut menyatakan bahwa organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa ini berlandaskan pada asas-asas persamaan kedaulatan dari semua anggota-anggotanya.

Disamping itu kedaulatan juga mempunyai pengertian negative dan positif.7

Pengertian Negatif

A. Kedaulatan dapat berarti bahwa negara tidak tunduk pada ketentuan – ketentuan hokum internasional yang mempunyai status yang lebih tinggi.

B. Kedaulatan berarti bahwa negara tidak tunduk pada kekuasaan apapun dan dari manapun datangnya tanpa persetujuan negara yang bersangkutan

Pengertian Positif

A. Kedaulatan memberikan kepada titulernya yaitu negara pimpinan tertinggi atas warga negaranya. Ini yang dinamakan wewenang penuh dari suatu negara.

B. Kedaulatan memberikan wewenang kepada negara untuk mengeksploitasi sumber – sumber alam wilayah nasional bagi kesejahteraan umum masyarakat banyak. Ini yang disebut kedaulatan permanent atas sumber – sumber kekayaan alam.

B. Teori Kedaulatan Negara

Teori kedaulatan negara merupakan salah satu teori kedaulatan yang menyatakan bahwa kedaulatan itu ada pada negara. Negaralah yang menciptakan hukum, jadi segala sesuatu harus tunduk pada negara . Negara disini dianggap sebagai suatu keutuhan yang menciptakan peraturan – peraturan hukum, jadi adanya hukum itu akibat dari adanya negara, dan tiada satu hukumpun yang berlaku jika tidak dikehendaki oleh negara. Penganut teori kedaulatan negara ini antara lain adalah Jean Bodin, dan Georg Jellinek.

Hakekatnya teori kedaulatan negara itu atau staat-souvereiniteit, hanya menyatakan bahwa kekuasaan tertinggi ada pada negara, tidak melihat kekuasaan tersebut bersifat absolut, maupun bersifat terbatas, dan ini harus dibedakan dengan pengertian ajaran staat-absolutisme.

6 Sudargo Gautama, Hukum Prdata Internasional Indonesia, Buku I, cet ke-7, Jakarta:

Binacipta, 1988 hal. 141.

7 Jean Charpentier, Institutions Internationales, 13 Edition, 1997, Momentos Dallozz, Paris, p.

(7)

Karena dalam ajaran staat- souvereiniteit itu pada prinsipnya hanya dikatakan bahwa kekuasaan tertinggi itu ada pada negara, kekuasaan tertinggi ini mungkin bersifat absolut , tetapi mungkin juga bersifat terbatas . sedangkan dalam ajaran staat-absolutisme dikatakan bahwa kekuasaan itu bersifat absolut , jadi berarti tidak mungkin bersifat terbatas, dalam arti bahwa negara itu kekuasaanya meliputi segala segi kehidupan masyarakat, sehingga mengakibatkan para warga negara itu tidak lagi mempunyai kepribadian.

Teori kedaulatan negara ini juga dikemukakan oleh georg jellinek. Pada pokoknya jellinek mengatakan bahwa hukum itu adalah merupakan penjelmaan dari pada kehendak atau kemauan negara. Jadi juga negaralah yang menciptakan hukum, maka negaralah dianggap sebagai satu – satunya sumber hukum, dan negaralah yang memiliki kekuasaan tertinggi atau kedaulatan. Sehingga diluar negara tidak ada satu organpun yang berwenang menetapkan hukum. Maka dalam hal ini lalu berarti bahwa adat kebiasaan, yaitu hukum yang tidak tertulis maupun peraturan yang tidak dikeluarkan negara atau dibuat oleh negara dianggap bukanlah sebuah hukum, yang demikianlah pendapat yang dibenarkan oleh Jean Bodin , sedangkan menurut pendapat Georg Jellinek adat kebiasaan dan hukum – hukum lainnya itu dapat menjadi hukum, apabila hukum – hukum itu sudah ditetapkan oleh negara sebagai sebuah hokum. Negara adalah satu-satunya sumber hukum. Oleh sebab itu kekuasaan tertinggi harus dimiliki oleh negara.8

Kedaulatan suatu negara tidak lagi bersifat mutlak atau absolut, akan tetapi pada batas – batas tertentu harus menghormati kedaulatan negara lain, yang diatur dalam Hukum Internasional. Hal inilah yang kemudian dikenal dengan istilah kedaulatan negara bersifat relative (Relative Sovereignty of State). Dalam konteks hokum Internasional, negara yang berdaulat pada hakikatnya harus tunduk dan menghormati hokum Internasional, maupun kedaulatan dan integritas wilayah negara lain.9

Jean Bodin menyatakan bahwa kedaulatan merupakan atribut dan ciri khusus dari suatu negara. Tanpa adanya kedaulatan, maka tidak akan ada yang dinamakan negara.10 Ia juga

menyatakan bahwa kedaulatan tersebut mengandung satu – satunya kekuasaan sebagai:

1) Asli, artinya tidak diturunkan dari sesuatu kekuasaan lain;

2) Tertinggi, tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi yang dapat membatasi kekuasaannya;

3) Bersifat abadi atau immortal;

4) Tidak dapat dibagi – bagi karena hanya ada satu kekuasaan tertinggi saja; 5) Tidak dapat dapat dipindahtangankan atau diserahkan kepada pihak lain.11

Kedaulatan suatu negara dalam implementasinya dimanifestasikan menjadi 3 (tiga) aspek utama12, yaitu: Pertama, kedaulatan internal (kedalam). Kedaulatan secara internal memiliki

pengertian bahwa hal itu merupakan kewenangan tertinggi yang dimiliki oleh sebuah negara di dalam wilayah kekuasaannya. Kedaulatan internal berarti merupakan kekuasaan tertinggi suatu

8 Abu Daud Busroh, Ilmu negara hal 71

9 Suryo sakti hadiwijoyo,perbatasan negara dalam dimensi Hukum Internasional. Hlm. 41.

10 Fred isjwara, Pengantar Ilmu Politik, Binacipta , bandung , 1996, hlm. 108.

11 Muchtar Afandi, ilmu – ilmu Negara , Alumni , Bandung, 1971, hlm. 160.

12 Nkambo Mugerwa, Subjects of International Law, Edited by max Sorensen, Mac Millan, New

(8)

negara untuk mengatur masalah – masalah dalam negerinya. Kedaulatan internal dari suatu negara diwujudkan dalam otoritas negara dalam menentukan bentuk negara, bentuk system pemerintahan yang dipilih oleh negara tersebut, system politik, kebijakan – kebijakan dalam negeri, maupun hal – hal yang berkaitan dengan pembentukan system hokum nasional, dimana dalam penentuan kesemua hal tersebut tidak dapat dicampuri oleh negara lain.

Ke-dua, kedaulatan eksternal (ke luar). Pengertian kedaulatan secara eksternal ialah kemampuan negara – negara dalam melakukan hubungan internasional. Sisi eksternal dari kedaulatan negara dimanifestasikan dalam wujud kekuasaan dan kemampuan suatu negara untuk mendapatkan pengakuan dari negara lain dan menjalin kerjasama atau hubungan internasional. Kemampuan dan kewenangan tersebut antara lain berupa peran serta dalam perundingan , konfrensi internasional, penandatanganan perjanjian internasional dalam berbagai bidang, terlibat dalam organisasi internasional, dan lain sebagainya.

Ke-tiga, kedaulatan teritorial, pengertian dari kedaulatan teritorial ialah bahwa kekuasaan penuh dan ekslusif yang dimiliki oleh negara atas individu – individu dan benda – benda yang terdapat di wilayah tersebut.

C. MACAM – MACAM KEDAULATAN NEGARA

Secara Kategoris, kedaulatan dapat dikelompokkan menjadi dua macam13, yakin kedaulatan

berdasarkan jangkauan (scope) pelaksanaannya dan kedaulatan yang dilihat dari sisi wilayahnya. Kedua kelompok tersebut merangkum deskripsi secara detail terkait dengan persoalan teritori dan kedaulatan negara.

1. Kedaulatan Berdasarkan Jangkauan (Scope)

Kedaulatan negara dilihat dari jangkauan pelaksanaannya, dibagi menjadi dua jenis kedaulatan, yaitu kedaulatan eksternal dan kedaulatan internal. Pengertian kedaulatan internal ialah kekuasaan teetinggi dari suatu negara di wilayahnya. Dalam arti kewenangannya hanya sebatas dalam wilayah – wilayah yang telah menjadi bagian dari kekuasaannya.Kewenangan kedaulatan dalam konteks ini misalnya seperti untuk menentukan lembaga negaranya, hak untuk membuat undang – undang atau konstitusi, tanpa adanya campur tangan atau intervensi dar negara lain, mendapatkan kepatuhan atau ketundukan dari rakyatnya, dan memiliki wewenang sendiri secara penuh untuk menyelesaikan persoalan – persoalan yang timbul di dalam yuridiksinya.

Berdasarkan hal itu, maka kedaulatan internal suatu negara bisa dijamin apabila negara tersebut memiliki sumber – sumber hukum seperti: constitution, statutes, regulations, dan

customs. Constitutions adalah hukum dasar suatu negara, yang bersifat fundamental dan umum, baik tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur cara – cara bagaimana suatu pemerintahan diselenggarakan. Statutes adalah undang – undang, sedangkam regulations adalah peraturan – peraturan yang dibuat oleh power delegation dari badan legislatif kepada badan eksekutif. Adapun customs merupakan kebiasaan – kebiasaan yang dipraktikkan dalam masyarakat yang tidak dituangkan dalam bentuk tertulis.

(9)

Sementara itu, pengertian kedaulatan secara eksternal adalah kemampuan negara untuk melakukan hubungan internasional. Dalam konteks ini setiap negara memiliki kedudukan yang sederajat dalam kaitannya dengan hubungan internasional. 14

Pengertian kedaulatan secara eksternal tersebut, memiliki beberapa implikasi. Pertama, setiap negara memiliki kedaulatan yang sama secara politik. Kedua, setiap negara tidak dapat melakukan intervensi dalam permasalahan negara lain. Ketiga, setiap negara, masing – masing diasumsikan memiliki kompetensi. Keempat, setiap negara memiliki yuridiksi atas wilayahnya secara ekslusif. Kelima, setiap negara hanya dapat dibebani kewajiban dalam hal negara tersebut memberikan persetujuannya. Keenam, setiap negara memiliki kewenangan penuh untuk memutuskan untuk pergi berperang. Ketujuh, hukum internasional secara positif hanya dapat mengikat suatu negara apabila negara tersebut telah secara eksplisit dan sukarela untuk terikat. Untuk dapat menjamin keberadaan kedaulatan tersebut negara harus memiliki15:

a) Sebuah yuridiksi atas wilayahnya dan warga negara yang mendiaminya; b) Sebuah prinsip non-intervention

c) Pengakuan dari negara – negara lain yang sederajat.

2. Kedaulatan Berdasarkan Konsep Wilayah (Territory)

Kedaulatan teritorial adalah kekuasaan penuh yang dimiliki oleh suatu negara dalam melaksanakan yuridiksi (kewenangan) secara ekslusif di wilayah negaranya, yang mana di dalam wilayah tersebut negara memiliki wewenang penuh untuk melaksanakan dan menegakkan hukum nasionalnya. Dengan demikian seetiap individu yang mendiami suatu wilayah tertentu haruslah tunduk dan patuh kepada kekuasaan hukum dari negara yang memiliki wilayah tersebut. Oleh karena itu, ada korelasi anatara negara, kedaulatan, dan wilayah, sebab kedaulatan negara didasarkan pada wilayah negara tersebut, maka wilayah suatu negara adalah konsep fundamental atau mendasr dari hukum internasional.

Secara geografis, kedaulatan teritorial dibagi menjadi tiga jenis wilayah , yaitu: wilayah daratan, wilayah laut, dan wilayah udara. Pada masing – masing tersebut tunduk pada rezim hukum tertentu. Wilayah hukum daratan, kedaulatannya ditentukan oleh prinsip Uti Possidetis,

wilayah laut tunduk pada rezim hukum laut (UNCLOS 1982), dan wilayah udara tunduk pada rezim hukum udara.

Wilayah daratan adalah bagian dari daratan yang merupakan tempat pemukiman atau kediamandari warga negara atau penduduk negara yang bersangkutan.16 Di dalam wilayah

tersebut pula negara melaksanakan dan mengendalikan segala kegiatan pemerintahannya. Termaksud pula dalam ruang lingkup wilayah daratan ini tidak saja permukaan tanah daratan, tetapi juga tanah dibawah daratan tersebut. Kedaulatan negara terhadap kekayaan alam yang ada dalam wilayah daratan tersebut bersifat permanen.

14 Kurt Mills, 1998, Human right in the Emerging Global Order: A New Sovereignty, Mc Millan,

London, hlm. 11.

15 Mirza Stria Buana, 2007, Hukum Internasional:Teori dan Praktik, FH Unlam, Banjarmasin,

hlm. 37.

16 Poltak Partologi Nainggolan, 2004, Batas Wilayah dan Situasi Perbatasan Indonesia:

(10)

Sementara itu wilayah lautan adalah mencakup luas horizontal maupun vertikal. Secara Horizontal, yaitu luas laut dari daratan secara mendatar sampai ketengah laut. Dalam konteks ini, maka kedudukan hukum laut dibagi menjadi perairan pedalaman, laut wilayah, dan laut bebas. Sebaliknya, luas laut vertikal kedudukan hukumnya adalah udara, air, dan dasar laut, serta tanah dibawahnya. Pembagian tersebut untuk lebih menetukan wilayah perairan dari suatu negara dan berhubugan dengan batas – batas yuriksi terhadap wilayahnya. Berdasarkan konvensi hukum laut 1982, ditegakan bahwa luas perairan laut negara pantai adalah 12 mil, diukur dari garis pangkal laut teritorialnya.

Adapun wilayah udara adalah udara diatas daerah suatu negara dipermukaan bumi, diatas wilayah darat, dan diatas wilayah laut. Dalam perjanjian 27 Negara pada tahun 1928, ditentukan bahwa tiap negara berkuasa penuh atas udara diatas wilayahnya. Hanya dengan seizin atau dengan perjanjian tertentu pesawat udara suatu negara boleh melakukan penerbangan diwilah negara lain. Prinsip ini sudah diakui secara internasional dalam hubungan antarnegara yang saling menghormati kedaulatan masing – masing.

D. .HAKIKAT DAN FUNGSI KEDAULATAN NEGARA DALAM MASYARAKAT INTERNASIONAL

Kedaulatan merupakan kata yang sulit untuk dibakukan karena para ahli memberikan pengertian yang berlainan sehingga menimbulkan banyak penafsiran yang berkembang dewasa ini. Dalam konteks itu, Philip Allot mengatakan, bahwa kedaulatan itu bukanlah suatu fakta, akan tetapi adalah teori.17 Hal ini menunjukkan bahwa kedaulatan adalah konsep yang samar

(neboulous concept)18 yang bias saja berubah dari waktu kewaktu dikarenakan adanya perubahan

konstelasi politik Internasional. pengertian kedaulatan negara yang menyatakan bahwa negara yang dinyatakan berdaulat atau sovereign adalah negara yang mempunyai kekuasaan tertinggi , menurut Mochtar kusumaatmadja dalam bukunya Pengantar Hukum Internasional ia menyatakan bahwa pengertian yang menyatakan bahwa kedaulatan negara sebagai kekuasaan tertinggi banyak menimbulkan banyak salah paham dalam mengartikan definisi tersebut. Jika diperhatikan secara mendalam apabila negara memiliki kekuasaan tertinggi maka akan bertentangan dengan hukum internasional sebagai suatu sistem hukum yang mengatur hubungan internasional terutama hubungan antara negara. Dapat dikemukakan bahwa bahwa hukum internasional tidak mungkin mengikat negara apabila negara itu merupakan kekuasaan tertinggi yang tidak mengakui suatu kekuasaan yang lebih tinggi diatasnya.

17 Phillip Allot, 2001, Eunomia: new order for a new world, Oxford University press, oxford,

hlm. 57.

18 Martin Dixon dan Robert McCorquodale, 2003, Cases and Material on International Law ,

(11)

Jika memang kedaulatan negara bertentangan dengan hukum internasional dapat dikatakan bahwa paham kedaulatan negara pada hakikatnya merupakan penyangkalan terhadap hukum internasional sebagai suatu sistem hukum yang mengikat bagi negara dalam hubungannya satu sama lain, jadi tidaklah heran apabila dalam bidang ilmu hukum internasional terdapat para sarjana yang menganggap kedaulatan negara sebagai suatu penghalang bagi pertumbuhan masyarakat internasional dan bagi perkembangan hokum internasional yang mengatur kehidupan masyarakat demikian.19 Pendapat demikian dapat dibenarkan seandainya masyarakat internasional

dan hukum yang mengaturnya mrupakan suatu masyarakat atau negara dunia. Dalam struktur organisasi masyarakat dunia demikian memang tidak diberikan tempat bagi negara yang berdaulat. Di puncak negara dunia demikian akan terdapat suatu pemerintahan dunia. Namun kenyataannya masyarakat internasional dewasa ini jauh dari demikian, masyrakat dunia dengan suatu pemerintahan dunia masih jauh dari kata terwujud. Adalah suatu kenyataan bahwa masyarakat internasional dewasa ini merupakan suatu masyarakat yang terdiri terutama dari negara – negara yang bebas satu sama lainnya. Selain didasarkan atas suatu anggapan yang keliru tentang hakikat masyarakat dunia dewasa ini, sehingga serangan atas paham kedaulatan salah sasaran, paham yang menyatakan bahwa kedaulatan itu merupakan penghalang bagi pertumbuhan hukum internasional juga didasarkan atas pengertian kedaulatan yang keliru.

Kedaulatan menurut asal katanya yaitu berarti kekuasaan tertinggi. Negara berdaulat memang berarti bahwa negara itu tidak mengakui suatu kekuasaan yang lebih tinggi dari pada kekuasaannya sendiri. Dengan kata lain negara memiliki monopoli kekuasaan , suatu sifat khas organisasi masyarakat dan kenegaraan dewasa ini yang tidak lagi membenarkan orang perseorangan mengambil tindakan sendiri apabila ia dirugikan. Walaupun demikian, kekuasaan tertinggi ini mempunyai batasan – batasan. Ruang berlaku kekuasaan tertinggi ini dibatasi oleh batas wilayah negara itu , dalam arti kekuasaan tertinggi dapat dimiliki oleh negara di dalam batas wilayahnya, sedangkan di luar wilayahnya, suatu negara tidak lagi memiliki kekuasaan tertinggi, jadi pengertian kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi mengandung dua pembatasan penting yaitu:

1) Kekuasaan itu terbatas pada wilayah negara yang memiliki kekuasaan itu dan 2) Kekuasaan itu berakhir di mana kekuasaan suatu negara lain mulai.

Jadi pembatasan tersebut melekat pada pengertian kedaulatan itu sendiri kerap kali dilupakan oleh orang yang beranggapan bahwa kekuasaan yang dimiliki oleh suatu negara menurut paham kedaulatannya itu tidak terbatas. Dengan pembatasan kedaulatan yang telah diterangkan diatas dapat dikatakan bahwa kedaulatan suatu negara dapat dibatasi dan bahwa batas ini terdapat dalam kedaulatan negara lain merupakan konsekuensi yang logis dari paham kedaulatan sendiri. Dengan demikian paham kedaulatan tidak bertentangan dengan adanya suatu masyarakat internasional yang terdiri dari negara – negara yang masing – masing berdiri sendiri – sendiri atau dengan kata lain merdeka (independent) yang satu dari yang lainnya. Paham yang demikianlah tidak akan bertentangan dengan hokum internasional.

Akibat yang ditimbulkan oleh paham kedaulatan dalam arti terbatas ini selain kemerdekaan (independence) juga akan adanya paham persamaan derajat (equality). Artinya, bahwa negara – negara yang berdaulat selain masing – masing merdeka, juga sama derajatnya

(12)
(13)

Simpulan

Kedaulatan ialah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu negara untuk secara bebas melakukan berbagai kegiatan sesuai kepentingannya asal saja kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional. kedaulatan salah satunya yaitu dimiliki oleh negara, dan menyatakan bahwa kedaulatan itu ada pada negara. Negaralah yang menciptakan hukum, jadi segala sesuatu harus tunduk pada negara . Negara disini dianggap sebagai suatu keutuhan yang menciptakan peraturan – peraturan hukum, jadi adanya hukum itu akibat dari adanya Negara, dan tiada satu hukum pun yang berlaku jika tidak dikehendaki oleh Negara. Serta kekuasaan tertinggi untuk membuat hokum di dalam suatu negara bersifat tunggal yang brarti bahwa hanya negaralah yang memiliki asli, yang brarti kekuasaan yang tidak berasal dari kekuasaan lain, kemudian, abadiyang brarti memiliki kekuasaan tertinggi dan abadi, serta tidak dapat dibagi – bagi yang brarti bnahwa kedaulatan itu tidak dapat diserh terimakan baik sebagian maupun seluruhnhya.

Daftar pustaka

Arifin, saru, 2014. Hukum Perbatasan Darat Antarnegara, Jakarta:Sinar Grafika

Bartelson, Jens. 2006. The Concept of SovereigntyRevisited". (17) European Journal of International Law, Vol. 17. No.2.Oxford: Oxford University Press.

Brownlie, Ian. 1990. Principles of Public InternationalLaw. Fourth Edition. Oxford: Clarendon Press

Daud. Abu. 2010 Ilmu Negara, Jakarta : Bumi Aksara

Gautama, Sudargo. 1988, Hukum Perdata Internasional Indonesia Jakarta: Binacipta

Hadiwijoyo, Suryo Sakti. 2011, Perbatasan Negara dalam dimensi Hukum Internasional, Yogyakarta: Graha Ilmu

Hingorani, R.C. 1982. Modem InternationalLaw. Second Edition. New Delhi: Oxford &IBH Publishing Co.

Mauna, Boer. 2013, Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, Bandung:Alumni

Mochtar kusmaatmadja, Etty R. Agoes. 2003, Pengantar Hukum Internasional, Bandung : Alumni

Radon, Jenik. 2004. "Sovereignty: A PoliticalEmotion, Not A Concept*.(40.) StanfordJournal ofInterna tional Law. Commemorative Issue: Balance ofPower: Redefining Sovereignty in Contempo rary International Law Commemorative Introduction, Summer 2004. Stanford: Universityof Stanford.

Sheehan , James J. 2006. The Problem of Sovereignty". The American History Review Vol. IllNo 1 February 2006. Oxford: Oxford UniversityPress

Soehino. 1980, Ilmu Negara, Yogyakarta : Penerbit Liberty

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi yaitu penyakit yang ditimbulkan karena tekanan darah di atas normal (140/90 mm Hg).. Hipertensi disebabkan oleh

16 Desmita, Op.Cit, hlm. Santrock, Op.Cit ,hlm.. Attachment adalah suatau hubungan yang psikologis yang diskriminatif dan spesifik serta mengikat seseorang dengan

Gangguan mobilitas sendi, fungsi motor, kinerja otot dan ROM yang berkaitan dengan.. Cedera

 Akan tetapi meskipun tidak ada gejala yang muncul, virus hepatitis B dapat merusak hati secara diam-diam selama bertahun-tahun.  Oleh karena itu PENTING bagi

Belajar akan lebih berhasil apabila sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Cita-cita tentang jenis pekerjaan di masa datang merupakan faktor penting yang

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga laporan Tugas Akhir yang berjudul “Perancangan Sistem

Adis Elbela Kurnia Dewi , 462009005, Gambaran Strategi Koping Pasien Dalam Menghadapi Kecemasan Pre operasi di Ruang Rawat Inap RSUD Salatiga, Skripsi, Fakultas

Judul Penelitian : Gambaran Strategi Koping Pasien Dalam Menghadapi Kecemasan Pre operasi di Ruang Rawat Inap RSUD Salatiga. Nama Peneliti : Adis Elbela