• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENDIDIKAN EKOLOGI PADA KELAS V SDK SANG TIMUR YOGYAKARTA DALAM UPAYA PERAWATAN LINGKUNGAN HIDUP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN PENDIDIKAN EKOLOGI PADA KELAS V SDK SANG TIMUR YOGYAKARTA DALAM UPAYA PERAWATAN LINGKUNGAN HIDUP"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PENDIDIKAN EKOLOGI PADA

KELAS V SDK SANG TIMUR YOGYAKARTA

DALAM UPAYA PERAWATAN LINGKUNGAN

HIDUP

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

Oleh:

Shrypa Ipang Kartopa

NIM : 161124059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

(2)

iv MOTTO

“Berjuanglah sekuat tenaga tapi ingat kemampuanmu, jangan bandingkan dirimu dengan orang lain dan teruslah bersyukur untuk hal sekecil apapun.”

(Shrypa Ipang Kartopa)

(3)

vii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “PELAKSANAAN PENDIDIKAN EKOLOGI PADA KELAS V SDK SANG TIMUR YOGYAKARTA DALAM UPAYA PERAWATAN LINGKUNGAN HIDUP”. Judul ini dipilih berdasarkan keingintahuan penulis untuk mengetahui gambaran sejauh mana pelaksanaan pendidikan ekologi pada kelas V SDK Sang Timur Yogyakarta. Sekolah yang melaksanakan pendidikan ekologi dapat menjadi wadah yang tepat bagi generasi muda untuk peduli lingkungan sehingga memiliki kemampuan dan kesadaran ikut dalam merawat lingkungan hidup. Penulis tertarik pada pelaksanaan pendidikan ekologi karena semakin hari kerusakan lingkungan semakin memprihatinkan. Penulis tertarik mengetahui sejauh mana sekolah sudah terlibat dalam pelaksanaan perawatan lingkungan hidup karena sekolah merupakan salah satu wadah terpenting serta mudah dijangkau oleh masyarakat. Penulis juga tertarik mengetahui sejauh mana sekolah Katolik sudah menanggapi seruan Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si’ untuk merawat rumah kita bersama. Persoalan pokok skripsi ini adalah menjawab pertanyaan sejauh mana pelaksanaan pendidikan ekologi di SDK Sang Timur Yogyakarta dalam upaya perawatan lingkungan hidup. Untuk maksud itu penulis menggunakan studi pustaka dan penelitian kualitatif. Studi pustaka dilaksanakan dengan mempelajari berbagai sumber yakni pandangan beberapa ahli yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan ekologi dan perawatan lingkungan hidup. Data diperoleh dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada 62 siswa SDK Sang Timur Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan ekologi pada kelas V SDK Sang Timur dalam upaya perawatan lingkungan hidup sudah berjalan dengan baik. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa siswa sudah memahami tujuan dan manfaat pendidikan ekologi serta faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam pelaksanaan pendidikan ekologi. Untuk menindaklanjuti hasil penelitian tersebut penulis mengusulkan kegiatan rekoleksi bagi siswa kelas V SDK Sang Timur Yogyakarta.

(4)

viii

ABSTRACT

This undergraduate thesis is titled “IMPLEMENTATION OF ECOLOGICAL

EDUCATION AT FIFTH GRADE OF SANG TIMUR CANISIUS ELEMENTARY SCHOOL YOGYAKARTA FOR ENVIRONMENTAL CARE”.

This title was chosen based on the writer’s curiosity to know how far the application ecological education in fifth grade of Sang Timur Canisius Elementary School Yogyakarta. School that implements ecological education could be a right place for young generation to care with environment so that they have the ability and awareness to participate in caring for the environment. The writer interested with application of ecological education because nowadays the environmental degradation is worrisome. The writer interested to know how extend the school involved with the implementation of environmental care because school is one of the important place and accessible place for the community. The writer is also interested to know how extent the Catholic school has responded to the Encyclical Letter Laudato si' of Pope Francis is to care for the environment. The main issue of this thesis is to answer the question of how far the application of ecological education in Sang Timur Canisius Elementary School Yogyakarta. For that purpose the writer used in literature study and qualitative research. Literature study is carried out by studying various sources, namely the views of several experts that related to the application of ecological education and environmental care. The research that the writer use is qualitative research. Data were obtained from the results of a questionnaire that distributed to 62 students of Sang Timur Canisius Elementary School Yogyakarta. The results of the research showed that the implementation of ecological education in the fifth grade of Sang Timur Canisius Elementary School in environmental care efforts has been going well. Based on research found that students have understood the purpose and benefits of ecological education as well as the factors that influence students in implementation of ecological education. Follow up on the results of the research, writer proposes a recollection activity for fifth grade students of Sang Timur Canisius Elementary School.

(5)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .. Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penulisan Skripsi ... 1

B. Rumusan Permasalahan ... 6

C. Tujuan Penulisan ... 6

D. Manfaat Penulisan ... 6

E. Metode Penulisan... 7

F. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II. POKOK-POKOK PENDIDIKAN EKOLOGI... 9

A. Pendidikan ... 9

1. Pengertian Pendidikan ... 9

2. Tujuan Pendidikan ... 10

B. Ekologi ... 12

(6)

xiii

2. Pandangan Kitab Suci Mengenai Ekologi ... 14

3. Dokumen Gereja Laudato Si’ Ensiklik Paus fransiskus ... 16

C. Pendidikan Ekologi ... 25

1. Pengertian Pendidikan Ekologi ... 25

2. Tujuan Pendidikan Ekologi ... 26

3. Lingkup Materi Pendidikan Ekologi ... 27

4. Motode Pembelajaran Pendidikan Ekologi………... 31

BAB III. GAMBARAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN EKOLOGI PADA KELAS V SDK SANG TIMUR YOGYAKARTA DALAM UPAYA PERAWATAN LINGKUNGAN HIDUP ... 33

A. Gambaran Umum SDK Sang Timur Yogyakarta ... 33

1. Sejarah Singkat SDK Sang Timur ... 33

2. Letak Geografis SDK Sang Timur Yogyakarta ... 35

3. Lingkungan Akademik ... 36

4. Lingkungan Sosial Sekolah ... 37

5. Visi SDK Sang Timur ... 38

6. Misi SDK Sang Timur ... 38

7. Jumlah Warga Sekolah ... 39

8. Gambaran Pelaksanaan Pendidikan Ekologi di SDK Sang Timur ... 40

B. Penelitian Pelaksanaan pendidikan Ekologi pada Kelas V SDK Sang Timur Yogyakarta dalam Upaya Perawatan Lingkungan Hidup ... 42

1. Persiapan Penelitian ... 42

2. Laporan Hasil Penelitian dan Pembahasan tentang Pelaksanaan pendidikan Ekologi pada Kelas V SDK Sang Timur Yogyakarta dalam Upaya Perawatan lingkungan hidup ... 48

C. Kesimpulan Hasil Penelitian... 62

BAB IV. KEGIATAN REKOLEKSI UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN EKOLOGI PADA KELAS V SDK SANG TIMUR YOGYAKARTA DALAM UPAYA PERAWATAN LINGKUNGAN HIDUP ... 64

A. Latar Belakang Kegiatan ... 64

B. Bentuk kegiatan ... 65

BAB V. PENUTUP ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 78

(7)

xiv LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian ... (1)

Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian ... (2)

Lampiran 3 : Identitas Responden... (6)

Lampiran 4 : Contoh Jawaban Responden ... (8)

Lampiran 5 : Profil SDK Sang Timur Yogyakarta ... (9)

(8)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1: Kisi-kisi Penelitian... 47 Tabel 3.2: Hasil Penelitian Tingkat Pemahaman dan Pelaksanaan Pendidikan

Ekologi... 49 Tabel 3.3: Hasil Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Siswa dalam

Pendidikan Ekologi... 53 Tabel 3.4: Hasil Penelitian Hal-Hal yang Dapat Dilakukan untuk meningkatkan

perawatan Lingkungan... 56 Tabel 4.1: Usulan Susunan Acara Rekoleksi Siswa Kelas V SDK Sang Timur

(9)

xvi

DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab Deuterokanonika © LAI 197. (Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan oleh lembaga Alkitab Indonesia, ditambah dengan kitab-kitab Deuterokanonika yang diselenggarakan oleh Lembaga Biblika Indonesia. Terjemahan diterima dan diakui oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia). Jakarta: LAI, 2016.

B. Singkatan Dokumen Gereja

LS : Laudato Si’, ensiklik dari Paus Fransiskus tentang Perawatan Rumah Kita Bersama, dideklarasikan pada bulan Juni 2015.

GE : Gravissimum Educationis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen, dideklarasikan oleh Paus Paulus VI pada 28 Oktober 1965

C. Singkatan Lain

BMKG : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencana DAPODIK : Data Pokok Pendidikan

DLH : Dinas Lingkungan Hidup LCD : Liquid Crystal Display

MIPA : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam MOL : Micro Organisme Lokal

MSG : Monosodium Glutamat

NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia PLH : Pendidikan Lingkungan Hidup RT : Rukun Tetangga

SD : Sekolah Dasar

SDK : Sekolah Dasar Kanisius SWI : Sustainable Waste Indonesia TIK : Teknologi Informasi Komunikas TPA : Tempat Pembuangan Akhir

(10)

xvii TU : Tata Usaha

UKS : Usaha Kesehatan di Sekolah

UNESCO : United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization UUD : Undang-Undang Dasar

(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Skripsi

Bumi akhir–akhir ini semakin menderita, kerusakan lingkungan semakin hari kian bertambah. Kondisi tersebut secara langsung telah mengancam kehidupan manusia. Tingkat kerusakan alam pun meningkatkan resiko bencana alam (Lidia Vonny, 23 November 2017). Kerusakan alam dapat terjadi karena dua faktor yaitu faktor alam dan ulah manusia. Letusan gunung berapi, banjir, abrasi, tanah lonsongsor, angin puting beliung, gempa bumi dan tsunami merupakan beberapa contoh bencana alam yang dapat merusak lingkungan. Meskipun jika ditelaah lebih lanjut, bencana seperti banjir, abrasi, kebakaran hutan dan longsor bisa saja terjadi karena adanya campur tangan manusia. Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh manusia lebih besar dibandingkan kerusakan yang disebabkan oleh bencana alam. Ini mengingat kerusakan yang disebabkan manusia bisa terjadi secara terus– menerus dan cenderung meningkat. Kerusakan ini umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan seperti kerusakan hutan dan alih fungsi hutan, pertambangan, pencemaran udara, air dan tanah. Freddy Buntaran (1996:67) menjelaskan bahwa:

Sayanglah bahwa manusia, yang muncul lebih kemudian daripada bumi, justru telah menimbulkan pelbagai masalah dan krisis di bumi ini. Di satu sisi manusia zaman ini telah mencapai kemajuan yang mengagumkan di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, namun di sisi lain kemajuan itu mengakibatkan manusia tidak lagi mampu menyadari dan menghayati integritas hidupnya bersama seluruh ciptaan. Manusia kini melepaskan dirinya dari keseluruhan yang integral serta memandang dunianya secara sempit hanya sebagai tempat untuk mewujudkan kesejahteraan materialis-nya.

(12)

Manusia yang sangat konsumtif menyebabkan banyaknya pengekploitasian sumber daya alam, manusia juga tidak bertanggung jawab atas kerusakan yang diakibatkan. Pengaruh arus globalisasi dan hasrat untuk mencapai kehidupan yang memuaskan mendorong manusia untuk mengikuti gaya hidup yang dipromosikan melalui media sosial (Hendani, 2018:21). Sifat manusia yang tidak pernah puas dan belum sadar akan gaya hidup yang dijalani merupakan gaya hidup konsumtif, menyebabkan rusaknya ekosistem dan lingkungan. Paus Fransiskus mengungkapkan dalam Laudato Si’ bahwa “Manusia modern belum menerima pendidikan untuk menggunakan kekuasaannya lebih baik, karena kemajuan teknologi belum disertai dengan pengembangan manusia dalam hal tanggung jawab, nilai-nilai dan hati nurani” (LS, 105). Setiap tahunnya, banyak headline surat kabar atau berita yang menyebutkan kasus pengrusakan alam oleh manusia. Beberapa kasus yang terjadi selama tahun 2019 antara lain pada maret 2019, seekor paus tewas terdampar di pantai Filipina dengan sekitar 88 pon atau setara 39,9 kg sampah di dalam perutnya. Ditemukan juga bukti bahwa paus tersebut mengalami muntah darah sebelum akhirnya tewas akibat syok pada saluran pencernaan (Tribunnews.com).

Paus Fransiskus mengatakan bahwa era yang dikuasai oleh teknologi ini gagal mengenali kehidupan alam karena melihat mereka sekadar sebagai obyek dan benda mati maka ada diskoneksi sehingga manusia tidak lagi memahami tempat dan perannya dalam komunitas bumi (LS, 115). “Dunia dan lingkungannya menjadi sekedar benda konkret, sebagai objek–objek yang dimanfaatkan, bahkan ditindas

(13)

dan dimusnahkan, untuk melayani kebutuhannya yang tak terbatas” (Buntaran, 1996:75).

Paus Fransiskus (LS, 23-26) juga memberi penjelasan mengenai perubahan iklim dan dampaknya bagi kehidupan manusia. Perubahan iklim akibat pemanasan global berkaitan dengan hilangnya keanekaragaman hayati. Musnahnya spesies bukan hanya terjadi akibat pengrusakan sumber daya alam ataupun perburuan besar–besaran tetapi juga akibat perubahan iklim (Hendani, 2018:20). Laju kepunahan berbagai spesies makhluk hidup mengubah tatanan dan struktur kehidupan bumi (Hendani, 2018: 66). Di Indonesia sendiri terdapat banyak kasus mengenai krisis ekologis, mulai dari kerusakan alam hingga kepunahan beberapa spesies. Pada tahun 2019 Indonesia juga mengalami banyak bencana yang menyebabkan kerusakan alam di antaranya ialah kebakaran hutan. Menurut BNPB kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di delapan provinsi hingga pertengahan Juli 2019 luasnya mencapai 30.477 hektar (Beritagar.id). Menurut BMKG karhutla ini dapat menyebabkan beberapa masalah yang berkelanjutan. Misalnya pemanasan global, merusak ekosistem karena menyebabkan musnahnya flora dan fauna yang tumbuh dan hidup di hutan. Asap yang ditimbulkan juga menjadi polusi yang dapat menyebabkan penyakit pada saluran pernapasan, mengganggu jarak pandang terutama untuk transportasi penerbangan dan juga hutan yang gundul, rawan penyebab tanah longsor.

Di negara Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke kita dengan mudah dapat menemukan tumpukan sampah. Hingga saat ini masih banyak masyarakat yang kurang menyadari dampak yang ditimbulkan dari membuang

(14)

sampah sembarangan. Sampai saat ini kita masih dapat menemukan sekelompok masyarakat yang membuang sampah di tempat yang bukan semestinya, misalnya di tempat umum dan sungai. Menurut hasil riset terbaru yang dilakukan oleh Sustainable Waste Indonesia (SWI) selama enam bulan di area Jakarta Selatan dan Ambon ditemukan sebanyak 24% sampah di Indonesia masih tidak terkelola (cnnindonesia.com). Itu artinya, dari sekitar 65 juta ton sampah yang diproduksi Indonesia tiap harinya, sekitar 15 juta ton mengotori ekosistem dan lingkungan. Sedangkan 7 persen sampah didaur ulang dan 69% sampah berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Menurut Direktur SWI, Dini Triyanti berdasarkan hasil riset SWI terdapat 1,3 juta sampah plastik per tahun yang tidak dikelola (cnnindonesia.com). Jumlah sampah plastik ini dinilai masih sangat banyak mengingat sampah plastik tidak mudah untuk diurai. Jika tidak dikelola atau didaur ulang maka sampah akan tertimbun di tanah atau terbawa arus ke lautan dan akan merusak ekosistem. Tidak dapat dipungkiri bahwa sampah–sampah ini merupakan hasil dari perilaku dan kebiasaan buruk masyarakat. Masih sering kita menemukan masyarakat Indonesia yang berperilaku atau memiliki kebiasaan membuang sampah ke sungai atau ke alam sehingga menyebabkan pencemaran dan kerusakan ekosistem. Dalam hal ini masyarakat juga tidak dapat disalahkan sepenuhnya karena negara Indonesia masih terkendala dalam infrastruktur serta optimalisasi pelayanan sampah.

Masih banyak daerah di Indonesia yang belum mendapatkan infrastruktur yang memadai untuk pengoptimalisasian sampah. Juga kurangnya edukasi kepada masyarakat mengenai dampak buruk yang disebabkan oleh sampah, sehingga masih

(15)

banyak masyarakat Indonesia yang kurang sadar akan dampak buruk dari sampah yang menyebabkan mereka memiliki kebiasaan membuang sampah ke alam atau ke sungai. Akibat dari kebiasaan buruk ini ekosistem sekitar rusak dan dampak yang paling terasa dari kebiasaan membuang sampah sembarangan ialah datangnya bencana banjir. Dampak–dampak dari kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh perilaku dan kebiasaan buruk masyarakat tentu akan semakin merusak bumi ini jika tidak segera diatasi.

Sangat perlu untuk memberikan edukasi sejak dini kepada masyarakat mengenai penyebab dan dampak kerusakan lingkungan. Pendidikan salah satu bidang yang mudah dijangkau oleh masyarakat untuk mendapatkan edukasi mengenai lingkungan. Paus Fransiskus sendiri mendorong pendidikan ekologis dalam berbagai konteks mulai dari yang terkecil yaitu keluarga, sekolah hingga media termasuk juga pendidikan katekese (LS, 213). Paus Fransiskus juga menekankan bahwa pendidikan ekologi bukan hanya sebatas memberikan informasi tetapi juga perlu mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang baik (LS, 211). Demi tercipta masyarakat yang berperilaku peduli dan cinta lingkungan dengan secara bersama–sama masyarakat dapat mengupayakan ikut serta dalam perawatan lingkungan.

Menyikapi kerusakan lingkungan yang semakin parah, SDK Sang Timur juga telah menerapkan sekolah peduli lingkungan dan beberapa tahun belakangan ini sekolah ini mendapatkan sertifikat sekolah adiwiyata. Ini menunjukkan bahwa SDK Sang Timur sebagai salah satu sekolah Katolik yang telah berhasil dalam menerapkan dan melaksanakan sekolah cinta lingkungan. Berdasarkan hal tersebut

(16)

sehingga penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian di SDK Sang Timur Yogyakarta mengenai Pelaksanaan pendidikan Ekologi Pada kelas V SDK Sang Timur Yogyakarta dalam Upaya Perawatan Lingkungan Hidup.

B. Rumusan Permasalahan

1. Apa pokok–pokok pendidikan ekologi?

2. Sejauh mana pelaksanaan pendidikan ekologi di SDK Sang Timur Yogyakarta sebagai wujud partisipasi dalam perawatan lingkungan?

3. Hal–hal apa yang dapat dilakukan untuk pengembangan pendidikan ekologi di SDK Sang Timur Yogyakarta?

C. Tujuan Penulisan

1. Memahami pokok-pokok pendidikan ekologi.

2. Mengetahui sejauh mana pelaksanaan pendidikan ekologi di SDK Sang Timur Yogyakarta sebagai wujud partisipasi dalam perawatan lingkungan.

3. Mengetahui hal–hal yang dapat dilakukan untuk pengembangan pendidikan ekologi di SDK Sang Timur Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat bagi penulis

Hasil penulisan diharapkan dapat membantu penulis dalam mempersiapkan diri sebagai calon katekis dan guru agama dalam mengembangkan pemahaman dan pelaksanaan pendidikan ekologi.

(17)

2. Manfaat bagi SDK Sang Timur Yogyakarta

Hasil penulisan ini dapat menjadi masukan kebijakan bagi para pendidik dalam mengembangkan model pembelajaran yang efektif berbasis lingkungan hidup.

3. Manfaat bagi guru SDK Sang Timur Yogyakarta

Hasil penulisan ini juga bermanfaat untuk membantu para pendidik menemukan cara yang tepat dalam mendidik siswa agar memiliki sikap cinta lingkungan.

4. Bagi Para Pembaca

Hasil penulisan ini dapat menggerakkan para pembaca agar semakin mencintai dan berupaya menjaga kelestarian lingkungan.

E. Metode Penulisan

Metode penulisan yang dipakai adalah deskriptif analitis yaitu mengambil data dari kuesioner dan studi pustaka. Metode ini ingin mengetahui secara mendalam dan ingin memberikan gambaran yang utuh bagaimana pelaksanaan pendidikan ekologi pada pendidikan SDK Skang Timur Yogyakarta.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut; BAB I berisi pendahuluan membahas mengenai pendahuluan penelitian yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian serta sistematika penelitian. BAB II menyampaikan hasil studi pustaka tentang pokok-pokok pendidikan ekologi. BAB III berupa gambaran umum mengenai SDK Sang Timur Yogyakarta dan membahas mengenai penelitian yang

(18)

dilakukan, laporan hasil penelitian, serta pembahasan dan kesimpulan. Bab IV berisi program yang mampu mendukung pendidikan ekologi pada sekolah dasar Kanisius Sang Timur Yogyakarta. BAB V berisi penutup yang mencakup dua bagian yaitu kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah dengan didukung data hasil penelitian dan bagian kedua berisikan saran yang ditujukan kepada sekolah.

(19)

BAB II

POKOK-POKOK PENDIDIKAN EKOLOGI

Pada bab ini penulis menyampaikan hasil studi pustaka yang berkaitan erat dengan pendidikan ekologi. Bagian pertama berisi pengertian pendidikan dan tujuan pendidikan. Bagian kedua berisikan pengertian ekologi, pandangan Kitab Suci mengenai ekologi, dan dokumen Gereja Laudato Si’ ensiklik Paus Fransiskus. Bagian ketiga membahas pengertian pendidikan ekologi, tujuan pendidikan ekologi, serta lingkup materi pendidikan ekologi.

A. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Dari terminologi kata pen-didik-an, asal kata didik adalah dari kata kerja mendidik berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (Maswan & Khoirul, 2017:4). Asal kata kerja didikan (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 2002) berarti (1) hasil mendidik, (2) yang didik, (3) cara mendidikan. Maswan & Khoirul (2017:4) mengatakan bahwa pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan latihan; proses perbuatan dan cara mendidik. Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pebelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

(20)

Pendidikan merupakan usaha membantu peserta didik mengembangkan potensi dirinya dalam spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Maswan & Khoirul (2017:4) melanjutkan dengan mengatakan bahwa pendidikan adalah pembentukan manusia atau suatu proses pembentukan manusia agar dapat menjalankan dan memenuhi kebutuhan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Sejalan dengan Maswan & Khoirul, Sastrapratedja (2001:14) mengatakan bahwa “pendidikan merupakan sarana terpenting dalam pengembangan manusia”. Pendidikan atau proses belajar mengajar merupakan suatu transaksi antara pengajar dan pelajar. Pengajar dan pelajar terlibat dalam suatu proses yang kompleks: memahami kebutuhan akan belajar atau resistensi untuk belajar dan untuk berubah; proses eksperimentasi dan eksplorasi; proses menguji dan merencanakan penggunaan dari apa yang telah dipelajari dan dari perubahan yang dialami (Sastrapratedja, 2001:25). Pendidikan merupakan upaya sadar dalam membekali peserta didik dengan pengetahuan yang berguna pada zamannya, dan membentuk sikap serta kemampuan peserta didik untuk hidup di zamannya (Hamzah, 2013: 67). Pendidikan merupakan proses pembentukan dan pengembangan sikap serta tata laku seseorang agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang dalam pelaksanaannya melibatkan pengajar dan pelajar.

2. Tujuan Pendidikan

Pendidikan bertujuan memberdayakan segala potensi yang dimiliki manusia baik secara jasmani maupun rohani. Pendidikan merupakan segala aktivitas untuk menggerakkan manusia agar mampu tumbuh dan berkembang, yang asalnya dia

(21)

tidak bisa menjadi bisa, baik atas bantuan orang lain maupun atas kemampuan menemukan dengan caranya sendiri (Maswan & Khoirul, 2017:4). Pendidikan pada dasarnya membantu peserta untuk dapat mengatasi batasan–batasan atau determinasi historisnya, agar ia semakin berkembang dalam berbagai dimensi kemanusiaannya (Sastrapratedja, 2001:9).

Sastrapratedja (2001:11) juga mengungkapkan bahwa pendidikan bertujuan membangun tiga kekuatan dalam diri peserta didik yang pertama power-to merupakaan kekuatan kreatif, yang membuat seseorang mampu melakukan sesuatu. Ini merupakan aspek individual dari pemberdayaan, yaitu membantu orang agar ia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, memecahkan masalah, bekerja dan membangun berbagai keterampilan dan pengetahuan. Kedua membangun power-with yaitu kekuatan bersama agar peserta didik membangun solidaritas atas dasar commitmen pada tujuan dan pengertian yang sama untuk memecahkan masalah yang dihadapi guna menciptakan kesejahteraan bersama.

Maka dari itu pendidikan dapat dikatakan bertujuan menciptakan suatu caring society, suatu komunitas persaudaraan yang memperhatikan kepentingan semua pihak. Ketiga adalah membangun power –within, yaitu kekuatan spiritual yang ada dalam diri peserta didik. Power–within inilah yang membuat manusia menjadi lebih manusiawi karena dari kekuatan spiritual inilah dibangun harga diri manusia dan penghargaan terhadap martabat manusia dan nilai–nilai yang mengalir dari martabat itu. Karena merupakan sarana terpenting dalam pengembangan manusia pendidikan bertujuan mengembangkan potensi yang ada dalam diri

(22)

manusia: intelektual, efektif, moral dan artistik, agar dapat berinteraksi dengan lingkungannya secara kreatif (Sastrapratedja, 2001:14).

Berdasarkan dokumen Konsili Vatikan II tujuan pendidikan adalah; Tujuan pendidikan dalam arti sesungguhnya adalah mencapai pembinaan pribadi manusia dalam perspektif tujuan terakhirnya demi kesejahteraan kelompok–kelompok masyarakat, mengingat bahwa manusia termasuk anggotanya, dan bila sudah dewasa ikut berperan menunaikan tugas kewajibannya (GE, 1).

Manusia sebagai bagian dari masyarakat maka perlu mendapatkan pendidikan yang bertujuan membina pribadi manusia agar mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat. “Pendidikan itu tidak hanya bertujuan pendewasaan pribadi manusia seperti yang telah diuraikan, melainkan terutama hendak mencapai, supaya mereka yang telah dibaptis langkah demi langkah makin mendalami misteri keselamatan” (GE, 2). Melalui pendidikan, khususnya pendidikan Kristiani, seseorang melaksanakan pendidikan bukan hanya bertujuan untuk mendewasakan kepribadiannya namun pendidikan ini hendaknya membantu peserta didik mencapai kedewasaan iman dengan semakin mendalami imannya. Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas dapat dikatakan bahwa pendidikan ekologi bertujuan memberdayakan peserta didik agar dapat semakin berkembang, membangun berbagai keterampilan serta pengetahuan agar semakin termotivasi untuk berpartisipasi secara aktif dalam memperbaiki dan melindungi lingkungan.

B. Ekologi

1. Pengertian Ekologi

Ekologi dari kata Yunani oikos dan logos. Oikos berarti dunia, alam, rumah, tempat hidup. Logos berarti bicara, omongan, kata, akal budi. Ekologi sebagai ilmu

(23)

merupakan hal baru. Dalam perkembangan lebih lanjut, definisi ekologi menjadi cukup banyak. Beberapa definisi dapat diurutkan disini, antara lain 1) ilmu tentang pola hubungan antar organisme dan lingkungan; 2) ilmu mengenai interaksi antara sistem – sistem kehidupan dan lingkungannya; 3) biologi lingkungan (Laurens, 1992:68). Paus Fransiskus mengatakan bahwa “ekologi mempelajari hubungan antara organisme–organisme hidup dan lingkungan di mana mereka berkembang” (LS. 138).

Laurens (1992:67) juga mengatakan bahwa jika berbicara mengenai ekologi berarti berbicara mengenai hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekologi berbeda dari ilmu yang lain, dalam sifatnya, Ekologi kiranya menyangkut hal yang praktis yakni pengaruh lingkungan terhadap manusia. Ekologi merupakan sebuah interpretasi makna kehidupan dalam kaitan dengan lingkungan. Ini berarti pula sebuah reorientasi teknologi dan antisipasi resiko yang bakal terjadi (Laurens,1992:69).

Menurut Supardi (1983:1) yang dimaksud ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara makhluk hidup sebagai suatu kesatuan dengan lingkungannya dimana didalamnya tercakup faktor–faktor fisik, biologik, sosioekonomi dan juga politis. Hubungan ini bersifat timbal balik dan membentuk suatu sistem yang disebut ekosistem. Sejalan dengan Supardi, Buntaran (1996–21) mengatakan bahwa ekologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya. Laurens (1992:70) berpendapat bahwa Ekologi muncul sebagai ilmu bukanlah ilmu yang netral, tetapi sudah menyangkut dengan nilai untuk mempertahankan kehidupan. Berdasarkan

(24)

pendapat para ahli diatas dapat dikatan bahwa ekologi merupakan ilmu yang membahas mengenai interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.

2. Pandangan Kitab Suci Mengenai Ekologi

Pada bagian ini akan diangkat beberapa teks Kitab Suci yang berkaitan dengan ekologi. “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air” (Kej 1:1-2). Kutipan ini menggambarkan bahwa pada awalnya Allah menciptakan rumah bagi manusia dengan mengubah situasi chaos yaitu kekacauan/ketidakteraturan menjadi kosmos keteraturan “Allah melihat segala yang diciptakan-Nya itu, sungguh amat baik” (Kej 1:31).

Selanjutnya dalam Kej 2 : 15 dituliskan bahwa “Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu”. Kata “mengusahakan dan memelihara” dari kutipan ini menggambarkan kedudukan manusia serta menunjukkan tugasnya sebagai penggarap dan penjaga bumi. Manusia juga diberikan tugas untuk merawat atau melestarikan alam raya yang indah itu agar seluruh ciptaan menjadi tertib dan selaras. Manusia hanyalah sebagai wakil Allah dalam merawat dan melestarikan bumi.

Manusia bukanlah pemilik alam semesta, Allah yang merupakan pencipta dan pemilik yang sah dari bumi “Tuhanlah yang empunya bumi” (Mzm 24:1). Namun manusia tidak menempatkan dirinya dengan tepat dan melawan Tuhan dengan ingin menjadi penguasa satu-satunya serta karena kesombongannya sehingga relasi antara Tuhan dan manusia menjadi rusak. Rusaknya relasi antara

(25)

Tuhan dan manusia membawa dampak buruk bagi manusia sendiri dan juga bagi lingkungan. Ini ditunjukkan dalam Kitab Kejadian 6:5-6 sebagai berikut:

Ketika dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah Tuhan, bahwa ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hatinya. Berfirmanlah Tuhan: “Aku akan menghapuskan manusia yang telah Ku ciptakan dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melatah dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa aku telah menjadikan mereka.

Kisah tentang kenyataan dan masa depan lingkungan dilanjutkan dalam kisah air bah “Sebab tujuh hari lagi Aku akan menurunkan hujan ke atas bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya, dan Aku akan menghapuskan dari muka bumi segala yang ada yang Kujadikan itu” (Kej 7:4). Kutipan ini berbicara mengenai malapetaka dan kehancuran yang dihadapi bumi akibat dari tindakan manusia yang melawan kehendak Tuhan. Meskipun kesalahan manusia sangatlah besar dan Allah menyesal telah menciptakan manusia di bumi namun, karena belas kasihnya Allah tetap memberi jalan keselamatan serta kesempatan memulai hidup baru bagi manusia.

Karya keselamatan Allah tidak hanya sampai pada kisah Nuh melainkan terus berlangsung hingga memuncak dan terpenuhi dalam karya penebusan Yesus Kristus, Sabda yang menjadi manusia (Yoh 1:1-18). Melalui karya penebusannya Yesus Kristus terus mencipta dan melestarikan dunia : “lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!”. “langit yang baru dan bumi yang baru”. Di dalam-Nya dunia berserta isinya menyongsong masa depan, sebab Dialah “Alfa dan Omega, yang awal dan terakhir” (Why 21 : 1 -5). Dalam diri Yesus Kristus, hubungan Allah dengan manusia dipulihkan beserta seluruh ciptaan.

(26)

Arahan untuk saling peduli sesama dan seluruh ciptaan dituliskan dalam Kitab Imamat 19:9-10 sebagai berikut:

Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kau sabit ladangmu habis-habisan sampai ke tepinya, dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penaianmu. Juga sisa-sisa buah anggurmu jangan kau petik untuk kedua kalinya,dan buah yang berjatuhan di kebun aanggurmu janganlah kaupungut, tetapi semuanya itu harus kau tinggalkan bagi orang miskindsan bagi orang asing; Akulah TUHAN Allahmu.

Dari kutipan ini, Allah mengingatkan manusia untuk saling peduli terhadap sesama dan seluruh ciptaan terutama bagi orang miskin dan lemah. Ajakan ini muncul untuk memastikan keseimbangan dan keadilan dalam hubungan manusia dan dengan seluruh ciptaan.

3. Dokumen Gereja Laudato Si’ Ensiklik Paus Fransiskus

Paus Fransiskus menggambarkan situasi bumi dalam Laudato Si’ yang dideklarasikan tahun 2015. Laudato Si’ merupakan tanggapan Paus Fransiskus terhadap krisis lingkungan hidup yang berkaitan dengan persoalan keadilan sosial dan spiritual. Laudato Si’ bab pertama berjudul “Apa yang Terjadi dengan Bumi” membahas mengenai situasi bumi dan kehidupan manusia serta seluruh makhluk hidup lainnya. Terjadinya perubahan yang sangat drastis akibat dari perilaku manusia menyebabkan kerusakan pada alam “Perubahan adalah sesuatu yang diinginkan namun menjadi sumber kecemasan ketika itu menyebabkan kerugian untuk dunia dan untuk kualitas hidup sebagian besar umat manusia” (LS, 18).

Topik pertama yang disoroti oleh Paus Fransiskus dalam bab pertama ini adalah persoalan polusi dan limbah. Paus Fransiskus mengatakan bahwa ada beberapa dampak buruk serta penyakit yang dialami orang setiap harinya akibat

(27)

dari pencemaran seperti polusi dan pencemaran akibat limbah berbahaya (LS, 20-21). Beberapa ahli juga telah mengungkapkan mengenai hal ini, salah satunya ialah Keraf (2010:28-37) dalam bukunya yang berjudul “Krisis dan Bencana Lingkungan Hidup Global” membahas mengenai kerusakan lingkungan dan pencemaran lingkungan. Paus Fransiskus selanjutnya membahas mengenai perubahan iklim dan dampaknya bagi kehidupan manusia “Perubahan iklim merupakan masalah global dengan dampak buruk untuk lingkungan, masyarakat, ekonomi, perdagangan dan politik” (LS, 25).

Perubahan iklim ini berkaitan dengan hilangnya keanekaragaman hayati yang terdapat dalam LS 32-42 dijelaskan bahwa ada beberapa penyebab musnahnya spesies, bisa terjadi karena pengurasan sumber daya alam ataupun karena perburuan besar-besaran selain itu musnahnya spesies juga dapat dipengaruhi oleh perubahan iklim. Kepunahan spesies ini cepat atau lambat akan membawa dampak negatif terhadap kehidupan manusia. Paus Fransiskus juga secara terang-terangan memberikan gambaran kenyataan sesungguhnya yang dialami oleh manusia, seperti telah terjadinya penurunan kualitas hidup dan kemerosotan sosial (LS, 43-47).

Penurunan kualitas hidup ini disebabkan oleh “ pertumbuhan banyak kota secara berlebihan dan tidak terkendali hingga tidak sehat lagi untuk dihuni, bukan hanya karena polusi yang disebabkan oleh emisi gas beracun, tetapi juga sebagai akibat dari kekacauan perkotaan, masalah transportasi, polusi visual dan kebisingan” (LS, 44). Selanjutnya secara khusus Paus Fransiskus menyoroti ketimpangan global yang sangat berdampak bagi orang miskin dan lemah. Sering

(28)

tak ada paham yang jelas terhadap permasalahan yang secara khusus menyangkut mereka yang dikucilkan.

Padahal mereka merupakan sebagian besar penduduk bumi miliaran orang. Hari-hari ini, mereka sering disebut dalam diskusi politik dan ekonomi internasional, tetapi sekarang terkesan bahwa permasalahan mereka hanya ditampilkan sebagai embel-embel, sebagai kewajiban tambahan atau sampingan jika tidak dianggap sebagai kerugian sampingan. Bahkan pada saat aksi nyata mereka sering diberi giliran terakhir (LS, 49). Permasalahan orang miskin dan lemah tidak ditangani secara serius dan bahkan disentuh sedikitpun mereka dibiarkan terus merasakan penderitaan.

Bahasan dan usaha untuk mensejahterakan orang miskin dan kaum lemah di berbagai bidang hanyalah sebagai formalitas saja dan tidak direalisasikan. Tanggapan orang-orang lemah dalam bab pertama ini juga disoroti oleh Paus Fransiskus (LS, 53-61). Pada bagian ini Paus Fransiskus menjelaskan bahwa perjuangan sekelompok pecinta alam yang berjuang demi kelestarian alam belum mendapat perhatian khusus dari media khalayak ramai. “Setiap upaya kelompok-kelompok masyarakat untuk membawa perubahan dipandang sebagai gangguan berdasarkan ilusi romantis atau sebagai hambatan yang harus dielakkan (LS, 54). Sering kali dalam usahanya mereka harus menghadapi teror dan intimidasi. Publik lebih tertarik membicarakan berita-berita dari dunia hiburan dan politik dibanding dengan memperdulikan masalah lingkungan yang sedang dihadapi.

Bab kedua Laudato Si’ berjudul “Kabar Baik Penciptaan” (LS, 62-100), pada bab kedua ini Paus Fransiskus mengatakan bahwa seruan dalam Laudato Si’

(29)

ditujukan kepada seluruh umat manusia dan juga menggunakan pendekatan tradisi Gereja Katolik. Hal ini guna memotivasi orang Kristen dan juga orang beriman lainnya agar terus melindungi alam dan saudara – saudaranya yang rentan (LS, 64). Paus Fransiskus dalam bab kedua ini menuliskan kutipan-kutipan alkitab yang menjadi dasar perawatan lingkungan hidup. Paus Fransiskus juga mengingatkan kembali mengenai kisah penciptaan manusia, serta menggambarkan relasi Allah, manusia dan alam yang saling terkait.

Pada awalnya hubungan ini harmonis kemudian rusak akibat tindakan manusia yang tidak tepat dalam menempatkan dirinya dengan ingin menjadi seperti Allah (LS, 65-66). Dalam LS, 67-75, Paus Fransiskus mengutip lebih dari tiga puluh ayat Kitab Suci terlebih perjanjian lama ini sebagai seruan bagi manusia untuk kembali menyadari tempatnya di antara seluruh ciptaan dengan menekankan tugas manusia sebagai penggarap dan pelestari alam raya. Bab kedua ini berupaya menyadarkan manusia akan tanggung jawab serta membuka mata hati agar manusia menyadari tindakannya yang merusak alam dan telah menyebabkan kesalahan fatal dalam menafsirkan tempat dan peranannya di antara ciptaan lain, yang berujung pada penderitaan bagi seluruh ciptaan.

Dari kutipan Kitab Suci yang digunakan dalam bab kedua ini Paus Fransiskus ingin menegaskan bahwa Tuhan adalah pencipta dan pembebas bagi seluruh makhluk dengan cinta kasih-Nya ia memberikan jalan pembebasan (LS, 71). Ditegaskan juga bahwa Allah, manusia dan seluruh ciptaan saling terhubung, jika manusia melakukan kesalahan dengan melawan Allah maka akan menyebabkan kerusakan bagi alam semesta.

(30)

Selanjutnya pada bab ketiga berjudul “Akar Manusiawi Krisis Ekologi” (LS 101-136). Paus Fransiskus menjelaskan akar terjadinya krisis ekologi akibat tindakan manusia “Akan tidak berguna untuk menggambarkan gejala-gejala krisis ekologis tanpa mengakui akarnya dalam manusia” (LS, 101). Paus Fransiskus mengakui kontribusi perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan patut disyukuri karena telah memberikan banyak keuntungan bagi manusia sekarang ini (102-103). Namun beliau juga menyatakan keprihatinannya bahwa perkembangan ini menyebabkan manusia semakin berkuasa.

Kekuasaan manusia menempatkan seluruh ciptaan dalam situasi rawan, ada banyak krisis yang timbul akibat kegagalan manusia dalam menangani dampak penggunaan teknologi (LS,105). Dijelaskan juga bahwa kesejahteraan umum bukan hanya untuk manusia saja melainkan untuk seluruh alam semesta. Kesejahteraan perlu diupayakan bagi semua makhluk, kita juga perlu memikirkan mengenai kesejahteraan anak cucu kelak. Paus Fransiskus menyebutkan bahwa segala ciptaan saling terhubung, kepedulian terhadap alam tidak sejalan dengan tindakan aborsi (LS, 120). Paus Fransiskus menekankan perlindungan terhadap embrio manusia, dan juga anak-anak makhluk lainnya karena tanpa makhluk lain manusia tidak dapat bertahan.

Laudato Si’ pada bab empat berjudul “Ekologi Integral” (LS, 137-162), Paus Fransiskus pada bab ini berupaya menjawab persoalan umat manusia yang mencakup aspek lingkungan, sosial maupun ekonomi. Bagian pertama bab ini membahas ekologi lingkungan, ekonomi dan sosial, beliau menjelaskan kaitan masing-masing aspek biologis, sistem ekonomi dan sosial dengan krisis lingkungan

(31)

hidup (LS, 140-142). Bagian kedua mencakup ekologi budaya. Pada bagian ini Paus Fransiskus berupaya mendorong kita memberi perhatian, menghargai keindahan terlebih berpartisipasi dalam melestarikan budaya lokal.

Sebab “hilangnya suatu budaya dapat sama serius atau lebih serius daripada hilangnya spesies tanaman atau binatang” (LS, 145). Bagian ketiga dalam bab ini yaitu ekologi sehari – hari (147-155). Pada bagian ini Paus Fransiskus menggali aspek ekologi. Beliau mengungkapkan bahwa sikap dan cara manusia melihat kehidupan menaruh perasaan, bertindak dipengaruhi oleh situasi sekitar, sehingga jika berada di lingkungan yang kacau, tercemar dan bising mempersulit kita untuk membangun sebuah identitas yang utuh dan bahagia (LS, 147). Paus Fransiskus juga melihat bahwa kekuatan cinta kasih amatlah berperan dalam menghancurkan batas-batas ego yang sering kali mencuat akibat tertekan hidup.

Kemurahan hati orang maupun kelompok mengubah efek negatif dan belajar untuk hidup terarah di tengah-tengah kekacauan (LS, 148). Bagian kelima Paus Fransiskus juga mendorong komunitas manusia, untuk memperhatikan keadilan sosial antar kelompok, penghargaan terhadap martabat manusia serta kepedulian terhadap kaum miskin (LS, 156-158). Pada bagian akhir dalam bab ini Paus Fransiskus membahas mengenai keadilan setiap generasi, terutama bagi generasi selanjutnya. Paus Fransiskus mengajak kita berbicara mengenai dunia seperti apa yang akan kita wariskan kepada anak dan cucu kita kelak (LS, 160).

“Beberapa Pedoman untuk Orientasi dan Aksi” merupakan judul dari bab lima Laudato Si’ ( LS, 163-201). Dari bab ini Paus Fransiskus memberikan pemahaman bahwa ensiklik Laudato Si’ ditujukan bagi semua umat manusia bukan

(32)

hanya bagi orang Katolik saja (LS, 164). Melalui bab lima ini Paus Fransiskus mendorong secara global untuk memberikan keadilan lingkungan hidup bagi semua orang dan menghapus ketidaksetaraan yang terjadi dengan bersama-sama memerangi kemiskinan (LS, 170-175). Selain itu Paus Fransiskus juga meminta ketegasan dalam bidang hukum dan politik dari semua negara untuk mempedulikan kepentingan semua pihak bukan hanya menggunakan kekuasaan secara sewenang-wenang demi kepentingan pribadi atau sekelompok orang (LS, 176-181).

Bagian berikutnya Paus Fransiskus menyoroti sistem ekonomi yang tidak sehat sebab sistem ekonomi yang ada saat ini hanya mengejar keuntungan tanpa memikirkan kepentingan masyarakat, terlebih karena dalam masalah ini alam dan orang miskin tidak mampu bersuara serta semakin tersingkirkan (LS, 189-195). Pada bagian akhir bab lima ini Paus Fransiskus menyoroti politik yang dikuasai oleh sistem ekonomi dan pembuat kebijakan-kebijakan dapat dibeli demi keuntungan segelintir orang saja (LS, 196-198).

Bagian akhir Laudato Si’ yaitu bab keenam berjudul “Pendidikan dan Spiritualitas Ekologi” (LS, 202-246). Dalam bab ini Paus Fransiskus menyerukan agar seluruh umat manusia melakukan tindakan nyata dalam upaya perawatan lingkungan. Tindakan ini dapat dimulai dari perubahan pada gaya hidup ke arah pelestarian lingkungan hidup, terutama meninggalkan gaya hidup yang konsumtif (LS, 203-208). Paus Fransiskus juga menuliskan dampak positif dari perubahan gaya hidup yang kita lakukan yaitu:

Perubahan gaya hidup bisa membawa tekanan yang sehat pada mereka yang memegang kekuasaan politis, ekonomis dan sosial. Inilah yang terjadi ketika gerakan-gerakan konsumen berhasil membuat orang memboikot produk tertentu; dengan demikian mereka menjadi efektif dalam mengubah

(33)

perilaku perusahaan, memaksakannya untuk mempertimbangkan dampak ekologis dan pola produksinya (LS, 206).

Paus Fransiskus dalam LS, 209 mengatakan bahwa “Kesadaran terhadap krisis budaya dan ekologis yang serius harus diterjemahkan ke dalam kebiasaan baru. Pencapaian saat ini hanya untuk memuaskan kenikmatan saja, belum sampai pada memberikan makna dan sukacita pada hati manusia. Oleh sebab itu perlu adanya perubahan yang besar pada kebiasaan manusia. Orang muda juga harus memiliki kepekaan dan bertumbuh dalam lingkungan yang mendukungnya mengembangkan kepekaan ekologi. Dalam hal ini Paus Fransiskus mendorong pendidikan ekologi melalui berbagai konteks sekolah, keluarga media komunikasi, katekese.

Paus Fransiskus menyerukan bahwa pelaksanaan pendidikan ekologis ini perlu memperhatikan berbagai tingkat keseimbangan ekologi: di tingkat internal peserta didik dengan dirinya sendiri, tingkat sosial dengan orang lain, tingkat alami dengan semua makhluk hidup dan tingkat spiritual dengan Allah. Pendidikan ekologi juga perlu mempersiapkan peserta didik untuk bisa melakukan lompatan ke “Misteri” yang memberi etika lingkungan dengan maknanya yang mendalam. Para pendidik juga diingatkan untuk mengembangkan jalur-jalur pedagogis demi membantu peserta didik bertumbuh dalam solidaritas, dalam tanggung jawab dan dalam perawatan penuh cinta kasih (LS, 210).

Selain itu Paus Fransiskus dalam LS 216-221 menyerukan pertobatan ekologis sebagai bentuk penyesalan akibat kekeliruan dan tindakan yang merugikan atau merusak ciptaan lainnya. Pada bagian ini Paus Fransiskus juga menegaskan perlunya kesadaran bahwa seluruh ciptaan saling terkait dan membentuk

(34)

persekutuan yang menggambarkan kemahadahsyatan Allah sebagai pencipta. Pada bagian selanjutnya Paus Fransiskus mengangkat tema “Sukacita dan Kedamaian” yang mendorong kita untuk mengambil pelajaran dari berbagai tradisi agama dan pendahulu serta Kitab Suci yang berkaitan dengan kesederhanaan (LS, 222-227).

Dilanjutkan dengan tema “Cinta dalam Bidang Sipil dan Politik”, Paus Fransiskus berbicara mengenai cinta dalam konteks persaudaraan universal dimana melalui tindakan sederhana kita dapat mewujudkan kepekaan terhadap seluruh makhluk dengan berpartisipasi dalam aspek sosial dan politik yang membangun dunia ke arah yang lebih baik (LS, 228-232). Dalam sub bab berjudul “Tanda-tanda Sakramental dan Istirahat yang Dirayakan”. Paus Fransiskus menjelaskan makna mistis dari setiap ciptaan sebagai gerakan hati menemukan Allah dalam segala sesuatu (LS, 233-237).

Paus Fransiskus menjelaskan mengenai relasi antara manusia dengan Allah Tritunggal, dengan orang lain dan dengan semua makhluk dalam tema “Allah Tritunggal dan Hubungan antara Makhluk” (LS, 238-240). Dimana dalam diri manusia dan dalam seluruh alam raya hadir dinamika Tritunggal. Paus Fransiskus dalam tema berikutnya juga membahas mengenai peran Bunda Maria sebagai Bunda Yesus Kristus dan bunda seluruh ciptaan “Maria, Bunda yang merawat Yesus, sekarang merawat dunia yang terluka ini dengan kasih sayang dan rasa sakit seorang ibu” (LS, 241).

Pada bagian akhir ensiklik Laudato Si’ Paus Fransiskus menjelaskan tema mengenai “Melampaui Matahari” di mana kita dalam pengembaraan kita di dunia

(35)

ini bersama makhluk lainnya diajak tetap berjuang dalam pengharapan dan sukacita menuju Yerusalem baru, Rumah Bersama Bapa di Surga (LS, 243-245).

C. Pendidikan Ekologi

1. Pengertian Pendidikan Ekologi

Esti Sumarah, (2019:33) mengemukakan pandangan Sastrapratedja yang mengatakan bahwa pendidikan ekologi dapat disebut sebagai pendidikan yang memberdayakan dan membantu peserta didik bertanggung jawab atas kehidupannya, dengan bersedia merefleksikan tindakannya untuk memecahkan masalah demi menciptakan kesejahteraan bersama. Pendidikan ekologi biasa dikenal sebagai pendidikan lingkungan hidup. Pendidikan lingkungan hidup menurut Simbolon dalam (Esti Sumarah & Utama: iii) adalah proses belajar untuk membantu peserta didik memiliki kepedulian terhadap lingkungan, kemampuan mengatasi permasalahan lingkungan hidup, dan kesiapan mengantisipasi terjadinya permasalahan lingkungan yang baru.

“Pendidikan lingkungan hidup dapat dipahami sebagai upaya menggiring individu ke arah perubahan gaya hidup dan perilaku ramah lingkungan” (Hamzah, 2013:35). Sumarah (2019:32) mengemukakan hasil dari konfrensi Pendidikan lingkungan oleh UNESCO yang berisi:

Pada 1977 UNESCO menyelenggarakan konferensi pendidikan lingkungan hidup di Georgia dan menghasilkan Deklarasi Tbilis; isinya : pendidikan ekologi atau cinta lingkungan adalah proses untuk membantu peserta didik memiliki kesadaran dan kepedulian (=bermoral) untuk memelihara lingkungan, yang diwujudkan baik secara pribadi maupun bersama.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat dikatakan bahwa pendidikan ekologi merupakan proses yang membantu siswa menjadi

(36)

pribadi yang peduli terhadap lingkungan, memiliki kemampuan merawat dan bertanggung jawab terhadap kehidupannya sehingga mampu mencapai perubahan gaya hidup dan perilaku ramah lingkungan.

2. Tujuan Pendidikan Ekologi

Misi pendidikan ekologi sendiri adalah membentuk sikap dan perilaku manusia dalam kaitannya dengan lingkungan guna kemaslahatan umat manusia di muka bumi (Hamzah, 2013:37). Hamzah (2013:48) juga mengatakan bahwa sasaran dari pendidikan ekologi adalah untuk membantu individu memiliki pengetahuan, keterampilan, dan menjadi warga negara yang menjadi bekerja secara individu maupun secara berkelompok demi memelihara keseimbangan yang dinamis antara kehidupan dan lingkungan hidup. Hamzah (2013:37) mengemukakan hasil konferensi Tbilisi 1977 mengenai tujuan pendidikan lingkungan adalah:

(1) untuk membantu menjelaskan masalah kepedulian serta perhatian tentang saling keterkaitan antara ekonomi, sosial, politik, dan ekologi di kota maupun di wilayah pedesaan; (2) untuk memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, komitmen, dan kemampuan yang dibutuhkan untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan, dan (3) untuk menciptakan pola perilaku yang baru pada individu, kelompok, dan masyarakat sebagai suatu keseluruhan terhadap lingkungan.

Hamzah (2013: 48) mengemukakan pendapat Maftuchah Yusuf yang mengatakan bahwa tujuan pokok yang ingin dicapai dalam pendidikan lingkungan adalah, (1) membantu anak didik memahami lingkungan hidup dengan tujuan akhir agar mereka memiliki kepedulian dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup serta sikap yang bertanggung jawab, dan (2) memupuk keinginan serta memiliki keterampilan untuk melestarikan lingkungan hidup agar dapat tercipta

(37)

suatu sistem kehidupan bersama, dimana manusia dapat bekerjasama dengan rukun dan aman dalam melestarikan lingkungan hidup.

Menurut Esti Sumarah (2019:39) tujuan pendidikan ekologi adalah “mengkondisikan peserta didik dengan membiarkan hatinya diisi oleh cinta/belas kasih kepada lingkungan/alam seperti harapan Paus Fransiskus dalam Laudato Si’ 92”. Esti Sumarah (2019:40) juga mengatakan bahwa pendidikan ekologi bertujuan membantu peserta didik memiliki kepedulian terhadap lingkungan dengan cara guru membawa murid belajar di luar kelas seperti yang dilakukan Irlandia dalam pendidikan. Melalui pendidikan lingkungan individu akan dapat memahami pentingnya lingkungan, dan bagaimana keterkaitan lingkungan dengan masalah ekonomi, sosial, budaya, serta pembangunan (Hamzah, 2013:48). Pendidikan lingkungan bertujuan membentuk sikap dan perilaku peserta didik dengan membantu peserta memahami lingkungan dan memotivasi ikut berpartisipasi dalam merawat lingkungan agar mereka memiliki kepedulian dalam menjaga dan melestarikan lingkungan sehingga tercipta suatu system kehidupan bersama. 3. Lingkup Materi Pendidikan Ekologi

Menurut Hamzah (2013:53) ada beberapa pokok bahasan berikut ini yang diberikan dalam pendidikan ekologi:

a. Ekosistem

Menjelaskan tentang sumber daya yang ada di lingkungan, baik sumber daya ragawi maupun non ragawi yang secara bersama–sama saling terkait menciptakan suatu kondisi layak huni bagi manusia.

(38)

b. Sumber daya lingkungan

Membahas sumber aneka macam sumber daya lingkungan dengan masing– masing ciri dan sikapnya.

c. Daya dukung lingkungan

Diajarkan hal–hal yang berkaitan kemampuan dan keterbatasan sumber daya lingkungan serta dampak–dampak potensial yang dapat terjadi akibat interaksi manusia dengan lingkungannya.

d. Kepedulian

Menanamkan kesadaran dan membina sikap peduli terhadap lingkungan. Peserta didik perlu disadarkan akan warisan alam dan lingkungan sebagai anugerah bagi manusia sehingga harus dihargai dan dijaga sebagaimana mestinya. Rasa memiliki terhadap lingkungan juga perlu dibangkitkan dan diinternalisasikan pada peserta didik.

e. Partisipasi

Mendorong keinginan untuk ikut serta memelihara dan melestarikan lingkungan yang sehat dan layak huni.

f. Estetika

Membangkitkan daya inspirasi untuk kreasi guna menciptakan suatu lingkungan yang asri dan menyenangkan di samping sikap menghargai keindahan lingkungan yang telah disediakan.

(39)

g. Kearifan lokal

Mengenalkan dan menginternalisasikan pengetahuan tentang kearifan lokal dari suatu masyarakat dalam memandang dan memperlakukan alam yang mengandung konsep–konsep universal.

h. Etika lingkungan

Diajarkan hal–hal yang berkaitan dengan tanggung jawab moral manusia terhadap lingkungan yang terwujud pada perilakunya dalam memperlakukan lingkungan dengan segenap unsur yang ada di dalamnya.

i. Pengambilan keputusan terhadap isu lingkungan

Melalui pengetahuan tentang lingkungan dan permasalahannya peserta didik diarahkan kepada kemampuan mengambil keputusan yang efektif tentang isu lingkungan yang memerlukan pertimbangan ekologis dan faktor–faktor sosial.

j. Kebencanaan

Memberikan pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang bencana dengan harapan dengan pengetahuan dan pemahaman yang cukup akan mampu mengurangi tindakan yang menjadi penyebab terjadinya bencana untuk bencana yang disebabkan manusia. Sedangkan untuk bencana bersifat katastrof diharapkan dapat mengurangi korban dan harta benda akibat bencana alam tersebut.

Hamzah (2013:57) memaparkan unsur–unsur yang perlu dimuat dalam kurikulum pendidikan lingkungan hidup :

1. Unsur empirik, yakni memberikan kesempatan yang seluas– luasnya kepada peserta didik untuk berinteraksi dengan lingkungannya secara langsung. Disini peserta didik dapat mengamati, memahami, menganalisis dan menginterpretasi segenap fenomena dan sumber daya yang ia temukan di lingkungan.

(40)

2. Unsur kepedulian, yaitu dengan memberikan sentuhan tertentu yang mampu membangkitkan kesadaran bahwa lingkungan merupakan suatu hal yang kompleks. Dalam hal ini , peserta didik digiring agar memahami bahwa segenap unsur yang ada dalam lingkungan itu saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Keberadaan unsur yang satu akan berpengaruh terhadap unsur lainnya.

3. Unsur estetik, yaitu memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang keberadaan sumber daya amenities (kenikmatan). Peserta didik diberikan pemahaman bahwa adanya sumber–sumber daya yang mampu memenuhi kebutuhan non-fisik yang dibutuhkan manusia, seperti pemandangan alam, tatanan lingkungan yang asri yang menyejukkan rasa serta memberikan ketentraman, dan lain–lain. Hal ini sekaligus menanamkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap sumber daya lingkungan tersebut.

4. Unsur sosial, dalam hal ini materi yang diberikan mencakup kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat. Peserta didik hendaknya diberikan kesempatan untuk mengamati kehidupan sosial suatu masyarakat; bagaimana suatu masyarakat berinteraksi dengan sesama dan lingkungannya; bagaimana budaya -budaya lokal yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan tumbuh dan terpelihara di masyarakat serta dampak yang dihasilkannya.

Materi pendidikan ekologi dalam Pembelajaran Tematik Kurikulum tingkat SD yang saat ini sedang dijalankan; di kelas I pada tema 6 “Lingkungan Bersih, Sehat dan Asri”, tema 7 “Benda, Hewan dan Tanaman Sekitarku, tema 8 “Peristiwa Alam”. Kelas II pada tema 2 “Bermain di Lingkunganku”, tema 4 “ Hidup Bersih dan Sehat”, tema 6 “Merawat Hewan dan Tumbuhan. Kelas III pada tema 2 “Menyayangi Tumbuhan dan Hewan”, tema 7 “Energi dan Perubahannya, tema 8 “Bumi dan Alam Semesta”. Kelas IV pada tema 2 “Berhemat Energi”, tema 3 “Peduli Makhluk Hidup”. Kelas V pada tema 2 “Udara bagi Kesehatan”, tema 3 “Makanan Sehat”, tema 5 “Ekosistem”, tema 7 “Peristiwa dalam Kehidupan”, tema 8 “Lingkungan Sahabat Kita”. Kelas VI pada tema 1 “Selamatkan Makhluk Hidup” (Esti Sumarah, 2019: 35-39). Esti Sumarah (2019:39) mengemukakan pendapat Chang yang mengatakan bahwa pembelajaran tematik SD yang memuat tema-tema

(41)

pendidikan ekologi dimaksudkan agar peserta didik memiliki moral lingkungan hidup atau mau memperhatikan hak–hak ciptaan lain demi tercapainya persaudaraan universal.

4. Metode Pembelajaran Pendidikan Ekologi

Maswan dan Khoirul (2017:289) mengemukakan pendapat Sudjana yang mengatakan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Dalam Pendidikan ekologi dapat digunakan beberapa metode pembelajaran sebagai berikut:

a. Metode Diskusi

Maswan dan Khoirul (2017:307) mengemukakan pendapat Shaleh yang mengatakan bahwa metode diskusi adalh suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui wahana tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh guna memecahkan suatu masalah. Siswa mempelajari sesuatu dengan cara musyawarah dengan bimbingan guru.

b. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah metode yang menggunakan seperangkat pertanyaan baik dari guru maupun dari peserta didik, berpusan pada masalah bahan ajar yang dibahas (Maswan & Khoirul, 2017:301).

c. Metode Demonstrasi dan Eksperimen

Metode demonstrasi dan eksperimen merupakan sebuah metode pembelajaran yang digunakan untuk menunjukkan, memperlihatkan atau percobaan

(42)

tentang sebuah aktivitas kegiatan untuk membuktikan sebuah teori apaka betul atau sesuai dengan keadaan sebenarnya (Maswan & Khoirul, 2017:323).

d. Metode Karya Wisata

Metode karya wisata merupakan metode dengan landasan tujuan agar peserta didik mengaati atau melihat langsung kejadian alam atau parawisata yang ada di luar kelas/sekolah, tentang keanekaragaman dan ciptaan Tuhan (Maswan & Khoirul, 2017:311).

e. Metode Problem Solving

Problem solving adalah pemecahan masalah digunakan sebagai metode dalam proses pembelajaran bertujuan untuk memecahkan suatu permasalahan dengan bantuan proses berpikir (Maswan & Khoirul, 2017:326).

(43)

BAB III

GAMBARAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN EKOLOGI PADA KELAS V SDK SANG TIMUR YOGYAKARTA DALAM UPAYA PERAWATAN

LINGKUNGAN HIDUP

Bab ini merupakan jawaban dari rumusan permasalahan kedua mengenai sejauh mana pendidikan ekologi telah dilaksanakan di SDK Sang Timur Yogyakarta. Penulis membagi pokok bahasan ke dalam tiga bagian. Bagian pertama penulis akan memaparkan gambaran umum SDK Sang Timur Yogyakarta, baik dari sejarah singkat sekolah, letak geografis sekolah, visi dan misi sekolah, tujuan sekolah, keadaan lingkungan fisik, lingkungan administrasi organisatorik, lingkungan akademik, lingkungan sosial SDK Sang Timur Yogyakarta.

Pada bagian kedua penulis akan memaparkan pelaksanaan penelitian mengenai pelaksanaan pendidikan ekologi pada kelas V SDK Sang Timur Yogyakarta dalam upaya perawatan lingkungan hidup. Bagian kedua ini terdiri atas persiapan penelitian yang berisi tujuan penelitian, metodologi penelitian, fokus penelitian dan instrumen penelitian. Selanjutnya penulis menyampaikan hasil penelitian dan pembahasan. Pada bagian ketiga penulis mengemukakan kesimpulan penelitian.

A. Gambaran Umum SDK Sang Timur Yogyakarta 1. Sejarah Singkat SDK Sang Timur

Dalam penulisan sejarah singkat SDK Sang Timur Yogyakarta ini, penulis menggunakan sumber catatan milik sekolah berupa soft copy yang berjudul: Sejarah Singkat SDK Sang Timur Yogyakarta [Lampiran 6], pengumpulan data dilakukan pada hari selasa 21 April 2020. Penulis juga memperoleh data melalui

(44)

wawancara dengan Ibu Rita Setyaningsih sebagai wakil kepala sekolah dan sebagai guru Pendidikan Agama Katolik serta Bapak Indarto sebagai wali kelas V SDK Sang Timur Yogyakarta.

Pada awalnya SDK Sang Timur merupakan SD Kanisius Kintelan III. SDK Sang Timur Yogyakarta dimulai dari kisah seorang guru bernama Theresia Djamilah, salah satu guru SDK Gayam Putri. Ia dipindah tugaskan oleh Romo Ousttot SJ ke SD Kanisius Kintelan II. Pada saat melaksanakan tugasnya di SD Kintelan II Ibu Theresia Djamilah diminta oleh Romo Outtot SJ untuk membuka sekolah baru yang diberi nama SD Kanisius Kintelan III di kampung Sorosutan Yogyakarta. Namun ketika memasuki tahun ajaran baru 1964-1965 sekolah belum bisa menyelesaikan pembangunan SD Kanisius Kintelan III. Karena situasi pada tahun 1966 pelaksanaan pembelajaran sekolah dipindahkan ke jalan Batikan 2 Pakel Yogyakarta yang merupakan gedung milik Susteran Sang Timur.

Kerjasama antara suster-suster dan SD Kanisius Kintelan III berjalan dengan baik maka disepakatilah pada tanggal 27 Juli 1970 SD Kanisius Kintelan III menjadi SD Kanisius Sang Timur. Penanggung jawab dan juga sebagai perintis SD Kanisius Sang Timur pada saat itu ialah Sr. Josefa Cornelia, PIJ. Setelah menjadi milik Sang Timur sekolah ini dikelola sesuai dengan semangat kongregasi Sang Timur yang mengembangkan pelayanan bagi orang miskin, sehingga SDK Sang Timur mampu berkembang semakin maju dan dapat membuka kelas paralel hingga saat ini [Lampiran 6].

(45)

2. Letak Geografis SDK Sang Timur Yogyakarta

Berdasarkan pra survey yang dilakukan pada 22 januari 2020, SDK Sang Timur Yogyakarta merupakan sekolah SD Swasta yang terletak di Jln. Batikan No.7 Yogyakarta, Kelurahan Pandean, Kecamatan Umbularjo, Kota Yogyakarta, Provinsi DI Yogyakarta. Bangunan sekolah SDK Sang Timur terletak di sebelah timur Kali Mambu. Kedekatan dengan sungai menyebabkan beberapa kali sekolah terkena banjir akibat meluapnya Kali Mambu.

Halaman sekolah ditanami berbagai macam tanaman mulai dari tanaman hias sampai tanaman obat. Sekolah memanfaatkan beberapa bidang tanah dan juga botol bekas hingga barang-barang bekas di lingkungan sekolah sebagai media tanam. Jenis tanaman di lingkungan sekolah sangatlah beragam mulai tanaman hias, sayuran, tanaman obat, dll. Sekolah juga memanfaatkan beberapa bidang tanah yang terletak di depan kelas dan juga di bagian sekolah sebagai media tanam. Meskipun kondisinya tidak terlalu luas namun dimanfaatkan secara maksimal sehingga dapat digunakan oleh para siswa untuk proses pembelajaran dan juga menambah nilai plus SDK Sang Timur sebagai sekolah berbasis lingkungan.

SDK Sang Timur Yogyakarta memiliki ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, UKS, ruang guru, 12 ruang kelas, gudang dan toilet. Sekolah juga menyediakan perpustakaan dengan buku-buku yang dapat menunjang siswa dalam belajar dan membangkitkan kebiasaan literasi mereka. Bukan hanya berhenti menyediakan buku di perpustakaan, sekolah juga menyiapkan beberapa pojok literasi di beberapa bagian sekolah.

(46)

SDK Sang Timur juga dilengkapi dengan kantin yang menyediakan makanan dan minuman tanpa pengawet serta tidak menggunakan kemasan plastik. Kantin merupakan salah satu kebanggaan sekolah karena kantin di SDK Sang Timur telah meraih gelar kantin terbaik yang dapat mengurangi limbah plastik hingga 90%. Segala makanan dan minuman yang disediakan di kantin menggunakan wadah yang dapat digunakan berulang kali, sehingga sampah plastik di lingkungan sekolah berkurang secara drastis. Kelengkapan lain yang tidak kalah penting disiapkan oleh sekolah seperti papan tulis, papan pengumuman, berbagai alat peraga, agenda kegiatan, silabus, jadwal pelajaran, beberapa bangunan toilet permanen, tiang bendera, beberapa tempat sampah organik dan non organik, dan peralatan pembuatan mikroorganisme lokal.

SDK Sang Timur juga menyediakan beberapa biopori yang diletakkan di halaman sekolah untuk menghindari terjadinya banjir akibat luapan dari Kali Mambu. Segala sarana dan prasarana ini sangat mendukung proses belajar mengajar di sekolah terlebih sebagai sekolah yang sangat memperhatikan lingkungan hidup hingga mampu meraih gelar sekolah adiwiyata.

3. Lingkungan Akademik

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Bapak Indarto pada hari selasa 21 April 2020, SDK Sang Timur mengusahakan agar siswa dapat mencapai tujuan, visi dan misi sekolah, baik secara akademik, karakter dan non akademik. Sekolah juga sangat memperhatikan kelestarian lingkungan, sesuai dengan visi yang dihayati SDK Sang Timur, sekolah mengharapkan siswa tumbuh menjadi seorang yang peka, cinta serta sanggup merawat lingkungan hidup.

(47)

SDK Sang Timur Yogyakarta mengupayakan suasana lingkungan sekolah yang nyaman, memperhatikan mutu pendidikan dan juga menyediakan sarana prasarana untuk membantu siswa mengembangkan diri dalam upaya merawat lingkungan hidup. Selain menyediakan sarana prasarana, sekolah juga melaksanakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa memiliki pemahaman dan keterampilan untuk mengelola lingkungan dengan baik dan bertanggung jawab.

4. Lingkungan Sosial Sekolah

Sesuai pengamatan yang dilakukan pada 22 Januari 2020, secara sosial sangat nampak bahwa SDK Sang Timur mengedepankan rasa kekeluargaan baik antara kepala sekolah, guru, pegawai, siswa hingga orang tua siswa. Ini terlihat ketika penulis melakukan observasi di SDK Sang Timur, penulis melihat hubungan para guru, pegawai dan siswa sangat dekat dengan saling menyapa dan bercengkrama dengan santai. Bukan hanya menjalin hubungan yang baik antar warga sekolah. SDK Sang Timur juga mengupayakan hubungan yang baik di lingkungan sekitar sekolah dengan beberapa kali mengikuti kegiatan RT, seperti kepala sekolah mengikuti rapat bersama perangkat desa, sekolah beberapa kali mengikuti acara RT dan juga melaksanakan bakti sosial di lingkungan RT. Agar terjalin hubungan yang baik juga antar sekolah dan orang tua murid, sekolah juga rutin mengadakan pertemuan bersama orang tua siswa.

(48)

5. Visi SDK Sang Timur ‘Beriman dan Cerdas’

Unggul dalam iman, cerdas, terampil, berbudaya dan berkepribadian luhur, cinta tanah air dan cinta lingkungan dalam kasih persaudaraan [Lamiran 5].

6. Misi SDK Sang Timur

Berdasarkan data yang didapatkan [Lampiran 5] SDK Sang Timur Yogyakarta memiliki 9 misi. Misa yang pertama mengantar anak menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kedua meningkatkan semangat belajar yang mandiri untuk memacu daya saing dalam era globalisasi di bidang akademik maupun non akademik. Ketiga melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Keempat melaksanakan pendampingan belajar secara khusus bagi siswa – siswi yang mengalami kesulitan belajar dalam bidang pelajaran tertentu.

Kelima menciptakan suasana sekolah yang nyaman untuk belajar. Keenam menumbuh kembangkan siswa menjadi insan yang peduli dan berbudaya lingkungan hidup serta bertanggung jawab dalam upaya penyelamatannya. Ketujuh melaksanakan 9 K (keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kerindangan, keterbukaan dan keteladanan). Kedelapan menanamkan nilai–nilai karakter bangsa dengan berpilar pada Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI. Kesembilan menanamkan nilai–nilai kasih (persaudaraan, kekeluargaan, kegembiraan, dan kesederhanaan).

Gambar

Tabel 3.1:  Kisi-kisi Penelitian............................................................................
Table 3.1  Kisi-Kisi Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian, penyusunan dan penulisan

2 0.19 Terampil 0.48 Mahir 0.96 Penyelia 3 0.14 Terampil 0.35 Mahir 0.70 Penyelia Per kali Per pasien Per pasien Per kali Per pasien Penjaringan kesehatan gigi dan mulut

Fungsi pendidikan nilai adalah membantu peserta didik untuk mengenali nilai-nilai dan menempatkan secara integral dalam konteks keseluruhan hidupnya. Pendidikan nilai juga berfungsi

 Penulis mencoba meminimalisasi permasalahan yang ada pada Dinas Pu Kalimantan Tengah dengan membuat suatu Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Realisasi Anggaran dengan

Terdapatnya perbedaan pada kadar gula darah puasapost-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah karena kelompok pada eksperimen yag melakukan melakukan

(1) Perhitungan formasi dan kebutuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 disusun berdasarkan analisis kebutuhan jabatan dengan menghitung rasio keseimbangan antara Beban Kerja

9 sifat seperti ini tidak hanya terdapat pada Bani Israil saja, akan tetapi, ini merupakan sifat semua golongan manusia yang belum matang pendidikan imannya,

Berdasarkan output diatas dapat diketahui nilai koefisien determinan. Pada hasil analisis pertama menunjukan r squere= 0,130 yang bermakna bahwa beban kerja mempengaruhi