LAPORAN HASIL
MANAGEMEN KEPERAWATAN TAHAP PROFESI
DI RUANG BAITUNNISA II RSI SULTAN AGUNG
SEMARANG
Disusun oleh:
DIAN NUR KUMALASARI 22020111200017 ENDAH DWI PRIATINI 22020111200027 HENDRIK KURNIAWAN 22020111200031 INDAH SRI WAHYUNINGSIH 22020111200034
MIFTAHUR ROHMAN 22020111200045
NOVITA PUSPARINI 22020111200047
NUR HARJANTI 22020111200048
NURUL FAUZIAH 22020111200049
WAHYUDI MULYANINGRAT 22020111200064 YOSAXINA ANGGI SANTOSO 22020111200066 ZULAIKHAH SRI UTAMI 22020111200068
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XVIII PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
LAPORAN HASIL
PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG BAITUNNISA II RSI SULTAN AGUNG SEMARANG
I. PROFIL RUMAH SAKIT A. Latar Belakang
Bermula dari Health Centre lalu Medical Centre, berawal dari lingkup layanan kecil poliklinik umum, poliklinik Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana di tahun 1971 kemudian diresmikan sebagai Rumah Sakit Madya pada tanggal 23 Oktober 1975, langkah demi langkah RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG (RSISA) terus mengayuhkan derap layanan kesehatan secara istiqamah. Tahun 2002 menyambut makin derasnya kepercayaan umat, wajah baru RSISA berupa sarana bangunan dan peralatan medis baru ditampilkan ke hadapan publik. Semata untuk berkidmat semaksimal mungkin mempersembahkan yang terbaik untuk masyarakat pengguna. Berbagi Keteladanan Penampilan apik di semua lini pelayanan rumah sakit pun perlahan mengiringi penampilan baru RSISA.
Dari semenjak didirikan pada 17 Agustus 1971. Rumah Sakit yang terletak di Jl. Raya Kaligawe KM.4 dan berdekatan dengan pusat pertumbuhan industri (LIK & Terboyo Industri Park), RSI SA memulai pengabdiannya dengan pelayanan poliklinik umum, Kesehatan Ibu dan Anak untuk warga sekitar dua tahun berikutnya diresmikan sebagai Rumah Sakit Umum pada tanggal 23 Oktober 1973 dengan SK dari Menteri kesehatan nomor I 024/Yan Kes/I.O.75 tertanggal 23 Oktober 1975 diresmikan sebagai RS Tipe C (RS Tipe Madya).
Dengan berbekal motto "mencintai Allah dan menyayangi sesama" RSI SULTAN AGUNG menorehkan banyak pengabdian untuk masyarakat. Visi tersebut juga melandasi RSI SA untuk jauh lebih berkembang menuju sesuatu yang lebih baik. Baik perubahan secara fisik,(perkembangan rumah sakit) dan perubahan yang lebih diarahkan kepada pembangunan spiritual.
Pelayanan optimal untuk umat kini lebih dibuktikan lagi dengan kesanggupan pihak RSI SA untuk tidak membeda-bedakan segala jenis golongan masyarakat. Hal tersebut dibuktikan dengan diterimanya semua jenis asuransi yang dimiliki oleh pasien, mulai dari Asuransi Kesehatan (ASKES) PNS, Sukarela sampai Asuransi untuk masyarakat kurang mampu atau lebih dikenal dengan JAMKESMAS (Jaminanan Kesehatan Masyarakat). Sehingga dengan demikian, semua lapisan masyarakat yang menggunakan layanan kesehatan di RSI SA berhak menerima jenis tindakan kesehatan yang sama tanpa membeda-bedakan.
Keramahan, kenyamanan, kebersihan, menjadi sapa keseharian rumah sakit ini, kasih sayang menjadi sentuhan khas yang dihadirkan, dan falsafah selamat menyelamatkan menjadi landasan pengelolaan rumah sakit. Inilah ciri pelayanan kesehatan atas dasar nilai-nilai Islam yang diterapkan. Menunaikan moto mencintai Allah, menyayangi sesama, RSISA ingin berbagi keteladanan sebagai rumah sakit dakwah, pelayanan dan pendidikan terdepan.
B. Islamic Teaching Hospital
Pada saat ini RSI SA tengah mengembangkan layanan teaching hospital. Yaitu konsep dimana RSI SA akan menjadi pusat pendidikan bagi para dokter yang sedang menempuh pendidikan . Akan tetapi tidak semua pasien menjadi program teaching hospital. Pasien akan tetap diberikan tawaran apakah bersedia untuk menjadi peserta teaching hospital (dirawat oleh dokter muda) atau pasien tersebut tetap dirawat oleh dokter senior.
Islamic Teaching Hospital Menempa anak didik mahasiswa fakultas kedokteran UNISSULA sejak tahun 1960 telah menempatkan peran signifikan RSISA selama ini sebagai rumah sakit untuk pendidikan. Memantapkan sumbangsih yang lebih berarti bagi dunia pendidikan kedokteran, yayasan mencanangkan fungsi RSISA ke depan sebagai Islamic teaching hospital. Ada harapan yang direngkuh dengan pencanangan itu, tak
lain turut menjamin keunggulan pendidikan Fakultas Kedokteran di rumah sakit dan dunia pendidikan kedokteran umumnya.
C. Visi dan Misi Rumah Sakit 1. Visi
Rumah Sakit Islam terkemuka dalam pelayanan kesehatan yang selamat menyelamatkan, pelayanan pendidikan dalam rangka membangun generasi khaira ummah, dan pengembangan peradaban Islam menuju masyarakat sehat sejahtera yang dirahmati Allah.
2. Misi
a. Mengembangkan pelayanan kesehatan atas dasar nilai-nilai Islam yang selamat menyelamatkan, dijiwai semangat “Mencintai Allah Menyayangi Sesama”, berpegang teguh pada Etika Rumah Sakit Islam dan Etika Kedokteran Islam.
b. Membangun jamaah SDI yang memiliki komitmen pelayanan kesehatan Islami.
c. Mengembangkan pelayanan untuk pendidikan kedokteran dan kesehatan bagi mahasiswa UNISSULA dan peserta didik dari lembaga pendidikan milik Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung, juga dari lembaga pendidikan lain.
d. Mengembangkan pelayanan untuk penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan sesuai standar yang tertinggi.
e. Mengembangkan pengabdian kepada masyarakat dijiwai dakwah Islamiyah melalui pelayanan kesehatan untuk membangun peradaban Islam menuju masyarakat sehat sejahtera yang dirahmati Allah SWT.
f. Mengembangkan gagasan, kegiatan dan kelembagaan sejalan dengan dinamika masyarakat, perkembangan rumah sakit, dan perkembangan iptek kedokteran & kesehatan.
D. Tujuan
1. Terselenggaranya pelayanan kesehatan Islami
2. Terselenggaranya pelayanan kesehatan masyarakat untuk keselamatan iman dan kesehatan jasmani sebagai upaya bersama untuk mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat.
3. Terbentuknya jamaah SDI yang memiliki komitmen pelayanan kesehatan Islami yang :
a. Bertaqwa, dengan kecendiakawanan dan kepakaran dengan kualitas universal.
b. Menjunjung tinggi etika rumah sakit Islam, etika kedokteran dan etika kedokteran Islam
c. Menguasai nilai-nilai dasar Islam dan Islam untuk disiplin ilmu kedokteran dan kesehatan
d. Istiqomah melaksanakan tugas-tugas pelayanan rumah sakit, pelayanan kependidikan, pelayanan penelitian dan tugas dakwah dengan jiwa dan semangat "Mencintai Allah dan Menyayangi Sesama"
4. Terselenggaranya pelayanan pendidikan dalam rangka membangun generasi khaira ummah di bidang kedokteran dan kesehatan pada program Diploma, Sarjana, Magister, Profesi, dan Doktor, dengan kualitas universal, siap melaksanakan tugas kepemimpinan dan dakwah. 5.Terwujudnya rumah sakit untuk pendidikan kedokteran dan kesehatan
Islam yang berkualifikasi B Plus untuk 5 tahun ke depan, dan A untuk 10 tahun ke depan.
6. Terselenggaranya silaturrahim dan jejaring dengan pusat-pusat pengembangan ilmu kedokteran & kesehatan dan rumah sakit Islam di seluruh dunia.
7. Terselenggaranya silaturrahim yang intensif dengan masyarakat dan partisipasi aktif dalam upaya membangun masyarakat sehat sejahtera yang dirahmati Allah SWT.
8. Menjadi rujukan bagi masyarakat dan rumah sakit lain dalam pelayanan kesehatan Islami.
9. Terselenggaranya proses pengembangan gagasan, kegiatan dan kelembagaan sejalan dengan dinamika masyarakat, perkembangan rumah sakit, dan perkembangan iptek kedokteran & kesehatan.
10. Perwujudnya Rumah Sakit Pendidikan Islam Utama (Islamic Teaching Hospital).
11. Terselenggaranya proses evaluasi diri secara teratur dan berkelanjutan. E. Ruang Baitunnisa II
II. HASIL PENGKAJIAN 1. INPUT
a. Man
1) Tenaga Kesehatan Tenaga Keperawatan
No Klasifikasi Pendidikan Jumlah 1 2 3 4 5 D III Keperawatan S1 Keperawatan S1 + Ners Keperawatan D IV Kebidanan DIII Kebidanan 9 1 4 1 5 Tenaga Non Keperawatan
No J a b a t a n Jumlah
1 Cleaning Service (out sourcing)
6 2) Struktur Organisasi
Bagan terlampir
3) Program Pengembangan Kinerja Staf
Perawat mendapatkan program pelatihan pada saat ada program pelatihan dari bidang diklit, bidang keperawatan atau pelatihan dari luar. Perawat yang ditugaskan dan didelegasikan berdasarkan pilihan dari kepala ruang berdasarkan pada kinerja/prestasi dan daftar urutan kepangkatan yang kemudian diajukan kepada bidang keperawatan.
Program Pelatihan yang Pernah Dilaksanakan oleh Perawat pada tahun 2011
No Jenis Pelatihan Perawat
Exhouse training
1 Manajemen Kepala Bangsal 1 orang
2 Seminar Kesehatan Jiwa 1 orang
3 Konselor ASI 1 orang
4 Pelatihan TOT/CE 1 orang
5 Penatalaksanaan Ca servik 1 orang
Inhouse training
6 Pelatihan Patient safety 2 orang
7 MPKP 2 orang
8 APN 7 orang
9 Rukyah 1 orang
10 Pelatihan penatalaksanaan cairan dan elektrolit
**
11 Pembinaan staff **
12 Pelatihan inhouse training **
Keterangan:
** = pelatihan diadakan setiap bulan kepada seluruh staff 4) Metode Pembagian Tugas Perawat
Hasil wawancara dengan kepala ruang tanggal 10 Pebruari 2012, metode pembagian tugas menggunakan sistem kerja tim yang terdiri dari 2 tim yang bertugas pada shift pagi, siang dan malam dengan masing-masing tim memiliki ketua tim dan ketua shift. Pada masing- masing shift harus ada 1 bidan, 1 ketua shift dan 2 perawat pelaksana yang bertugas pada sore dan malam hari mempertanggung jawabkan langsung kepada kepala ruang, namun ada 2 perawat yang sedang cuti. Pembagian tim ini didasarkan pada dokter spesialis Obsgyn yang bertanggung jawab pada pasien yang bersangkutan.
Hasil wawancara dengan perawat pelaksana pada tanggal 7 Pebruari 2012, perawat pelaksana yang bertugas shift sore dan malam metode pembagian tugas yaitu dibagi menjadi 2 tim yaitu tim A dan tim B dengan jumlah perawat pelaksana yang bertugas pada shift sore berjumlah 4 orang (2 ketua shift dan 2 perawat pelaksana) dan yang
bertugas pada malam hari berjumlah 4 orang (2 ketua shift dan 2 perawat pelaksana).
5) Alur Penerimaan Pasien
6) Kasus yang Sering Ditemukan
Kasus-kasus Penyakit di Ruang Baitunnisa II Bulan Januari 2011- Desember 2011
No. Jenis Penyakit Jumlah
1. Spontan 360 orang 2. SC 720 orang 3. VE 652 orang 4. Kuret 277 orang 5. Laparotomi 6 orang 6. MOW 148 orang 7. Lain-lain 109 orang 8. Perawatan 271 orang Pasien
Poli Kamar Bersalin IGD
Ruang Jampersal/ Jamkesmas/Jamkesda Ada kamar kosong
Inden kamar
HND
Kamar penuh
Masuk ruang Baitunnisa 2 Tolak jika kamar penuh Hasil Anamnesa, Menyebutkan
nama dan diagnosa, kelas/
Kelas 2/ jamsost ek Kelas 3/ jamsost ek
7) Kapasitas Pasien di Ruang Baitunnisa II
Kapasitas Pasien di Ruang Baitunnisa II No. Klasifikasi Ruangan Ruang
1. Kelas III 311, 312, 313
2. Kelas II 303, 314, 315, 316
3. Kelas Jamsostek 301
4. HND 317
8) Tingkat Ketergantungan Pasien a. Tingkat Ketergantungan Pasien
Tingkat ketergantungan klien yang dirawat di Ruang Baitunnisa II dalam 3 hari (tanggal 7-9 Februari 2012) dibagi berdasarkan derajat ketergantungan menurut Douglas, Loveridge, Cummings (1996) dengan 3 kategori yaitu perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, perawatan intermediet/parsial memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam sedangkan perawatan total memerlukan waktu 5-6 jam/24jam. Hasil pengkajian tingkat ketergantungan pasien berdasarkan wawancara dengan perawat pada tanggal 7 Febuari 2012, secara garis besar tidak dikelompokkan hanya saja terdapat ruang HND sebagai ruang pengawasan. Data yang kelompok peroleh, diperkuat dengan sumber hasil observasi pada tanggal 7 Febuari 2012 tingkat ketergantungan pasien tercantum dalam tabel 1.
Tabel 1. Tabel Tingkat Ketergantungan Pasien
Tingkat Ketergantungan
Ruang Kamar Baitunnisa II
301 303 R. gi n 31 1 312 31 3 314 315 316 31 7 Jml Total Minimal 1 - - 2 1 2 - - - - 6 Intermediet/Parsial 2 - 1 3 4 2 - - - - 12 Total 1 - - 3 4 1 - 1 - - 10
Jumlah pasien di Ruang Baitunnisa II pada tanggal 7 Febuari 2012 sebanyak 28 pasien. Tabel 1 Tingkat ketergantungan pasien merupakan data hasil pengamatan kelompok berdasarkan acuan Douglas dan pengkategorian kondisi klien.
b. Kebutuhan Tenaga Keperawatan di Ruang Baitunnisa II Tabel 2
Tabel Rumus Penghitungan Jumlah Kebutuhan Tenaga Keperawatan Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien Jumlah
pasien Klasifikasi Pasien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan PasienMinimal Parsial Total Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam pagi siang malam
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
Sumber: (Ratna Sitorue, 2002)
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di Ruang Baitunnisa II: Shift Pagi:
Ketergantungan Minimal: 4 x 0,17: 0,68
Ketergantungan Parsial: 43 x 0,27: 11,61 Total: 13,73 Perawat Ketergantungan Total: 4 x 0,36: 1,44
Shift Siang:
Ketergantungan Minimal: 4 x 0,14: 0,56
Ketergantungan Parsial: 43 x 0,15: 6,45 Total: 8,21 Perawat Ketergantungan Total: 4 x 0,3: 1,2
Shift Malam:
Ketergantungan Minimal: 4 x 0,1: 0,4
Ketergantungan Parsial: 43 x 0,07: 6,45 Total: 4,21 Perawat Ketergantungan Total: 4 x 0,2: 0,8
Total tenaga keperawatan yang dibutuhkan selama 24 jam perawatan di Ruang Baitunnisa II berdasarkan tingkat ketergantungan menurut Douglas: 13,73 + 8,21 + 4,21 = 26,15 (Pembulatan = 26 Perawat)
b. Money
Hasil wawancara dengan kepala ruang Baitunnisa II sumber pemasukan diperoleh dari anggaran rumah tangga Rumah Sakit. Ruang Baitunnisa II memberikan pelaporan perincian anggaran dan inventaris yang diperlukan untuk diajukan ke direksi dan yayasan badan wakaf Sultan Agung. Ruang Baitunnisa II berfokus pada pelayanan, sedangkan keuangan tidak ada kewenangan, semua alokasi dana dan sumber pemasukan diperoleh dan diatur dari anggaran rumah tangga Rumah Sakit.
2) Pengeluaran
Ruang Baitunnisa II tidak mengetahui berapa jumlah pengeluaran yang dikeluarkan oleh ruangan karena sistem pemasukan dan pengeluaran yang ada di ruangan bersifat sentralisasi langsung ke Rumah Sakit. Pengeluaran dan pendapatan Ruang Baitunnisa II langsung dikelola oleh bagian anggaran Rumah Sakit.
3) Sistem Evaluasi Anggaran (LPJ)
Ruang Baitunnisa II tidak memiliki sistem evaluasi anggaran karena semua pemasukan dan pengeluaran yang ada dikelola langsung oleh bagian badan wakaf RSI Sultan Agung.
4) Kendala dalam Anggaran atau Keuangan
Anggaran khusus tidak dilakukan oleh Baitunnisa II, karena Baitunnisa II berfokus kepada pelayanan sehingga kepala ruang bertugas membuat rencana kebutuhan alat dan fasilitas setiap minggu, bulan dan tahun terutama untuk alat yang belum ada dan yang rusak baik alat medis maupun non medis. Kendala dalam anggaran adalah terealisasinya penyediaan kebutuhan yang telah dibuat perencanaannya.
c. Methods
1) Metode dalam Pemberian Asuhan Keperawatan pada Pasien
Metode keperawatan yang digunakan di Ruang Baitunnisa II menggunakan metode tim. Metode tim merupakan sistem dimana terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok pasien dibagi menjadi 2-3 grup/tim yang terdiri atas tenaga profesional, tenaga teknis dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Metode ini merupakan metode yang memberikan perawatan secara secara menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan, memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Seorang kepala ruang memiliki beberapa ketua tim dan seorang ketua tim memiliki beberapa perawat pelaksana. Seorang ketua tim idealnya harus mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien, tetapi pelaksanaan di Ruang Baitunnisa II seorang ketua dan anggota tim bekerja secara fungsional ketika shift pagi antara lain: memandikan bayi, memandikan ibu, dan memberikan injeksi dan mengganti balutan ibu post operasi SC. Hasil dari observasi didapatkan data bahwa metode tim biasanya hanya dilakukan pada pagi hari dengan modifikasi sistem penugasan fungsional, sedangkan pada sore hari semua perawat melakukan asuhan keperawatan secara bersama-sama hanya saja pendokumentasian di lakukan secara tim. Hasil kuesioner yang diberikan kepada 18 perawat mengenai metode tim adalah sebagai berikut:
1. Proporsi pengetahuan perawat tentang metode keperawatan tim
Diagram di atas menunjukkan proporsi pengetahuan perawat tentang metode keperawatan tim di Ruang Baitunnisa II RS Is-lam Sultan Agung sebanyak 5 perawat (28%) menyatakan per-awat yang memenuhi semua kebutuhan pasien saat dinas, 8 perawat (48%) menyatakan ketua tim bertanggung jawab selama 24 jam sehari secara terus menerus dan konsisten, 5 perawat (28%) menyatakan perawat tim memberikan pelayanan berdasarkan pembagian tugas menurut jenis pekerjaan.
2. Proporsi perawat yang berpendapat pelaksanaan metode perawatan primer sudah efektif diterapkan di Ruang Baitunnisa II
Diagram di atas menunjukkan proporsi perawat yang berpendapat pelaksanaan metode perawatan tim sudah efektif diterapkan di Ruang Baitunnisa II RS Sultan Agung sebanyak 18 perawat (100%)
KEPERAWATAN TIM
Distribusi frekuensi peran yang sudah dilakukan dalam metode keperawatan tim di Ruang Baitunnisa II
Diagram di atas menunjukkan 11 perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit, 13 perawat mengikuti timbang terima, 13 perawat menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif sekaligus membuat tujuan dan rencana keperawatan melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas, 12 perawat mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain, 13 perawat mengevaluasi keberhasilan yang dicapai, 15 perawat menerima dan menyesuaikan rencana, 13 perawat menyiapkan penyuluhan untuk pulang, 14 perawat melaksanakan sentralisasi obat, 17 perawat mendampingi visite dokter dan melaksanakan ronde keperawatan bersama dengan kepala ruangan dan perawat pelaksana, 16 perawat melaporkan perkembangan pasien kepada kepala ruangan.
Distribusi frekuensi peran yang sudah dilakukan Perawat Pelaksana di Ruang Baitunnisa II
Diagram di atas menunjukkan distribusi frekuensi peran yang sudah dilakukan perawat pelaksana di Ruang Baitunnisa II RS Islam Sultan Agung, Semarang Bulan Februari 2012 sebanyak 18 perawat mengikuti timbang terima, 17 perawat mengikuti kegiatan ronde keperawatan, 18 perawat melaksanakan rencana keperawatan yang dibuat oleh ketua tim, 18 perawat berkoordinasi dengan perawat pelaksana yang lain dan ketua tim, 17 perawat melakukan evaluasi formatif, 18 perawat pendokumentasian tindakan dan catatan perkembangan pasien, 17 perawat melaporkan segala perubahan yang terjadi atas pasien kepada ketua tim.
a. Pendokumentasian Askep
Pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Baitunnisa II sudah terdapat form asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa, kriteria hasil sampai rencana tindakan keperawatan
sehingga perawat tinggal melakukan checklist sesuai dengan kondisi pasien. Kelebihan sistem ini, perawat bisa bekerja lebih cepat karena tidak memerlukan banyak waktu untuk melakukan pendokumentasian, sedangkan kelemahan sistem ini adalah tidak semua hal yang ditemukan pada pasien tersedia dalam checklist. Lembar dokumentasi keperawatan yang tersedia di ruangan antara lain:
1) Lembar pengkajian beserta diagnosa keperawatan, tujuan dan kriteria hasil serta rencana keperawatan.
2) Lembar catatan keperawatan dan catatan perkembangan. 3) Lembar resume keperawatan.
4) Lembar formulir pasien pulang/meninggal. 5) Lembar survey infeksi nosokomial.
b. Discharge Planning
Pendokumentasian discharge planning terdapat dalam resume keperawatan. Hasil observasi tanggal 6 Februari 2012 menunjukkan bahwa perawat sudah menuliskan rencana kepulangan pasien pada form resume selain itu berdasarkan wawancara dengan perawat didapatkan data bahwa nasihat pasien pulang juga disampaikan ke pasien dan keluarga saat pasien tersebut pulang.
c. Ronde Keperawatan
Hasil wawancara dengan kepala ruang pada tanggal 10 Februari 2012, kegiatan ronde keperawatan belum bisa dilakukan karena kurangnya kasus-kasus penting yang perlu dirondekan. Ronde keperawatan terakhir dilakukan pada bulan kemarin dengan alasan kasus yang dirondekan hanya kasus-kasus yang ringan dan kurang berbobot untuk dirondekan.
d. Cara Memperkenalkan Ruangan Baitunnisa II kepada Pelanggan
Setiap ada pasien baru belum ada petugas yang mengorientasikan pasien pada lingkungan sekitar Ruang Baitunnisa II, misalnya memberitahukan fasilitas-fasilitas yang disediakan di ruangan Baitunnisa II. Pasien juga belum diberitahukan peraturan-peraturan yang harus ditaati. Pasien hanya diberitahu mengenai cara menyusui dan merawat bayi.
e. Pengelolaan Logistik dan Obat
Sistem pengelolaan obat pada Ruang Baitunnisa II adalah sebagai berikut:
1) Penerimaan Obat
Keterangan berdasarkan bagan di atas adalah:
a) Dokter memberikan advice tentang jenis dan jumlah obat yang diberikan.
b) Perawat menerima advice dari dokter. Dokter Perawat Farmasi/Apotek Obat mahal Perawat Obat diletakkan di loker pasien Keluarga sepakat Persetujuan keluarga Pasien
c) Apabila obat yang diresepkan dokter harganya mahal atau di luar obat Askes/Jamkesmas, perawat mengajukan surat persetujuan kepada keluarga dan perawat mem-berikan resep itu apabila keluarga menyetujui.
d) Perawat menyerahkan resep di apotek.
e) Setelah obat di antarkan apotek, obat diletakkan di almari obat pasien.
Hasil analisa menunjukkan pemantauan obat di Ruang Baitunnisa II dilakukan oleh perawat dan bagian farmasi. Perawat bertugas memantau dan mengambil obat, sedangkan setiap obat akan diletakkan di loker obat milik pasien dan nantinya saat pemberian obat akan diberitahu jenis obat serta fungsinya.
2) Pembagian obat
Sistem pembagian obat yang dilaksanakan di Ruang Baitunnisa II adalah sebagai berikut:
a) Perawat memperhatikan alur pemberian obat yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi yang sesuai advice dokter.
b) Perawat menjelaskan jenis obat yang diberikan, kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping.
c) Obat-obatan yang hampir habis akan diinformasikan kepada dokter penanggung jawab pasien.
d) Ruangan menyediakan obat emergency untuk perersediaan jika sewaktu-waktu diperlukan.
Hasil analisa menunjukkan sebagian besar prosedur pembagian masih perlu ditingkatkan serta dioptimalkan adalah mengenai penjelasan kegunaan dan efek samping obat kepada pasien.
f. Supervisi Managemen Ruangan
Hasil wawancara dengan perawat pelaksana tanggal 8 Februari 2012, supervisi managemen ruangan dilakukan oleh tim supervisor dari bidang keperawatan setiap hari Supervisor menanyakan jumlah pasien, jumlah perawat jaga, dan kendala-kendala yang dihadapi di ruangan (jumlah tenaga yang diperlukan ruangan dan hambatan-hambatan selama melakukan aktivitas di ruangan).
g. SOP dan SAK
Hasil wawancara dengan kepala ruang pada tanggal 8 Februari 2012 didapatkan data bahwa prosedur tetap tentang pelayanan dan administrasi yang ditetapkan oleh Direktur RSI Sultan Agung berjumlah 183 prosedur tetap, namun belum ada mengenai SOP timbang terima.
Hasil wawancara dengan kepala ruang tanggal 8 Februari 2012 didapatkan data bahwa kasus terbanyak di ruang Baitunnisa II meliputi partus Spontan, SC, VE, Perawatan Laparotomi, MOW, kuret, Lain-lain SAK (Standar Asuhan Keperawatan) yang digunakan di ruang Baitunnisa II untuk masing-masing kasus yang ditemukan meliputi:
a) Pengertian b) Etiologi c) Patofisiologi d) Tanda dan Gejala e) Pemeriksaan Penunjang f) Penatalaksanaan Dokter g) Komplikasi
h) Asuhan Keperawatan (Pengkajian dan Diagnosa Keperawatan)
d. Materials
Terlampir 2. Komposisi Ruangan
Ruangan nurse station secara umum berisi berkas-berkas seperti data-data penting, form pemeriksaan diagnostik, CM dokter dan format asuhan keperawatan. Ruangan ini sudah memiliki tempat khusus untuk meletakkan laporan asuhan keperawatan, CM dokter dan form-form pemeriksaan diagnostik yang bertujuan agar blangko laporan tertata rapi.
Papan yang menunjukkan identitas pasien di dalam kamar terletak pada dinding luar dekat pintu sisi kanan dan kiri ruangan. Papan pengumuman tersebut memuat informasi mengenai identitas pasien yaitu nama pasien, alamat dan nama dokter yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut. Pemantauan infuse dijadikan satu dalam lembar operand an tindakan di ruangan, dan setiap kali mengganti infuse maka perawat menuliskan infuse yang ke berapa dan jam penggantian.
Almari linen terletak di ruang penyimpanan bayi yang berfungsi juga sebagai ruang tindakan. Trolly, alat-alat emergency, mesin suction, tensimeter terletak di ruang tindakan. Almari linen sudah tertulis keterangan dari isi almari seperti linen, sprei, stik laken, perlak dan sarung bantal, namun penataannya kurang sesuai kadang - kadang.
Hasil observasi mengenai trolly tindakan yang dilakukan pada tanggal 6 Februari 2012 didapatkan data bahwa trolly tindakan baru disiapkan ketika akan melakukan medikasi pada setiap shift. Tempat sampah terdapat di trolly tindakan, di ruang tindakan dan juga di dapur bagian belakang. Namun tempat sampah yang ada di ruang tindakan hanya tempat sampah infeksius dan non infeksius saja, untuk tempat plabot infuse perawat harus ke belakang dapur untuk membuangnya, sehingga akan kurang efektif dan membutuhkan waktu terlalu lama. Pembuangan spuit bekas sudah diberi tempat khusus yaitu dispose safe bag. Dispose safe bag tersebut dalam keadaan setengah terbuka. Pembuangan spuit terkadang kurang sesuai karena seharusnya plastik bungkus spuit dibuang pada tempat sampah non medis dan spuit bekas
dibuang di dispose safe bag, sedangkan di ruangan masih dijumpai beberapa kali pembuangan spuit bekas sekaligus plastiknya di dispose safe bag sehingga bisa dikatakan belum optimal. Hal ini diperlukan peningkatan kesadaran ke masing-masing individu tenaga kesehatan di ruang Baitunnisa II khususnya perawat tentang efek samping dari perilaku membuang sampah yang belum optimal.
Hasil kuesioner yang diberikan kepada 15 perawat tentang managemen sampah di ruang Baitunnisa II adalah sebagai berikut:
1. Proporsi perawat yang memisahkan antara sampah infeksius, benda tajam dan non medis
Diagram di atas menunjukkan proporsi perawat yang memisahkan antara sampah infeksius, benda tajam dan non medis di Ruang Baitunnisa II RSI Sultan Agung sebanyak 18 perawat (100%).
2. Proporsi perawat yang membuang spuit dan jarum secara terpisah
Diagram di atas menunjukkan proporsi perawat yang membuang spiut dan jarum secara terpisah di Ruang Baitunnisa II RS Islam Sultan Agung 56% perawat tidak membuang jarum secara terpisah dan sisanya 44% perawat membuang jarum dan spuit secara terpisah.
3. Pelaksanaan pemisahan sampah di Ruang Baitunnisa II
Diagram di atas menunjukkan proporsi perawat yang pelaksanaan pemisahan sampah di Ruang Sultan Agung sebanyak 18 perawat (100%) melakukan pemisahan sampah di Ruang Baitunnisa II
Diagram di atas menunjukkan proporsi dilakukannya labeling di setiap box sampah di Ruang Baitunnisa II RS Islam Sultan Agung sebanyak 18 perawat (100%) berpendapat sudah melabeli tempat sampah di RSI Sultan Agung.
5. Pemberian warna tempat sampah sudah dibedakan berdasarkan jenis sampah
Diagram di atas menunjukkan proporsi pelaksanaan pemberian warna tempat sampah sudah dibedakan berdasarkan jenis sampah di Ruang Baitunnisa II RS Islam Sebanyak 17 orang Perawat (94%) berpendapat sudah dan 1 orang perawat (6%) belum.
6. Proporsi perawat yang pernah tertusuk jarum/pecahan ampul/terkena darah akibat tidak adanya pemisahan sampah
Diagram di atas menunjukkan proporsi perawat yang pernah tertusuk jarum atau pecahan ampul atau terkena darah akibat tidak adanya pemisahan sampah di Ruang Baitunnisa II RS Islam sebanyak 2 orang perawat (11%) dan yang tidak terkena 16 orang perawat (89%).
7. Proporsi kesadaran tenaga kesehatan (koas, dokter, perawat, praktikan) dalam memisahkan antara sampah infeksius, benda tajam dan non medis
Diagram di atas menunjukkan proporsi pendapat perawat terhadap kesadaran tenaga kesehatan (koas, dokter, perawat, praktikan) dalam memisahkan antara sampah infeksius, benda tajam dan non medis di Ruang Baitunnisa II RS Islam
Sultan Agung 16 orang perawat (89%) sepakat dan 2 perawat (11%) berpendapat kurang sepakat.
Hasil observasi di ruang Baitunnisa II didapatkan bahwa sudah terdapat labelling pada masing-masing tempat sampah. Hasil ob-servasi tanggal 6 Februari 2012 menunjukkan labelling tempat sampah sudah berfungsi sebagaimana mestinya, hal ini ditun-jukkan dengan adanya pemisahan antara sampah medis (infek-sius) plastik warna kuning dan non medis (non infek(infek-sius) plastik warna hitam. Tempat pembuangan jarum sudah dipisahkan tersendiri seperti sarung tangan, ampul dan vial namun belum ada pemisahan antara jarum dengan spuit. Namun di masing- masing kamar hanya terdapat tempat sampah non infeksius, sedangkan sampah infeksius belum ada, padahal seringkali bekas pembalut klien post SC yang masih bercampur darah di buang ke sampah non infeksius.
a. Inventaris Alat di Ruangan 1. Alat non Medis
1) Elektronik :
1) AC ( Mitsubishi 18 buah, panasonik 2 buah ) 2) CPU Hardisk (1) 3) Dispenser (1) 4) Komputer Set (1) 5) Kulkas (1) 6) Pemanas air (1) 7) Remote AC (6) 8) Telephone (1) 2) Mebelair : 1) Almari linen (3) 2) Konter perawat (1) 3) Kursi penunggu (28)
4) Kursi perawat (11) 5) Kursi tunggu panjang (1) 6) Pemanas bayi (1) 7) Loker perawat (2) 8) Meja bayi (4) 9) Meja dokter (1) 10)Meja karu (1) 11)Meja pasien (12) 12)Papan mading
13)Papan nama pasien (1) 14)Papan nama perawat (1) 15)Papan pengumuman 3) Rumah Tangga : 1) Al Qur’an (10) 2) Baki besar (3) 3) Baki kecil (2) 4) Box file (10) 5) Bunga plastik (1) 6) Cermin wastafel (13) 7) Ember bayi (4)
8) Ember kamar mandi (13) 9) Ember sibin (5)
10)Filling kabinet kecil (6) 11)Gayung (13) 12)Jam dinding (15) 13)Jemuran handuk (4) 14)Keset (15) 15)Rak sepatu (7) 16)Tempat Al Qur’an (2) 17)Tempat sampah kecil (18) 4) Perabot :
1) Almari makanan (2) 2) Piring (6)
3) Sendok (6) 2. Alat Medis
1) Almari obat (1) 2) Almari obat pasien (1) 3) Ambubag bayi (1) 4) Ambubag dewasa (1) 5) Animec (2)
6) Baskom kompres (1) 7) Bed gyn (1)
8) Bed pasien kelas II (14) 9) Bed pasien kelas III (15) 10) Bed pasien lama (12) 11) Bengkok besar (3) 12) Bengkok sedang (3) 13) Box bayi (23) 14) Ember linen (3)
15) Gunting verban besar (1) 16) Gunting verban kecil (1) 17) Gynekologi set (1)
18) Inkubator/ penghangat (1) 19) Kom kecil tutup (3) 20) Kom sedang terbuka (2) 21) Kom sedang tutup (2) 22) Kursi roda (1) 23) Lampu tindakan (1) 24) Manometer O2 (10) 25) O2 kecil set (1) 26) Pispot plastik (3) 27) Pispot stenlis (8)
28) Oxymetri (1) 29) Senter sedang (1) 30) Sketsel (11)
31) Standar infus bed (24) 32) Standar infus beroda (28) 33) Stetoskop anak (1) 34) Stetoskop bayi (1) 35) Stetoskop dewasa (2) 36) Tangga pasien (13) 37) Tempat sampah medis (2) 38) Tensimeter air raksa (3) 39) Termometer raksa (1) 40) Timbangan bayi (2) 41) Timbangan dewasa (1) 42) Tounge spatle (1) 43) Torniket (1)
44) Troli mandi bayi (1) 45) Troli mandi pasien (1) 46) Troli obat (1) 47) Troli verbed (1) 48) Troli tindakan (1) 49) Troli visite (1) 50) Tromol besar (1) 51) Urinal (1) 52) Vacum suction (6) 3. Logistik ruangan 1) Stik laken (80) 2) Selimut (80) 3) Sarung bantal (80) 4) Sprei (80) 5) Perlak (100)
6) Sabun baby cair (2) 7) Rinso (1 kg) 8) Sabun colek (2) 9) Buku ½ folio (2) 10) Buku kwarto (2) 11) Buku folio 200 (2) 12) Buku skrip (10) 13) Amplop kecil (3) 14) Amplop besar (2) 15) Spidol board maker (4) 16) Spidol permanen (4) 17) Palstik obat (1 box) 18) Penghapus (2) 19) Lem (3) 20) Tip X (2) 21) Stiker (5) 22) Bulpoin (5)
23) Isi staples besar (2) 24) Isi taples kecil (2) 25) Klip kecil (2) 26) Klip besar (2) 27) Stabilo (1)
28)Batu batre kecil (6) b. Sterilisasi Alat
Proses sterilisasi alat pada ruangan adalah sebagai berikut: Instrumen dicuci pada air mengalir.
Pencucian dilakukan menggunakan desinfektan. Instrumen dikeringkan.
c. Fasilitas Kamar Pasien
Ruang Baitunnisa II terbagi menjadi 2 ruangan yaitu ruang kelas II, ruang kelas III, HND. Fasilitas untuk masing-masing ruangan adalah sebagai berikut:
1) Ruang Kelas 2 a) Ukuran ruangan 8x10 m2 b) 6 tempat tidur c) 6 kursi pengunjung d) 6 almari e) 1 Kamar mandi f) 4 pispot g) 1 bak sampah
h) 2 wastafel dan cermin 2) Ruang Kelas 3
a) Ukuran ruangan 8,5 x 10 m2
b) 7-10 tempat tidur c) 7-10 kursi pengunjung d) 7-10 almari
e) 2 kamar mandi untuk 14-20 pasien f) 4 pispot
g) 1 bak sampah
h) 2 wastafel dan cermin untuk 14-20 pasien 3) Ruang HND
a) Ukuran ruangan 7x8,5 m2
b) 4 tempat tidur c) 4 kursi pengunjung d) 4 almari
e) 2 kamar mandi untuk 4 pasien f) 4 bed set monitor
4) Dapur a) Ukuran ruangan 2x4 b) Meja bentuk L c) Wastafel d) 1 Kursi e) 1 trolly f) 1 kompor gas g) 1 rak piring h) 1 bak air i) 1 rice cooker
j) 2 galon air meniral
k) 2 dispenser
5) Gudang a) Ukuran ruang 2x1,5
b)1 trolly linen
d. Fasilitas Staf
Ruang perawat dan operasional 1) Nurse Station a) 1 meja administrasi b) Kursi c) 1 meja telepon d) 2 pesawat telepon e) 1 set PC computer f)
g)
1 rak untuk CM pasien h)
1 rak untuk form pemeriksaan diagnostik pada pasien i)
1 aquarium j)
1 almari untuk meletakkan dokumen-dokumen penting ruang Baitunnisa II
k)
1 figura berisi visi, misi, dan moto rumah sakit, 1 figura berisi tata cara bertelepon, 1 figura berisi motto rumah sakit, 1 figura berisi pancasila, 2 figura berisi foto presi-den dan wakil presipresi-den, 3 figura berisi prevalensi kasus terbanyak di ruang Baitunnisa II, 1 figura berisi falsafah bidang keperawatan, 1 figura berisi misi bidang keper-awatan, 1 figura berisi visi bidang keperkeper-awatan, 1 figura berisi tujuan ruang Anggrek, 1 papan berisi call center pelayanan Ruang Baitunnisa II.
l)
1 buah wastafel lengkap dengan sabun desinfektan dan l handuk 2) Ruang KARU a) 1 meja kerja b) 2 kursi c) 1 buah printer d) 1 buah almari
e) 1 buah rak buku, 1 buah rak alat tulis f) 1 buah jam dinding
g) 13 box file h) 1 buah printer
i) 3 vas dan bunganya 3) Ruang Tindakan
a) 1 almari pendingin alat kesehatan b) 1 set alat emergency
c) 1 timbangan berdiri
d) Tempat sampah medis dan non medis e) Bak dorong tempat linen kotor 4) Ruang istirahat perawat/ganti
a) 1 buah loker besar untuk tempat tas perawat b) 2 buah almari linen
c) 1 buah kursi d) 1 buah meja e) 2 buah kasur
f) 1 buah karpet untuk tempat sholat 5) Dapur
a) 1 tempat cuci piring b) 1 rak piring dan gelas c) 1 kompor gas
6) Kamar mandi a) 1 kloset jongkok b) 1 bak mandi permanen c) 1 gayung
2. Machine
a. Jumlah Kamar Pasien di Ruang Baitunnisa II
Jumlah kamar pasien di ruang Baitunnisa II adalah 10 kamar yang terdiri dari kamar kelas II, kelas III dan HND.
b. Jumlah Perawat di Ruang Baitunnisa II
Jumlah tenaga perawat di Ruang Baitunnisa II ada 20 orang. Data Kepegawaian atau SDM di Ruang Baitunnisa II adalah: 1) Tenaga Keperawatan
No Klasifikasi Pendidikan Jumlah 1 2 3 4 5 D III Keperawatan S1 Keperawatan S1 + Ners Keperawatan D IV Kebidanan DIII Kebidanan 9 1 4 1 5 2) Tenaga Non Keperawatan
No J a b a t a n Jumlah
1 Cleaning Service (out sourcing)
3
2. PROSES
1. Planning a. Visi dan Misi
Belum adanya visi dan misi yang jelas mengenai ruangan Baitunnisa II
b. Motto Ruang Baitunisa II Melayani dengan hati islami c. Tujuan Ruang Baitunnisa II
Umum
Mengoptimalkan tumbuh kembang dan kesehatan individu yang dimulai sejak kehamilan umur 20 minggu sampai dengan bayi berusia 7 hari.
Khusus
1) Menurunkan angka kessakitan dan kematian ibu dan bayi 2) Mencegah kecacatan akibat bayiresiko tinggi sesak masih
dalam kandungan 20 minggu sampai bayi usia 7 hari
3) Meningkatkan kualitas yang dimulai individu sesak kehamilan 20 minggu sampai bayi usia 7 hari
.
Di ruang Baitunnisa II terdapat kegiatan harian, mingguan, bu-lanan dan tahunan.
1) Harian
a) Pre Conference
Kegiatan pre conference ini dilaksanakan setiap pagi, setelah operan jaga dari perawat jaga malam ke per-awat jaga pagi, dipimpin oleh kepala ruang dan di-hadiri oleh perawat jaga pagi dan seluruh praktikan. Kegiatan pre conference dilanjutkan dengan diskusi dan pembagian tugas Katim, Kashift dan perawat pelaksana. Kepala ruang memberikan pengarahan dan motivasi kerja karyawan dilakukan setiap saat bila diperlukan.
b) Bimbingan Mahasiswa
Bimbingan klinik untuk mahasiswa dilakukan oleh CI (Clinical Instructur) ruangan berupa pre conference, pengelolaan kasus, bedside teaching, evaluasi dan pe-nilaian akhir praktik. CI memberikan pepe-nilaian dan pengisian bimbingan klinik mahasiswa.
c) Jadwal Shift
Penjadwalan shift dibuat per bulan dengan jumlah jam kerja per minggu 40-42 jam. Pembagian jadwal dibagi menjadi non shift (dinas pagi) dan shift (dinas pagi, sore dan malam). Tenaga non shift meliputi kepala ruang, ketua tim. PUK dan operator. Tenaga shift adalah perawat perawat pelaksana dan cleaning service.
Komposisi penjadwalan tenaga non shift adalah masuk pagi dan libur saat hari minggu dan hari besar. Perawat pelaksana bertugas shift pagi, sore dan malam yang memiliki libur setelah jaga malam sebanyak 2 hari dan
tambahan libur ekstra jika pada saat libur hari besar harus bertugas, sedangkan cleaning service bertugas selama 1 minggu penuh.
2) Mingguan
a) Pengadaan barang
Pengadaan barang alat tulis kantor (ATK), form rekam medic dan bahan habis pakai.
b) Ronde
Hasil wawancara dengan kepala ruang pada tanggal 7 Febuari 2011, kegiatan ronde keperawatan dilakukan apabila terdapat masalah pada pasien yang sulit diseleseikan perawat yang sedang bertugas.
3) Bulanan
a) Rapat Bulanan
Rapat bulanan dilakukan setiap 3 bulan sekali untuk membahas dan mengevaluasi program kerja yang telah dilaksanakan dan rencana program kerja untuk 3 bulan ke depan, kinerja seluruh pegawai (ketua tim, pearawat pelaksana, PUK, operator).
4) Tahunan
a) Inventaris Alat
Inventaris alat dilakukan setiap ada pembelian sarana dan prasarana. Kegiatan ini biasanya dilakukan setiap akhir tahun dengan mengajukan proposal terlebih dahulu.
b) Pembuatan Program Kerja Tahunan
Program kerja dibuat oleh kepala ruang setiap tahun yang meliputi:
(1) Pelayanan pada Pasien
Memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien menggunakan 5 tahap proses perawatan,
mengelompokkan pasien sesuai dengan kasus dalam rangka meminimalkan kejadian infeksi nosokomial, memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga sesuai dengan kebu-tuhan pelayanan dan melakukan pencatatan dan pelaoran tentang kondisi klien.
(2) Bimbingan Mahasiswa Praktek
Orientasi mahasiswa, bimbingan klinik, pre con-ference, pengelolaan kasus, bedset teaching, eval-uasi penilaian akhir praktek dan buku bimbingan klinik mahasiswa.
(3) Ketenangan
Pengarahan dan motivasi kerja karyawan, melakukan evaluasi kinerja pegawai per tahun dan dilaporkan ke kaSie Mutu Pelayanan keperawatan, membuat usulan penambahan tenaga untuk ruang perawatan regular dan HCU serta mengikutser-takan staff dalam pelatihan untuk menunjang pelayanan.
(4) Peralatan
Membuat rencana kebutuhan alat, mengajukan permohinan alat-alat kedokteran, melakukan in-ventaris peralatan secara rutin, mengajukan per-baikan alat yang rusak, mencatat semua pemaka-ian alat terutama untuk alat mesin dalam buku pe-makaian alat dan membuat usulan Standart pelayanan Minumal Peralatan ke direktur melalui Ka Instalasi.
(5) Dokumentasi Askep
Melakukan bimbingan dan motivasi tentang dokumentasi askep oleh kepala ruang setiap
meet-ing mornmeet-ing dan pre conference, mengevaluasi pelaksanaan dokumentasi askep dan melakukan audit dokumentasi askep.
(6) Fungsi Manajemen Kepala Ruang
Melakukan pertemuan rutin; melakukan pre con-ference, meeting morning setiap pagi dan operan keliling pergantian shift; melakukan pendele-gasian tugas bila berhalangan hadir; melaksanakan pengawasan langsung dan tidak langsung terhadap kinerja staff dan membimbing staff; melakukan evaluasi manajemen kepala ruang dan metode penugasan yang diterapkan di ruang Baitunnisa II dan melakukan evaluasi rencana kerja tahunan serta membuat laporan pelaksanaan program kerja kepada Koordinator Perawatan.
(7) Output Pelayanan
Meningkatkan efisiensi ruang perawatan dan tim kerja dalam kelompok serta mencatat kejadian in-feksi nosokomial dan dilaporkan ke tim Pandalin RS.
c) Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja pegawai di ruang Baitunnisa II di-dasarkan penilaian afektif, kognitif dan psikomotor. d) DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan)
DP3 merupakan rekapitulasi pangkat dan golongan dari seluruh pegawai yang ada di ruang Baitunnisa II. e) Refresing
Hasil wawancara tanggal 9 Februari 2011 dengan salah satu ketua tim di ruang Baitunnisa II refreshing dilakukan insidental sesuai kesepakatan kepala ruang
dan seluruh perawat ruang Anggrek. Pendanaan refreshing diambilkan dari uang kas dan iuran bersama dari kepala ruang, perawat dan staff tenaga di ruang Baitunnisa II.
e. Perencanaan Logistik
Hasil wawancara tanggal 10 Februari 2011 dengan salah satu perawat pelaksana, perencanaan logistik biasanya diajukan jika ruangan membutuhkan logistik tertentu atau logistik yang tersedia sudah habis (kebutuhan logistik mingguan dan tahunan). Perencanaan logistik diurus oleh seorang penanggung jawab yang bertanggung jawab terhadap inventaris ruangan dan kebutuhan sarana dan prasarana ruangan.
2. Organizing
a. Struktur Organisasi Ruang Baitunnisa II kepala ruang : Sulasmi, S.Kep
TIM A TIM B
Katim : Wahyuningsih, Amk Katim : Indah M, Amk Perawat pelaksana:
1) Afni Purnawati, S.Kep, Ns 2) Bardiyani, Amk
3) Rumiyati, Amk
4) Nanik Windi A, S.Kep, Ns 5) Saadatul Ma’rifah, Amk 6) Rinda Jayanti K, Amk 7) Mita Wahyuningrum, Amk 8) Sri Wahyuni, SSiT
9)Indah, AmKeb
Perawat pelaksana: a. Yumita, Amk b. Yuli Aryani, Amk c. Sri Waningsih, Amk d. Sri Maulidiyah, S.Kep, Ns e. DyahWinarsih, Amk f. Kholilatul Izzah, AmKeb g. Ayu Kusuma, AmKeb h. Desi, AmKeb
b. Staffing
Sistem perekrutan tenaga dilakukan berdasarkan kebijakan dari rumah sakit yang disebut dengan tenaga kontrak. Tahapan proses perekrutan tenaga kontrak khususnya perawat meliputi tahap formasi dari bidang kepegawaian (mempublikasikan kebu-tuhan tenaga di masing-masing unit/bagian dan persyaratan di me-dia), tahap seleksi oleh tim penguji dari bidang keperawatan dan komite keperawatan meliputi ujian tulis, psikotes, wawancara dan uji kesehatan dan tahap pengumuman hasil seleksi. Bagi calon tenaga keperawatan yang lolos seleksi akan ditempatkan di seluruh ruang dengan proporsi sesuai dengan kebutuhan.
2) Sistem Penjadwalan
Jadwal dinas perawat di ruang Baitunnisa II dibagi menjadi 3 shift yaitu :
Shift Jumlah ketua tim dan perawat pelaksana
Pagi 2 orang katim A dan B, 3 orang perawat pelaksana Sore 2 kashif dan 2 perawat pelaksana
Malam 2 kashif dan 2 perawat pelaksana
Penjadwalan dinas perawat ditentukan oleh kepala ruang yang telah disusun selama kurang lebih 2 minggu sebelum awal bulan. Perawat pun dapat bernegosiasi dengan kepala ruang untuk menentukan jadwal dinasnya apabila ada kepentingan di satu waktu tertentu .
3) Sistem Penugasan
Hasil wawancara dengan kepala ruang tanggal 8 Februari 2012, metode pembagian tugas menggunakan sistem perawatan tim yang terdiri dari 2 ketua tim yang bertugas pada shift pagi dan masing-masing ketua tim memiliki 2 perawat pelaksana yang se-lalu bertugas pada shift pagi. Ketua tim yang bertugas langsung bertanggung jawab kepada kepala ruang. Sedangkan untuk per-awat pelaksana bertugas pada shift pagi, siang dan sore. Perper-awat pelaksana yang bertugas pada shift pagi bertugas melakukan medikasi kepada seluruh pasien yang ada di ruangan Saat perawat
pelaksana yang bertugas pada sore dan malam hari mempertang-gungjawabkan langsung kepada kashift kemudian ke kepala ru-ang.
4)Sistem Pengembangan Staf di ruang Baitunnisa II
Pengembangan kinerja staf di ruangan Baitunnisa II dibagi menjadi 2 yaitu formal dan informal. Pengembangan staf secara formal adalah dengan memberikan kesempatan ijin belajar. Saat ini ada 1 perawat yang sedang ijin belajar yaitu 1 orang sedang menempuh tahap profesi Ners. Sedangkan pengembangan staf se-cara informal yaitu melalui pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh internal RSI Sultan Agung dan lembaga/institusi di luar RSI Sultan Agung. Program pelatihan yang pernah oleh kepala ruang dan seluruh perawat ruang Baitunnisa II meliputi manajemen kepala bangsal, seminar kesehatan jiwa, konselor ASI, pelatihan TOT/CE, penatalaksanaan Ca servik, pelatihan safety pasien, MPKP, APN, rukyah, pelatihan penatalaksanaan cairan dan elektrolit, pembinaan staff dan pelatihan inhouse training.
5)Pendelegasian Staf untuk Pelatihan
Sistem pendelegasian perawat untuk mengikuti program pelatihan dari diklit, bidang keperawatan atau pelatihan dari luar RSI Sultan Agung didasarkan pada pilihan dari kepala ruang dengan melihat kinerja dan daftar urutan kepangkatan yang kemudian diajukan kepada bidang keperawatan.
6) Penggantian Staf dalam Struktur Organisasi
Penggantian ketua tim dalam struktur organisasi Ruang Baitunnisa II dilakukan secara terstruktur, jika ketua tim naik ja-batan ke struktural atau mengambil cuti dan digantikan oleh per-awat pelaksana.
Hasil wawancara pada tanggal 9 Febuari 2012 dengan kepala ruangan didapatkan informasi bahwa sistem kontrol untuk memini-malisir ketidakhadiran pegawai adalah bagi pegawai yang terlam-bat masuk dinas atau tidak masuk dinas adalah dengan sistem pem-beritahuan kepada kepala ruang dan surat izin keterangan dokter. Apabila tanpa pemberitahuan dan surat izin keterangan dokter diberlakukan sistem pengurangan cuti tahunan yang dimiliki pe-gawai tersebut.
8) Penentuan Kebutuhan Perawat Sesuai Klasifikasi Pasien Perhitungan kebutuhan tenaga menurut DEPKES:
1. Kebutuhan tenaga R.Baitunnisa II Jumlah Perawat yang tersedia:
Rumus : Rata- rata jumlah pasien/hari x jumlah jam perawatan per hari 7
: 47x3,5 7
Loss day: Jumlah hari libur dalam 1th + hari besar (jumlah perawat) Jam kerja hari efektif/tahun
: 52+12+14 (23,5) 286
: 6,409 orang
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang Baitunnisa II : 23,5+66,409 : 29,9 orang dibulatkan 30 orang.
2. Kebutuhan tenaga Ruang HND Jumlah perawat yang tersedia:
Rumus: rata-rata pasien per hari x jumlah jam per hari 7
: 4x12 7
Loss Day : jumlah hari libur dalam 1th+cuti+hari besar (jumlah perawat) Jumlah kerja hari efektif
: 78 x 6,85 286 : 1,86 orang
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang HND Baitunnisa II dengan rata – rata jumlah pasien 4 orang per hari adalah 6,85 + 1,86 = 8,71 orang dibulatkan 9 orang.
Kesimpulan:
Saat ini jumlah tenaga yang ada di ruang Baitunnisa II hanya 24 orang, termasuk kepala ruang sedangkan untuk ruang HND belum ada tenaga yang bertugas (masih jadi 1 dengan ruang Baitunnisa II). Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan : 30+9: 39 orang. Sehingga masih kekurangan tenaga untuk ruang Baitun-nisa II adalah 6 orang, ruang HND : 9. Sesuai dengan program kerja ke ruang bahwa untuk tiap 1 tahun harus selalu men-gusulkan penambahan tenaga melalui instalasi, meski pada kenyataannya penambahan tenaga hanya untuk mengganti yang pensiun. Peningkatan jumlah tenaga di ruang HND lebih dipri-oritaskan selalu ada pasien yang dirawat dan jika ada penamba-han perawat lebih optimal pelayanannya.
9) SOP Karu, Katim, Perawat Pelaksana di Ruangan 1) Tugas Karu
a) Membuat rencana harian, mingguan, bulanan dan tahu-nan.
b) Mengorganisir pembagian tim dan klien.
c) Memberi pengarahan kepada seluruh staf yang ada di ruangannya (staf keperawatan, staf administrasi dan pramu ruang)
d) Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangan.
e) Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota kesehatan lain.
2) Tugas Ketua Tim
a) Bersama kepala ruang atau ketua grup lain men-gadakan serah terima tugas pada setiap pergantian di-nas
b) Membagi pasien kepada anggota kelompoknya c) Melaksanakan asuhan keperawatan
d) Melakukan pengkajian awal terhadap pasien baru e) Membuat diagnosis keperawatan
f) Membuat rencana keperawatan g) Melaksanakan tindakan keperawatan h) Melaksanakan evaluasi
i) Mendampingi dokter pada waktu visite dokter
j) Menyiapkan peralatan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan
k) Menilai hasil pekerjaan anggota kelompok l) Mencipatakan kerjasama yang harmonis m) Membuat laporan pasien
n) Mengikuti ronde keperawtan bersama kepala ruang dan koordinator perawat
o) Melakukan orientasi terhadap pasien baru p) Mengikuti kegiatan ilmiah
3) Tugas Perawat Pelaksana
a) Melaksanakan serah terima kepada petugas pengganti secara lisan maupun tertulis pada saat pergantian dinas sesuai waktu yang berlaku
b) Menerima pasien baru sesuai dengan prosedur dan ke-tentuan yang berlaku
c) Mempersiapkan dan memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungan
d) Memelihara peralatan perawatan dan medis agar selalu dalam keadaan siap pakai
e) Melaksanakan program orientasi kepada pasien tentang ruang rawat atau lingkungannya, peraturan atau tata tertib yang berlaku, fasilitas yang ada dan cara penggu-naan serta kegiatan sehari-hari.
f) Menciptakan hubungan kerjasama yang baik, terapeu-tik (relationship) dengan klien dan keluarganya
g) Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan lain sesuai batas kemampuan dengan cara:
(1) Mengamati keadaan klien (tanda vital, kesadaran, keadaan mental, keluhan utama)
(2) Melaksanakan anamnesa sesuai batas kemampuannya
h) Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan pedo-mannya.
i) Memberi pelayanan keperawatan dasar kepada klien sesuai dengan batas kemampuannya dengan cara : (1) Memberikan rasa aman kepada pasien yang
meliputi mencegah terjadinya bahaya kecelakaan, luka, komplikasi dan sebagainya.
(2) Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai pengobatan dokter.
(3) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakitnya.
j) Membantu merujuk klien kepada petugas kesehatan atau institusi pelayan kesehatan lain yang lebih mampu
untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang tidak da-pat ditanggulangi
k) Melakukan pertolongan pertama kepada pasien dalam keadaan darurat secara tepat dan benar sesuai kebu-tuhan serta prosedur tetap (protap yang berlaku). Se-lanjutnya segera melaporkan tindakan yang telah di-lakukan kepada dokter ruang rawat atau dokter penang-gung jawab ruangan.
l) Melakukan evaluasi tindakan keperawatn sesuai den-gan batas kemampuan
m) Membantu dan menilai kondisi klien. Selanjutnya melakukan tindakan yang tepat berdasarkan hasil pe-mantauan tersebut sesuai batas kemmapuan
n) Membantu petugas lain dalam memelihara lingkungan yang sehat
o) Menciptakan dan memelihara hubungan kerjasama yang baik dengan anggota kesehatan (dokter, ahli gizi, analis, pekarya kesehatan, pekarya rumah tangga dan lain-lain)
p) Berperan serta dengan anggota tim lain dalam memba-has kasus dan upaya peningkatan mutu asuhan keper-awatan
q) Malaksanakan tugas, pagi, sore, malam dan hari libur scara bergiliran sesuai jadwal dinas
r) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara pasien dan keluarga sehingga tercipta ketenan-gan
s) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala ruang atau kepala bidang keperawatan
t) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang keperawatan antara lain melalui peretmuan ilmiah dan penataran
u) Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan yang tepat dan benar, sehingga tercipta sistem informasi rumah sakit yang dapat dipercaya (akurat)
v) Melakukan perawatan pasien yang dalam keadaan sakaratul maut dan merawat jenazah sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku
w) Menyiapkan klien yang akan pulang meliputi : (1) Surat ijin pulang
(2) Surat keterangan sakit (3) Petunjuk diet
(4) Resep obat untuk di rumah, jika diperlukan (5) Surat rujukan atau pemeriksaan
(6) Surat keterangan lunas pembayaran dan lain-lain. x) Memberi penjelasan pada pasien dan keluarganya
sesuia denga kebutuhan pasien : (1) Diet
(2) Pengobatan yang perlu dilanjutkan dan cara pengunaannya
(3) Pentingnya pemeriksaan ulang di ruamh sakit, puskesmas, atau institusi pelayanan kesehatan lain
(4) Cara hidup sehat seperti pengaturan istirahat, makanan bergizi, atau bahan pengganti sesuai keadaan ekonomi
y) Membimbing mahasiswa prktik klinik keperawatan z) Memegang teguh rahasia jabatan
3. Directing
a. Rewards untuk Pegawai Berprestasi
Reward yang disampaikan untuk pegawai di Baitunnisa II adalah berupa financial echievement dan kenaikan pangkat berdasarkan DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerja) yang meliputi kesetiaan, presatasi kerja, tanggungjawab, ketaatan, keju-juran, kerjasama, prakarsa dan kepemimpinan.
b. Punishment bagi Pegawai yang Melanggar Aturan
Pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai Baitunnisa II diter-apkan sistem punisment dengan peringatan pengurangan cuti tahu-nan yang dimiliki pegawai dan mutasi kerja. Sistem control untuk menghindari pelanggaran dan bolos kerja adalah bagi pegawai yang terlambat masuk dinas atau tidak masuk dinas adalah dengan sistem pemberitahuan kepada kepala ruang dan surat izin keteran-gan dokter. Apabila tanpa pemberitahuan dan surat izin keteranketeran-gan dokter diberlakukan sistem pengurangan cuti tahunan yang dimili-ki pegawai tersebut.
c. Motivasi Pegawai
Motivasi kerja pegawai Baitunnisa II diberlakukan sistem re-ward yang dinilai dan diusulkan oleh kepala ruangn kepada kepala bidang keperawatan. Motivasi kerja berdasarkan hasil wawancara kepada ruangan pada tanggal 9 Febuari 2012 adalah penghargaan positif untuk memberikan pelayanan yang prima dan sikap se-mangat siap melayani.
d. Sistem Timbang Terima Pasien 1) Perawat yang Hadir
Timbang terima pasien diikuti oleh perawat yang akan berdinas selanjutnya dan perawat yang sudah shift sebelumnya. Pelaksanaan timbang terima tidak semua per-awat yang dinas shift selanjutnya mengikuti, cukup dengan perwakilan. Khusus untuk timbang terima perawat yang
berdinas malam ke dinas pagi dilakukan sebelum pre confer-ence.
2) Hal-hal yang Disampaikan
Timbang terima pasien dilakukan pada setiap pergantian shift oleh perawat yang shift. Hasil observasi menunjukkan timbang terima pada shift pagi, sore dan malam dilakukan nurse station kemudian dilamjutkam keliling di depan pintu ruang kamar pasien. Hal-hal yang disampaikan dalam timbang terima pasien antara lain tentang kondisi pasien, keluhan yang dirasakan pasien, program terapi yang telah diberikan dan akan diberikan, serta memberitahukan kepada pasien perawat yang bertanggung jawab pada shift itu.
3) Sistem Pre Conference
Sistem Pre Conference yang dilakukan pada pagi hari sebelum operan belum begitu optimal dilaksanakan.
4) Wewenang Karu dalam Pengambilan Keputusan
Dalam setiap musyawarah atau diskusi yang dilakukan di Ruang Baitunnisa II RSI Sultan Agung semua anggota diskusi berhak mengeluarkan pendapat, kemudian setiap pendapat tersebut akan dipertimbangkan oleh kepala ruang dengan diambil kesepakatan bersama. Kepala ruang akan langsung memutuskan untuk keputusan yang menjadi wewenang kepala ruang dan sekiranya keputusan tersebut tidak perlu mendapat persetujuan dari anggota (pegawai) di ruang Baitunnisa II
Hasil kuesioner yang diberikan kepada 18 perawat mengenai timbang terima tugas adalah sebagai berikut:
1. Proporsi perawat yang mempersiapkan tempat untuk serah terima tugas jaga
Diagram di atas menunjukkan proporsi perawat yang mempersiapkan tempat untuk serah terima tugas jaga di Ruang Baitunnisa II RSI Sultan Agung sebanyak 18 perawat (100%).
2. Proporsi serah terima tugas jaga yang diikuti oleh kepala ruang, ketua tim, perawat pelaksana
Diagram di atas menunjukkan proporsi serah terima tugas jaga yang diikuti oleh kepala ruang, ketua tim, perawat pelaksana di Ruang Baitunnisa II RSI Sul-tan Agung sebanyak 18 perawat (100%).
3. Proporsi dilakukannya komunikasi antar pemberi tanggung jawab dan penerima tanggung jawab dalam serah terima tugas jaga dilakukan di depan pintu ruang
Diagram di atas menunjukkan proporsi dilakukannya komunikasi antar pemberi tanggung jawab dan penerima tanggung jawab dalam serah terima tugas jaga dilakukan di depan pintu ruang di Ruang Baitunnisa II RSI Sultan Agung sebanyak 15 perawat (83%).
4. Proporsi perawat yang menyebutkan identitas klien, diagnosa medis, diagnosa keperawatan, tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta pelaksanaannya dalam serah terima tugas jaga
Diagram di atas menunjukkan proporsi perawat yang menyebutkan identitas klien, diagnosa medis, diagnosa keperawatan, tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta pelaksanaannya dalam serah terima
tugas jaga di Ruang Baitunnisa II RSI Sultan Agung sebanyak 18 perawat (100%).
5. Proporsi perawat yang menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan keperawatan yang belum dilakukan dalam serah terima tugas jaga
Diagram di atas menunjukkan proporsi perawat yang menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan keperawatan yang belum dilakukan dalam serah terima tugas jaga di Ruang Baitunnisa II RSI Sul-tan Agung sebanyak 15 perawat (83%).
6. Proporsi perawat yang menyebutkan perkembangan pasien selama shift dalam serah terima tugas jaga
Diagram di atas menunjukkan proporsi perawat yang menyebutkan perkembangan pasien selama shift dalam serah terima tugas jaga di Ruang Baitunnisa II RSI Sultan Agung sebanyak 18 perawat.
7. Proporsi perawat yang mengevaluasi hasil tindakan keperawatan dalam serah terima tugas jaga
Diagram di atas menunjukkan proporsi perawat yang mengevaluasi hasil tindakan keperawatan dalam serah terima tugas jaga di Ruang Baitunnisa II RSI Sul-tan Agung sebanyak 18 perawat (100%).
8. Proporsi perawat yang menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktu yang telah dilakukan selama shift
Diagram di atas menunjukkan proporsi perawat yang menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktu yang telah dilakukan selama shift di Ruang Baitunnisa II RSI Sultan Agung sebanyak 18 perawat (100%).
9. Proporsi perawat yang menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama shift.
Diagram di atas menunjukkan proporsi perawat yang menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama shift di Ruang Baitunnisa II RSI Sul-tan Agung sebanyak 18 perawat (100%).
10. Proporsi perawat yang menginformasikan kepada pasien/keluarga tentang nama perawat shift berikutnya pada akhir tugas
Diagram di atas menunjukkan proporsi perawat yang menginformasikan kepada pasien atau keluarga tentang nama perawat shift berikutnya pada akhir tugas di Ruang Baitunnisa II RSI Sultan Agung sebanyak 14 perawat (78%) dan 4 perawat (22%) tidak.
11. Proporsi perawat yang memberi salam kepada pasien, keluarga, serta mengobservasi dan menginspeksi keadaan pasien, menanyakan keluhan pasien dalam serah terima operan jaga
Diagram di atas menunjukkan proporsi perawat yang memberi salam kepada pasien, keluarga, serta mengobservasi dan menginspeksi keadaan pasien, menanyakan keluhan pasien dalam serah terima operan jaga di Ruang Baitunnisa II RSI Sultan Agung sebanyak 8 perawat (53%) dan 7 perawat (47%) tidak.
Selain dengan kuesioner data juga diperoleh dari wawancara kepada perawat dan observasi saat perawat melakukan timbang terima tugas jaga. Hasil wawancara dengan perawat pelaksana, timbang terima dilakukan di nurse station dan di kamar pasien sehingga perawat yang selanjutnya jaga mengetahui dengan pasti klien yang ditimbangterimakan. Perawat mengatakan jarang menginformasikan kepada pasien/keluarga tentang nama perawat jaga selanjutnya namun terdapat papan pengumuman yang berisi informasi tentang nama perawat yang bertugas pada hari tersebut.
Hasil observasi menunjukkan bahwa komunikasi antar shift saat operan sudah baik. Tidak pernah ada miss comunication yang menyebabkan permasalahan dalam tindakan keperawatan Pada operan jaga dari shift pagi ke shift siang maupun dari shift siang ke shift malam pada tanggal 6-9 Februari 2012 perawat melakukan operan di nurse station dan langsung di depan kamar pasien. Hasil observasi tanggal 6-9 Februari 2012 didapatkan data bahwa tindakan keperawatan yang disampaikan dalam operan adalah tindakan mandiri dan kolaboratif, tindakan keperawatan yang sudah maupun yang akan dilakukan juga disampaikan. Perawat menyebutkan diagnosa keperawatan dalam timbang terima pasien. Perawat memberikan salam pada pasien dan keluarga, menanyakan keluhan saat timbang terima dan perawat tidak pernah menginformasikan perawat shift selanjutnya kepada pasien saat timbang terima.
Hasil wawancara dengan kepala ruang pada tanggal 7 Febuari 2012, kegiatan ronde keperawatan ada. Ronde keperawatan terlaksana secara sederhana. Ronde keperawatan dilakukan oleh perawat yang sebelumnya bertugas dan yang akan bertugas pada saat operan Sedangkan penyelesaian masalah pasien dengan kolaborasi bersama mitra dokter. Hal ini berkaitan dengan Baitunnisa II merupakan instalasi rawat gabung bagi ibu yang sudah melahirkan maupun belum dan bayi yang menjadi bagian dari pengembangan pendidikan dan penelitian baik perawat, dokter sehingga penyelesaian masalah pasien dengan rawat bersama dan konsul SMF yang berkaitan.
f. Konflik dalam Ruangan
1) Konflik yang Pernah Terjadi
Hasil wawancara pada tanggal 7 februari 2012 di ruangan Baitunnisa II oleh supervisor mengatakan bahwa tidak pernah ada konflik antar personal. Konflik yang pernah terjadi yaitu dengan bagian lain karena ada miss communication dan sistem pengembalian alat medis yang sering hilang.
2) Cara Mengatasi Konflik yang Terjadi di Ruangan
Konflik diselesaikan dengan cara musyawarah bersama untuk mencari solusi bersama dan memperbaiki komunikasi agar konflik tersebut tidak terjadi lagi.
4. Controlling
Berdasarkan hasil observasi tanggal 7-10 Februari 2012, kinerja perawat di ruang Baitunnisa II sudah bagus namun perlu dioptimalkan lagi. Perawat melakukan kunjungan ke ruang pasien sembari memberikan tindakan kolaborasi seperti pengecekan infus, pemberian injeksi, pemantauan ttv. Sebagian perawat menanyakan keluhan pasien saat memberikan tindakan keperawatan dan tindakan kolaboratif. Pembagian program terapi untuk masing-masing pasien di kamar diberikan oleh ketua tim, perawat pelaksana yang bertanggung jawab untuk ruang tersebut. b. Cara Pemberian Asuhan Keperawatan
Hasil wawancara dengan kepala ruang tanggal 8 Februari 2012, pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat kepada pasien seimbang antara tindakan pemberian terapi mandiri dan kolaboratif.
Hasil observasi yang dilakukan tanggal 6-9 Februari 2012, pengkajian pasien baru dilakukan kepada pasien jika pasien kooperatif dan dilakukan kepada keluarga jika keadaan pasien kurang memungkinkan untuk dilakukan pengkajian. Pengkajian yang dilakukan hanya sebatas pada keluhan pasien, tidak mendetail secara head to toe karena keterbatasan tenaga perawat.
Perawat akan menuliskan diagnosa beserta rencana intervensi pada lembar asuhan keperawatan setelah mendapatkan hasil pengkajian dari pasien. Implementasi yang dilakukan perawat untuk pasien biasanya mengacu pada keluhan pasien dan program dari dokter artinya perawat akan melakukan tindakan setelah terdapat keluhan pada pasien dan ada program dari dokter. Perawat di ruang Baitunnisa II telah menuliskan apa yang dikerjakan pada lembar catatan perkembangan, perawat melakukan apa yang ditulis sesuai dengan rencana tindakan. Perawat menulis catatan perkembangan setiap hari sesuai jadwal