Penggunaan Fungisida Nabati Cengkeh Ramah Lingkungan Untuk Menekan Serangan
Jamur Fusarium oxisphorum Penyebab Penyakit Layu Pada Bibit
Tanaman Pisang (Musa paradisiaca L) Hasil Kultur In Vitro
Anis Shofiyani, Bambang N, Oetami Dwi H.
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Univ. Muhammadiyah Purwokerto JL. Raya Dukuhwaluh PO BOX 202 Purwokerto 53182
Telepon (0281)636751, 630463, 634424 pesawat 128
Abstrak
Penelitian dengan judul ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis produk cengkeh dalam menekan serangan jamur Fusarium oxisphorum pada bibit tanaman pisang hasil kultur in vitro, mencari dosis fungisida nabati produk cengkeh yang tepat untuk menekan serangan pathogen Fusarium oxisphorum pada bibit tanaman pisangdan memperolehan bibit tanaman pisang yang bebas patogen khususnya Fusarium oxisphorum penyebab penyakit layu.
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Purwokerto pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2008. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (Complete Random Design) yang terdiri dari 2 (dua) faktor yaitu Jenis produk sebagai perlakuan pertama dan Dosis sebagai perlakuan kedua. Perlakuan Jenis produk terdiri atas tiga aras diantaranya Daun cengkeh (J1), Bunga cengkeh (J2) dan gagang cengkeh (J3). Perlakuan dosis terdiri dari lima aras yaitu 20 g/tan, 40 g/tan , 60 g/tan, 80 g/tan dan 100 g/tan untuk daun cengkeh, sedangkan untuk gagang dan bunga cengkeh dosis yang digunakan adalah 5 g/tan , 10 g/tan , 15 g/tan , 20 g/tan dan 25 g/tan . Sehingga diperoleh 15 kombinasi perlakuan ditambah 1 perlakuan kontrol ( tanpa perlakuan jenis produk maupun dosis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis dan dosis fungisida nabati produk cengkeh dapat mereduksi perkembangan intensitas serangan jamur Fusarium oxisphorum penyebab penyakit layu pada bibit tanaman pisang hasil kultur in vitro. Kombinasi perlakuan keduanya memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan bibit tanaman pisang. Kombinasi perlakuan gagang cengkeh dengan dosis 5 g/tanaman dan kombinasi perlakuan daun cengkeh dengan dosis 50 gram/tanaman memberikan pengaruh terbaik hampir pada semua parameter pertumbuhan tanaman seperti tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, berat segar tanaman dan berat kering tanaman.
Kata kunci : Cengkeh
Pendahuluan
Pisang merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki prospek yang sangat cerah untuk dikembangkan karena permintaan pasar terhadap komoditas ini sangat besar dibandingkan dengan komoditas buah lainnya. Pada tahun 2002 tingkat konsumsi pisang mencapai 7,8 kg/kap/tahun (Dirjen Bina Produksi dan Hortikultura, 2004). Dalam upaya peningkatan pendapatan petani buah beserta keluarganya, pengembangan kebun pisang perlu terus digalakkkan, sehingga produksi dapat meningkat dan mutu yang di hasilkan dapat disesuaikan dengan permintaan pasar nasional maupun internasional.
Pertanaman pisang rakyat pada umumnya diusahakan di pekarangan berupa tanaman campuran
atau tumpang sari dan di lahan tegalan yang umumnya belum dikelola dengan baik. Hal tersebut terbukti dari jumlah produksi pisang di Indonesia pada tahun 2002 mencapai 4.384.384 ton, sedangkan pada tabun 2003 mengalami penurunan produksi yaitu hanya sebesar 4.177.155 ton. Selain pengelolaan yang kurang baik ternyata serangan penyakit layu Fusarium yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxisphorum memberikan andil besar terhadap kerusakan perkebunan pisang rakyat di hampir semua wilayah sentra produksi pisang di Indonesia selama 7 tahun terakhir (Dirjen Bina Produksi dan Hortikultura, 2004).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari serangan penyakit layu Fusarium yang dapat merusak perkebunan tanaman pisang adalah
dengan menggunakan bibit yang bebas Fusarium oxisphorum penyebab penyakit layu Fusarium pada tanaman pisang. Ternyata bibit pisang yang bermutu ( bebas hama dan penyakit) serta berproduksi tinggi dapat dihasilkan dengan kultur in vitro. Kelebihan kultur in vitro adalah mampu menghasilkan bibit tanaman yang bebas hama penyakit dan identik dengan induknya. Seperti yang telah dilakukan pada tanaman panili yaitu dengan menggunakan bibit panili bebas Fusarium oxisphorum penyebab penyakit busuk batang hasil perbanyakan dengan teknik kultur in vitro ( Hadisutrisno, 1995).
Kelebihan kultur in vitro adalah mampu menghasilkan bibit tanaman yang bebas virus dan identik dengan induknya. Chiek (1992) mengatakan bahwa kultur meristem mampu meningkatkan laju multiplikasi tunas, mampu memperbaiki mutu bibit yang dihasilkan, mampu mempertahankan sifat-sifat morfologi yang positif, dan pada tanaman kentang mampu meningkatkan hasil panen sebanyak 35-90% , sedangkan pada tanaman ubi kayu mampu menghasilkan pati 35 persen lebih tinggi (Villegas dan Bravato,1988 cit Shofiyani, 2005). Beberapa jenis tanaman yang telah berhasil diperbanyak dengan menggunakan teknik kultur meristem antara lain : pisang (Priyono ,2000), stroberi , ubi kayu , kacang polong (Bajaj, 1983) , jahe dan ubi jalar.
Ditilik dari keunggulan penggunaan teknik in vitro untuk perbanyakan tanaman, pengembangan agribisnis dengan teknik ini mempunyai prospek yang baik mengingat keuntungan-keuntungan dari segi fisik-material yang dihasilkan. Namun demikian, teknik ini akan menjadi layak apabila tanaman baru yang dihasilkan benar-benar bebas dari sumber penyakit seperti Fusarium oxisphorum penyebab penyakit layu Fusarium khususnya pada kondisi di luar laboratorium ( lahan). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan serangan penyakit layu pada tanaman pisang setelah ditanam di lahan adalah dengan penggunaan pestisida organik yang ramah lingkungan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tombe, dkk ( 1993), menunjukkan bahwa penggunaan daun cengkeh pada percobaan pot dan lapang ternyata dapat menekan dan mereduksi intensitas serangan Fusarium oxisphorum penyebab penyakit busuk batang pada tanaman panili. Penelitian lain juga menunjukkan penggunaan tepung daun cengkeh dan tepung bunga cengkeh mampu menekan perkembangan Fusarium oxisphorum dan meningkatkan pertumbuhan tanaman panili selama penelitian (Sukamto, dkk. 1995).
Dari uraian diatas maka penelitian ini dilakukan bertujuan untuk Mempelajari pengaruh jenis produk cengkeh dalam menekan serangan jamur Fusarium oxisphorum pada bibit tanaman pisang hasil kultur in vitro, mencari dosis fungisida nabati produk cengkeh yang tepat untuk menekan serangan pathogen Fusarium oxisphorum pada bibit tanaman pisang serta memperolehan bibit tanaman pisang yang bebas
patogen khususnya Fusarium oxisphorum penyebab penyakit layu.
Metode Pendahuluan Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, waktu penelitian selama 5 bulan.
Alat dan Bahan
Botol kultur; timbangan analitis; skalpel dan blade; pinset; pH meter; lampu spirtus; gelas ukur; batang pengaduk; Paranet plastik ukuran naungan 50%, plastik sungkup, polibag ukuran diameter 30 cm; oven; timbangan; penggaris; jangka sorong; alkohol; tanah steril; kompos; bibit tanaman pisang, daun cengkeh; bunga cengkeh, gagang cengkeh; isolat Fusarium oxisphorum .
Rancangan Percobaan
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (Complete Random Design) yang terdiri dari 2 (dua) faktor yaitu Jenis produk sebagai perlakuan pertama dan Dosis sebagai perlakuan kedua. Perlakuan Jenis produk terdiri atas tiga aras diantaranya Daun cengkeh (J1), Bunga cengkeh (J2) dan gagang cengkeh (J3). Perlakuan dosis terdiri dari lima aras yaitu 20 g/tan, 40 g/tan , 60 g/tan, 80 g/tan dan 100 g/tan untuk daun cengkeh( tabel 1), sedangkan untuk gagang dan bunga cengkeh dosis yang digunakan adalah 5 g/tan , 10 g/tan , 15 g/tan , 20 g/tan dan 25 g/tan ( tabel 2). Sehingga diperoleh 15 kombinasi perlakuan ditambah 1 perlakuan kontrol ( tanpa perlakuan jenis produk maupun dosis). Semuanya disusun secara faktorial dengan tiga ulangan, dan setiap unit perlakuan menggunakan 5 tanaman.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan analisis varian pada taraf 5% jika ada beda nyata maka dilakukan uji lanjut dengan uji Beda Nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%.
Pelaksanaan Penelitian Medium tanam
Medium tanam yang digunakan adalah tanah yang sebelumnya disterilkan dengan penguapan
(menggunakan drum berdiameter 1 m) selama 3 jam yang bertujuan untuk menghilangkan mikroorganisme penyebab kontaminasi, kemudian dikering anginkan. Tanah steril tersebut dicampur dengan kompos, dengan perbandingan 2:1 dan diisikan ke dalam polibag ukuran 30 x 35 cm .
Pembuatan sungkup
Dalam penelitian ini akan dibuat sungkup dari paranet plastik warna hitam dengan tingkat intensitas cahaya 50%, untuk meletakkan tanaman selama penelitian.
Aplikasi isolat Fusarium oxisphorum Penyediaan Isolat Fusarium
Isolat Fusarium oxisphorum (yang diperoleh dari tanaman pisang yang terserang penyakit layu) dibiakan dalam media kentang dextros broth selama 4 hari dengan terus menggojoknya dalam shaker. Biakan yang telah diperoleh kemudian diambil dan diencerkan kembali dengan air steril pada kepadatan 10¹° konidia/ml air.
Aplikasi isolat pada tanaman
Fusarium oxisphorum akan diaplikasikan pada bibit tanaman pisang yang baru berumur 3 (tiga) bulan setelah aklimatisasi dari laboratorium , dengan cara merendam akar tanaman pisang dalam suspensi konidi yang telah dibuat selam 30-60 menit. Keringkan selama 2-3 jam dan bibit tanaman pisang siap ditanam. Aplikasi Fungisida Nabati Produk Cengkeh
Penyediaan produk cengkeh
Fungisida nabati produk cengkeh yang digunakan dalam penelitian terdiri dari daun cengkeh, gagang cengkeh dan bunga cengkeh. Daun, gagang dan bunga cengkeh yang akan digunakan terlebih dahulu di keringkan dengan bantuan sinar matahari (dijemur) hingga kering. Kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender sampai berbentuk tepung.
Aplikasi fungisida nabati produk cengkeh
Bahan fungisida nabati produk cengkeh yang telah dibuat, diaplikasikan dengan cara mencampurkannya dalam media tanam dalam polibag yang akan digunakan dalam penelitian. Dosis fungisida yang diberikan per lubang tanam dalam polibag tergantung perlakuan.
Variabel yang diamati
Pengamatan dilakukan setelah tanaman ditanam berumur 2 minggu setelah tanam. Pengamatan meliputi :
Pengamatan Intensitas serangan Penyakit
a. Jumlah bibit sakit : dihitung jumlah bibit terserang penyakit layu Fusarium yang diambil pada saat mulai dipindahkan dalam sungkup hingga akhir pengamatan, dengan melihat gejal serangan
b. Intensitas serangan penyakit Layu Fusarium : dihitung dengan cara melihat bobot serangannya, menggunakan metode scoring (Rumus Townsend and Heuberger, 1942 dalam Suhardi, 1983) :
IP = ∑( n x v)
x 100 % N x Z
Keterangan :
IP = Intensitas Serangan (%)
n = Jumlah tanaman terinfeksi setiap kategori v = Nilai numeric setiap kategori
N = Jumlah tanaman yang diamati Z = Nilai numeric kategori tertinggi
Patokan yang digunakan dalam menentukan kategori infeksi Fusarium adalah :
0 = Tanaman sehat( tidak ada gejala serangan) 1 = Terdapat gejala serangan > 0 – 20 % 2 = Terdapat gejala serangan > 20 – 40 % 3 = Terdapat gejala serangan > 40 – 60 % 4 = Terdapat gejala serangan >60 – 80 % 5 = Terdapat gejala serangan >80 – 100 %. Pengamatan pertumbuhan tanaman
a. Tinggi tanaman : Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur penambahan panjang tunas setiap dua minggu sekali
b. Jumlah daun : dihitung jumlah daun yang terbentuk setiap dua minggu
c. Diameter batang : diukur dengan menggunakan jangka sorong pada pangkal batang setiap dua minggu sekali
d. Jumlah akar : dihitung jumlah akar yang terbentuk pada akhir pengamatan
e. Panjang akar : diukur panjang akar dari tiap-tiap akar yang terbentuk pada akhir pengamatan
f. Berat segar tanaman : ditimbang berat segar tanaman pada awal dan akhir penelitian.
g. Berat kering oven tanaman : ditimbang berat kering tanaman yang telah dioven pada suhu 70OC selama 48 jam atau sampai beratnya konstan pada awal dan akhir penelitian.
Hasil dan Pembahasan
A. Keadaan Umum Tanaman Selama Penelitian Kondisi umum bibit tanaman pisang pada awal penanaman menunjukkan bahwa tanaman mengalami kelayuan sementara yang ditandai dengan kondisi bagian tajuk tanaman menunjukkan gejala layu pada siang hari, namun demikian pada kondisi temperatur rendah dan kelembaban tinggi (pagi dan sore hari) gejala tersebut hilang. Hal ini disebabkan karena bibit mengalami stress akibat pemindahan dari tempat aklimatisasi ke lokasi penelitian.
Gejala kelayuan pada bibit berjalan kurang lebih satu minggu, setelah melewati waktu tersebut sebagian besar bibit tidak mengalami kelayuan. Namun demikian ada beberapa bibit yang tetap mengalami gejala kelayuan, khususnya pada bibit yang diberi perlakuan fungisida nabati produk cengkeh dengan dosis yang tinggi yaitu pada jenis daun cengkeh dengan dosis 100-125 g/tanaman , gagang cengkeh dan bunga cengkeh dengan dosis masing-masing 20-25 g/tanaman.
Proses pemindahan bibit dari tempat aklimatisasi ke lokasi penelitian memicu terjadinya stress pada tanaman, dimana kondisi bibit harus beradaptasi dari lingkungan yang terkendali di dalam green house ke lingkungan baru di dalam sungkup
penelitian. Dalam kondisi tersebut sistem perakaran tanaman masih belum melakukan fungsinya dengan baik, sehingga terjadi ketidakseimbangan proses translokasi dan transpirasi tanaman. Jumlah air yang dapat diserap dari tanah pada keadaan demikian lebih sedikit dibandingkan air yang terbuang melalui proses transpirasi, akibatnya tanaman kekurangan air yang dapat dilihat dari gejala layu yang terjadi pada bibit pada awal penanaman.
Bibit dengan perlakuan fungisida nabati produk cengkeh dalam dosis tinggi mengalami kelayuan yang cukup lama, bahkan terjadi kematian pada beberapa bibit dengan perlakuan dosis yang tinggi. Gejala kelayuan pada perlakuan ini berjalan terus menerus selama penelitian, dimana diawali dengan layunya daun bagian bawah kemudian lama kelamaan daun-daun tersebut mengalami kelayuan seluruhnya, dan mengering.
Kondisi media tanam yang kurang sesuai bagi sistem perakaran bibit tanaman pisang kemungkinan merupakan penyebab terjadinya kerusakan dan kematian bibit. Perlakuan fungisida nabati produk cengkeh kemungkinan berpengaruh pada kondisi media tanam, dimana perlakuan fungisida nabati produk cengkeh dengan dosis tinggi mengakibatkan sistem perakaran tanaman mengalami kerusakan. Kerusakan yang dialami berupa busuknya bagian ujung-ujung akar dengan gejala akar tersebut layu seperti terkena panas dan membusuk, kemudian kerusakan tersebut menjalar sampai pada bagian pangkal akar.
Fungisida nabati produk cengkeh mengandung eugenol yang berfungsi menekan dan mereduksi serangan Fusariun oxisphorum karena bersifat toxic terhadap jamur tersebut. Namun demikian pada dosis yang cukup tinggi ternyata fungisida organik produk cengkeh tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bibit tanaman pisang hasil kultur in vitro, dimana apabila diaplikasikan pada media tanam akan mempengaruhi perkembangan sistem perakaran tanaman.
Perkembangan Intensitas Serangan Penyakit
Hasil pengujian menunjukkan bahwa perlakuan fungisida nabati produk cengkeh mampu menekan serangan jamur Fusarium oxisphorum . Intensitas serangan penyakit layu yang disebabkan jamur Fusarium oxisphorum dapat dilihat pada tabel 3.
Hasil pengamatan intensitas serangan Fusarium oxisphorum menunjukkan bahwa perlakuan fungisida nabati produk cengkeh mampu menekan serangan penyakit tersebut. Dalam tabel 3 terlihat bahwa tanpa pemberian fungisida nabati produk cengkeh ternyata tanaman menunjukkan intensitas serangan sangat tinggi bila dibandingkan dengan tanaman yang diberi perlakuan fungisida nabati produk cengkeh. Ada kecenderungan bahwa aplikasi fungisida
nabati produk cengkeh dengan dosis yang ditingkatkan mampu menekan intensitas serangan penyakit.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Tombe, dkk (1993) dimana penggunaan daun cengkeh pada percobaan pot dan lapang ternyata dapat menekan dan mereduksi intensitas serangan Fusarium oxisphorum penyebab penyakit busuk batang pada tanaman panili . Selain itu penggunaan tepung bunga cengkeh juga mampu menekan perkembangan Fusarium oxisphorum dan meningkatkan pertumbuhan tanaman panili selama penelitian (Sukamto, dkk. 1995).
Kandungan eugenol didalam daun, gagang dan bunga cengkeh ternyata mampu menekan dan mereduksi intensitas serangan Fusarium oxisphorum penyebab penyakit layu pada tanaman pisang, hal ini karena eugenol bersifat toxic terhadap jamur patogen tersebut.
Analisis Pertumbuhan Tanaman
Analisis pertumbuhan tanaman dilakukan terhadap bibit yang diambil dari masing-masing perlakuan setelah bibit berumur 8 minggu dalam lokasi penelitian. Parameter analisis pertumbuhan tanaman meliputi tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, jumlah akar, panjang akar, berat segar tanaman dan berat kering tanaman, hasilnya adalah sebagai berikut :
Hasil sidik ragam tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah akar, diameter batang, berat segar tanaman dan berat kering tanaman umur 8 minggu setelah tanam menunjukkan bahwa jenis dan dosis fungisida nabati produk cengkeh memberikan pengaruh nyata terhadap semua paremeter pertumbuhan , dan terjadi interaksi antara kedua perlakuan (tabel 4 ).
Kombinasi perlakuan jenis dan dosis fungisida yang memberikan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan gagang cengkeh dengan dosis 5 g/tanaman (J2D1) yaitu 46,6 cm, yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan daun cengkeh dengan dosis 50 g/tanaman (J1D1) yaitu 45,37 cm. Sedangkan tinggi tanaman terrendah terdapat pada perlakuan tanpa jenis dan dosis fungisida nabati cengkeh (kontrol) yaitu 22 cm.
Kombinasi perlakuan jenis dan dosis fungisida yang memberikan jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan gagang cengkeh pada dosis 5 g/tanaman (J2D1) dan perlakuan bunga cengkeh dengan dosis 5 g/tan (J3D1) yaitu masing-masing sebanyak 5,67 helai. Sedangkan jumlah daun terendah terdapat pada perlakuan kontrol (J0D0) yaitu sebanyak 2,33 helai.Untuk jumlah akar kombinasi perlakuan jenis dan dosis fungisida yang memberikan jumlah akar terbanyak terdapat pada perlakuan gagang cengkeh pada dosis 5 g/tanaman (J2D1) yaitu sebanyak 6,33 akar dan perlakuan gagang cengkeh dengan dosis 10 g/tan (J2D2) yaitu masing-masing sebanyak 6 akar.
Sedangkan jumlah akar terendah terdapat pada perlakuan kontrol (J0D0) yaitu sebanyak 3 akar .
Sedangkan perlakuan jenis dan dosis fungisida yang memberikan diameter batang terbesar terdapat pada perlakuan gagang cengkeh pada dosis 5 g/tanaman (J2D1) yaitu sebesar 1,18 cm , yang tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan daun cengkeh dengan dosis 50 g/tanaman(J1D2) yaitu sebesar 1,1 cm. Sedangkan diameter batang terkecil terdapat pada perlakuan kontrol (J0D0) yaitu sebesar 0,6 cm .Kombinasi perlakuan jenis dan dosis fungisida yang memberikan berat segar terbesar terdapat pada perlakuan gagang cengkeh pada dosis 5 g/tanaman (J2D1) yaitu seberat 34,813 g dan perlakuan daun cengkeh dengan dosis 50 g/tan (J1D2) yaitu seberat 34,6 g. Sedangkan berat segar tanaman terendah terdapat pada perlakuan kontrol (J0D0) yaitu seberat 5,79 g . Dan kombinasi perlakuan jenis dan dosis fungisida yang memberikan berat kering tanaman terbesar terdapat pada perlakuan gagang cengkeh pada dosis 5 g/tanaman (J2D1) yaitu seberat 3,6 g dan perlakuan daun cengkeh dengan dosis 50 g/tan (J1D2) yaitu seberat 34,6 g. Sedangkan berat segar tanaman terendah terdapat pada perlakuan kontrol (J0D0) yaitu seberat 5,79 g .
Secara umum terlihat bahwa perlakuan jenis dan dosis fungisida nabati produk cengkeh berpengaruh nyata terhadap analisis pertumbuhan bibit tanaman pisang selama penelitian. Kombinasi perlakuan keduanya memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan bibit tanaman pisang. Kombinasi perlakuan gagang cengkeh dengan dosis 5 g/tanaman dan kombinasi perlakuan daun cengkeh dengan dosis 50 gram/tanaman memberikan pengaruh terbaik hampir pada semua parameter pertumbuhan tanaman.
Namun demikian ada kecenderungan pula bahwa pemberian dosis fungisida nabati yang semakin ditingkatkan akan menghambat pertumbuhan bibit tanaman pisang dalam penelitian ini. Hal ini diduga kandungan eugenol yang terdapat pada fungisida nabati produk cengkeh yang diaplikasikan dalam penelitian ini selain dapat menekan serangan jamur Fusarium oxisphorum karena bersifat toxic terhadap jamur tersebut ada kemungkinan fungisida nabati produk cengkeh pada dosis yang tinggi pada media tanam dapat menghambat perkembangan tanaman.
Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan awal tanaman sampel yang diberi perlakuan fungisida nabati produk cengkeh dengan dosis yang cukup tinggi ternyata dapat mempengaruhi pertumbuhan bibit, dimana sistem perakaran bibit tanaman pisang yang diberi fungisida nabati produk cengkeh dengan dosis yang tinggi mengalami kerusakan yang ditunjukkan dengan rusaknya rambut-rambut akar dengan gejala membusuk dimulai dari ujung akar kemudian merambat sampai pangkal akar. Namun demikian
seiring berjalannya waktu ternyata beberapa tanaman mampu memulihkan kondisi kerusakan tersebut dengan membentuk sistem perakaran baru sehingga bibit mampu memulihkan kondisi seperti semula dan mampu melanjutkan pertumbuhannya dengan baik. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
1. Penggunaan fungisisda nabati produk cengkeh memberikan pengaruh terhadap penekanan serangan jamur Fusarium oxisphorum pada bibit tanaman pisang hasil kultur in vitro.
2. Jenis dan dosis fungisida nabati produk cengkeh yang memberikan pengaruh terbaik terhadap penekanan serangan jamur fusarium oxisphorum pada kombinasi perlakuan gagang cengkeh dengan dosis 20 g. Bunga cengkeh dengan dosis 20 dan 25 g yang masing-masing intensitas serangannya hanya 3,3%.
3. Pertumbuhan bibit tanaman pisang yang menunjukkan pertumbuhan terbaik terdapat pada kombinasi perlakuan gagang cengkeh dengan dosis 5 g yang meliputi tinggi tanaman 46,6 cm, jumlah daun 5,67 helai , jumlah akar 6,33 akar, diameter batang 1,18 cm, berat segar tanaman 34,8 g dan berat kering tanaman 3,647 g , yang tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan daun cengkeh dengan dosis 50 g (J1D2)
Saran
Bertitik tolak dari penelitian ini perlu dikaji lebih lanjut tentang penggunaan komponen pengendalian serangan jamur Fusarium oxisphorum lainnya yang dapat dikombinasikan dengan penggunaan fungisida nabati produk cengkeh sehingga mampu lebih efektif dan efisien dalam pengendalian pathogen ini tanpa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang diaplikasikan.
Daftar Pustaka
[ 1 ] Bajaj, Y.P.S, 1983. Production of Normal Seeda from Plants Regenerated from the Meristem of Arachis hypogaea and Cicer arientinum Cryopreserved for 20 Months. Euphica. 32 : 425-430
[ 2 ] Chiek, L.Y., 1992. Perbanyakan Tanaman Nangka (Artocarpus heterophyllus Lank) Melalui Kultur Jaringan. Karya Ilmiah. Jurusan Budidaya Pertanian Fak. Pertanian IPB. Bogor. [ 3 ] Djatmika, I. 1992. Pengendalian penyakit layu
pada pisang dengan cara Biologis, Prosiding Pisang sebagai Komoditas Andalan, Segunung. [ 4 ] Direktorat Tan. Buah, 2004. Rehabilitasi Kebun
Pisang Rakyat, Dirjen Bina Produksi dan Hortikultura, Jakarta.
[ 5 ] Hadisutrisno, B.1995. Uji Pertumbuhan dan Kesehatan Tanaman Panili Asal Biji. Dalam Konggres Nasional VIII dan Seminar Ilmiah PFI. Mataram Hal. 382-386.
[ 6 ] Priyono, 2000. Perbanyakan Abaca (Musa textilis Nee) Melalui Kultur Mata Tunas Secara In vitro. Pelita Perkebunan ( ) 19-133. [ 7 ] Shofiyani,A. 2003. Pengaruh Variasi NAA dan
BAP terhadap Keberhasilan Kultur Meristem Pisang ( Musa paradisiaca c.v. Rajalawe) Laporan Penelitian DPP-SPP UMP.
[ 8 ] Sukamto, D. Wahyuno, A. Rahmat, D. Sitepu dan S. Mogi , 1995. Pengaruh agensia nabati cengkeh terhadap penyakit busuk batang dan pertumbuhan panili. Strenghening Researce on Disies of Industrial Crop in Indonesia JICA- BALITTRO, Annual Report 3 : 1 – 20.
[ 9 ] Sunarjono, H. 2004. Budidaya Pisang Dengan Bibit Kultur Jaringan. Penebar Swadaya, Jakarta. 96 h.
[ 10 ] Tombe,M, A. Nurawan dan Sukamto. 1993. Penelitian Penggunaan daun cengkeh dalam pengendalian penyakit busuk batang panili. Pros. Seminar hasil Penelitian dalam Rangka emanfaatan Pestisida Nabati : h. 28 – 36